HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN RESPON PSIKO
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN RESPON PSIKOLOGIS KEHILANGAN PADA LANSIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI KABUPATEN GOWA
Riskawati1, Muh. Yusuf2, Fatimah3
1
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Bagian Keperawatan Anak Poltekes Kemenkes Makassar
3
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
(Alamat Respondensi : [email protected]; Hp : 0823 4604 5415)
ABSTRAK
Kehilangan adalah satu kata yang paling menyimpulkan tentang masalah usia tua, dan kehilangan itu
sendiri tidak dapat dihindari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri
dengan respon psikologis kehilangan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa. Jenis penelilian ini adalah Survey Analitik dengan jumlah sampel sebanyak 38
orang lansia yang didapatkan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yang sesuai dengan
kriteria sampel yang telah ditetapkan. Pengujian hipotesis menggunakan analisis uji Chi Square
berdasarkan koreksi Pearson Chi Square dengan tolerasi kesalahan sebesar 5% (α 0.05). Hasil
penelitian memperlihatkan sebanyak 73.7% lansia dalam kategori konsep diri yang positif, dan
sebanyak 76.3% lansia dalam kategori respon psikologis kehilangan yang positif. Analisis uji
memperlihatkan terdapat hubungan antara konsep diri dengan respon psikologis kehilangan pada
lansia dengan p value sebesar 0.002. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara konsep
diri dengan respon psikologis kehilangan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa. Disarankan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk
tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia khususnya di Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
Kata Kunci : Konsep Diri, Respon Psikologis Kehilangan.
Pendahuluan
Lanjut usia adalah bagian dari proses
tumbuh kembang. Manusia tidak secara tibatiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi,
anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.
Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan yang
terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronoligis
tertentu. Lansia merupakan suatu proses
alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir. Di masa ini,
seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Azizah
Ma’rifatul L, 2011. Hal : 1).
Konsep kehilangan masuk ke dalam proses
penuaan, sejalan dengan penurunan komulatif
dalam hal mental, fisik dan sosial. Kehilangan
adalah satu kata yang paling menyimpulkan
tentang masalah usia tua yang meliputi
kehilangan pekerjaan, waktu, harga diri,
martabat pribadi, kesehatan fisik, kontak
sosial, pendapatan dan lain-lain. Dan
kehilangan itu sendiri tidak dapat dihindari.
Kehilangan dinyatakan dengan deprivasi
yang berkaitan dengan status masa lalu.
Sekalipun intensitas kehilangan tersebut
bergantung pada sistem nilai seseorang. Jika
frekuensi dan intensitas kehilangan semakin
cepat, maka orang tersebut kurang mampu
beradaptasi dan berintegrasi yang oleh karena
itu membahayakan kesehatan mental dan
fisiknya. Efek komulatif dari kehilangan
seumur hidup, terutama setelah usia 75 tahun
dialami berbagai ketidakberhargaan dan
pengabaian.
Burnside
menganjurkan
penggunaan strategi dan dukungan “loss facing” untuk meningkatkan kesejahteraan.
Penyimpangan konsep kehilangan adalah
konsep harapan. Harapan menghilangkan
potensi efek katastrofik dari kehilangan
komulatif pada lansia. Harapan sebagai suatu
ekspektasi mengatasi kehilangan yang tidak
dapat dihindari yang terakumulasi dari masa
anak-anak.
Harapan
adalah
antipasi
peningkatan status atau terlepas dari
perasaan terjebak. Harapan merupakan
kekuatan yang memotivasi, memberi energi
yang dapat memindahkan lansia ke luar dari
kehilangan yang kacau balau ke tingkat fungsi
yang
lebih
tinggi.
Harapan
adalah
berkarakteristik
esensial
dari
tahapan
integritas Erikson yang terakhir. Kegagalan
harapan akan mempersuram masa tua,
kehilangan harapan memendam cahaya
kehidupan (Azizah Ma’rifatul L, 2011. Hal :
128).
Lahir, kehilangan, kematian, dan berduka
merupakan suatu fase dalam perjalanan
kehidupan manusia yang harus dilalui, integral
dengan kehidupan dan bersifat unik bagi
setiap individu yang dapat menjadi stressor
yang
membutuhkan
dukungan
dalam
menghadapinya. Hidup merupakan suatu
rangkaian kehadiran dan kepergian. Ada dan
tiada akan selalu berlangsung bergantian.
Pada saat akhir kehidupannya lansia akan
mengalami
loss
(kehilangan),
grieving
(berduka), dying (sekarat/menjelang ajal) dan
terakhir death (kematian) (Azizah Ma’rifatul L,
2011. Hal : 132).
Kehilangan merupakan tema dominan yang
dicirikan dengan bergai aspek kehidupan bagi
lansia. Kehilangan dapat dialami melalui
berbagai tahap kehidupan, tetapi efek
komulatifnya dirasakan secara akut oleh
lansia. Beberapa lansia menghadapi tersebut
secara
lebih
baik
dibandingkan
lain.
Sedangkan bagi yang lainnya, setiap
kehilangan biologis, psikologis, pribadi, sosial,
identitas, fungsional dan filosofi dapat
menimbulkan kehampaan pada kehidupan
seseorang (Azizah Ma’rifatul L, 2011. Hal :
134).
Pada umumnya setelah orang memasuki
lansia maka ia mengalami penurun fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi makin lambat. Sementara fungsi
psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang
cekatan. Dengan adanya penurunan kedua
fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan keadaan kepribadian lansia sehingga
dapat
dimasukkan
ke dalam kategori
kehilangan. Hal ini perlu diantisipasi dengan
mekanisme pertahanan diri (coping mecanism)
baik atau pun dengan pembentukan konsep
diri yang lebih positif (Padila, 2013. Hal : 82).
Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti R
(2011) tentang hubungan dukungan keluarga
dengan respon kehilangan pada lansia
menyatakan bahwa lansia membutuhkan
dukungan keluarga khususnya interaksi sosial
guna menghadapi perubahan (kehilangan)
sebagai akibat dari proses menua. Penelitian
yang dilakukan Zulfitri R (2011) tentang
konsep diri dan gaya hidup lansia yang
mengalami penyakit kronis, kehilangan dan
berduka, menyatakan bahwa status konsep
diri lansia mempengaruhi pembentukan gaya
hidup sehat khususnya pada lansia dengan
penyakit kronis, kehilangan dan berduka.
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang
lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada
tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
negara maju seperti Amerika Serikat,
pertambahan orang lanjut usia diperkirakan
1.000 orang perhari pada tahun 1985 dan
diperkirakan 50% dari penduduk berusia di
atas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom
pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan
Penduduk Lanjut Usia” (Lansia) (Padila, 2013.
Hal : 1).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI Tahun 2013 maka diketahui
bahwa persentase penduduk lansia tahun
2012 adalah 7,56% yang berarti termasuk
negara berstruktur tua. Penduduk lansia
berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2012
yang paling banyak adalah perempuan
(Perempuan = 8,2%; Laki-laki = 6,9%).
Penduduk lansia berdasarkan wilayah tahun
2012 lebih banyak tinggal di perdesaan
(7,63%) daripada di perkotaan (7,49%).
Penduduk lansia paling tinggi pada tahun 2012
adalah di provinsi D.I. Yogyakarta (13,04%),
Jawa Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%).
Jumlah lansia di Sulawesi Selatan sendiri
sebesar 8,34% (Pusdatin Kemenkes RI, 2013.
Hal : 17).
Jumlah penduduk lanjut usia menurut Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2014 yang berusia
≥ 60 tahun sebesar 19,1 juta jiwa dimana lakilaki sebanyak 8,79 juta dan perempuan
sebanyak 10,34 juta jiwa. Sedangkan
penduduk berusia ≥ 70 tahun (penduduk usia
lanjut risiko tinggi) sebanyak 7,73 juta jiwa
dimana laki-laki sebanyak 3,32 juta jiwa dan
perempuan
sebanyak
4,40
juta
jiwa
(Kemenkes RI, 2014. Hal : 6).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten
Gowa Maret 2016, maka diketahui bahwa
jumlah lansia berdasarkan daftar nominatif
klien reguler tahun anggaran 2016 sebanyak
95 orang lansia. Dari data tersebut, diketahui
bahwa klien laki-laki sebanyak 30 orang lansia
dan klien perampuan sebanyak 65 orang
lansia. (Data Awal dari PSTW Gau Mabaji
Kabupaten Gowa, Maret 2016)
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
konsep diri (peran diri, identitas diri dan harga
diri) dengan respon psikologis kehilangan
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
BAHAN DAN METODE
Jenis Penelitian, Waktu & Tempat, Populasi
& Sampel
Jenis dan metode penelitian ini adalah
Survey
Analitik.
menggunakan
desain
penelitian Cross Sectional Study. Penelitian ini
dilaksanakan di Panti Unit Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa
pada bulan Juli 2016. Populasi sebanyak 95
orang lansia. Teknik penerikan sampel adalah
Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 38 orang yang sesuai dengan
kriteria sampel antara lain :
1. Kriteria Inklusi
a. Responden yang bersedia untuk diteliti
hingga penelitian ini selesai
b. Responden yang dapat berkomunikasi
dengan baik
c. Responden
yang
tidak
mendapat
kunjungan keluarga minimal 1 bulan
lamanya
d. Responden yang masih mempunyai
keluarga dengan status hubungan
minimal anak
e. Responden yang memiliki keluarga yang
berdomisili di daerah Kabupaten Gowa,
Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten
Sinjai dan Kabupaten Takalar.
2. Kriteria Eksklusi
a. Responden yang pada saat penelitian
berlangsung tidak berada di lokasi
penelitian
b. Responden yang pada saat penelitian
berlangsung tiba-tiba sakit.
Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan informasi dan data
yang diinginkan, peneliti menggunakan
kuesioner yang mengkaji tentang Respon
Psikologis Kehilangan dengan bobot 5
pertanyaan dari tiap respon psikologis.
Kriteria penilaian dari tiap pilihan jawaban
adalah skor 1 untuk pilihan jawab Selalu, 2
Sering, 3 Kadang dan 4 Tidak Pernah
berlaku untuk jawaban positif, dan
penilaian terbalik untuk jawaban negatif.
Sedangkan untuk mengukur konsep diri,
peneliti menggunakan alat ukur dari
William H. Fitts dengan penilaian dari
pilihan jawaban adalah Setuju 4, Cukup
Setuju 3, Cenderung Tidak Setuju 2 dan
Tidak Setuju 1 untuk pilihan jawaban positif
dan penilaian sebaliknya untuk pilihan
jawaban negatif.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang
dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
suatu organisasi atau perorangan
langsung dari objeknya (Sunyoto D,
2013. Hal : 4).
Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang didapatkan secara
langsung dari responden sebagai
sampel penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh dalam bentuk jadi dan telah
diolah oleh pihak lain yang biasanya
dalam bentuk publikasi (Sunyoto D,
2013. Hal : 5).
Data sekunder dalam penelitian ini
adalah data yang didapatkan oleh
peneliti melalui pengelola Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji.
Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan
program komputerisasi
untuk tabulasi dan pengelompokan data
berdasarkan karakteristik umum responden
dan variabel yang diteliti.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa dilakukan terhadap tiap-tiap
variabel penelitian terutama untuk
melihat tampilan distribusi frekuensi dan
presentasi dari tiap-tiap variabel.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat berfungsi untuk
mengetahui hubungan antar variabel
dengan menggunakan korelasi Chi
Square Test (Chi Kuadrat) berdasarkan
Correction Pearson Chi Square dengan
ketentuan
Interval
Level
(taraf
keyakinan) 95%, Probability (toleransi
kesalahan) 5% (α 0.05).
HASIL PENELITIAN
Dari hasil pengolahan data yang telah
dilakukan, data kemudian disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi meliputi analisis
univariat dan analisis bivariat. Analisis
univariat dalam penelitian ini meliputi
karakteristik umum responden, variabel
independen
dan
variabel
dependen.
Sedangkan analisis bivariat dalam penelitian
ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
variabel independen yaitu konsep diri dengan
variabel dependen yaitu respon psikologis
kehilangan. Tampilan data dalam analisa
univariat dalam penelitian ini dianalisis
menggunakan
Descriptive
Statistics
Frequencies sedangkan tampilan data dalam
analisa bivariat dianalisis menggunakan
Descriptive Statistics Crosstabs menggunakan
uji Chi Square Test berdasarkan Correction
Pearson Chi Square.
1. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Lansia Berdasarkan Umur di
PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa
No.
Umur
n
%
1
60 - 74 Thn
30
78.9
2
75 - 90 Thn
8
21.1
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.1, maka diketahui
bahwa kelompok umur lansia paling
banyak adalah 60 s/d 74 tahun dengan
jumlah responden 30 orang (78.9%), dan
kelompok umur lansia paling sedikit adalah
75 s/d 90 tahun dengan jumlah responden
8 orang (21.1%).
Tabel 5.2
Distribusi Lansia Berdasarkan Jenis
Kelamin di PSTW Gau Mabaji Kabupaten
Gowa
Jenis
No.
n
%
Kelamin
1
Laki-Laki
7
18.4
2
Perempuan
31
81.6
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.2, maka diketahui
bahwa jenis kelamin yang paling banyak
adalah
perempuan
dengan
jumlah
responden 31 orang (81.6%), dan jenis
kelamin paling sedikit adalah laki-laki
dengan jumlah responden 7 orang (18.4%).
Tabel 5.3
Distribusi Lansia Berdasarkan Pendidikan
Terakhir di PSTW Gau Mabaji Kabupaten
Gowa
No. Pendidikan
n
%
1
SD
11
28.9
2
SMP
1
2.6
3
SMA
5
13.2
Tidak
5
21
55.3
Sekolah
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.3, maka diketahui
bahwa kelompok pendidikan lansia yang
tidak
sekolah
merupakan
kelompok
pendidikan yang paling banyak dengan
jumlah responden 21 orang (55.3%),
sedangkan kelompok pendidikan SMP
merupakan kelompok pendidikan yang
paling sedikit dengan jumlah responden 1
orang (2.6%)
Tabel 5.4
Distribusi Konsep Diri Pada Lansia di
PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa
Konsep
No.
n
%
Diri
1
Positif
28
73.7
2
Negatif
10
26.3
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.4, maka diketahui
bahwa konsep diri pada lansia dengan
kategori positif sebanyak 28 orang
responden (73.7%) sedangkan konsep diri
pada lansia dengan kategori negatif
sebanyak 10 orang responden (26.3%).
Tabel 5.5
Distribusi Respon Psikologis Kehilangan
Pada Lansia di PSTW Gau Mabaji
Kabupaten Gowa
Respon
No. Psikologis
n
%
Kehilangan
1
Positif
29
76.3
2
Negatif
9
23.7
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.5, maka diketahui
bahwa respon psikologis kehilangan pada
lansia dengan kategori positif sebanyak 29
orang responden (76.3%), sedangkan
respon psikologis kehilangan dengan
kategori negatif sebanyak 9 orang
responden (23.7%).
2. Analisa Bivariat
Untuk melihat hubungan antara konsep
diri dengan respon psikologis kehilangan
pada lansia pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten
Gowa, maka digunakan Descriptive
Statistics Crosstabs menggunakan uji Chi
Square Test berdasarkan Correction
Pearson Chi Square dengan toleransi
kesalahan sebesar 5% (α 0.05) dan
Confidence Interval sebesar 95% (X2 tabel
= 3.84, degree of freedom (df) = 1).
Tabel 5.6
Hubungan antara Konsep Diri dengan
Respon Psikologis Kehilangan pada Lansia
di PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa
Respon
Psikologis
Kons
Kehilangan
Total
ep
p
Negat
Diri
Positif
if
n % n % n
%
Positi 2 65.
2 73.
3 7.9
f
5
8
8
7
Negat
10.
15. 1 26.
0.0
4
6
if
5
8
0
3
02
2 76.
23. 3 100
Total
9
9
3
7
0
.0
Berdasarkan tabel 5.6, maka diketahui
bahwa dari total 28 orang lansia (73.7%)
dengan konsep diri yang positif, didapatkan
25 orang lansia (65.8%) dengan respon
psikologis kehilangan yang positif, dan 3
orang lainnya (7.9%) dengan respon
psikologis
kehilangan
yang
negatif.
Sedangkan dari total 10 orang lansia
(26.3%) dengan konsep diri yang negatif,
didapatkan 4 orang lansia (10.5%) dengan
respon psikologis kehilangan yang positif
dan 6 orang lansia lainnya (15.8%) dengan
respon psikologis kehilangan yang negatif.
Setelah dilakukan analisis Descriptive
Statistics Crosstabs menggunakan uji Chi
Square Test, maka berdasarkan Correction
Pearson Chi Square dengan toleransi
kesalahan sebesar 5% (α 0.05) dan
Confidence
Interval
sebesar
95%
didapatkan nilai p value sebesar 0.002,
yang berarti p value 0.002 < α 0.05.
Dengan demikian maka Ha dalam
penelitian ini yang menyatakan bahwa ada
hubungan konsep diri dengan respon
psikologis kehilangan pada lansia di Panti
Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten
Gowa diterima dan Ho ditolak.
PEMBAHASAN
Diketahui bahwa dari total 28 orang lansia
(73.7%) dengan konsep diri yang positif,
didapatkan 25 orang lansia (65.8%) dengan
respon psikologis kehilangan yang positif, dan
3 orang lainnya (7.9%) dengan respon
psikologis kehilangan yang negatif. Menurut
peneliti, didapatkan lansia yang dalam kategori
konsep diri yang positif namun menilai respon
kehilangan secara negatif karena lansia
tersebut masih belum lama atau tergolong
sebagai lansia baru di panti tersebut sehingga
lansia tersebut masih merasa kehilangan atau
memori bersama keluarga mereka masih
terbayang-bayang. Menurut hasil wawancara,
mereka yang menilai respon kehilangannya
dengan sudut pandang yang negatif masih
belum percaya bahwa mereka telah berpisah
atau kehilangan keluarga/ orang-orang
terdekat mereka yang sebelumnya ada
disekitar mereka sehingga hasil penilaian
memperlihatkan kategori yang negatif.
Sedangkan dari total 10 orang lansia
(26.3%) dengan konsep diri yang negatif,
didapatkan 4 orang lansia (10.5%) dengan
respon psikologis kehilangan yang positif dan
6 orang lansia lainnya (15.8%) dengan respon
psikologis kehilangan yang negatif. Menurut
peneliti, didapatkan lansia dalam kategori
konsep diri yang negatif namun menilai respon
kehilangan secara positif karena lansia
tersebut kurang mampu bersosialisasi dengan
lansia lainnya, sebagian dari mereka hanya
bersosialisasi pada asrama mereka sendiri
yang berdampak pada penilaian konsep diri
khususnya pada dimensi harga diri dan peran
diri yang kurang baik atau dalam kategori yang
negatif.
Sedangkan
pada
respon
kehilangannya yang dalam kategori positif,
mereka sudah cukup lama atau tergolong
sebagai lansia lama/ penghuni lama di panti
tersebut sehingga memori ataupun kenangan
mereka dengan orang terdekat sudah
berangsur-angsur menghilang dari ingatan
mereka. Oleh sebab itu, hasil penelitian
memperlihatkan beberapa lansia dalam
kategori konsep diri negatif namun menilai
respon kehilangan secara positif.
Konsep diri merupakan pandangan atau
persepsi individu terhadap diri sendiri. Konsep
diri diperoleh melalui pengalaman dan
interaksi dengan orang lain, terutama dengan
orang yang berarti dalam kehidupan
seseorang, seperti orang tua dan temanteman sebaya. Konsep diri mempunyai lima
komponen dasar, yaitu ideal diri, identitas diri,
citra tubuh, harga diri dan peran diri.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
maka
diketahui bahwa sebagian besar lansia dalam
kategori konsep diri yang positif, yaitu sebesar
73.7%. Dan hanya sebagian kecil lansia dalam
kategori konsep diri yang negatif, yaitu
sebesar 26.3%. Didapatkan sebanyak 10
orang lansia dalam kategori konsep diri yang
negatif karena sebagian besar dari lansia
tersebut kurang memperhatikan kerapihan dan
kebersihan tubuhnya yang dinilai berdasarkan
dimensi citra tubuhnya. Hal ini juga
ditunjukkan dengan didapatinya sebagian
besar lansia mengabaikan dirinya, mudah
menyerah terhadap beberapa keadaan
tertentu, kurang dapat memecahkan masalah,
serta kurang mampu mengurus dirinya sendiri
dalam
beberapa
situasi
yang
dinilai
berdasarkan dimensi ideal diri. Selain itu,
penilaian dari dimensi identitas diri didapatkan
sebagian besar dari lansia tersebut adalah
mereka yang berusaha lari dari masalahmasalah mereka, keluarga mereka kurang
membantu dalam menghadapi kesulitan
dimasa tua mereka, serta tidak mendapat
perlakuan dari keluarga mereka sebagaimana
mestinya. Hal inilah yang kemudian menjadi
penilaian sehingga didapati sebanyak 10
orang lansia (26.3%) dalam kategori konsep
diri yang negatif.
Kehilangan dari attachment (kedekatan
seseorang terhadap orang lain yang dianggap
penting),
merupakan
kehilangan
yang
mencakup kejadian nyata atau hanya
khayalan
(yang
diakibatkan
persepsi
seseorang terhadap kejadian), seperti kasih
sayang, kehilangan orang yang berarti, fungsi
fisik, harga diri. Banyak situasi kehilangan
dianggap sangat berpengaruh karena memiliki
makna yang tinggi. Dapat pula mencakup
kehilangan teman lama, kenangan yang indah,
tetangga yang baik. Kemampuan seseorang
untuk bertahan, tetap stabil, dan bersikap
positif terhadap kehilangan, merupakan suatu
tanda
kematangan
dan
pertumbuhan.
Peristiwa kehilangan pada seseorang dapat
terjadi secara bertahap maupun secara tibatiba.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
maka
diketahui bahwa sebagian besar lansia dalam
kategori respon psikologis kehilangan yang
positif yaitu sebesar 76.3%, dan hanya
sebagian kecil lansia dalam kategori respon
psikologis kehilangan yang negatif, yaitu
sebesar 23.7%. Didapatkan 9 orang lansia
dalam kategori respon psikologis kehilangan
yang negatif karena berdasarkan wawancara
dari kuesioner, diketahui bahwa mereka
adalah orang yang belum lama tinggal di panti
tersebut. Rata-rata mereka menetap di panti
kurang dari 1 tahun, sehingga mereka
terkadang masih memikirkan sanak keluarga
yang masih ada yang kurang memberikan
perhatian kepada mereka sebagaimana
mestinya. Berdasarkan kuesioner, diketahui
juga bahwa sebagian besar dari mereka yang
dalam respon psikologis kehilangan negatif
menyalahkan keluarga mereka atas tinggalnya
mereka di panti tersebut. Ada yang dibawa
langsung oleh sanak keluarga dan ada juga
yang datang dengan sendirinya akibat
penelantaran yang dilakukan oleh keluarga,
mereka kadang masih memikirkan hal-hal
yang biasa terjadi di tempat tinggal mereka
yang dulu, sehingga berdampak pada respon
psikologis kehilangan yang dalam kategori
negatif.
Setelah dilakukan analisis Descriptive
Statistics Crosstabs menggunakan uji Chi
Square Test, maka berdasarkan Correction
Pearson Chi Square didapatkan nilai p value
sebesar 0.002, yang berarti p value 0.002 < α
0.05. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara konsep diri
dengan respon psikologis kehilangan pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Kabupaten Gowa, sehingga hipotesis
alternatif dinyatakan diterima dan hipotesis nol
ditolak.
Menurut
Yosep
(2014),
kehilangan
merupakan tema dominan yang dicirikan
dengan bergai aspek kehidupan bagi lansia.
Kehilangan dapat dialami melalui berbagai
tahap kehidupan, tetapi efek komulatifnya
dirasakan secara akut oleh lansia. Beberapa
lansia menghadapi tersebut secara lebih baik
dibandingkan lain. Sedangkan bagi yang
lainnya, setiap kehilangan biologis, psikologis,
pribadi, sosial, identitas, fungsional dan filosofi
dapat
menimbulkan
kehampaan
pada
kehidupan seseorang.
Menurut Azizah (2011), kehilangan tidak
dapat dihindari. Konsep kehilangan masuk ke
dalam proses penuaan, sejalan dengan
penurunan komulatif dalam hal mental, fisik
dan sosial. Kehilangan adalah satu kata yang
paling menyimpulkan tentang masalah usia
tua yang meliputi kehilangan pekerjaan, waktu,
harga diri, martabat pribadi, kesehatan fisik,
kontak sosial, pendapatan dan lain-lain.
Kehilangan dinyatakan dengan deprivasi
yang berkaitan dengan status masa lalu,
sekalipun intensitas kehilangan tersebut
bergantung pada sistem nilai seseorang. Jika
frekuensi dan intensitas kehilangan semakin
cepat, maka orang tersebut kurang mampu
beradaptasi dan berintegrasi yang oleh karena
itu membahayakan kesehatan mental dan
fisiknya. Efek komulatif dari kehilangan
seumur hidup, terutama setelah usia 75 tahun
adalah dialaminya berbagai ketidakberhargaan
dan pengabaian (Azizah Ma’rifatul L, 2011).
Hidup
merupakan
suatu
rangkaian
kehadiran dan kepergian. Ada dan tiada akan
selalu berlangsung bergantian. Pada saat
akhir kehidupannya lansia akan mengalami
loss (kehilangan), grieving (berduka), dying
(sekarat/menjelang ajal) dan terakhir death
(kematian) (Azizah Ma’rifatul L, 2011).
Nugroho (2014) menyatakan bahwa seiring
dengan bertambahnya usia, lansia mengalami
perubahan dalam hidup mereka misalnya,
hilangnya pekerjaan, pensiun, berubahnya
peran sosial, merasa ditinggalkan dan jauh
dari anak cucu, kehilangan pasangan suami
atau istri, jika penyesuaikan diri pada lansia
dalam
menghadapi
perubahan
dalam
kehidupannya lambat dan tidak mampu
menyesuaikan diri, hal ini akan menimbulkan
kondisi
stress
dan
akan
semakin
bertambahnya beban mental pada lansia,
kondisi ini menyebabkan lansia jarang
bersosialisasi dan berinteraksi. Keadaan ini
cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum (fisik) maupun
kesehatan jiwa secara khusus.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Faradilla (2015) dalam penelitiannya
berjudul hubungan konsep diri dengan
kehilangan dan berduka pada usia lanjut di
Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
berarti antara konsep diri dengan kehilangan
pada usia lanjut (p 0.003). Penurunan konsep
diri akan mempengarui pola pemikiran lanjut
usia terhadap perilakunya dalam menilai
kehilangan yang dialaminya. Perubahan
konsep diri pada lanjut usia terutama
disebabkan oleh kesadaran subyektif yang
terjadi yang sejalan dengan bertambahnya
usia. Apabila lanjut usia menyadari perubahan
adanya perubahan fisik dan psikis yang terjadi
pada diri mereka maka akan berfikir dan
bertingkah laku yang seharusnya dilakukan
oleh lanjut usia. Lanjut usia akan banyak
mengalami perubahan fisik kemampuan dan
fungsi tubuh yang akan mengkibatkan tidak
stabilnya konsep diri.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiowati
(2012) tentang identifikasi konsep diri (ideal
diri, peran diri dan identitas diri) terhadap
respon kehilangan pada lansia di Panti Sosial
Theodora Makassar menyatakan bahwa ada
hubungan antara ideal diri (p 0.000), peran diri
(p 0.014) dan identitas diri (p 0.001) dengan
respon kehilangan pada lansia.
Berdasarkan beberapa konsep terkait dan
penelitian yang sejalan, maka peneliti
berasumsi bahwa konsep diri yaitu ideal diri,
peran diri, harga diri, citra tubuh dan identitas
diri mempunyai hubungan yang signifikan
dengan respon psikologis kehilangan pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Kabupaten Gowa. Semakin positif
konsep diri pada lansia, maka semakin positif
mereka
merespon
kehilangan
yang
dialaminya. Demikian juga dengan konsep diri
yang negaif, lansia akan merespon kehilangan
yang dialamunya dengan respon yang negatif.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan
penelitian tentang hubungan konsep diri
dengan respon psikologis kehilangan pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Kabupaten Gowa, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan antara lain sebagai
berikut :
1. Sebagian besar konsep diri pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa dalam kategori yang
positif (73.7%), dan hanya sebagian kecil
konsep diri pada lansia dalam kategori yang
negatif (26.3%).
2. Sebagian
besar
respon
psikologis
kehilangan pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten
Gowa dalam kategori yang positif (76.3%),
dan hanya sebagian kecil respon psikologis
kehilangan pada lansia dalam kategori yang
negatif (23.7%).
3. Ada hubungan antara konsep diri dengan
respon psikologis kehilangan pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa dimana p value 0.002.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian dan
manfaat penelitian, maka peneliti memberikan
beberapa saran antara lain sebagai berikut :
1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai pedoman dan acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan bagi
lansia yang mengalami respon kehilangan
guna meningkatkan derajat kesehatan
lansia sehingga masalah atau penyakit
yang berhubungan dengan masalah
tersebut sedini mungkin dapat dihindari.
2. Diharapakan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan informasi untuk
tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lanjut usia
khususnya di Panti Sosial Tresna Werdha
Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
agar menggunakan metode yang berbeda
dan jumlah sampel yang lebih banyak lagi
sehingga diperoleh hasil yang lebih
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah Ma’rifatul L, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu : Yogyakarta
Damaiyanti M & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung.
Faradilla, 2015. Hubungan Konsep Diri dengan Kehilangan dan Berduka pada Usia Lanjut di Panti Werdha
Dharma Bhakti Surakarta. Naskah Publikasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Kementrian
Kesehatan
RI
2015.
Profil
Kesehatan
Indonesia
Tahun
2014.
(Online)
(http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatanindonesia-2014.pdf, di akses tanggal 25 Maret 2016).
Nugroho, 2014. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. EGC : Jakarta.
Nursalam, 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Edisi 4. Salemba Medika :
Jakarta.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Nuha Medika : Yogyakarta.
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa, Maret 2016. Data Awal Jumlah Lansia Januari –
Maret 2016.
Prabowo E, 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika : Yogyakarta.
Purwaningsih W & Karlina I, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika : Yogyakarta.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Keseharan RI, Semester I tahun 2013. Topik Utama Gambaran Kesehatan
Lanjut
Usia
di
Indonesia.
(Online)
(www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/...lansia.pdf, di akses tanggal 25 Maret 2016).
Riyanto A, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan : Dilengkapi Contoh Kuesioner dan Laporan
Penelitian. Nuha Medika : Yogyakarta.
Saam Z & Wahyuni S, 2014. Psikologi Keperawatan. Rajawali Pers : Jakarta.
Setiowati, 2012. Identifikasi Konsep Diri (Ideal Diri, Peran Diri dan Identitas Diri) terhadap Respon Kehilangan
Pada Lansia di Panti Sosial Theodora Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 2. No. 2
2012. STIKES Mega Rezky Makassar.
Start W Gail. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. AlfaBeta : Yogyakarta.
Sujarweni V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Penerbit Gava Media : Yogyakarta
Suliswati, dkk. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta.
Sunaryo, 2015. Sosiologi Untuk Keperawatan. Bumi Medika : Jakarta.
Sunyoto D. 2012. Statistik Untuk Paramedis. AlfaBeta : Yogyakarta.
Wijayanti R, 2011. Hubungan antara dukungan keluarga dengan respons kehilangan pada lansia di Desa
Pekaja, Kalibagor kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Universitas Indonesia : Jakarta (Online)
(http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=97375&lokasi=lokal, di akses tanggal 25 Maret 2016).
William H. Fittz. 1971. Self Concenpt. (Buku Terjemahan).
Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung.
Yosep I & Sutini T, 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung.
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika : Jakarta.
Zulfirti R, 2011. Konsep Diri dan Gaya Hidup Pada Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis Di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Pekanbaru. Jurnal Ners Indonesia Vol. 1. No. 2, Maret 2011.
(Online) (http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/download/636/629&hl, di akses tanggal 25 Maret
2016).
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI KABUPATEN GOWA
Riskawati1, Muh. Yusuf2, Fatimah3
1
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Bagian Keperawatan Anak Poltekes Kemenkes Makassar
3
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
(Alamat Respondensi : [email protected]; Hp : 0823 4604 5415)
ABSTRAK
Kehilangan adalah satu kata yang paling menyimpulkan tentang masalah usia tua, dan kehilangan itu
sendiri tidak dapat dihindari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri
dengan respon psikologis kehilangan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa. Jenis penelilian ini adalah Survey Analitik dengan jumlah sampel sebanyak 38
orang lansia yang didapatkan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yang sesuai dengan
kriteria sampel yang telah ditetapkan. Pengujian hipotesis menggunakan analisis uji Chi Square
berdasarkan koreksi Pearson Chi Square dengan tolerasi kesalahan sebesar 5% (α 0.05). Hasil
penelitian memperlihatkan sebanyak 73.7% lansia dalam kategori konsep diri yang positif, dan
sebanyak 76.3% lansia dalam kategori respon psikologis kehilangan yang positif. Analisis uji
memperlihatkan terdapat hubungan antara konsep diri dengan respon psikologis kehilangan pada
lansia dengan p value sebesar 0.002. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara konsep
diri dengan respon psikologis kehilangan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa. Disarankan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk
tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia khususnya di Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
Kata Kunci : Konsep Diri, Respon Psikologis Kehilangan.
Pendahuluan
Lanjut usia adalah bagian dari proses
tumbuh kembang. Manusia tidak secara tibatiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi,
anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.
Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan yang
terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronoligis
tertentu. Lansia merupakan suatu proses
alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir. Di masa ini,
seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Azizah
Ma’rifatul L, 2011. Hal : 1).
Konsep kehilangan masuk ke dalam proses
penuaan, sejalan dengan penurunan komulatif
dalam hal mental, fisik dan sosial. Kehilangan
adalah satu kata yang paling menyimpulkan
tentang masalah usia tua yang meliputi
kehilangan pekerjaan, waktu, harga diri,
martabat pribadi, kesehatan fisik, kontak
sosial, pendapatan dan lain-lain. Dan
kehilangan itu sendiri tidak dapat dihindari.
Kehilangan dinyatakan dengan deprivasi
yang berkaitan dengan status masa lalu.
Sekalipun intensitas kehilangan tersebut
bergantung pada sistem nilai seseorang. Jika
frekuensi dan intensitas kehilangan semakin
cepat, maka orang tersebut kurang mampu
beradaptasi dan berintegrasi yang oleh karena
itu membahayakan kesehatan mental dan
fisiknya. Efek komulatif dari kehilangan
seumur hidup, terutama setelah usia 75 tahun
dialami berbagai ketidakberhargaan dan
pengabaian.
Burnside
menganjurkan
penggunaan strategi dan dukungan “loss facing” untuk meningkatkan kesejahteraan.
Penyimpangan konsep kehilangan adalah
konsep harapan. Harapan menghilangkan
potensi efek katastrofik dari kehilangan
komulatif pada lansia. Harapan sebagai suatu
ekspektasi mengatasi kehilangan yang tidak
dapat dihindari yang terakumulasi dari masa
anak-anak.
Harapan
adalah
antipasi
peningkatan status atau terlepas dari
perasaan terjebak. Harapan merupakan
kekuatan yang memotivasi, memberi energi
yang dapat memindahkan lansia ke luar dari
kehilangan yang kacau balau ke tingkat fungsi
yang
lebih
tinggi.
Harapan
adalah
berkarakteristik
esensial
dari
tahapan
integritas Erikson yang terakhir. Kegagalan
harapan akan mempersuram masa tua,
kehilangan harapan memendam cahaya
kehidupan (Azizah Ma’rifatul L, 2011. Hal :
128).
Lahir, kehilangan, kematian, dan berduka
merupakan suatu fase dalam perjalanan
kehidupan manusia yang harus dilalui, integral
dengan kehidupan dan bersifat unik bagi
setiap individu yang dapat menjadi stressor
yang
membutuhkan
dukungan
dalam
menghadapinya. Hidup merupakan suatu
rangkaian kehadiran dan kepergian. Ada dan
tiada akan selalu berlangsung bergantian.
Pada saat akhir kehidupannya lansia akan
mengalami
loss
(kehilangan),
grieving
(berduka), dying (sekarat/menjelang ajal) dan
terakhir death (kematian) (Azizah Ma’rifatul L,
2011. Hal : 132).
Kehilangan merupakan tema dominan yang
dicirikan dengan bergai aspek kehidupan bagi
lansia. Kehilangan dapat dialami melalui
berbagai tahap kehidupan, tetapi efek
komulatifnya dirasakan secara akut oleh
lansia. Beberapa lansia menghadapi tersebut
secara
lebih
baik
dibandingkan
lain.
Sedangkan bagi yang lainnya, setiap
kehilangan biologis, psikologis, pribadi, sosial,
identitas, fungsional dan filosofi dapat
menimbulkan kehampaan pada kehidupan
seseorang (Azizah Ma’rifatul L, 2011. Hal :
134).
Pada umumnya setelah orang memasuki
lansia maka ia mengalami penurun fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi makin lambat. Sementara fungsi
psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang
cekatan. Dengan adanya penurunan kedua
fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan keadaan kepribadian lansia sehingga
dapat
dimasukkan
ke dalam kategori
kehilangan. Hal ini perlu diantisipasi dengan
mekanisme pertahanan diri (coping mecanism)
baik atau pun dengan pembentukan konsep
diri yang lebih positif (Padila, 2013. Hal : 82).
Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti R
(2011) tentang hubungan dukungan keluarga
dengan respon kehilangan pada lansia
menyatakan bahwa lansia membutuhkan
dukungan keluarga khususnya interaksi sosial
guna menghadapi perubahan (kehilangan)
sebagai akibat dari proses menua. Penelitian
yang dilakukan Zulfitri R (2011) tentang
konsep diri dan gaya hidup lansia yang
mengalami penyakit kronis, kehilangan dan
berduka, menyatakan bahwa status konsep
diri lansia mempengaruhi pembentukan gaya
hidup sehat khususnya pada lansia dengan
penyakit kronis, kehilangan dan berduka.
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang
lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada
tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
negara maju seperti Amerika Serikat,
pertambahan orang lanjut usia diperkirakan
1.000 orang perhari pada tahun 1985 dan
diperkirakan 50% dari penduduk berusia di
atas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom
pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan
Penduduk Lanjut Usia” (Lansia) (Padila, 2013.
Hal : 1).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI Tahun 2013 maka diketahui
bahwa persentase penduduk lansia tahun
2012 adalah 7,56% yang berarti termasuk
negara berstruktur tua. Penduduk lansia
berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2012
yang paling banyak adalah perempuan
(Perempuan = 8,2%; Laki-laki = 6,9%).
Penduduk lansia berdasarkan wilayah tahun
2012 lebih banyak tinggal di perdesaan
(7,63%) daripada di perkotaan (7,49%).
Penduduk lansia paling tinggi pada tahun 2012
adalah di provinsi D.I. Yogyakarta (13,04%),
Jawa Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%).
Jumlah lansia di Sulawesi Selatan sendiri
sebesar 8,34% (Pusdatin Kemenkes RI, 2013.
Hal : 17).
Jumlah penduduk lanjut usia menurut Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2014 yang berusia
≥ 60 tahun sebesar 19,1 juta jiwa dimana lakilaki sebanyak 8,79 juta dan perempuan
sebanyak 10,34 juta jiwa. Sedangkan
penduduk berusia ≥ 70 tahun (penduduk usia
lanjut risiko tinggi) sebanyak 7,73 juta jiwa
dimana laki-laki sebanyak 3,32 juta jiwa dan
perempuan
sebanyak
4,40
juta
jiwa
(Kemenkes RI, 2014. Hal : 6).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten
Gowa Maret 2016, maka diketahui bahwa
jumlah lansia berdasarkan daftar nominatif
klien reguler tahun anggaran 2016 sebanyak
95 orang lansia. Dari data tersebut, diketahui
bahwa klien laki-laki sebanyak 30 orang lansia
dan klien perampuan sebanyak 65 orang
lansia. (Data Awal dari PSTW Gau Mabaji
Kabupaten Gowa, Maret 2016)
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
konsep diri (peran diri, identitas diri dan harga
diri) dengan respon psikologis kehilangan
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
BAHAN DAN METODE
Jenis Penelitian, Waktu & Tempat, Populasi
& Sampel
Jenis dan metode penelitian ini adalah
Survey
Analitik.
menggunakan
desain
penelitian Cross Sectional Study. Penelitian ini
dilaksanakan di Panti Unit Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa
pada bulan Juli 2016. Populasi sebanyak 95
orang lansia. Teknik penerikan sampel adalah
Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 38 orang yang sesuai dengan
kriteria sampel antara lain :
1. Kriteria Inklusi
a. Responden yang bersedia untuk diteliti
hingga penelitian ini selesai
b. Responden yang dapat berkomunikasi
dengan baik
c. Responden
yang
tidak
mendapat
kunjungan keluarga minimal 1 bulan
lamanya
d. Responden yang masih mempunyai
keluarga dengan status hubungan
minimal anak
e. Responden yang memiliki keluarga yang
berdomisili di daerah Kabupaten Gowa,
Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten
Sinjai dan Kabupaten Takalar.
2. Kriteria Eksklusi
a. Responden yang pada saat penelitian
berlangsung tidak berada di lokasi
penelitian
b. Responden yang pada saat penelitian
berlangsung tiba-tiba sakit.
Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan informasi dan data
yang diinginkan, peneliti menggunakan
kuesioner yang mengkaji tentang Respon
Psikologis Kehilangan dengan bobot 5
pertanyaan dari tiap respon psikologis.
Kriteria penilaian dari tiap pilihan jawaban
adalah skor 1 untuk pilihan jawab Selalu, 2
Sering, 3 Kadang dan 4 Tidak Pernah
berlaku untuk jawaban positif, dan
penilaian terbalik untuk jawaban negatif.
Sedangkan untuk mengukur konsep diri,
peneliti menggunakan alat ukur dari
William H. Fitts dengan penilaian dari
pilihan jawaban adalah Setuju 4, Cukup
Setuju 3, Cenderung Tidak Setuju 2 dan
Tidak Setuju 1 untuk pilihan jawaban positif
dan penilaian sebaliknya untuk pilihan
jawaban negatif.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang
dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
suatu organisasi atau perorangan
langsung dari objeknya (Sunyoto D,
2013. Hal : 4).
Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang didapatkan secara
langsung dari responden sebagai
sampel penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh dalam bentuk jadi dan telah
diolah oleh pihak lain yang biasanya
dalam bentuk publikasi (Sunyoto D,
2013. Hal : 5).
Data sekunder dalam penelitian ini
adalah data yang didapatkan oleh
peneliti melalui pengelola Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji.
Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan
program komputerisasi
untuk tabulasi dan pengelompokan data
berdasarkan karakteristik umum responden
dan variabel yang diteliti.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa dilakukan terhadap tiap-tiap
variabel penelitian terutama untuk
melihat tampilan distribusi frekuensi dan
presentasi dari tiap-tiap variabel.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat berfungsi untuk
mengetahui hubungan antar variabel
dengan menggunakan korelasi Chi
Square Test (Chi Kuadrat) berdasarkan
Correction Pearson Chi Square dengan
ketentuan
Interval
Level
(taraf
keyakinan) 95%, Probability (toleransi
kesalahan) 5% (α 0.05).
HASIL PENELITIAN
Dari hasil pengolahan data yang telah
dilakukan, data kemudian disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi meliputi analisis
univariat dan analisis bivariat. Analisis
univariat dalam penelitian ini meliputi
karakteristik umum responden, variabel
independen
dan
variabel
dependen.
Sedangkan analisis bivariat dalam penelitian
ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
variabel independen yaitu konsep diri dengan
variabel dependen yaitu respon psikologis
kehilangan. Tampilan data dalam analisa
univariat dalam penelitian ini dianalisis
menggunakan
Descriptive
Statistics
Frequencies sedangkan tampilan data dalam
analisa bivariat dianalisis menggunakan
Descriptive Statistics Crosstabs menggunakan
uji Chi Square Test berdasarkan Correction
Pearson Chi Square.
1. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Lansia Berdasarkan Umur di
PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa
No.
Umur
n
%
1
60 - 74 Thn
30
78.9
2
75 - 90 Thn
8
21.1
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.1, maka diketahui
bahwa kelompok umur lansia paling
banyak adalah 60 s/d 74 tahun dengan
jumlah responden 30 orang (78.9%), dan
kelompok umur lansia paling sedikit adalah
75 s/d 90 tahun dengan jumlah responden
8 orang (21.1%).
Tabel 5.2
Distribusi Lansia Berdasarkan Jenis
Kelamin di PSTW Gau Mabaji Kabupaten
Gowa
Jenis
No.
n
%
Kelamin
1
Laki-Laki
7
18.4
2
Perempuan
31
81.6
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.2, maka diketahui
bahwa jenis kelamin yang paling banyak
adalah
perempuan
dengan
jumlah
responden 31 orang (81.6%), dan jenis
kelamin paling sedikit adalah laki-laki
dengan jumlah responden 7 orang (18.4%).
Tabel 5.3
Distribusi Lansia Berdasarkan Pendidikan
Terakhir di PSTW Gau Mabaji Kabupaten
Gowa
No. Pendidikan
n
%
1
SD
11
28.9
2
SMP
1
2.6
3
SMA
5
13.2
Tidak
5
21
55.3
Sekolah
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.3, maka diketahui
bahwa kelompok pendidikan lansia yang
tidak
sekolah
merupakan
kelompok
pendidikan yang paling banyak dengan
jumlah responden 21 orang (55.3%),
sedangkan kelompok pendidikan SMP
merupakan kelompok pendidikan yang
paling sedikit dengan jumlah responden 1
orang (2.6%)
Tabel 5.4
Distribusi Konsep Diri Pada Lansia di
PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa
Konsep
No.
n
%
Diri
1
Positif
28
73.7
2
Negatif
10
26.3
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.4, maka diketahui
bahwa konsep diri pada lansia dengan
kategori positif sebanyak 28 orang
responden (73.7%) sedangkan konsep diri
pada lansia dengan kategori negatif
sebanyak 10 orang responden (26.3%).
Tabel 5.5
Distribusi Respon Psikologis Kehilangan
Pada Lansia di PSTW Gau Mabaji
Kabupaten Gowa
Respon
No. Psikologis
n
%
Kehilangan
1
Positif
29
76.3
2
Negatif
9
23.7
Total
38
100.0
Berdasarkan tabel 5.5, maka diketahui
bahwa respon psikologis kehilangan pada
lansia dengan kategori positif sebanyak 29
orang responden (76.3%), sedangkan
respon psikologis kehilangan dengan
kategori negatif sebanyak 9 orang
responden (23.7%).
2. Analisa Bivariat
Untuk melihat hubungan antara konsep
diri dengan respon psikologis kehilangan
pada lansia pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten
Gowa, maka digunakan Descriptive
Statistics Crosstabs menggunakan uji Chi
Square Test berdasarkan Correction
Pearson Chi Square dengan toleransi
kesalahan sebesar 5% (α 0.05) dan
Confidence Interval sebesar 95% (X2 tabel
= 3.84, degree of freedom (df) = 1).
Tabel 5.6
Hubungan antara Konsep Diri dengan
Respon Psikologis Kehilangan pada Lansia
di PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa
Respon
Psikologis
Kons
Kehilangan
Total
ep
p
Negat
Diri
Positif
if
n % n % n
%
Positi 2 65.
2 73.
3 7.9
f
5
8
8
7
Negat
10.
15. 1 26.
0.0
4
6
if
5
8
0
3
02
2 76.
23. 3 100
Total
9
9
3
7
0
.0
Berdasarkan tabel 5.6, maka diketahui
bahwa dari total 28 orang lansia (73.7%)
dengan konsep diri yang positif, didapatkan
25 orang lansia (65.8%) dengan respon
psikologis kehilangan yang positif, dan 3
orang lainnya (7.9%) dengan respon
psikologis
kehilangan
yang
negatif.
Sedangkan dari total 10 orang lansia
(26.3%) dengan konsep diri yang negatif,
didapatkan 4 orang lansia (10.5%) dengan
respon psikologis kehilangan yang positif
dan 6 orang lansia lainnya (15.8%) dengan
respon psikologis kehilangan yang negatif.
Setelah dilakukan analisis Descriptive
Statistics Crosstabs menggunakan uji Chi
Square Test, maka berdasarkan Correction
Pearson Chi Square dengan toleransi
kesalahan sebesar 5% (α 0.05) dan
Confidence
Interval
sebesar
95%
didapatkan nilai p value sebesar 0.002,
yang berarti p value 0.002 < α 0.05.
Dengan demikian maka Ha dalam
penelitian ini yang menyatakan bahwa ada
hubungan konsep diri dengan respon
psikologis kehilangan pada lansia di Panti
Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten
Gowa diterima dan Ho ditolak.
PEMBAHASAN
Diketahui bahwa dari total 28 orang lansia
(73.7%) dengan konsep diri yang positif,
didapatkan 25 orang lansia (65.8%) dengan
respon psikologis kehilangan yang positif, dan
3 orang lainnya (7.9%) dengan respon
psikologis kehilangan yang negatif. Menurut
peneliti, didapatkan lansia yang dalam kategori
konsep diri yang positif namun menilai respon
kehilangan secara negatif karena lansia
tersebut masih belum lama atau tergolong
sebagai lansia baru di panti tersebut sehingga
lansia tersebut masih merasa kehilangan atau
memori bersama keluarga mereka masih
terbayang-bayang. Menurut hasil wawancara,
mereka yang menilai respon kehilangannya
dengan sudut pandang yang negatif masih
belum percaya bahwa mereka telah berpisah
atau kehilangan keluarga/ orang-orang
terdekat mereka yang sebelumnya ada
disekitar mereka sehingga hasil penilaian
memperlihatkan kategori yang negatif.
Sedangkan dari total 10 orang lansia
(26.3%) dengan konsep diri yang negatif,
didapatkan 4 orang lansia (10.5%) dengan
respon psikologis kehilangan yang positif dan
6 orang lansia lainnya (15.8%) dengan respon
psikologis kehilangan yang negatif. Menurut
peneliti, didapatkan lansia dalam kategori
konsep diri yang negatif namun menilai respon
kehilangan secara positif karena lansia
tersebut kurang mampu bersosialisasi dengan
lansia lainnya, sebagian dari mereka hanya
bersosialisasi pada asrama mereka sendiri
yang berdampak pada penilaian konsep diri
khususnya pada dimensi harga diri dan peran
diri yang kurang baik atau dalam kategori yang
negatif.
Sedangkan
pada
respon
kehilangannya yang dalam kategori positif,
mereka sudah cukup lama atau tergolong
sebagai lansia lama/ penghuni lama di panti
tersebut sehingga memori ataupun kenangan
mereka dengan orang terdekat sudah
berangsur-angsur menghilang dari ingatan
mereka. Oleh sebab itu, hasil penelitian
memperlihatkan beberapa lansia dalam
kategori konsep diri negatif namun menilai
respon kehilangan secara positif.
Konsep diri merupakan pandangan atau
persepsi individu terhadap diri sendiri. Konsep
diri diperoleh melalui pengalaman dan
interaksi dengan orang lain, terutama dengan
orang yang berarti dalam kehidupan
seseorang, seperti orang tua dan temanteman sebaya. Konsep diri mempunyai lima
komponen dasar, yaitu ideal diri, identitas diri,
citra tubuh, harga diri dan peran diri.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
maka
diketahui bahwa sebagian besar lansia dalam
kategori konsep diri yang positif, yaitu sebesar
73.7%. Dan hanya sebagian kecil lansia dalam
kategori konsep diri yang negatif, yaitu
sebesar 26.3%. Didapatkan sebanyak 10
orang lansia dalam kategori konsep diri yang
negatif karena sebagian besar dari lansia
tersebut kurang memperhatikan kerapihan dan
kebersihan tubuhnya yang dinilai berdasarkan
dimensi citra tubuhnya. Hal ini juga
ditunjukkan dengan didapatinya sebagian
besar lansia mengabaikan dirinya, mudah
menyerah terhadap beberapa keadaan
tertentu, kurang dapat memecahkan masalah,
serta kurang mampu mengurus dirinya sendiri
dalam
beberapa
situasi
yang
dinilai
berdasarkan dimensi ideal diri. Selain itu,
penilaian dari dimensi identitas diri didapatkan
sebagian besar dari lansia tersebut adalah
mereka yang berusaha lari dari masalahmasalah mereka, keluarga mereka kurang
membantu dalam menghadapi kesulitan
dimasa tua mereka, serta tidak mendapat
perlakuan dari keluarga mereka sebagaimana
mestinya. Hal inilah yang kemudian menjadi
penilaian sehingga didapati sebanyak 10
orang lansia (26.3%) dalam kategori konsep
diri yang negatif.
Kehilangan dari attachment (kedekatan
seseorang terhadap orang lain yang dianggap
penting),
merupakan
kehilangan
yang
mencakup kejadian nyata atau hanya
khayalan
(yang
diakibatkan
persepsi
seseorang terhadap kejadian), seperti kasih
sayang, kehilangan orang yang berarti, fungsi
fisik, harga diri. Banyak situasi kehilangan
dianggap sangat berpengaruh karena memiliki
makna yang tinggi. Dapat pula mencakup
kehilangan teman lama, kenangan yang indah,
tetangga yang baik. Kemampuan seseorang
untuk bertahan, tetap stabil, dan bersikap
positif terhadap kehilangan, merupakan suatu
tanda
kematangan
dan
pertumbuhan.
Peristiwa kehilangan pada seseorang dapat
terjadi secara bertahap maupun secara tibatiba.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
maka
diketahui bahwa sebagian besar lansia dalam
kategori respon psikologis kehilangan yang
positif yaitu sebesar 76.3%, dan hanya
sebagian kecil lansia dalam kategori respon
psikologis kehilangan yang negatif, yaitu
sebesar 23.7%. Didapatkan 9 orang lansia
dalam kategori respon psikologis kehilangan
yang negatif karena berdasarkan wawancara
dari kuesioner, diketahui bahwa mereka
adalah orang yang belum lama tinggal di panti
tersebut. Rata-rata mereka menetap di panti
kurang dari 1 tahun, sehingga mereka
terkadang masih memikirkan sanak keluarga
yang masih ada yang kurang memberikan
perhatian kepada mereka sebagaimana
mestinya. Berdasarkan kuesioner, diketahui
juga bahwa sebagian besar dari mereka yang
dalam respon psikologis kehilangan negatif
menyalahkan keluarga mereka atas tinggalnya
mereka di panti tersebut. Ada yang dibawa
langsung oleh sanak keluarga dan ada juga
yang datang dengan sendirinya akibat
penelantaran yang dilakukan oleh keluarga,
mereka kadang masih memikirkan hal-hal
yang biasa terjadi di tempat tinggal mereka
yang dulu, sehingga berdampak pada respon
psikologis kehilangan yang dalam kategori
negatif.
Setelah dilakukan analisis Descriptive
Statistics Crosstabs menggunakan uji Chi
Square Test, maka berdasarkan Correction
Pearson Chi Square didapatkan nilai p value
sebesar 0.002, yang berarti p value 0.002 < α
0.05. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara konsep diri
dengan respon psikologis kehilangan pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Kabupaten Gowa, sehingga hipotesis
alternatif dinyatakan diterima dan hipotesis nol
ditolak.
Menurut
Yosep
(2014),
kehilangan
merupakan tema dominan yang dicirikan
dengan bergai aspek kehidupan bagi lansia.
Kehilangan dapat dialami melalui berbagai
tahap kehidupan, tetapi efek komulatifnya
dirasakan secara akut oleh lansia. Beberapa
lansia menghadapi tersebut secara lebih baik
dibandingkan lain. Sedangkan bagi yang
lainnya, setiap kehilangan biologis, psikologis,
pribadi, sosial, identitas, fungsional dan filosofi
dapat
menimbulkan
kehampaan
pada
kehidupan seseorang.
Menurut Azizah (2011), kehilangan tidak
dapat dihindari. Konsep kehilangan masuk ke
dalam proses penuaan, sejalan dengan
penurunan komulatif dalam hal mental, fisik
dan sosial. Kehilangan adalah satu kata yang
paling menyimpulkan tentang masalah usia
tua yang meliputi kehilangan pekerjaan, waktu,
harga diri, martabat pribadi, kesehatan fisik,
kontak sosial, pendapatan dan lain-lain.
Kehilangan dinyatakan dengan deprivasi
yang berkaitan dengan status masa lalu,
sekalipun intensitas kehilangan tersebut
bergantung pada sistem nilai seseorang. Jika
frekuensi dan intensitas kehilangan semakin
cepat, maka orang tersebut kurang mampu
beradaptasi dan berintegrasi yang oleh karena
itu membahayakan kesehatan mental dan
fisiknya. Efek komulatif dari kehilangan
seumur hidup, terutama setelah usia 75 tahun
adalah dialaminya berbagai ketidakberhargaan
dan pengabaian (Azizah Ma’rifatul L, 2011).
Hidup
merupakan
suatu
rangkaian
kehadiran dan kepergian. Ada dan tiada akan
selalu berlangsung bergantian. Pada saat
akhir kehidupannya lansia akan mengalami
loss (kehilangan), grieving (berduka), dying
(sekarat/menjelang ajal) dan terakhir death
(kematian) (Azizah Ma’rifatul L, 2011).
Nugroho (2014) menyatakan bahwa seiring
dengan bertambahnya usia, lansia mengalami
perubahan dalam hidup mereka misalnya,
hilangnya pekerjaan, pensiun, berubahnya
peran sosial, merasa ditinggalkan dan jauh
dari anak cucu, kehilangan pasangan suami
atau istri, jika penyesuaikan diri pada lansia
dalam
menghadapi
perubahan
dalam
kehidupannya lambat dan tidak mampu
menyesuaikan diri, hal ini akan menimbulkan
kondisi
stress
dan
akan
semakin
bertambahnya beban mental pada lansia,
kondisi ini menyebabkan lansia jarang
bersosialisasi dan berinteraksi. Keadaan ini
cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum (fisik) maupun
kesehatan jiwa secara khusus.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Faradilla (2015) dalam penelitiannya
berjudul hubungan konsep diri dengan
kehilangan dan berduka pada usia lanjut di
Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
berarti antara konsep diri dengan kehilangan
pada usia lanjut (p 0.003). Penurunan konsep
diri akan mempengarui pola pemikiran lanjut
usia terhadap perilakunya dalam menilai
kehilangan yang dialaminya. Perubahan
konsep diri pada lanjut usia terutama
disebabkan oleh kesadaran subyektif yang
terjadi yang sejalan dengan bertambahnya
usia. Apabila lanjut usia menyadari perubahan
adanya perubahan fisik dan psikis yang terjadi
pada diri mereka maka akan berfikir dan
bertingkah laku yang seharusnya dilakukan
oleh lanjut usia. Lanjut usia akan banyak
mengalami perubahan fisik kemampuan dan
fungsi tubuh yang akan mengkibatkan tidak
stabilnya konsep diri.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiowati
(2012) tentang identifikasi konsep diri (ideal
diri, peran diri dan identitas diri) terhadap
respon kehilangan pada lansia di Panti Sosial
Theodora Makassar menyatakan bahwa ada
hubungan antara ideal diri (p 0.000), peran diri
(p 0.014) dan identitas diri (p 0.001) dengan
respon kehilangan pada lansia.
Berdasarkan beberapa konsep terkait dan
penelitian yang sejalan, maka peneliti
berasumsi bahwa konsep diri yaitu ideal diri,
peran diri, harga diri, citra tubuh dan identitas
diri mempunyai hubungan yang signifikan
dengan respon psikologis kehilangan pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Kabupaten Gowa. Semakin positif
konsep diri pada lansia, maka semakin positif
mereka
merespon
kehilangan
yang
dialaminya. Demikian juga dengan konsep diri
yang negaif, lansia akan merespon kehilangan
yang dialamunya dengan respon yang negatif.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan
penelitian tentang hubungan konsep diri
dengan respon psikologis kehilangan pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Kabupaten Gowa, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan antara lain sebagai
berikut :
1. Sebagian besar konsep diri pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa dalam kategori yang
positif (73.7%), dan hanya sebagian kecil
konsep diri pada lansia dalam kategori yang
negatif (26.3%).
2. Sebagian
besar
respon
psikologis
kehilangan pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten
Gowa dalam kategori yang positif (76.3%),
dan hanya sebagian kecil respon psikologis
kehilangan pada lansia dalam kategori yang
negatif (23.7%).
3. Ada hubungan antara konsep diri dengan
respon psikologis kehilangan pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa dimana p value 0.002.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian dan
manfaat penelitian, maka peneliti memberikan
beberapa saran antara lain sebagai berikut :
1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai pedoman dan acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan bagi
lansia yang mengalami respon kehilangan
guna meningkatkan derajat kesehatan
lansia sehingga masalah atau penyakit
yang berhubungan dengan masalah
tersebut sedini mungkin dapat dihindari.
2. Diharapakan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan informasi untuk
tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lanjut usia
khususnya di Panti Sosial Tresna Werdha
Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
agar menggunakan metode yang berbeda
dan jumlah sampel yang lebih banyak lagi
sehingga diperoleh hasil yang lebih
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah Ma’rifatul L, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu : Yogyakarta
Damaiyanti M & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung.
Faradilla, 2015. Hubungan Konsep Diri dengan Kehilangan dan Berduka pada Usia Lanjut di Panti Werdha
Dharma Bhakti Surakarta. Naskah Publikasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Kementrian
Kesehatan
RI
2015.
Profil
Kesehatan
Indonesia
Tahun
2014.
(Online)
(http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatanindonesia-2014.pdf, di akses tanggal 25 Maret 2016).
Nugroho, 2014. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. EGC : Jakarta.
Nursalam, 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Edisi 4. Salemba Medika :
Jakarta.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Nuha Medika : Yogyakarta.
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa, Maret 2016. Data Awal Jumlah Lansia Januari –
Maret 2016.
Prabowo E, 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika : Yogyakarta.
Purwaningsih W & Karlina I, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika : Yogyakarta.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Keseharan RI, Semester I tahun 2013. Topik Utama Gambaran Kesehatan
Lanjut
Usia
di
Indonesia.
(Online)
(www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/...lansia.pdf, di akses tanggal 25 Maret 2016).
Riyanto A, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan : Dilengkapi Contoh Kuesioner dan Laporan
Penelitian. Nuha Medika : Yogyakarta.
Saam Z & Wahyuni S, 2014. Psikologi Keperawatan. Rajawali Pers : Jakarta.
Setiowati, 2012. Identifikasi Konsep Diri (Ideal Diri, Peran Diri dan Identitas Diri) terhadap Respon Kehilangan
Pada Lansia di Panti Sosial Theodora Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 2. No. 2
2012. STIKES Mega Rezky Makassar.
Start W Gail. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. AlfaBeta : Yogyakarta.
Sujarweni V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Penerbit Gava Media : Yogyakarta
Suliswati, dkk. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta.
Sunaryo, 2015. Sosiologi Untuk Keperawatan. Bumi Medika : Jakarta.
Sunyoto D. 2012. Statistik Untuk Paramedis. AlfaBeta : Yogyakarta.
Wijayanti R, 2011. Hubungan antara dukungan keluarga dengan respons kehilangan pada lansia di Desa
Pekaja, Kalibagor kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Universitas Indonesia : Jakarta (Online)
(http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=97375&lokasi=lokal, di akses tanggal 25 Maret 2016).
William H. Fittz. 1971. Self Concenpt. (Buku Terjemahan).
Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung.
Yosep I & Sutini T, 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung.
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika : Jakarta.
Zulfirti R, 2011. Konsep Diri dan Gaya Hidup Pada Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis Di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Pekanbaru. Jurnal Ners Indonesia Vol. 1. No. 2, Maret 2011.
(Online) (http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/download/636/629&hl, di akses tanggal 25 Maret
2016).