HUBUNGAN UMUR IBU DAN PARITAS DENGAN PEM

!"

#"! !

$

%&

dosen poltekkes kemenkes palembang jurusan kebidanan

World Health Organization (WHO), United Nation Children Education and Fund (UNICEF) dan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah
menetapkan, waktu 6 bulan direkomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif disebabkan ASI mempunyai
banyak manfaat. Dalam rekomendasi tersebut di jelaskan bahwa manfaat ASI akan meningkatkan IQ dan
kesehatan bayi, jika bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Faktor3faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di antaranya umur ibu dan paritas.
Data ASI Eksklusif pada tahun 2012 berjumlah 179 orang (medical record Puskesmas Pembina Palembang).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur ibu dan paritas dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi berusia 036 bulan di Puskesmas Pembina Palembang dari bulan januari3juni tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini
adalah semua ibu yang memiliki bayi yang berusia7312 bulan yang datang di Puskesmas Pembina Palembang

dari bulan januari3juni tahun 2013 berjumlah 46 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
wawancara menggunakan panduan kuesioner. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 73
12 bulan yang datang ke Puskesmas Pembina Palembang pada saat penelitian berlangsung dengan jumlah
sampel 46 orang.
Hasil analisis univariat didapatkan bahwa responden yang pernah memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya
berjumlah 17 responden (37%). Responden yang pernah memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dengan
berumur tua berjumlah 13 responden (54,2%) dan responden yang pernah memberikan ASI Eksklusif dengan
paritas tinggi berjumlah 13 responden (61,9%). Hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi square
menunjukkan ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif ρ value sebesar 0,026
dan ada hubungan bermakna antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayinya dengan ρ value
sebesar 0,004.
Diharapkan kepada pihak Puskesmas Pembina Palembang sebagai unit pelayanan kesehatan untuk lebih aktif
dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan, khususnya tentang pemberian ASI Eksklusif kepada ibu3ibu
yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Pembina Palembang.
PENDAHULUAN
"'"

&("%")*

Pada tahun 2002 World Health

Organization (WHO) menyatakan bahwa ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi
adalah yang terbaik. Dengan demikian
ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif
itu cukup 4 bulan) sudah tidak berlaku lagi.
Menyusui eksklusif adalah memberikan hanya
ASI segera lahir sampai bayi berusia 6 bulan
dan memberikan kolostrum (Depkes RI, 2005).
Dampak yang terjadi apabila bayi tidak
diberi ASI adalah bayi tidak memperoleh zat
kekebalan tubuh dan tidak mendapat makanan
yang bergizi tinggi serta berkualitas, sehingga
bayi
mudah
mengalami
sakit
yang
mengakibatkan
pertumbuhan
dan

perkembangan kecerdasan terhambat (Depkes
RI, 2005).

Menurut World Health Organization
(WHO), United Nation Children Education
and Fund (UNICEF) dan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia melalui SK
Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal
7 April 2004 telah menetapkan, waktu 6 bulan
direkomendasikan untuk memberikan ASI
eksklusif disebabkan ASI mempunyai banyak
manfaat. Dalam rekomendasi tersebut di
jelaskan
bahwa
manfaat
ASI
akan
meningkatkan IQ dan kesehatan bayi, jika bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama
kehidupannya. ASI mengandung 88,1% air

sehingga diminum bayi selama pemberian ASI
eksklusif sudah
mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan
kesehatan bayi. Selanjutnya demi tercukupnya
nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan
pendamping ASI (Nurheti, 2010).

Berdasarkan penelitian Indah (2005),
menyebutkan bahwa banyak faktor3faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI pada bayi, yaitu
petugas kesehatan, psikologi ibu, umur ibu, paritas,
sosial budaya, tata laksana rumah sakit,
pengetahuan ibu dan jumlah anak yang dilahirkan.
menurut
Amirudin
(2008)
Umur
dibedakan menjadi dua yaitu tua apabila berusia
diatas 30 tahun dan muda kurang dari 30 tahun. Ibu
yang berumur kurang dari 30 tahun belum

mempunyai pengetahuan tentang pemberian ASI
Eksklusif, sedangkan ibu yang berumur lebih dari
30 tahun mempunyai pengalaman dalam pemberian
ASI Eksklusif. Jadi umur ibu mempunyai peran
dalam pemberian ASI Eksklusif. Karena
keberanian untuk menyusui bayi tidak ragu3ragu
lagi bagi ibu3ibu yang umurnya lebih dari 30 tahun
(Nindya, 2001).
Paritas adalah jumlah anak yang pernah
dilahirkan baik lahir hidup maupun mati. Paritas
rendah bila jumlah anak kurang dari tiga sedangkan
paritas tinggi adalah bila anak lebih dari atau sama
dengan tiga. Prevalensi menyusui eksklusif
meningkat dengan bertambahnya jumlah anak,
dimana prevalensi anak ketiga atau lebih akan lebih
banyak yang disusui eksklusif dibandingkan
dengan anak kedua dan pertama sehingga terdapat
hubungan yang bermakna antara paritas dengan
pemberian ASI Eksklusif (Suparmanto dan Rahayu,
2001)

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012, hanya 27,1% bayi yang
memperoleh ASI ekslusif selama 6 bulan.
Sedangkan pemberian ASI pada bayi usia 031 bulan
sebesar 50,8%, antara usia 233 bulan sebesar 48,9%
dan pada usia 739 bulan sebesar 4,5%. Pemberian
ASI ekslusif kepada bayi selama 6 bulan dalam
SDKI 2012 lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
SDKI 2007.
Sentra Laktasi Indonesia mencatat bahwa
berdasarkan survei demografi dan kesehatan
Indonesia 200032003, hanya 15% ibu yang
memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di
Indonesia, rata3rata ibu memberikan ASI eksklusif
hanya 2 bulan (Nurheti, 2010).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011, angka
kelahiran total sejumlah 30.192 bayi yang lahir,
bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif sebesar
35,9% sedangkan bayi yang tidak mendapatkan

ASI Eksklusif sebesar 62,9%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Palembang cakupan pemberian ASI Ekslusif untuk
Kota Palembang Tahun 2012 sebesar 36.94%.
Cakupan ini masih jauh di bawah target pencapaian
pemberian ASI Ekslusif Indonesia yaitu 80%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Puskesmas Pembina Palembang dari bulan Januari
sampai dengan bulan Desember tahun 2012, jumlah
bayi sebanyak 179 orang, diantaranya yang
mendapatkan ASI secara Eksklusif sebanyak 37
orang (20,7%) dan yang tidak mendapatkan ASI
secara Eksklusif sebanyak 142 orang (79,3%)
(medical record Puskesmas Pembina Palembang).
Berdasarkan data diatas, penulis tertarik
untuk mengangkat masalah tersebut dalam
penelitian yang berjudul + , )*") ,
!") " '" !&)*") &-,& ")
% %( .

/"!" "
&
"
(") !
%& -"
&-, )" "(&-,")* "0 )
1
- ")

" "("0

Apakah ada hubungan umur ibu dan
paritas dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi berusia 036 bulan di Puskesmas Pembina
Palembang dari bulan Januari3Juni Tahun 2013
?
") &)&( ' ")
") - Untuk mengetahui hubungan umur ibu
dan paritas dengan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi berusia 036 bulan

di Puskesmas Pembina Palembang dari
bulan Januari3Juni Tahun 2013.

a.

b.

c.

d.

") 0
Untuk mengetahui distribusi frekuensi
pemberian ASI eksklusif pada bayi
berusia 036 bulan di Puskesmas Pembina
Palembang dari bulan Januari3Juni
Tahun 2013.
Untuk mengetahui distribusi frekuensi
umur ibu dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi berusia 036 bulan di

Puskesmas Pembina Palembang dari
bulan Januari3Juni Tahun 2013.
Untuk mengetahui distribusi frekuensi
paritas ibu dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi berusia 036 bulan di
Puskesmas Pembina Palembang dari
bulan Januari3Juni Tahun 2013.
Untuk mengetahui hubungan umur ibu
dengan pemberian ASI eksklusif pada
bayi berusia 036 bulan di Puskesmas

e.
f.

2

Pembina Palembang dari bulan Januari3
Juni Tahun 2013.
Untuk mengetahui hubungan paritas ibu
dengan pemberian ASI eksklusif pada

bayi berusia 036 bulan di Puskesmas
Pembina Palembang dari bulan Januari3
Juni Tahun 2013.

2

"*

&)&( '

Dengan melakukan penelitian ini,
dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan
dan
pengalaman
penelitian
dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama
pendidikan terutama materi Biostatistik dan
Metodelogi
Penelitian
serta
dapat
mengaplikasikan
masalah
kesehatan
mengenai pemberian ASI eksklusif pada bayi.
2
"*
-/ )")
%& -" &-, )"
"(&-,")*

2

2
"* ) ' '
&)! ! %") $('&%%&
&-&)%& "(&-,")*
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai sumber bacaan atau
kepustakaan untuk peneliti selanjutnya
mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi
berusia 036 bulan.

"-/&( &)&( ' ")
Sample penelitian ini adalah
sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoadmodjo, 2010).
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan Teknik
Accidental Sampling, yaitu pengambilan
sampel dengan mengambil kasus atau
responden yang kebetulan ada atau tersedia

Hasil penelitian ini diharapkan
sebagai informasi sekaligus fasilitator dan
motivator dalam penyuluhan kesehatan pada
ibu rumah tangga bahwa ASI Eksklusif
sangat penting bagi kesehatan ibu dan bayi.

Pengambilan sampel dari penelitian
ini adalah total populasi yaitu ibu3ibu yang
datang untuk memeriksakan kesehatan
bayinya yang berusia 7312 bulan ke
Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2013.
22

$%" !") #"%'
22

22

& " ) &)&( ' ")
Metode penelitian yang digunakan
adalah survey analitik yaitu penelitian yang
mencoba mengenali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi, dan mencari
hubungan antara variabel. Pendekatan yang
digunakan adalah cross sectional yaitu suatu
penelitian dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada saat
yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Pada
penelitian
ini
variabel
independen yaitu umur ibu dan paritas ibu
sedangkan variabel dependen yaitu pemberian
ASI eksklusif pada bayi berusia 036 bulan.

$%"

&)&( ' ")

&)&( ' ")

Penelitian dilakukan pada ibu3ibu
yang
datang
untuk
memeriksakan
kesehatan bayinya yang berusia 7312 bulan
ke Puskesmas Pembina Palembang Tahun
2013.

3
2

&)&( ' ")

Menurut
Notoatmodjo
(2010),
populasi adalah keseluruhan objek penelitian
atau objek yang akan diteliti tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu yang memiliki bayi yang berusia 7312
bulan yang datang di Puskesmas Pembina
Palembang dari bulan Januari3Juni Tahun
2013.

").""' &)&( ' ")
2

$/ ("

#"%'

&)&( ' ")

Waktu penelitian ini direncanakan
pada bulan Juli di Puskesmas Pembina
Palembang Tahun 2013.
24

&%) % !") ) '
24

-&) &)* -/ (") "'"

&%) % &)* -/ (") "'"
Teknik pengumpulan data adalah
cara atau metode yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).
Teknik pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan data primer dan data
sekunder.
"'"
-&
Data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung
dari
responden
melalui

pertemuan
atau
percakapan
(Notoadmodjo, 2010).
Data primer pada penelitian ini diperoleh
dengan wawancara yang dipandu dengan
kuesioner pada ibu3ibu yang datang untuk
memeriksakan kesehatan bayinya yang
berusia 7312 bulan di Puskesmas Pembina
"'" &% )!&
Data sekunder, yaitu data yang didapat
dari suatu lembaga atau instansi
(Notoatmodjo, 2010).
Data sekunder pada penelitian ini
diperoleh dari Puskesmas Pembina
Palembang Tahun 2013.
24
) ' -&) &)* -/ (") "'"
Instr
umen adalah alat3alat yang akan
digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo,
2010).
Instrumen
pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner. Kuesioner merupakan
alat ukur yang terdiri dari beberapa
pertanyaan. Alat ini lebih digunakan
untuk memperoleh jawaban yang akurat
dari responden (Notoatmodjo, 2010).
2

&%) % &)*$("0") !") )"(
2

"'"

&)*$("0") "'"
Pengolahan data dalam penelitian ini,
menurut Notoatmodjo (2010). Langkah3
langkah dalam pengolahan data sebagai
berikut :
"

! ' )* 5 &)*&' %")6
Editing adalah kegiatan untuk
melakukan pengecekan isian formulir atau
kuesioner apakah jawaban lengkap, jelas,
relevan, dan konsisten.
, 7$! )* 5 &)*%$!&")6
Coding yaitu kegiatan mengubah
data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk
angka
atau
bilangan.
Kegunaanya adalah untuk mempermudah
pada saat analisa data dan juga
mempercepat pada saat memasukkan data.

8

)'

5 &-" %%") !"'"6
Entry yaitu kegiatan mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka
atau
bilangan.
Gunanya
mempermudah pada saat analisis data dan
juga mempercepat pada saat memasukkan
data.
! 7(&") )* 5 &-,& 0")6

Cleaning yaitu kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di entry apakah
data yang masuk ada kesalahan atau tidak.

2

)"(

"'"

Teknik analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan teknik
komputerisasi. Setelah data di atas diolah,
maka selanjutnya dilakukan analisa data
yaitu analisa univariat dan bivariat
(Notoatmodjo, 2010).
)"(

) 9" "'
Analisa univariat adalah analisa yang
dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian dengan distribusi frekuensi dari
presentasi tiap variabel yaitu variabel
independen berupa (umur ibu dan paritas)
dan variabel dependen (pemberian ASI
eksklusif pada bayi berusia 036 bulan).
)"(
9" "'
Analisa bivariat ini dilakukan untuk
melihat hubungan variabel independen
(umur ibu dan paritas) dan variabel
dependen (pemberian ASI eksklusif pada
bayi berusia 036 bulan) menggunakan uji
statistik Chi Square (×2) dilakukan melalui
proses komputerisasi dengan derajat
kemaknaan α = 0,05 keputusan dari uji chi
square adalah sebagai berikut :
a. Jika p value ≤ α = 0,05 artinya ada
hubungan yang bermakna antara
variabel independen dengan variabel
dependen.
b. Jika p value > α = 0,05 artinya tidak
ada hubungan yang bermakna
variabel independen dan variabel
dependen.

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Pembina Palembang pada bulan 8 Juli32 Agustus
2013. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu
yang memiliki bayi yang berusia 7312 bulan untuk
memeriksakan kesehatan bayinya di Puskesmas
Pembina Palembang tahun 2013. Populasi
penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi
yang berusia 7312 bulan yang datang di Puskesmas
Pembina Palembang dari bulan januari3juni tahun
2013 sebnayak 46 responden. Sedangkan sampel
pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai
bayi yang berusia 7312 bulan untuk memeriksakan
kesehatan bayinya di Puskesmas Pembina
Palembang tahun 2013. Sampel diambil dengan
menggunakan teknik accidental sampling sehingga

didapatkan sampel sebanyak 46 responden. Data
yang didapatkan melalui wawancara secara
langsung dengan panduan kuesioner.
Selanjunya data yang dikumpulkan diolah
dan dianalisa dengan sistem komputerisasi yang
terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat.
Pada analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi
Square dengan batas kemaknaan α = 0,05 sehingga
didapat ρ value untuk melihat tingkat kemaknaan
masing3masing variabel.
&-,& ")
% %( . !
%& -"
&-, )" "(&-,")* "0 )
Dari hasil analisis univariat didapatkan ibu
yang mempunyai bayi yang berusia 7312 bulan
yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 17
responden (37%), sedangkan 29 responden (63%)
responden tidak memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat
bahwa masih banyak ibu3ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. ASI
Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama
6 bulan, tanpa tambahan cairan lainnya seperti susu
formula, jeruk, madu, air, teh, serta tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit,
bubur nasi dan bubur tim (Kristiyanasari, 2009).
, )*") , !&)*") &-,& ")
% %( . !
%& -"
&-, )"
"(&-,")* "0 )
Dari hasil univariat didapatkan bahwa dari
46 responden, pada umur tua yaitu sebanyak 24
responden (52,2%), sedangkan pada umur muda
sebanyak 22 responden (47,8%). Berdasarkan
analisis bivariat dapat diketahui bahwa dari 24
responden kelompok umur lebih dari 30 tahun ada
13 responden (54,2%) yang memberikan ASI
Eksklusif dan 22 responden yang berumur kurang
dari 30 tahun ada 4 responden (18,2%) yang
memberikan ASI Eksklusif.
Hasil
uji
statistik
Chi Square
menunjukkan ada hubungan bermakna antara umur
ibu dengan pemberian ASI Eksklusif kepada
bayinya dengan nilai ρ value 0,026 lebih kecil dari
α 0,05. Dan hipotesis awal yang menyatakan bahwa
ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan
pemberian ASI Eksklusif terbukti.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nindya (2001)
dengan ρ value 0,032 berarti ada hubungan
bermakna antara umur ibu dengan pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Pembina Palembang tahun
2013, yaitu ibu yang berumur kurang dari 30 tahun
belum mempunyai pengetahuan tentang pemberian
ASI Eksklusif, sedangkan ibu yang berumur lebih
dari 30 tahun mempunyai pengalaman dalam
pemberian ASI Eksklusif. Jadi umur ibu
mempunyai peran dalam pemberian ASI Eksklusif.
Karena keberanian untuk menyusui bayi tidak ragu3

ragu lag bagi ibu3ibu yang umurnya lebih dari 30
tahun.
Umur merupakan variabel yang digunakan
sebagai ukuran mutlak indikator fisiologis dengan
kata lain penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
akan berhubungan dengan umur, dimana yang
semakin tua mempunyai karakteristik fisiologis
dengan tanggung jawab sendiri (Notoatmodjo,
2003).
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas
Pembina Palembang sebagian besar responden
berumur tua banyak memerikan ASI Eksklusif, di
karenakan mereka sudah mempunyai pengalaman
dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
Tetapi masih ada responden yang berumur muda
tidak memberikan ASI Eksklusif. Hal ini
dikarenakan bahwa ibu yang berumur muda kurang
mempunyai pengalaman dalam memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya.
DarinhasilnpenelitianndinPuskesmasnPem
binanPalembanglpenelitimmenyimpulkan bahwa
umur sangat berpengaruh dalam pemberian ASI
Eksklusif pada bayinya, karena kebanyakan ibu
yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai
tanggung jawab dalam pemberian ASI Eksklusif
sedangkan ibu yang berumur kurang dari 30 tahun
lebih memberikan susu formula dari pada ASI
Eksklusif. Karena umur merupakan suatu bentuk
dimana seseorang semakin tua mempunyai
karakteristik tanggung jawab sendiri.

, )*") " '" !&)*") &-,& ")
% %( .
!
%& -"
&-, )"
"(&-,")* "0 )
Dari hasil analisis univariat pada
penelitian ini didapatkan bahwa dari 46 responden
yang memiliki paritas tinggi proporsinya yaitu 21
responden (45,7%), sedangkan dengan responden
yang memiliki paritas rendah proporsinya yaitu 25
responden
(54,3%).Hasil
uji
Chi Square
menunjukkan ada hubungan bermakna antara
paritas dengan pemberian ASI Eksklusif dengan
nilai ρ value 0,004 lebih kecil dari α 0,05. Dan
hipotesis awal yang menyatakan bahwa ada
hubungan bermakna antara paritas dengan dengan
pemberian ASI Eksklusif terbukti.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Suparmanto dan
Rahayu (2001) dengan p value 0,001 berarti ada
hubungan bermakna antara paritas dengan
pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pembina
Palembang tahun 2013, yaitu paritas rendah bila
jumlah anak kurang dari tiga sedangkan paritas
tinggi adalah bila anak lebih dari atau sama dengan
tiga. Prevalensi menyusui eksklusif meningkat
dengan bertambahnya jumlah anak, dimana
prevalensi anak ketiga atau lebih akan lebih banyak
yang disusui eksklusif dibandingkan dengan anak
kedua dan pertama sehingga terdapat hubungan

yang bermakna antara paritas dengan pemberian
ASI Eksklusif.
Tingkat paritas telah banyak menentukan
perhatian dalam kesehatan ibu dan anak. Dikatakan
demikian karena terdapat kecendrungan kesehatan
ibu berparitas tinggi lebih baik dari pada ibu
berparitas rendah (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas
Pembina Palembang sebagian besar responden
berparitas tinggi memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya. Tetapi masih ada responden yang
berparitas rendah tidak memberikan ASI Eksklusif.
Hal ini dikarenakan bahwa ibu yang mempunyai
anak kurang dari tiga kurang mempunyai
pengalaman dalam pemberian ASI Eksklusif
kepada bayinya.

:

& -/ (")
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2013,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Distribusi frekuensi pemberian ASI
Eksklusif pada bayi di Puskesmas
Pembina Palembang dengan kategori
memberikan ASI Eksklusif berjumlah 17
responden (37%) dan yang tidak
memberikan ASI Eksklusif berjumlah 29
responden (63%).
2. Distribusi frekuensi umur ibu di
Puskesmas Pembina Palembang responden
yang berumur tua sebanyak 24 responden
(52,2%) dan responden yang berumur
muda sebanyak 22 responden (52,2%).
3. Distribusi frekuensi paritas ibu di
Puskesmas Pembina Palembang responden
paritas tinggi sebanyak 21 responden
(45,7%) dan responden paritas rendah
sebanyak 25 responden (54,3%).
4. Ada hubungan bermakna antara umur ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi dengan uji statistik didapatkan ρ
value 0,026.
5. Ada hubungan bermakna antara paritas
dengan pemberian ASI Eksklusif pada

bayi dengan uji statistik didapatkan ρ
value 0,004.

:

" ")
:

"* &)"*" & &0"'") !
%& -" &-, )" "(&-,")*
Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE) yang diberikan sudah cukup baik
dilakukan pada saat kunjungan kesehatan, dan
sebaiknya diadakan kerja sama antara petugas
kesehatan khususnya ahli gizi dengan tenaga
kesehatan yang lainnya seperti perawat atau
bidan dalam memberikan informasi mengenai
gizi untuk bayi dan balita dalam pemenuhan
gizi dan nutrisi bayi sesuai dengan usia
perkembangannya. Penulis mengharapkan agar
lebih memahami dampak tidak memberikan
ASI Eksklusif pada bayi berusia 036 bulan.
:
"* ) ' '
&)! ! %") $('&%%&
&-&)%& "(&-,")*
Diharapkan dapat menambah refensi
kepustakaan seperti buku3buku tentang
Metodologi Penelitian dan Biostatistik, untuk
dijadikan sebagai bahan referensi dan dapat
dijadikan sumber informasi lengkap yang
bermanfaat untuk perkembangan pengetahuan
tentang ASI Eksklusif.
:
"* &)&( '
Diharapkan agar dapat meningkatkan
wawasan, pengetahuan dan pengalaman
penelitian dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan terutama materi
Biostatistik dan Metodelogi Penelitian serta
dapat mengaplikasikan masalah kesehatan
mengenai pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Dan para peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan dan meneliti variabel yang
berbeda seperti pengetahuan, pendidikan,
pekerjaan, sikap ibu, sosial budaya dan
lainnya, yang berhubungan dengan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi berusia 036 bulan
serta dapat menggali lebih dalam lagi faktor3
faktor yang berhubungan dengan pemberian
ASI Eksklusif lainnya.