PENJAMINAN MUTU PERPUSTAKAAN PERGURUAN T

MENGGAGAS PERPUSTAKAAN MASA DEPAN
Menuju perpustakaan yang ideal
Djuwarnik
Perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya
djuwarnik@lib.unair.ac.id
Abstrak
Perkembangan pengetahuan sangat mempengaruhi tingkat peradaban
manusia. Salah satu perkembangan yang bergerak cepat adalah bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Perpustakaan merupakan institusi yang
bergerak di bidang jasa layanan informasi tentu saja harus mengantisipasi
perkembangan yang ada. Pemikiran-pemikiran tentang bagaiamana menciptakan
perpustakaan di masa yang akan datang sudah harus dilakukan. Setiap saat
bermunculan produk-produk teknologi yang menguasai peradaban manusia.
Hampir semua orang tidak bisa lepas dari gadget-gadget modern yang setiap
saat bermunculan. Termasuk internet yang semakin memudahkan orang dalam
memenuhi kebutuhan terhadap informasi. Dalam hal ini peran pustakawan
sangat dibutuhkan untuk mengemas informasi dan memfasilitasi pemustaka yang
sudah akrab dengan internet dan gadget modern. Pustakawan harus memikirkan
bentuk perpustakaan masa depan dari berbagai sisi, kemasan informasi, fasilitas,
sarana dan prasarana, bentuk layanan yang dibutuhkan oleh pemustaka di masa
yang akan datang. Pustakawan harus bergerak dinamis dan bertransformasi

dalam mewujudkan perpustakaan masa depan yang mampu mengakomodir
semua kebutuhan pemustaka dari berbagai kalangan.
Key word : Perpustakaan masa depan, teknologi informasi dan komunikasi
Pendahuluan
Belum tuntas memikirkan nasib masa depan perpustakaan, pustakawan
dihadapkan pada persoalan bagaimana merancang perpustakaan masa depan.
Dalam sebuah artikel yang pernah dimuat di situs internet yang meramalkan
bahwa profesi pustakawan merupakan salah satu profesi yang akan punah pada
2020. Badan Inisiatif Strategis (ASI) telah menganalisis pasar tenaga kerja yang
akan punah di masa depan. Inilah 10 Profesi yang akan punah sebelum tahun 2020
menurut ASI. Salah satunya yaitu Petugas Perpustakaan (pustakawan). Profesi
seperti pustakawan dan tukang arsip, dalam waktu dekat tidak akan ada lagi
karena pesatnya perkembangan jaringan Internet, pengguna dari mana saja dan
kapan saja di dunia dapat mengakses informasi di dunia maya (internet).
Entah benar atau tidak isu tersebut yang pasti menyebabkan pustakawan
merasa berkecil hati. Meski sekedar isu, hal itu patut diapresiasi oleh pustakawan
dengan meningkatkan kompetensinya sehingga isu tersebut tidak akan pernah
terjadi, Namun jika pustakwan lengah dan menganggap enteng, tidak tertutup
kemungkinan kepunahan pustakawan akan benar-benar terjadi.


Menghadapi dahsyatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), pengelola perpustakaan mengalami kekhawatiran tentang masa depan
perpustakaan itu sendiri. Munculnya teknologi internet menyebabkan perubahan
di berbagai sektor kehidupan, tak terkecuali di bidang perpustakaan yang
merupakan institusi penyedia informasi. Internet telah menjadi pesaing terbesar
bagi perpustakaan, karena lewat internet bisa diperoleh berbagai macam informasi
dengan mudah, cepat, di mana saja dan kapan saja. Dengan perkembangan TIK
makna perpustakaan mengalami pergeseran. Perpustakaan bukan lagi sebuah
gedung atau ruang yang di dalamnya terdapat sejumlah buku. Perkembangan TIK
memunculkan makna baru perpustakaan, yaitu dengan bermunculannya sumber
informasi yang diawali huruf serba “e” seperti: e-library, e-book, e-journal, yang
dapat diakses dari luar Perpustakaan. Kondisi ini akan memunculkan bermacam
bentuk baru perpustakaan seperti “perpustakaan tanpa dinding (library without
wall), perpustakaan virtual, perpustakaan online, dsb. Sehingga beberapa
pengertian perpustakaan yang ada sekarang mengalami pergeseran makna.
Permasalahan
Dengan perkembangan TIK yang semakin pesat perpustakaan dan pustakawan
harus segera merespon. Bagaimanakah mewujudkan .perpustakaan masa depan ?
Jawabannya tergantung pustakawan menyikapi perubahan yang terjadi.
Pustakawan harus bersikap terbuka, beradaptasi, menyesuaikan diri, mengikuti

dan aware terhadap perubahan. Pustakawan harus segera menentukan langkah dan
mengambil sikap. Dalam hal ini pustakawan sebagai penyedia informasi harus
mampu menjadi mediator untuk menjembatani kebutuhan pemustaka dengan
menyediakan sumber-sumber informasi yang dikemas sesuai dengan
perkembangan yang terjadi. Tentu saja pustakawan harus punya pandangan jauh
ke depan sehingga mampu mewujudkan bagaimana bentuk perpustakaan masa
depan.
Pembahasan
Gambaran tentang perpustakaan masa depan masih dalam angan-angan. Jika
saat ini perpustakaan masih didefinisikan sebagai sebuah bangunan yang di dalam
terdapat buku-buku, maka perpustakaan masa depan adalah perpustakaan yang
megalami perubahan sejalan dengan perkembangan zaman itu sendiri.
Beberapa definisi perpustakaan saat ini
Menurut Sulistyo-Basuki (1991:3)—di daftar pustaka 1993
Perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung.ataupun gedung itu
sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang
biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca,
bukan untuk dijual. Dalam pengertian buku dan terbitan lainnya termasuk di
dalamnya semua bahan cetak,buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding,
manuskrip (naskah), lembaran musik, berbagai karya musik, berbagai karya media

audiovisual seperti filem, slid ( slide), kaset, piringan hitam, bentuk mikro seperti
mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam ( microopaque ). Webster menyatakan
bahwa perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskrip, dan bahan pustaka

lainnya yang digunakan untuk keperluan studi `atau bacaan, kenyamanan, atau
kesenangan.
Menurut P. Sumardji
Perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan-bahan tertulis, tercetak
maupun grafis lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape, dalam ruangan atau
gedung yang diatur dan diorganisasikan dengan sistem tertentu agar dapat
digunakan untuk keperluan studi, penelitian, pembacaan dan lain sebagainya.
Dalam Encyclopedia Americana,1991 seperti yang kutip oleh Ishak dalam
Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi, menyatakan bahwa pada
prinsipnya perpustakan memiliki tiga kegiatan pokok yaitu, mengumpulkan semua
informasi yang berkaitan dengan kebutuhan pengguna (to collect), melestarikan,
memelihara dan merawat seluruh koleksi perpustakaan (to preserve), dan
menyediakan bahan perpustakaan agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
pengguna (to make available).
Definisi-definisi di atas merupakan gambaran perpustakaan konvensional.
Sebuah gedung yang digunakan untuk menyimpan buku, terdiri dari bahan

tertulis, tercetak, adalah bentuk perpustakaan masa kini. Kemudian muncul
perpustakaan berbasis teknologi informasi yang merupakan awal dari lahirnya
perpustakaan digital. Perkembanga teknologi informasi mendorong orang
melakukan perubahan dalam berbagai bidang. Perpustakaan juga berusaha
menyesuaikan diri menyongsong perpustakaan masa depan.
Beberapa definisi perpustakaan masa depan
Lolytasari menyatakan bahwa, Perpustakaan Masa Depan bukan lagi sekedar
sebuah gedung melainkan sebagai pusat layanan informasi, walaupun sebuah
gedung baru merupakan suatu cara yang tepat untuk menyampaikan pesan
pelayanan informasi baru dari sebuah perpustakaan. Gambaran kemodernan
perpustakaan seutuhnya tidak dapat dinilai hanya dari fisik bangunan melainkan
dari perkembangan layanan informasi perpustakaan tersebut. Perpustakaan
tradisional hanya memberi pelayanan informasi tradisional kini perpustakaan
modern mengarah kepada pelayanan informasi non-tradisional seperti pelayanan
pendidikan, budaya, komersil, olahraga, rekreasi, hiburan dan lain-lain.
Bagaimanakah gambaran perpustakaan masa depan yang harus disiapkan oleh
para information specialist ? Bagaimana kesiapan perpustakaan dan para
pengelolanya dalam menghadapi masyarakat informasi ? Berikut adalah gambaran
perpustakaan dulu vs yang akan datang menurut Nove Eka Variant Anna
(tahun ) :

Dulu
Fokus pada buku
Fokus pada mendapatkan
informasi
Sepi dan individu

Sekarang/masa depan
Fokus pada pengguna
Fokus pada penciptaan dan berbagi informasi
Aktiv dan melibatkan grup

Paper
Meja dan rak buku
Mengajari bagaimana
menemukan informasi
Fokus pada pencapaian (goal)
program

Multimedia
Layanan online dan media digital

Mengajari bagaimana mengevaluasi dan
menggunakan informasi
Fokus pada membantu pengguna mencapai
tujuan (goal)
Membantu pengguna mengorganisir informasi
Fokus pada aturan yang spesifik
sesuai kebutuhan
Terkait dengan penegakan hak
Perpustakaan sebagai konsultan terhadap
cipta
intelektual property
Fokus pada aturan dan kebijakan Fokus pada kebutuhan pengguna
Melihat adanya pergeseran perpustakaan diperlukan juga pengelola perpustakaan
yang profesional dan mengerti mengenai perkembangan perpustakaan.
Perkembangan pesat informasi dan pengetahuan serta TIK mendorong
perpustakaan untuk melakukan tranformasi.
Transformasi Perpustakaan Perguruan Tinggi menurut Luki-Wijayanti(tahun
berapa),
Perpustakaan Perguruan Tinggi Menangkap Peluang Baru dengan Adding
Values, Streamlining, Ekspansi, dan Inovasi

1. One-stop Service: Multi-functional Librarians Serving Multi-tasking
Customers
TIK memungkinkan pustakawan dan civitas akademika untuk melakukan
multi-tasking di komputer yang sama. Pekerjaan tradisional perpustakaan (yaitu,
akuisisi, pengolahan, dan penyebaran informasi; dan juga pengelolaannya) dapat
dilakukan melalui satu komputer, dan dengan prosedur yang jauh lebih pendek
dibandingkan dengan kalau hal itu dilakukan secara manual dan menyangkut
bahan non-elektronik. Seorang pustakawan bisa menerima pesanan untuk
mencari informasi suatu topik, melakukan pencarian di dalam dan luar
perpustakaan tempat ia bekerja, memesan pada toko buku dan/atau mengunduh
dari Internet atau perpustakaan lain, mengolah informasi yang didapatkannya,
dan menyampaikannya pada si pemesan, tanpa harus berpindah komputer apalagi
melakukan perjalanan ke luar perpustakaan.
Pengguna juga dapat melakukan beberapa tugas sekaligus melalui system
perpustakaan. Waktu mencari suatu informasi, misalnya 'gender', dia bukan
hanya bisa mendapatkan sumber informasi non-personal, tetapi juga nama-nama
pengguna yang mempunyai keahlian di bidang ini. Kemudian dia bisa memilih
dengan meng'klik'nya dan berdiskusi dengan orang tersebut. Karya tulis yang
dikerjakannya di komputer tersebut dapat juga dia kirimkan ke orang-orang yang
diinginkan masukannya. Dia juga bisa mengunggah karya tersebut di basis data

perpustakaan supaya bisa diberi masukan oleh pembaca. Selain itu, dia juga bisa
memeriksa sudah sejauh mana pesanan buku yang diajukannya ke perpustakaan
ditindaklanjuti, melihat menu makanan di kantin universitas atau jadwal kereta
api, dsb. Semuanya ini mudah dilakukan dengan bantuan TIK.

3. Memberikan pelayanan 24/7
Fasilitas perpustakaan digital dan Internet memungkinkan perpustakaan
diakses dan digunakan tanpa memandang waktu dan jarak sehingga pemustaka
tetap dapat “merasa” berada di dalam perpustakaan sepanjang hari selama
seminggu. Hal ini akan menambah nilai pada perpustakaan yang bersangkutan,
apalagi jika pemustaka tetap melakukan komunikasi dengan para pustakawan di
luar jam buka perpustakaan.
4. Menyediakan Koleksi dan akses informasi dan pengetahuan dalam multiformat
Seperti diketahui, saat ini berbagai informasi dan pengetahuan tersaji dalam
berbagai bentuk dan sumber. Di samping teks dan cetakan, perpustakaan
menyadiakan akses bahan-bahan multi-media, digital, hypertext, dsb. Salah satu
contoh bahan multi media yang dapat dimanfaatkan saat ini misalnya Alexander
Street Press, yakni video yang dapat diakses oleh sivitas akademika dan bahkan
dapat dihubungkan dengan bahan ajar. Bahan ajar visual akan membantu
mahasiswa mempelajari bahan kuliah yang sifatnya “how to”. Karena itu,

perpustakaan perlu menyediakan akses ke semua sumber tersebut, termasuk juga
pertemuan dan diskusi formal dan informal.
5. Menambah nilai pada informasi dan pengetahuan (adding value)
Kebutuhan Informasi dan pengetahuan mempunyai konteks. Nilai informasi
dan pengetahuan ditentukan oleh sejauh mana informasi dan pengetahuan yang
disajikan sesuai dengan konteks seorang pengguna. Penyediaan akses informasi
yang disesuaikan dengan konteks dapat dilakukan melalui pelayanan
personalised library, konsultasi, berdasarkan profil pengguna dan informasi
tentang tahap dan jadwal kegiatan. Cara yang lain adalah dengan melibatkan
pengguna dalam kegiatan perpustakaan (misalnya, menentukan kata kunci untuk
suatu sumber, link ke suatu situs, dsb.).
Nilai informasi juga bisa ditingkatkan dengan cara menyediakan akses hanya ke
sumber sumber yang dapat dipercaya kualitasnya. Caranya yaitu dengan,
misalnya, membuat portal atau pintu masuk ke sumber-sumber yang sudah
diseleksi oleh perpustakaan atau lembaga lain (misalnya: virtual libraries,
subject-based gateways). Nilai informasi juga meningkat bila diberikan pada
waktu yang tepat, dan dapat digunakan dengan mudah. Secara rinci Skyrme
(2002)—tdk ada di daftar pustaka menyebutkan 10 aspek yang dapat
meningkatkan nilai informasi, yaitu, timeliness, accessibility, usability, utility,
quality, customised, medium, repackaging, flexibility, dan reusability.

6. Manajemen Pengetahuan
(lihat misalnya, Tang, 1998; Branin seperti dikutip oleh Dupuis & Ryan, 2002)
Siklus pengetahuan meliputi penciptaan, perekaman dan organisasi, penyebaran
dan akses, penggunaan, dan dilanjutkan dengan penciptaan, pengetahuan.
Selama ini, perpustakaan (termasuk kajiannya) lebih banyak berfokus pada
organisasi (kataloging, dsb.) dan penyebaran (termasuk pencarian informasi).
Di samping itu, perpustakaan lebih memperhatikan pengetahuan yang sudah
terekam di luar pikiran penciptanya. Padahal banyak pengetahuan yang masih

ada dalam kepala (dan belum pernah direkam dalam sumber-sumber informasi
yang umumnya dikelola oleh perpustakaan selama ini).
Hal yang mendasari perlunya perubahan tersebut adalah karena pengguna
perpustakaan perguruan tinggi adalah konsumen sekaligus produser pengetahuan
ilmiah. Karena itu, kalau perpustakaan perguruan tinggi tidak memperluas
cakupan kegiatannya dari manajemen informasi ke manajemen pengetahuan,
maka perpustakaan akan dikesampingkan oleh pengguna dari kegiatan-kegiatan
ilmiahnya. Apalagi tersedia fasilitas TIK di luar perpustakaan yang bisa
membantu mereka dalam hal ini. Adopsi konsep ini berarti perpustakaan harus
meyediakan fasilitas yang memudahkan terjadinya keseluruhan proses
pengetahuan, yaitu dengan cara membantu pengguna, baik secara individu
maupun kelompok, menjadi manajer-manajer pengetahuan.
7. Melayani individu atau kelompok dalam Jaringan
(lihat misalnya: Wilson, 1998)
Tuntutan ilmu pengetahuan dan kurikulum perguruan tinggi adalah bahwa
dosen, mahasiswa, dan peneliti, melakukan kegiatan ilmiahnya dengan
berkolaborasi dengan ilmuwan lainnya. Keberadaan Internet telah mendorong
berlangsungnya hal ini. Ini berarti, perpustakaan perguruan tinggi harus
membantu individu dalam melakukan pengelolaan pengetahuan dalam konteks
jaringan, yaitu dengan cara mendorong dan menyediakan fasilitas untuk mereka
terhubung, berbagi pengetahuan dan berkolaborasi, dengan orang-orang di dalam
dan luar kelompoknya.
8. Melayani pengguna sebagai Mitra
Karena pengguna perpustakaan perguruan tinggi adalah konsumen yang
sekaligus produsen pengetahuan ilmiah, maka mereka perlu dilibatkan di semua
aspek pekerjaan perpustakaan (yaitu memfasilitasi pengelolaan pengetahuan).
Mereka harus dilibatkan dalam pengolahan, pengembangan akses, membantu
pengguna lainnya dalam menggunakan dan menciptakan pengetahuan. Di
samping itu, karena posisi pustakawan yang strategis di antara para pengguna,
maka pustakawan pun harus menjadi mitra bagi pengguna dalam kegiatan ilmiah
mereka. Dengan demikian, bukan hanya pengguna dan pustakawan akan
semakin berdaya, proses pengetahuan pun akan semakin cepat dan semakin
ekonomis.
9. Meningkatkan literasi informasi
Kemajuan pesat TIK memungkinkan akses yang tidak terbatas ke sumbersumber informasi dan pengetahuan yang tidak semuanya terjamin mutunya. Hal
ini dengan sendirinya meningkatkan kebutuhan pengguna akan penguasaan ICT
dan kemampuan untuk mengakses (secara fisik dan intelektual), menyeleksi,
serta mengeksploitasi informasi dan pengetahuan tersebut, sedemikian rupa
sehingga membantu terciptanya pengetahuan baru. Untuk itu perpustakaan perlu
menyediakan training on site, online, maupun offline untuk literasi informasi
yang di dalamnya juga termasuk ICT literacy. Topiknya meliputi kemampuan
untuk mengenali informasi dan teknologi yang dibutuhkan, membangun strategi
untuk mencari dan menemukan hal tersebut, mengevaluasi informasi dan
sumbernya, mengorganisir dan menggunakannya sehingga berguna untuk

menciptakan pengetahuan baru, dan mengkomunikasikannya (SCONUL seperti
dikutip oleh Naibaho, 2004)—tdk ada dlm daftar pustaka
Di masa yang akan datang perpustakaan akan lebih fokus pada pemenuhan
kebutuhan pemustaka. Pemutaka di masa yang akan datangpun membutuhkan
informasi yang serba cepat dan mudah diperoleh. Perpustakaan harus bisa
menyediakan fasilitas yang mendukung terpenuhinya kebutuhan pemustaka.
Perpustakaan menyediakan koleksi dan akses informasi dan pengetahuan dalam
multi-format. Misalnya kemasan informasi yang serba digital, peningkatan
koleksi dalam bentuk elektronik, video, dll. Perpustakaan perlu menyediakan
gadget yang semakin canggih yang bisa mengakses berbagai kebutuhan informasi
dan pengetahuan. E-journal, e-book bukan hal yang aneh lagi.
Perpustakaan harus menyediakan layanan online berbasis website yang
memberikan pelayanan 24 jam/7 hari nonstop sehingga pemustaka bisa
mengakses informasi kapanpun dan di manapun tanpa harus datang ke
perpustakaan. Dengan demikian makna perpustakaan mengalami pergeseran.
Kalau sekarang pemustaka harus datang ke perpustakaan untuk memperoleh
informasi, dimasa yang akan datang pemustaka cukup duduk di depan gadget
sudah dapat berkunjung dan memperoleh informasi dari perpustakaan. Pemustaka
juga dapat mengorganisir informasi sesuai kebutuhan.
Menyongsong perpustakaan masa depan sesuai dengan berbagai gambaran di
atas, perpustakaan harus melakukan pembenahan elemen-elemen yang menjadi
pilar penting keberlangsungan perpustakaan. Pilar-pilar tersebut
yaitu
(kutipannya dari mana) :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Sumber daya manusia (SDM)
Pengembangan koleksi
Pengembangan sarana dan prasana
Meningkatkan mutu pelayanan
Penguatan sistem informasi
Menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain

a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Seorang pustakawan tidak harus berkecil hati atau merasa akan ditinggalkan
dengan bermunculannya sarana penyedia informasi yang lebih hebat dan canggih.
Jika pustakawan kreatif, inovatif, berwawasan luas dan punya pandangan jauh ke
depan, justru kehadiran TIK merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan
berani dan percaya diri. Pustakawan yang kebanyakan masih berkutat pada
masalah-masalah teknis, sudah saatnya meningkatkan kompetensinya baik secara
personal maupun professional. Jika tidak ingin dipandang sebelah mata karena
dianggap hanya sebagai penjaga buku yang pasif dan kadang terkesan kuno.
Tunjukkan bahwa pustakawan bisa menjadi seorang provider dan pengelola
informasi di tengah membanjirnya informasi. Pustakawan bisa menjadi penelusur
informasi yang handal yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pustakawan
bisa menjadi pemasar (marketing) informasi yang menumpuk di sekitarnya.
Ada banyak hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan pustakawan yang
ideal. Pendidikan kepustakwanan itu sudah pasti, karena itu yang menjadi dasar

dalam menjalankan aktifitas dalam pekerjaannya. Namun pendidikan
kepustakawanan saja tentu tidak cukup untuk menjadi pustakawan yang
profesional. Perlu ditambah dengan pendidikan keahlian di bidang lain yang akan
mendukung tugas dan tanggungjawabnya. Seorang pustakawan harus ekspert, atau
menjadi subyek spesialis dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Disamping perlu
juga mengikut sertakan pustakawan dalam kegiatan-kegiatan pelatihan, seminarseminar, lokakarya, workshop, kongres atau rapat-rapat kerja dibidang
kepustakawanan dengan tujuan agar ilmu yang dimilikinya semakin bertambah
dan dapat mengikuti perkembangan disiplin ilmu atau profesi yang dijalaninya.
Di tengah perkembangan TIK yang sangat cepat, maka pustakawan harus
mampu menguasai TIK. Di tengah globalisasi dan pasar bebas, penguasan bahasa
asing terutama bahasa Inggris menjadi sangat penting. Yang menjadi kendala
adalah kebanyakan pustakawan tidak mempunyai latar belakang pendidikan TIK
yang memadai. Penguasaan bahasa Inggrispun masih kurang. Kondisi ini menjadi
tantangan tersendiri bagi pustakawan untuk meningkatkan kompetensinya.
Peningkatan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi merupakan tuntutan.
Pendidikan tidak terbatas pada bidang perpustakaan saja, tapi bidang-bidang lain
juga sangat penting. Sehingga akan muncul pustakawan yang menguasai bidang
TIK, bidang hukum, bidang kefarmasian, bidang politik, sosial, ekonomi, bahkan
bidang kedokteran, dsb. Penguasaan berbagai bidang pengetahuan menjadi sangat
penting karena pustakawan harus dapat memenuhi kebutuhan pemustaka dari
barbagai kalangan.
Profesi pustakawan juga tidak dapat dilepaskan dari kode etik pustakawan. Di
sisi lain pustakawan juga perlu menguasai dan selalu bekerja sesuai dengan kode
etik pustakawan. Karena hal ini akan memberikan pedoman pelayanan yang pada
akhirnya memberikan manfaat positif bagi masyarakat pengguna perpustakaan.
Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu layanan bagi masyarakat
2. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada
layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan
3. Memberikan perlindungan hak akses terhadap informasi
4. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya
5. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang
diberikan
6. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload)
7. Memelihara kualitas dan standar pelayanan (Hermawan, 2006 : 102-103)
b. Pengembangan koleksi
Era digital telah membawa banyak perubahan pada pengelolaan perpustakaan,
baik dari segi pelayanan maupun pengembangan koleksi. Pada era digital
pengadaan koleksi lebih kearah manajemen koleksi atau “collection
management”. Manajemen koleksi, lebih dari sekedar membangun atau
meningkatkan jumlah koleksi saja. Manajemen koleksi juga mengatur penggunaan
koleksi, cara penyimpanan, cara mengorganisasi dan membuatnya mudah diakses
oleh pengguna (Singh, 2004).
Dalam menyongsong perpustakaan masa depan, pustakawan pengadaan sudah
harus memikirkan bagaimana bentuk koleksi yang akan diadakan atau dilanggan
untuk kebutuhan beberapa tahun ke depan. Dalam era digital koleksi yang

dilanggan tidak terbatas koleksi dalam bentuk cetak. Tapi juga membangun
koleksi digital dan melanggan koleksi online. Koleksi online adalah koleksi yang
dapat kita akses secara online selama kita melanggan dalam kurun waktu tertentu,
seperti jurnal onlie (e-journal), buku online (e-book). E-book dan e-journal akan
menjadi trend di masa yang akan datang. Koleksi bentuk cetak suatu saat akan
menjadi koleksi kuno yang jarang digunakan. Sebagaimana dulu manusia
berpindah dari daun lontar atau kulit kayu ke bentuk kertas setelah menemukan
mesin pencetak kertas. Teknologi senantiasa mengalami perubahan dan kemajuan.
Kertas telah lama menjadi media pencatat informasi. Dan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi terus mengalami perubahan hingga menemukan bentuk
baru yang akan menggantikan kertas. Banyak orang mengatakan saat ini adalah
era digital, era internet, suatu era dimana informasi dapat diakses secara online.
Informasi atau pengetahuan selain dikemas dalam bentuk cetak, juga dikemas
dalam bentuk audio visual. Dengan perubahan-perubahan yang terus terjadi maka
perpustakaan juga harus menyediakan koleksi yang dapat diakses secara online
dan menyediakan koleksi dalam bentuk audio visual.
c. Pengembangan sarana dan prasana
Perpustakaan ideal adalah perpustakaan yang nyaman, dilengkapi sarana dan
prasarana yang membuat pemustaka betah berlama-lama berada dalam
perpustakaan. Sarana dan prasarana yang disediakan oleh perpustakaan harus
disesuaikan dengan perkembangan TIK.
Pemustaka yang dihadapi oleh perpustakaan saat ini adalah generasi yang lahir
di era digital yang setiap hari akrab dengan gadget modern dan canggih. Maka
perpustakaan juga harus menyediakan apa yang menjadi kebutuhan pemakaian
alat-alat canggih tersebut. Pemustaka datang ke perpustakaan membawa laptop,
notebook, tabulet, ipad, dsb. Dimana semua alat tersebut membutuhkan energi
listrik untuk memanfaatkannya. Dengan keadaan ini maka perpustakaan harus
mampu mengelola kemampuan daya listrik yang dimiliki. Pemasangan stop
kontak di beberapa area menjadi penting untuk memfasilitasi pemanfaatan gadget
yang dibawa pemustaka. Karena koleksi yang dimiliki tidak hanya dalam bentuk
cetak, tapi juga dalam bentuk digital dan online, maka penyediaan media akses
informasi (komputer) harus dipenuhi. Karena teknologi berkembang cepat dan
terus menerus maka penyediaan komputer tidak hanya memperhatikan segi
kuantitas, tapi juga segi kualitas dan kemutakhiran perlu mendapat perhatian
secara terus menerus. Maintenance hardware dan up date software harus selalu
dilakukan secara periodik
Kepuasan pengguna tidak hanya diukur dari penyedian fasilitas akses informasi
saja, penyediaan dan penataan ruang-ruang belajar, ruang baca, ruang diskusi dan
prasana lain, seperti kantin, musholla, toilet, ruang publik, dsb. tidak kalah
pentingnya. Kadang pengunjung datang ke perpustakaan tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan informasi. Namun kenyamanan ruang dan ketersediaan
fasilitas yang sifatnya umum akan menjadi pilihan kenapa pemustaka datang ke
perpustakaan.
Ada satu hal yang sering luput dari perhatian yaitu fasilitas untuk pemustaka
berkebutuhan khusus (difabel). Bila kita amati berapa banyak perpustakaan yang
menyediakan fasilitas khusus untuk orang-orang berkebutuhan khusus. Sudahkah
tersedia lift untuk akses ke lantai atas bagi pemakai kursi roda ? Sudahkah tersedia

koleksi dalam bentuk huruf braile bagi penyandang tuna netra ? Kalaupun ada
jumlahnya hanya beberapa. Padahal perpustakaan harus bisa dimanfaatkan oleh
siapapun dari berbagai kalangan. Karena orang-orang yang berkebutuhan khusus
juga mempunyai hak yang sama dalam memperoleh informasi dan pengetahuan.
Perpustakaan masa depan adalah perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh
semua kalangan (library for all).
d. Meningkatkan mutu pelayanan
Pengertian pelayanan secara etimologis menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Dahlan, dkk., 1995:646) menyatakan pelayanan ialah ”usaha melayani
kebutuhan orang lain”. Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan
kepada konsumen atau pelanggan yang dilayani, yang bersifat tidak berwujud dan
tidak dapat dimiliki. Sedangkan menurut Olsen dan Wyekoff dalam Yamit
(2001:22)—tdk ada dlm daftar pustaka, kualitas pelayanan merupakan suatu
perbandingan antara harapan pemakai jasa dengan kualitas kinerja jasa pelayanan.
Dengan kata lain bahwa faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan
adalah kinerja karyawan yang hasilnya dirasakan oleh pengguna jasa. Harapan
disini diartikan sebagai keinginan terhadap layanan yang diberikan oleh pihak
penyedia jasa dalam hal ini perpustakaan kepada pemustaka. Sedangkan kualitas
kinerja layanan merupakan kegiatan pokok yang dilakukan oleh sebuah lembaga
jasa.
Dalam suatu perpustakaan, pelayanan merupakan ujung tombak dari
keberhasilan perpustakaan untuk memuaskan pemustaka. Baik buruknya
perpustakaan dapat dilihat dari bagaimana pelayanannya. Oleh karena itu
perpustakaan harus senantiasa meningkatkan kualitas pelayanannya. Dalam suatu
organisasi termasuk perpustakaan mutu pelayanan merupakan barometer untuk
mengukur baik tidaknya suatu organisasi.
Untuk memenuhi kepuasan pemustaka di era internet sekarang ini perlu
disediakan bentuk-bentuk layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pemustaka. Pelayanan online akan menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan
pemustaka. Begitu juga dengan Website akan menjadi sangat penting bagi
perpustakaan dalam menampilkan profilenya di dunia maya. Website
perpustakaan hendaknya memuat informasi-informasi atau produk-produk
perpustakaan yang harus di up date setiap saat. Dengan website perpustakaan,
pemustaka dapat mengakses informasi dari mana saja dan kapan saja. Ketika
informasi sudah dapat diakses secara online maka pemustaka merasa tidak perlu
datang ke perpustakaan. Ini akan menjadi tantangan bagi perpustakaan agar
perpustakaan tetap diminati meski tidak harus hadir ke perpustakaan. Jika
memungkinkan pelayanan delivery akan menjadi faktor penentu kepuasan
tersendiri dalam memberikan pelayanan bagi perpustakaan.
e. Penguatan sistem informasi
Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) saat ini menjadi kewajiban
perpustakaan. TI membantu perpustakaan meningkatkan kualitas dan jenis
layanan. Sebuah perpustakaan harus mempunyai sistem informasi yang memadai
untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan pengguna generasi internet. Setidaktidaknya perpustakaan memiliki Jaringan lokal (Local Area Network) berbasis
TCP/IP. Keuntungan TCP/IP adalah banyaknya aplikasi (misalnya: www) yang

berjalan pada infrastruktur tersebut. Penyediaan akses ke internet untuk
pustakawan sangat diperlukan untuk meng-akses informasi eksternal
perpustakaan. Harus ada komputer untuk server yang akan memberikan layanan
kepada pemustaka. Tersedianya komputer yang cukup untuk pustakawan dan
pemustaka untuk mendukung kegiatan pelayanan perpustakaan.
f. Menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain
Di tengah keanekaragaman kebutuhan pemustaka, terkadang perpustakaan
tidak dapat memenuhi semua permintaan pemustaka. Sebab tidak semua
perpustakaan memiliki anggaran yang besar untuk pengembangan koleksinya.
Untuk menaggulangi keterbatasan koleksi maka perpustakaan sangat perlu untuk
menjalin kerjasama dengan perpustakaan atau pusat-pusat informasi lain, sehingga
dapat saling bertukar informasi.
Kerjasama pada dasarnya dapat dilakukan oleh perpustakaan sesuai dengan
UU No. 43 tahun 2007 Bab XI pasal 42 yang berbunyi :
1. (1)Perpustakaan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk
meningkatkan layanan kepada pemustaka.
2. (2)Peningkatan layanan kepada pemustaka sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertujuan untuk meningkatkan jumlah pemustaka yang dapat dilayani dan
meningkatkan mutu layanan perpustakaan.
3. (3)Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan peningkatan layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memanfaatkan sistem
jejaring perpustakaan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Penutup
Era internet telah mempengaruhi peradaban manusia dalam berbagai aspek.
Kemajuan TIK telah menciptakan gadget-gadget modern dengan kecanggihan luar
biasa. Kemajuan TIK telah melahirkan generasi baru, yaitu generasi digital yang
setiap hari akrab dengan internet. Dengan internet mereka dapat mengakses
informasi dengan cepat dan mudah, kapan saja dan di mana saja.
Menyikapi kondisi seperti ini perpustakaan berusaha beradaptasi dan terbuka
terhadap perubahan yang terus berlangsung. Enam pilar penting yang harus selalu
ditingkatkan kualitasnya untuk mempertahankan keberadaannya adalah :
peningkatan kompetensi SDM, kualitas koleksi, sarana dan prasarana,
peningkatan mutu layanan, Penguatan system informasi serta Kerjasama dengan
berbagai pihak. Dalam usaha untuk meningkatkan kualitasnya perpustakaan masih
dihadapkan pada beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut dapat berupa
keterbatasan anggaran, mutu SDM yang kurang memadai dan kurang adanya
dukungan dari pimpinan.
Pustakawan tidak boleh menyerah menghadapi kendala yang ada. Semua bisa
diatasi dengan berkreasi, berinovasi dan belajar terus-menerus. Tidak ada yang
tidak dapat dilakukan, asal ada kemauan pasti ada jalan. Apapun yang terjadi,
dengan tekad yang kuat, eksistensi pustakawan akan tetap bertahan dan rumor
tentang kepunahan profesi pustakawan hanya akan menjadi isu semata.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Alwi, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dian Wulandari. Manager informasi : Peran pustakawan pengadaan di era
digital.http://library.petra.ac.id/articles/manajer_informasi.pdf. Diunduh tgl. 19
Maret 2014
The Encyclopedia Americana. 1991. New York : Americana Corporation
Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika kepustakawanan : suatu
pendekatan terhadap kode etik Pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto
Hilman Firmansyah. Perpustakaan Dulu, Kini dan Masa Depan. 2015.
http://www.kompasiana.com/hilmanfirmansyah/perpustakaan-dulu-kini-danmasa-depan. Diunduh tgl. 20 Nopember 2015
Kahar, Irawaty A. 2008. Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi
(Organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Pustaha: Jurnal
Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.4, No.1, Juni 2008
Lolytasari . Perpustakaan masa depan berorientasi pengguna.
http://perpustakaan.kaltimprov.go.id/berita-590-perpustakaan-masa-depanberorientasi-pengguna.html .Diunduh tgl. 17 Nopember 2015
Luki-Wijayanti, 2014. Makalah berjudul “Perpustakaan masa depan: perspektif
pustakawan (Pustakawan adalah profesi yang challenging)”
Nove Eka Variant Anna, S. Sos., MIMS, Future Libraries. noveanna-fisip dalam
http://noveanna-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-64947-Librarianship-Future
%20Libraries.html. Diunduh tgl. 14 Nopember 2015
10 Profesi ini akan punah sebelum tahun 2020.
http://www.seventujuh.com/2013/07/10-profesi-ini-akan-punah-sebelumtahun.html, Diunduh tgl. 6 Maret 2014
Singh, S.P. 2004. Collection management in the electronic environment.
The Bottom Line: Managing Library Finances , 17 (2), pp. 55-60
Sulistyo, Basuki. 1993. Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Sumardji, P. 1995. Mengelola perpustakaan : Tatakerja pengolahan,
penyimpanan dan penyusunan buku dengan kartu-kartu katalognya di
perpustakaan. Kanisius
Undang-undang No. 43 Tahun 2007.

Yuniwati Yuventia. 2014. Standarisasi perpustakaan perguruan tinggi.
http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/47standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-Diunduh tgl. 12 April 2014

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

STUDI PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN

5 158 1

PENGARUH KADAR CMC-Na TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza. Roxb) DENGAN BASIS MANITOL

3 39 24

APLIKASI BIOTEKNOLOGI BAKTERI FOTOSINTETIK DALAM MENINGKATKAN MUTU GIZI BIJI KEDELAI

4 68 14

EVALUASI MUTU MINYAK KELENTIK DENGAN PENAMBAHAN KAPSUL ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KOPI DAN BHT: KAJIAN JENIS KEMASAN

1 27 43

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH DI JATILUHUR BEKASI 1997.2010

0 50 151

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89