Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberlangsungan sebuah organisasi tentu saja bergantung baik atau
buruknya kinerja dari sebuah organisasi tersebut. Sedangkan kinerja dari sebuah
organisasi bergantung pada kinerja pada pegawainya yang dimana setiap pegawai
merupakan motor bagi berjalannya organisasi.
Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan
oleh sekolompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam mencapai
tujuan organisasi yang bersangkutan. Kinerja yang baik dari pegawainya akan
berdampak langsung kepada kemajuan atau kemunduran yang diperoleh dari
organisasi tersebut. Salah satu yang dapat mengukur kinerja pegawai adalah
efektivitas kerja dari pegaawai di organisasi tersebut.
Sebagai salah satu bank pembangunan daerah sumatera utara harus mampu
memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dalam meningkatkan efektivitas
kerja dengan sedemikian rupa sehingga kinerja dari lembaga tersebut dapat
meningkat secara singnifikan. Baik buruknya kinerja sebuah organisasi sangat
dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal dari organisasi tersebut. Organisasi
yang mampu memanfaatkan peluang yang ada didalam lingkungan internal dan


1

Universitas Sumatera Utara

eksternal memiliki peluang yang besar pula untuk terus bereksistensi secara
kontiniu kepada masyarakat pada umumnya.
Menurut stephen robbins (dalam acmad sobirin) organisasi adalah sosial
yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang lama. Beranggotakan dua atau
lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunya pola kerja tertentu
yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. 1
Budaya atau culture berkaitan dengan manusia (human).Karenanya
berbicara mengenai budaya perusahaan atau budaya organisasi atau budaya kerja
tidak lepas dari sumber daya manusia.Tanpa sumber daya manusia tidak ada
budaya apapun. Mengembangkan budaya organisasi berarti mengembangkan
sumber

daya

manusia


dan

mempertahankan

budaya

orgnisasi

berarti

memberdayakan sumber daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan
suatu organisasi.Salah satu factor yang dilakukan untuk mengembangkan sumber
daya manusia adalah melaui pelatihan.Pelatihan yang harus dilakukan oleh suatu
organisasi

harus

dilakukan


terus

menerus.Hal

ini

dikarenakan

makin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan hal ini harus disesuaikan
dengan kemampuan yang dimiliki karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.
Apabila setiap pegawai dalam suatu organisasi merasakan bahwa prinsip
yang mendasar setiap tindakan dan perilaku organisasi sesuai dengan pandangan
1

Achmad Sobirin, Budaya Organisasi, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN tahun 2007), Cetakan Pertama, hal. 5


2

Universitas Sumatera Utara

hidupnya atau tidak menyimpang dari prinsip pribadinya, maka ia akan bekerja
dengan baik. Apalagi pegawai tersebut merasakan bahwa pandangan hidupnya
atau cita-citanya akan mendapat tempat yang sesuai di dalam organisasi tempat ia
berkarya, maka hal ini akan mendorong ia memahami maksud, tujuan dan ruang
lingkup kegiatan dalam organisasi yang berakibat pada adanya dorongan
semangat untuk bekerja lebih baik , karena menyadari apa yang bermanfaat bagi
organisasi juga bermanfaat bagi dirinya. Apa yang ia dambakan bagi masa
depannya dapat dipenuhi oleh organisasi dimana ia berkarya dan pada akhirnya
akan menumbuh kembangkan budaya kerja atau budaya organisasi.
Bagaimana beratnya tugas-tugas yang dipikul para pegawai, tidak akan
lagi dirasakan sebagai beban pribadi, tetapi justru merupakan tantangan untuk
dihadapi dan peluang untuk mengembangkan karier. Jika sudah demikian maka
organisasi tempatnya berkarya akan menjadi tempat yang menyenangkan dan
dirasa paling sesuai untuk dirinya sendiri. Dengan adanya kinerja yang baik dari
pada pegawai, maka, secara otomatis akan meningkatkan efektivitas kerja
pegawai.

Menurut miner (dalam edy sutrisno), kinerja adalah bagaimana seseorang
diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah
dibebankan kepadanya.Setiap harapan bagaimana seseorang harus berperilaku
dalam melaksankan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam organisasi. 2

2

Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta: Kencana, tahun 2010) Edisi Pertama, hal. 170

3

Universitas Sumatera Utara

Budaya organisasi memang sulit didefenisikan seacara tegas dan sulit
diukur, namun bisa dirasakan sumber daya manusia (SDM) di dalam organisasi
tersebut.Suatu organisasi yang mempunyai budaya organisasi yang kuat bahkan
dapat “terlihat” atau teramati oleh peninjau dari luar organisasi yang mengamati.
Pengamat tersebut akan merasakan suasana kerja yang khas dan “lain dari pada
yang lain”, di dalam organisasi tersebut, bila dibandingkan organisasi lain. Hal-hal
tersebut penting dan karena itu perlu dipahami dan dikenali.Akan tetapi hal-hal

yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh manajemen dengan pendekatan
yang memperhitungkan secara matang factor-faktor situasi, kondisi, waktu dan
ruang. Dengan kata lain diterapkan sesuai dengan budaya yang berlaku dan dianut
dalam organisasi yang bersangkutan.
Melihat begitu pentingnya peranan budaya organisasi, maka dapat dilihat
besarnyapengaruh dari budaya organisasi tersebut terhadap sumber daya manusia
yang ada di organisasi tersebut. Budaya organisasi tersebut dapat dilihat dan
diamati oleh peninjauan dari luar maupun dari dalam organisasi tersebut.Hal ini
dapat dirasakan dari suasana kerja yang membedakannya dari organisasi lainnya.
Jika dilihat pada masa kini dimana arus globalisasi semakin berperan
dalam menentukan setiap kebijakan dalam organisasi, maka setiap organisasi
sebaiknya melakukan tinjauan kembali terhadap budaya orgnisasi yang ada di
dalam organisasinya sehingga efektivitas kerja para pegawai tidak mengalami
benturan terhadap lingkungan eksternal dikemudian harinya.

4

Universitas Sumatera Utara

Adapun budaya yang di anut oleh PT. Bank sumut cabang medan

iskandar muda adalah memberikan pelayanan terbaik. Sementara nilai-nilai
perusahaan terdiri dari kata TERBAIK yang dapat dijabarkan sebagai
kepanjangan kata terbaik, energik, ramah, bersahabat, aman, integritas tinggi, dan
komitmen.di

PT.Bank

sumut

cabang

medaniskandar

muda

cenderung

menggunakan nilai ramah.
Melalui pengamatan yang peneliti lakukan pada PT. Bank sumut cabang
medan iskandar muda terlihat bahwa budaya organisasi yang diterapkan pada PT.

Bank sumut cabang medan iskandar muda kurang sesuai pada pelaksanaannya
terutama dalam hal pelayanan nasabah. Terdapat banyak hal yang telah dilakukan
oleh pihak PT. Bank sumut cabang medan iskandar muda untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada nasabahnya seperti memberlakukan pelayanan yang
pertama datang dan pertama dilayani (first in first out).Nasabah yang datang
sangat banyak tiap harinya dan harus dilayani.Rata-rata jumlah nasabah yang
datang dalam waktu 5 menit berjumlah 19 orang.Kurang lebih ini adalah jumlah
yang sangat besar. Sedangkan rata-rata waktu pelayanan yang diberikan adalah
0,5 menit untuk setiap nasabah. Hal tersebut membuat nasabah harus menunggu
lama untuk mendapatkan pelayanan dari pihak PT. Bank sumut cabang medan
iskandar muda, inilah penyebab terjadinya antrian. Antrian yang panjang terjadi
pada hari senin dan jumut mulai pagi hingga sore. Selain itu hal ini tentu akan
menguras tenaga karyawan dibagian teller. Karena beban kerja yang diterima
berlebih sehingga akan dapat mengurangi produktifitas pelayanan karyawan

5

Universitas Sumatera Utara

kepada nasabah. Selain itu juga mengakibatkan kecenderungan untuk melakukan

kesalahan akibat dari rasa lelah dan pada akhirnya akan merugikan nasabah.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas
Kerja Pegawai Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai
Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap
efektivitas kerja pada PT. Bank sumut cabang medaniskandar muda.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap
efektivitas kerja pada PT. Bank sumut cabang medan iskandar muda.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan berpikir dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan
yang dihadapi di lapangan.
2. Bagi organisasi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi

pengembangan efektifitas kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Medan
Iskandar Muda

6

Universitas Sumatera Utara

3. Penelitian ini diharapkan merupakan perbandingan bagi peneliti yang
ingin meneliti hal yang sama.
1.5 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai factor yang didefinisikan sebagai masalah yang
penting.Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
penelitian. 3
Sebagai landasan berfikir untuk memecahkan masalah, perlu adanya
pedoman teoritis yang membantu. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut
mana masalah tersebut disoroti. Berdasarkan rumusan diatas, peneliti
mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan

dijadikan tolak landasan berfikir dalam penelitian ini
1.5.1 Budaya Organisasi
1.5.1.1 Pengertian Budaya
menurut Melville Herkovits (Dalam Achmad Sobirin) Budaya adalah
sebuah kerangka pikir (construct) yang menjelaskan tentang keyakinan, perilaku,
pengetahuan, kesepakatan-kesepakatan, nilai-nilai, tujuan yang kesemuanya itu
membentuk pandangan hidup (way of life) sekelompok orang. 4
Menurut Andrew Peetigrew (Dalam Achmad Sobirin) Budaya adalah
Sistem makna yang diterima secara terbuka dan kolektif, yang berlaku untuk
3

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif dan kualitatif, (Bandung: Alfabeta, tahun 2005), hal. 55
Achmad Sobirin, op.cit., hal. 53

4

7

Universitas Sumatera Utara

waktu tertentu bagi sekelompok orang tertentu. 5
Menurut Edgar Schein (Dalam Achmad Sobirin) Budaya adalah pola
asumsi dasar yang di-shared oleh sekelompok orang setelah sebelumnya mereka
mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk
menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi
internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggotaanggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan
mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan
organisasi. 6
1.5.1.2 Pengertian Organisasi
Menurut Robbins (Dalam Edy Sutrisno ), Organisasi adalah kesatuan
social yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relative
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relative terus-menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. 7
Menurut Barnard (Dalam Miftah Thoha) menyatakan bahwa organisasi itu
adalah suatu sistem kegiatan-kegiatan yang terkoodinir secara sadar, suatu
kekuatan dari dua manusia atau lebih. 8
Sedangkan

Menurut

Amitai

Etzioni

(Dalam

Miftah

Thoha)

mengemukakan konsepsi organisasi sebagai sekelompok orang-orang yang
sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu. 9

5

Achmad Sobirin, ibid., hal. 129
Achmad Sobirin, ibid., hal. 132
7
Edy Sutrisno, op.cit.hal. 141
8
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers
tahun 2011), Edisi 1, hal. 114
9
Miftah Thoha, ibid., hal. 115
6

8

Universitas Sumatera Utara

1.5.1.3 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sebuah keyakinan, sikap, dan nilai yang
umumnya dimiliki, yang timbul dalam organisasi, dikemukakan dengan lebih
sederhana, budaya adalah cara kita melakukan sesuatu disini. Pola nilai, norma,
keyakinan, sikap dan asumsi ini mungkin tidak diungkapkan, tetapi akan
membentuk cara orang berperilaku dan melakukan sesuatu. Nilai mengacu kepada
apa yang diyakini merupakan hal penting mengenai cara orang dan organisasi
berperilaku. Norma adalah peraturan tak tertulis mengenai perilaku. Budaya
organisasi merupakan aspek subjektif dari apa yang terjadi di dalam organisasi.
Hal ini mengacu kepada abstraksi, seperti nilai dan norma yang meliputi seluruh
atau bagian dari bisnis. 10
Budaya Organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak,
yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan
aktivitas kerja. 11
Budaya organisasi dapat didefenisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai
(values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau
norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota
suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah
organisasinya. 12
Menurut Eldridge dan Crombie (Dalam Wirawan) Budaya suatu organisasi
menunjukkan konfigurasi unik dari norma, nilai, kepercayaan, dan cara-cara
10

Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil (Bandung: Penerbit PT. Refika Aditama tahun 2007), cetakan pertama.
hal. 75
11
Edy Sutrisno, op. cit., hal. 2
12
Edy Sutrisno, loc. cit.

9

Universitas Sumatera Utara

berperilaku yang memberikan karakteristik cara kelompok dan individu bekerja
sama untuk menyelesaikan tugasnya. 13
Menurut Schwartz dan Davis (Dalam Wirawan), budaya organisasi
merupakan pola kepercayaan dan harapan yang dianut oleh anggota
organisasi.Kepercayaan dan harappan tersebut menghasilkan nilai-nilai yang
dengan kuat membentuk perilaku para individu dan kelompok-kelompok anggota
organisasi. 14
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
dapat didefenisikan sebagai nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya
manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu
organisasi.
1.5.1.4 Fungsi Budaya Organisasi
Dari sisi fungsi budaya organisasi mempunyai empat fungsi menurut
Robbins (Dalam Edy Sutrisno). 15Fungsi Budaya Organisasi menurut Robbins :
1. Budaya mempunyai suatu peran pembeda.
Hal itu berarti bahwa budaya kerja menciptakan pembedaan yang jelas
antara satu organisasi dengan yang lain.
2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organsisasi.
3. Budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada
sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.
13

Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi (Jakarta: Salemba Empat tahun 2007) hal. 9

14

Wirawan, ibid., hal. 8-9

15

Edy Sutrisno, op. cit., hal. 10-11

10

Universitas Sumatera Utara

4. Budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.
Menurut Defenisi Gordon (Dalam Edy Sutrisno) Dalam hubungannya
dengan segi sosial, budaya berfungsi sebagai perekat sosial yang membantu
mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat
untu apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Akhirnya,
budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan. 16
1.5.1.5 Karakteristik Budaya Organisasi
Karakteristik-karakteristik budaya organisasi menurut Stephen P. Robbin
adalah 17
1. Inisiatif Individual
Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi yang dipunyai
setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat.Inisiatif
individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu
organisasi

sepanjang

menyangkut

ide

untuk

memajukan

dan

mengembangkan organisasi atau perusahaan.
2. Toleransi Terhadap Tindakan Beresiko
Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan
toleransi kepada anggota atau para pegawai agar dapat bertindak agresif
dan inovatif untuk memajukan organisasi atau perusahaan serta berani
mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.
3. Pengarahan
16

Edy Sutrisno, loc. cit.
Pabundu ,Moh. Tika,(Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.jakarta: Bumi
Aksara tahun 2006), hal.10
17

11

Universitas Sumatera Utara

Pengarahan dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat
menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.Sasaran
dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan
organisasi.Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau
perusahaan.

4. Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat
mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang
terkoordinasi. Kekompakan unit-unit tersebut dapat mendorong kualitas
dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
5. Dukungan manajemen
Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat
memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas
terhadap bawahan.
6. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau normanorma yang berlaku di dalam suatu organisasi atau perusahaan.
7. Identitas
Dimaksudkan untuk sejauh mana para anggota suatu organisasi atau
perusahaan dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan
dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau
keahlian profesional tertentu.

12

Universitas Sumatera Utara

8. System imbalan
Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi dan sebagainya)
didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan atas senioritas,
sikap pilih kasih, dan sebagainya.

9. Toleransi dalam konflik
Sejauh mana para pegawai atau karyawan di dorong untuk mengemukakan
konflik dan kritik secara terbuka.Perbedaan pendapat merupakan
fenomena

yang

sering

terjadi

dalam

suatu

organisasi

atau

perusahaan.Namun, perbedaan pendapat dan kritik tersebut bisa digunakan
untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan.
10. Pola komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang
formal.Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya
pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu
sendiri.
1.5.1.6Dimensi Budaya Organisasi
Menurut denision (Dalam Achmad Sobirin) mengemukakan adanya 4
dimensi budaya organisasi yang diyakini terkait dengan efektivitas organisasi 18
Dimensi budaya organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Invelment dimension

18

Achmad Sobirin, op.cit., hal. 195

13

Universitas Sumatera Utara

Adalah dimensi budaya organisasi yang menunjukkan tingkat partipasi
karyawan (anggota organisasi) dalam proses pengambilan keputusan.
2. Consistensy
Adalah menunjukkan tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap
asumsi dasar dan nilai-nilai inti organisasi.
3. Adaptability
Adalah kemampuan organisasi dalam merospon perubahan-perubahan
lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal organisasi.
4. Mission dimension
Adalah budaya yang menunukkan tujuan inti organisasi yang
menajadikan anggota organisasi yang teguh dan focus terhadap apa
yang dianggap penting oleh organisasi.
Budaya organisasi yang kuat biasa mempunyai dampak kinerja pada
perusahaan.Kekuatan budaya menunjukkan tingkat persetujuan diantara para
anggota organiasi tentang nilai khusus, jika pentingnya nilai-nilai tersebut telah
menjadi consensus yang tersebar luas, maka budayanya terpadu dan kuat; jika
kesepakatan minim, maka budayanya melemah.
Budaya ataupun budaya organisasi sejatinya berdampak kuat pada etika
pegawai, karena ia berperan sebagai pengawai para pegawai dalam berkeputusan
tiap harinya 19
Untuk hal budaya organisasi yang berlaku dalam birokrat, bentuk dan
sumber daya yang ada dalam organisasi pada umumnya sama dengan apa yang
19

Dicky wisnu dan siti nurhasanah,Teori Organisai Stuktur dan dan Desain, (Malang: Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2005), Edisi kedua, hal. 261

14

Universitas Sumatera Utara

ada adalam organisasi perusahaan dan sosial. Namun berbeda dalam visi, misi
karakteristik yang dimilikinya.Organisasi publik atau birokrasi publik tidak
berorientasi langsung pada tujuan akumulasi keuntungan, namun memberikan
layanan publik dan menjadi kataliasasor dalam penyelenggaraan pembangunan
maupun penyelenggaraan tugas Negara.

1.5.1.7Indikator Budaya Organisasi
Menurut Manahan P. Tampubolon Indikator Budaya Organisasi Ada 6
(enam), Sbb : 20
1. Inovatif Memperhitungkan Resiko
Norma yang dibentuk berdasarkan kesepakatan masyarakat bahwa setiap
karyawan

akan

memberikan

perhatian

yang

sensitive

terhadap

segala

permasalahan yang mungkin dapat membuat risiko kerugian bagi kelompok dan
organisasi secara keseluruhan. Perilaku karyawan yang demikian dapat dibentuk
apabila berdasarkan kesepakatan bersama sehingga secara tidak langsung
membuat rasa tanggung jawab bagi karyawan untuk melakukannya seecara
konsisten. Sebagai contoh, di dalam organisasi bisnis, bagian produksi
mengetahui kondisi barang yang dikerjakannya, apabila ada barang yang cacat (
yang seharusnya ditahan daur ulang/reject) tidak dikirim kebagian pemasaran,
tetapi oleh bagian produksi tetap dikirim sehingga bagian pemasaran tanpa
menyadari barang tersebut cacat juga men-deliver ke konsumen. Pada akhirnya,
barang yang cacat tersebut menjadi masalah bagi konsumen, akibatnya konsumen
20

Manahan P.Tampubolon, Perilaku Keorganisasian (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

tahun 2008) Edisi kedua, hal. 230-233

15

Universitas Sumatera Utara

menjadi kecewa dan melakukan complain. Complain konsumen ini oleh bagian
pemasaran tetap dilayani melakukan bagian purnajual (aftersales service). Dari
permasalahan demikian akan terjadi kerugian bagi perusahaan. Terutama dilihat
dari segi waktu, yang seharusnya tidak perlu dilakukan, tetapi menjadi waktu yang
digunakan mengatasi complain konsumen sebagai akibat dari tidak sentitifnya
bagian produksi mengantisipasi risiko dan dapat mengakibatkan kerugian lain,
seperti merusak nama baik ( perusahaan dan produk ) dan kemungkinan larinya
konsumen ke produk lain. Jika keadaan seperti ini kemudian disadari dan menjadi
kesepakatan di antara karyawan dan antarbagian untuk mengatasinya, maka itu
akan menajadikan pembentukan nilai bagi perilaku karyawan dan kelompoknya
untuk kedepannya.
2. Memberikan Perhatian Pada Setiap Masalah Secara Detail
Memberikan perhatian pada setiap masalah secara detail di dalam
melakukan pekerjaan akan menggambarkan ketelitian dan kecermatan dari
karyawan di dalam melaksanakan tugasnya. Sikap yang demikian akan
menggambarkan tingkat kualitas pekerjaan yang tinggi yang dilakukan oleh setiap
karyawan, yang pada akhirnya dapat menciptkan kualitas produk yang tinggi.
Apabila setiap karyawan

meberikan perhatian secara detail terhadap semua

permasalahan yang ada di dalam pekerjaannya, maka tingkat penyelesaian
masalah dapat digambarkan menjadi suatu pekerjaan yang berkualitas tinggi atau
dengan kata lain, total kualitas manajemen telah dilakukan, pengertiannya, bahwa
kepuasan konsumen akan terpenuhi sehingga organisasi dapat menciptka laba
secara maksimal. Keadaan dan kondisi seperti ini dapat dibentuk oleh suatu

16

Universitas Sumatera Utara

orgnisasi.
3. Berorientasi Terhadap Hasil yang Akan Dicapai
Supervise seorang manajer terhadap bawahannya merupakan salah satu
cara manajer untuk mengarahkan dan memberdayakan mereka. Apabila persepsi
dari bawahan itu dapat dibentuk dan menjadi satu kesatuan di dalam melakukan
tugas untuk mencapai hasil serta bawahan punya komitmen dengan konsensus
tersebut maka semua akan muda dilakukan. dapat dikatkan bahwa bawahan itu
berorientasi kepada hasil. Kondisi demikian menggambarkan bahwa orientasi
hasil yang dicapai adalah yang dibentuk oleh budaya organisasi.
4. Berorientasi kepada semua kepetingan karyawan
Keberhasilanataukinerja organisasi salah satunya ditentukan kekompakan
tim kerja (team work), dimana kerja sama tim dapat dibentuk jika manajer dapat
melakukan supervise dengan baik terhadap bawahannya Bawahan akan
termotivasi untuk meningkatkan produktivitas apabila mereka dapat bekerja sama
secara tim di dalam organisasi. Misalnya, bagian pemasaran tidak akan sukses
mencapai target apabila mereka tidak merupakan sales force yang dapat bekerja
sama, yang dapat saling bahu-membahu agar target pemasaran itu dapat dicapai
dengan baik. Kerja sama tim dimaksudkan ialah setiap bawahan atau karyawan
bekerja sama dalam persepsi dan sikap yang sama di dalam melakukan
pekerjaannya dan secara tidak langsung, sesama karyawan akan selalu
memperhatikan setiap masalah yang dihadapi masing-masing. Pengertiannya
bahwa karyawan akan selalu berorientasi kepada sesame karyawan agar dapat
tarhet tim atau orgnisasi. Dengan demikian, orientasi atas kepentingan sesame

17

Universitas Sumatera Utara

karyawan dapat terbentuk disebabkan adanya budaya orgnisasisi. Apabila
kepentingan organisasi dapat dicapai, maka semua kepentingan karyawan akan
dapat pula terpenuhi.
5. Agresif Dalam Bekerja
Produktivitas yang tinggi dapat dihasilkan apabila performa karyawan
dapat memenuhi standar yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya.Performa
yang baik dimaksudkan, antara lain kualifikasi keahlian (ability and skill) yang
dapat memenuhi persyaratan produktivitasnya serta harus diikuti dengan disiplin
dan kerajinan yang tinggi. Apabila kualifikasi ini telah dipenuhi, maka masih
dibutuhkan ketahanan fisik dan keagresifan karyawan untuk dapat menghasilkan
kinerja yang baik. Agresif di dalam bekerja saja juga belum cukup, ia akan
dipengaruhi lagi oleh banyak variable dan indicator perilaku lainnya, tetapi di
dalam hal ini agresivitas menjadi bagian akan menjadi salah satu factor dari
budaya orgnisasi.
6. Mempertahankan dan Menjaga Stabilitas Kerja
Performa yang baik dari karyawan harus didukung oleh kesehtan yang
prima. Performa yang baik tidak akan dapat tercipta secara kontinu apabila
karyawan tidak dalam kondisi kesehtan yang prima. Pengertiannya, karyawan
juga harus mampu menjaga kondisi kesehatannya agar tetap prima, kondisi seperti
ini hanya dapat dipenuhi apabila secara teratur mengnsumsi makanan yang bergizi
dan memadai. Kesehatan prima akan dapat membentuk stamina yang prima juga,
dengan stamina yang prima akan terbentuk ketahanan fisik yang akurat
(endurance) dan stabil, sertaa dengann endurance yang prima, maka kita dapat

18

Universitas Sumatera Utara

mengandalikan

(drive)

semua

pekerjaan

dengan

baik.

Dengan

tingkat

pengendalian yang prima, menggambarkan performa karyawan tetap prima dan
stabilitas kerja dapat dipertahankan.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
apabila semua indicator dari budaya orgnisasi ini dapat dipenuhi, maka suatu
budaya dengan karakteristik tertentu, umpamanya budaya orgnisasi yang tinggi
dan kuat akan dapat dibentuk di dalam suatu orgnisasi, baik orgnisasi bisnis
ataupun jasa. Budaya yang terbentuk akan dapat menjadi landasan filosofis bagi
orgnanisasi, kelompok di dalam orgnisasi, dan individu di dalam orgnisasi untuk
berperilaku dan bertindak, yang pada akhirnya dapat membembentuk performa
dan kepuasan karyawwan yang tinggi.
1.5.2 Efektivitas kerja
Setiap melakukan kegiatan manajemen dalam organisasi, maka akan
timbul pula konsep efektivitas, yaitu bagaimana usaha yang akan dilakukan
sehingga segala apa yang direncanakan dapat dicapai seluruhnya dengan tepat
waktu atau dapat menjawab perkembangan kebutuhan organisasi.
1.5.2.1 Pengertian Efektivitas
Menurut Steers (Dalam Edy Sutrisno) Pengertian efektivitas pada
umumnya efektivitas hanya dikaitkan dengan tujuan organisasi, yaitu laba, yang
cenderung mengabaikan aspek terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu
sumber daya manusia. Steers mengatakan bahwa yang terbaik dalam meneliti
efektivitas ialah memerhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling
berkaitan yaitu : 21

21

Edy Sutrisno, op.cit., hal. 123-124

19

Universitas Sumatera Utara

(1). Optimalisasi tujuan-tujuan,
(2). Perpesktif sistem; dan
(3). Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi
Seorang praktisi ahli serta penulis di bidang manajemen dan perilaku
keorganisasian menyatakan, yang diartikan dengan efektivitas adalah pencapaian
sasaran yang telah disepakati secara bersama serta tingkat pencapaian sasaran itu
menunjukkan tingkat efektivitas. 22
1.5.2.2 Pengertian Kerja
Dapat juga dikatakan, kerja adalah proses penciptaan nilai pada suatu unit
sumber daya. Kerja itu sesungguhnya adalah suatu kegiatan sosial. 23Kerja
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.Kebutuhan itu bisa bermacammacam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh
pelakunya. 24
Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan ada
orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya
kepada

suau

keadaan

yang

lebih

memuaskan

daripada

keadaan

sebelumnya.Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat
kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak
dicapai dan dipenuhinya. Demi tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan
suatu aktivitas yang disebut kerja.
Sementara menurut J.A.C Brown (Dalam Pandji Anoraga) menyatakan

22

Manahan P.Tampubolon,op.cit., hal. 175
Pandji Anoraga, Psikolologi kerja (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta tahun 2005) Cetakan
ketiga, hal. 13
24
Pandji Anoraga, ibid., hal. 11

23

20

Universitas Sumatera Utara

bahwa kerja itu sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan
manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat. 25
Kerja adalah ibadah, kerja sebagai pernyataan syukur atas kehidupan di
dunia ini, dilakukan seakan-akan kepada dan bagu kemuliaan nama Tuhan bukan
kepada manusia. 26
Kerja adalah sumber penghasilan, hal ini jelas kerja sebagai sumber
nafkah merupakan anggaran dasar masyarakat umumnya. 27
1.5.2.3 Pengertian efektivitas Kerja
Menurut Robbins (Dalam Kusdi) defenisi efektivitas organisasi adalah
sejauh mana organisasi mencapai berbagai sasaran (jangka pendek) dan tujuan
(jangka panjang) yang telah ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan
tujuan-tujuan itu mencerminkan konstituen strategi, kepentingan subjektif penilai,
dan tahap pertumbuhan pertumbuhan organisasi. 28
Berdasarkan pengertian efektivitas, kerja tersebut, dapat dikemukakan
bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada aktivitasaktivitas yang dilakukan anggota organisasi, secara tepat sasaran dan tepat waktu,
oleh karena itu perilaku pegawai yang mengarah pada proses pencapaian tujuan
organisasi harus dikelola sedemikian rupa sehinggga membentuk kerja-kerja yang
efektif. Kerja yang efektif adalah jawaban positif dari permasalahanpermasalahan bagaimanakah kita dapat memanfaatkan waku yang telah
ditentukan dan apakah target pekerjaan dapat kita capai atau kita lampaui.
25

Pandji Anoraga, ibid., hal. 13
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Kota Depok (Penerbit : PT Raja
Grafindo Persada tahun 2012) cetakan pertama, hal. 350
27
Moeheriono, loc. cit.
28
Kusdi, Teori Organisasi dan Admistrasi, (Jakarta: Salemba Humanika tahun 2009), hal. 93-94
26

21

Universitas Sumatera Utara

Efektivitas kerja individu ini juga akan membentuk efektivitas kerja unit dan
efektivitas kerja organisasi. Efektivitas kerja organisasi selain ditentukan oleh
efektivitas sumber daya manusia, juga dipengaruhi oleh efektivitas sumber daya
lainnya.
Dengan demikian efektivitas kerja merupakan suatu ukuran yang
memberikan gambaranmengenai seberapa jauh tujuan organisasi dapat tercapai
secara tepat sasaran dan tepat waktu.Apabila efektivitas kerja dapat ditingkatkan,
maka pencapaian tujuan organisasi lebih optimal.
Disamping hal-hal yang bersifat tehnis, terdapat faktor-faktor lain yang
sifatnya tidak tehnis, melainkan psikologi, sosio kultural dan intelektual. Artinya
dalam kehidupan berorganisasi, berkarya tidak dapat dipandang semata-mata
hanya sebagai wahana untu merumuskan kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya
wahana untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya individualistik dan
ekonomis,tetapi juga berbagai kebutuhan lainnya. Interaksi dengan berbagai pihak
seperti rekan sekerja, atasan dan bawahan mutlak diperlukan.
Tidak satu pun pekerjaan organisasi yang dapat diselesaikan hanya oleh
seseorang tanpa interaksi sama sekali dengan pihak lain. ketaatan terhadap
berbagai ketentuan yang berlaku dalam organisasi,melakukan penyesuaian dengan
tradisi dan kultur organisasi adalah beberapa contoh lain dari faktor-faktor yang
perlu mendapat perhatian dalam mendorong tercapainya tingkat efektifitas kerja
pegawai dalam kehidupan organisasi.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
efektivitas menurut Edy Sutrisno, adalah: 29

29

Edy Sutrisno, op. cit., hal. 125

22

Universitas Sumatera Utara

1. Karakteristik Organisasi, termasuk struktur dan teknologi
2. Karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan interen dan lingkungan ekstern
3. Karakteristik Karyawan
4. Kebijakan Praktik Manajemen
1.5.2.4Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja
Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang
dikemukakan oleh Richard M. Steers, yaitu: 30
1. Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan tehnologi organisasi yang
dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara.
Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti
dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia
struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orangnya dalam
menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang dimaksud tehnologi adalah mekanisme
suatu organisasi umtuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran.
2. Karakteristik Lingkungan
Lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh
atas efektivitas, keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat
tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu tingkat keterdugaan keadaan
lingkungan, ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan,tingkat rasionalisme
organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi
terhadap perubahan lingkungan.
30

Richard,M. Steers. Efektivitas Organisasi,(Jakarta: Erlangga tahun 1980), hal.9

23

Universitas Sumatera Utara

3. Karakteristik Pekerja
Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan faktor pengaruh
yang paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan
memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan
sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya
yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh
besar terhadap efektivitas, karena walaupun tehnologi yang digunakan merupakan
tehnologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun
tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.
4.Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen
Dengan makin rumitnya proses teknologi dan perkembangannya
lingkungan maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses
demi keberhasilan organisasi
Apabila keempat hal tersebut telah dilaksanakan sesuai standar yang
ditetapakan oleh organisasi, maka kualitas yang akan dicapai terpenuhi sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh organisasi.
1.5.2.5 Syarat-syarat dalam Pencapaian Kinerja secara Efektif
Berikut ini syarat dalam pencapaian Kinerja secara Efektif menurut
Richard M.Steers adalah: 31

31

Richard,M. Steers.ibid., hal.135

24

Universitas Sumatera Utara

1) Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan
kesalahan dalam interprestasi penyelesaian kerja.
2) Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif
3) Pencapaian tugas penting dan berguna untuk menunjukkan keberhasilan
memasukkan , serta mengeluarkan hasil dan manfaat.
4) Harus cukup fleksibel dan sensitive terhadap perubahan atau penyesuaian
terhadap pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan kerja dalam organisasi.
5) Relevensi terhadap tugas dan kegiatan.
6) Efektif, data atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan.
1.5.2.6 Indikator Efektivitas Kerja
menurut

hasibuan

efektivitas

kerja

adalah

suatu

keadaan

yang

menunjukkan keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang
meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan
pekerjaan serta kualitas kerja yang baik. 32
1.5.2.7 Hungungan Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja
Kegunaan Budaya oleh Sedarmayanti adalah Budaya menampilkan
“perekat sosial” dan menghasilkan “perasaan kekamian”, sehingga meniadakan
proses diferensiasi yang merupakan bagian dari kehidupan organisasi yang tidak
dapat dihindari. Budaya organisasi menawarkan suatu sistem bersama mengenai
arti, diamana menjadi dasar untuk komunikasi dan pemahaman bersama. Jika
fungsi ini tidak direalisasikan dalam suatu cara yang layak, budaya mungkin

32

Malayu SP Hasibuan, manajemen sumber daya manusia, Jakarta: Bumi Aksara, hal 105

25

Universitas Sumatera Utara

secara signifikan mengurangi efesiensi organisasi. 33
Dalam Pembahasan peran budaya organisasi, Budaya organisai diteliti
secara intensif oleh para pakar untuk mengetahui perannya dalam organisasi
sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai peran
besar dalam upaya mencapai tujuan organisai, di point yang ke-10, yaitu : Sumber
Keunggulan Kompetitif; Budaya organisasi merupakan salah satu sumber
keunggulan kompetitif. Budaya organisasi yang kuat mendorong motivasi kerja,
konsistensi, efektivitas dan efesiensi, serta menutunkan ketidakpastian yang
memungkinkan kesuksesan organisasi dalam pasar dan persangan. 34
Ada beberapa cara memandang hubungan budaya organisasi dengan
efektivitas kerja dalam organisasi menurut denison (tika, moh. Pabundu) 35
1. Efektifitas (kurangnya efektifitas) adalah fungsi dari nilai-nilai dan
keyakinan yang dianut oleh para anggota organisasi. Nilai-nilai spesifik atau
persetujuan akan nilai spesifik memengaruhi efektifitas. Gagasan ini mungkin
merupakan penjelasan yang paling mistik mengapa budaya organisasi dapat
memengaruhi kinerja organisasi. Meskipun demikian, keyakinan-keyakinan yang
dianut dengan kuat, penghayatan misi atau konsistensi yang berasal dari sejumlah
nilai dan keyakinan, memberikan dasar bagi tindakan terkoordinasi dalam suatu
organisasi.
2. Efektifitas adalah fungsi dari peraturan-peraturan dan praktik-praktik yang
digunakan perusahaan. Praktik-praktik spesifik, terutama yang merupakan bagian

33

Sedarmayanti, op.cit., hal. 76
Wirawan, op.cit., hal. 37
35
Pabundu ,Moh. Tika, Op.Cit., hal.135
34

26

Universitas Sumatera Utara

dari manajemen sumber daya manusia dan lingkungan internal sebuah organisasi
memengaruhi kinerja dan efektifitas perusahaan. Cara tertentu dalam
menyelesaikan konflik, merencanakan strategi, merancang pekerjaan atau
membuat keputusan, akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam jangka
waktu pendek dan panjang.
3. Efektifitas adalah fungsi dari menerjemahkan nilai-nilai dan keyakinan inti
ke dalam peraturan-peraturan dan praktik-praktik dengan cara yang konsisten.
Visi pemimpin harus dioperasionalisasikan melalui tindakan. Membangun
budaya kuat berimplementasi bahwa nilai-nilai dan tindakan sangat konsisten.
Bentuk konsistensi ini sering disebut-sebut sebagai sumber kekuatan organisasi
dan sebagai cara untuk memperbaiki kinerja dan efektifitas organisasi.
4. Efektifitas adalah fungsi dari hubungan timbal balik antara nilai-nilai dan
keyakinan inti, peraturan dan praktik organisasi, serta lingkungan bisnis dari
sebuah organisasi. Oleh karena itu, tidak ada generalisasi yang dapat dibuat
mengenai budaya dan efektifitas bila tidak membicarakan hubungan antara
budaya dan lingkungan bisnisnya. Lingkungan tertentu mungkin menciptakan
jenis budaya tertentu atau membutuhkan jenis budaya tertentu agar organisasi
dapat bertahan hidup.
Menurut james L.Gibson dan dkk (dalam hadari nawawi) menyatakan
budaya organisasi adalah suatu ssistem nilai-nilai keyakinan dan normaa-norma
yang unik dan dianut bersama oleh anggota organisasi. Budaya organisasi dapat
menajadi kekuatan positif akan menjadi pendukung efektivitas organisasi,
sedangkan yang bersifat negative akan menjadi kontra produktif terhadap usaha

27

Universitas Sumatera Utara

pencapaian organisasi. Budaya organisasi yang sangat besar pengaruhnya
terhadap kepemimpinan untuk menjadi efektivitas organisasi, antara lain karena
pengaruhnya pada iklim organisasi atau iklim kerja yang berlangsung seharihari. 36
Menurut Deal dan dkk Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh
terhadap perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan.

37

Budaya organisasi

memiliki peran yang sangat strategis terhadap kesuksesan suatu organisasi, untuk
membangun kerja organisasionalnya dalam jangka panjang sebagai sarana bagi
anggota organisasi untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuannya.Sejauh
mana budaya mempengaruhi efektivitas organisasi dapat diketahui dengan
melihat kuat atau lemah budaya organisasi tersebut.
Menurut Denison (dalam edy sutrisno) budaya organisasi berpengaruh
terhadap efektivitas, terutaman karena dalam budaya organisasi ada keterlibatan,
konsistensi, adaptasi, dan kejelasan misi 38
Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis terhadap
kesuksesan suatu organisasi, untuk membangunan kerja organisasionalnya dalam
jangka panjang sebagai sarana bagi anggota organisasi untuk memenuhi
kebutuhan serta mencapai tujuannya.Sejauh mana budaya mempengaruhi
efektivitas organisasi dapat diketahui dengan melihat kuat atau lemah budaya
organisasi tersebut.
1.6 Hipotesis Penelitian

36

Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press), Cetakan Pertama, hal. 290-291
37
Edy Sutrisno, op. cit., hal. 3
38
Edy Sutrisno, ibit., hal160

28

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimanarumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan. Belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data 39
Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah :
1. Hipotesis Alternatif
Adanya pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja.
2. Hipotesis Nol
Tidak adanya pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja.
1.7 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi
perhatian ilmu social. 40
Untuk memberikan batasan yang jelas penelitian yang akan dilakukan,
maka saya mendefenisikan konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Budaya organisasi merupakan serangkaian nilai-nilai dan strategi, gaya
kepemimpinan, visi & misi serta norma-norma kepercayaan dan pengertian
yang dianut oleh anggota organisasi dan dianggap sebagai kebenaran bagi
anggota yang baru yang menjadi sebuah tuntunan bagi setiap elemen
organisasi suatu perusahaan untuk membentuk sikap dan perilaku.
39
40

Sugiyono, metode penelitian administrasi.( Bandung: Alfabeta, tahun 2005), hal. 70
Masri Singarimbun. Metode Penelitian survey.(Jakarta : LP3ES tahun 2006), hal 33

29

Universitas Sumatera Utara

Hakikatnya, budaya organisasi bukan merupakan cara yang mudah untuk
memperoleh keberhasilan, dibutuhkan strategi yang dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu andalan daya saing organisasi. Budaya organisasi
merupakan sebuah konsep sebagai salah satu kunci keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya.
2. Efektivitas kerja sebagai pencapaian target dengan baik secara tepat guna dari
segi kuantitas, dan kualitas waktu yang menghasilkan output sesuai
dengantujuan yang telah ditetapkan.
1.8 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. 41 Sehingga dalam pengukuran ini
dapat diketahui indicator-indikator apa saja yang dianalisa dari varibel tersebut.
A. Budaya Organisasi sebagai Variabel Bebas (X)
1. Inovatif Memperhitungkan Resiko
2. Memberikan Perhatian Pada Setiap Masalah Secara Detail
3. Berorientasi Terhadap Hasil yang Akan Dicapai
4. Berorientasi kepada semua kepetingan karyawan
5. Agresif Dalam Bekerja
6. Mempertahankan dan Menjaga Stabilitas Kerja
B. Efektivitas kerja sebagai Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas kerja, efektivitas
kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan baik dan benar, sehingga

41

Singarimbun.Ibid., hal 46

30

Universitas Sumatera Utara

pencapaian tujuan dapat tercapai sesuai yang diinginkan. Adapaun indikator dari
efektivitas kerja yaitu :
1. Kuantitas kerja adalah volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi
normal. Kuantitas juga menunjukkan banyaknya jenis pekerjaan yang
dilakukan dalam satu waktu sehingga efektivitas dapat terlaksana
sesuai dengan tujuan perusahaan
2. Kualitas kerja adalah ketelitian, kerapian, dan keterikatan hasil kerja yang
dilakukan dengan baik agar dapat menghindari kesalahan didalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.
3. Pemanfaatan waktu adalah penggunaan masa kerja yang disesuaikan
dengan kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat waktu pada
waktu yang ditetapkan.
I.9 Sistematika Penulisan
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,
defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II

METODE PENELITIAN
Bab ini secara umum menguraikan tentang bentuk penelitian,
lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data
Teknik Penentuan Skor dan Teknik analisis data.

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tetang gambaran lokasi penelitian berupa

31

Universitas Sumatera Utara

tentang sejarah singkat, kondisi / situasi, visi dan misi serta
struktur organisasi
BAB IV

PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat tentang penyajian data yang dilakukan oleh
peneliti dengan cara menguraikan hasil penelitian yang diperoleh
dari lapangan dan melakukan analisa berdasarkan pada metode
yang digunakan.

BAB V

ANALISIS DATA
Bab ini memuat tentang pembahasan atau interprestasi dari datadata yang disajikan dalam bab sebelumnya

BAB VI

PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
dilakukan.

32

Universitas Sumatera Utara