Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas Chapter III VI

46

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1

Kerangka Konsep
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori maka peneliti

mengembangkan kerangkan konsep bertujuan untuk memperlihatkan hubungan
pengaruh antara masing-masing variabel dalam suatu penelitian. Adapun kerangka
konsep dari penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 3.1, sebagai berikut :
Kualitas Sumber Daya Manusia
( X 1)
Pengelolaan Barang Milik Daerah
( X 2)
Bukti Kepemilikan
( X 3)
Kualitas Laporan Barang Milik Daerah
( Y)
Komitmen Pimpinan

( X 4)
Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah
( X 5)
Pemanfaatan Teknologi Informasi
( X 6)
Peran Inspektorat
Daerah
(Z)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Dari kerangkan konsep penelitian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa
ada beberapa faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas laporan barang milik

46
Universitas Sumatera Utara

47

daerah yaitu kualitas Sumber daya Manusian, Pengelolaan Barang Milik Daerah,

Bukti Kepemilikan, Komitmen Pimpinan, Sistem pengendalian Intern Pemerintah
dan pemanfaatan Teknologi Infomasi dan peran inspektorat peran inspektorat
daerah sebagai variabel moderating. Dimana dengan di ikut sertakan peran
inspektoran Daerah mampu meningkatkan kualitas laporan barang milik daerah
pada pemerintahan kabupaten padang lawas.
3.1.1. Hubungan sumber daya manusia terhadap Kualitas Laporan Barang
Milik Daerah
Pengertian sumber daya manusia menurut Robbins (2006) diartikan
sebagai kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan
tertentu. Kemampuan keseluruhan seseorang pada hakikatnya terdiri dari dua
faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dalam pekerjaan
terkait kegiatan administrasi pada suatu organisasi, kemampuan intelektual tentu
lebih dominan. Kemampuan intelektual seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan
tertentu bersumber dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang
dimilikinya. Latar belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting
karena dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan dalam proporsi
tertentu diharapkan dapat memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh suatu
pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan tepat.
Sedangkan hubungan dengan laporan yang berkualitas yakni laporan Barang dapat
disimpulkan jika sumber daya manusia dalam melaksanakan kegiatan penataan

aset mempunyai kualitas akan menghasilkan laporan yang berkualitas pula begitu
sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

48

3.1.2. Hubungan pengelolaan Barang milik Daerah terhadap Kualitas
Laporan Barang milik daerah
Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang disebut sebagai BMD adalah: “Semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah atau perolehan lainnya yang sah”.
Di bawah ini dapat dilihat siklus pengelolaan aset/BMD menurut
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007:
1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
2. Pengadaan;
3. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
4. Pemeliharaan;
5. penatausahaan;

6. Penggunaan
7. Pemanfaatan;
8. Pengamanan;
9. Penilaian;
10. Penghapusan;
11. Pemindahtanganan;
12. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
13. Pembiayaan; dan
14. Tuntutan ganti rugi.
menurut Mardiasmo (2004) pengelolaan barang yang baik akan
menghasilkan data antara lain, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

49

e. Terwujudnya

ketertiban


administrasi

mengenai

kekayaan

daerah,

menyangkut inventarisasi tanah dan bangunan, sertifikasi kekayaan
daerah, penghapusan dan penjualan aset daerah, sistem pelaporan
kegiatan tukar menukar, hibah dan ruislag.
f. Terciptanya efisiensi dan efektifitas penggunaan aset daerah.
g. Pengamanan aset daerah.
h. Tersedianya data/informasi yang akurat mengenai jumlah kekayaan
daerah.
Pada pengelolaan Barang Milik Daerah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan
Barang Milik Daerah dalam penelitian khairani (2013) pada kota Tanjung balai
belum dilaksanakan dengan baik.

3.1.3. Hubungan bukti kepemilikan terhadap kualitas Laporan BMD

Bukti Kepemilikan atas asset sebagaimana di jelaskan dalam PP 71 Tahun
2010 pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 07 tentang Akuntansi
Aset Tetap menyatakan dalam paragraph 18 dan 19 “ pegakuan asset tetap akan
andal bila asset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau
pada saat penguasaannya berpindah.” Saat pengakuaan asset akan dapat
diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi pemindahan hak
kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum misalnya: Bukti Kepemilikan
Barang; Sertifikat tanah; BPKB atau STNK; Kuitansi atau Faktur Pembelian;
Berita acara serah terima barang; Surat penyataan hibah, wakaf, sumbangan, atau
donasi.,

Universitas Sumatera Utara

50

Hasil penelitian rudianto ( 2013 ) membuktikan bahwa bukti kepemilikan
berpengaruh signifikan terhadap pencatatan aset yang berpengaruh pada kualitas
laporan keuangan.
3.1.4. Hubungan komitmen pimpinan terhadap Kualitas Laporan BMD
Komitmen pimpinan merupakan konsep manajemen yang menempatkan

sumber daya manusia sebagai figur sentral dalam organisasi. Tampa komitmen
sukar mengharapkan partisipasi aktif dan mendalam dari sumber daya
manusia.oleh sebab itu komitmen harus dipelihara agar tetap tumbuh dan eksis
disanubari sumber daya manusia. Dengan cara dan teknik yang tepat pimpinan
yang baik dapat menciptakan dan menumbuhkan komitmen Arvan(1999)
mengemukakan 5 (lima) prinsip kunci dalam membangun komitmen yakni :
1. Memelihara atau meningkatkan harga diri. Artinya pimpinan harus pintar
menjaga agar harga diri bawahan tidak rusak.
2. Memberikan tanggapan dengan empati.
3. Meminta bantuan dan mendorong keterlibatan. Artinya bawahan selain
butuh dihargai juga ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
4. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan rasional
5. Memberikan dukungan tampa mengambil rasa tanggung jawab
Menurut Pandy dan Anastasi (1996) kualitas merupakan kondisi dinamis
yang berhubungan dengan tugas yang dilaksanakan. Proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan. Komitmen pimpinan pada kualitas adalah
kesungguhan yang diperlihatkan oleh pimpinan untuk menghasilkan laporan yang
berkualitas.

Universitas Sumatera Utara


51

Menurut Simamora 2012) pemimpin harus memiliki komitmen pimpinan
yang tegas dan serius dalam menyelesaikan permasalahan aset dari kabupaten
induk dalam hal bukti yang sah terhadap kememilikan aset daerah pemekaran.
Dengan demikian bila pemimin tidak memiliki komitmen terhadap aset maka
akan mempengaruhi kualitas laporan Barang milik Daerah
3.1.5. Hubungan system pengendalian intern Pememrintah terhadap
Kualitas Laporan Barang Milik Daerah
Hubungan sistem pengendalian intern sesuai PP Nomor 60 tahun 2008
adalah “ proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegaiatan yang efektif
dan efesien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan Aset dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan”. Dari hal diatas sistem pengengalian
intern pemerintah berpengaruh positif terhadap kualitas Laporan Barang Milik
Daera dalam hal penyajian nilai aset yang tepat waktu dan keterandalan.

3.1.6. Hubungan Penerapan Teknologi Informasi terhadap Kualitas

Laporan Barang Milik Daerah
Mustafa dkk (2011) memberikan bukti adanya pengaruh pemanfaatan
teknologi informasi terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pada laporan
keuangan. Pemanfaatan teknologi informasi yang meliputi teknologi komputer
dan

teknologi

komunikasi

dalam

pengelolaan

keuangan

daerah

akan


meningkatkan pemrosesan transaksi dan data lainnya, keakurasian dalam
perhitungan, serta penyiapan laporan dan output lainnya lebih tepat waktu.
Pemanfaatan teknologi informasi juga akan sangat membantu mempercepat
proses pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan pemerintah

Universitas Sumatera Utara

52

sehingga laporan keuangan tersebut tidak kehilangan nilai informasi yaitu
ketepatwaktuan.

3.1.7. Hubungan peran Inspektorat Daerah terhadap kualitas Laporan
Barang Milik Daerah.
Berdasarkan PP No.41 Tahun 2007, tentang perangkat daerah, yang
menjelaskan bahwa inspektorat daerah merupakan unsur pengawas penyelenggara
pemerintah daerah yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan
pemerintah di daerah kabupaten/kota.
Dalam melakukan tugas nya, inspektorat tidak boleh memihak kepada
siapapun, inspektorat mempunyai wewenang penuh untuk memeriksa dan

mengamati setiap bagian dalam pemerintahan, sehingga dalam melaksanakan
kegiatannya inspektorat dapat bertindak sesubjektif dan seefektif mungkin. Oleh
karena itu pula, sebaiknya inspektorat tidak mempunyai wewenang langsung atas
setiap bagian yang diawasi sehingga apat mempertahankan independensi dalam
pemerintahan .Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 ,
Inspektorat

juga

berperan

melaksanakan

fungsi

pemeriksaan,

pengusutan,pengujian dan penilaian Tugas pengawasan yang berguna untuk
mendeteksi apakah terjadi penyimpangan atau tidak. Jadi dengan adanya
pengawasan intern yang dilakukan inspektorat dapat diketahui apakah suatu
instansi pemerintahan telah melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan
fungsinya secara efektif dan efisien.
Dengan peran inspektorat daerah melaksanakan fungsi pemeriksaan,
pengusutan, pengujian dan penilaian apakah pelaporan aset telah sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

53

perundang-undangan yang berlaku sehingga akan membuat laporan Barang Milik
Baerah berkualitas.
3.2.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, hipotesis

dalam penelitian ini adalah:
1 : Kualitas Sumber Daya Manusia, Pengelolaan Barang Milik Daerah, Bukti
Kepemilikan, Komitmen Pimpinan, Sistem pengendalian Intern Pemerintah,
Pemanfaatan Teknologi Informasi secara simultan dan parsial berpengaruh
Positif terhadap Kualitas Laporan Barang Milik Daerah pada SKPD di
pemerintahan Kabupaten Padang Lawas
2 : Peran Inspektorat Daerah sebagai variabel Moderating mampu memperkuat
hubungan antara variabel Kualitas Sumber Daya Manusia, Pengelolaan
Barang Milik Daerah, Bukti Kepemilikan, Komitmen Pimpinan, sistem
pengendalian Intren Pemerintah, Pemanfaatan

Teknologi

Informasi

terhadap variabel Kualitas Laporan Barang Milik Daerah pada SKPD di
Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

Universitas Sumatera Utara

54

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sebab akibat (causal research ) yaitu

penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis (hypothesis testing) dan
penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel dan
mengidentifikasi sebab akibat antara variabel Sugiono (2008) hal ini sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh secara simultan dan
parsial variabel Kualitas SDM, Pengelolaan BMD, Bukti Kepemilikan, Komitmen
Pimpinan, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dan Pemanfaatan Teknologi
sebagai variabel independen, Peran Inspektorat Sebagai variabel Moderating dan
Kualitas Laporan Barang Milik Daerah sebagai variabel dependen.

4.2.

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitaian

Lokasi penelitian ini dilakukan di seluruh SKPD pada Pemerintah
Kabupaten Padang Lawas untuk Tahun Anggaran 2015 dan waktu Penelitian
dijadwalkan mulai bulan Nopember 2015 S/d Agustus 2016.
(Schedule penelitian terlampir)

4.3.

Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1

Populasi
Populasi adalah wilayah generalisaasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiono (2008). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh SKPD dipemerintahan kabupaten Padang

54
Universitas Sumatera Utara

55

Lawas berjumlah 42, setiap SKPD mewakili 3 responden dengan kereteria
Perjabat pengguan anggaran/sekretaris, pengurus dan penyimpan barang SKPD
ditambah 10 staf pada Bidang Aset Dinas Pendapatan,

Keuangan dan Aset

(DPKA) Kabupaten Padang Lawas dapat dilihat pada tabel 4.1 .

4.3.2

Sampel
Pengambilan Sampel menggunakan konsep Non Probability Sampling

yaitu pemilihan sampel yang tidak acak melainkan subyektif. Setiap anggota tidak
memiliki peluang untuk menjadi bukan nol yang diketahui (Lubis, 2012). Untuk
menentukan sampel dalam penelitian ini, digunakan metode sensus yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu (Lubis, 2012).
Penentuan kriteria sampel berdasarkan tugas Pejabat Kuasa Pengguna
Barang (Kepala SKPD), Pengurus dan Penyimpan barang yang mendapat surat
keputusan Bupati Padang Lawas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
(SKPD) dan tugas pejabat struktural dan staf pada bidang aset Dinas Pendapatan
Keuangan dan Aset (DPKA) sebagai konsolidator laporan untuk menjadi Laporan
Barang Milik Daerah Kabupaten Padang Lawas.
Sampel pada penelitian ini adalah 84 orang Pejabat Pengurus dan
Penyimpan Barang dari 42 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada
dalam kabupaten Padang Lawas, 42 orang Kepala SKPD sebagai kuasa pengguna
Barang dan 4 orang Pejabat Struktural serta 6 orang staf pada Bidang Aset Dinas
Pendapatan, Keuangan dan Aset Kabupaten padang lawas. Sampel 136 orang
dapat dilihat pada lampiran 4.1.

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 4.1. Populasi dan Sampel Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Nama SKPD
Sekretariat DPRD
Sekretariat Daerah Kabupaten
Dinas Pekerjaan Umum dan Tambang
Badan Penanggulangan Bencana Alam
Dinas Perhubungan
Dinas Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD )
Badan Pemberdayan Perempuan dan KB
Dinas Pendidikan
Dinas Pemuda dan Olah Raga
Dinas Sosial dan Nakertrans
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Pertanian
Dinas kebersihan dan peratamanan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Dinas Perikanan dan Peternakan
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
Dinas operasi,Perindustrian,Perdagangan dan UMKM
Dinas Pendapatan Keuangan dan Asset
Kantor Inspektorat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Lingkungan Hidup
Kantor Kesbang Pol. Dan Linmas
Kantor Satpol PP
kantor arsip da perpustakaan
Badan Kepegawaian Daerah
Sekretarian Korpri
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kecamatan Barumun
kecamatan Barumun Tengah
Kecamatan Sosopan
Kecamatan Sosa
Kecamatan Lubuk Barumun
Kecamatan Ulu Barumun
Kecamatan Huta Raja Tinggi
Kecamatan Batang Lubu Sutam
Kecamatan Huristak
Kecamatan Aek Nabara Barumun
Kecamatan Sihapas Barumun
Kec. Barumun Selatan
Kelurahan Pasar Sibuhuan
Jumlah

Sampel
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
13
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
136

Universitas Sumatera Utara

57

4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data yang digunakan peneliti adalah metode
pengamatan langsung yakni pengamatan berstruktur dengan menanyakan
langsung kepada responden kuesioner yang telah dipersiapkan agar responden
mejawab sesuai pertanyaan dan juga agar tidak terjadi salah persepsi terhadap
pertanyaan yang diberikan peneliti.
1. Sumber Data
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah berupa opini subyek yang
dikumpulkan secara individual dari responden yang terdiri dari Kepala SKPD
selaku kuasa pengguna Barang, Kabid Aset, pejabat struktural dan fungsional
serta staf pada bidang aset DPKA, Penyimpan dan pengurus Barang Kabupaten
padang Lawas.
2. Teknik Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data primer dari responden dilakukan dengan teknik
kuesioner yaitu dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada
responden. Operasional penyebaran kuesioner ini dilakukan dengan cara
mendatangi dan membagi kuesioner secara langsung ke populasi yang harus
dijawab oleh responden dengan mengikuti perintah yang terdapat didalamnya.
3. Alat pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan satu buah angket yang di dalamnya berisi delapan
buah instrument dengan skala pengukuran adalah 5 (lima) poin skala likert
(Nazir, 2013). Sekala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. yaitu untuk
mengukur Kualitas Sumber Daya Manusia (X1), Pengelolaan Barang Milik

Universitas Sumatera Utara

58

Daerah (X2), Bukti Kepemilikan (X3), Komitmem Pimpinan (X4), Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (X5), dan Pemanfaatan Teknologi Informasi
(X6) Kualitas Laporan Barang Milik Daerah (Y), dan Peran Inspektorat Daerah
(Z) sebagai variabel Moderating.
4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Defenisi operasional dan pengukuran untuk masing-masing Variabel dalam
penelitian ini adalah :
a. Kualitas Sumber daya manusia (X1)
Pengertian sumber daya manusia menurut Robbins (2006) diartikan sebagai
kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan
tertentu. Kemampuan keseluruhan seseorang pada hakikatnya terdiri dari
dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dalam
pekerjaan terkait kegiatan administrasi pada suatu organisasi, kemampuan
intelektual tentu lebih dominan. Kemampuan intelektual seseorang dalam
menyelesaikan pekerjaan tertentu bersumber dari latar belakang pendidikan
dan pengalaman yang dimilikinya. Latar belakang pendidikan mempunyai
peran yang sangat penting karena dengan pengetahuan yang diperoleh dari
pendidikan dalam proporsi tertentu diharapkan dapat memenuhi syaratsyarat yang dituntut oleh suatu pekerjaan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan lebih cepat dan tepat.
Indikator yang digunakan pada variabel ini adalah latar belakan pendidikan,
uraian peran dan fungsi, peran dan tanggung jawab,

sumberdaya

pendukung Operasional, pelatihan keahlian dalam tugas, pemahaman
peraturan. Kualitas sumber daya manusia diukur dengan skala likert

Universitas Sumatera Utara

59

rentang nilai 1 sampai 5. Kuesioner untuk variabel ini dirancang bersifat
kuantitatif dan diadopsi dari kuesioner sari (2014)

b. Pengelolaan Barang Milik Daerah (X2)
Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang disebut sebagai BMD adalah:
Milik Daerah, yang disebut sebagai BMD adalah: “Semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
atau perolehan lainnya yang sah”. Mahmudi dalam Hidayat (2012) yang
dimaksud dengan aset daerah adalah: “Semua kekayaan daerah yang
dimiliki maupun yang dikuasai pemerintah daerah, yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perorangan lainnya yang sah,
misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, swadaya, kewajiban pihak
ketiga, dan sebagainya”. Sedangkan Soleh dan Rochmansjah (2010)
berpendapat bahwa aset atau BMD adalah: “Semua kekayaan daerah baik
yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan belanja daerah
(APBD) maupun yang berasal dari perolehan lainyang sah baik bergerak
maupun yang tidak bergerak beserta bagianbagiannya ataupun yang
merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau
ditimbang termasuk hewan dan tumbuh- tumbuhan kecuali uang dan suratsurat berharga lainnya”
Indikator yang digunakan pada variabel ini adalah peñata usahaan,
pelaporan, pengamanan dan pemeliharaan. Pengeloaan Barang Milik
Daerah diukur dengan skala likert rentang nilai 1 sampai 5. Kuesioner

Universitas Sumatera Utara

60

untuk variabel ini

dirancang bersifat

kuantitatif dan

pertanyaan

dikembangkan dari Permendagri nomor 17 tahun 2007.

c. Bukti kepemilikan (X3)
Bukti Kepemilikan atas asset sebagaimana di jelaskan dalam PP 71 Tahun
2010 pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 07 tentang
Akuntansi Aset Tetap menyatakan dalam paragraph 18 dan 19 “ pegakuan
asset tetap akan andal bila asset tetap telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.” Saat
pengakuaan asset akan dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah
terjadi pemindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum,
misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kenderaan bermotor .
apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum
misalnya: Bukti Kepemilikan Barang; Sertifikat tanah; BPKB atau STNK;
Kuitansi atau Faktur Pembelian; Berita acara serah terima barang; Surat
penyataan hibah, wakaf, sumbangan, atau donasi, dikarenakan masih ada
suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang
masih harus diselesaikan proses jual

beli

(akta) dan sertifikat

kepemilikannya diinstansi berwenang, maka aset tersebut harus diakui pada
saat terdapat bukti penguasaan aset tetap tersebut telah berpindah. Misal
telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama
pemilik sebelumnya.
Bukti kepemilikan idikator memiliki wujud, dicatat , memiliki bukti secara
hukum diukur dengan skala likert rentang nilai 1 sampai 5. Kuesioner

Universitas Sumatera Utara

61

untuk variabel ini

dirancang bersifat

kuantitatif dan pertanyaan

dikembangkan dari PP nomor 70 tahun 2010.
d. Komitmen pimpinan (X4).
Komitmen pimpinan merupakan konsep manajemen yang menempatkan
sumber daya manusia sebagai figur sentral dalam organisasi. Tampa
komitmen sukar mengharapkan partisipasi aktif dan mendalam dari sumber
daya manusia.oleh sebab itu komitmen harus dipelihara agar tetap tumbuh
dan eksis disanubari sumber daya manusia. Dengan cara dan teknik yang
tepat pimpinan yang baik dapat menciptakan dan menumbuhkan komitmen
Arvan(1999) mengemukakan 5 (lima) prinsip kunci dalam membangun
komitmen yakni :
1. Memelihara atau meningkatkan harga diri. Artinya pimpinan harus
pintar menjaga agar harga diri bawahan tidak rusak.
2. Memberikan tanggapan dengan empati.
3. Meminta bantuan dan mendorong keterlibatan. Artinya bawahan
selain butuh dihargai juga ingin dilibatkan dalam pengambilan
keputusan.
4. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan rasional
5. Memberikan dukungan tampa mengambil rasa tanggung jawab
Menurut Pandy dan Anastasi( 1996 ) kualitas merupakan kondisi dinamis
yang berhubungan dengan tugas yang dilaksanakan. Proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Komitmen pimpinan pada kualitas
adalah kesungguhan yang diperlihatkan oleh pimpinan untuk menghasilkan
laporan yang berkualitas.

Universitas Sumatera Utara

62

Menurut Simamora ( 2013 ) pemimpin harus memiliki komitmen
pimpinan yang tegas dan serius dalam menyelesaikan permasalahan aset
dari kabupaten induk dalam hal bukti yang sah terhadap kememilikan aset
daerah pemekaran. Dengan demikian bila pemimpin tidak memiliki
komitmen terhadap aset maka akan mempengaruhi kualitas laporan Barang
milik Daerah
Indikator yang digunakan pada variabel ini adalah fungsi kerjasama, fungsi
wewenang, funsi pengaruh, fungsi tugas, fungsi pemeliharaan. Komitmen
pimpinan diukur dengan skala likert rentang nilai 1 sampai 5. Kuesioner
untuk variabel ini dirancang bersifat kuantitatif dan pertanyaan diadopsi
dari Peter G. Northouse (2013)

e. Sistem pengedalian intern pemerintah (SPIP) (X4)
Hubungan sistem pengendalian intern sesuai PP Nomor 60 tahun 2008
adalah “ proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegaiatan yang efektif dan efesien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan Aset dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”.
Dari hal diatas sistem pengengalian intern pemerintah berpengaruh positif
terhadap kualitas Laporan Barang Milik Daera dalam hal penyajian nilai
aset yang tepat waktu dan keterandalan.
Indikator yang digunakan pada varibel variabel ini diukur dengan 15
pertanyaan meliputi lingkup pengendalian,

penilaian resiko, aktivitas

Universitas Sumatera Utara

63

pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan pengendalian intren,
penentuan kebijakan. Sistem pengendalian intern pemerintah diukur dengan
skala likert rentang nilai 1 sampai 5. Kuesioner untuk variabel ini dirancang
bersifat kuantitatif dan pertanyaan kuesioner di adopsi dari penelitian Zalni
( 2013)

f. Pemanfaatan Teknologi Informasi (X6)
Penelitian Indriasari dkk (2011) menunjukkan bahwa pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan
dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Temuan ini
mendukung literatur-literatur yang berkaitan dengan manfaat dari suatu
teknologi informasi dalam suatu organisasi, termasuk pemerintah daerah
yang harus mengelola APBD dimana volume transaksinya dari tahun ke
tahun menunjukkan peningkatan dan semakin kompleks. Pemanfaatan
teknologi informasi yang meliputi teknologi komputer dan teknologi
komunikasi dalam pengelolaan keuangan daerah akan meningkatkan
pemrosesan transaksi dan data lainnya, keakurasian dalam perhitungan,
serta penyiapan laporan dan output lainnya lebih tepat waktu.
Wilkison,et al (2000) pemanfaatan teknologi dalam hal proses secara
otomatis, output lebih rapi dan dalam bentuk yang bervariasi, lebih banyak
terlebih output dapat didistribusikan kepada pemakai lain dengan
menggunakan LAN dari pemanfaatan teknologi yang dapat dilakukan
antara lain :

Universitas Sumatera Utara

64

a. Pemprosesan transaksi dan data lainnya lebih cepat,
b. Keakuratan dalam perhitungan dan pembandingan lebih benar,
c. Biaya pemrosesan lebih rendah,
d. Penyiapan laporan dan output lainnya lebih tepat waktu,
e. Tempat penyimpanan data lebih ringkas dengan aksesibilitas lebih tinggi
bila dibutuhkan,
f. Produktifitas lebih tinggi.
Menggunakan tujuh indiator yang dikembangkan dari wilkison, at al (2000)
yaitu : 1). sofwer aplikasi, 2). Peruses pencataan Barang Milik Daerah
secara Komputerisasi, 3). Sofwer sesuai peraturan perundang-undangan, 4).
Laporan Barang yang terintegrasi, 5). Pemeliharaan Peralatan, 6).
Perbaikan peralatan yang rusak/ usang, 7). Memiliki anti virus. Masingmasing item pertanyaan diukur menggunakan skala interval. Semakin
mengarak ke poin 1 menunjukkan pemanfaatan teknologi informasi
semakin rendah dan semakin mengarah ke poin 5 menunjukkan
pemanfaatan teknologi informasi semakin tinggi. Setiap item pertanyaan
diadaptasi dan dikembangkan dari penelitian Wilkinson, dkk (2000)

g. Peran inspektorat (Z) variabel Moderating
Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 , Inspektorat
juga berperan melaksanakan fungsi pemeriksaan, pengusutan,pengujian dan
penilaian Tugas pengawasan yang berguna untuk mendeteksi apakah terjadi
penyimpangan atau tidak. Jadi dengan adanya pengawasan intern yang
dilakukan inspektorat dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintahan

Universitas Sumatera Utara

65

telah melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan fungsinya secara
efektif dan efisien.
Peran inspektorat dapat diukur dengan skala likert rentang nilai 1 sampai 5.
Kuesioner untuk variabel ini dirancang bersifat kuantitatif dan pertanyaan
dikembangkan dari Permendagri nomor 64 tahun 2007.

h. Kualitas Laporan barang Milik Daerah (Y)
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010. sebagaimana disebutkan
dalam Peraturan Pemerintah tersebut, karakteristik kualitatif laporan
keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam
informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Konstruk
Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan karakteristik sebagai
berikut :
1. Andal, mengandung arti bahwa Informasi dalam laporan Barang
Milik Daerah bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
dapat diverifikasi.
2. Tepat waktu, mengandung arti bahwa informasi yang disajikan
tepat waktu akan dapat berpengaruh dan berguna dalam
pengambilan keputusan.
3. Lengkap, berarti mencakup semua informasi Laporan lengkap baik
pencatatan dan bukti yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada.

Universitas Sumatera Utara

66

Idikator yang digunakan untuk mengukur kualitas laporan Barang milik
Daerah manfaat dari laporan yang dihasilkan, ketepatan waktu pelaporan,
kelengkapan informasi yang disajikan, penyajian secara jujur, isi laporan
dapat diverifikasi, keakuratan informasi yang disajikan, isi laporan BMD
dapat dibandingkan dengan priode sebelumnya, masing- masing item
diukur menggunakan skala interval semakin mengarah kepoin 1
menunjukkan kualitas Laporan Barang Milik Daerah semakin rendah dan
semakin mengarah kepoin 5 menunjukkan kualitas laporan semakin tinggi.
Setiap item pertanyaan dikembangakan dari PP nomor 71 tahun 2010.
Adapun defenisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2
Defenisi Operasional
No Variabel
Penelitian
1.

Kualitas SDM
(X1)

Defenisi Operasional

Indikator

Kemampuan Sumber Daya  latar belakan
Manusia untuk melaksanakan
pendidikan,
tugas dan tanggung jawab  uraian peran
kepadanya dengan bekal ilmu
dan fungsi,
pengetahuan dan pendidikan
 peran dan
tanggung
jawab,
 sumberdaya
pendukung
Operasional,
 pelatihan
keahlian dalam
tugas,
 pemahaman
peraturan

Skala

Interval

Universitas Sumatera Utara

67

2.

Pengelolaan
BMD (X2)

3.

Bukti
Kepemilikan
(X3)

Pengelolaan Semua barang  peñata usahaan,
yang dibeli atau diperoleh atas  pelaporan,
beban Anggaran Pendapatan  pengamanan
dan Belanja Daerah atau
dan
perolehan lainnya yang sah
pemeliharaan.

Pengakuan Aset yang telah  Mempunyai
dikuasai dan memiliki status
bentuk,
hukum yang jelas misalnya:  pengakuan
pemerintah/
Bukti Kepemilikan Barang;
legalitas hokum
Sertifikat tanah; BPKB atau

STNK; Kuitansi atau Faktur
Pembelian; Berita acara
serah terima barang; Surat
penyataan hibah, wakaf,
sumbangan, atau donasi.
4.

Komitmen
Pimpinan (X4)

Tekad bulat untuk melakukan
sesuatu dengan niat yang
sungguh-sungguh mengarahkan
dan mempengaruhi anggota,
kelompok
yang
berkaitan
dengan tugas dan tanggung
jawabnya

5.

Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerinah (X5)

proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus
oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan
keyakinan yang memadai atas
tercapainya tujuan organisasi
melalui kegaiatan yang efektif
dan
efesien,
keandalan
pelaporan
keuangan,
pengamanan Aset dan ketaatan
terhadap peraturan perundangundangan. Berdasarkan PP 60
tahun 2008

6.

Pemanfaatan
teknologi
informasi (X6)

 fungsi
kerjasama,
 fungsi
wewenang,
 funsi
pengaruh,
 fungsi tugas,
 fungsi
pemeliharaan
 Lingkungan
Pengendalian
 Penilaian resiko
 Aktivitas
pengendalian
 Informasi dan
komunikasi
 Pemantauan
pengendalian
intern

Pemanfaatan teknologi secara  sofwer aplikasi,
optimal
dari
computer,  Peroses
perangakat lunak, data base,
pencataan
program SIMDA, jaringan dan
Barang Milik
jenis lainnya yang berhubungan
Daerah secara
dengan teknologi informasi.
Komputerisasi,
 Sofwer sesuai
peraturan
perundangundangan,

Interval

Interval

Interval

Interval

Interval

Universitas Sumatera Utara

68

7.

Peran
Inspektorat (Z)

8.

Kualitas
Laporan
Barang Milik
Daerah (Y)

melaksanakan
fungsi
pemeriksaan,
pengusutan,pengujian
dan
penilaian Tugas pengawasan
yang berguna untuk mendeteksi
apakah terjadi penyimpangan
atau tidak. Jadi dengan adanya
pengawasan
intern
yang
dilakukan inspektorat dapat
diketahui apakah suatu instansi
pemerintahan
telah
melaksanakan
kegiatannya
sesuai dengan tugas dan
fungsinya secara efektif dan
efisien. Permendagri No. 64
Tahun 2007

 Laporan
Barang yang
terintegrasi,
 Pemeliharaan
Peralatan,
 Perbaikan
peralatan yang
rusak/ usang,
 Memiliki anti
virus.
 Independensi,
 Objektif,
 Efektif,
 Pengawasan,
 Pemeriksaan,
 Pengujian,
 Penilaian.

Interval

Ukuran – ukuran normatif yang  manfaat dari
Interval
perlu
diwujudkan
dalam
laporan yang
informasi
laporan
Aset
dihasilkan,
sehingga dapat
memenuhi  ketepatan
tujuannya.
waktu
pelaporan,
 kelengkapan
informasi yang
disajikan,
 penyajian
secara jujur,
 isi
laporan
dapat
diverifikasi,
 keakuratan
informasi yang
disajikan,
 isi
laporan
BMD
dapat
dibandingkan
dengan priode
sebelumnya

Universitas Sumatera Utara

69

4.6

MetodeAnalisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah

regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis, baik
secara simultan maupun secara parsial seberapa besar pengaruh Sumber Daya
Manusia, Pengelolaan Barang Milik Daerah, Bukti Kepemilikan, Komiten
Pimpinan, Sistem Pengendalian Intern, Pemanfaatan Teknologi Informasi
terhadap Kualitas Barang Milik Daerah dengan peran Inspektorat Sebagai
Variabel Moderating. Pengolahan data menggunakan program Statistical Package
for Social Science (SPSS).

4.6.1. Uji Kualitas Data
Menurut Sugiono (2008) ada dua konsep mengukur kualitas data yaitu
validitas dan reliabilitas. Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen
penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan reliabilitas. Pengujian tersebut
masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan
dari penggunaan instrumen Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data,
instrumen yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu. Tujuannya adalah
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument yang disusun berdasarkan
teori – teori pada Bab II. Uji coba dilakukan terhadap responden yang tidak
termasuk sebagai sampel penelitian. Jumlah sampel uji coba sebesar 30
responden. Responden yang dijadikan sampel uji adalah Seluruh Staf Bidang Aset
DPKAD dan pengurus/penyimpan barang sekolah-sekolah pada Pemerintah
Kabupaten Padang Lawas. Proses kalibrasi instrument dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

70

menganalisis data hasil uji coba untuk menentukan validitas butir dan reliabilitas
instrumen.

4.6.1.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi bivariate antara
masing-masing skor tiap-tiap item pernyataan dengan skor total seluruh
pernyataan dalam kuesioner (Ghozali, 2013). Dengan ketentuan jika r hitung lebih
besar dari r table, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner valid tetapi
sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r table, maka skor butir pertanyaan
kuesioner tidak valid.

4.6.1.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu.(Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini, uji
reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha (α). Apabila koefisien alpha diatas 0,70
maka hasil data hasil angket/kuesioner memiliki tingkat realibilitas yang baik atau
dengan kata lain data hasil angket/kuesioner dapat dipercaya, sebaliknya apabila
kuefisien alpha dibawah 0,70 maka hasil data hasil angket/kuesioner memiliki

Universitas Sumatera Utara

71

tingkat reabilitas yang buruk atau dengan kata lain data hasil tidak dapat
dipercaya.

4.6.2

Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk melihat kelayakan model serta

untuk melihat apakah terdapat pelanggaran asumsi klasik dalam model, karena
model regresi yang baik adalah model yang lolos dari pengujian asumsi klasik.
Terdapat dua asumsi dasar yang harus dipenuhi oleh model regresi agar parameter
estimasi tidak bias, yaitu:

4.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, oleh sebab itu
nilai residual diharapkan akan memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013). Salah
satu cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik (Lubis, 2012). Uji normalitas residual
dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test dengan
taraf signifikan 5%. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a.

Jika nilai Sig ≥ 0,05 maka dikatakan berdistribusi normal.

b.

Jika nilai Sig < 0,05 maka dikatakan berdistribusi tidak normal.

Universitas Sumatera Utara

72

4.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Ghozali (2013) menjelaskan bahwa Uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam model
regresi dapat dilihat dari beberapa gejala berikut ;
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika korelasi antar
variabel tinggi, hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas.
c. Melihat nilai tolerance dan lawannya dan variance inflation factor (VIF).VIF=
1/tolerance. Nilai cutoff

yang umum dipakai untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas adalah nilai toleran ≤0,10 atau sama dengan nilai VIF≥10.

4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2013) menjelaskan bahwa uji heterokedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, diantaranya
dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID, uji Park, uji Glesjer, uji White.

Universitas Sumatera Utara

73

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di standardized.
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang

teratur

(bergelombang,

melebar

kemudian

menyempit)

maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.6.3. Pengujian Hipotesis
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
(Multiple Regression Analysis) dan uji residual untuk moderating variabel. Data
penelitian ini diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social
Science (SPSS) . Analisis regresi berganda bermaksud untuk meramalkan

bagaimana keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih
variabel independen. Untuk menguji variabel moderating dipilih menggunakan uji
residual. Dengan persamaan regresi berganda pada model I dan uji residual pada
model II.
Model I Analisis Regresi Linear Berganda untuk menjawab hipotesis
pertama:
Y = b0 + b1X 1+ b2X2 + b3X3+ b4X4+b5X5+b6X6+ e

(1)

Dimana :
Y
a
b1, b2, b3, b4, b5, b6

=
=
=

Kualitas Laporan Barang Milik Daerah
Konstanta
Koefisien Regresi

Universitas Sumatera Utara

74

X1
X2
X3

=
=
=

Kualitas Sumber Daya Manusia
Pengelolaan Barang Milik Daerah
Bukti Kepemilikan

X4

=

Komitmen Pimpinan

X5

=

Sistem Pengendalian Intern Pemetintah

X6
e

=
=

Penerapan Teknologi Informasi
Variabel pengganggu (error)

Model II Agar multikolinieritas tidak terjadi maka pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan metode uji residual (Ghozali,2013). Seluruh variabel
independen harus diregresikan dengan variabel moderating. Agar diketahui
pengaruhnya, dapat dilakukan persamaan regresi dengan model berikut ini:
Z = a + b1X 1+ b2X2 + b3X3+ b4X4+b5X5+b6X6 + | e |

(2)

Setelah menghasilkan persamaan diatas, maka akan terbentuk nilai
residual, yang akan ditransformasikan untuk menghasilkan nilai absolut residual.
Nilai absolut tersebut akan diregresikan dengan variabel Kualitas Laporan Barang
Milik Daerah, sehingga akan menghasilkan persamaan dengan model berikut:
│e│ = a + b7Y
Dimana :
Z
Y
a
b1, - b6
b7
X1
X2
X3

(3)

=
=
=
=
=
=
=
=

Moderating Peran Inspektorat Daerah
Kualitas Laporan Barang Milik Daerah
Konstanta
Koefisien Regresi
koefisien regresi variabel moderating
Kualitas Sumber Daya Manusia
Pengelolaan Barang Milik Daerah
Bukti Kepemilikan

X4

= Komitmen Pimpinan

X5

= Sistem Pengendalian Intern Pemetintah

X6
e

= Penerapan Teknologi Informasi
= Variabel pengganggu (error)

untuk menguji apakah peran Inspektorat daerah sebagai variabel Moderating
mampu memperkuat hubungan antara variabel kualitas sumber daya manusia,

Universitas Sumatera Utara

75

pengelolaan barang milik daerah, bukti kepemilikan, komitmen pimpinan, sistem
pengendalian pemerintah dan penerapan teknologi informasi terhadap variabel
kualitas laporan barang milik daerah setelah diikut sertakan variabel moderating
pada model apakah terjadi kenaikan/penurunan terhadap Adjusted R2 dengan
kreterian :
H21

: Adjusted R2 (+) meningkat/bertambah maka variabel moderating dapat
memperkuat.

H22

:Adjusted

R2

(-)

menurun/berkurang

maka

variabel

moderating

memperlemah

4.6.3.1. Koefisien determinasi (R Square)
Pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variansi variabel dependen. Adjusted R Square berarti R Square
sudah disesuaikan dengan derajat masing – masing jumlah kuadrat yang tercakup
dalam perhitungan Adjusted R Square . Nilai koefisien determinasi adalah nol atau
satu. Nilai Adjusted R Square yang kecil berarti kemampuan variabel –variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.

4.6.3.2. Uji t
Uji t bertujuan menguji pengaruh parsial variabel independen terhadap
variabel dependen dengan variabel lain dianggap konstan. Uji t menyimpulkan
bahwa jika signifikan nilai t hitung yang dapat dilihat dari analisa regresi
menunjukkan kecil dari α = 5%, berarti variable independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara

76

4.6.3.3. Uji F ( F Test )
Pada dasarnya uji F menunjukkan apakah semua variabel independen
dalam model berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Selain itu, uji F dapat digunakan untuk melihat model regresi yang digunakan
sudah signifikan atau belum, dengan ketentuan bahwa jika p value < α= 0,05
berarti model tersebut signifikan dan dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
Dengan tingkat kepercayaan untuk pengujian hipotesis adalah 95% atau α = 5%.

Universitas Sumatera Utara

77

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Deskripsi Data Penelitian
Pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan

mendatangi langsung responden, kuissioner dibagikan langsung oleh Peneliti
kepada seluruh Kepala/Sekretaris, Pengurus, Penyimpan Barang SKPD dan Staf
pada DPPKAD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas yang
berjumlah 136 orang meliputi 42 SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten
Padang Lawas (terlampir). Bentuk kuissioner yang dibagikan adalah jenis
kuissioner secara wawancara terstruktur, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1
Distribusi Kuisioner
No

Keterangan

Instansi

yang
diwawancara

Tidak dpt
diwawancara

1
2

Sekretariat
Dinas

3
13

8
45

1
4

3
4

Badan
Kantor

8
5

19
14

3
1

5
6

Kecamatan
RSUD

12
1

34
3

4
0

Jumlah

42

123

13

Sumber: Hasil Peneliti, 2016
Pada tabel 5.1 distrubusi kuisioner diatas jumlah SKPD 42 jumlah responden 136
yang diwawancara sebanyak 123 orang sedangkan 13 orang tidak dapat
diwawancarai dikarenakan kondisi wilayah yang berjauhan sehingga memakan
waktu yang lama disamping itu peneliti sudah berulang kali melakukan janji
ketemu kepada pejabat sering tidak sesuai dikarenakan kesibukan pejabat yang

77
Universitas Sumatera Utara

78

bersangkutan dan ada pengurus barang yang bermasalah dengan hokum membuat
peneleliti susah untuk bertemu.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di seluruah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas yang merupakan
salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan seperiti gambar
5.1

Gambar 5.1 Peta Kabupaten Padang Lawas
Sumber (BPS 2015)
Secara geografis Kabupaten Padang Lawas terletak 1° 26" - 2° 11'
Lintang Utara dan 91° 01 - 95° 53 Bujur Timur dan terletak : 0-1.915 M di atas
permukaan laut (Sumber: wikipedia.com)Kabupaten Padang Lawas yang
memiliki luas (± 3.892,74 Km2) Datar : 26.863 Ha ( 6,35 % ) Landai : 48.739
Ha ( 11,52 % ) Berbukit-bukit : 67.664 Ha ( 16 % ) Bergunung : 279.733 Ha (
66.13 % ) . Batas – batas Utara: Kabupaten Padang Lawas Utara Ti mur :
Kabupaten Rokan Hulu (Provinsi Riau) Selatan: Kabupaten Pasaman (Provinsi

Universitas Sumatera Utara

79

Sumatera Barat) dan Kecamatan Siabu (Kabupaten Mandailing Natal) Ba rat :
Kecamatan Gunung Malintang (Kabupaten Mandailing Natal), Kecamatan Sayur
Matinggi Dan Kecamatan Batang Angkola (Kabupaten Tapanuli Selatan) terdiri
dari 12 (Dua belas) Kecamatan dan 330 (tiga ratus tiga puluh) desa dan 1(satu)
Kelurahan serta mempunyai penduduk sebanyak 232.166 jiwa yang terdiri dari
berbagai Etnis antara lain Melayu,Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Karo,
Batal Simalungun , Jawa, Banten, Minang, Aceh, dengan pemeluk agama
mayoritas Islam dan yang mempunyai kesadaran Politik dan Keamanan yang
cukup tinggi, sehingga mendukung kondisi keamanan yang sangat konduktif (BPS
Kabupaten Padang Lawas, 2015).

5.1.2 Karakteristik Responden
Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data
tentang responden penelitian yang terdiri dari: (1) Jenis Kelamin, (2) Tingkat
Pendidikan, (3) Jabatan (4) Golongan dan (5) Lama berja, terhadap responden
pada penelitian ini di pemerintahan kabupaten padang lawas. Tabel 5.2 sampai
5.6 menyajikan ringkasan demograpi responden.

Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden
No
1
2

Latar Belakang Pendidikan

Pria
Wanita
Total
Sumber: Hasil Rekapitulasi Kuissioner, 2016

Frekuensi

Persentase

98
25
123

79.67%
20.32%
100%

Universitas Sumatera Utara

80

Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat persentase responden pria
sebanyak 98 orang atau sebesar 79.67 % dan responden wanita sebanyak 25 orang
atau 20.32 %.
Selanjutnya responden juga diukur berdasarkan tingkat pendidikan dengan
rincian sebagai berikut:

No

1
2
3
4

Tabel 5.3. Tingkat Pendidikan Responden
Latar Belakang
Frekuensi
Pendidikan

Persentase

SLTA
Diploma
S1
S2
Total

23.58 %
7.32 %
60.16 %
8.94 %
100%

29
9
74
11
123

Sumber: Hasil Rekapitulasi Kuissioner, 2016
Berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat sebanyak 23,58 %
responden memilki tingkat pendidikan SLTA, 7,32% responden dengan tingkat
pendidikan Diploma,

60,16% dengan tingkat pendidikan

S1,

dan 8,94%

responden dengan tingkat pendidikan S2.
Tabel 5.4 Jabatan Responden
No
Jabatan
Frekuensi
1
Kepala SKPD/ Sekretaris
39
2
Penyimpan Barang
36
3
Pengurus Barang
40
4
Staf
8
123
Total
Sumber: Hasil Rekapitulasi Kuissioner, 2016

Persentase
31,70%
29,26%
32,50%
6,50%
100%

Berdasarkan jabatan, dapat dilihat jabatan responden sebagai kepala
SKPD/ sekretaris sebanyak 31,70 %

responden penyimpang barang 29,26%

Universitas Sumatera Utara

81

responden pengurus barang sebanyak 32,50% responden sebagai staf sebanyak
6,50% dari jumlah responden sebanyak 123 responden.

No

Tabel 5.5 Pangkat/Golongan Responden
Golongan
Frekuensi

1
2
3

IV
III
II
Total

36
56
31
123

Persentase
29,26%
45,52%
25,20%
100%

Berdasarkan pangkat/golongan dapat dilihat responden yang memiliki
golongan IV sebanyak 29,26% golongan III 45,52% dengan responden golongan
III sebanyak 25,20% responden.

No
1
2
3
4
5

Tabel 5.6 Lama Berkeja Responden
Lama Bekerja
Frekuensi
Diatas 20
16-20
11-15
6-10
1-5
Total

45
6
4
22
38
123

Persentase
36,58%
4,87%
3,25%
17,88%
30,89%
100%

Berdasarkan data responden tentang lama berkerja diatas 20 tahun
sebanyak 36,58% dengan lama 16-20 tahun sebanyak 4,87% dengan lama bekerja
11-15 tahun sebanyak 3,25 tahun responden memilki lama bekrja 6-10 tahun
sebanyak 17,88% dan lama bekerja 1-5 tahun sebanyak 30,89% dari responden.
5.1.3. Statistik Deskriptif
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, statistik deskriptif yang
diperoleh adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

82

Tabel 5.7. Statistik Deskriptif

Kualitas SDM
Pengelolaan BMD
Bukti Kepemilikan
Komitmen Pimpinan
SPIP
Pemanfaatan TI
Peran Inspektorat
Kualitas Laporan BMD
Valid N (listwise)

N
123
123
123
123
123
123
123
123
123

Minimum
1.67
1.83
2.20
2.11
2.29
2.00
2.00
2.86

Maximum
4.33
4.33
5.00
4.67
4.29
4.38
4.63
4.43

Mean
3.0198
3.2563
3.4813
3.6098
3.4953
3.4793
3.4527
3.7083

Std.
Deviation
.62107
.46790
.59497
.55015
.53356
.48611
.51234
.29094

Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
Tabel 5.7. di atas menunjukkan bahwa nilai standar deviasi dari masingmasing variabel penelitian bervariasi. Dengan jumlah responden 123, Nilai
minimum variabel Kualitas Sumber Daya Manusian adalah 1,67 sedangkan nilai
maksimum adalah 4,33 sehingga nilai rata-rata variabel Kualitas Sumber Daya
Manusian sebesar 3.01 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat Kualitas Sumber Daya
Manusian pada SKPD di Pemerintah Kabupaten Padang Lawas cukup tinggi.
Kualitas Sumber Daya Manusian dipersepsikan sedang jika mempunyai nilai ratarata 3.
Nilai minimum variabel Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah 2,83
sedangkan nilai maksimum adalah 4,33 sehingga nilai rata-rata Pengelolaan
Barang Milik Daerah sebesar 3,2563. Hal ini menunjukkan bahwa Pengelolaan
Barang Milik Daerah terkait dalam Pengelolaan Barang cukup tinggi.
Nilai minimum variabel Bukti Kepemilikan adalah 2,20 sedangkan nilai
maksimum adalah 5 sehingga nilai rata-rata variabel Bukti kepemilikan sebesar

Universitas Sumatera Utara

83

3,4813. Hal ini menunjukkan bahwa Bukti Kepemilikan

dalam rangka

Pengelolaan Barang Milik Daerah cukup tinggi.
Nilai minimum variabel Komitmen P

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

1 2 17

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 7

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 38

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 4

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 35

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Samosir dengan Pengawasan Inspektorat sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 0 38

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 15

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 0 49