Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori
Bab ini akan menguraikan dan menjelaskan dukungan teori terkait

pengaruh Sumber Daya Manusia, Pengelolaan Barang Milik Daerah, Bukti
Kepemilikan, Komitmen Pimpinan, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kualitas Laporan Barang Milik
Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai variabel moderating.
Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian
terdahulu yang telah diperluas dengan referensi yang sesui atau mempunyai
makna yang sama serta keterangan tambahan yang akan dikumpulkan selama
pelaksanaan penelitian.
2.1.1. Kualitas Laporan Barang Milik Daerah
Kualitas Laporan Barang Milik Daerah adalah unsur bagian dari Kualitas
Laporan keuangan pada kualitas Laporan Barang Milik Daerah memakai
pendekatan teori kualitas Laporan Keuangan yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 71 tahun 2010. sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Pemerintah tersebut, karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuranukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Konstruk Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan
karakteristik sebagai berikut :

8

Universitas Sumatera Utara

9

1. Andal, mengandung arti bahwa Informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, serta dapat diverifikasi.
2. Tepat waktu, mengandung arti bahwa informasi yang disajikan tepat waktu
akan dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
3. Lengkap, berarti mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang
ada.
Menurut Harahap (2010), penyajian aset tetap dalam laporan keuangan

adalah sebagai berikut: “Agar laporan keuangan disebut wajar salah satu syarat
adalah Full Disclosure. Agar laporan tersebut Full Disclosure artinya laporan
keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan yang wajar, tidak menyesatkan
dan menimbulkan kekeliruan apabila dibaca oleh pemakainya”. Syarat penyajian
aset tetap berwujud di neraca menurut Harahap (2010) sebagai berikut:
a. Aset Tetap dinyatakan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan Aset
tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
b. Setiap jenis aset tetap harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau
dirinci pada catatan atas laporan keuangan.
a. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak
diperkenankan

karena

menganut penilaian aset berdasarkan harga

perolehan atau harga pertukaran.
b. Dasar penilaian metode penyusutan dan ikatan aset tetap sebagai
jaminan harus diungkapkan dalam catatan laporan keuangan.


Universitas Sumatera Utara

10

Dalam Permendagri No. 17 tahun 2007 disebutkan bahwa pelaporan
semesteran barang milik daerah yang dilakukan Kuasa pengguna barang
disampaikan setiap, tahunan dan 5 (lima) tahunan kepada pengguna. Yang
dimaksud dengan pelaporan adalah peroses penyusunan laporan barang setiap
semester dan setiap tahun setelah dilakukan inventarisasi dan pencatatan.
Pengguna menyampaikan laporan pengguna barang semesteran, tahunan, dan 5
(lima) tahunan kepada Kepala Daerah melalui pengelola. Sementara Pembantu
Pengelola menghimpun seluruh laporan pengguna barang semesteran, tahunan dan
5 (lima) tahunan dari masing-masing SKPD, jumlah maupun nilai serta dibuat
rekapitulasinnya. Rekapitulasi tersebut digunakan sebagai bahan penyusunan
neraca daerah.

Dari teori diatas bahwa kualitas laporan Barang Milik Daerah harus
memiliki unsur
1. Andal, mengandung arti bahwa Informasi dalam laporan Barang bebas
dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan

setiap fakta secara jujur, dan seracara rinci spesipikasi sesuai dengan
prolehannya serta dapat diverifikasi.
2. Lengkap, berarti mencakup semua informasi Laporan Barang Milik
Daerah baik:
a. Lengkap dalam pencatatan Laporan Barang Milik Daerah (LBMD)
yakni Laporan Barang Pengguna Semesteran ( LBPS ) dan laporan
Barang Pengguna Tahunan ( LBPT ) yang berisikan dalam kartu

Universitas Sumatera Utara

11

inventaris Barang (KIB), KIB A, KIB B, KIB C, KIB D, KIB E dan
KIB F.
b. Lengkap dalam alas hak barang milik daerah tersebut yakni
berhubungan dengan surat menyurat pada tanah, bangunan,surat
kenderaan, bangun guna serah, bangun serah guna, hibah dll
3. Tepat waktu, mengandung arti bahwa informasi yang disajikan tepat
waktu yakni Laporan Semeteran dan Laporan Tahunan BMD
disampaikan kuasa pengguna barang/ Kepala SKPD tanggal 10

(sepuluh) bulan berikutnya dan Laporan Barang Milik Daerah
Kabupaten paling Lambat 3 bulan sejak tahun Anggaran berakhir, yang
selanjutnya menjadi unsur Laporan Keuangan Daerah.

2.1.2.

Kualitas Sumber Daya Manusia
Pengertian sumber daya manusia menurut Robbins (2006) diartikan

sebagai kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan
tertentu. Kemampuan keseluruhan seseorang pada hakikatnya terdiri dari dua
faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dalam pekerjaan
terkait kegiatan administrasi pada suatu organisasi, kemampuan intelektual tentu
lebih dominan. Kemampuan intelektual seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan
tertentu bersumber dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang
dimilikinya. Latar belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting
karena dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan dalam proporsi
tertentu diharapkan dapat memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh suatu
pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan tepat.


Universitas Sumatera Utara

12

Sumber daya manusia yang berlatar belakang pendidikan akuntansi atau
setidaknya memiliki pengalaman di bidang keuangan sangat dibutuhkan dalam
suatu pekerjaan yang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan. Namun
akhir-akhir ini terdapat permasalahan terkait latar belakang pendidikan dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah. Masalah-masalah tersebut adalah
belum dimilikinya atau kurangnya sumber daya manusia berlatar pendidikan
akuntansi, belum ada kebijakan rekruitmen pegawai berlatar belakang akuntansi,
dan adanya anggapan bahwa sumber daya manusia yang bukan berlatar belakang
akuntansi mampu melaksanakan tugas dengan modal pendidikan dan pelatihan
(diklat) dan bimbingan (Nazier, 2009).
Dalam pengelolaan keuangan pemerintah yang baik satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas yang
didukung dengan latar belakang pendidikan Akuntansi, sering mengikuti
pendidikan dan pelatihan serta mempunyai pemahaman terhadap peraturan yang
berlaku sehingga untuk menerapkan sistem akuntasi, sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas tersebut akan mampu memahami logika akuntansi

dengan baik. Ketidak singkronisasi pemahaman akuntansi dengan peraturan
standar yang telah ditetapkan menjadi ketidak sesuaian dengan laporan dan
menyebabkan kekeliruan dalam laporan ( warison, 2008 )
Azhar (2007) mendefinisikan “sumber daya manusi merupakan pilar
penyanggah utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujdkan
visi serta misi sesuai tujuan organisasi tersebut” sumber manusia merupakan salah
satu yang sangat penting maka dengan itu harus dilakukan pembinaan yang
maksimal agar dapat berkontribusi secara optimal dalam tugas-tugas yang

Universitas Sumatera Utara

13

dikerjakan, yang mengemukakan bahwa penempatan pegawai sesuai latar
belakang pendidikannya, yaitu pegawai yang berlatar belakang pendidikan
ekonomi akuntansi sebagai staf penyusun laporan keuangan akan menjadikan
laporan keuangan yang dihasilkan berkualitas. Kualitas sebuah Laporan Keuangan
merupakan gabungan dari kualitas bagian-bagian dari Laporan Keuangan tersebut,
salah satunya adalah kualitas dari Neraca dalam Laporan Keuangan. Laporan
Barang Kuasa Pengguna memberikan sumbangan informasi yang signifikan

dalam neraca Laporan Keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas Laporan Barang
Kuasa Pengguna akan mempengaruhi juga kualitas Neraca Laporan Keuangan,
yang berarti juga akan mempengaruhi kualitas Laporan Keuangan itu sendiri.
Berdasarkan konsep dan bukti

2.1.3.

Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)
Berdasarkan PP Nomor 27 tahun 2014 Penyelenggaraan pemerintahan

Negara dan pemerintahan Daerah yang efektif dan efisien sangat membutuhkan
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang terkelola dengan baik dan
efisien, sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang


Universitas Sumatera Utara

14

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah mengatur mengenai Perencanaan
Kebutuhan

dan

penganggaran,

pengadaan,

Penggunaan,

Pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan, Penilaian, Penghapusan, Pemindahtanganan,
Penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Lingkup pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah tersebut merupakan siklus logistik yang lebih terinci

sebagai penjabaran dari siklus logistik sebagaimana yang diamanatkan dalam
penjelasan Pasal 49 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.

Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang disebut sebagai Penglolaan BMD adalah:
“Semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah”. Hidayat (2012) yang dimaksud
dengan aset daerah adalah: “Semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun yang
dikuasai pemerintah daerah, yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau
berasal dari perorangan lainnya yang sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi,
wakaf, swadaya, kewajiban pihak ketiga, dan sebagainya”. Sedangkan Soleh dan
Rochmansjah (2010) berpendapat bahwa aset atau BMD adalah: “Semua
kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan
belanja daerah (APBD) maupun yang berasal dari perolehan lainyang sah baik
bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian bagiannya ataupun yang
merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang
termasuk hewan dan tumbuh- tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga
lainnya”. Menurut Soleh dan Rochmansjah (2010), BMD terdiri dari :


Universitas Sumatera Utara

15

1.

Barang

yang

dimiliki

oleh

Pemerintah

Daerah

yang

penggunaannya/pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD)/Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2.

Barang yang dimiliki Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik
Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan. Barang milik
daerah yang dipisahkana adalah barang daerah yang pengelolaannya
berada pada Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah
lainnya yang anggarannya dibebankan pada anggaran Perusahaan
Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah.

Siklus pengelolaan aset adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui. Dalam
Permendagri Nomor 17 tahun 2007 disebutkan bahwa pejabat pengelola
aset/BMD adalah sebagai berikut:
1. Kepala daerah selaku penguasa pengelola aset/barang milik daerah.
2. Sekretaris daerah selaku pengelola barang milik daerah.
3. Pembantu pengelola aset/barang milik daerah.
4. Kepala S K P D selaku pengguna aset/barang milik daerah.
5. Bendahara barang (penyimpan barang dan pengurus barang).
Di bawah ini dapat dilihat siklus pengelolaan aset/BMD menurut Permendagri
Nomor 17 Tahun 2007:
1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
2. Pengadaan;
3. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;

Universitas Sumatera Utara

16

4. Pemeliharaan;
5. penatausahaan;
6. Penggunaan
7. Pemanfaatan;
8. Pengamanan;
9. Penilaian;
10. Penghapusan;
11. Pemindahtanganan;
12. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
13. Pembiayaan; dan
14. Tuntutan ganti rugi.

Menurut Soleh dan Rochmansjah (2010) pengelolaan Barang Milik
Daerah meliputi beberapa tahap yaitu : perencanaan kebutuhan, penganggaran,
pengadaan, pendistribusian (termasuk penyimpanan), penggunaan, pemeliharaan
dan penghapusan. Pelaksanaan siklus pengelolaan aset/BMD dilaksanakan oleh
pejabat tersebut di atas sesuai wewenang yang diberikan melalui tugas pokok dan
fungsi yang diformalkan dalam peraturan daerah dan peraturan gubernur/bupati/
walikota. Pelaksanaan siklus pengelolaan BMD tersebut harus dipahami oleh
semua pejabat dan para pelaksana serta harus diformalkan dalam suatu sistem dan
prosedur agar masing-masing siklus dilaksanakan sesuai mekanismenya. Menurut
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (2007) dalam sistem informasi
manajemen Barang Milik Daerah, terdapat beberapa proses pengelolaan data aset
yaitu: perencanaan, pengadaan, penatausahaan, penghapusan dan akuntansi.

Universitas Sumatera Utara

17

Pengelolaan BMD/kekayaan daerah harus memenuhi prinsip akuntabilitas publik.
Soleh dan Rochmansjah (2010) menyatakan bahwa akuntabilitas publik yang
harus dipenuhi paling tidak meliputi:
a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for
probity and legality),
b. Akuntabilitas proses (process accountability),
c. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).

Siklus Pengelolaan BMD pada tingkat daerah menurut Mahmudi (Hidayat,
2012) secara umum meliputi lima tahapan yang dijelaskan dengan rincian
penjelasan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pengadaan aset tetap harus dianggarkan dalam rencana anggaran belanja
modal yang terdokumentasi dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik daerah
(RKBMD). Perencanaan kebutuhan aset daerah sebagaimana dilaporkan di
RKBMB tersebut selanjutnya dianggarkan dalam dokumen Rencana Kerja dan
Anggaran SKPD. Perencanaan kebutuhan aset daerah harus berpedoman pada
standar barang, standar kebutuhan, dan standar harga yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah.
2. Pengadaan
Pengadaan aset daerah harus di dasarkan pada prinsip ekonomi, efisien,
dan efektivitas (value for money), transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel. Pengadaan barang daerah juga harus mengikuti

Universitas Sumatera Utara

18

ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pengadaan barang dan jasa
instansi pemerintahan.
3. Penggunaan/Pemanfaatan
Pada saat digunakan harus dilakukan pencataan mengenai maksud dan
tujuan penggunaan aset (status penggunaan aset), unit kerja mana yang
menggunakan, lokasi, dan informasi terkait lainnya. Mutasi dan disposisi aset
tetap harus dicatat. Biaya pemeliharaan dan depresiasi jika ada juga harus dicatat
dengan tertib. Untuk optimalisasi aset yang ada, pemerintah daerah dapat
memanfaatkan aset yang berlebih atau menganggur dengan cara:
a. Disewakan dengan jangka waktu maksimal lima tahun dan dapat
diperpanjang;
b. Dipinjampakaikan dengan jangka waktu masksimal dua tahun dan dapat
diperpanjang;
c. Kerjasama pemanfaatan dengan jangka waktu maksimal tiga puluh tahun
dan dapat diperpanjang;
d. Bangun guna serah (build operate transfer) dan bangun serah guna
(build transfer operate) dengan jangka waktu masksimal tiga puluh
tahun.
Pemanfaatan

aset

pemerintah

tersebut

di

samping

bertujuan

untuk

mendayagunakan aset juga dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan daerah
dan mengurangi beban anggaran pemeliharaan aset.

Universitas Sumatera Utara

19

4. Pengamanan dan Pemeliharaan
Aset-aset pemerintah daerah perlu mendapat pengamanan yang memadai.
Pengamanan aset daerah yang diperlukan meliputi pengamanan administrasi dan
catatan, pengamanan secara hukum, dan pengamanan fisik.
a. Pengamanan Administrasi dan Catatan Pengamanan administrasi dan
catatan dilakukan dengan cara melengkapi aset daerah dengan dokumen
administrasi, catatan, dan laporan barang. Dokumen administrasi dan
catatan tersebut antara lain: Kartu Inventaris Barang; Daftar Inventaris
Barang; Catatan Akuntansi Aset; Laporan Mutasi Barang; Laporan
Tahunan.
b. Pengamanan Hukum Pengamanan hukum atas aset daerah dilakukan
dengan cara melengkapi aset tersebut dengan bukti kepemilikan yang
berkekuatan hukum, antara lain: Bukti Kepemilikan Barang; Sertifikat
tanah; BPKB atau STNK; Kuitansi atau Faktur Pembelian; Berita acara
serah terima barang; Surat penyataan hibah, wakaf, sumbangan, atau
donasi.
c. Pengamanan Fisik Pengamanan fisik atas aset daerah dilakukan dengan
cara memberikan perlindungan fisik agar keberadaan aset tersebut aman
dari pencurian atau kehilangan dan kondisinya terpelihara tidak
mengalami kerusakan. Pengamanan fisik aset daerah dapat dilakukan
antara lain dengan cara:
1. Penyimpanan di gudang barang daerah;
2. Pemagaran;
3. Pintu berlapis;

Universitas Sumatera Utara

20

4. Pemberian kunci;
5. Pemasangan alarm;
6. Pemasangan CCTV di tempat-tempat vital dan rawan;
7. Penjagaan oleh satpam.

5. Penghapusan/Pemindahtanganan
Penghapusan aset daerah dari daftar aset pemerintahan daerah dapat
dilakukan jika aset tersebut sudah tidak memiliki nilai ekonomis, rusak berat, atau
hilang. Penghapusan aset daerah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pemusnahan dan pemindahtanganan .Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar,
ditanam ke tanah, atau ditenggelamkan ke laut. Pemusnahan dilakukan karena
tidak laku dijual, rusak , kadaluwarsa, membahayakan kepentingan umum, atau
karena ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan untuk
dimusnahka . Pemindah tanganan dapat dilakukan dengan cara: penjualan; tukar
menukar; hibah; penyertaan modal pemerintah daerah.

Demi menjaga tertib administrasi, tata cara dan ketentuan penghapusan
aset daerah perlu diatur dengan peraturan kepala daerah. Selain itu juga perlu
dilengkapi dengan berita acara penghapusan aset untuk dasar pencatatan
akuntansinya. Dalam penatausahaan BMD, menurut Soleh dan Rochmansjah
(2010) dilakukan 3 (tiga) kegiatan dalam pelaksanaan pengelolaan aset yang
meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi dan pelaporan.

Universitas Sumatera Utara

21

1. Pembukuan
Pembukuan adalah proses pencatatan BMD ke dalam daftar barang
pengguna dan ke dalam KIB serta dalam daftar barang milik daerah
(DBMD). Pengguna/kuasa pengguna barang wajib melakukan pendaftaran
dan pencatatan BMD ke dalam Daftar Barang Pengguna (DBP)/Daftar
Barang Kuasa Pengguna (DBKP). Pengguna/ kuasa pengguna barang
dalam melakukan pendaftaran dan pencatatan harus sesuai dengan format:
a. Kartu Inventaris Barang (KIB) A Tanah,
b. Kartu Inventaris Barang (KIB) B Peralatan dan Mesin,
c. Kartu Inventaris Barang (KIB) C Gedung dan Bangunan,
d. Kartu Inventaris Barang (KIB) D Jalan, Irigasi, dan Jaringan,
e. Kartu Inventaris Barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya,
f. Kartu Inventaris Barang (KIB) F Kostruksi dalam Pengerjaan,
g. Kartu Inventaris Ruangan (KIR).

2. Inventarisasi
Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk memperoleh
informasi yang akurat, lengkap, dan mutakhir mengenai kekayaan daerah
yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah. Untuk dapat
melakukan identifikasi dan inventarisasi aset daerah secara objektif dan
dapat diandalkan, pemerintah daerah perlu memanfaatkan profesi auditor
atau jasa penilai yang independen.
Dari

kegiatan

inventarisasi

disusun

Buku

Inventaris

yang

menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang

Universitas Sumatera Utara

22

bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat
data meliputi lokasi, jenis/merk tipe, jumlah, ukuran, harga, tahun
pembelian, asal barang, keadaan barang, dan sebagainya. Adanya buku
inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan mempunyai fungsi dan
peran yang sangat penting dalam rangka pengendalian, pemanfaatan,
pengamanan

dan

pengawasan

setiap

barang

serta

usaha

untuk

menggunakan memanfaatkan setiap barang secara maksimal sesuai dengan
tujuan dan fungsinya masing-masing.

3.

Pelaporan
Dalam Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa pelaporan
barang milk daerah yang dilakukan Kuasa pengguna barang disampaikan
setiap semesteran, tahunan dan 5 (lima) tahunan kepada pengguna. Yang
dimaksud dengan pelaporan adalah peroses penyusunan laporan barang
setiap semester dan setiap
pencatatan.

Pengguna

tahun setelah dilakukan inventarisasi dan

menyampaikan

laporan

pengguna

barang

semesteran, tahunan, dan lima tahunan kepada Kepala Daerah melalui
pengelola. SementaraPembantu Pengelola menghimpun seluruh laporan
pengguna barang semesteran,tahunan dan lima tahunan dari masingmasing SKPD, jumlah maupun nilai serta dibuat rekapitulasinnya.
Rekapitulasi tersebut digunakan sebagai bahan penyusunan neraca daerah.
Hasil sensus barang daerah dari masingmasing pengguna/kuasa
pengguna, direkap ke dalam buku inventaris dan disampaikan kepada
pengelola, selanjutnya pembantu pengelola merekap buku inventaris

Universitas Sumatera Utara

23

tersebut menjadi buku induk inventaris. Buku induk inventaris merupakan
saldo awal pada daftar mutasi barang tahun berikutnya, selanjutnya untuk
tahun-tahun berikutnya pengguna/kuasa pengguna dan pengelola hanya
membuat Daftar Mutasi Barang/DMB (bertambah dan/atau berkurang)
dalam bentuk Rekapitulasi Daftar Barang Milik Daerah (RDBMD).
Mutasi barang bertambah dan atau berkurang pada masingmasing SKPD
setiap semester, dicatat secara tertib pada Laporan Mutasi Barang dan
DMB.
Agar pelaksanaan pengelolaan aset daerah dilakukan dengan baik
dan benar sehingga dapat dicapai efektivitas dan efisiensi menurut Soleh
dan Rochmansjah (2010) pengelolaan BMD hendaknya berpegang teguh
pada asas-asas sebagai berikut:
a. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan
oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan
Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masingmasing;
b. Azas Kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
c. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik
daerah harus transparan terhadap hakmasyarakat dalam memperoleh
informasi yang benar;
d. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar
barang milik daerah digunakan sesuai dengan batasan-batasan standar

Universitas Sumatera Utara

24

kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal;
e. Azas akuntabilitas, yaitu kegiatan pengelolaan barang milik daerah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
f. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
didukung oleh adanya ketetapan jumlah dan nilai barang dalam
optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah
serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.
Tujuan utama dari Pengeloaan BMD menurut Hidayat (2012) adalah:
“Pengelolaan BMD bertujuan untuk membantu suatu entitaas ( organisasi ) dalam
memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara efektif dan efisien. Sedangkan
sasaran

dari

manajemen

aset

manurutnya

adalah

untuk

mencapai

kecocokan/kesesuaian sebaik mungkin antara aset dengan strategi penyediaan
pelayanan'. Sasaran strategis yang harus dicapai menurut Mardiasmo (2004)
antara lain, yaitu:
a. Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah,
menyangkut inventarisasi tanah dan bangunan, sertifikasi kekayaan
daerah, penghapusan dan penjualan aset daerah, sistem pelaporan
kegiatan tukar menukar, hibah dan ruislag.
b.

Terciptanya efisiensi dan efektifitas penggunaan aset daerah.

c.

Pengamanan aset daerah.

d.

Tersedianya data/informasi yang akurat mengenai jumlah kekayaan
daerah.

Universitas Sumatera Utara

25

2.1.4.

Bukti Kepemilikan
Bukti Kepemilikan atas asset sebagaimana di jelaskan dalam PP 71

Tahun 2010 pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 07 tentang
Akuntansi Aset Tetap menyatakan dalam paragraph 18 dan 19 “ pegakuan asset
tetap akan andal bila asset tetap telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.” Saat pengakuaan
asset akan dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi pemindahan
hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara

hukum, misalnya: Bukti

Kepemilikan Barang; Sertifikat tanah; BPKB atau STNK; Kuitansi atau Faktur
Pembelian; Berita acara serah terima barang; Surat penyataan hibah, wakaf,
sumbangan, atau donasi. Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan
bukti secara hukum dikarenakan masih ada suatu proses administrasi yang
diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli
(akta) dan sertifikat kepemilikannya diinstansi berwenang, maka aset tersebut
harus diakui pada saat terdapat bukti penguasaan aset tetap tersebut telah
berpindah. Misal telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah
atas nama pemilik sebelumnya.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan keandalan pengakuan suatu aset
akan lebih handal apabila disertai dengan bukti kepemilikan aset tersebut.bukti
kepemilikan adalah alat yang sah menyatakan hak milik Pemerintah Daerah.

2.1.5. Komitmen Pimpinan
Komitmen Pimpinan adalah tanggungjawab atau kemauan yang tinggi
untuk menjalankan tugas atau pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsi Pimpinan

Universitas Sumatera Utara

26

yang dilandasi sumpah jabatan. Sedangkan menurut FX.Isbagyo Wiyono(1999)
komitmen adalah tekad bulat untuk melakukan sesuatu dengan niat yang sungguhsungguh. Komitmen yang baik adalah komitmen yang dimulai dari pimpinan.
Pada dasarnya kepemimpinan merupakan inti dari manajemen. Kepemimpinan
adalah hubungan antara manusia, sehingga dengan demikian, maka baik buruknya
manajeman tergantung pada baik buruknya kepemimpinan.

Sedangkan kepemimpinan sendiri memiliki arti keseluruhan aktivitas
dalam ranka mempengaruhi

orang – orang agar mau bekerja sama untuk

mencapai suatu tujuan yang diinginkan bersama – sama jadi yang dimaksud
dengan pimpinan adalah orang yang melakukan aktivitas dalam pencapaian tujuan
yang ditetapkan pimpinan. Pimpinan harus mempunyai komitmen, sebab
komimtem kalau tidak program akan mengalami kegagalan.

Bila pimpinan puncak tidak komit lagi dengan program yang sudah
berjalan maka sebaiknya program tersebut dihentikan atau tidak dijalankan dahulu
Isikawa (1998). Komitmen merupakan konsep manajemen yang menempatkan
sumber daya manusia sebagai figur sentral dalam organisasi. Tampa komitmen
sukar mengharapkan partisipasi aktif dan mendalam dari sumber daya manusia.
Oleh sebab itu komitmen harus dipelihara agar tetap tumbuh dan eksis disanubari
sumber daya manusia. Dengan cara dan teknik yang tepat pimpinan yang baik
dapat menciptakan dan menumbuhkan komitmen Arvan (1999) mengemukakan 5
(lima) prinsip kunci dalam membangun komitmen yakni :

Universitas Sumatera Utara

27

1. Memelihara atau meningkatkan harga diri. Artinya pimpinan harus pintar
menjaga agar harga diri bawahan tidak rusak.
2. Memberikan tanggapan dengan empati.
3. Meminta bantuan dan mendorong keterlibatan. Artinya bawahan selain
butuh dihargai juga ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
4. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan rasional
5. Memberikan dukungan tampa mengambil rasa tanggung jawab
Prinsip ini mencerminkan falsafah kepemimpinan dimana pimpinan menawarkan
bantuan agar bawahan dapat melaksanakan tugas dengan baik, dan perlu diingan
fungsi pimpinan hanya membantu, dan tanggung jawab tetap pada masing-masing
pengawai. Menurut Pandy dan Anastasi (1996) kualitas merupakan kondisi
dinamis yang berhubungan dengan tugas yang dilaksanakan. Proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Komitmen pimpinan pada
kualitas

adalah

kesungguhan

yang diperlihatkan oleh pimpinan

untuk

menghasilkan laporan yang berkualitas.
Sopiah

(2008)

Kepemimpinan

manajerial

adalah sebagai

proses

mengarahkan dan pempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para
anggota kelompok, ada tiga implikasi penting yaitu :
1. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau pengikut.
Karena kesediaan mereka menerima arahan dari pemimpin, anggota
kelompok membantu tugas pimpinan.
2. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa aktivitas
kelompok yang caranya tidak sama antara pemimpin yang satu dengan
yang lain.

Universitas Sumatera Utara

28

3. Pemimpin dapat mempengaruhi bawahan

Ada dua fungsi penting yang harus ada pada seoriang pemimpin yakni :
1. Fungsi tugas yakni berhubungan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan
untuk memilih dan mencapai tujuan-tujuan secara rasional. Adapun fungsi
tugas seorang pemimpin adalah :
a. Menciptakan kegiatan
Pemimpin menetapkan deskripsi pekerjaan secara jelas untuk bawahan.
Dengan demikian setiap karyawan dapat merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi kegiatan dari waktu ke waktu.
b. Mencari informasi
Tugas pemimpin adalah mencari informasi tersebut secara cepat, tepat dan
akurat.
c. Memberi informasi
Informasi yang telah diperoleh kemudian didistribusikan kepada
bawahannya sehingga semua karyawan mendapatkan informasi yang
dibutuhkannya.
d. Memberi pendapat
Tugas pimpinan adalah memberikan pendapat dan nasihat kepada
bawaahan, baik diminta maupun tidak diminta jika memang dirasa perlu.
e. Menjelaskan
Tugas pemimin yang lain adalah menjelaskan apa saja yang dirasa belum
jelas oleh bawahannya, misalnya tentang tugas, kewajiban dan hak-hak
bawahan.

Universitas Sumatera Utara

29

f. Mengkoordinasikan
Mengorganisasikan salah satu tugas pemimpin yang baik harus dapat
mengorganisasikan jika tidak maka roda organisasi tidak dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan – tujuannya.
g. Meringkaskan
Meringkaskan atau menyimpulkan semua yang telah disepakati sehingga
bawahan bisa mencapai pemahaman yang sama tentang suatu hal
berhubungan dengan kebijakan-kebijakan organisasi.
h. Menguji kelayakan
Pimpinan

harus

menguji

layak/tidaknya

program

tersebut

untuk

dilaksanakan. Jika program itu layak maka program tersebut dilaksanakan
jikalau tidak maka program tersebut tidak dilaksanakan.
i. Mengevaluasi
Mengevaluasi atau mengendalikan orang atau kegiatan dengan harapan
semua kegiatan/orang dalam organisasi bergerak ke tujuan yang telah
ditetapkan dalam tahapan perencanaan. Jika ada penyimpangan maka
diharapkan dapat segera di tanggulangi.
j. Mendiagnosis
Sebelum persoalan-persoalan muncul kepermukaan, pemimpin terlebih
dahulu haru mampu mendiagnosa segalanyaa sehingga tindakan preventif
bisa dilakukan mengingat tindakan preventif jauh lebih efisien daripada
tindakan kuratif.

Universitas Sumatera Utara

30

2. Fungsi pemeliharaan
Fungsi ini berhubungan dengan kepuasan emosi yang diperlukan untuk
mengembangkan dan memelihara kelompok, masyarakat atau untuk
keberadaan organisasi. Adapun fungsi pemeliharaan seorang pemimpin
adalah:
a. Mendorong semangat
Memotivasi pegawai agar selalu bergairah dan bersemangat dalam bekerja
dengan demikian pegawai yang berkinerja baik menjadi tugas pemimpin
disamping tugas pegawai secara pribadi.
b. Menetapkan standar
Pemimpin harus menetapkan standar kinerja dari awal, tanpa standart yang
jelas pegawai tidak tahu apakah sudah bekerja dengan baik atau belum.
c. Mengikuti
Pemimpin tidak

boleh lepas tangan

begitu

saja

setelah tugas

didistibusikan, pemimpin tetap harus terus memantau pegawai secara
kontiniew
d. Mengekpresikan perasaan
Perasaan senang atau tidak senang dengan apa yang dilakukan bawahan
perlu diekpresikan sipemimpin dengan baik sehingga bawahan mampu
menangkap maksud dan keinginan pemimpinnya dengan baik.
e. Mengambil consensus
Tugas

adalah

mengambil

atau menetapkan consensus

walaupun

melibatkan banyak orang.

Universitas Sumatera Utara

31

f. Menciptakan keharmonisan
Pemimpin harus mampu menciptakan keharmonisan hubungan antar
individu dalam organisasi, antara atasan-bawahan, sesama rekan kerja,
keharmonisan antara tugas/kewajiban dengan hak-hak yang diproleh
pegawai, keseimbangan antara kebutuhan fisik dengan fisikis, dll.
g. Mengurangi ketegangan
Ketegangan yang berlebihan akan berdampak negatif terhadap kinerja,
baik kinerja individu, kelompok maupun organisasi.

2.1.6.

Sistem Pengengadalian Intren Pemerintah (SPIP)
secara sederhana, pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu proses

yang dipengaruhi oleh sumber daya manusian, regulasi yang dibuat dan sistem
teknologi informasi yang dirancang untuk membatu pengelolaan Barang Milik
Daerah dan organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan
mengukur sumber daya suatu organisasi, serta berperan penting dalam
pencegahandan pendeteksian penggelapan (fraund). Pengendalian intern terdiri
dari kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam mencapai sasaran menjamin
ditaatinya hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Wilkinson, et al. ( 2000) sistem adalah sebuah entitas yang terdiri
dari bagian – bagian yang saling berinteraksi yang dikoordinasikan untuk
mencapai satu atau lebih tujuan yang sama.
Sedangkan Sistem Pengendalian Intern didefinisikan sebagai suatu proses
penempatan manajemen untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang

Universitas Sumatera Utara

32

pencapaian kegiatan yang efektif dan efisien, laporan yang dapat diandalkan,
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan ( Petrovist et al. 2011)
Pengeritan sistem pengendalian intern sesuai PP Nomor 60 tahun 2008
adalah “ proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegaiatan yang efektif
dan efesien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan Aset Negara dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”.
Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang diadaptasi
dalam peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 meliputi :
1. Lingkungan Pengendalian.
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan
memengaruhi kesadaran pengendalian pihak yang terdapat dalam
organisasi tersetu. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk
semua koponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan
struktur. Lingkungan pengendalian ini terdiri dari tindakan, kebijakan, dan
prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap dari manajeman puncak,
para kepala pemerintahan, kepala SKPD dari suatu entitas pengendalian
intern.
Lingkungan pengendalian mencakup :
a. Penegakan integritas dan nilai etika;
b. Komitmen terhadap kompetensi;
c. Kepemimpinan yang kondusif;
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

Universitas Sumatera Utara

33

e. Pendelagasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya;
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2. Penilaian Resiko.
Penilaian resiko diawali dengan penertapan maksud dan tujuan instansi
pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat instansi maupun
pada tingkat kegiatan.
Penelianan resiko terdiri dari
a. Identifikasi risiko;
b. Analisis risiko.
Selanjutnya instansi pemerintah mengidentifikasi secara eisien dan efektif
resiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang
bersumber dari dalam maupun dari luar instansi terhadap resiko yang telah
diidentifikasi,

dianasisis

untuk

mengetahui

pengarunhya

terhadap

pencapaian tujuan,pimpinan instansi pemerintah merumuskan pendekatan
manajemen resiko dan kegiatan pengendalian resiko yang diperlukan
untuk memperkecil resiko.
3. Aktivitas pengendalian
Kegiatan pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membuat
memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi pemerintah untuk
mengurangi resiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian resiko.
Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu instansi pemerintah

Universitas Sumatera Utara

34

dapat berbeda dengan yang ditetapkan pada instansi pemerintah lain.
Perbedaaan penerapan ini antara lain desebabkan oleh perbedaa visi, misi
dan tujuan, lingkungan dan cara beroperasi tingkat kerumitan organisasi,
sejarah dan latar belakang serta budaya, serta resiko yang dihadapi.
Aktivitas pengendalian terdiri atas:
a. Pembinaan sumber daya manusia;
b. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan;
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
d. Pengendalian fisik atas aset;
e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
f. Pemisahan fungsi;
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
i. Pembatasan akses dan sumber daya dan pencatatannya;
j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
k. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaski
dan kejadian penting.
4.

Informasi dan Komunikasi
Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada Instansi Pemerintah dan
pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan
sarana tertentu serta tepat waktu yang diselenggarakan secara efektif
sehingga memungkinkan

impinan Instansi Pemerintah melaksanakan

pengendalian dan tanggungjawabnya. Untuk menyelenggarakan sistem
informasi yang efektif pimpinan instansi pemerintah harus:

Universitas Sumatera Utara

35

a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana
komunikasi;
b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbaharui sistem informasi
secara terus menerus.
5. Pemantauan Pengendalian Intern
Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan
memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segara
ditindak lanjuti. Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan
melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut
hasil rekomendasi audit dan review lainnya.
Dari beberapa pengertian diatas mengenai sistem pengendalian intern,
dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pengendalian intern adalah suatu proses
yang dituangkan dalam suatu kebijakan, dan atau prosedur sebagai suatu alat
untuk menjamin tercapainya tujuan suatu entitas melalui terselenggaranya
kegiatan operasional yang efektif dan efisien, tersajinya laporan-laporan SKPD
yang akuntabel dan andal sesuai dengan peraturan perundang-undangan. untuk
pengamanan asset semua itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya resiko yang
timbul karena adanya kecurangan, penipuan, ketidaktahuan dan keteledoran
Pegawai.

Sistem pengendalian internal yang kuat (efektif) tidak hanya berkaitan
dengan akuntansi (financial audits dan reliable financial reports). Sistem
pengendalian internal juga terkait dengan corporate strategies, dan memberi
peluang audit intern untuk memberi sumbangan dalam pencapaian tujuan

Universitas Sumatera Utara

36

organisasi. Tersedianya informasi yang relevan, reliable, dan tepat waktu
memberikan pengetahuan dalam rangka pengambilan keputusan yang efektif
Tujuan pertama dirancangnya pengendalian dari segi manajemen ialah untuk
dapat diperolehnya data yang dapat dipercaya, yaitu jika: data lengkap, akurat,
unik (tiap satuan dapat dikenali), beralasan, dan kesalahan-kesalahan data di
deteksi. Suatu data yang dapat dipercaya sangat diperlukan oleh pimpinan karena
data tersebut akan digunakan sebagai sumber informasi dalam mengambil
keputusan yang penting. Jika data tersebut tidak dapat dipercaya maka pimpinan
akan ragu dalam mengambil keputusan dan berisiko akan mengambil keputusan
yang salah.

2.1.7. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi
apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
mengkomunikasikan dan atau menyebarkan informasi menurt Williams dan
Sawyer (2007). Menurut kadir (2005) teknologi informasi adalah seperangkat alat
yang membantu anda bekerja dalam informasi dan melakukan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pemrosesan informasi Teknologi informasi adalah gabungan
dari teknologi komputer dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi tidak
hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak)
yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga
mencakup terknologi komunikasi untuk mengirim informasi (kadir 2005).
Selanjutnya, Kadir (2005) mengelompokkan teknologi informasi menjadi 6
kelompok, yaitu teknologi masukan (input), teknologi keluaran (output), teknologi

Universitas Sumatera Utara

37

perangkat

lunak

(software),

teknologi

penyimpan

(storage),

teknologi

telekomunikasi (telecomunication) dan teknologi mesin pemroses (process).

Penggunaan teknologi informasi yang tepat akan bisa mendukung
terwujudnya laporan keuangan yang berkualitas. Penelitian yang dilakukan
Mustafa dkk (2011) memberikan bukti adanya pengaruh pemanfaatan teknologi
informasi terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pada laporan keuangan.
Pemanfaatan teknologi informasi yang meliputi teknologi komputer dan teknologi
komunikasi dalam pengelolaan keuangan daerah akan meningkatkan pemrosesan
transaksi dan data lainnya, keakurasian dalam perhitungan, serta penyiapan
laporan dan output lainnya lebih tepat waktu. Pemanfaatan teknologi informasi
juga akan sangat membantu mempercepat proses pengolahan data transaksi dan
penyajian laporan Barang Milik Daerah sehingga laporan tersebut tidak
kehilangan nilai informasi yaitu ketepatan waktu.

Penelitian Indriasari dkk (2011) menunjukkan bahwa pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Temuan ini mendukung
literatur-literatur yang berkaitan dengan manfaat dari suatu teknologi informasi
dalam suatu organisasi, termasuk pemerintah daerah yang harus mengelola APBD
dimana volume transaksinya dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan dan
semakin kompleks. Pemanfaatan teknologi informasi yang meliputi teknologi
komputer dan teknologi komunikasi dalam pengelolaan keuangan daerah akan
meningkatkan pemrosesan transaksi dan data lainnya, keakurasian dalam

Universitas Sumatera Utara

38

perhitungan, serta penyiapan laporan dan output lainnya lebih tepat waktu. Sejalan
dengan hasil tersebut, penelitian yang dilakukan Andriani (2010) juga
menemukan bukti empiris bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh
signifikan terhadap ketepatwaktuan laporan keuangan. Ini menunjukkan bahwa
teknologi informasi akan meningkatkan ketepatwaktuan laporan keuangan
pemerintah daerah.

Pemanfaatan teknologi informasi diukur melalui tingkat integrasi
teknologi informasi pada pelaksanaan tugas-tugas akuntansi (jurnali dan supomo
dalam Indriasari dkk, 2008). Konstruk Pemanfaatan teknologi Informasi diukur
dengan indikator:
a. Perangkat, merupakan indikator untuk menggambarkan kelengkapan yang
mendukung terlaksananya penggunaan teknologi informasi, meliputi
perangkat lunak, keras dan sistem jaringan.
b. Pengelolaan Data Keuangan, merupakan indikator untuk menggambarkan
pemanfaatan teknologi informasi untuk pengelolaan data keuangan secara
sistematis dan menyeluruh.
c. Perawatan, merupakan indikator untuk menggambarkan adanya jadwal
pemeliharaan peralatan secara teratur terhadap perangkat teknologi
informasi guna mendukung kelancaran pekerjaan.
Wilkison,dkk (2000) pemanfaatan teknologi dalam hal proses secara
otomatis, output lebih rapi dan dalam bentuk yang bervariasi, lebih banyak
terlebih output dapat didistribusikan kepada pemakai lain dengan menggunakan
LAN dari pemanfaatan teknologi yang dapat dilakukan antara lain :

Universitas Sumatera Utara

39

a. Pemprosesan transaksi dan data lainnya lebih cepat,
b. Keakuratan dalam perhitungan dan pembandingan lebih benar,
c. Biaya pemrosesan lebih rendah,
d. Penyiapan laporan dan output lainnya lebih tepat waktu,
e. Tempat penyimpanan data lebih ringkas dengan aksesibilitas lebih tinggi
bila dibutuhkan,
f. Produktifitas lebih tinggi.

2.1.8. Peran Inspektorat Daerah.
Berdasarkan PP No.41 Tahun 2007, tentang perangkat daerah, yang
menjelaskan

bahwa

inspektorat

daerah

merupakan

unsur

pengawas

penyelenggara pemerintah daerah yang melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintah di daerah kabupaten/kota. Sesuai dengan
Permendagri No. 23 Tahun 2007 tentang pedoman tata cara pengawasan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menyatakan bahwa ruang lingkup
pengawasan Inspektorat Kabupaten/Kota meliputi
a.

Administrasi umum pemerintahan,

b.

Urusan pemerintahan. Pengawasan tersebut dilakukan terhadap,

c.

Kebijakan daerah,

d.

Kelembagaan,

e.

Pegawai daerah,

f.

Keuangan daerah, serta

g.

Barang dan aset daerah.

Universitas Sumatera Utara

40

Dalam melakukan tugas nya, inspektorat tidak boleh memihak kepada
siapapun, inspektorat mempunyai wewenang penuh untuk memeriksa dan
mengamati setiap bagian dalam pemerintahan, sehingga dalam melaksanakan
kegiatannya inspektorat dapat bertindak sesubjektif dan seefektif mungkin. Oleh
karena itu pula, sebaiknya inspektorat tidak mempunyai wewenang langsung
atas setiap bagian yang diawasi sehingga dapat mempertahankan independensi
dalam pemerintahan .Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri No. 64 Tahun
2007,

Inspektorat

juga

berperan

melaksanakan

fungsi

pemeriksaan,

pengusutan,pengujian dan penilaian Tugas pengawasan yang berguna untuk
mendeteksi apakah terjadi penyimpangan atau tidak. Jadi dengan adanya
pengawasan intern yang dilakukan inspektorat dapat diketahui apakah suatu
instansi pemerintahan telah melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan
fungsinya secara efektif dan efisien serta sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Dengan demikian pengawasan intern oleh Inspektorat daerah dapat
mendorong terwujudnya kinerja SKPD yang bersih dari praktek-praktek
penyimpangan terutama tindakan penyalah gunaan aset. Sebagaimana yang
terdapat dalam PP No.79 Tahun 2005, Tentang pedoman pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pemerintah Daerah, yang menyebutkan bahwa
salah -satu dari tugas inspektorat adalah melakukan Pengusutan atas kebenaran
laporan mengenai adanya indikasi terjadinya penyimpangan , korupsi, kolusi dan
nepotisme, dengan cara melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap seluruh
program kegiatan yang dilakukan oleh masing -masing SKPD sehingga track
record aset selama kegiatan berlangsung dapat diketahui untuk apa saja aset
tersebut digunakan

Universitas Sumatera Utara

41

Dari definisi diatas peran inspektorat digolongkan menjadi :
1.

Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, ketepatan waktu dan
keabsahan bukti pertanggungjawaban bendahara

2.

Melakukan pemeriksaan terhadap prosedur Pengadaan Barang/jasa

3.

Melakukan pemeriksaan kesesuaian antara Daftar Kebutuhan
Barang, Pengadaan, dan RKA pada tiap – tiap SKPD

4.
Oleh

Melakukan Cek fisik barang yang dibeli apakah telah sesuai.

karena

itu

dengan

pelaksanaan

pembentukan

kualitas

aparatur

pemerintahan, maka ditunjuklah inspektorat selaku badan pengasawan internal
pemerintah kabupaten, yang berfungsi untuk mengawasi kinerja pemerintah,
pada kegiatan pembangunan, kegiatan kepegawaian, dan pelayanan pada
masyarakat. Agar tercipta pemerintahan yang baik (Good Governance), dan
bersih di daerah.

2.2

Review Peneliti Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan dalam melihat dan menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas laporan baik laporan Keuangan maupun
laporan barang pemerintah daerah
Penelitian yang dilakukan Simamora (2013) adalah Pada Dinas Pendapatan
Keuangan dan Aset Kabupaten Tapsel, Paluta, Palas dan Pemko Padang
sidempuan. Dengan variabel sumber daya manusia, bukti kepemilikan, penilaian
aset dan komitmen pimpinan seluruh variabel berpengaruh terhadap kualitas

Universitas Sumatera Utara

42

Laporan keuangan. Berdasarkan saran yang terdapat pada peneliti untuk peneliti
selanjutnya akan lebih menarik jika objek penelitian di fokuskan pada daerah
tingkat dua baik Kabupaten/kota.
Penelitian yang dilakukan khairani (2013) mengenai analisis manajemen
aset tetap di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Tanjung
Balai bahwa manajemen aset masih belum dilakukan dengan baik terlebih pada
penggunaa/pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, pengahapusan dan
pemindah tanganan belum dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
Ristiasiri ( 2014 ) melakukan penelitian dengan mengangkat topik pengaruh
Inventarisasi dan penilaian aset tetap/ barang milik daerah terhadap persepsi
penyajian nilai wajar neraca di pemerintah kota banjar baru dengan variabel
independen Pendataan, pengkodean/kodifikasi, pengelompokan, pencatatan, dan
penilaian dari seluruh variabel yang tidak memiliki pengaruh signifikan adalah
variabel pengkodean/kodefikasi yakni berpengaruh negative terhadap persepsi
penyajian nilai wajar neraca daerah pemeritah kota banjar baru.
Darmo (2012) melakukan penelitian mengangakat topik Analisis Pengaruh
Kemampuan Sumberdaya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi Informasi
Terhadap kualitas barang Kuasa Pengguna (Studi pada Satuan Kerja di Wilayah
Kerja KPPN Malang) dari hasil penelitian variabel kemampuan sumberdaya
manusia dan pemanfaatan teknologi berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap kulaitas barang kuasa pengguna pada wilayah kerja KPPN Malang.

Universitas Sumatera Utara

43

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Nama/Tahun
Penelitian

Judul Penelitian

Metode
Penelitian

Variabel

Hasil Penelitian

Simamora,
( 2012 )

Faktor – faktor yang Exploratory
mempengaruhi
Analisys
pengelolaan aset pasca
pemekaran wilayah dan
pengaruhnya terhadap
kualitas
laporan
keuangan pemerintah
di kabupaten tapanuli
selatan

Variabel
sumberdaya
manusia,
bukti
kepemilikan,
penilaian
aset,
komitmen
pimpinan,

Factor- factor sumberdaya
manusia, bukti kepemilikan,
penilaian aset dan komitmen
pimpinan
berpengaruh
terhadap kualitas laporan
keuangan.

Darno
(2012)

Analisis
Pengaruh Regresi
Kemampuan
Linier
Sumberdaya Manusia Berganda
dan
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi
terhadap
kualitas
barang kuasa pengguna
( studi pada satuan
Kerja di wilayah Kerja
KPPN Mal

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

1 2 17

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 7

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas Chapter III VI

2 3 67

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 4

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 35

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 15

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

1 2 13

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

1 6 28