Penarikan Kembali Hibah Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 249 PDT.G 2010 PA.MDN)

ABSTRAK
Kekayaan merupakan persoalan penting dalam kehidupan manusia yang
sering menimbulkan konflik manakala harta tersebut diberikan kepada anggota
keluarga dan orang lain. Salah satunya, pemberian dalam bentuk hibah. Mulai dari
barang hibah yang diberikan dan dipindah tangankan kepemilikannya, sampai
persoalan sahnya perjanjian hibah dan penarikan hibah kembali. Penelitian ini
mengkaji pengaturan hibah dalam Hukum Islam, dasar-dasar pertimbangan hakim
dan akibat hukum dari putusan Pengadilan Agama Medan No.
249/pdt.G/2010/PA.mdn, serta tinjauan Hukum Islam atas penarikan kembali hibah
dan penggunaannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan kemaslahatan manusia.
Penelitian ini adalah yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan, penelitian lapangan
dalam bentuk dokumentasi dan wawancara terhadap hakim dan notaries tentang
putusan Pengadilan Agama Medan No. 249/pdt.G/2010/PA/mdn.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengaturan hibah dalam Hukum Islam
telah diatur dalam Alquran dan Hadis. Pengaturan hibah di Indonesia telah diatur pula
dalam Kompilasi Hukum Islam dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES),
termasuk rukun dan syarat-syarat sahnya hibah (Pasal 210 KHI dan Pasal 685
KHES). Sedangkan dasar pertimbangan hakim Pengadilan Agama Medan dalam
putusan perkara No. 249/pdt.G/2010/PA.mdn, yang mengabulkan penggugat untuk
menarik kembali atau membatalkan hibahnya yaitu tidak terpenuhinya persyaratan

formil atas surat hibah yang tidak ditandatangani di hadapan Notaris. Atas dasar
tersebut, hakim memutuskan bahwa transaksi hibah yang dilakukan pada tanggal 14
September 2002 tidak sah dan surat pemberian hibah yang didaftarkan (waarmerking)
di kantor Notaris (21 Maret 2004) tidak berkekuatan hukum. Hakim juga merujuk
pada ketentuan bahwa orang tua berhak menarik kembali hibah dari anaknya selama
anak tersebut masih hidup (Pasal 212 KHI dan Pasal 714 KHES). Sedangkan akibat
hukum dari putusan hakim ini adalah peralihan kepemilikan harta hibah dan pembatalan
akta hibah yang dibuat notaries sebelumnya. Dalam hukum Islam, penarikan kembali
hibah haram dilakukan, kecuali penarikan kembali hibah oleh orang tua dari anaknya.
Akibat hukum penarikan kembali hibah adalah batalnya akad yang telah dibuat
sebelumnya dan kembalinya kepemilikan harta kepada pemberi hibah. Hukum Islam
sangat memperhatikan aspek kemaslahatan dalam penggunaan dan penarikan harta hibah,
Tujuannya untuk menghindari penerima hibah dari kerusakan dan keburukan, sehingga
harta hibah yang ditarik kembali dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan memelihara
harta dari keburukan. Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan agar para pemberi dan
penerima hibah memahami ketentuan formil tentang akad hibah. Pengadilan Agama
hendaknya menjelaskan tentang objek hibah yang disengketakan dalam putusannya.
Penarikan kembali hibah oleh orang tua dari anaknya hendaknya didasari oleh
semangat kemaslahatan, sehingga tidak member dampak buruk bagi penerima hibah
yang ditarik kembali hibahnya.

Kata kunci: Hibah; penarikan kembali hibah; kemaslahatan umat.
i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Property which comes from hibah becomes an important issue in human life
since it usually arouses conflict, particularly when it is related to an agreement and
its withdrawal. The research analyzed the regulation on hibah in the Islamic law,
judge’s consideration, and legal consequences of the Verdict of Medan religious
Court No. 249/pdt.G/2010/PA.mdn and the withdrawal of hibah and its use for
anything which is contrary to people’s welfare, viewed from the Islamic law.
The research used judicial normative and descriptive analytic method. The
data were gathered by conducting library study and field study in the form of
documentation and interviews with judges and notaries about the verdict of Medan
Religious Court. The conclusion is that hibah in the Islamic law is regulated clearly
in the Al-Quran and Hadis. Hibah in Indonesia is regulated in KHI (Compilation of
the Islamic law) KHES (Compilation of Sharia Economic Law), including the
principle of validity in hibah (Article 10 of KHI and Article 685 of KHES).
Meanwhile, the judge in Medan Religious Court in giving a verdict No.

249/pdt.G/2010/PA.mdn agreed with the plaintiff to withdraw or to cancel his hibah
since the Hibah certificate was not signed by a Notary, and thus the judge decided
that the hibah transaction signed on September 14, 2002 was illegal and the Letter of
Giving the Hibah which had been registered (waarmerking) in the Notarial Office NI
(March 21, 2004) did not have any legal force. The judge also referred to the
provision that parents had the right to withdraw hibah which had been given to their
children when the children were still alive (Article 212 of KHI and Article 714 of
KHES).
The legal consequence of the judge’s verdict was that it was the transfer of
ownership in hibah property and the cancellation of hibah certificate signed by the
previous Notary. In the Islamic law, withdrawal of hibah is illegal except it is done by
the parents from their children. The legal consequence of hibah withdrawal is the
cancellation of the previous contract and the transfer of the property to the hibah
giver. The Islamic law pays serious attention to the welfare aspect in using and
withdrawing hibah property. The purpose is to avoid hibah receiver from bad impact
so that its withdrawal can be used for the benefit and keep it from badness. It is
recommended that those who give and receive hibah property understand formal
provision on hibah contract. The Religious Court should explain about disputed
hibah object in its verdict. A hibah which is withdrawn by parents from their children
should be based on the spirit of welfare so that it does not give bad impact on its

receiver whose hibah is withdrawn.

Keywords: Hibah, Hibah Withdrawal, People’s Welfare

ii

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Atas Pembatalan Perkawinan Serta Akibat Hukumnya (Studi Putusan No.1009 PDT.G 2009 PA.Mdn Pada Pengadilan Agama Kelas I-A Medan)

1 2 14

Tinjauan Yuridis Atas Pembatalan Perkawinan Serta Akibat Hukumnya (Studi Putusan No.1009 PDT.G 2009 PA.Mdn Pada Pengadilan Agama Kelas I-A Medan)

0 0 2

Tinjauan Yuridis Atas Pembatalan Perkawinan Serta Akibat Hukumnya (Studi Putusan No.1009 PDT.G 2009 PA.Mdn Pada Pengadilan Agama Kelas I-A Medan)

0 0 22

Tinjauan Yuridis Atas Pembatalan Perkawinan Serta Akibat Hukumnya (Studi Putusan No.1009 PDT.G 2009 PA.Mdn Pada Pengadilan Agama Kelas I-A Medan)

0 2 39

Tinjauan Yuridis Atas Pembatalan Perkawinan Serta Akibat Hukumnya (Studi Putusan No.1009 PDT.G 2009 PA.Mdn Pada Pengadilan Agama Kelas I-A Medan)

0 3 5

Penarikan Kembali Hibah Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 249 PDT.G 2010 PA.MDN)

0 0 16

Penarikan Kembali Hibah Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 249 PDT.G 2010 PA.MDN)

0 0 28

Penarikan Kembali Hibah Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 249 PDT.G 2010 PA.MDN)

0 0 29

Penarikan Kembali Hibah Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 249 PDT.G 2010 PA.MDN) Chapter III V

0 4 49

Penarikan Kembali Hibah Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 249 PDT.G 2010 PA.MDN)

0 0 4