Tinjauan Yuridis Atas Pembatalan Perkawinan Serta Akibat Hukumnya (Studi Putusan No.1009 PDT.G 2009 PA.Mdn Pada Pengadilan Agama Kelas I-A Medan)

ABSTRAK
Dalam pandangan Islam, perkawinan merupakan asas pokok kehidupan dalam
pergaulan sebagai perbuatan yang sangat mulia dalam mengatur kehidupan berumah
tangga. Pertalian nikah atau perkawinan juga merupakan pertalian yang seteguh-teguhnya
dalam hidup dan kehidupan umat manusia. Apabila dalam pelaksanaan perkawinan tidak
memenuhi syarat-syarat sahnya perkawinan maka perkawinan tersebut dapat dibatalkan.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis Empiris yang bersifat Deskriptif
Analitis, perolehan data bersumber dari data primer dan data sekunder,. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi dan wawancara, yang
selanjutnya data dianalisi secara kualitatif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan batalnya
perkawinan adalah karena adanya pelanggaran prosedural perkawinan dan pelanggaran
materi perkawinan. Oleh sebab itu dimohonkan pembatalan perkawinan yang diajukan ke
Pengadilan dalam daerah hukum dimana perkawinan itu dilangsungkan atau di tempat
tinggal suami-istri, suami atau istri (Pasal 25 Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun
1974) Pada dasarnya pembatalan perkawinan (fasakh) itu dilakukan oleh hakim atas
permintaan dari suami atau istri dan atau pihak lain. Perkawinan yang terjadi pada kasus
No. 1009/Pdt. G/2009/PA. Mdn. diputuskan batal demi hukum oleh Pengadilan Agama
Kelas I-A Medan karena tidak terpenuhinya syarat-syarat sah perkawinan sebagaimana
yang ditetapkan dalam aturan yang berlaku baik secara hukum Islam maupun peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Oleh karena itu akibat hukum dari pembatalan perkawinan karena wali nikah
yang tidak sah setelah adanya putusan pengadilan, perkawinan yang sebelumnya terjadi
dinyatakan batal demi hukum dan buku nikah/kutipan akta nikah nomor 143/23/V/2009
tertanggal 28 Mei 2009 yang dikeluarkan Kantor Urusan Agama Kecamatan Medan
Petisah Kota Medan dinyatakan tidak berkekuatan hukum atau tidak sah dan meminta
penghapusan pencatatan perkawinan di buku register Kantor Urusan Agama (KUA).
Untuk itu diharapkan kiranya sebelum pernikahan dilaksanakan kepada para pihak
keluarga hendaknya memperhatikan syarat-syarat sahnya untuk melangsungkan suatu
perkawinan sehingga tidak menimbulkan masalah di belakang hari. hendaknya
petugas pencatat nikah (Kantor Urusan Agama) benar-benar meneliti status hubungan
dari kedua calon mempelai dan wali serta saksi dalam perkawinan berikut berkasberkas yang diajukan pada Kantor Urusan Agama. kepada calon suami istri yang
hendak melangsungkan pernikahan harus mengetahui syarat dan rukun perkawinan
yang sah sehingga sebelum pernikahan berlangsung apabila ada syarat yang tidak
terpenuhi dapat diselesaikan dengan cara yang benar untuk menghindari adanya
Pembatalan perkawinan yang dapat memberikan dampak bukan hanya bagi pasangan
perkawinan saja namun juga bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan perkawinan
tersebut, seperti harta benda dalam perkawinan dan pada anak yang dilahirkan dari
suatu perkawinan.

Kata Kunci: Pembatalan, Perkawinan, Serta Akibat Hukumnya.


i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
In the Islamic point of view, marriage is the foundation of life in social
interaction and managing a household is a very noble deed. Marriage is also a firm
tie in human life. If in its implementation, a marriage does not fulfill its legitimate
requirements, it can be cancelled. This research applied empirical judicial design
with descriptive analysis. It used primary and secondary data which were gained
through library study and interviews, which were analyzed with qualitative
framework.
The results showed that the factors leading to a marriage cancellation was the
violence in the marriage procedure and substance. Therefore, a marriage
cancellation was filed to the Court where the marriage was held or in which the
husband and wife live (Article 25 Marriage Law N0. 1/ 1974). Basically, fasakh
(marriage cancellation) was decided by the judge or by request of the husband or
wife, and/ or other party. The marriage on the case No. 1009/Pdt.G/2009/PA.Mdn
was cancelled before law by the Religious Court Class IA Medan because it did not

fulfill the marriage legitimate requirements as stipulated in the regulations applicable
either in Islamic Law or Act.
The legal consequence of the marriage cancellation due to invalid wali nikah
(male next of kin and guardian whose consent is required for the marriage of a girl or
woman) was given by the court, the marriage was cancelled before law, and the
marriage book/ certificate No.143/23/V/2009 dated on the twenty eighth of May 2009
issued by KUA (Religious Affairs Office) at Medan Petisah Subdistrict, Medan was
declared void or invalid, and this marriage cancellation was to be recorded in the
Register Book of KUA. It was recommended that families of the married couple pay
more attention on the marriage legitimate requirements before conducting a
marriage so that there would not be any problems in the future. The officers of KUA
were suggested to conscientiously examine the relationships among prospective
husband or wife and the wali nikah as well as the witnesses written in the marriage
preparation documents which were submitted to KUA. The prospective husband and
wife should also have knowledge in the marriage substance so that they could fulfill
the marriage settlements and did not miss any point before conducting the marriage
in order to prevent it from cancellation which would bring impact not only on their
marriage, but also on the parties concerned, such as their children and joint
property.


Keywords: Marriage Cancellation, Marriage, Legal Consequences.

ii

Universitas Sumatera Utara