TAP.COM - IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN SISWA MISKIN BAGI SISWA SMA NEGERI ... 159 394 1 PB

ISSN : 2085 – 0328

PERSPEKTIF

IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN SISWA MISKIN
BAGI SISWA SMA NEGERI DI KOTA BINJAI
Rosina Sinulingga
Email : rosinasinulingga@uma.ac.id
Jl. Setia Budi No 79 B Kampus Pascasarjana UMA Magister Administrasi Publik
Universitas Medan Area
Diterima 19 Februari 2014/ Disetujui 5 Maret 2014
Abstract
This study will examine the implementation of programs concerning assistance to
poor students for high school students in the city of Binjai State. As a form of
implementation of programs aimed at improving human resources nation's
children, especially in the city of Binjai . In connection with these two problems,
namely how the proposed implementation of the assistance program for the poor
students of SMA students in the city of Binjai and what are the constraints in the
implementation of aid programs for the poor students of SMA students in the city of
Binjai. To address these problems the proposed research literature and field
research conducted in Binjai City Department of Education / Further data

collected and analyzed by descriptive analysis. The results of the research and
discussion to explain poor scholarship program ( BSM - state high schools ) in the
city of Binjai is a program providing financial assistance to poor students to have
access to education, the funds from the state budget. The purpose of this program
is to increase the participation of poor people in Indonesia to gain access to
education.
Keywords : Implementation , Help , Poor Students

Abstrak
Penelitian ini akan mengkaji perihal implementasi program bantuan siswa miskin
bagi siswa SMA Negeri di Kota Binjai. Sebagai suatu bentuk implementasi
program yang ditujukan bagi peningkatan sumber daya manusia anak-anak
bangsa khususnya di Kota Binjai. Sehubungan dengan hal tersebut maka diajukan
permasalahan yaitu bagaimana implementasi program bantuan siswa miskin bagi
siswa SMA Negeri di Kota Binjai dan apakah yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan program bantuan siswa miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota
Binjai. Untuk membahas permasalahan tersebut maka diajukan penelitian secara
kepustakaan dan penelitian lapangan yang dilakukan di Dinas Pendidikan Kota
Binjai/ Selanjutnya hasil pengumpulan data kemudian dianalisis secara deskriptif
analisis. Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan program beasiswa miskin

(BSM-SMA Negeri) di Kota Binjai merupakan suatu program pemberian bantuan
dana untuk siswa miskin untuk memperoleh akses pendidikan, dana bantuan ini
berasal dari dana APBN. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat miskin di Indonesia untuk memperoleh akses pendidikan.
Kata Kunci: Implementasi, Bantuan, Siswa Miskin

PENDAHULUAN
Pada penelitian ini akan dikaji
perihal implementasi program bantuan
siswa miskin bagi siswa SMA Negeri
di Kota Binjai. Sebagai suatu bentuk

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

implementasi program yang ditujukan
bagi peningkatan sumber daya manusia
anak-anak bangsa khususnya di Kota
Binjai.
Berdasarkan hasil penelitian
254


ISSN : 2085 – 0328

PERSPEKTIF

pendahuluan yang dilakukan di Kota
Binjai, maka terdapat 7 (tujuh) SMA
yang berstatus negeri dengan jumlah
rata-rata penerima BSM yang hampir
merata. Adapun jumlah siswa yang
mendapatkan bantuan siswa miskin di
SMA Negeri Kota Binjai dapat dilihat
dari tabel berikut ini:
Tabel Jumlah Siswa Yang
Mendapat Bantuan Siswa Miskin di
SMA Negeri Kota Binjai

N
o.


1.

Nama
Sekolah

Jlh
Siswa
Seluru
hnya

Julh
Siswa
Yang
Mendap
at
Bantuan
120

SMA Negeri 965
1 Binjai

2. SMA Negeri 1.393
115
2 Binjai
3. SMA Negeri 864
135
3 Binjai
4. SMA Negeri 665
129
4 Binjai
5. SMA Negeri 615
117
5 Binjai
6 SMA Negeri 587
116
6 Binjai
7. SMA Negeri 516
110
7 Binjai
Jumlah
5.605

842
Sumber : Dinas Pendidikan Binjai Tahun
2013.
Berdasarkan data di atas maka
dapat dikatakan rata-rata untuk setiap
SMA Negeri di Kota Binjai siswa yang
mendapatkan bantuan siswa miskin ada
sebanyak 120 jiwa. Sehingga apabila
dijumlah dari seluruh siswa SMA
negeri ada sebanyak 15 siswanya
mendapat bantuan siswa miskin.
Sebagai
suatu
bentuk
pelaksanaan pemerataan pendidikan
pemberian bantuan siswa miskin juga
memiliki dinamika tersendiri. Sesuai
kondisi umum di Kota Binjai, apabila
seseorang wali atau orang tua siswa
PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014


harus membuat rekening untuk
pencairan dana BSM ke Kantor Bank
Cabang Pembantu maka dibutuhkan
ongkos transportasi pulang pergi (PP)
minimal Rp. 50.000, serta biaya
pembukaan Rekening minimal Rp.
20.000. Begitu pula saat pencairan atau
pengambilan Dana minimal dibutuhkan
ongkos Rp. 50.000,- Hal ini jika
berlaku normal, dalam artian semua
persyaratan terpenuhi. Dalam kondisi
seperti itu, jika jumlah dana BSM yang
disalurkan sebesar Rp. 300.000 maka
dana yang sesungguhnya diterima oleh
Siswa/Orang Tua Siswa hanya Rp.
200.000.
Dalam sosialisasi dinyatakan
bahwa pembuatan Rekening hanya
sekali saja, rekening akan tetap aktif

selama 3 bulan apabila sisa saldo
sebesar Rp. 20.000.- Persoalan muncul
apakah BSM akan disalurkan oleh
Kementerian tiap bulan atau tiap tiga
bulan sekali? Karena berdasarkan
pengalaman BSM disalurkan paling
banyak 2 kali dalam satu tahun, bahkan
ada yang menerima sekali dalam satu
tahun. Jika kondisi seperti ini
kemungkinan besar rekening akan
hangus, dan ketika dana BSM ada lagi
ada kemungkinan harus membuat
Rekening Baru. Pada masa menunggu
pencairan dana BSM anatara 6 atau 12
bulan jangan berharap orang tua siswa
memperbaharui
rekening
dengan
menambah saldo.
Lebih sulit apabila kondisinya

tidak normal, seperti adanya orang tua
wali yang tidak memiliki KTP, tanda
tangan di KTP yang tidak sama, tidak
memiliki Kartu Keluarga atau Akte
Kelahiran maka dibutuhkan Surat
Keterangan dari Desa/Kelurahan. Pada
beberapa kasus tak jarang dibutuhkan
biaya untuk keperluan tersebut.
Berbagai
persoalan
akan
dihadapi orang tua tersebut berimbas
pula pada sekolah. Bagi siswa atau

255

PERSPEKTIF

orang tua siswa yang berada di
pedesaaan kebutuhan dana untuk

menanggulangi
transfortasi
siswa/orang tua siswa untuk pembuatan
rekening BSM dan untuk pencairan
dana BSM akan menjadi beban
sekolah. Orang tua siswa yang betulbetul tidak mampu kemungkinan besar
akan meminjam dana (menyerahkan)
kepada pihak sekolah.
Berdasarkan kenyataan di atas,
tidak sebaiknya pencairan atau
penyaluran dana BSM khusus SMP
kembali diserahkan kepada PT POS
Indonesia karena persyaratan yang
harus dipenuhi siswa atau orang tua
siswa tidak terlalu rumit daripada
melalui Rekening Bank. Melalui POS
semua persyaratan bisa ditangani pihak
sekolah, namun penerima dana
langsung pada siswa atau orang tua
siswa. Kalau pun tetap akan dilakukan

melalui Bank, tidakkah sebaiknya
cukup melalui Rekening Sekolah
dengan
syarat
pihak
sekolah
menyerahkan bukti fisik penyerahan
secara langsung kepada siswa atau
orang tua siswa, atau saat pencairannya
pihak bank datang langsung ke sekolah
untuk menyerahkan dana tersebut
kepada masing-masing siswa atau
orang tua siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka
penelitian tesis ini mengambil judul
“Implementasi Program Bantuan Siswa
Miskin Bagi Siswa SMA Negeri di
Kota Binjai”.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Implementasi
Secara etimologis pengertian
implementasi menurut Kamus Webster
yang dikutip oleh Wahab adalah
Konsep implementasi berasal dari
bahasa inggris yaitu to implement.
Dalam kamus besar webster, to
implement
(mengimplementasikan)
berati to provide the means for

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

carrying out (menyediakan sarana
untuk melaksanakan sesuatu); dan to
give practical effect to (untuk
menimbulkan dampak/akibat terhadap
sesuatu)”(Webster dalam Wahab,
2004:64).
Implementasi
berasal
dari
bahasa Inggris yaitu to implement yang
berarti
mengimplementasikan.
Implementasi merupakan penyediaan
sarana untuk melaksanakan sesuatu
yang menimbulkan dampak atau akibat
terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut
dilakukan untuk menimbulkan dampak
atau akibat itu dapat berupa undangundang,
peraturan
pemerintah,
keputusan peradilan dan kebijakan
yang dibuat oleh lembaga-lembaga
pemerintah
dalam
kehidupan
kenegaraan.
Pengertian implementasi selain
menurut Webster di atas dijelaskan
juga menurut Van Meter dan Van Horn
bahwa
implementasi
adalah:
Implementasi adalah tindakan-tindakan
yang dilakukan baik oleh individuindividu/pejabat-pejabat
atau
kelompok-kelompok pemerintah atau
swasta
yang
diarahkan
pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah
digariskan
dalam
keputusan
kebijakan”. (Meter dan Horn dalam
Wahab, 2004:65)
Implementasi Program
Program merupakan unsur
pertama yang harus ada demi
tercapainya kegiatan implementasi.
Unsur kedua yang harus di penuhi
dalam proses implementasi program
yaitu adanya kelompok masyarakat
yang menjadi sasaran program,
sehingga masyarakat dilibatkan dan
membawa hasil dari program yang
dijalankan dan adanya perubahan dan
peningkatan dalam kehidupannya.
Tanpa memberikan manfaat kepada
masyarakat maka dikatakan program

256

12

PERSPEKTIF

tersebut telah gagal dilaksnakan.
Berhasil atau tidaknya suatu program
di implementasikan tergantung dari
unsur pelaksanaannya (eksekutif).
Unsur pelaksanaan ini merupakan
unsur ketiga. Pelaksanaan penting
artinya karena pelaksanaan baik itu
organisasi
maupun
perorangan
bertanggunujawab dalam pengelolaan
maupun pengawasan dalam proses
implementasi. (Riggs, 2005:54).
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa implementasi
program ádalah tindakan-tindakan
yang dilaksanakan oleh individuindividu atau pejabat-pejabat terhadap
suatu objek atau sasaran yang
diarahkan untuk mencapai tujuantujuan
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya,
melalui
adanya
organisasi, interpretasi dan penerapan.
Bantuan Siswa Miskin
Dalam
upaya
pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan
memperoleh pendidikan dan mutu
pendidikan, serta menekan angka putus
sekolah pemerintah memperluas akses
pendidikan dasar yang lebih bermutu
yang lebih merata dengan memberikan
perhatian yang lebih besar kepada
penduduk miskin. Perhatian tersebut
berupa pemberian beasiswa bantuan
siswa miskin (BSM).
Pemberian
bantuan
BSM
bertujuan untuk memberikan layanan
pendidikan bagi penduduk miskin
untuk
dapat
memenuhi
biaya
kebutuhannya di bidang pendidikan
agar siswa yang orang tuanya tidak
mampu atau `miskin tetap memperoleh
pendidikan.
Wikipedia (2014) menjelaskan
Bantuan Siswa Miskin atau BSM
adalah bantuan yang diberikan
Pemerintah Indonesia menyambut
kenaikan harga BBM yang terjadi pada
22 Juni 2013 pada pukul 00.00.

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

Konsep Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan,
dan
kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan yang
mencakup gambaran tentang:
1. Kekurangan materi, yang biasanya
mencakup
kebutuhan
pangan
sehari-hari, sandang, perumahan,
dan
pelayanan
kesehatan
(kelangkaan barang-barang dan
pelayanan dasar).
2. Kurangnya
kebutuhan
sosial,
termasuk
keterkucilan
sosial,
ketergantungan,
dan
ketidakmampuan
untuk
berpartisipasi dalam masyarakat.
Hal ini termasuk pendidikan dan
informasi. Keterkucilan sosial
biasanya
dibedakan
dari
kemiskinan,
karena
hal
ini
mencakup masalah-masalah politik
dan moral.
3. Kurangnya
penghasilan
dan
kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbedabeda
melintasi
bagian-bagian
politik dan ekonomi di seluruh
dunia. (wikipedia : 2014).
Berdasarkan
pengertian
dan
pemahaman tentang kemiskinan
tersebut di atas, maka yang
dimaksud siswa miskin adalah
peserta didik pada jenjang satuan
pendidikan sekolah dasar sampai
dengan menengah yang secara
personal dinyatakan tidak mampu
baik secara materi maupun
penghasilan orang tuanya yang
tidak memadai untuk memenuhi
kebutuhan
dasar
pendidikan.
Kebutuhan dasar pendidikan yang
dimaksud mencakup : seragam,

257

PERSPEKTIF

sepatu, dan tas sekolah, biaya
transportasi, makanan serta biaya
ekstrakurikuler.
Anggaran Pro Kemiskinan (Pro Poor
Budgeting)
Anggaran merupakan instrumen
yang paling penting dalam tata kelola
pemerintahan,
sekaligus
sebagai
instrumen kebijakan yang dapat
digunakan
oleh
negara
guna
menjalankan
fungsi/peran
kesejahteraan. Jumlah anggaran yang
dikeluarkan oleh pemerintah secara
tidak langsung mencerminkan pilihan
kebijakan
yang
diambil
oleh
pemerintah.
Fungsi
administrasi
anggaran setidaknya mencakup tiga hal
(Pradjasto, 2008:45):
1. Anggaran
sebagai
pedoman
pengelolaan sumber daya bagi
pemerintah, terutama perencanaan
program dan pengelolaan keuangan
untuk suatu periode tertentu (masa
datang).
2. Anggaran
sebagai
instrumen
pengawasan
penyelenggaran
pemerintahan dan pembangunan.
Sebagai sebuah produk kebijakan
politik
yang
memberikan
konsekuensi
kepada
publik.
Anggaran merupakan instrumen
publik
untuk
mengontrol
penggunaan uang oleh pemerintah.
3. Anggaran sebagai instrumen untuk
menilai kinerja pemerintahan.
Dalam konteks ini anggaran
memberikan informasi mengenai
tujuan,
hasil,
dampak,
dan
kelompok sasaran dari rencana
program yang disusun.
Dalam perspektif ekonomi
politik, dalam penentuan anggaran
yang dikeluarkan oleh pemerintah
terdapat tarik menarik kepentigan
diantara
instrumen
pemerintahan
sehingga muncul kesenjangan dalam
pengalokasian
anggaran
oleh

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

pemerintah. Masyarakat yang tidak
memiliki kekuatan untuk mengakses
alokasi
anggaran
yang
telah
dikeluarkan oleh pemerintah yang
menjadi korban akibat ketimpangan
alokasi yang menjadi gambaran bahwa
pemerintah tidak berhasil menjalankan
fungsi kesejahteraan. (Subarsono,
2005:22).
Pembiayaan Pendidikan
Biaya pendidikan adalah biaya
yang
mencakup
semua
jenis
pengeluaran yang berkenaan dengan
penyelenggaraan
pendidikan
(Ardiansyah:
2014).
Sedangkan
menurut Dedi (2007: 3) Biaya (cost)
dalam pengertian ini memiliki cakupan
luas, yakni semua jenis pengeluaran
yang
berkenaan
dengan
penyelenggaraan pendidikan, baik
dalam bentuk uang maupun barang dan
tenaga (yang dapat dihargakan dengan
uang). Dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
2008 tentang Pendanaan Pendidikan
disebutkan bahwa biaya pendidikan
meliputi:
a. Biaya satuan pendidikan.
b. Biaya penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan.
c. Biaya pribadi peserta didik.
Biaya satuan pendidikan seperti
yang dijelaskan pada pasal 3 meliputi
biaya investasi yang terdiri dari biaya
investasi lahan dan non lahan
pendidikan, biaya operasi yang terdiri
atas biaya personalia dan non
personalia, bantuan biaya pendidikan,
dan beasiswa.
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian
dapat
diartikan sebagai alat untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tertentu dan
untuk menyelesaikan masalah ilmu
atau praktis. Sedangkan menurut
Ridwan, penentuan suatu metode yang

258

PERSPEKTIF

digunakan dalam penelitian akan
menentukan kadar ilmiah hasil
penelitian
yang
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya,
penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah jenis penelitian kualitatif yang
merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek alamiah dimana peneliti adalah
instrumen kunci.
Sedangkan bentuknya yaitu
dengan
menggunakan
penelitian
deskriptif kualitatif merupakan metode
yang tertuju pada pemecahan masalah
yang ada pada masa sekarang. Dalam
prakteknya tidak terbatas pada
pengumpulan
dan
penyusunan
klasifikasi data saja tetapi juga
menganalisis dan menginterprestasikan
tentang arti data tersebut. Itulah alasan
mengapa peneliti mengambil penelitian
deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian mengenai
implementasi program bantuan siswa
miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota
Binjai, peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Dengan
demikian
melalui
penelitian deskriptif kualitatif ini hanya
berusaha
untuk
menggambarkan
permasalahan
yang
ada
dalam
kaitannya
dengan
implementasi
program bantuan siswa miskin bagi
siswa SMA Negeri di Kota Binjai, dan
kemudian menganalisanya sampai pada
suatu kesimpulan absolut. Dalam
penelitian ini peneliti mencoba untuk
mencermati individu atau sebuah unit
secara mendalam, tujuannya adalah
untuk mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan
sekarang dan interaksi suatu unit sosial.
PEMBAHASAN
Sistem Pemberian bantuan siswa
miskin
Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

Nasional mengamanatkan bahwa setiap
peserta didik berhak mendapatkan
biaya pendidikan bagi mereka yang
orang tuanya tidak mampu. Sebagai
implementasi dari UU tersebut
pemerintah telah menetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008
tentang Pendanaan Pendidikan dimana
dalam pasal 2 ayat 1 berbunyi bahwa
pendanaan
pendidikan
mejadi
tanggungjawab
bersama
antara
pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat.
Berdasarkan peraturan tersebut
dalam rangka pemerataan pendidikan
khususnya memberikan kesempatan
kepada anak yang berasal dari keluarga
kurang mampu agar dapat tetap
bersekolah, pemerintah memberikan
Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Dalam rangka memperbaiki
penetapan sasaran BSM untuk
mengurangi tingkat inclusion dan
exclusion error, agar lebih tepat sasaran
dan menjangkau anak dari rumahtangga/keluarga dengan status sosial
ekonomi terendah, maka perlu
dilakukan perubahan penetapan sasaran
Program BSM, dari yang semula
melalui sekolah, akan diubah menjadi
Penetapan Sasaran Berbasis Rumah
Tangga, melalui pemberian Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) dan Kartu
BSM yang diberikan kepada rumah
tangga miskin dan rentan dimana jika
rumah tangga tersebut memiliki anakanak berusia sekolah, dapat membawa
Kartu tersebut ke sekolah agar dapat
dicalonkan sebagai Penerima Manfaat
Program BSM.
Mekanisme penetapan sasaran
berbasis rumah tangga melalui
pemberian Kartu Perlindungan Sosial
dan Kartu BSM merupakan mekanisme
baru
yang
diterapkan
selama
berjalannya progam BSM. Oleh karena
itu diperlukan Pedoman Pelaksanaan
BSM penetapan sasaran berbasis

259

ISSN : 2085 – 0328

PERSPEKTIF

rumah tangga.
Dengan
hadirnya
buku
pedoman tersebut diharapkan proses
perencanaan
hingga
pelaksanaan
program Bantuan Siswa Miskin dengan
penetapan sasaran BSM Berbasis
Rumah Tangga dapat berjalan sesuai
dengan harapan. Selain itu pula, agar
penerima bantuan beasiswa ini tepat
sasaran
dan
tidak
ada
yang
menyalahgunakan
dalam
proses
pelaksanaannya.
Sistem pemberian bantuan
siswa miskin yang diberlakukan di
lingkungan Dinas Pendidikan kota
Binjai khususnya bgai siswa SMA
Negeri adalah:
a. Siswa bersama orang tua/wali
murid membawa kartu identitas dan
mengisi slip penarikan tabungan.
b. Pengambilan
tidak
dapat
diwakilkan selain oleh pihak yang
bersangkutan (sesuai spesimen).
c. Dapat diambil alih oleh orang
tua/wali murid apabila siswa
penerima BSM masih di bawah
umur (belum memiliki KTP) dan
status rekeningnya "QQ".
d. Dapat diambil alih oleh siswa
penerima BSM sendiri apabila
sudha memiliki KTP.
Sedangkan
kriteria
siswa
penerima bea siswa tersebut adalah:
a. Siswa teracam putus sekolah karena
Tabel 3.
kesulitan biaya.
b. Siswa yatim, piatu atau yatim piatu.
c. Orang tua siswa peserta program
keluarga Harahapn (PKH).
d. Siswa berasal dari korban musibah,
kelainan fisik, korban PHK dari
rumah tangga sangat miskin.
Jumlah Siswa Penerima Bantuan
Siswa Miskin SMA Negeri di Kota
Binjai
Secara umum dapat disebutkan
jumlah siswa yang mendapatkan
bantuan siswa miskin tingkat SMA

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

baik itu negeri dan swasta di Kota
Binjai meliputi:
Tabel
Jumlah
Siswa
SMA
Negeri/Swasta Penerima BSM di Kota
Binjai
No Tahun Jumlah Dana
.
Siswa
BSM
1. 2010
600
APBN
2. 2011
618
APBN
3. 2012
100
APBD
Provinsi
4. 2013
620
APBN
Sumber: Dinas Pendidikan kota Binjai
Tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas maka
dapat dilihat bahwa jumlah siswa
penerima bantuan siswa miskin dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
mengalami kenaikan terkecuali pada
tahun 2012 hanya ada 100 orang siswa.
Apabila ditelaah dari tabel di
atas dapat juga bahwa dana APBN
tetap memiliki intensitas dan taraf
signifikan yang baik dalam kaitannya
dengan jumlah siswa penerima BSM di
Kota Binjai untuk tingkat SMA.
Dimana terdapat kenaikan apabila dana
BSM tersebut berasal dari APBN
sedangkan dana BSM yang berasal dari
APBD Provinsi memiliki intensitas
yang rendah dalam kaitannya dengan
jumlah siswa yang mendapatkan dana
BSM di tingkat SMA di Kota Binjai.
Jumlah Siswa SMA Negeri Penerima
BSM di Kota Binjai Tahun 2011
N
o.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nama SMA

SMA Negeri 1 Binjai
SMA Negeri 2 Binjai
SMA Negeri 3 Binjai
SMA Negeri 4 Binjai
SMA Negeri 5 Binjai
SMA Negeri 6 Binjai
SMA Negeri 7 Binjai
Jumlah
Sumber: Dinas Pendidikan
Tahun 2014

Jumlah
Siswa
35
45
35
35
35
35
35
255
kota Binjai

260

ISSN : 2085 – 0328

PERSPEKTIF

Berdasarkan tabel di atas maka
dapat dilihat pada tahun 2011 bahwa
jumlah siswa SMA Negeri penerima
BSM adalah berjumlah 255 orang. Dan
dari 255 orang tersebut untuk setiap
SMA Negeri masing-masing diterima
oleh 35 orang siswa terkecuali sisa
SMA
Negeri
2
Binjai
yang
mendaptkan catah 45 orang siswa
penerima BSM. Hal ini disebabkan
jumlah siswa miskin di SMA negeri 2
Binjai cukup besar sehingga berakibat
penerima BSM di SMA Neger 2 juga
cukup besar.
Sedangkan
dana
yang
dipergunakan untuk membiayai BSM
tersebut berasal dari APBN sehingga
jumlahnya cukup besar. Keadaan di
atas akan berbanding terbalik apabila
diperbandingkan dengan jumlah siswa
penerima BSM pada tahun 2012 karena
pada tahun 2012 ada dua sumber
pendanaan yang dipergunakan yaitu
dana yang berasal dari APBN dan
APBD Provinsi.
Untuk lebih lengkapnya jumlah
siswa penerima BSM di SMA Negeri
Kota Binjai tahun 2012 dapat dilihat
dari tabel berikut ini:
Tabel Jumlah Siswa SMA Negeri
Penerima BSM di Kota Binjai Tahun
2012
Jumlah
Siswa
No
Nama SMA
.

1.
2.
3.
4.
5.

SMA Negeri
Binjai
SMA Negeri
Binjai
SMA Negeri
Binjai
SMA Negeri
Binjai
SMA Negeri

1 37

APB
D
Provi
nsi
4

2 40

4

3 35

4

4 37

4

5 37

4

APB
N

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

Binjai
6. SMA Negeri 6 30
5
Binjai
7. SMA Negeri 7 30
5
Binjai
Jumlah
246
30
Sumber: Dinas Pendidikan kota Binjai
Tahun 2014
Jumlah siswa penerima BSM di
SMA Negeri di Kota Binjai untuk
tahun 2012 bervariasi dan disesuaikan
dengan jumlah siswa yang memiliki
kriteria miskin. Untuk dana BSM yang
berasal dari APBN maka dapat dilihat
bahwa SMA Negeri 2 Binjai tetap
memiliki porsi yang cukup besar
mendapatkan BSM yaitu 40 orang
siswa, kemudian diikuti oleh SMA
Negeri 1, SMA Negeri 4 dan SMA
Negeri 5, dimana masing-masing SMA
Negeri tersebut mendapatkan porsi 37
orang siswa. Sedangkan SMA Negeri 6
dan SMA Negeri 7 masing-masing
mendapatkan porsi sebanyak 30 orang
siswa.
Mengimbangi
hal
yang
demikian maka penggunaan dana yang
berasal dari APBD Provinsi kurang
signifikan terhadap pemberian bantuan
siswa miskin bagi siswa SMA Negeri
di Kota Binjai. Hal ini dapat dilihar
sedikitnya
jumlah
siswa
yang
mendapatkan dana BSM tersebut, yaitu
rata-rata 4 untuk setiap SMA Negeri
kecuali SMA Negeri 6 dan SMA
NEgeri 7 dimana porsi siswa yang
mendapatkan dana BSM ada sebanyak
5 orang.
Tabel Jumlah Siswa SMA Negeri
Penerima BSM di Kota Binjai Tahun
2013
N
o.
1.
2.
3.
4.

Nama SMA
SMA Negeri 1 Binjai
SMA Negeri 2 Binjai
SMA Negeri 3 Binjai
SMA Negeri 4 Binjai

Jumlah
Siswa
40
45
40
35
261

ISSN : 2085 – 0328

PERSPEKTIF

5.
6.
7.

SMA Negeri 5 Binjai 35
SMA Negeri 6 Binjai 30
SMA Negeri 7 Binjai 30
Jumlah
255
Sumber: Dinas Pendidikan kota Binjai
Tahun 2014
Tabel di atas juga menjelaskan
bahwa terdapat variasi jumlah siswa
yang menerima dana BSM. Tetapi
porsi yang terbesar tetap dimiliki oleh
SMA Negeri 2 Binjai yaitu 45 orang
siswa. Sedangkan SMA Negeri 1,
SMA Negeri 3 masing-masing
mendapatkan 40 porsi siswa penerima
dana BSM. Sedangkan penerima porsi
sebanyak 35 orang siswa ada pada
SMA Negeri 4, SMA Negeri 5. SMA
Negeri 6 dan SMA NEgeri 7
mendapatkan porsi sebanyak 30 orang
siswa penerima BSM.

N
o.
1.

Kriteria
Penilaian
Lamban

Jumlah
Responden
4 orang

Alternatif Jawaban

Persen
tase
25,00
%
2. Sedang
12 orang
50,00
%
3. Cepat
4 orang
25,00
%
Jumlah
20 orang
100,00
%
Sumber : Data Primer diolah, 2014
Tabel di atas menunjukkan
responden yang menjawab bahwa
prosedur dalam penerimaan dana BSM
SMA Negeri di Kota Binjai cukup baik
karena
dilihat
dari
banyaknya
responden yang menjawab cepat dan
sedang dengan persentase 75 %,
sedangkan 4 orang yang menjawab
lamban atau sebesar 25 %.
Selain dari segi kecepatan,
peruntukan jumlah dana BSM SMA
Negeri yang diterima oleh wali murid
apakah sudah sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan juga dilakukab
evaluasi. Berikut ini merupakan hasil
wawancara
terhadap
responden
penerima dana BSM SMA Negeri dari
segi jumlah dan peruntukannya.
Tabel
Penyaluran dana BKSM
(Persentase) dari segi Jumlah dan
Ketepatan Penyaluran

Lamban
Sedang
Cepat

N
o.
1.

Kriteria
Penilaian
Tidak

Jumlah
Responden
4 orang

Persepsi Terhadap Pelaksanaan
Program Bantuan Siswa Miskin
Setiap
pelaksanaan
suatu
program pasti terdapat kendala-kendala
baik kendala internal maupun kendala
eksternal. Dari kendala-kendala yang
terjadi tersebut dapat diketahui apakah
program berjalan dengan baik atau
tidak.
Demikian
pula
dengan
pelaksanaan program Bantuan Siswa
Miskin (BSM) SMA Negeri di Kota
Binjai. Adapun kriteria dalam menilai
kesesuaian prosedur penerimaan dana
Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA
Negeri di Kota Binjai, kriteria
penilaian tingkat kepuasan penerima
dari segi ketepatan waktu yaitu sebagai
berikut:
Tabel Kriteia Penilaian Dari Segi
Lamanya Waktu (Mulai Usulan
Sampai Dengan Pencairan)
N
o.

Kriteria
Penilaian

1.

Waktu

Distribusi Tidak puas
2. Peruntuka Cukup Puas
n Dana
Puas
Ketepatan Tidak Tepat
Penerima Cukup Tepat
3.
an Dana
Tepat
BSM
Sumber : Data Primer diolah, 2014
Tabel Kriteria Penilaian Responden
Berdasarkan Persentase dari segi
ketepatan waktu

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

Perse
ntase
25,00
262

ISSN : 2085 – 0328

PERSPEKTIF

Puas
Cukup
Puas
Puas

%
2.
4 orang
25,00
%
3.
12 orang
50,00
%
Jumlah
20 orang
100,0
0%
Sumber : Data Primer diolah, 2014
Berbeda
dengan
Tabel
sebelumnya
menunjukkan
bahwa
responden yang menjawab bahwa
penerimaan BSM SMA Negeri di Kota
Binjai dari segi jumlah dana yang
diperoleh para wali murid dan
peruntukannya memuaskan karena
dilihat banyaknya responden yang
menjawab puas sebanyak 12 orang
dengan persentase 50%, dan 4 orang
yang menjawab cukup puas dengan
persantase 25%. Jumlah responden
yang menjawab tidak puas sebanyak 4
orang dengan persentase 25%. Dapat
disempulkan bahwa penerimaan dana
BSM SMA Negeri dari segi jumlah
yang diterima sudah cukup memuaskan
karena banyak para wali murid
penerima dana merasa cukup puas dan
puas (75%).
Selain dari segi ketepatan
waktu, dan jumlah dana yang diterima
serta peruntukannya, target sasaran
penerima dana BSM SMA Negeri
harus sesuai dengan syarat aturan,
supaya siswa yang benar-benar layak
menerima dana bisa mendapatkan
dana, sementara siswa yang tidak layak
menerima tidak mendapatkan dana.
Dengan kata lain siswa penerima
bantuan tergolong sebagai siswa yang
tergolong mampu, supaya tidak terjadi
kesalahan dalam penerimaan dana
BSM SMA Negeri di Kota Binjai.
Responden diminta menjawab bukan
untuk anaknya sendiri tetapi pendapat
untuk penerima BSM SMA Negeri
secara umum. Berikut ini hasil
wawancara terhadap responden yang
menerima dana BSM SMA Negeri

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

(orang tua wali).
Tabel
Distribusi
Penilaian
Responden Tehadap Ketepatan Sasaran
Penerima BKSM (Persentase)
Jumlah
Persen
Respon
tase
den
1. Tidak Tepat 2. Cukup
Tepat
3. Tepat
20
100,00
Orang
%
Jumlah
20
100,00
orang
%
Sumber : Data Primer diolah, 2014
Tabel di atas menunjukkan
bahwa responden yang menjawab
penerima dana BSM SMA Negeri di
Kota Binjai dari segi target sasaran
sudah tepat karena 100% responden
mendukung jawaban tersebut. Tidak
ada satupun yang menjawab cukup
tepat maupun tidak tepat. Jadi dalam
prosedur ketepatan sasaran penerima
BSM SMA Negeri di Kota Binjai tidak
ada masalah, berjalan sesuai aturan
atau ada kepatuhan yang tinggi. Dalam
prosedur target sasaran tidak ada
masalah yang terjadi, hanya masih ada
evaluasi kurang baik dari segi lamanya
waktu dan peruntukan jumlah dana
BSM SMA Negeri di Kota Binjai yang
diperoleh oleh masing-masing siswa.
No
.

Kriteria
Penilaian

Implementasi Pelaksanaan Program
Bantuan Siswa Miskin
Implementasi dari Pelaksanaan
Program Beasiswa Miskin akan
dijelaskan menggunakan teori Alkin
dalam (Budi Winarno, 2012:34),
menuliskan kerangka teori yang hampir
sama dengan model evaluasi CIPP.
Alkin mendefinisikan Implementasi
sebagai suatu proses menyakinkan
keputusan, memilih informasi sehingga
dapat melaporkan ringkasan data yang
berguna bagi pembuat keputusan dalam

263

PERSPEKTIF

memilih alternatif, mengemukakan
empat tahap
evaluasi terhadap
implementasi yakni: Indikator masukan
(Input), Proses (Process), Keluaran
(Output), Indikator dampak (Outcome).
a. Indikator Input
Input
merupakan
suatu
indikator yang memfokuskan pada
penilaian
apakah
sumber
daya
pendukung dan bahan dasar yang
diperlukan
untuk
melaksanakan
program sudah tersedia atau belum.
Indikator input dapat meliputi sumber
daya manusia, finansial, sarana dan
prasarana.
Jika dilihat dari indikator
Sumber daya manusia, finansial, sarana
dan prasarana pelaksanaan program
BSM-SMA Negeri di Kota Binjai
sudah berjalan dengan baik sesuai
dengan buku pedoman pelaksanaan
program. hal ini dikarenakan di dukung
oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dan sarana prasarana yang
memadai, namun dalam pelaksanaan
program BSM masih ada kendala yaitu
program belum didukung sumberdaya
finansial yang memadai.
Untuk melakukan evaluasi dan
monitoring program. Padahal jika
dilihat dari buku juknis program BSM
yang dikeluarkan oleh Kementrian
Pendidikan dan program disebutkan
bahwa biaya yang timbul akibat
pelaksanaan program BSM dibebankan
oleh APBN dan APBD.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan Dinas Pendidikan dana
penunjang program BSM sudah ada
namun dana yang tersedia jumlahnya
sedikit hanya 10% dari anggaran BSM.
Berdasarkan hasil penelitian di
Dinas Pendidikan Kota Binjai di
tingkat sekolah malah tidak ada sama
sekali dana yang dialokasikan oleh
Pemerintah daerah khususnya untuk
monitoring program BSM.

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

b. Indikator proses
Indikator proses dalam model
CIPPO menunjukan pada strategi apa
yang digunakan agar tujuan program
dapat tepat sasaran? Bagaimana
mekanisme pelaksanaan program?
Kapan kegiatan akan dilaksanakan dan
diselesaikan?
Dalam model CIPP evaluasi
proses diarahkan pada seberapa jauh
kegiatan yang akan dilaksanakan di
dalam program, sudah dilaksanakan
sesuai dengan rencana. Program
beasiswa miskin (BSM-SMA Negeri)
berawal dari salah satu persoalan
pendidikan yang dihadapi Bangsa
Indonesia yaitu masih tingginya angka
putus sekolah serta masih rendahnya
partisipasi masyarakat miskin untuk
memperoleh pendidikan. Tujuan dari
program ini adalah membantu siswa
dari keluarga tidak mampu untuk
memperoleh pelayanan pendidikan,
serta untuk menurunkan angka putus
sekolah.
Berdasarkan buku petunjuk
pelaksanaan program BSM (2013,10).
Dapat
diketahui
Mekanisme
pelaksanaan program BSM terdiri dari:
1) Seleksi siswa calon penerima BSM.
2) Pendataan dan penetapan calon
penerima BSM,
3) Penyaluran dana BSM,
4) Penggunaan dana BSM,
5) Pertanggungjawaban
program
BSM.
Tahap pertama dari pelaksanaan
program BSM-SMA NEGERI adalah
seleksi siswa calon penerima BSM
seleksi siswa adalah wewenang Dinas
Pendidikan
Kota
Binjai
yang
diserahkan kepada sekolah hal ini
dikarena pihak sekolah di nilai lebih
mengetahui secara detail keadaan
ekonomi
siswa-siswinya.
Tujuan
dilakukannya seleksi siswa adalah agar
penyaluran dan pemanfaat dana BSM

264

PERSPEKTIF

dapat tepat sasaran. Sehingga tujuan
dan manfaat daari program tersebut
dapat benar-benar dirasakan oleh orang
yang tepat atau benar-benar yang
membutuhkan bantuan dana dibidang
pendidikan,
namun
pada
saat
melakukan seleksi siswa calon
penerima BSM sekolah banyak
mengalami kendala berupa waktu dan
tenaga, karena tugas tersebut tidak
mudah dilakukan.
Tahap ke dua Tahap kedua dari
pelaksanaan program BSM adalah
pendataan dan penetapan siswa.
pendataan dan penetapan siswa calon
penerima BSM merupakan wewenang
pihak sekolah yang dijalankan setelah
seleksi siswa calon penerima BSM.
Proses pendataan dan penetapan siswa
calon penerima BSM-SMA NEGERI
dilaksanakan satu tahap yaitu pada
awal bulan Mei (Kemendikbud
2013:10). Cara ini dinilai sangat efektif
dan efisien karena sangat memudahkan
pihak sekolah untuk melaksanakan
prosedur
administrasi
pengajuan
bantuan dana untuk siswa miskin
Tahap ketiga dari pelaksanaan
program BSM adalah penyaluran dana
BSM dari lembaga penyalur bank BRI
ke rekening sekolah tanpa potongan
ataupun biaya administrasi. Waktu
penyaluran dana program ini harus
tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat
sasaran sesuai dengan kesepakatankesepakatan yang telah ditetapkan,
biasanya dilaksanakan satu tahap
melalui rekeing sekolah (Kemendikbud
2013 : 13). Penyaluran dana melalui
rekening sekolah dinilai lebih efektif
dan efisien dibandingan ke rekening
siswa, karena untuk memudahkan
sekolah untuk melakukan kontrol dana
BSM siswa.
Tahap
ke
empat
dari
pelaksanaan program BSM adalah
penggunaan dana BSM. Seperti yang
dijelaskan dalam juknis pelaksanaan

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

program beasiswa miskin (2013;14)
penggunaan dana BSM yaitu untuk
pelunasan SPP dan untuk memenuhi
kebutuhan siswa selama memperoleh
pendidikan. Menurut buku petunjuk
pelaksanaan program BSM-SMA
NEGERI 2013 (Kemdikbud 2013:14),
pemberian bantuan dana BSM juga
dapat
dibatalkan
apabila
yang
bersangkutan pidah sekolah dan
Terbukti melakukan pelanggaran tata
tertib sekolah atau terbukti melakukan
tindakan
kriminal/kejahatan
dan
mengkomsumsi minuman keras dan
alkohol.
Penerima
BSM
tidak
diperkenankan menggunakan dana
BSM untuk tujuan yang tidak
berhubungan dengan kegiatan sekolah,
seperti tindak kejahatan, judi, narkoba,
miras dan tindak komsumtif lainnya.
Pernyataan d iatas menjelaskan
bahwa
pemerintah
memberikan
bantuan untuk siswa miskin dengan
syarat dan ketentuan yang berlaku.
Pengelolaan dan pemanfaatannya
hanya untuk kebutuhan siswa selama
sekolah serta untuk membantu orang
tua siswa tersebut dalam pembiayaan
sekolah. Pihak Pemerintah dan sekolah
tidak segan-segan untuk membatalkan
pemberian dana BSM apabila siswa
tersebut
terbukti
melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah atau
terbukti melakukan tindakan kejahatan
kriminal.
Tahap ke lima dari pelaksanaa
program BSM adalah penyusunan
laporan pertanggung jawaban program.
Didalam buku juknis pelaksanaan
program
BSM-SMA
NEGERI
(Kemdikbud 2013:16), Laporan yang
dimaksud dalam juknis adalah berupa
bukti transfer penyaluran dana yang
diterbitkan oleh Lembaga Penyalur ke
nomor rekening atas nama sekolah
penerima bantuan yang sesuai dengan
Surat Keputusan Direktur Pembinaan
SMA/SMK. Secara umum penyusunan

265

PERSPEKTIF

laporan pertanggung jawaban Program
BSM-SMA NEGERI di Kota Binjai
tidak mengalami kendala apapun
sehingga laporan tersebut dapat
dipertanggung jawabkan kepada semua
pihak yang berkepentingan. Namun
seharusnya
penyusunan
laporan
pertanggung jawaban program BSM
isinya tidak hanya bukti transfer dana
BSM saja tetapi juga harus disertakan
dengan laporan penggunaan dana
program setiap masing-masing siswa.
Sekaligus analisis dampak dan
manfaatnya dari program BSM. Hal ini
dilakukan agar pemerintah mengetahui
dampak dan manfaat dari program
terebut serta untuk menghindari
penyelewengan pengunaan dana BSM.
Pelaksanaan program BSMSMA NEGERI di Kota Binjai sudah
berjalan dengan baik sesuai dengan
petunjuk teknis pelaksanaan program.
Hal
ini
dikarenakan
sebelum
melaksanakan program tersebut Dinas
pendidikan mengadakan sosialisasi
program dengan cara mengundang
pihak sekolah ke kantor Dinas.
Sosialisasi program dilaksanakan dua
bulan sebelum pelaksanaan program.
Dinas Pendidikan kota Binjai
juga mengadakan pengwasan program
ke
sekolah-sekolah.
pengawasan
dilakukan pada saat penyaluran dana
BSM ke rekening sekolah, dengan cara
meneliti ulang dokumen-dokumen
BSM, bukti transfer dana ke rekening
sekolah. pengawasan ini dilakukan
agar tujuan dari program ini dapat tepat
sasaran serta untuk mengindari
penyalahgunaaan penggunaan dana
BSM.
c. Indikator hasil
Indikator output atau hasil
diarahkan
pada
hal-hal
yang
menunjukan perubahan yang terjadi
pada masukan. Indikator produk
merupakan
tahap
akhir
dari

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

serangkaian evaluasi pelaksanaan
program.
Biasanya
pertanyaanperntanyaan yang dapat diajukan dalam
indikator produk adalah apakah tujuantujuan yang sudah di tetapkan dalam
program sudah tercapai atau belum?.
Evaluasi hasil untuk program BSMSMA NEGERI di jelaskan sebagai
berikut ini:
Tujuan dari program BSMSMA NEGERI adalah membantu siswa
dari kelurga tidak mampu agar dapat
memperoleh layanan pendidikan yang
layak atau untuk membantu siswa
dalam memenuhi kebutuhan kegiatan
belajarnya,
namun
pelaksanaan
program BSM-SMA NEGERI di Kota
Binjai belum dapat dikatakan berhasil
dan belum mampu meningkatkan akses
pendidikan untuk masyarakat miskin
dikota Binjai. Manfaat dari program
BSM belum bisa di rasakan oleh orang
tua siswa penerima BSM, karena hanya
dapat membantu mereka memenuhi
kebutuhan sekolah anaknya 75% saja
dari satu juta rupiah atau hanya cukup
untuk membayar SPP selama 10 bulan
saja.
Pelaksanaan program BSM
belum dapat dikatakan berhasil karena
masih banyak sekolah negeri suka
mengadakan
pungutan
seperti
pembayaran uang gedung sekolah,
uang SPP yang dirasa sangat
membebani masyarakat miskin dalam
memperoleh akses pendidikan.
Melihat
pernyataan
diatas
seharusnya Dinas Pendidikan Kota
Binjai bisa menindak lanjuti berupa
pemberian sanksi terhadap sekolahsekolah negeri yang masih suka
mengadakan
pungutan-pungutan
berupa pembayaran uang gedung
sekolah, uang SPP dan lain-lainya yang
dapat membebani masyarakat dari
kelas
ekonomi
bawah
untuk
memperoleh akses pendidikan. Hal
tersebut perlu dilakukan supaya tujuan

266

PERSPEKTIF

dari program BSM-SMA NEGERI
untuk membantu masyarakat dari
ekonomi bawah memperoleh akses
pendidikan dapat terwujud
d. Indikator Dampak
Indikator Outcame merupakan
indikator untuk mengetahu dampak
atau manfaat dari program tersebut.
Pertanyaan yang timbul dalam
indikator outcame adalah apa dampak
dengan adanya program BSM-SMA
NEGERI di kota Binjai?
Berdasarkan hasil wawancara
dengan orang tua siswa yang terkena
bantuan siswa miskin dapat diketahui
bahwa sebenarnya program BSM
sangat bermanfaat karena dapat
membantu mereka dalam memperoleh
pelayanan pendidikan sehingga mereka
dapat menyelesaikan pendidikannya
hingga lulus SMA ataupun SMK
dengan prestasi yang memuaskan.
Namun
hasil
wawancara
juga
menjelaskan masih banyak orang tua
siswa yang mengeluh bahwa bantuan
BSM-SMA NEGERI belum mampu
untuk memenuhi kebutuhan sekolah
anaknya, masih banyak orang tua siswa
dari kalangan ekonomi bawah kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan sekolah
anaknya contohnya untuk membeli
buku paket pelajaran dan lembar kerja
siswa.
Kendala
Dalam
Pelaksanaan
Program Bantuan Siswa Miskin Bagi
Siswa SMA Negeri di Kota Binjai
Salah
satu
persoalan
kemiskinan adalah karena tidak adanya
akses. Saat ini sudah ada upaya dari
pemerintah untuk memberikan bantuan
agar rumah tangga miskin dan rentan
tidak
semakin
terpuruk
dalam
kemiskinan. Program Bantuan Siswa
Miskin (BSM) merupakan salah satu
upaya untuk memberikan akses di
bidang pendidikan.

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

Anggaran atau alokasi biaya
pendidikan yang dikeluarkan oleh
masing-masing
rumah
tangga
sesungguhnya cukup besar. Jika tidak
ada upaya dari pemerintah maka
kelompok rumah tangga miskin akan
semakin sulit untuk mengenyam
pendidikan. Tidak hanya akses,
persoalan pendidikan juga merupakan
persoalan aset. Jika orang tidak
mempunyai aset atau uang, dia tidak
bisa bersekolah.
Kendala yang utama dalam
pelaksanaan program bantuan siswa
miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota
Binjai adalah ditemukannya kendala
pendataan siswa miskin. Hasil
wawancara di Dinas Pendidikan Kota
Binjai mengakui adanya kendala
pendataan siswa SMA Negeri dalam
penyaluran beasiswa bantuan siswa
miskin (BSM) pada 2013. Kendala data
tersebut membuat penyerapan bantuan
beasiswa BSM tidak mencapai 100
persen.
Hasil
wawancara
yang
dilakukan di Dinas Pendidikan Kota
Binjai mengatakan, penyaluran dana
BSM memang terkendala masalah
waktu yang singkat dan data.
Dijelaskan, kendala dalam pendataan
diantaranya minimnya siswa pemegang
Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang
melapor ke sekolah. Di samping itu,
karena
penyaluran
BSM
baru
dilaksakan setelah tahun pelajaran,
maka pihak pihak sekolah akhirnya
perlu mendata ulang calon penerima.
Selain kendala di atas ada juga
kendala lainnya yaitu:
a. Selama ini penyaluran BSM
berbasis sekolah. BSM disalurkan
ke sekolah untuk kemudian komite
sekolah menentukan siapa siswa
yang
berhak
memperolehnya.
Konsep ini baik dalam hal
memperhatikan aspirasi komite
sekolah, akan tetapi system ini

267

PERSPEKTIF

tidak bisa menangkap siswa miskin
yang berada diluar sekolah,
sementara justru siswa miskin yang
belum mampu bersekolah itulah
yang juga membutuhkan BSM.
Kedepannya
sedang
dikaji
keterkaitan program BSM dengan
PKH (Program Keluarga Harapan).
PKH diberikan kepada Rumah
Tangga Sangat Miskin (RTSM),
dan hal ini semestinya bisa lebih
mempertajam sasaran karena PKH
baik
yang
anaknya
sudah
bersekolah maupun belum sekolah.
Mekanismenya dimodifikasi dari
murni berbasis sekolah menjadi
juga berbasis keluarga. Sistem yang
lama tidak sepenuhnya dihilangkan,
melainkan
dipertajam
atau
ditambah
dengan
mekanisme
berbasis keluarga tersebut.
b. Untuk siswa yang telah/masih ada
di sekolah, BSM tidak terkendala.
Akan tetapi
untuk anak usia
sekolah yang belum sekolah atau
terkena drop-out akan menjadi
lebih rumit untuk bisa masuk ke
system sekolah regular lagi. Hal ini
masih dalam pembahasan dengan
Kementerian Pendidikan Nasional.
c. Hasil evaluasi BSM yang lain
adalah masalah kecukupan dana,
karena yang diberikan adalah dana
untuk keperluan sekolah yang lain
diluar SPP, sehingga jumlahnya
bisa bervariasi. Hal ini juga masih
dalam pengkajian lebih lanjut.
d. Isu lain adalah isu ketepatan waktu
penyaluran BSM. Dari evaluasi
selama ini, angka partisipasi murni
sekolah biasanya turun pada saat
transisi antar tingkat, misalnya pada
waktu kenaikan kelas. Penentuan
pada bulan apa dalam satu tahun
waktu penyaluran BSM yang paling
efektif perlu memperhatikan waktu
transisi ini.

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

PENUTUP
Kesimpulan
1. Program beasiswa miskin (BSMSMA Negeri) di Kota Binjai
merupakan
suatu
program
pemberian bantuan dana untuk
siswa miskin untuk memperoleh
akses pendidikan, dana bantuan ini
berasal dari dana APBN. Tujuan
dari program ini adalah untuk
meningkatkan
partisipasi
masyarakat miskin di Indonesia
untuk
memperoleh
akses
pendidikan. Penggunaan dana BSM
SMA Negeri digunakan untuk
memenuhi kebutuhan siswa miskin
di bidang pendidikan.
2. Implementasi pelaksanaan program
BSM-SMA Negeri di Kota Binjai
sudah berjalan dengan baik sesuai
dengan buku pedoman pelaksanaan
BSM-SMA Negeri 2013, hal ini
dikarena sosialisasi program yang
diadakan Dinas Pendidikan Kota
Binjai di tingkat sekolah berjalan
dengan baik dan di dukung dengan
penyajian
materi
pelaksanaan
program BSM yang dijelaskan
sesuai
dengan
buku
juknis
pelaksanaan program BSM-SMA
Negeri tahun 2013. Selain itu
sosialisasi program juga diadakan
di tingkat sekolah dengan cara
mengadakan rapat tertutup dengan
orang
tua
yang
berhak
mendapatkan bantuan BSM-SMA
Negeri.
3. Pelaksanaan program BSM-SMA
Negeri di Kota Binjai belum dapat
dikatakan berhasil karena dana
tersebut
belum
mampu
meningkatkan akses pendidikan
untuk masyarakat miskin. Selain itu
akuntabilitas , transparansi dan
peran
lembaga
Pengawasan
pelaksanaan program BSM masih
sangat rendah, sehingga dapat
memicu terjadinya korupsi atau

268

PERSPEKTIF

penyalahgunaan penggunaan dana.
Saran
1. Dari hasil penelitian, disarankan
pihak kepala sekolah yang berperan
sebagai manajer operasi agar
menghimpun dana cadangan (dana
talangan)
apabila
terjadi
keterlambatan
dalam
proses
penyaluran dana BSM SMA Negeri
supaya tidak menggangu proses
belajar mengajar di SMA Negeri
Kota Binjai. Salah satu sumber
dana talangan bisa berasal dari
keluarga siswa mampu atau
organisasi yang mempunyai CSR
(Corporate Social Responsibility),
atau bisa bersumber dari para
dewan guru yang secara sukarela
mau dan mampu mambantu siswasiswi yang tidak mampu dalam
biaya transport dan pembelian
pakaian seragam.
2. Dalam proses penyaluran dana
BSM SMA Negeri di Kota Binjai,
perlu di adakanya kerja sama antara
pihak Diknas, sekolah, dan juga
orang tua murid yang lebih baik
(Supply
Chain
Management)
supaya dalam proses penyaluran
dana BSM SMA Negeri di Kota
Binjai bisa berjalan dengan baik
dari tahun ke tahun sesuai yang
diinginkan oleh pihak penerima,
sekolah, maupun dari pihak Diknas.
Kerja sama yang dimaksud disini
yaitu, kerja sama antara orang tua
dengan sekolah seperti, para orang
tua yang ingin mendapatkan dana
BKSM harus segera menyerahkan
dan melengkapi berkas-berkas yang
telah diminta oleh Diknas sebagai
persyaratan penerimaan dana BSM
SMA Negeri di Kota Binjai. Pihak
sekolah juga harus mengontrol
segera siswa yang ingin menerima
dana BSM SMA Negeri di Kota
Binjai
supaya
bisa
cepat

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

mempersiapkan syarat pengajuan
penerimaan dana. Selanjutnya kerja
sama antara pihak sekolah dengan
Diknas, yang dimaksud dengan
kerja sama antara pihak sekolah
dengan Diknas yaitu, setelah
berkas-berkas
yang
sudah
dikumpulkan oleh orang tua murid
ke sekolah sebaiknya pihak Diknas
segera memproses berkas-berkas
tersebut
secepatnya
supaya
pencairan dana BSM SMA Negeri
di Kota Binjai bisa secepatnya
sesuai dengan bulan yang telah
dijanjikan.
3. Mengingat kenaikan harga BBM di
Indonesia
cenderung
mempengaruhi biaya-biaya lain
termasuk biaya kebutuhan sekolah
maka penijauan dana BSM SMA
Negeri di Kota Binjai untuk
menyesuaikan inflasi di Indonesia
sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Asrori. Kebiasaan Belajar.
http://kabarpendidikan.blogspot.com. 2014.
Arikunto, Suharsimo, 2003, Prosedur
Penelitian, Bandung: Angkasa.
Dedi, Supriadi. 2007. Mengangkat Citra
dan Martabat Guru. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
Fatah, Nanang, 2002, Ekonomi dan
Biaya Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Keban, Yeremias. T. 2004. Enam
Dimensi Strategis Administrasi
Publik, Konsep, Teori, dan Isu.
Yogyakarta. Gava Media.
Kertonegoro,
Sentanoe.
2004.
Manajemen Organisasi. Jakarta.
Widya Press.
KPPN Jambi, “Bantuan Siswa Miskin
Dan Beasiswa Bakat Dan
Prestasi”,
http://www.kppnjambi.org/index.php/ho
me/35-pd/457-bantuan-siswamiskin-dan-beasiswa-bakat-dan-

269

PERSPEKTIF

prestasi.html
Manila, I.GK, 2006, Praktek Manajemen
Pemerintahan Dalam Negeri.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi
Penelitian Kualitatif. PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Mulyo, Sumedi Andono. 2005. Strategi
Nasional
Penanggulangan
Kemiskinan. Jakarta: Komite
Penanggulangan Kemiskinan.
Pradjasto, Antonio Hardojo, dkk. 2008.
Mendahulukan
Si
Miskin.
Yogyakarta: LkiS.
Ratmiko, Atik Septi Winarsih. 2005.
Manajemen
Pelayanan,
Pengembangan
Model
Konseptual, Penerapan Citizen’s
Charter dan Standar Pelayanan
Minimal. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Revida,
Erika.
Agustus
2005.
Pemberdayaan
Aparatur
Birokrasi Di Era Otonomi Daerah
(Hal 110). Dalam Proyeksi Jurnal
Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora.
Agustus 2005
Riggs, Fred W, 2005. Administrasi
Negara-negara berkembang –
Teori Masyarakat Prismatik
Jakarta: PT Rajawali.
Silalahi, Ulbert, 2002. Studi Tentang
Ilmu Administrasi, Konsep,
Teori, dan Dimensi. Bandung:
Sinar Baru.
Subarsono.
A.G.
2005.
Analisis
Kebijakan Publik Konsep, Teori
dan
Aplikasi.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif
Dan
Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sukirman,
Hartati
dkk.
2008.
Administrasi
dan
Supervisi
Pendidikan. Yogyakarta: UNY
Press.

PERSPEKTIF/ VOLUME 7/ NOMOR 1/ APRIL 2014

ISSN : 2085 – 0328

Tilaar, H.A.R & Nugroho, R. 2008,
Kebijakan
Pendidikan.
Yogyakarta, PustakaPelajar.
Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis
Kebijaksanaan, Dari Formulasi
Ke Implementasi Kebijakan
Negara. Jakarta: Bumi Aksara
Wikipedia Indonesia, “Bantuan Siswa
Miskin”,http://id.wikipedia.org/w
iki/
Bantuan_Siswa_Miskin,
2014.

270