ANALISIS BAHASA RUPA RELIEF CANDI SURAWANA DAN RELIEF TERAS PENDAPA PANATARAN

ISSN : 2356-3176
Vol. 01 No. 01 Tahun 2014

C.

URUTAN

1

JUDUL

Potret Pendidikan di Kabupaten
Banyumas Dalam Pencapaian
Tujuan Millenium Development
Goals (MDGS) Tahun 2015

2

Komunikasi Politik Partai Islam:
Antara Pemahaman dan Realitas


3

Performance Satuan Pendidik
Ditinjau Dari Pengaruh Motivasi,
Disiplin, dan Leadership Style

4

The Effect of Reading Strategies
Model As A Combination of
Cognitive, Metacognitive and
Think Aloud Strategies On L2
Reading Comprehension Texts

NAMA

HAL

Sofa Marwah
Oktafiani Catur Pratiwi

1-8

Triana Ahdiati
Hery Purwosusanto

9-23

Imam Suseno
Supeno
24-32

Ira Miranti
M. Ali Ghufron
Susilawati
33-42

Tri Angkarini

5


Analisis Bahasa Rupa Relief Candi
Surawana dan Relief Teras
Pendapa Panataran

Dwi Budi Harto

43-65

6

Prinsip Pertanian Berkelanjutan
Untuk Melindungi Lahan Pertanian
Produktif Sebagai Basis Ketahanan
Pangan di Kabupaten Banyumas

Syah Firdaus
Oktafiani Catur P.
Bowo Sugiarto
A. Ali Said Akbar


66-78

Oktafiani Catur P.
7

Problem Pengelolaan Remiten
Buruh Migran Perempuan:
Dilema Investasi vs Konsumsi

79-86

Wita Ramadhanti

8

Peningkatan Pengetahuan Hukum
Nelayan Dalam Memanfaatkan

Fenty U. Puluhulawa


87-99

x

ANALISIS BAHASA RUPA RELIEF CANDI SURAWANA DAN RELIEF
TERAS PENDAPA PANATARAN
Dwi Budi Harto 1

Abstract:
Languages such reliefs in Indonesia exciting study because its uniqueness Wimba Way / CW
and Procedure expression / TU. Likewise, the relief Surawana / CS and Terrace Pendapa
Panataran / TPP, also drew studied in order to obtain such a description language
comparison on both reliefs are cosmological. The objective is consistent with the breakdown
problem formulation, namely: (1) visual language, a second equation relief; (2) differences in
the visual language of relief; and (3) a second visual language peculiarities relief. The
method used is descriptive quantitative and qualitative. Focus visual language study is both a
relief. Purposive data collection Sam-pling. Initial data analysis was conducted using
literature and then proceed with the Interactive Analysis Model. Then, in a quantitative
descriptive analysis followed by analysis of the percentage of categorization/degree of
similarity/DK by Tabarani (1991). Based on this DK then conducted a qualitative descriptive

analysis that gives meaning to the numbers and percentages of these categories and provide
an explanation / argumentative based on relevant literature dicrosscheck back in
triangulation to maintain its validity. Based on this study produced several conclusions: (1)
the relief of visual language has many similarities, DK CWnya by 92%, while the DK-start at
81%. The second equation of the temple are using some modern visual language and visual
language traditions, such as: MLS, Enlarged, Minimized, from Head-Foot, Angle Naturally,
Assorted Looks, X-rays,Original; (2) differences in such languages is that there are
differences in the two reliefs frequency of use by both visual language, including how to: Xrays, Stacking, Angle Look Up, Look Down Angle, Direction Look Left-Right, Up-Down View
Direction, Direction View Middle -Pinggir; (3) the peculiarities of the relief in such
languages is: not much use of modern visual language but tend to use visual language such
tradition is the way: slide, Some background, bottom = line of the Land Bank, Identification
of Space, Motion mode, Assorted Space and Time, Twins, Background layer, flashbacks,
Direction see parts / grilles are prasavya, Enlarged, Enlarged Detail, seems typical, X-rays,
frequency of appearance, and Direction View Pradaksina.
Keywords: Language Arts Tradition, Modern Language Arts, How Wimba, Procedure phrase,
Surawana, Terrace Pendapa Panataran.
Abstrak:
Bahasa rupa relief candi di Indonesia menarik diteliti karena memiliki kekhasan Cara
Wimba/CW dan Tata Ungkapan/TU. Demikian juga dengan relief candi Surawana/CS dan
Teras Pendapa Panataran/TPP, juga menarik diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan

deskripsi perbandingan bahasa rupa pada kedua relief candi secara kosmologis. Tujuan
tersebut sesuai dengan breakdown rumusan masalahnya, yaitu: (1) persamaan bahasa
rupa kedua relief; (2) perbedaan bahasa rupa kedua relief; dan (3) kekhasan bahasa rupa
kedua relief. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Fo-kus kajiannya adalah bahasa rupa kedua relief. Pengumpulan datanya Purpossive
Sam-pling. Analisis data awal dilakukan dengan metode Kepustakaan kemudian
dilanjutkan dengan Model Analisis Interaktif. Kemudian secara deskriptif kuantitatif
1

Staf Pengajar Jurusan Seni Rupa-Universitas Negeri Semarang; E-mail: dwibudihartounnes@yahoo.com.

C-43

dilakukan analisis persentase dan dilanjutkan dengan analisis kategorisasi/derajat
kesamaan/DK berdasarkan Tabrani (1991). Berdasarkan DK ini kemudian dilakukan
analisis deskriptif kualitatif yang memberikan makna terhadap persentase dan angkaangka kategori tersebut serta memberikan penjelasan/argumentatif berdasarkan pustaka
terkait yang dicrosscheck kembali secara triangulasi untuk menjaga validitasnya.
Berdasarkan penelitian ini dihasilkan beberapa simpulan: (1) bahasa rupa kedua relief
memiliki banyak persamaan, DK CWnya sebesar 92%, sedangkan DK TUnya sebesar
81%. Persamaan kedua candi adalah menggunakan beberapa bahasa rupa modern dan

bahasa rupa tradisi, diantaranya: MLS, Diperbesar, Diperkecil, dari Kepala-Kaki, Sudut
Wajar, Aneka Tampak, Sinar X, < Asli; (2) perbedaan bahasa rupa kedua relief adalah
terdapatnya perbedaan frekuensi pemakaian bahasa rupa oleh keduanya, diantaranya
adalah cara: Sinar X, Penumpukan, Sudut Lihat Atas, Sudut Lihat Bawah, Arah Lihat KiriKanan, Arah Lihat Atas-Bawah, Arah Lihat Tengah-Pinggir; (3) kekhasan bahasa rupa
kedua relief adalah: tidak banyak menggunakan bahasa rupa modern tetapi cenderung
menggunakan bahasa rupa tradisi diantaranya adalah cara: Digeser, Sejumlah Latar,
Tepi bawah = Garis Tanah, Identifikasi Ruang, Cara Gerak, Aneka Ruang dan Waktu,
Kembar, Lapisan Latar, flashback, Arah lihat belahan/kisi-kisi secara prasavya,
Diperbesar, Rinci Diperbesar, Tampak khas, Sinar X, Frekuensi Penampilan, dan Arah
Lihat Pradaksina.
Kata Kunci: Bahasa Rupa Tradisi, Bahasa Rupa Modern, Cara Wimba, Tata Ungkapan,
Candi Surawana, Teras Pendapa Panataran.
Pendahuluan:
Bahasa rupa relief candi di Indonesia yang pernah diteliti menunjukkan bahwa relief-relief
candi di Indonesia memiliki kekhasan bahasa rupa (pada Cara Wimba/CW dan Tata
Ungkapan/TU), yaitu bahasa rupa tradisi atau bahasa rupa pendahulu (sebutan Tabrani).
Demikian juga dengan relief candi Surawana dan Teras Pendapa Panataran/TPP, juga menarik
untuk diteliti dimungkinkan juga memiliki kekhasan bahasa rupa. Kekhasan ini muncul
dimungkinkan karena tahun pembuatan kedua candi sedikit berbeda, Teras Penda-pa
Panataran dibuat tahun 1297 S/1375 M (masa Hayamwuruk), sedangkan data sementara

menyebutkan bahwa candi Surawana dibuat pada tahun 1388 M (masa Hayamwuruk). Jadi
perbedaannya terpaut 13 tahun. Walaupun sedikit berbeda tahun pembuatannya, namun
kosmologi penciptaan masih relatif sama yaitu pada masa raja Hayamwuruk Majapahit dan
masih dalam balutan sistem religi Hindu. Menurut Tabrani (1991) bahasa rupa secara
ontogeni dan filogeni sangat tepat jika digunakan sebagai ‘pisau analisis’ pada karya-karya
Seni Rupa dan desain yang bersifat naratif/bercerita.
Kesesuaian ini bersifat kosmologis, buktinya didapat dari hasil penelitian Tabrani (1991),
yaitu terdapatnya persamaan bahasa rupa pada kategori 1 (urutan ke-1) yang dipakai oleh
beberapa artefak yang diteliti [wayang beber Jaka Kembang Kuning/JKK (wakil masa Klasik
Hindu Budha s.d. Islam), lukisan gua (wakil masa Prasejarah), relief Lalitavistara Borobudur
(wakil masa Klasik Budha) dan gambar anak-anak (bahasa rupa pendahulu)]. Berdasarkan hal
itu maka secara ontogeni dan filogeni perkembangan bahasa rupa anak (pendahulu) dapat
dibagankan sbb.:

C-44

Keterangan:
* Anak-anak menurut Tabrani adalah anak-anak masa kini, menurut penulis sebenarnya bisa juga anak-anak masa lalu, karena sebutan
masa kini oleh Tabrani hanya dimaksudkan agar para pembaca lebih mudah membayangkan kondisinya & membandingkannya
dengan keadaan sekarang/masa kini. Pada fase ke-1, baik anak-anak dari manusia prasejarah/primitif, anak-anak manusia tradisi, dan

anak-anak orang modern/yang belum pernah sekolah memiliki bahasa rupa yang sama (faktor hereditas dominan). Pada fase ke-2
manusia prasejarah/primitif masih meneruskan bahasa rupa yang sama dengan masa anak-anaknya (faktor hereditas dominan). Pada
fase ke-2 ini bahasa rupa yang digunakannya, menurut Tabrani (1991) disebut bahasa rupa ‘pendahulu’. Berbeda dengan manusia
modern, pada fase ke-2 ini sudah memiliki bahasa rupa yang berbeda dengan masa anak-anaknya, karena sudah mengenal budaya
/sekolah modern. Demikian perkembangannya, dst.
(?) Masih perlu dikaji atau diteliti lagi tingkat perkembangan filogeni selanjutnya.

Gambar 1: Tingkat perkembangan filogeni manusia (khususnya Indonesia) dalam
berbahasa rupa
Bahasa rupa digunakan sebagai ‘pisau analisis’ dalam penelitian ini karena bahasa ru-pa
sesuai dengan kosmologi penciptaan relief candi masa Klasik Hindu-Budha (secara ontogeni
dan filogeni) (Harto, 1999; Tabrani, 1991). Berdasarkan latar belakang dan cu-plikan
beberapa pustaka sebagaimana diuraikan sebelumnya maka ditetapkan tujuan pene-litian
yaitu: “untuk mendapatkan deskripsi tentang perbandingan bahasa rupa yang digunakan oleh
relief Teras Pendapa Panataran dan bahasa rupa relief candi Sura-wana secara kosmologis”.
Tujuan tersebut sesuai dengan rumusan masalahnya, yang di-breakdown menjadi 3
permasalahan: (1) persamaan bahasa rupa relief candi Surawana dan TPP; (2) persamaan
bahasa rupa relief candi Surawana dan TPP; dan (3) kekhasan bahasa rupa relief candi
Surawana dan TPP.
Materi dan Metode:

Secara strategis, penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dan
deskriptif kualitatif. Data kuantitatif dan penyajiannya dalam penelitian ini adalah frekuensi
CW atau TU yang digunakan pada relief candi yang ditabulasikan. Sedangkan data kualitatif
berupa deskripsi tentang relief candi, dan latar belakang penciptaannya.
Pengumpulan data dilakukan secara Purpossive Sampling yang didasarkan karakter atau sifat
khas dari sampel relief yang memiliki jenis bercerita, bukan yang hiasan atau konstruksi.
Lebih khusus lagi dipilih relief bercerita yang memiliki kesamaan cerita antara relief candi
Surawana dan Teras Pendapa Panataran. Kesamaan cerita menjadi pertimbang-an, karena
mengacu pada tingkat homogenitas cerita tersebut, sehingga lebih setara jika dibandingkan
bahasa rupanya. Kesamaan cerita pada kedua candi adalah munculnya cerita Bubuksah
Gagangaking dan Sri Tanjung. Jika merujuk pendapat Sugiyono (2009: 208) yaitu dilihat dari
fokus penelitiannya maka dapat digolongkan sebagai penelitian populasi, karena semua panel
relief yang menjadi fokus penelitian diamati/diteliti.

C-45

Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi (Sutopo, 1996: 59-62), yaitu
pengamatan di lokasi candi dengan melihat gelap terang, pencahayaaan, pengamatan terhadap
relief yang aus, melihat keruntutan cerita berdasarkan karya sastra, literatur, kitab, dan lainlain yang mendasarinya. Semua pengamatan lapangan (observasi) ini dicatat atau
didokumentasi (Sutopo, 1996: 63), dengan cara disket/digambar (terutama relief yang telah
aus) serta didokumentasi dengan bantuan alat potret.

Model 1: Model analisis interaktif (Sutopo, 1996: 87)
Validitas data dilakukan dengan cara triangulasi data. Cara triangulasi ini diterapkan pada
triangulasi gambar/hasil potret dengan gambar dari literatur, atau pencocokkan (cross-check)
angka tahun dari berbagai prasasti dan kitab, cross-check antar hasil penelitian yang pernah
dilakukan peneliti maupun orang lain. Relief dua candi dibandingkan secara des-kriptif.
Sebelum dibandingkan bahasa rupanya maka perlu dilakukan analisis data dengan metode
Penelitian Kepustakaan (Zed, 2008). Penelitian Kepustakaan dilakukan pada ceri-ta relief
(karya sastra) yang mendasari penciptaan kedua relief candi yang dibandingkan.
Berdasarkan pendekatan Kualitatif, analisis datanya menggunakan Model Analisis Interaktif,
dalam hal ini pengumpulan data, reduksi data, sajian data, penarikan simpulan/verifikasi
terjadi secara simultan dan bisa berulang (lihat model 1).
Sebagai penelitian deskriptif kuantitatif maka digunakan analisis statistik deskrip-tif. Statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat simpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009:
2007-2008). Selanjutnya Sugiyono menjelaskan bahwa di sisi lain penelitian yang dilakukan
pada sebuah sampel, analisis datanya dapat pula menggunakan statistik deskriptif dan statistik
inferensial. Statistik inferensial dibagi menjadi 2 yaitu: statistik parametrik dan statistik non
parametrik (diadaptasi dari Sugiyono, 2009: 207-209).
Karena, penelitian ini dapat dipandang sebagai sampel dan dapat pula dipandang sebagai
populasi yaitu relief cerita Bubuksah Gagangaking dan Sri Tanjung pada candi Surawana dan
Teras Pendapa Panataran maka analisis datanya tidak menggunakan statistik inferensial, tetapi
menggunakan statistik deskriptif (persentase). Analisis datanya dilakukan dengan
membandingkan persentase penggunaan bahasa rupa kedua candi (relief cerita Bubuksah
Gagangaking dan Sri Tanjung). Saat membandingkarannya tidak menggunakan statistik
parametrik maupun statistik non parametrik, tetapi menggunakan Model Studi Perbandingan
(Tabrani, 1991) sebagai berikut:
1. Penyetandaran/penyeragaman jumlah data dilakukan secara prosentase/persentase, kare-na
jumlah panel relief cerita Bubuksah Gagangaking dan Sri Tanjung pada candi Surawana dan Teras Pendapa Panataran tidak sama (diadaptasi dari Tabrani, 1991: 642).
2. Untuk tiap jenis cara pada Cara Wimba digunakan patokan sebagai berikut:
C-46

Tabel 1: Patokan analisis bahasa rupa berdasarkan kategorinya (diadaptasi dari Tabrani,
1991: 642-643)
Kategori

Keterangan
Nilai Sebutan
• Untuk tiap cara dari suatu jenis Cara Wimba, jika
perbedaan cara yang digunakan sampai dengan 10%
(