Tingkat Kesadaran Pegawai Baitul Maal Wa Tamwil Dalam Membuat Perencanaan Keuangan Syariah (Studi Pada Pegawai Baitul Maal Wa Tamwil Di Kota Tangerang Selatan)

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)

Oleh:

ACHMAD NAJMUDIN NIM: 108046100046

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemukakan hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau merupakan hasil

jjplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di universitas islam negeri (UIN) Syarif Hdiayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Desember 2014


(5)

i

Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 1435H/2014 M. Ix 110 halaman Daftar Pustaka + 56 halaman Lampiran.

Tujuan penelitian Skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan pemahaman pegawai Baitul Maal Wat Tamwiil (BMT) tentang perencanaan keuangan syariah dan bagaimana tingkat kesadaran mereka dalam membuat perencanaan keuangan syariah dan khususnya strategi dalam mengelola harta berdasarkan teori ISLAMIC dalam hal ini adalah pegawai BMT yang berlokasi di Kota Tangerang Selatan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis Deskriptif Kuantitatif dengan cara mengumpulkan data melalui survei dengan alat berupa kuesioner.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman pegawai BMT terhadap perencanaan keuangan syariah adalah tinggi, dari 39 responden sebanyak 24 responden dengan persentase 61,5% tahu arti dari perencanaan keuangan syariah. Adapun strategi pegawai BMT dalam mengelola harta adalah sangat baik. Dari 39 responden sebagian besar setuju, sebanyak 21 responden dengan presentase 53,8% setuju dengan rutin merencanakan keuangan untuk pendidikan anak, sebanyak 17 responden dengan presentase 43,6% setuju dengan rutin merencanakan keuangan untuk asuransi kesehatan keluarga, sebanyak 22 responden dengan presentase 56,4% setuju dengan rutin keuangan untuk membayar zakat setiap tahunnya, dan sebanyak 22 responden dengan presentase 56,4% setuju dengan rutin merencanakan keuangan untuk mengelola hutang dan sebanyak 15 responden dengan presentase 38,5% setuju dengan rutin merencanakan keuangan untuk mengelola hutang.

Kata kunci: Tingkat Kesadaran, Perencanaan Keuangan Syariah, Pegawai BMT, Deskriptif Analisis.

Daftar Buku: 26, web: 6, lampiran: 25 Pembimbing: Dr. Phil, JM. Muslimin, MA Daftar Pustaka: Tahun 1982 sampai dengan 2013


(6)

ii

Program Muamalat (Islamic Economics) Faculty of Sharia and Law, Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 1435H/2014 M. Ix + 110 page Bibliography Appendix page 56.

The research objective of this thesis is to investigate how knowledge and understanding of employee Baitul Maal Wat Tamwiil ( BMT ) of Islamic financial planning and how their consciousness in the Islamic financial planning and strategy, especially in managing the assets based ISLAMIC theory in this case is located BMT employee in South Tangerang City.

In this study the authors using Quantitative Descriptive analysis by collecting data through a survey by means of questionnaires.

Conclusion of this research is the results of the study showed that the level of knowledge and understanding of the BMT employees Islamic financial planning is high, as many as 24 of the 39 respondents with the percentage of 61.5% of respondents know the meaning of Islamic financial planning. The BMT employee strategies in managing the assets is very good. Of the 39 respondents largely agreed, as many as 21, with a percentage of 53.8% of respondents agreed with routine financial plan for the education of children, as many as 17, with a percentage of 43.6% of respondents agreed with routine financial planning for family health insurance, as many as 22 respondents with a percentage of 56.4% agreed with the finances to pay Zakat regularly every year, and as many as 22, with a percentage of 56.4 % of respondents agreed with routine financial planning to manage debt and as many as 15, with a percentage of 38.5 % of respondents agreed with routine financial planning to manage debt.

Keywords : Level of Consciousness, Islamic Financial Planning, Employee BMT, Descriptive Analysis.

Book List : 26 Web : 6, Attachments : 25 Supervisor : Dr . Phil, JM . Muslimin, MA Bibliography : 1982 to 2013


(7)

iii

Segala puji Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada Penulis terutama dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam Penulis panjatkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat yang telah banyak berkorban menyebarkan dakwah Islam kepada umat, sehingga mengangkat umat dari kebodohan kepada kecerdasan.

Tiada yang sempurna di dunia ini dan dengan kesadaran, skripsi ini mungkin tak luput dari kesalahan dan kekurangan, tetapi harapan penulis, skripsi ini setidaknya dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya atau mungkin menjadi sumber inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa rintangan dan hambatan yang terus datang silih berganti. Namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas, disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan akhirnya dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapata terselesaikan.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis haturkan terima kasih kepada semua yang telah membantu, baik berupa moril maupun materiil, terutama kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA. MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

iv

3. Mu‟min Rauf, M.A, Selaku sekertaris Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dosen Pembimbing Dr. Phil., JM. Muslimin, M.A, yang telah memberikan ilmu, waktu, dan bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ananda haturkan terimakasih kepada Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Bapak Sardih Lasim Miin dan Ibunda Askah Askiawati karena berkat do‟a, motivasi, kasih sayang, perhatian dan bantuan (moril, materil dan spiritual) yang telah diberikan ayahanda dan ibunda tercinta kepada ananda dengan tulus.

6. Segenap Pegawai Baitul Maal wa Tamwil se-Kota Tangerang Selatan atas waktu luangnya dan kemudahan dalam pemberian data yang penulis butuhkan.

7. Segenap Dosen serta para Pimpinan dan Staf Perpustakaan baik Perpustakaan Utama

maupun Perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dengan tulus ikhlas, serta fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan dalam penyusunan skripsi.

8. Sahabat seperjuangan semasa kuliah, terima kasih untuk motivasi, dukungan, bantuan, dan kebersamaannya selama ini.

9. Teman-teman Perbankan Syariah kelas B angkatan 2008, khususnya S. Fikri Thariq, Teuku Ihsan Khadafi, Ahmad Al-Ghazali, dan Arza.


(9)

v

11. Sari Ardiyanti Rahayu, selaku pegawai IPOT yang telah memberikan fasilitas internet serta tempat kantornya untuk penulis dalam pencarian bahan-bahan skripsi.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Demikianlah Penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, karena

berkat do‟a, motivasi, fasilitas, arahan dan bimbingan dari mereka Penulis dapat segera

menyelesaikan skripsi ini. Dan penulis juga menyadari bahwa segala bantuan dan motivasi yang penulis peroleh tidak dapat terbayar oleh apapun, hanya doa yang dapat penulis panjatkan semga pahala berlipat ganda dilimpahkan Allah swt kepada kita semua dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Amin Ya robal‟ alamin.

Jakarta, 31 Desember 2013


(10)

vi

LEMBAR PERNYATAAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Tingkat Kesadaran ... 14

B. Pemahaman Perencanaan Keuangan ... 17

C. Perencanaan Keuangan Syariah ... 20

1. Tujuan dan Perbedaan Perencanaan Keuangan Syariah ... 23

2. Konsep Harta Dalam Islam ... 25


(11)

vii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 52

B. Lokasi Penelitian ... 53

C. Populasi dan Sampel ... 53

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 52

E. Objek Penelitian ... 56

F. Sumber Data ... 56

G. Teknik Pengumpulan Data ... 57

H. Uji Instrumen Penelitian ... 60

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 61

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden ... 72

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

2. Responden Berdasarkan Status Marital ... 73

3. Responden Berdasarkan Penghasilan Bulanan ... 75

4. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 76

B. Analisis Data ... 77


(12)

viii

C. Hasil Analisis Data ... 106

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(13)

ix

Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ... 46

Tabel 3.1 Populasi Baitul Mal wa Tamwil ... 53

Tabel 3.2 Baitul Mal wa Tamwil yang Menjadi Sampel ... 55

Tabel 3.2 Format Respon Pegawai Untuk Pernyataan Positif ... 59

Tabel 3.3 Kaidah Reliabilitas GuilfordFrutcher ... 62

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Pemahaman Perencanaan Keuangan ... 62

Tabel 3.5 Reliabilitity Statistics Dimensi Pemahaman Perencanaan Keuangan ... 63

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Pemahaman Perencanaan Keuangan Syariah ... 63

Tabel 3.7 Reliabilitity Statistics Dimensi Pemahaman Perencanaan Keuangan Syariah ... 64

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Aspek Kognitif ... 66

Tabel 3.9 Reliabilitity Statistics Dimensi Aspek Kognitif ... 66

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Aspek Afektif ... 67

Tabel 3.11 Reliabilitity Statistics Dimensi Aspek Afektif ... 67


(14)

x

Tabel 3.15 Reliabilitity Statistics Dimensi Strategi Pegawai Dalam Mengelola

Harta ... 70

Tabel 4.1 Jumlah Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

Tabel 4.2 Jumlah Respoden Berdasarkan Status Marital ... 74

Tabel 4.3 Jumlah Respoden Berdasarkan Penghasilan Bulanan ... 75

Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 76

Tabel 4.5 Apakah Saudara Mengetahui Arti dari Perencanaan Keuangan ... 78

Tabel 4.6 Apakah Saudara Mengetahui Arti dari Perencanaan Keuangan Syariah ... 79

Tabel 4.7 Saya Mengetahui Bahwa Pendapatan Yang Saya Peroleh Haruslah Bersumber Dari Usaha Yang Halal ... 80

Tabel 4.8 Saya Mengetahui Bahwa Menabung Menjadi Kata Kunci Dalam Memotivasi Untuk Mengatur Pengeluaran Dengan Lebih Baik ... 80

Tabel 4.9 Saya Mengetahui Bahwa Dalam Islam Dianjurkan Untuk Mempersiapkan Bekal di Kehidupan Akhirat ... 81

Tabel 4.10 Saya Mengetahui Bahwa Biaya Untuk Kebutuhan Masa Pensiun Diperlukan Persiapan Sedini Mungkin ... 82


(15)

xi

Tabel 4.12 Saya mengetahui Dalam Asuransi Syariah Terdapat Produk-Produk Asuransi Seperti Asuransi Kesehatan, Asuransi Pendidikan, Asuransi Kecelakaan, Asuransi Jiwa dan Juga Asuransi Kerugian ... ... 84 Tabel 4.13 Saya Mengetahui Dalam Mengelola Hutang Harus Dikelola Dengan

Sebaik Mungkin ... 85 Tabel 4.14 Saya Mengetahui Fasilitas Hutang Hanya Digunakan Untuk Kebutuhan Dasar Bersifat Produktif, Bukan Memenuhi Keinginan Yang Bersifat Konsumtif ... 86 Tabel 4.15 Saya Mengetahui Kebutuhan Dimasa Yang Akan Datang Menjadi Kunci Sebelum Melakukan Investasi ... 87 Tabel 4.16 Saya Mengetahui Dalam Mensucikan Harta Merupakan Bagian Dari Perintah Allah Yang Harus Ditunaikan ... 88 Tabel 4.17 Saya Paham Bahwa Setiap Harta Yang Diperoleh Secara Halal Akan Membawa Keberkahan Di dunia dan Keselamatan Di Akhirat ... 88 Tabel 4.18 Saya Paham Bahwa Besarnya Pengeluaran Yang Tidak Terjadi Lebih Banyak Karena Tidak Bisanya Membedakan Antara “Kebutuhan” dengan “Keinginan” ... 89

Tabel 4.19 Saya Paham Dalam Masa Pensiun Bukan Berarti Terlepas Dari Kebutuhan Financial ... 90


(16)

xii

Diperhatikan Faktor Hukum Syariah Untuk Menghindari Transaksi Hutang Yang Mengandung Unsur Riba ... 92 Tabel 4.22 Saya Sadar Akan Adanya Kebutuhan Masa Depan Dengan Tingkat Priorotas Yang Tinggi, Hal Ini Menjadi Motivasi Saya Dalam Melakukan Investasi ... 93 Tabel 4.23 Saya Paham Dengan Jelas Perintah Allah Untuk Berzakat ... 94 Tabel 4.24 Selain Penghasilan Yang Diperoleh Dari Pekerjaan, Saya Juga Mencari Usaha Apa Saja Yang Tentunnya Halal ... 95 Tabel 4.25 Saya Sudah Melakukan Investasi Guna Mengantisipasi Kebutuhan Dimasa Yang Akan Datang ... 96 Tabel 4.26 Saya Sudah Mempersiapkan Biaya/Financial Untuk Masa Pensiun Agar Dapat Memperoleh Pendapatan Setelah Memasuki Periode Pensiun ... 97 Tabel 4.27 Untuk Melindungi Diri Dari Kerugian Dimasa Yang Akan Datang, Saya Sudah Mengikuti Program Asuransi Syariah ... 98 Tabel 4.28 Saya Sudah Membatasi Hutang Agar Jumlah Total Pembayaran Bulanannya Tidak Melebihi 30% Dari Penghasilan Saya ... 99 Tabel 4.29 Saya Tertarik Berinvestasi di Bank Syariah ... 101 Tabel 4.30 Setiap Penghasilan Yang Saya Peroleh Akan Dikeluarkan Zakatnya

2,5 % Karena Ada Hak Yang Bukan Milik Kita Dari Harta Tersebut 102


(17)

xiii

Tabel 4.34 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Mengelola Hutang ... 105 Tabel 4.35 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Berinvestasi ... 105


(18)

xiv

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 48

Gambar 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin ... 73

Gambar 4.2 Karakteristik Status Marital ... 74

Gambar 4.3 Karakteristik Penghasilan Bulanan ... 75


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diikuti dengan perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah nonbank lainnya. Program linkage antara bank syariah dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah, dalam hal ini Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul Mal wal Tamwil (BMT), bahkan dikembangkan pula sinergitasnya dengan lembaga-lembaga keuangan sosial seperti institusi zakat dan wakaf untuk menopang perluasan sektor riil dan Usah Kecil Menengah. Saat ini, jumlah BMT di Indonesia mencapai lebih dari 3.308 buah menurut Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK). Sebagai lembaga keuangan berbasis syariah, BMT di Indonesia berprospek tumbuh karena didukung oleh potensi sumber daya alam yang melimpah, potensi sumber daya manusia, di mana mayoritas penduduknya adalah beragama Islam, dan mampu menyelaraskan gerak roda perekonomian umat terutama ekonomi mikro.

Sejak awal berdirinya, BMT-BMT dirancang sebagai lembaga ekonomi. Dapat dikatakan bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bahwa yang miskin dan nyaris miskin. Sebagian besar BMT, sejak awal memang berbentuk koperasi sudah dikenal luas oleh masyarakat dan bisa memberi status


(20)

legal formal yang dibutuhkan. Akan tetapi pula, ada BMT yang pada awalnya hanya bersifat organisasi kemasyarakatan informal, atau semacam paguyuban dari komunitas lokal. Masalah bentuk dan dasar hukum sering belum terasa penting pada awalnya. Ketika kegiatan BMT bersangkutan mulai tumbuh pesat, baru terasa ada kebutuhan untuk membenahi aspek-aspek keorganisasiannya. Hampir semua BMT kemudian memilih koperasi sebagai badan hukum, atau paling kurang dipakai sebagai konsep pengorganisasiannya.

Hal yang menarik untuk dicermati adalah fatwa fenomena pendirian dan pengembangan BMT, ternyata tidak hanya dibatasi oleh pertimbangan ekonomis. Ada gairah untuk mendasari seluruh aktivitas BMT dengan nilai-nilai Islam, sesuai dengan penyebutan diri yang mengandung konotasi Islam. Selain itu, sebagian BMT memang lahir dan berkembang dari komunitas keislaman, seperti jamaah masjid, jamaah pengajian, pesantren, organisasi kemasyarakatan Islam, atau sejenisnya. Ada yang berasal dari kesepakatan dalam forum silaturrahmi atau forum ilmiah yang sedang membicarakan masalah keuangan ilmiah ekonomi Islam, atau pemberdayaan ekonomi umat. Ada pula yang diinisiasi oleh individu atau perseorangan yang berniat membantu orang lain, khususnya yang seiman. Pendek kata, hampir selalu ada keterkaitan BMT dengan Islam sebagai suatu ajaran ataupun dengan kepedulian pada kehidupan ekonomi umat Islam.1

1

Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta, PT. Rajawali Press, 2009, h.83-84..


(21)

Fakta-fakta atau fenomena tumbuh dan berkembangnya BMT bisa disebut sebagai gerakan BMT. Penyebutan sebagai gerakan adalah untuk menekankan aspek idealistik BMT yang ingin memperbaiki nasib masyarakat golongan ekonomi bawah serta keterkaitannya dengan nilai-nilai Islam. Penyebutan sebagai gerakan juga sebagai penghormatan dan penghargaan bagi para penggiatnya, yaitu mereka yang merintis, mengelola, dan mengembangkan BMT. Para penggiat tersebut pada umumnya mereka bersedia berkorban materi atau tenaga, sekurang-kurangnya bersedia mendapat imbalan kerja yang relatif lebih rendah dibandingkan jika bekerja di tempat lain. Padahal, sebagian dari mereka memiliki kapabilitas pribadi yang cukup memadai, yang jika diinginkan, sangat memungkinkan bagi mereka bergiat di tempat lain dengan imbalan ekonomi yang jauh lebih baik.2

Berdasarkan hasil survei penulis dengan beberapa pegawai BMT di Kota Tangerang Selatan, bahwa mayoritas pegawai yang bekerja di BMT adalah lulusan sekolah menengah atas (SMA) dengan rata-rata penghasilan yang mereka terima setara dengan pendapatan UMK (Upah Minimum Kabupaten) untuk kota Tangerang Selatan sebesar Rp.2.200.000, untuk tahun 2013.3 Akibatnya mereka

2

Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta, PT. Rajawali Press, 2009, h.81.

3

Daftar UMP dan UMK Tahun 2013 artikel diakses pada tanggal 28 Oktober 2013 dari http://fspmiptbi.org/daftar-umr-ump-umk-tahun-2013.


(22)

harus cerdas dan pandai dalam mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pada umumnya salah satu keluhan masyarakat dan khususnya para karyawan ketika mereka menerima gaji adalah mereka sangat tertekan karena gaji yang diterima dianggap terlalu kecil dan tidak pernah bisa mencukupi kebutuhan yang ada. Sedikitnya ada empat penyebab mengapa sering kali gaji yang diperoleh seorang pegawai atau karyawan tidak mencukupi.4

Permasalahan pertama yakni melambungnya biaya hidup. Perbedaan wilayah dan pola hidup antarkota tanpa disadari memberikan efek yang cukup terasa. Sebagai pemecahan, patokan UMR (Upah Minimal Regional) dan UMP (Upah Minimum Propinsi) mulai digunakan sejak berlakunya Undang-Undang Ketenagakerjaan. UMR dan UMP terbukti cukup menolong ketika perbedaan biaya hidup antarkota semakin mencolok. Di sini dapat ditarik hubungan timbal balik yang berbanding lurus antara besarnya gaji dengan biaya hidup pada suatu wilayah. Hampir sama dengan hukum permintaan barang (law of product demand) yang menyatakan “semakin tinggi angka permintaan produk, maka semakin tinggi pula harga jual”, maka tak dapat dipungkiri juga hukum tersebut berlaku pada sistem penggajian di suatu wilayah. Semakin besar gaji yang diperoleh maka semakin tinggi pula biaya hidup suatu wilayah.

4

Anggoro Prasetyo, (Employionaire) Karyawan Berkehidupan Direktur, (PT. Citra Media, 2010), hal. 2.


(23)

Permasalahan yang kedua yakni peningkatan biaya hidup yang berkelanjutan. Dari waktu ke waktu, harga barang-barang kebutuhan manusia justru semakin melambung tinggi. Sejarah pun belum pernah mencatat harga suatu barang mengalami penurunan ketika zaman semakin modern.

Permasalahan yang ketiga yakni pola belanja konsumtif yang masih dibudayakan. Tidak dapat disangkal memang, bagi sebagian besar manusia sangat sukar mengendalikan hasrat berbelanja ketika di tangan mereka justru sedang melimpah uang. Tidak pernah merasa puas merupakan sifat dasar manusia, sedikit mendekati kata serakah. Sifat dasar itu apabila tidak berusaha ditahan akan berakibat fatal bagi manusia itu sendiri. Sebagai akibatnya, penghasilan yang baru saja diterima akan habis begitu saja tanpa tersisa, karena tujuan mereka berbelanja bukan berdasarkan „kebutuhan‟ melainkan hanya mengikuti „keinginan‟ hasratnya.

Permasalahan yang keempat yakni hilangnya kesadaran menyisihkan gaji. Pola hidup konsumtif yang telah lama dianut kaum modern ternyata mampu merobohkan tembok kokoh semacam budaya menabung yang sejak dahulu kala sudah dianut oleh banyak orang sehingga hidup boroslah yang menggantikan.

Ada beberapa alasan mengapa perencanaan keuangan diperlukan sehingga menjadi bagian penting dalam manajemen rumah tangga seorang muslim, yaitu adanya tujuan keuangan yang ingin dicapai, tingginya biaya hidup dari waktu ke


(24)

waktu, keadaan perekonomian Indonesia tidak selamanya baik (ada kalanya krisis), fisik manusia tidak selamanya akan selalu sehat, serta banyaknya produk keuangan yang ditawarkan.

Secara umum kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan di kalangan keluarga muslim sudah cukup tinggi. Meskipun ada juga sebagian yang menganggap rezeki itu sudah sunnatullah sehingga tidak perlu direncanakan atau diprogram segala rupa. Dengan perencanaan keuangan, dapat diharapkan bahwa pola belanja konsumtif yang selama ini menjadi pola belanja mayoritas orang akan lebih terkontrol dengan baik.

Perencanaan keuangan syariah tidak hanya dapat dilakukan oleh pegawai yang memiliki pendapatan yang tinggi, tetapi perencanaan ini juga dapat dilakukan oleh pegawai BMT yang berpenghasilan minim. Keadaan yang pas-pasan bisa terjadi karena perencanaan yang kurang teliti dalam membelanjakan uang yang dimiliki. Selain itu aspek ibadah terkadang luput dari perhitungan, padahal zakat, infak, dan sedekah dapat meningkatkan rezeki seseorang bila memang dikeluarkan secara ikhlas.

Perbandingan standar gaji antara pegawai bank syariah dengan pegawai BMT sudah jelas tentu memiliki perbedaan yang nyata. Oleh sebab itu, peneliti akan melakukan penelitian berkaitan dengan bagaimana tingkat kesadaran,


(25)

pengetahuan, pemahaman, dan sikap pegawai BMT dalam membuat perencanaan keuangan syariah sehingga peneliti tertarik mengambil lokasi penelitian di BMT.

Tingkat pendapatan dan pendidikan seseorang sangat berkaitan erat satu dengan yang lainnya, sehingga biasanya orang yang memiliki tingkat pendapatan yang besar cenderung mengenyam pendidikan yang tinggi begitu pula sebaliknya. Dengan pendapatan dan pendidikan yang berbeda seseorang akan mempunyai persepsi yang berbeda pula pada suatu hak, misalnya dalam membuat perencanaan keuangan syariah.

Dengan mengetahui bagaimana tingkat kesadaran pegawai BMT dalam membuat perencanaan keuangan syariah, maka akan diperoleh gambaran umum perekonomian pegawai BMT terutama mengenai tujuan hidup mereka serta bagaimana cara mereka mewujudkan tujuan tersebut. Tingkat pendapatan, pendidikan serta jenis kelamin yang berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan ketertarikan pegawai BMTpada perencanaan keuangan syariah.

Dari uraian di atas penulis merasa perlu menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Tingkat Kesadaran Pegawai Baitul Maal Wal Tamwiil Dalam Membuat Perencanaan Keuangan Syariah (Studi Pada Pegawai


(26)

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari latar belakang masalah, timbul beberapa masalah yang mungkin muncul diantaranya:

a. Apakah seseorang pegawai yang berpenghasilan tinggi tidak memerlukan perencanaan keuangan?

b. Apakah seseorang pegawai yang berpenghasilan rendah tidak memerlukan perencanaan keuangan?

c. Sejauhmana tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam membuat perencanaan keuangan syariah?

d. Bagaimana pengetahuan dan pemahaman pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) terhadap perencanaan keuangan syariah?

e. Bagaimana strategi pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam mengelola harta?

2. Pembatasan Masalah

Untuk lebih fokus pada tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) untuk membuat perencanaan keuangan syariah, pada penelitian ini penulis membatasi masalahnya hanya pada bagaimana tingkat kesadaran


(27)

pegawai BMT dalam membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan model kubah kebutuhan (dome of needs) yang dibangun atas 4 prinsip dasar. Dalam hal ini penelitian dibatasi pada salah satu prinsip dasar yaitu menata dan merencanakan keuangan secara Islami dan ditopang oleh 7 pilar yang membentuk kata ISLAMIC yang terdiri dari pendapatan (Income), Pembelanjaan (Spending), kehidupan yang panjang (Longevity), kepastian/jaminan (Assurance), pengelolaan hutang (Management of Debt), investasi (Investment) dan penyucian harta(Cleansing of Wealth).

Area penelitian yaitu pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dengan alasan bahwa pegawai BMT mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai instrumen keuangan syariah. Karena dalam hal ini, pegawai BMT telah mengetahui produk-produk keuangan syariah. Adapun kriteria pegawai BMT yang dimaksud adalah pegawai yang bekerja sebagai pegawai tetap pada BMT.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut:

a. Sejauhmana tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam membuat perencanaan keuangan syariah?


(28)

b. Bagaimana pengetahuan dan pemahaman pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) terhadap perencanaan keuangan syariah?

c. Bagaimana strategi pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam mengelola harta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini memiliki berbagai tujuan, yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam membuat perencanaan keuangan syariah.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam membuat perencanaan keuangan dan perencanaan keuangan syariah.

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam mengelola harta.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi akademisi: Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang permasalahan ekonomi dan keuangan syariah dan sebagai bahan masukan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi


(29)

peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang perencanaan keuangan syariah.

2. Bagi pihak Baitul Maal wa Tamwil (BMT): Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dan informasi tambahan mengenai macama-macam produk-produk keuangan sehingga dapat dijadikan rujukan atau referensi untuk bahan pertimbangan dalam memilih dan merencanakan keuangan syariah.

D. Sistematika Penulisan

Teknik dalam penulisan skripsi ini menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Bahasan -bahasan dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan dari tiap bab tersebut terdiri dari sub bab dengan penjelasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini, penulis membahas tentang kerangka teori yang bersifat umum, yaitu tingkat kesadaran, pemahaman perencanaan keuangan, perencanaan keuangan syariah, tingkat pendapatan dan pendidikan dan kerangka pikir dan konsep.


(30)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu jenis dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel: populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel; objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik uji instrumen penelitian dan teknik pengolahan dan analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah dan sub rumusan masalah, untuk itu perlu dilakukan pembahasan penelitian dengan pembagian sebagai berikut: gambaran umum responden, analisis data ; tingkat pemahaman pegawai BMT pada perencanaan keuangan, tingkat pemahaman pegawai BMT pada perencanaan keuangan syariah, tingkat kesadaran pegawai BMT dalam melakukan perencanaan keuangan syariah dengan mengalokasikan pengeluarannya berdasarkan teori 7 pilar ISLAMIC yang terdiri dari tingkat pendapatan (Stands for Income), pengeluaran (Spending), lanjut usia (Longevity), asuransi (Assurance), manajemen utang (Management of Debt), investasi (Investment), dan zakat (Cleansing of Wealth), kesadaran dalam membuat perencanaan keuangan secara teori, serta uraian, deskripsi, dan analisis data mengenai tingkat kesadaran pegawai BMT dalam membuat perencanaan keuangan syariah dan strategi pegawai BMT dalam mengelola harta.


(31)

BAB V PENUTUP


(32)

14

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tingkat Kesadaran

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kesadaran berasal dari kata „sadar‟ yang berarti insyaf, tahu dan mengerti. Sedangkan kesadaran mempunyai arti keinsyafan dan keadaan mengerti.5 Atensi adalah pemusatan pikiran dalam bentuk jernih dan gamblang terhadap sejumlah objek simultan atau sekelompok pikiran, dan pemusatan kesadaran adalah inti sari dari atensi.

Kesadaran adalah kesiagaan seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di lingkungannya serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran, perasaan dan sensasi-sensasi fisik.6 Kesadaran memiliki dua sisi yaitu tentang pemahaman terhadap stimulus lingkungan sekitar dan akan peristiwa mentalnya sendiri. Dan pada penelitian ini, penulis hanya berfokus pada kesadaran tentang pemahaman terhadap stimulus lingkungan sekitar, bukan pada mentalnya.

Secara harfiah kata “kesadaran” berasal dari kata “sadar”, yang berarti

insyaf, merasa tahu dan mengerti. Jadi, kesadaran adalah tahu dan mengerti. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat

5

Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Balai Pustaka: Jakarta, 2005) h. 975.

6


(33)

menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya.7 Refleksi merupakan bentuk dari pengungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh seseorang merupakan refleksi tentang realitas dan manusia.

Menurut (Pierson dan Trout 2005) menyatakan kesadaran memungkinkan kita melakukan pergerakan yang dibuat oleh kemauan sendiri yang berdasarkan keputusan bukan insting atau refleks, untuk menimbulkan hasil akhir yang baik.8 Sedangkan menurut Bears dan McCgovern mengajukan sejumlah fungsi kesadaran yaitu konteks setting, adaptasi dan pembelajaran, prioritasi, rekrutmen, dan kontrol, pengambilan keputusan, deteksi dan penyuntingan kekeliruan, monitor diri, pengorganisasian dan fleksibitas.9

Kesadaran dalam kamus (a Merriam-Webster 1967:177) tercantum tidak kurang dari 5 arti, yaitu: 1) awareness esp. of something within one self, also; the state or fact., 2) the state of being characterized by sensation, emotion, volition, and thought; mind, 3) the totality conscious state of an individual, 4) the normal state of conscious life, 5) the upper level of mental life ascontassed with unconscious processes. Jadi, kesadaran sebenarnya menunjuk pada interpendensi mental dan interpenetrasi mental, yang masing-masing berorientasi pada „aku‟nya manusia dan pada „kami‟nya.10

7

Pengertian Kesadaran artikel diakses pada 26 Agustus 2013 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadaran 8

Pierson dan Trit dalam Robert L. Solso, “Psikologi Kognitif” h. 250. 9

Bears dan McCgovern dalam Robert L.Solso, “Psikologi Kognitif”, h.252. 10

Soerjono Soekanto, “Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum”, (CV. Rajawali: Jakarta, 1982) h. 150.


(34)

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran adalah keadaan mengerti, paham dan tahu yang direfleksikan dan dialami oleh seseorang terhadap peristiwa-peristiwa yang meliputi pikiran, perasaan, memori serta sensasi-sensasi fisik dalam hidupnya, yang menimbulkan hasrat untuk melaksanakan sesuai dengan pikiran dan yang diketahui.

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian yang ditulis oleh Rahmat Margono menyatakan bahwa kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat. Dan terdapat empat indikator kesadaran hukum yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap hukum, pola prilaku hukum.11 Dari indikator diatas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator kesadaran pegawai dalam perencanaan keuangan adalah: pengetahuan dan pemahaman tentang instrumen keuangan yang membantu dalam merencanakan keuangan syariah, pengetahuan dan pemahaman tentang perencanaan keuangan syariah, sikap dalam mengelola keuangan, perilaku dalam merencanakan keuangan.

Tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek.12 Jadi tingkat kesadaran pegawai adalah susunan yang berlapis-lapis mengenai

11

Soerjono Soekanto dalam Rahmat Margono, “Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat

Cempaka Putih terhadap UU. No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan”, (Skripsi S1 Konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).

12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)h. 1197


(35)

kadar pemahaman, pengertian, dan pengetahuan yang dialami dan direfleksikan oleh suatu kelompok manusia yang hidup secara bersama-sama di suatu wilayah dan terikat oleh batasan-batasan tertentu juga kebudayaan yang dianggap sama akan perencanaan keuangan keluarga.

B. Pemahaman Perencanaan Keuangan

Arti kata Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakaan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.13 Sedangkan paham sendiri bermakna mengerti benar tentang suatu hal.14 Pemahaman berarti proses, cara, perbuatan, memahami dan memahamkan. Memahami adalah mengerti benar akan sesuatu, dan memahamkan adalah mempelajari baik-baik supaya paham.15Jadi, pemahaman yaitu proses, cara perbuatan untuk mengerti benar akan sesuatu dan untuk mempelajari baik-baik supaya paham.

Dari definisi-definisi di atas terdapat perbedaan antara makna kesadaran dan pemahaman, paham hanya untuk sekedar tahu dan mengerti saja tentang suatu hal. Sedangkan makna kesadaran lebih aktif karena dialami dan merefleksikan apa yang diketahuinya, termasuk pemahaman itu.

13

Arif Sukandi Sadiman, “Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar”, (Cet 1: Jakarta: Mediatama Sarana Perkasa, 1946) h. 109.

14

Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Apollo, 1997) h. 454.

15


(36)

Perencanaan keuangan adalah proses merencanakan keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.16 Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dibangun dalam bentuk menabung, melakukan investasi, melakukan budgeting, atau mengatur komposisi harta yang dimiliki saat ini. Tetapi, masih banyak orang yang belum mengerti tentang perencanaan keuangan, dari studi pendahuluan yang penulis lakukan bahwa banyak dari masyarakat yang mengetahui perencanaan keuangan hanya diperuntukkan untuk perusahaan besar dan orang-orang yang mempunyai banyak uang. Padahal, selama ini pemikiran mereka salah, perencanaan keuangan bisa dilakukan oleh semua orang asal ada kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan keuangannya, yaitu dengan cara menangani keuangannya agar pendapatan dan pengeluaran bisa diatur dengan seimbang.

Oleh karena itu, menetapkan tujuan keuangan sejak dini adalah sangat penting karena hal ini merupakan dasar yang baik untuk memulai segalanya, dan dari situlah perencanaan keuangan akan dimulai dan untuk mencapainya mungkin akan diperlukan adanya pengorbanan.17 Melalui perencanaan keuangan, tujuan keuangan seseorang mempunyai arti dan arah yang pasti. Dengan merencanakan keuangan pribadi dapat membantu seseorang untuk mendapatkan gambaran apa

16

Safir Senduk, “Seri Perencanaan Keuangan Keluarga: Mengelola Keuangan Keluarga”, (PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2000) h. 3.

17

Adler H. Manurung dan Luthfi T. Rizky, “Succesful Financial Planner a Complete


(37)

yang benar-benar diinginkan didalam ataupun diluar setiap tahapan kehidupan, melindungi aset-aset yang dimiliki, mempergunakan utang secara hati-hati, melakukan manajemen resiko dan melatih seseorang untuk mengatur resiko investasi dengan baik, menentukan asuransi perlindungan yang tepat baik untuk jiwa, kesehatan, dan harta kepemilikan, meningkatkan kekayaan dan mengontrol pengeluaran dan biaya-biaya.

Perencanaan keuangan mempunyai beberapa tujuan yaitu tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek dimaksudkan untuk menanggulangi resiko-resiko atau untuk dana darurat yang tidak disangka-sangka, tujuan jangka menengah ditujukan untuk keinginan- keinginan kita seperti tujuan pembelian rumah, dan jangka panjang adalah untuk kebutuhan-kebutuhan jangka panjang seperti pendidikan anak dan lain sebagainya. Selain itu juga tujuan perencanaan keuangan adalah untuk meminimalisasi resiko yang akan timbul di masa yang akan datang yang tidak direncanakan.

Adapun hal-hal yang mempengaruhi perencanaan keuangan untuk pencapaian tujuan keuangan adalah mulai dari umur, jumlah tanggungan dalam keluarga, sampai pada tingkat suku bunga dan inflasi. Dua hal utama yang dapat mempengaruhi perencanaan keuangan adalah faktor hidup pribadi dan faktor ekonomi.


(38)

C. Perencanaan Keuangan Syariah

Islam adalah agama yang komprehensif, integratif, dan holistik yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik besar maupun kecil, pribadi dan sosial, material dan spritual. Sebagai umatnya kita diperintahkan untuk menerapkan Islam secara kaffah, baik aqidah, akhlak, ibadah maupun muamalah yang termasuk di dalamnya kegiatan ekonomi dan bisnis. Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 208 menyatakan:

Artinya: ...“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya

syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah: 208)

Firman Allah SWT dalam surah Al-Hasyr ayat 18 menyatakan:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan.”(Al-Hasyr: 18)

Firman Allah SWT dalam surah Al-Ra‟du ayat 11 menyatakan:

Artinya:“...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...(Ar Ra‟du: 11)


(39)

Jelas sekali dalam ayat tersebut, kita sebagai manusia diperintahkan oleh Allah SWT untuk merencanakan apa yang kita perbuat untuk masa depan. Berikhtiar secara maksimal dengan melakukan perencanaan untuk situasi terburuk dan berharap untuk yang terbaik, setelah itu bertawakal kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya.18

Di dalam keluarga muslim, perencanaan merupakan salah satu bagian usaha manusia untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik. Diantaranya, berikhtiar secara maksimal dengan melakukan perencanaan untuk situasi terburuk dan berharap untuk yang terbaik, dan juga bertawakal kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya.

Dalam Islam, perencanaan keuangan tidak hanya sekedar proses akuisisi dan pengumpulan kekayaan tetapi memiliki definisi yang luas yang berkaitan dengan konsep khalifah. Karena tugas manusia sebagai khalifah Allah adalah untuk memanfaatkan semua nikmat Allah di bumi untuk kepentingannya sendiri.

Menurut Sri Khoirotun, perencanaan keuangan secara teori berarti proses mengelola keuangan yang sedemikian rupa sehingga kita dapat mencapai keuangan ekonomis tertentu.19 Sedangkan Dorimulu dalam artikelnya, menyatakan bahwa perencanaan keuangan atau Finacial Planning merupakan

18

Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, “Fiqih Keuangan Syariah” (Jakarta: MudaMapan Publishing, 2010) h. 2

19

Sri Khoirotun, RFA, “Cerdas dan Cerdik Mengelola Uang”, (Trans Media: Jakarta, 2009) h.5


(40)

proses mencapai tujuan hidup yakni masa depan yang sejahtera dan bahagia lewat penataan keuangan”.20 Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar dapat mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.21

Pada dasarnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah adalah perencanaan keuangan yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan investasi, asuransi dan aktivitas lain dalam rangka mensejahterakan hidupnya di dunia dan di akhirat dengan menerapkan prinsip-prinsip syariat Islam dalam setiap aktivitas perencanaan keuangan. Dan proses perencanaan keuangan syariah juga dimulai dari meluruskan niat, untuk merencanakan masa depan tanpa melupakan unsur takdir.

Fenomena perencanaan keuangan syariah makin dikenal oleh masyarakat, seiring berjalan dengan kesadaran masyarakat akan kebutuhan penerapan syariah dalam kegiatan keuangan atau tergerak dengan maraknya pertumbuhan perbankan syariah. Konsep perencanaan keuangan syariah adalah konsep perencanaan keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah Islam. Islam mengajarkan

20Dorimulu (2003) dalam Yohnshon, “

Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan

Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya”, (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009) h.57

21

Mega Resti Wulandari, “Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah

Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir”( Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h.22


(41)

pada para umatnya untuk melakukan ritual keagamaan yang sering disebut ibadah dan juga mengajarkan tata cara melakukan kegiatan ekonomi dan pengelolaan harta. Terdapat 5 pilar dalam perencanaan keuangan keluarga secara Islami yaitu:22

a. Mengelola kekayaan melalui cashflow yang sesuai syariah b. Mengumpulkan kekayaan dengan Investasi yang syariah c. Melindungi kekayaan melalui Asuransi syariah

d. Mendistribusikan kekayaan melalui Waris, Wasiat, Wakaf, Hibah, Infaq dan Shodaqah.

e. Membersihkan Kekayaan dengan mengeluarkan Zakat. 1. Tujuan dan Perbedaan Perencanaan Keuangan Syariah

Dalam menetapkan tujuan keuangan merupakan dasar dari proses merencanakan, melaksanakan, dan memonitor perencanaan keuangan pribadi maupun keluarga. Adapun tujuan dari perencanaan keuangan syariah adalah bukan hanya mengejar kepentingan materi semata, tapi juga kesuksesan di akhirat (al-falah).23 Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai pegangan dalam menetapkan tujuan keuangan yaitu, pertama, harus realistis karena tujuan

22

Shinta Rahmani, “5 Pilar Perencanaan Keuangan Keluarga Secara Syariah‟‟artikel ini diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 dari http://amanahsharia.wordpress.com/2011/01/31/5-pilar-perencanaan-keuangan-keluarga-secara-syariah/

23

Ghozali, “Perencanaan Keuangan Konvensional Vs Syariah”, artikel ini diakses pada tanggal 4 September 2013 dari http://gozz.multiply.com/journal/item/38/Perencanaan-Keuangan-Konvensional-vs-Syariah?&show_interstitial=1&u%2journal%2Fitem


(42)

keuangan harus didasarkan oleh besarnya pendapatan dan kondisi kehidupan, kedua, harus spesifik dan terukur dalam arti untuk mewujudkan sesuatu yang memiliki kekhususan atau perbedaan dengan yang lain, ketiga, target waktu karena tujuan keuangan harus memiliki target waktu yang jelas kapan harus terwujud, dan keempat, tindakan yang harus dilakukan atau dicapai.24

Perbedaan yang paling mencolok dari perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan keuangan syariah adalah penyucian harta. Di bawah ini terdapat beberapa perbedaan perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan keuangan syariah itu:

Tabel 2.1

Perbedaan Perencanaan Keuangan Biasa dengan Perencanaan Keuangan Syariah

Konvensional Syariah

Tujuan Perencanaan Keuangan

Membuat masa depan lebih pasti dan terjamin

Mencapai kekayaan (nilai materialistis) saja

Merencanakan masa depan, tanpa melupakan unsur takdir (tawakal)

Kesuksesan dunia dan akhirat (al-falaah)

Penentuan Tujuan Keuangan

Bebas disesuaikan dengan keinginan klien

Sesuai dengan keinginan klien, dengan mempertimbangkan prioritas wajib dan sunnah menurut ajaran agama Islam Aspek Legalitas

Transaksi Keuangan

Legalitas hukum perdata

Legalitas hukum perdata dan syariah compliance (tanpa bunga, maysir, gharar)

Landasan Hukum Waris Hukum perdata, hukum adat, hukum Islam

Hukum waris Islam (faraidh)

24

Taufik Hidayat, “Financial Planning Mengelola dan Merencanakan Keuangan Pribadi dan


(43)

Referensi Produk Keuangan

Semua produk

keuangan

Hanya produk keuangan syariah

Penyucian Harta Diserahkan pada kehendak pribadi klien

Klien diwajibkan untuk menunaikan zakat dan shadaqah lainnya

Sumber: Ghozali, Perencanaan Keuangan Konvensional Vs Syariah

Dapat didefinisikan bahwa perencanaan keuangan syariah merupakan suatu proses perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan, non-keuangan serta rohani untuk jangka pendek, menengah dan panjang baik di dunia ketika masih hidup maupun di akhirat.25

2. Konsep Harta Dalam Islam

Dalam ajaran Islam, manusia adalah khalifatul fil ardh (pemimpin dunia), sesuai dengan posisinya sebagai khalifah maka manusia diberikan kewenangan untuk mengatur urusan dunia agar memperoleh kesejahteraan di dunia maupun di akhirat. Karena memiliki harta adalah hak setiap orang.

Harta dalam Islam berada pada semua orang untuk dikelola oleh seseorang tersebut agar bermanfaat untuk mensejahterakannya di dunia dan akhirat. Jadi seluruh umat manusia berhak untuk mengelola dan memanfaatkannya, tetapi harta bukan mutlak milik kita melainkan pemilik mutlaknya adalah Allah SWT.

25

Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, “Fiqih Keuangan Syariah” (Jakarta: MudaMapan Publishing, 2010) h. 41


(44)

Terdapat 2 variabel proses, yaitu cara memperoleh harta (halal dan tidak halal) dan cara menggunakan harta (benar dan tidak benar). Dalam hal ini, manusia paling tidak digolongkan ke dalam 4 golongan yang digambarkan dalam matriks berikut: 26

Gambar 2.1

Cara memperoleh dan Menggunakan Harta

Halal Merugi Beruntung

Tidak halal Merugi & Celaka Celaka

Dimanfaatkan dengan tidak benar Dimanfaatkan dengan benar

Penjelasan dari 4 golongan di atas yaitu apabila kita termasuk orang yang beruntung adalah orang yang dapat mempertanggungjawabkan kehalalan sekecil apapun harta yang diperolehnya serta kebenaran sekecil apapun harta yang digunakannya. Sangat disayangkan apabila kita termasuk orang yang merugi karena sudah memperoleh harta dengan cara yang halal, namun tidak mampu memanfaatkannya dengan cara yang benar sesuai tuntunan Allah. Selain itu, sebaik apapun kita menggunakan harta, termasuk untuk keperluan ibadah, namun jika harta tersebut diperoleh dari sumber dan cara yang tidak halal, maka tetap saja akan membuat kita termasuk pada golongan orang-orang yang celaka.

26

Eko P Pratomo dan Tim Hijrah Institute, “ Seri Buku Keuangan Keluarga : Membangun Kecerdasan Financial Dengan Nilai-nilai Spritualitas” (PT. Arga Publishing : Jakarta, 2007), h. 15


(45)

Maka dari itu, kesadaran akan proses mencari harta dan memanfaatkan harta tidaklah semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan duniawi, namun juga mengandung konsekuensi akan tanggung jawab (hisab) di akhirat kelak dan menuntun kita untuk lebih hati-hati. Yakni berhati-hati dalam mencari nafkah, mengumpulkan dan mengelola kekayaan serta lebih bijaksana dalam memanfaatkannya.

3. Kubah Kebutuhan (Dome of Needs)

Konsep Dome of Needs dalam Perencanaan Keuangan Syariah diperkenalkan oleh Hijrah Advisory Malaysia yang bekerja sama dengan Hijrah Institute. Dalam Islam mengelola harta merupakan suatu keharusan bagi manusia (keluarga) untuk merancang dan melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Menata dan merencanakan keuangan secara Islami, merupakan usaha atau ikhtiar kita sebagai manusia dalam mengelola dan merencanakan kebutuhan financial (keuangan) dengan prinsip halal dan berkah.

Menurut Eko P. Pratomo, salah satu presdir perusahaan manajer investasi terkemuka di Indonesia menyatakan bahwa pengelolaan keuangan keluarga dengan menggunakan sistem syariah, merupakan pilihan alternatif bagi masyarakat muslim untuk meninggalkan sistem ribawi.27 Karena dari

27

Palgunadi, “Seni Mengelola Keuangan Keluarga Secara Syariah”, artikel ini diakses pada tanggal 21 Agustus 2013 dari http:///palgunadi.com/artikel15.html


(46)

sudut pandangan Islam, permasalahan uang adalah kebutuhan primer (Dome of Needs) yang harus dipergunakan secara benar.28

Dome of Needs dapat diartikan sebagai “Kubah Kebutuhan” yang merupakan suatu model yang dapat membantu seseorang dalam melihat permasalahan di sekitar pengelolaan uang dari sudut pandang Islam. Dalam model ini seperti suatu masjid berkubah yang dibangun atas dasar 4 prinsip dasar. Pertama, halal dan barakah yang berarti setiap harta yang didapat harus dari sumber yang halal. Karena hanya dari sumber yang halal sajalah Allah akan memberikan keberkahan atas harta tersebut. Kedua, hamba Allah dan sebagai khalifah yang berarti bahwa semua tindakan kita di dunia haruslah sesuai dengan kehendak-Nya. Harta dari sudut pandang Islam adalah milik Allah yang dititipkan kepada manusia. Sehingga penggunaan harta juga harus sesuai dengan tuntunan dan kehendak yang menitipkannya kepada kita sebagai manusia. Ketiga, menata dan merencanakan keuangan secara Islami merupakan usaha atau ikhtiar kita sebagai manusia dalam mengelola dan merencanakan kebutuhan finansial dengan dasar dua prinsip diatas. Terdapat 7 pilar penopang dalam proses ini yang membentuk kata ISLAMIC yang terdiri dari Income (pendapatan), Spending (pengeluaran), Longevity (pensiun/kehidupan panjang), Assurance (jaminan), Management of Debts (pengelolaan hutang), Investment (investasi), dan Cleansing of Wealth

28

Tim Bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan DPW PKS DKI Jakarta,


(47)

(penyucian harta). Keempat, hayatan thayyibah dalam arti kehidupan yang baik dan bermanfaat merupakan prinsip keempat yang perlu menjadi tujuan dari semua yang diikhtiarkan. Kehidupan yang baik harus diusahakan bukan hanya untuk dunia namun sangat perlu mempersiapkan untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak.29

Pada dasarnya, konsep kubah kebutuhan ini adalah sebagai panduan bagi seseorang untuk melakukan perencanaan keuangan yang bertujuan pada kemakmuran duniawi dan keselamatan ukhrawi. Disini, penulis akan membahas lebih detail tentang prinsip ketiga yang menerangkan bahwa dalam merencanakan dan menata keuangan secara Islami harus ditopang dengan tujuh pilar pendukung yang membetuk kata ISLAMIC. Tujuh pilar tersebut, diantaranya:

a. Pilar pertama adalah kesadaran pentingnya mencari penghasilan Terdapat firman Allah di dalam Al-Qur‟an yang menegaskan kewajiban manusia untuk bekerja keras dan mencari rizki. Mencari nafkah adalah perintah Allah sekaligus juga menjadi ibadah, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an Surat Al – Jumuah ayat 10:

29

Eko P. Pratomo, “Cara Mudah Mengelola Keuangan Keluarga Secara Islami”, (PT. Syaamil Cipta Media: Bandung, 2004) h. 11


(48)

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q.S. Al- Jumuah : 10)

Dalam mencari Income atau penghasilan merupakan langkah awal tanggung jawab seorang manusia dalam memenuhi kewajiban untuk menafkahi hidupnya sendiri maupun keluarganya. Islam juga berprinsip bahwa orang yang memberi pasti lebih baik daripada orang yang diberi. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya kerja keras mencari nafkah agar bukan hanya harus mandiri, namun harus juga berusaha untuk bisa memberi.

Prinsip-prinsip dasar Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa mencari segala sesuatu yang halal, dan meninggalkan yang haram serta yang syubhat (samar) dalam semua kegiatan kita.30 Untuk mencari rizki yang halal dan thoyib maka manusia akan mengadakan hubungan dengan alam dan dengan sesama manusia. Baik melalui kegiatan pengolahan alam, produksi, distribusi, perdagangan maupun jasa. Melalui hubungan muamalah tersebutlah manusia berusaha mencari pendapatan dari kegiatan yang diharapkan akan saling menguntungkan. Karena pendapatan yang diperoleh akan sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan yang dijalani serta terhadap pemenuhan kebutuhan baik masa kini maupun masa yang akan datang.

30

Dr. Ir. H. Iwan P. Pontjowinoto, MM.”Pentingnya Mencari Rizki yang Halal”, artikel ini diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 pada pukul 14.59 dari http://zapfin.com


(49)

b. Pilar kedua adalah kesadaran pentingnya penyucian harta

Pentingnya melakukan Cleansing of Wealth atau penyucian harta merupakan kesadaran kedua yang perlu dibangun, dan menjadi penyeimbang dari kesadaran akan pentingnya mencari penghasilan. Karena penyucian harta merupakan bagian dari perintah Allah yang harus ditunaikan. Keseimbangan ini juga sekaligus memberikan makna dan dimensi akhirat (ukhrawi) dari usaha mencari rizki yang berdimensi duniawi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Al- Taubah ayat 103 yang berbunnyi:

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al- Taubah: 103)

Pembayaran zakat, infaq, sadaqah, hibah, dan wakaf pada dasarnya merupakan bentuk dari penyucian harta sekaligus juga menunaikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat luas. Karena zakat atau shadaqah, secara bahasa berarti suci/bersih, tumbuh, dan berkembang. Pengertian dari zakat itu sendiri adalah bersih atau menyucikan, dimana


(50)

zakat merupakan suatu bentuk usaha penyucian diri dari kemungkinan tercampurnya harta dengan ketidakbaikan.31

Harta yang didapatkan pada hakekatnya adalah rezeki yang Allah titipkan, bukan semata-mata atas usaha yang dilakukan. Dari seluruh penghasilan yang kita peroleh dan jerih payah sendiri, akan dikeluarkan zakatnya 2,5% dari apa yang kita peroleh, karena sebenarnya ada hak yang bukan milik kita dari harta tersebut.

c. Pilar ketiga adalah kesadaran pentingnya mengatur pengeluaran Saat ini masih banyak keluarga yang tidak berhasil menyisihkan tabungan, bukan karena pendapatan yang rendah, melainkan karena tidak bisa mengelola pengeluaran. Sebenarnya, besarnya pengeluaran akan sangat menentukan besarnya tabungan yang bisa disisihkan untuk memenuhi kebutuhan masa depan.

Ketidakmampuan banyak keluarga untuk menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan lebih banyak terjadi karena tidak bisanya

membedakan antara “KEBUTUHAN” dan “KEINGINAN”.32

Karena masih banyak keluarga yang tergoda menggunakan penghasilannya secara tidak efektif dikarenakan lebih tergoda untuk memenuhi keinginan di atas

31

Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, “Fiqih Keuangan Syariah” (Jakarta: MudaMapan Publishing, 2010) h. 114

32

Eko P.Pratomo dan Tim Hijrah Institute, “Seri Buku Keuangan Keluarga: Membangun Kecerdasan Financial Dengan Nilai-nilai Spritualitas”, h. 30


(51)

kebutuhan. Keinginan tersebut umunya berkaitan untuk mengejar kemudahan, kenikmatan, kemewahan, gengsi, atau hal lainnya yang berkaitan dengan life style atau gaya hidup yang sebenarnya belum sesuai dengan tingkat penghasilannya saat ini. Seharusnya, perencanaan atas kebutuhan masa depan dapat menyadarkan seseorang untuk lebih memprioritaskan pada hal-hal yang menjadi kebutuhan, bukan keinginan dalam mengatur pengeluaran rutinnya.

Pada dasarnya, kita harus menyadari bahwa masih banyak kebutuhan dasar yang tidak bisa dipenuhi saat ini. Maka dari itu, kita harus berusaha menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung dan diinvestasikan. Kesadaran pentingnya mengatur Spending atau pengeluaran sebagai pilar ketiga diikuti oleh langkah kesadaran akan pentingnya melakukan investasi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Al- A‟raf ayat 31, surat Al- Furqan ayat 67, surat Al-Maidah ayat 87 dan surat Al- Israa ayat 27 yang berbunyi:

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. Al- A‟raf : 31)


(52)

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta). Mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak kikir, dan hendaklah (cara berbelanja seperti itu) ada di tengah-tengah kalian”. (Q.S. Al-Furqan: 67)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. Al- Maidah: 87)

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu temannya para syaitan. (Q.S. Al- Israa: 27)

Intisari dari keempat firman Allah SWT di atas adalah Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berpakaian yang bagus, mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thayyib (baik). Namun, disisi Allah SWT juga melarang untuk tidak berlebih-lebihan/melampaui batas dalam mengkonsumsi, berpakaian dan tidak kikir (pelit) tidak boros dalam membelanjakan harta, serta selalu berbuat baik dengan cara berbagi


(53)

dengan tetangga sekitar rumah, orang-orang miskin yang tidak mampu dan para ibnu sabil.

d. Pilar keempat adalah kesadaran pentingnya perencanaan investasi Investasi merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Mengetahui kebutuhan kita di masa yang akan datang menjadi kunci sebelum investasi. Terdapat banyak masyarakat yang sudah lebih maju melakukan penyisihan sebagian penghasilannya untuk diinvestasikan 30% dari penghasilan bulanannya guna menghadapi kebutuhan di masa depan.

Investasi syariah adalah jenis-jenis investasi yang diperkenankan dalam syariat Islam. Cara-cara invetasi konvensional sepanjang tidak melanggar ketentuan syariah tetap diperbolehkan digunakan dalam kegiatan perencanaan keuangan syariah.33

Pada saat ini, sudah tersedia produk investasi yang berlandaskan syariah yang ditawarkan di pasar. Kesempatan ini membuka peluang bagi keluarga untuk memanfaatkan instrumen dan produk investasi guna mencapai tujuan/kebutuhan di masa yang akan datang secara Islami. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Yusuf ayat 47- 48 yang berbunyi:

33

Perencanaan Keuangan 123, “Perencanaan Keuangan Syariah”,artikel ini diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 dari http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan -keuangan-syariah/


(54)

Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)

sebagaimana bisa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gadum) yang kamu simpan. (Q.S. Yusuf : 47- 48)

e. Pilar kelima adalah kesadaran akan adanya kehidupan yang panjang Setiap orang memiliki batas dalam kemampuan bekerja dan menghasilkan uang. Akan ada periode dimana seseorang sudah tidak dapat bekerja lagi. Maka pensiun bukan berarti terlepas dari kebutuhan keuangan. Oleh karenanya perlu dilakukan persiapan dan perencanaan untuk tetap dapat memperoleh pendapatan setelah memasuki periode pensiun. Kadang kala pengeluaran masa pensiun lebih berat karena perlunya biaya perawatan dan pengobatan yang meningkat karena bertambahnya usia.

Cara untuk mempersiapkan masa pensiun adalah sedini mungkin menyisihkan sebagian penghasilan sekitar 10%-20% saat masih bekerja.34 Selain persiapan finansial untuk pensiun, Islam juga mengajarkan kita untuk mempersiapkan bekal di kehidupan akhirat. Secara finansial, banyak

34

Taufik Hidayat, “Financial Planning Mengelola dan Merencanakan Keuangan Pribadi


(55)

jalan yang diberikan Allah dalam memanfaatkan harta yang dititipkan kepada kita untuk dapat dijadikan tabungan guna bekal di kehidupan yang abadi kelak. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Al- Qashash ayat 60 yang berbunyi:

يحْلا عات ف ء َْ ْ م ُْْيتْوأ امو

ن ْ لقْعت افأ قْبأو ْْخ هدْنعامواُنْيزوايّْا ة

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya. (Q.S. Al- Qashash: 60)

f. Pilar keenam adalah kesadaran pentingnya pengelolaan hutang dan kewajiban

Berhutang kadang menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Pembelian aset seperti rumah atau kendaraan dengan harga yang cukup mahal dengan cara tunai sering tidak terjangkau oleh masyarakat saat ini. Sehingga kita perlu mencari dan mendapatkan bantuan dari fasilitas hutang, yang berasal dari institusi seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Jadi, berhutanglah untuk berinvestasi yang akan membuat kekayaan bersih kita tumbuh berkembang dan hindarilah hutang untuk memenuhi keinginan konsumtif yang justru membuat aset menyusut dan menambah beban.35 Tetapi, hutang bukanlah sesuatu yang buruk namun pemanfaatan fasilitas

35

Herlina P. Dewi, “Mengelola Keuangan Pribadi untuk Perempuan Lajang dan


(56)

hutang perlu diperhatikan faktor hukum syariah untuk menghindari transaksi hutang yang mengandung unsur riba. Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

Dari Abu Hurairah R.A., bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Bersabda, „Penundaan pembayaran utang oleh orang kaya adalah kezhaliman. Jika salah seorang di antara kalian diminta untuk mengalihkan utang kepada orang kaya, maka hendaklah dia

menerimanya‟.” (HR Bukhari-Muslim)

g. Pilar ketujuh kesadaran akan datangnya kematian

Banyak hal yang tidak terduga yang dapat terjadi secara tiba-tiba di kehidupan kita sehari-hari. Contohnya seperti sakit, kematian, bencana (antara lain kebakaran, banjir, kecelakaan), kehilangan dapat terjadi kapan saja dan dapat mempengaruhi kehidupan keluarga secara signifikan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Yusuf ayat 49 yang berbunyi:

Katakanlah: ...Tiap-tiap umat mempunyai ajal]. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya). (Q.S. Yusuf : 49)


(57)

Maka dari itu, untuk mempersiapkan diri dari segala bencana harus memiliki asuransi syariah, dimana asuransi syariah yang ada di Indonesia diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang bertugas menjaga bahwa produk asuransi syariah yang dijual memenuhi kaidah syariah dalam berasuransi.36

Perusahaan asuransi syariah kini telah mulai berkembang dan menawarkan produk-produk asuransi yang non-ribawi. Contohnya, untuk mengantisipasi risiko kematian bisa memiliki asuransi jiwa. Dimana asuransi jiwa adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dengan nasabah yang mengatakan bahwa perusahaan asuransi akan memberikan santunan berupa sejumlah dana tertentu apabila terjadi risiko kematian. Perjanjian tersebut ditulis dalam bentuk kontrak yang dinamakan polis asuransi.37

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa dalam mengelola keuangan Islami terdapat 7 akun yang terdiri dari 1 akun pendapatan (Income) dan 6 akun pengeluaran yang terdiri dari Spending, Longevity, Assurance, Management of Debt, dan Cleansing of Wealth. Dengan 6 komponen strategi dasar diatas yang saling menyeimbangkan, layaknya sebuah

36

Perencanaan Keuangan 123, “Perencanaan Keuangan Syariah”,artikel ini diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 dari http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan -keuangan-syariah/

37

Safir Senduk, “Seri Perencanaan Keuangan Keluarga: Mengelola Keuangan Keluarga”, h. 81-82


(58)

timbangan, antara kebutuhan dunia dan akhirat, kita memiliki pasangan strategi dasar sebagai berikut:

1) Income (penghasilan) –Cleansing of Wealth (penyucian harta) 2) Spending (pengeluaran) –Investments (investasi)

3) Longevity (kehidupan yang panjang) –Management of Debt/Liabilities (pengelolaan hutang/kewajiban)

Selanjutnya, terdapat satu strategi ketujuh yang mengingatkan kita akan pentingnya mempersiapkan kematian:

4) Assurance (kepastian/jaminan)

Pada hakikatnya, konsep kubah kebutuhan ini merupakan panduan bagi seseorang untuk melakukan perencanaan keuangan yang bertujuan pada kemakmuran duniawi dan keselamatan ukhrawi. Dari ketujuh strategi dasar diatas dapat diurutkan dan disusun sehingga membentuk kata ISLAMIC. Dari ketujuh hal diatas merupakan komponen strategi dasar dari fondasi Perencanaan Keuangan Islami (Islamic Financial Planning).

D. Pendapatan dan Pendidikan 1. Pendapatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya).38Sedangkan pendapatan dalam kamus manajeman adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan, dan organisasi lain

38

Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Balai Pustaka: Jakarta, 2005) h.236


(59)

dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba.39Menurut pengertian dalam keluarga pendapatan hanya terbatas pada upah (gaji) saja, dan dapat digolongkan ditinjau dari periode waktu penerimaan dan jumlahnya menjadi dua yaitu:40

a. Pendapatan (penghasilan) tetap

Pendapatan yang bisa diukur periode penerimaannya (rutin) dan jumlah yang diterimanya. Dalam hal ini, termasuk gaji honor tetap, dan lain sebagainya yang tergolong sebagai pemasukan tetap. Periode penerimaannya bisa mingguan, bulanan, maupun tahunan seperti tunjangan hari raya (THR).

b. Pendapatan (penghasilan) tidak tetap

Pendapatan tidak tetap adalah arus kas masuk tidak tetap dalam setiap periodenya (tidak rutin) maupun jumlahnya. Dalam hal ini, misalnya komisi, bonus, honor, yang didapat dari pekerjaan tidak tetap dan yang tergolong pemasukan tidak tetap lainnya

2. Pendidikan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran. Pendidikan

39

BN. Marbun, “Kamus Manajemen”, h. 230 40


(60)

pada dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia dilakukan secara sistematis, pragmatis, dan berjenjang agar menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas yang dapat memberikan manfaat dan sekaligus harkat dan martabatnya.41

Pendidikan secara etimologis berasal dari kata Paidagogie yang berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata „Pais, artinya anak, dan „Again diterjemahkan membimbing, jadi paedadogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.42 Sedangkan secara definisi pendidikan diartikan oleh pakar pendidikan John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.43

41

Aditya Dwi Purwoko, Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Kualitas Pelayanan KPP, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Pajak, (Skripsi UIN, Jakarta, 2008)

42

Drs. H. Abu Ahmadi & Dra. Nur Uhbiayati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipa, 2003, h.69.

43

Irmayanti Meliono dkk, MPKT Modul I, Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2007, artiikel ini diakses tanggal 24 Juni 2013 pukul 17.35 a.m. dari http://www.id.wikipedia.org


(61)

Sedangkan pendidikan menurut GBHN44 adalah unsur sadar untuk mengembangkan dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Hakikat pendidikan merupakan usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Usaha-usaha tersebut diselenggarakan dalam berbagai macam bentuk sebagai berikut45: a. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah,

dan sistematis melalui suatu lembaga disebut pendidikan formal.

b. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi tidak berencana dan tidak sistematis di lingkungan disebut pendidikan informal. c. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana

tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan formal disebut pendidikan nonformal.

Peningkatan kualitas diri manusia yang dicapai melalui pendidikan mencakup beberapa aspek yaitu46:

a. Peningkatan kualitas berpikir (kecerdasan, kemampuan, analisis, kreatifitas, dan visioner).

44

Garis-Garis Besar Haluan Negara (Tap.MPR NO.IV/MPR/1973) 45

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda, 1997, h. 10.

46

M. Tholhah Hasan. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Lantabora Press, 2005, h. 136.


(62)

b. Peningkatan kualitas moral (ketakwaan, kejujuran, ketabahan, keadilan, dan tanggung jawab).

c. Peningkatan kualitas kerja (keterampilan, profesional, dan efisien).

d. Peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan materi dan rohani, ketentraman dari terlindungnya martabat dan harga diri).

e. Peningkatan kualitas pengabdian (semangat, berprestasi, sadar, pengorbanan, dan kebanggaan terhadap tugas.

Hubungan antara pendapatan dan pendidikan menurut JJ Rousseau yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiayati, pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita menumbuhkannya di masa dewasa. Pendidikan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk melanjutkan kehidupan di masa yang akan datang. Sedangkan faktor pendidikan dan pendapatan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam melakukan perekonomian. Karena faktor pendidikan dan pendapatan sangat berkaitan erat satu dengan yang lainnya, dengan pendidikan yang lebih tinggi seseorang akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi pula, dibandingkan seseorang yang pendidikannya lebih rendah, akan mendapatkan pendapatan yang lebih rendah.

Melalui pendapatan pula seseorang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun terkadang ada pula seseorang yang melanjutkan pendidikan dengan bermodalkan beasiswa, beasiswa pun hanya


(63)

dapat diperoleh dengan sebuah prestasi yang berkelanjutan. Dengan kata lain pendidikan dan pendapatan sangat berkaitan erat satu dengan yang lainnya.

Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam diri seseorang yang akan mempengaruhi perilaku. Keterbatasan pengetahuan karena rendahnya pendidikan berpengaruh terhadap tingkah laku anggota keluarga dalam memilih kebutuhannya dan dalam membuat keputusan (Hardiansyah 1987).47 Jadi pendidikan dan pendapatan keluarga menjadi faktor dalam membuat perencanaan keuangan syariah.

47

Arifianto Murih Prasetyo, “Analisis Jender Terhadap Strategi Ketahanan Hidup Keluarga

Melalui Manajemen Keuangan Pada Keluarga Nelayan”, (Skripsi IPB. 2004), artikel diakses pada

tanggal 2 September 2013 dari


(1)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted selain penghasilan pekerjaan

pokok, juga ada usaha yang diperoleh dari usaha yang halal

22.20 14.786 .527 .786

berinvestasi guna

mengantisipasi kebutuhan di masa depan

22.77 13.220 .784 .736

mempersiapkan biaya untuk masa pensiun

22.90 13.472 .683 .755

saya sudah mengikuti program asuransi

23.07 13.582 .639 .764

membatasi hutang agar tidak melebihi jumlah total

pembayarannya tidak melebihi dari 30 % dari penghasilan

22.57 15.702 .438 .801

tertarik berinvestasi di bank syariah karena beba riba

22.30 15.803 .442 .800

menyisihkan harta untuk zakat 2,5% karena ada hak orang lain dalam harta yang diperoleh


(2)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted rutin merencanakan

keuangan untuk pendidikan anak

15.57 8.254 .623 .767

rutin merencanakan keuangan untuk asuransi kesehatan keluarga

15.73 7.444 .803 .702

rutin merencanakan keuangan untuk membayar zakat setiap tahunnya

15.33 10.368 .492 .804

rutin merencanakan keuangan untuk mengelola hutang

15.47 10.189 .475 .807

rutin merencanakan

keuangan untuk berinvestasi


(3)

Responden NAMA Usia Jenis Kelamin Status MaritJabatan Pendapatan Pendidikan Terakhir A1 A2 A3 A4 A5

1 AGUNG 4 laki-laki 3 manajer marketing 3 4 4 4 4 4 4

2 BENI.M 2 laki-laki 3 Account Officer 2 4 4 5 4 4 3

3 TOMIH 2 laki-laki 3 Account Officer 2 5 4 4 3 3 4

4 tonah 2 laki-laki 3 pembiayaan 2 5 4 5 5 5 4

5 karen 1 perempuan 2 Costumer Service 2 5 3 4 4 4 3

6 lintang 1 perempuan 2 Kas/teller 2 5 4 4 4 4 4

7 mita 3 perempuan 3 Kas/teller 3 5 4 5 4 4 4

8 nouval 1 laki-laki 2 Kas/teller 3 5 4 4 4 4 5

9 angel 3 perempuan 3 manajer operasional 4 4 4 5 4 4 3

10 annisa 2 perempuan 2 Account Officer 3 5 4 4 4 4 3

11 mekar dakwa 1 perempuan 2 Kas/teller 2 4 4 5 4 4 3

12 mekar dakwa 2 laki-laki 3 Account Officer 3 5 1 4 4 4 5

13 mekar dakwa 1 laki-laki 3 Account Officer 3 4 4 5 5 4 4

14 mekar dakwa 2 laki-laki 3 manajer operasional 3 5 4 4 4 4 3

15 al-hakim (MS) 3 laki-laki 3 manajer operasional 4 5 4 4 4 4 4

16 al-hakim (FIR) 3 laki-laki 3 manajer marketing 2 4 4 4 4 4 3

17 ubasyadah (H 3 laki-laki 3 Account Officer 2 2 1 4 5 5 4

18 ubasyadah A 1 perempuan 2 pembiayaan 2 4 4 4 4 4 4

19 ubasyadah SO 1 perempuan 2 Kas/teller 2 4 3 4 3 4 3

20 ubasyadah jh 3 laki-laki 3 managing director 4 5 4 4 4 4 4

21 ubasyadah SY 1 perempuan 2 Kas/teller 2 4 4 4 4 3 3

22 ubasyadah NV 1 perempuan 2 Kas/teller 2 4 4 4 4 4 4

23 al bayan raju 3 laki-laki 2 collecting group 2 4 5 5 4 4 4

24 al bayan D 3 perempuan 3 manajer operasional 3 4 4 4 4 4 4

25 al bayan S 2 perempuan 3 Kas/teller 2 4 4 4 4 4 3

26 al ittihad 3 laki-laki 3 Funding Officer 3 4 4 4 4 4 4

27 al ittihad 3 laki-laki 3 Funding Officer 3 4 4 4 3 3 3

28 al ittihad 3 laki-laki 3 Funding Officer 3 4 5 5 4 5 5

29 al ittihad 1 perempuan 2 Account Officer 2 5 4 4 4 4 4

30 al ittihad 1 perempuan 2 pembiayaan 3 5 3 3 3 3 3

31 ubasyadah 2 laki-laki 2 Funding Officer 2 4 4 4 4 4 4

32 ubasyadah (od 1 laki-laki 2 Account Officer 2 4 4 5 4 4 1

33 ubasyada (H 2 perempuan 3 Costumer Service 2 4 5 5 5 5 5

34 UMJ 3 perempuan 3 Manajer Pembiayaan 3 5 5 5 4 4 4

35 UMJ (NIA) 2 perempuan 3 Kas 3 5 4 5 4 4 3

36 UMJ (MUHTI 2 laki-laki 2 manajer marketing 3 5 4 4 4 4 4

37 UMJ DENI 1 laki-laki 2 Account Officer 2 4 2 3 3 2 3

38 UMJ SYAIFUL 1 laki-laki 2 pembiayaan 2 5 5 5 4 4 4


(4)

total B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 total C1.1 C1.2 C1.3

20 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49 4 4 4

20 3 4 4 4 4 4 3 5 5 5 4 42 5 5 5

18 3 4 3 4 4 3 3 4 4 5 5 39 5 4 5

23 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4 41 5 4 5

18 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 33 4 4 4

20 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 44 4 4 4

21 4 4 3 4 4 5 4 5 5 5 5 44 4 4 5

21 4 3 3 4 5 5 4 5 5 4 4 42 5 4 5

20 4 3 4 4 4 5 4 5 5 5 5 44 5 5 5

19 4 4 2 2 4 4 3 4 4 5 5 37 5 5 5

20 3 3 3 3 5 5 3 5 5 5 5 45 5 5 5

18 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 38 5 4 4

22 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 48 5 5 4

19 4 4 3 3 3 4 3 5 4 4 4 41 4 4 4

20 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 43 4 4 4

19 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 43 4 4 4

19 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 50 5 5 5

20 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 49 5 5 5

17 3 4 3 4 2 4 3 5 5 5 5 43 5 5 5

20 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 40 4 4 4

18 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 39 5 4 5

20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 5

22 4 4 3 3 4 4 4 4 5 5 5 45 5 5 5

20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 5 5 5

19 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 47 5 5 5

20 3 3 3 4 4 4 3 4 4 5 5 42 5 5 5

17 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 44 5 5 5

24 4 4 5 5 4 5 3 5 5 5 5 50 5 5 5

20 3 4 3 4 4 4 3 5 5 5 5 45 5 5 5

15 3 3 3 3 4 5 3 5 5 5 5 44 5 5 5

20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4

18 3 5 3 4 4 4 3 5 5 4 4 44 5 4 5

25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5

22 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 49 5 5 5

20 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 5 42 5 4 5

20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 5

13 2 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 4

22 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 50 5 5 5


(5)

C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 Total C2.1 C2.2 C2.3 C2.4 C2.5 C2.6 C2.7 Total

4 5 4 4 4 3 5 41 5 4 4 4 4 4 5 30

5 5 4 5 4 4 5 47 5 4 4 5 5 4 5 32

5 4 4 3 3 3 5 41 5 4 4 4 3 5 5 30

4 4 4 4 5 4 5 44 4 5 4 4 4 4 5 30

4 3 4 4 3 4 4 38 4 4 4 3 3 4 4 26

5 4 4 4 4 4 5 42 5 5 5 4 4 4 4 31

4 4 4 4 3 4 5 41 5 4 5 3 4 4 5 30

4 3 4 4 3 4 5 41 5 4 4 4 4 5 5 31

4 4 4 4 4 5 5 45 5 4 4 4 4 4 5 30

4 4 4 4 4 4 5 44 5 4 4 4 4 2 5 28

5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 4 4 5 5 33

4 3 4 4 4 5 4 41 5 4 4 4 4 4 5 30

4 5 4 3 3 4 5 42 5 3 4 5 4 4 5 30

4 4 4 4 4 3 4 39 4 4 4 3 4 3 4 26

4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 3 4 4 4 27

4 2 4 4 4 4 4 38 4 4 4 3 4 4 4 27

4 4 4 5 5 5 5 47 5 4 5 3 4 4 4 29

5 5 5 4 5 4 5 48 5 4 5 5 5 5 5 34

4 3 2 4 4 3 4 39 5 4 3 3 4 3 5 27

4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 28

4 3 3 4 4 3 4 39 4 4 4 4 4 4 4 28

5 4 5 4 3 4 4 42 4 4 4 4 4 4 4 28

5 4 4 4 4 4 5 45 5 4 4 4 4 4 5 30

5 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28

4 5 4 4 4 5 5 46 5 5 5 5 5 5 4 34

5 5 5 5 5 3 5 48 5 3 3 3 4 3 5 26

5 3 3 4 5 3 5 43 5 4 5 3 5 3 5 30

5 5 5 5 5 5 5 50 5 4 3 5 5 5 5 32

3 3 3 4 4 4 5 41 5 4 4 3 5 3 5 29

5 3 3 2 2 2 5 37 5 5 5 2 4 1 5 27

4 4 4 4 4 4 4 40 5 5 4 4 4 4 5 31

4 4 4 4 4 4 4 42 5 4 3 4 4 4 4 28

5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 35

5 4 5 5 4 4 4 46 5 4 4 3 4 4 5 29

4 4 4 4 4 4 4 42 5 4 4 3 4 4 4 28

4 3 4 4 4 4 4 40 5 5 5 4 5 5 5 34

3 3 3 4 3 3 4 35 5 4 3 4 4 4 5 29

4 4 4 5 5 5 5 47 5 4 4 3 5 5 5 31


(6)

C3.1 C3.2 C3.3 C3.4 C3.5 C3.6 C3.7 Total D1 D2 D3 D4 D5 total

4 4 4 4 4 3 5 28 4 4 4 4 3 19

5 5 4 3 5 5 5 32 5 5 5 5 5 25

5 3 3 3 5 5 5 29 5 5 5 4 4 23

4 4 4 5 3 4 5 29 4 4 4 5 5 22

3 3 3 2 3 3 3 20 3 3 3 3 3 15

5 4 4 4 4 4 5 30 5 4 5 4 4 22

5 4 4 4 3 3 4 27 4 4 4 4 4 20

4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20

4 4 4 4 4 5 5 30 5 5 4 5 5 24

2 2 2 4 4 5 5 24 4 2 4 4 2 16

5 5 5 4 4 5 5 33 4 4 5 4 5 22

4 4 5 3 4 4 4 28 4 4 4 5 4 21

5 4 3 4 4 5 4 29 4 4 4 4 3 19

1 1 1 1 2 2 4 12 1 2 2 4 3 12

4 2 2 2 4 2 4 20 4 2 4 4 2 16

4 4 4 3 4 4 4 27 4 4 4 4 4 20

5 4 4 3 4 5 5 30 5 4 4 5 5 23

3 4 1 1 5 4 5 23 5 5 5 5 5 25

4 2 3 2 3 4 4 22 3 3 3 3 3 15

4 2 2 2 3 4 4 21 2 2 3 2 2 11

4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20

4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20

5 4 4 4 4 5 5 31 4 5 4 4 5 22

4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20

5 4 4 4 5 3 4 29 4 5 5 4 4 22

5 3 3 3 3 3 5 25 5 5 5 3 2 20

3 4 4 3 2 3 5 24 5 2 5 2 2 16

3 4 3 4 4 4 5 27 5 5 5 5 3 23

4 3 3 3 4 4 4 25 3 3 4 4 3 17

5 2 2 1 1 5 5 21 1 2 5 5 2 15

2 4 4 4 4 4 4 26 5 5 5 5 5 25

3 5 5 5 4 2 4 28 4 3 4 4 3 18

5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 4 20

5 2 4 1 3 1 4 20 4 4 4 4 4 20

4 4 3 3 3 4 4 25 4 2 4 3 3 16

4 4 4 4 5 4 4 29 4 4 4 4 4 20

4 2 1 2 2 4 4 19 4 4 4 4 4 20

4 5 4 3 5 5 5 31 5 3 5 5 4 22