Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Baitul Maal Wat Tamwil Di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN NASABAH TERHADAP

PRODUK BAITUL MAAL WAT TAMWIL DI KOTA MEDAN

OLEH

DITA FADILLA TARIGAN

090501105

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman nasabah terhadap produk Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan. Penelitian ini juga membahas perkembangan BMT Kota Medan dari segi jumlah nasabah, jumlah karyawan, serta sarana dan prasarananya.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 80 nasabah dari 3 BMT terpilih yang ada di Kota Medan, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 17.0 descriptive analysis. Dalam penelitian ini penulis juga meneliti perkembangan BMT di kota Medan dengan menggunakan analisis deskiptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah pada umumnya paham terhadap produk BMT di Kota Medan yang mana untuk tabugan wadiah tingkat pemahamannya 67,5%, tabungan mudharabah tingkat pemahamannya 86,3%, dan untuk deposito mudharabah tingkat pemahamannya 77,5%. Pemahaman terhadap produk tersebut meliputi produk penghimpun dana dan produk pembiayaan. Faktor dominan yang mempengaruhi pemahaman nasabah adalah pameran yang dilakukan oleh pihak BMT. Sedangkan untuk perkembangan BMT di Kota Medan menunjukkan adanya peningkatan dari segi jumlah nasabah, jumlah karyawan serta sarana dan prasarananya.


(3)

ABSTRACT

This research aims to determine customer understanding of the product Baitul Maal Wat Tamwil in Medan. This research also discusses the development of Medan BMT including number of customers, number of employees, facilities and infrastructure.

This research took a sample of 80 customers of 3 BMT selected in Medan city, used by descriptive analysis method with SPSS 17.0 software. Ini this research the author also examine the development of BMT in Medan by using descriptive analysis.

The results of this research shown that customers are generally understood about the product BMT in Medan . Understanding of the product includes the product fund raising and financing product. Dominant factor affecting customer understanding is the exhibition conducted by BMT. Whereas for the development of BMT in Medan showed an increase in terms of number of customers, number of employees, facilities and infrastructure.


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda H.Saifuddin Tarigan, M.H dan Ibunda Hj.Dra.Rosnita Sebayang. Saudara-saudara, abang, kakak dan adik tercinta, beserta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan semangat dan dukungan beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis.

2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc. Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan penulis dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam menyempurnakan skripsi ini dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Kepada Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada penulis. 7. Bapak dan Ibu staf administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya

Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah dengan ikhlas melayani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada pengurus BMT GPA Mandiri, BMT Waasil, BMT Ar-Roudah Kota Medan yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengaharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 30 Mei 2014

Penulis

Dita Fadilla Tarigan 090501105


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ... 9

2.1.1. Sejarah Berdirinya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ... 9

2.1.2. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ... 10

2.1.3. Visi dan Misi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ... 11

2.1.4. Fungsi dan Peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ... 12

2.1.5. Ciri-Ciri Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 14

2.1.6. Pendirian BMT ... 16

2.1.7. Prinsip Operasional BMT ... 17

2.1.8. Struktur Organisasi Baitul Maal Wat Tamwil ... 18

2.2.Produk-Produk Baitul Maal Wat Tamwil ... 19

2.2.1. Produk Penghimpunan Dana ... 20

2.2.2. Produk Pembiayaan ... 22

2.2.2.1. Sistem Bagi Hasil ... 22

2.2.2.2. Sistem Jual Beli ... 24

2.2.2.3. Sistem Jasa ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 28

3.2. Jenis Data dan Sumber ... 28

3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4. Metode Pemilihan Populasi dan Sampel ... 29

3.5.Metode Analisis dan Pengelolaan Data ... 30


(7)

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Baitul Maal wat Tamwil Kota Medan ... 32

4.1.1. Sejarah Singkat Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Bisnis ... 32

4.1.2. Kegiatan usaha PINBUK ... 33

4.1.3. Visi dan Misi BAZDASU ... 36

4.1.3.1. Visi ... 36

4.1.3.2. Misi ... 37

4.1.4. Profil Baitul Maal Wat Tamwil Kota Medan ... 38

4.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 40

4.2.1. Profil Responden ... 40

4.2.2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

4.2.3. Data Responden Berdasarkan Kelompok Usia ... 41

4.2.4. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendidikan 42 4.2.5.Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan . 43 4.2.6. Lama Responden Menjadi Nasabah BMT ... 44

4.2.7. Data Responden Berdasarkan Media yang Digunakan Untuk Mengetahui Tentang BMT ... 46

4.2.8. Hasil Analisis Data dan Deskriptif Penelitian ... 47

4.2.8.1.Pemahaman Nasabah Terhadap Produk-ProdukBMT di Kota Medan ... 48

4.2.8.2. Faktor-faktor yang MempengaruhiPemahaman Nasabah Tentang Produk BMT ... 62

4.2.8.3. Perkembangan BMT di Kota Medan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 74


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Daftar BMT Aktif di Kota Medan ... 5

1.2 Kajian Objek Terpilih ... 29

4.1 Daftar Nama BMT Berdasarkan Kecamatan di Kota Medan ... 39

4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

4.3 Data Responden Berdasarkan Usia ... 41

4.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan danTingkat Pendidikan ... 42

4.5 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan ... 43

4.6 Lama Responden Menjadi Nasabah BMT ... 45

4.7 Data Responden Berdasarkan Media yang DigunakanUntuk MengetahuiTentang BMT ... 47

4.8 Pemahaman Produk Tabungan Wadiah BerdasarkanLamanya Menjadi Nasabah ... 49

4.9 Pemahaman Tentang Produk Tabungan MudharabahBerdasarkan Lamanya Menjadi Nasabah ... 51

4.10 Pemahaman Tentang Produk Deposito MudharabahBerdasarkanLamanya Menjadi Nasabah ... 53

4.11 Pemahaman Tentang Sistem Bagi Hasil ... 54

4.12 Pemahaman Tentang Sistem Jual Beli ... 56

4.13 Pemahaman Tentang Sistem Jasa ... 58

4.14 Pemahaman Prinsip-Prinsip BMT dan Tingkat Pendidikan ... 60

4.15 Penilaian Tentang Produk BMT dan Lama MenjadiNasabah ... 62

4.16 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pemahaman Nasabah ... 63

4.17 Pengaruh Promosi Terhadap Tingkat Pemahaman NasabahTentang Produk BMT dan Tingkat Pendidikan ... 65

4.18 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pemahaman Nasabah ... 66

4.19 Perkembangan Jumlah Nasabah BMT ... 67

4.20 Perkembangan Jumlah Karyawan BMT ... 69

4.21 Perkembangan Gedung dan Sarana Prasarana Kantor BMT ... 70


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

4.1 Lama Menjadi Nasabah... 46

4.2 Pemahaman Produk Tabungan Wadiah ... 50

4.3 Pemahaman Produk Tabungan Mudhorabah ... 52

4.4 Pemahaman Produk Deposito Mudhorabah ... 54

4.5 Pemahaman Sistem Bagi Hasil ... 55

4.6 Pemahaman Sistem Jual Beli ... 57

4.7 Pemahaman Sistem Jasa ... 59

4.8 Pemahaman Prinsip-Prinsip BMT dan Tingkat Pendidikan .. 61

4.9 Faktor-Faktor Penentu Dalam Memilih Produk BMT ... 64

4.10 Perkembangan Jumlah Nasabah BMT ... 68

4.11 Perkembangan Jumlah karyawan BMT ... 69


(10)

DAFTAR RINGKASAN

BMT = Baitul Maal Wat Tamwil

ZIS = Zakat, Infaq, Shadaqah

PINBUK = Pusat Inkubasi Usaha Kecil

SHU = Sisa Hasil Usaha

DSN = Dewan Syariah Nasional

ICMI = Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia

MUI = Majelis Ulama Indonesia

BMI = Bank Muamalat Indonesia

LPSM = Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat

BDS-P = Business Developmen Service-Provider

SDM = Sumber Daya Manusia

LKMS = Lembaga Keuangan Mikro Syariah

SVC = Seven Value Character

CSR = Corporate Social Responsibility

UEP = Usaha Ekonomi Produktif

UKS = Usaha Kesejahteraan Sosial BAZIS = Badan Amil Zakat Infaq Sedekah


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman nasabah terhadap produk Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan. Penelitian ini juga membahas perkembangan BMT Kota Medan dari segi jumlah nasabah, jumlah karyawan, serta sarana dan prasarananya.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 80 nasabah dari 3 BMT terpilih yang ada di Kota Medan, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 17.0 descriptive analysis. Dalam penelitian ini penulis juga meneliti perkembangan BMT di kota Medan dengan menggunakan analisis deskiptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah pada umumnya paham terhadap produk BMT di Kota Medan yang mana untuk tabugan wadiah tingkat pemahamannya 67,5%, tabungan mudharabah tingkat pemahamannya 86,3%, dan untuk deposito mudharabah tingkat pemahamannya 77,5%. Pemahaman terhadap produk tersebut meliputi produk penghimpun dana dan produk pembiayaan. Faktor dominan yang mempengaruhi pemahaman nasabah adalah pameran yang dilakukan oleh pihak BMT. Sedangkan untuk perkembangan BMT di Kota Medan menunjukkan adanya peningkatan dari segi jumlah nasabah, jumlah karyawan serta sarana dan prasarananya.


(12)

ABSTRACT

This research aims to determine customer understanding of the product Baitul Maal Wat Tamwil in Medan. This research also discusses the development of Medan BMT including number of customers, number of employees, facilities and infrastructure.

This research took a sample of 80 customers of 3 BMT selected in Medan city, used by descriptive analysis method with SPSS 17.0 software. Ini this research the author also examine the development of BMT in Medan by using descriptive analysis.

The results of this research shown that customers are generally understood about the product BMT in Medan . Understanding of the product includes the product fund raising and financing product. Dominant factor affecting customer understanding is the exhibition conducted by BMT. Whereas for the development of BMT in Medan showed an increase in terms of number of customers, number of employees, facilities and infrastructure.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berlandaskan kepada Al’Quran dan Hadist dan bertujuan untuk kesejahteraan umat. Kegiatan ekonomi Islam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan keadilan. Oleh karena itu untuk memajukan kegiatan perekonomian masyarakat sangat membutuhkan lembaga keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat.

Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalampengembangan dan pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksiberskala besar dengan kebutuhan investasi yang membutuhkan modalyang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan lembaga keuangan.Lembaga keuangan merupakan tumpuan bagi para pengusaha untukmendapatkantambahan modalnya melalui mekanisme kredit danmenjadi tumpuan investasi melalui mekanismesaving. Lembaga keuangan juga memainkan peranan dalam mendistribusikan sumber-sumber daya ekonomi dikalangan masyarakat,meskipun tidak sepenuhnya dapat mewakili kepentingan masyarakatluas.

Dari persoalan di atas, mendorong munculnya lembaga keuangansyariah yakni sebuah lembaga yang tidak saja berorientasibisnis tetapi juga sosial. Lembaga yang tidak melakukan pemusatankekayaan pada sebagian kecil orang pemilik modal (pendiri) denganpenghisapan pada mayoritas orang, tetapi lembaga yang kekayaannyaterdistribusi secara merata dan adil. Selain bank syariah yang


(14)

akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga keuangan mikro swasta yang berprinsip syariah diantaranya adalah

Baitul Maal Wat Tamwil. Lembaga ini terlahir dari kesadaranumat dan ditakdirkan untuk menolong kelompok mayoritas yaknipengusaha kecil atau mikro. Lembaga tersebut adalah Baitul Maal Wat Tamwil(Ridwan, 2005:73).

Baitul Maal Wat Tamwil atau biasa dikenal dengan sebutan BMT,dari segi bahasa atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti rumah uang dan rumah pembiayaan, sehingga bila diartikansecara terpisah, baitul maal adalah rumah uang. Baitul maaladalah lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatanutamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Sedangkan baituttamwil adalah lembagakeuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dalambentuk tabungan (simpanan) maupun deposito dan menyalurkan kembalikepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsipsyariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan (Ilmi, 2002:67). BMT sebagai salah satu lembaga keuangan Islam dalam operasionalnya juga tidak menggunakan sistem bunga seperti yang dilakukan bank konvensional.

Pada awalnya Baitul maal wat Tamwil(BMT)berkembang dari kegiatan

Baitulmaalyang bertugas menghimpun,mengelola dan menyalurkan Zakat,Infak dan Shadaqoh (ZIS) dari muzzaki untuk diberikan kepada para mustahik dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sebagai bagian yang menitikberatkan pada aspek sosial. Pada perkembangan selanjutnya untuk pemberdayaan ekonomi sebagai usaha membangkitkan aktifas para mustahik maupun usaha kecil,maka


(15)

dibentuklah Baitul Tamwilyang berkonsentrasi kepada pembinaan dan pengembangan usaha kecil dengan sistem syariah yang berbagi hasil dan merupakan lembaga komersial (wordpress.com.mulyaningrum).

Perkembangan dan manfaat oleh BMT relatif dirasakan oleh pedagang kecil, setidaknya mereka tidak perlu lagi bergantung dengan para rentenir yang meminjamkan modal dengan bunga yang sangat besar. Pedagang-pedagang ini mendapatkan pinjaman modal yang cukup untuk lebih mengembangkan usaha mereka.

BMT juga sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah pembiayaan, karena kegiatan BMT sebagai lembaga keuangan pemberi pembiayaan merupakan kegiatan utamanya. Pembiayaan merupakan penyaluran dana BMT kepada pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT dengan pihak lain dengan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan barang ditambah margin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT(Widodo,1999:37).

Keberadaan BMT merupakan representatif dari kehidupanmasyarakat dimana BMT itu berada, karena dengan jalan ini BMT mampumengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat. Peran umum BMTyang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yangberdasarkan sistem syariah. KeberadaanBMT ini diharapkan mampuuntuk berperan aktif dalam memperbaiki kondisi masyarakat yangsebagian harus menghadapirentenir-renteniryang nantinya masyarakatakan terjerumus pada masalah ekonomi(Sudarsono, 2005:96). BMT hadir ditengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai angin segar bagi


(16)

bangsa Indonesia, khususnya umat Islam untuk membangun ekonomi kerakyatan yang bernafaskan syariah Islam.

Kehadiran BMT di Kota Medan merupakan langkah awal yang sangat baik bagi perkembangan usaha kecil menengah yang berdasarkan syariah Islam dengan sistem bagi hasil.Berdasarkan data yang diperoleh dari data PINBUK SUMUT jumlah BMT yang aktif di Kota Medan saat ini mencapai 32 BMT (Pinbuk Sumut 2012) padahalpotensi dari aktifitas perekonomian Kota Medan yang tinggi, seharusnya mampu dimanfaatkan oleh BMT untuk meningkatkan kemajuan perkembangannya.

Lembaga-lembaga BMT yang ada pada tabel 1.1 memberikan peranan pembiayaan kepada masyarakat terutama pengusaha-pengusaha kecil. Eksistensi lembaga ini turut mempermudah pengusaha dan pedagang dalam menjalankan aktifitas mereka terutama dari segi aspek dana dan permodalan.

Pedagang-pedagang kecil Kota Medan yang jumlahnya cukup banyak dapat menjadi sasaran utama bagi BMT untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. BMT perlu melakukan penyuluhan tentang produk yang ditawarkan kepada masyarakat tentang manfaat dan tujuan yang akan diperoleh, sehingga dalam hal ini BMT perlu mendapat dukungan dari perbankan syariah untuk pengembangannya


(17)

Berikut tabel daftar BMT yang aktif di Kota Medan:

Tabel 1.1

Daftar BMT Aktif di Kota Medan

NO NAMA BMT ALAMAT JUMLAH

NASABAH 1 BMT Bina Mitra

Mandiri Jl. H.M Yamin No.504 5000 Orang 2 BMT El-Hafiz Jl. Bromo No.28 1200 Orang 3 BMT Qania Jl. Bromo Gg. Aman No.10 1600 Orang 4 BMT UB Amanah

Syariah Jl. Perhubungan No.17 1000 orang 5 BMT Al-Munawar

Jl. A.R Hakim No.135 Kel.Pasar Merah Timur, Medan

Area

1200 Orang 6 BMT Amanah Ray Jl. Sutrisno No.732 3500 Orang 7 BMT El-Ikla Jl. Brigjen Katamso 150 Orang 8 BMT GPA Mandiri Jl. Sisingamangaraja No.114 250 Orang 9 BMT PT3 Jl. Kota Garu III Kios No.149

Pasar Petisah 500 Orang 10 BMT Ananda Putra Jl. Bersama No.122 A 200 Orang 11 BMT Harapan

Mandiri Klambir 5 200 orang 12 BMT P3TM Pulo

Brayan

Jl. K.L. Yos Sudarso Komplek Masji Al-Jihad Pulo Brayan

Kota

350 Orang 13 BMT El-Hijrah 01 Jl. Beringin Pasar VII No.59 200 Orang 14 BMT Ar-Roudah

Jl. Setia Budi Simpang Selayang/ Jl. Jamin Ginting

KM.11 Paya Budung

400 Orang 15 BMT MES Jl. Gagak Hitam 300 Orang 16 BMT El-Sabil Jl. B.Zein Hamid Gg, Sepakat

No. 2A Titi Kuning. Medan 500 Orang 17 BMT Zam Zam Jl. Ibrahim Umar 30 Orang 18 BMT Amanah

Sejahtera Jl. Besar Tembung No.01 150 Orang 19 BMT Al-Amelina Jl. Mahkamah 200 Orang 20 BMT Waasil Jl. Gatot Subroto 200 orang 21 BMT El-Ridho Jl. Bromo No.64A 300 orang 22 BMT Al-Kautsar Jl. Setia Budi 150 orang 23 BMT Mesjid

Ar-Ridwan Jl. Ayahanda No. 28 1100 Orang 24 BMT Putri Batuah Jl. Perjuangan No. 72 200 orang 25 BMT Delima Mas Jl.Al=Falah Kec Medan Johor 250 Orang 26 BMT Aman Mandiri Jl. Jati Dusun II Desa Sei

Mencirim Kec, Sunggal 200 Orang


(18)

Beberapa produk yang ditawarkan dalam BMT terbagi dalam dua kategori besar yaitu produk penghimpunan dana dan produk pembiayaan. Produk penghimpunan dana antara lain Simpanan Wadiah, Simpanan Pendidikan, Simpanan Qurban, Simpanan Walimah, Simpanan Wisata, Simpanan Mudharabah. Sementara produk pembiayaan yaitu Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Ijarah, Pembiayaan Gadai dan Pembiayaan Qardhul Hasan (Soemitra,2010:463).

Produk-produk yang ditawarkan oleh BMT tersebut sayangnya tidak diimbangi dengan pemahaman masyarakat, karena produk BMT umumnya menggunakan bahasa asing terutama Bahasa Arab. Istilah-istilah yang digunakan produk BMT tersebut kemungkinan hanya dapat dipahami oleh sebagian kalangan seperti masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan sekolah Islam. Apabila istilah-istilah tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat hal ini dapat memberikan peluang bagi BMT untuk mempengaruhi masyarakat agarmenggunakan jasa BMT. Selain itu, bagi nasabah BMT itu sendiri memudahkan mereka untuk memilih produk apa yang mereka inginkan.

Produk-produk BMT yang bermacam-macam tersebut disediakan untuk masyarakat, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada sektor pertanian, industri, perdagangan barang dan jasa, koperasi, pedagang kecil dan lainnya. Kredit diberikan untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas usahanya. Produktivitas perlu ditingkatkan karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap dapat tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing diera pasar bebas yang akan datang.


(19)

Keberagaman produk-produk yang ditawarkan oleh BMT belum banyak diketahui oleh masyarakat pada umumnya padahal BMT menawarkan produk-produk yang sangat menguntungkan kepada masyarakat khususnya pedagang-pedagang kecil yang memerlukan kredit untuk mengembangkan usahanya. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk-produk BMT diyakini merupakan satu faktor penyebab masyarakat ragu untuk mempercayakan transaksi keuangan di lembaga ini.

Berdasarkan latar belakang diatas dimana kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk-produk BMT maka penulis tertarik mengambil judul skripsi “Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pemahaman nasabah terhadap produk Baitul Maal Wat Tamwil khususnya di Kota Medan ?

2. Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman masyarakat terhadap Baitul Maal Wat Tamwil yang ada di Kota Medan ?

3. Bagaimana perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil apabila ditinjau dari jumlah nasabah, jumlah pembiayaan produk, dan jumlah pengumpulan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah nasabah paham terhadap produk Baitul Maal Wat Tamwil yang ada di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktorapakah yang mempengaruhi pemahaman masyarakat terhadap Baitul Maal watTamwilyang ada di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan,

jumlahpembiayaanproduk, danjumlahpengumpulandana Zakat, Infaq, danShadaqah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi terkait seperti Baitul Maal Wat Tamwil dan lembaga keuangan lainnya. 2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi

terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi masyarakat sebagai salah satu wadah untuk mendapatkan informasi tentang produk-produk Baitul Maal Wat Tamwil.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil 2.1.1. Sejarah Berdirinya Baitul Maal wat Tamwil

Keberadaan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu perintis lembaga keuangan dengan prinsip syariah di Indonesia, dimulai dari ide para aktivis Teknosa pada 1980. Koperasi inilah yang menjadi cikal bakal BMT yang berdiri pada tahun 1 Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK didirikan karena adanya tuntutan yang cukup kuat dari masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial untuk pengembangan usaha mikro dan kecil yang berbasis kepada kepentingan masyarakat (Pinbuk Sumatera Utara).

Perkembangan zaman yang mengubah pola hidup masyarakat mulai dari yang kekurangan hingga yang berkecukupan memunculkan kekhawatiran timbulnya pengikisan akidah, sesuai dengan hadist yang riwiyatkan Nabi Muhammad SAW bahwa “kefakiran itu mendekati kekufuran”. Kondisi perekonomian seseorang yang lemah sering memungkinkan seseorang itu berbuat sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai akidah. Oleh karena itu, BMT diharapkan mampu menjadi suatu lembaga yang dapat mengatasi kondisi tersebut melalui pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.


(22)

2.1.2 Pengertian Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal

dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak dan sedekah. Sedangkan

baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial (Sudarsono, 2004:64).

Dalam pengertian lebih jelasnya baitul tamwilyaitu rumah pengembangan harta yang melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Baitul maal menerima titipan dana zakat, infaq dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanah.

BMT juga merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial sebagai lembaga bisnis.BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan, yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya pada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan (Ridwan,2003:126).

BMT berasaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berlandaskan prinsip syariah Islam, keimanan, kekeluargaan, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah


(23)

dan legal. Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses di dunia dan di akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, sehingga pola pengelolaannya harus profesional (Soemitra,2010:453).

2.1.3 Visi dan Misi Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

Visi BMT yaitu menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat, yang kualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga mampu berperan menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.

Misi BMT yaitu mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan kelembagannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju dan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil dan berkemakmuran berkemajuan, serta makmur maju berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT (Soemitra, 2010:453).


(24)

2.1.4 Fungsi dan Peran Baitul Mal wa Tamwil ( BMT )

Tujuan didirikannya BMT untuk meningkatkan kualitas ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian ini dapat dipahami bahwa BMT berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Para anggota harus diberdayakan agar mandiri. Dengan menjadi anggota BMT masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya. Pemberian modal dapat memandirikan ekonomi para peminjamnya.

Adapun beberapa fungsi dari BMT (Widodo, 1999:44) :

1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT,

uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).

2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan.

3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan kepada para pegawainya.

4. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan efisien, maka setiap tipe dan lapisan masyarakat harus terwadahi, namun perbankan belum bisa menyentuh semua lapisan masyarakat, sehingga masih terdapat kelompok masyarakat yang


(25)

tidak terfasilitasi misalnya masyarakat yang secara legal dan administrativ tidak memenuhi kriteria perbankan. Prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh bank menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu terlayani. Mereka yang bermodal kecil dan penghindar resiko tersebut, jumlahnya cukup signifikan dalam Negara-negara Muslim seperti Indonesia, yang sebenarnya secara agregat memegang dana yang cukup besar.

Keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa peran (Sudarsono, 2004:97-98) antara lain :

1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami. Misalnya, supaya ada bukti dalam transaksi dilarang curang dalam menimbang barang,jujur terhadap konsumen dan sebagainya.

2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro. Misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.

3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera.Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik,misalnya melalui tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.


(26)

4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap,oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.

2.1.5 Ciri-Ciri Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Secara umumBMT merupakan lembaga ekonomi bukan bank yang dapat dijangkau dan mampu menjangkau nasabah kecil bawah (mikro) beroperasi secara syariah dengan potensi jaminan dari dalam atau sekitar lingkungannya sendiri. Selain itu bukan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.

Adapun ciri-ciri BMT (Soemitra, 2010:454) adalah sebagai berikut :

1. Lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak. 2. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan

ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.

3. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.


(27)

Sebagai lembaga milik dan dibawah kendali masyarakat setempat sehingga keuntungan yang diperolehnya adalah juga akan menjadi milik dan hak masyarakat setempat itu, disamping itu maju mundurnya BMT ini akan sangat ditentukan oleh masyarakat setempat itu sendiri. Di samping ciri-ciri utama diatas, BMT juga memiliki ciri-ciri khusus yaitu (Soemitra, 2010:455):

1. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan, produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik sebagai penyetor dana maupun sebagai penerima pembiayaan usaha.

2. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf yang terbatas, karena sebagian besar staf harus bergerak di lapangan untuk mendapatkan nasabah penyetor dana, memonitor, dan mensupervisi usaha nasabah.

3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya, biasanya di madrasah, masjid atau mushala, ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah dan anggota BMT. Setelah pengajian biasanya dilanjutkan dengan perbincangan bisnis dari para nasabah BMT.

4. Manajemen BMT diselenggarakan secara profesional dan Islami, di mana : - Administrasi keuangan, pembukuan dan prosedur ditata dan dilaksanakan dengan sistem akuntansi sesuai dengan standar akuntansi yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.

- Aktif, menjemput bola, beranjangsana, berprakarsa,proaktif,menemukan masalah dengan tajam dan menyelesaikan masalah dengan bijak, bijaksana, yang memenangkan semua pihak.


(28)

2.1.6 Pendirian BMT

BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas hukum yang bertahap. Pada awalnya dapat dimulai dengan kelompok swadaya masyarakat dengan mendapatkan sertifikiat operasi kemitraan dari PINBUK dan bila mencapai nilai aset tertentu bisa segera menjadi badan hukum koperasi(Karmen, 1996:216). Menurut aturan yang berlaku pihak yang berhak menyalurkan dan menghimpun dana masyarakat adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun dengan prinsip bagi hasil.

Berdasarkan buku “Pedoman Cara Pembentukan BMT”, yang disusun oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebuah LSM yang mendapat pengakuan BI dalam kaitan kerjasama pengembangan usaha kecil disebutkan bahwa anggota pendiri BMT harus terdiri dari 20-44 orang. Modal awal yang dibutuhkan BMT tersebut bisa diperoleh dari patungan para pendiri tersebut. Modal awal yang diperoleh dari para pendiri itu disebut simpanan pokok khusus. Simpanan ini mendapat prioritas atau penghargaan yang lebih dari Sisa Hasil Usaha (SHU). Di samping itu, para pendiri itu juga mendapat porsi SHU lainnya sesuai dengan keterlibatannya dalam usaha-usaha BMT.

Pembiayaan pada usaha mikro dengan bagi hasil disampaikan kepada BMT sesuai dengan akad. Dari bagi hasil ini, pengelola membayar honor pada pengelola semampunya secara bertahap, membesar, sewa kantor. Yang paling penting adalah bahwa dari bagi hasil ini, pengelola membayar pula bagi hasil kepada penyimpan dana, diusahakan lebih besar sedikit dari bunga uang kalau


(29)

penyimpan menyimpannya di bank konvensional, dengan demikian akan terdapat dorongan material bagi penyimpan untuk menyimpan dananya di BMT, selain mengharapkan pahala dan ridha dari Allah swt. Dengan memberikan bagi hasil pada penabung dan penjelasan yang tepat tentang visi, misi, tujuan dan usaha-usaha BMT, kekayaan BMT akan semakin bertambah, diimbangi dengan pembiayaan pada usaha mikro dan kecil semakin banyak dan lancar. BMT akan semakin maju dan berkembang.

2.1.7 Prinsip Operasional BMT

Prinsip operasional BMT antara lain:

- Tumbuh dari masyarakat sendiri dengan dukungan tokoh masyarakat, orang berada dan kelompok yang ada di daerah tersebut.

- Modal awal (Rp. 20 – Rp. 30 Juta) dikumpulkan dari para pendiri bentuk Simpanan Pokok dan Simpanan Pokok Khusus.

- Jumlah pendiri minimum 20 orang

- Landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak dikuasai oleh perseorangan dalam jangka panjang

- BMT adalah lembaga bisnis, membuat keuntungan, tetapi juga memiliki komitment yang kuat untuk membela kaum yang lemah dalam penanggulangan kemiskinan, BMT mengelola dana Maal (Azis,2006:20)


(30)

2.1.8 Struktur Organisasi Baitul Maal Wat Tamwil

Struktur organisasi BMT menunjukkan adanya garis wewenang dan tanggungjawab,garis komando serta cakupan bidang pekerjaan masing-masing.Struktur ini menjadi sangat penting supaya tidak terjadi benturan pekerjaan serta memperjelas fungsi dan peran masing-masing bagian dalam organisasi.Tentu saja masing-masing BMT dapat memiliki karakteristik tersendiri, sesuai dengan besar kecilnya organisasi. Namun demikian, struktur organisasi dalam setiap BMT terdiri dari (Ridwan,2003:141):

- Musyawarah Anggota Tahunan

Ini dilaksanakan setiap tahun sekali, yang dihadiri oleh semua anggota atau perwakilannya.

- Dewan Pengurus

Dewan Pengurus BMT pada hakekatnya adalah wakil dari anggota dalam melaksanakan hasil keputusan musyawarah tahunan.Oleh karenanya, pengurus harus dapat menjaga amanah yang telah dibebankan kepadanya. - Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah memiliki tugas utama dalam pengawasan BMT terutama yang berkaitan dengan sistem syariah yang dijalankannya. Landasan kerja dewan ini berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

- Dewan Pengawas Manajemen

Dewan pengawas Manajemen merupakan representasi anggota terutama berkaitan dengan operasional kerja pengurus. Masa kerja pengawas sama


(31)

dengan pengurus. Anggota dewan pengawas manajemen dipilih dan disahkan dalam musyawarah anggota tahunan. Setiap anggota BMT memiliki hak yang sama untuk dipilih menjadi dewan pengawas manajemen.

- Pengelola yang terdiri minimal terdapat Manajer, Marketing, Accounting dan Kasir

Pengelola merupakan satuan kerja yang dibentuk oleh dewan pengurus.Mereka merupakan wakil pengurus dalam menjalankan fungsi operasional keseharian.Ia bertanggungjawab kepada pengurus dan jika diminta dapat memberikan penjelasan kepada anggota dalam musyawarah anggota. Satuan kerja pengelola dipimpin oleh manajer atau direktur diusulkan oleh pengurus dan ditetapkan dalam musyawarah tahunan. Namun demikian, pengurus dapat mengusulkan diadakan musyawarah bersama pengawas untuk memberikan dan mengganti direksi atau manajer, jika nyata-nyata manajer/direktur telah melanggar aturan BMT.

2.2 Produk-Produk Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)

Pendirian BMT didesain untuk bermitra dengan usaha-usaha mikro yang tidak bisa dijamah oleh perbankan, baik konvensional maupun syariah.Kegiatan utama BMT adalah menghimpun dana dan mendistribusikan kembali kepada anggota dengan imbalan bagi hasil atau mark up atau margin sesuai syariah.

Dasar-dasar pengelolaan BMT dengan sistem syariah tidak menggunakan bunga sebab bunga adalah riba. Komitmen ini berdasarkan pada pengertian mengenai Q.S. 2 :278-279, 2 : 275-276, 3:130, 4:29, dan 30:39. Apalagi setelah


(32)

MUI, dalam Rakernas di Jakarta Desember 2004, menyatakan fatwanya bahwa bunga bank haram hukumnya sebab bunga bank adalah riba.Seiring dengan gagasan Islamisasi perbankan, maka BMT pun mempedomani prinsip bagi hasil sebagai pengganti sistim bunga.

Dalam pembiayaan, fungsi dan layanan BMT tidak berbeda dengan bank syariah. BMT juga menjadi penyandang dana bagi pengusaha yang datang kepadanya untuk mengajukan permohonan dana. Besar kecil dana dalam permohonan pengusaha itu pada akhirnya mendapatkan ketetapannya dari pihak BMT. Produk-produk dan jasa-jasa yang ditawarkan oleh BMT kepada nasabahnya dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: produk penghimpunan dana dan produk pembiayaan (Widodo,1999:83)

2.2.1. Produk Penghimpunan Dana

Pada sistem operasional BMT syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Produk penghimpunan dana lembaga keuangan syariah diantaranya.

1. Tabungan Wadiah

Tabungan Wadiah adalah produk simpanan yang bisa ditarik kapan saja.Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola.Setiap dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan tabungan oleh BMT.Besarnya bonus tidak ditetapkan di muka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan BMT.Sungguhpun demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk senantiasa kompetitif (Fatwa DSNMUI-No. 01/DSN-MUI/IV/2000).


(33)

2. Tabungan Mudharabah

Dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akandiberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah.Nasabah bertindak sebagai shahibul maal danlembaga keuangan syariah bertindak sebagai mudharib (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000).

3. Deposito Mudharabah

BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan syariah dan mengembangkannya. BMT bebas mengelola dana (Mudharabah Mutaqah). BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah juga shahibul maal.Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan penggunaan dana untuk jenis dan tempat tertentu. Jenis ini disebutMudharabah Muqayyadah.

Beberapa produk simpanan ini diantaranya adalah : - Simpanan Aqiqah

Merupakan tabungan yang sengaja dipersiapkan untuk melaksanakan qurban pada hari raya Idul Adha atau pada penyembelihan aqiqah. Tabungan dapat diambil pada saat akan melaksanakan qurban pada hari raya atau pada saat aqiqah. Pihak BMT memberikan bagi hasil yang dihitung berdasarkan saldo rata-rata tiap bulan.

- Simpanan Hari Raya

Merupakan simapanan nasabah atau penabung yang dijamin keutuhan nilainya dan tabungan tersebut dapat diambil pada saat menjelang hari raya untuk mempersiapkan kebutuhan hari raya. Pihak BMT melakukan


(34)

bagi hasil yang di hitung berdasarkan saldo rata-rata tiap bulan. - Simpanan Wadiah

Merupakan simpanan nasabah atau penabung yang sifatnya adalah titipan dan dapat diambil pada saat diperlukan. Pihak BMT memberikan bagi hasil berdasarkan saldo rata-rata tiap bulan.

- Simpanan Tarbiyah

Merupakan simpanan nasabah atau penabung bagi pelajar/mahasiwa yang dapat diambil pada waktu tertentu untuk kebutuhan biaya pendidikan dan dijamin keutuhannya.

2.2.2. Produk Pembiayaan

Dalam pembiayaan, fungsi dan layanan BMT tidak berbeda dengan bank syari’ah. BMT juga menjadi penyandang dana bagi pengusaha yang datang kepadanya untuk mengajukan permohonan dana. Besar kecil dana dalam permohonan pengusaha itu pada akhirnya mendapatkan ketetapannya dari pihak BMT. Beberapa produk pembiayaan diantaranya:

2.2.2.1.Sistem Bagi Hasil

1. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dan keuntungan usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak(Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 40).


(35)

Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa BMT menanggung seluruh modal sedangkan nasabah hanya memiliki modal keahlian (tetapi tidak mempunyai dana). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan sedangkan kerugian seluruhnya ditanggung oleh pemilik modal (BMT) selama bukan akibat kelalaian si pengelola.

Aplikasi dalam BMT untuk mudharabah dari sisi pembiayaan adalah: 1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

2. Investasi khusus (mudharabah muqayyadah), dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang tetapkan oleh

shahibul maal.

2. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 50).Dari pengertian di atas, dapat dilihat ciri-ciri dari perjanjian/akad musyarakah, yaitu kontribusi dana berasal dari dua pihak (BMT dan nasabah) dan bagi hasil berdasarkan kontribusi modal. Dalam musyarakah, kepemilikan dua orang atau lebih terbagi dalam sebuah aset nyata. Dalam hal pengelolaan usaha, pihak BMT diikutsertakan atau dilibatkan dalam proses manajemen.


(36)

Aplikasi BMT untuk akad musyarakah adalah (Antonio, 1999:197):

1. Pembiayaan Proyek. Nasabah dan BMT sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati bersama.

2. Modal Ventura. Pada BMT-BMT yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu BMT melakukan divestasi, baik secara singkat maupun bertahap.

2.2.2.2.Sistem jual beli 1. Murabahah

BMT membeli barang kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. BMT harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Nasabahmembayar harga barang yang telah disepakati dalam jangka waktu tertentu (Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000).

Dalam hal ini BMT bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

Sistem ini diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit

(L/C). Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia BMT pada umumnya.


(37)

2. Bai as-salam

Bai as-salam jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran hargalebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Pembayaran harus dilakukan padasaat kontrak disepakati. Waktu penyerahan barangditetapkan berdasarkan kesepakatan dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati pula (HimpunanFatwaDSN-MUI, 2003 : 30).

3. Bai al-istishna

Bai al-istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengankriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antarapemesan (pembeli, mustashni) dan penjual (pembuat, shani) (Himpunan Fatwa DSN-MUI,2003:36). Transaksi Bai al-istishna biasanya dipakai untuk pembiayaan konstruksi dan barang-barang manufaktur jangka pendek. Kontrak

Bai al-istishna walaupun kelihatan sama dengan bai’ as-salam tetapi berbeda.

2.2.2.3.Sistem Jasa

Di samping produk pembiayaan, BMT syariah juga mempunyai produk-produk jasa atau pelayanan. Produk ini juga merupakan penerapan dari akad-akad syariah. Produk jasa yang lazim diterapkan BMT syariah diantaranya adalah (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003) :

1. Wakalah

Wakalah berarti pelimpahan kekuasan dari satu pihak ke pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003:66). Prinsip perwakilan diterapkan dalam BMT syariah dimana BMT bertindak sebagai wakil dan nasabah sebagai pemberi wakil (muwakil) (Antonio, 1999:252).


(38)

Prinsip ini diterapkan untuk pengiriman uang atau transfer, penagihan (collection/inkasso), dan letter of credit (L/C). Sebagai imbalan, BMT mengenakan fee atau biaya atas jasanya terhadap nasabah.

2. Kafalah

Kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin (Antonio, 1999:231).Dalam pengertian lain, kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

Prinsip penjaminan yang diterapkan oleh BMT syariah di mana BMT bertindak sebagai penjamin sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin. Seperti halnya dalam wakalah, untuk jasa al kafalah BMT syariah pun mendapat bayaran dari nasabahnya.

3. Hawalah

Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya(Antonio, 1999:201).Prinsip ini diterapkan oleh BMT syariah di mana BMT bertindak sebagai penerima pengalihan piutang dan nasabah bertindak sebagai pengalih piutang. Untuk jasa ini BMT syariah mendapatkan upah pengalihan dari nasabah.Aplikasi dalam BMT untuk jasa ini adalah factoring atau anjak piutang, post-date check, bill discounting.

4. Rahn

Rahn adalah menahan harta milik si peminjam sebagi jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai


(39)

ekonomis (Antonio, 1999:213).Dalam jasa ini pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.

5. Qardh

Qardh adalah pinjamam yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan. Nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003:111).

Penerapannya produk ini adalah :

1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamkannya itu.

2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya tersimpan dalam bentuk deposito.

3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha sangat kecil atau membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu qardhul hasan.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pemahaman nasabah terhadap produk Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan. Penulis memilih 3 BMT yang ada di Kota Medan sebagai objek dalam penelitian ini.

3.2. Jenis Data dan Sumber

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, diperoleh dari wawancara secara langsung yaitu kepada para nasabah BMT Kota Medan melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan.

2. Data sekunder, data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telah

berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, internet dan lain-lain.

2. Kuesioner, penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Kuesioner ini ditujukan kepada para nasabah


(41)

yang melakukan transaksi di BMT Kota Medan. Jawaban atas pertanyaan ini digunakan sebagai data dalam penelitian.

3.4. Metode Pemilihan Populasi dan Sampel

Dalampenentuan sample dikemukakanbahwa “apabilasubjeknyakurang

dari 100 orang, lebihbaikdiambilsemuasehinggapenelitianmerupakanpenelitianpopulasi.Selanjutn

yajikajumlahsubjeknyalebihdari 100 orang makadapatdiambilantara 10%-15%, 20%-25% (Arikunto, 1994:104).Dari 32 BMT yang aktif di Kota Medan penulis mengambil 3 BMT sebagai objek kajian mewakili BMT Kota Medan yaitu BMT GPA Mandiri, BMT Ar – Roudah, dan BMT Waasil. Berikut tabel kajian objek terpilih:

Tabel 1.2 Kajian Objek Terpilih BMT Terpilih Sebagai

Objek Kajian

Populasi BMT Terpilih

Sampel

BMT GPA Mandiri 200 Orang 20 Orang

BMT Waasil 200 Orang 20 Orang

BMT Ar-Roudah 400 Orang 40 Orang

Jumlah 800 Orang 80 Orang

Sumber : Data Pinbuk 2013yang Telah Diolah

Dari tabel diatas besarnyapopulasidari 3 BMT yang diambil sebagai objek

kajian terpilih berjumlah 800 nasabah, maka sample yang

akandiambiluntukdijadikansebagairespondendalampenelitianiniadalahsebesar 10% dari total jumlah nasabah 3 BMT Kota Medan, sehingga jumlah samplenya sebanyak 80orang responden. Penulis mengambil objek kajian terpilih tersebut karena berada dilokasi yang cukup strategis di Kota Medan. 3 BMT tersebut terletak didaerah yang berpotensi untuk peningkatan perekonomian ekonomi


(42)

masyarakat. Dalammenentukan sample menggunakanmetodepengambilan sample dengan Simple Random Sampling yaitusalahsatumetode sample probabilitasdilakukandengancaraacaksederhanadansetiaprespondenmemilikikemu ngkinan yang samauntukdipilihsebagai sample (Muhammad Teguh,1999:160). Metodepengumpulan data untuk variable diatasmenggunakanself administered survey, yaiturespondendimintauntukmengisikuesioner yang diberikan.

3.5. Metode Analisis dan Pengelolaan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17,0. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif, dimana data yang diperoleh dianalisis sehingga diperoleh berbagai gambaran yang menunjukkan pemahaman nasabah terhadap produk yang ditawarkan BMT dalam hal ini produk penghimpunan dana dan produk pembiayaan. Disamping itu dilakukan pula dengan bentuk analisis lain seperti:

1. Grafik, yaitu tabel yang berupa angka-angka yang disajikan kedalam bentuk gambar. Analisis yang dilakukan oleh penulis menunjukkan persantase pemahaman nasabah terhadap produk-produk BMT.

2. Tabulasi silang (cross tab), merupakan cara termudah bagi penulis untuk melihat asosiasi dalam sejumlah data dengan perhitungan persentase. 3. Tabel frekuensi, yaitu salah satu bentuk penyajian data. Tabel ini dibuat

agar data yang telah dikumpulkan dalam jumlah yang sangat banyak dapat disajikan dalam bentuk yang jelas. Tabel ini juga dibuat untuk menyederhanakan bentuk dan jumlah data sehingga ketika penulis


(43)

menyajikan kepada para pembaca dapat dengan mudah dipahami atau dinilai.

3.6. Defenisi Operasional

1. Baitul Maal Wat Tamwil adalah Suatu lembaga keuangan mikro di Kota Medan yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil.

2. Nasabah BMT adalah masyarakat Kota Medan yang menggunakan jasa BMT baik berupa kredit maupun simpan pinjam.

3. Pemahaman adalah proses pengetahuan nasabah dalam hal ini nasabah BMT Kota Medan mengetahui tentang seluk beluk produk yang ada pada lemabaga keuagan BMT kota Medan.

4. Produk BMT adalah produk-produk atau jasa-jasa yang ditawarkan oleh BMT di Kota Medan kepada nasabahnya.


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Baitul Maal wat Tamwil Kota Medan. 4.1.1 Sejarah Singkat Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK)

PINBUK didirikan pada 13 Maret 1995 oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan latar belakang adanya tuntutan yang kuat dari masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam sistem dan struktur ekonomi dan sosial untu k pengembangan usaha mikro dan kecil yang berbasis kepada kepentingan masyarakat banyak. Untuk itu selama bertahun–tahun, berhadapan dengan perubahan kondisi pemerintah dan kehidupan sosial ekonomi bangsa. PINBUK berikhtiar untuk selalu istiqamah dalam program-program pemberdayaan masyarakat untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan dengan cara berkeadilan. Upaya-upaya dalam membawa perubahanmasyarakat, PINBUK bekerja pada layanan-layanan seperti ; Pelatihan dan pendidikan atau peningkatan kapasitas khusus untuk peningkatan kapasitas kewirausahaan, dan

transformative leadership, pengembangan keterampilan informasi dan teknologi serta penyediaan lembaga modal yang berbasis anggota yang dikenal dengan nama LKM/BMT.

Sejak awal pendiriannya, PINBUK memposisikan diri untuk menjadi pioner Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) khususnya dalam mendorong gerakan masyarakat berswadaya menumbuhkembangkan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal Wat Tamwil dan lembaga-lembaga bisnis mikro


(45)

yang berbasis potensi dan kepentingan masyarakat tingkat akar rumput. PINBUK Indonesia, dengan pengalaman yang cukup lama juga telah memiliki infrastruktur pendukung; Unit Usaha/Badan Otonom/BUMP, mulai dari pengembangan kelembagaan, SDM, teknologi informasi, akses pembiayaan hingga riel bisnis (non finance),tiba saatnya untuk mengembangkan sistem standar yang diaplikasikan untuk perwakilannya (yang kemudian diistilahkan dengan Gugus Wilayah/GUSWIL) di berbagai wilayah di Indonesia dengan pendekatan semi franchise/waralaba dimana setiap perwakilan wajib mengikuti segala ketentuan standar yang ditetapkan oleh PINBUK Indonesia sehingga diharapkan menghasilkan efektifitas dan efesiensi yang tinggi yang pada gilirannya dapat mempercepat pencapaian visi dan misinya dalam pemberdayaan umat di Indonesia.

PINBUK di Sumatera Utara didirikan sesuai dengan surat keputusan PINBUK Pusat NOMOR: 05l/KPTS-PINBUK/V/2011 tentang struktur kepengurusan Badan Pekerja Perwakilan PINBUK (BPP PINBUK) pada tanggal 10 Mei 2011. Kehadiran PINBUK di Kota Medan diyakini dapat mempengaruhi perkembangan BMT, hal ini dapat terlihat dalam tabel 1.1 yang menunjukkan banyaknya jumlah BMT yang berdiri di Kota Medan.

4.1.2 Kegiatan Usaha PINBUK

Sebagai Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) yang berorientasi “gerakan pemberdayaan masyarakat” dan sekaligus sebagai

Business Development Service–Provider(BDS-P) yang berorientasi “layanan pengembangan usaha/bisnis”. Kegiatan usaha PINBUK terdiri dari:


(46)

A. Layanan Penumbuhkembangan BMT

1. Konsultasi Pendirian BMT Swadaya Masyarakat

2. Konsultasi Pengembangan BMT Berbasis Program (Pemda, BUMN, CSR Perusahaan, dsb)

Perlunya fasilitas layanan untuk mengembangakn BMT dilakukan dengan tujuan agar masyarakat semakin mengenal fungsi dan peran BMT. Layanan konsultasi BMT swadaya masyarakat diharapkan menjadi wadah bagi mereka untuk mengetahui dan menarik minat menjadi nasabah di BMT. Selain itu BMT dapat melakukan pengembangan programnya dengan dukungan Pemda, BUMN, dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan.

B. Layanan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) 1. Pembuatan Modul

2. Rekrutmen SDM

3. Pelatihan BMT Berbasis Komunitas 4. Pelatihan BMT Berbasis Kompetensi 5. Sertifikasi Kompetensi SDM BMT

Kelima layanan pengembangan SDM di desain secara khusus untuk memenuhi kebutuhan pengembangan BMT dalam rangka pengembangan potensi-potensi dari pengurus dan pengelola agar menjadi SDM yang berkualitas. Hal ini dilakukan agar SDM tersebut mampu mengembangkan BMT dan membawa BMT menjadi lembaga yang dapat mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat.


(47)

C. Layanan Pembiayaan & Pendampingan BMT 1. Akses Pembiayaan BMT

2. Pendampingan/TechnicalAssistance

Dalam menjaga keberlangsungan dan menjalankan fungsi BMT sebagai lembaga keuangan diperlukan pengelolaan manajemen yang baik. Melalui akses pembiayaan BMT yang baik akan memberikan dampak kepercayaan yang tinggi dari nasabah. Begitu pula dengan layanan pendampingan dari BMT akan menciptakan kepercayaan yang tinggi sehingga dapat menjadikan nasabah menjadi loyal.

D. Layanan Teknologi Informasi

1. Software Aplikasi Untuk “Core-Micro-Banking” BMT/KJKS 2. Software Aplikasi Untuk Online Report Center

3. Software Aplikasi Untuk IBS Mobile Colecting (HP &Mini Printer) Angsuran & Tabungan

4. Software Aplikasi Untuk Virtual Payment Mobile 5. Software Aplikasi Untuk Laboratorium Banking/BMT

Teknologi berperan dalam menumbuhkembangkan BMT menjadi lembaga keuangan masyarakat yang berkompeten. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dapat mempermudah akses layanan BMT kepada masyarakat.


(48)

E. Layanan Pengembangan Bisnis dan Kewirausahaan

1. Pengembangan Usaha Bersama Masyarakat Berbasis Sentra/Klaster

2. Pengembangan Wirausaha dengan pola Waralaba/Franchise

3. Pengembangan Wirausaha dengan pola Mentoring/Coaching

Layanan pengembangan bisnis dan kewirausahaan di BMT tidak hanya menunjukkan fungsi BMT yang hanya sebagai fungsi sosial tetapi juga berperan dalam fungsi ekonomi. Berperannya fungsi BMT tersebut dapat membawa dampak kesejahteraan bagi nasabah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

F. Layanan Penguatan Ruhiyah

1. Pelatihan Seven Value Character (SVC) for Business (BMT) 2. Pelatihan Seven Value Character (SVC) for Teacher/Fasilitator Kedua pelatihan diatas dilakukan BMT untuk menambah wawasan bagi BMT dan pengurus/pengawas dalam upaya pengembangan kualitas SDM. SDM yang berkualitas pasti mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan kreativitasnya dalam mengembangkan BMT.

4.1.3. Visi dan Misi PINBUK 4.1.3.1. Visi PINBUK

Menjadi lembaga yang terpercaya di Indonesia dalam penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dan kelompok-kelompok Usaha Mikro yang mandiri, berkelanjutan dan mengakar di masyarakat. Berdasarkan visi tersebut diharapkan BMT menjadi lembaga


(49)

pendukung kegiatan ekonomi masyarakat menengah kebawah dengan landasan sistem syariah.

4.1.3.2.Misi PINBUK

Mewujudkan kehidupan “Rahmatan lil’Alamin”, Rahmat bagi semua, dengan:

1. Membangun kesadaran dan keswadayaan masyarakat dalam

pengembangan LKMS/BMT dan kelompok-kelompok usaha mikro yang mandiri, berkelanjutan dan mengakar di masyarakat, dengan menguatkan komitmen sosial dan spiritual.

2. Menumbuhkembangkan praktek-praktek kewirausahaan yang bermutu dan profesional.

3. Menciptakan akses yang lebih mudah hingga masyarakat miskin dan usaha mikro mampu menjangkau peluang, informasi dan sumberdaya untuk pengembangan usaha.

4. Mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi masyarakat miskin dan usaha mikro serta lembaga-lembaga pendukung dalam pengembangannya.

5. Mendorong terwujudnya kebijakan publik yang mendukung pada

peningkatan akses masyarakat miskin dan usaha mikro kepada sumber daya ekonomi melalui pengembangan LKM/BMT.

6. Mengembangkan lembaga-lembaga pendukung/infrastruktur dalam

pengembangan kualitas dan kuantitas LKM serta layanan pengembangan usaha mikro.


(50)

7. Melaksanakan pemberdayaan masyarakat yang terpadu dalam aspek usaha ekonomi produktif (UEP) dan usaha kesejahteraan sosial (UKS) pada berbagai kelompok masyarakat.

8. Memasyarakatkan ekonomi syariah di level masyarakat akar rumput.

Untuk mencapai visi yang disusun oleh PINBUK, kedelapan misi diatas harus dilaksanakan secara konsisten. Melalui program-program yang terangkum dalam misi PINBUK tersebut diharapkan dapat mengakomodir aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta menjadi lembaga yang berbasis ekonomi kerakyatan.

4.1.4 Profil Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Kota Medan

Baitul Maal Wat Tamwil merupakan badan usaha kecil mikro dengan sistem syariah yang berbagi hasil dimana kegiatan usahanya dibawah naungan Pusat Inkubasi Bisinis Usaha Kecil (PINBUK). BMT melakukan kegiatan transaksi keuangan berupa pendanaan, pembiayaan dan produk jasa. Program tersebut sangat baik untuk dilakukan karena mampu membantu masyarakat pengusaha kecil atau mikro. Oleh karena itu, pihak BMT harus selalu melakukan pengawasan dan pembinaan yang rutin kepada para nasabah khususnya kepada pengusaha baru ataupun terhadap usaha yang telah ada sehingga kemunduran dalam usaha mampir diatasi secara cepat dan tepat.

BMT Kota Medan didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan kehidupan keluarga anggota dan masyarakat disekitar BMT yang penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Dengan tujuan ini maka anggota dan masyarakat akan hidup sejahtera tanpa adanya lagi kesulitan dan selamat dunia


(51)

akhirat. Kehadiran BMT di Kota Medan sampai saat ini sudah cukup banyak, ada 26 BMT yang aktif di Kota Medan. Berikut daftar BMT yang ada di Kota Medan berdasarkan kecamatan.

Tabel 4.1

Daftar Nama BMT Berdasarkan Kecamatan di Kota Medan

No Nama Kecamatan Nama BMT

1 Medan Area

BMT El-Hafiz BMT Qania BMT Al-Munawar BMT Amanah Ray

BMT El-Ridho

2 Medan Petisah BMT PT3

BMT Mesjid Ar-Ridwan

3 Medan Sunggal

BMT MES BMT Waasil BMT Aman Mandiri

4 Medan Peijuangan

BMT Bina Mitra Mandiri BMT Zam Zam BMT Putri Batuah

5 Medan Johor BMT El-Sabil

BMT Deli Mas

6 Medan Polonia BMT UB Amanah Syariah

7 Medan Maimun BMT El-Ikla

BMT GPA Mandiri

8 Medan Tembung

BMT Ananda Putra BMT El-Hijrah 01 BMT Amanah Sejahtera

9 Medan Selayang BMT Ar-Roudah

BMT Al-Kautsar

10 Medan Helvetia BMTHarapan Mandiri

11 Medan Barat BMT P3TM Pulo Brayan

12 Medan Kota BMT Al-Amelina

Sumber : Data Pinbuk 2014 yang Telah Diolah


(52)

4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan 4.2.1 Profil Responden

Responden penelitian ini berjumlah 80 orang. Responden merupakan nasabah BMT di Kota Medan. Penulis memperoleh profil responden dengan mendatangi kantor BMT terpilih dalam penelitian ini yang ada di Kota Medan. Nasabah yang menjadi responden diberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner dimana jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut akan disajikan dalam bentuk tabulasi silang (crosstab),tabel, frekuensi, dan grafik.

4.2.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Perbandingan jenis kelamin nasabah dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah disebar. Perbandingan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman nasabah terhadap produk-produk BMT. Dari jumlah responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 80 orang, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-Laki 36 45

Perempuan 44 55

Total 80 98,8

Sumber : Data Primer (2014)

Berdasarkan Tabel 4.2 dijelaskan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang responden dapat diketahui bahwa jumlah nasabah perempuan lebih banyak dari pada jumlah nasabah laki-laki. Dilihat dari frekuensi dan persentasenya maka jumlah nasabah perempuan sebanyak 44 orang dengan tingkat persentase 55% dari total jumlah responden yang ada.


(53)

Sedangkan untuk nasabah laki-laki beijumlah 36 orang dengan tingkat persentase sebesar 45% dari total jumlah responden yang ada. Data ini menunjukkan bahwa rasio nasabah

4.2.3. Data Responden Berdasarkan Kelompok Usia

Latar belakang nasabah dalam menggunakan produk BMT pasti berbeda- beda. Salah satu faktor yang melatarbelakanginya dapat dilihat dari kelompok usia responden. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui data responden berdasarkan kelompok usia, yang akan dijelaskan tabel berikut:

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

< 20 Tahun 10 12,5

21-30 Tahun 40 50

31-40 tahun 24 30

>40 Tahun 6 7,5

Total 80 100

Sumber : Data Primer (2014)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang responden dapat diketahui bahwa jumlah nasabah dengan kelompok umur < 20 tahun sebanyak 10 orang (12,5%), kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 40 orang (50%), kelompok usia 31-40 tahun 30%, dan kelompok umur > 40 tahun sebanyak 6 orang (7,5%). Dari tabel 4.3 mayoritas responden berumur 21-30 tahun yaitu sebanyak 40 orang dan yang lainnya berada pada setiap kelompok umur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah nasabah pada usia produktif dan semua kelompok umur menjadi nasabah di BMT.


(54)

4.2.4. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan

Pekerjaan dan tingkat pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan yang baik manusia akan mampu meningkatkan kesejahteraan hidup baik dari segi pekerjaaan dan pendapatannya. Dalam penelitian ini penulis menggabungkan data responden antara pekerjaan dengan tingkat pendidikan yang akan dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan

Pekerjaan Keterangan

Tingkat Pendidikan

Total

SD SMP SMA DIPLOMA

I/II/III

SI/ S2 PNS/TNI/

POLRI

Jumlah 0 1 1 1 7 10

% dari Total 0 1,3 1,3 1,3 8,8 12,5

Pegawai Swasta

Jumlah 0 0 7 6 26 39

% dari Total 0 0 8,8 7,5 32,5 48,8

Wiraswasta Jumlah 1 2 10 2 12 27

% dari Total 1,3 2,5 12,5 2,5 15 33,8

Pelajar Jumlah 0 0 3 0 0 3

% dari Total 0 0 3,8 0 0 3,8

Lain-lain Jumlah 0 1 0 0 0 1

% dari Total 0 1,3 0 0 0 1,3

Total Jumlah 1 4 21 9 45 80

% dari Total 1,3 5 26,3 11,3 56,3 100

Sumber : Data Primer (2014)

Berdasarkan Tabel 4.4 antara pekerjaan dan tingkat pendidikan, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan nasabah didominasi oleh tingkat pendidikan sarjana (S1,S2) yang berjumlah 45 orang atau 56,3% dan pekerjaan sebagai pegawai swasta yang berjumlah 39 orang atau 48,8%. Kemudian tingkat SMA dengan jumlah sebanyak 21 orang (26,3%) mayoritas pekerjaan adalah wiraswasta yang berjumlah 10 orang (12,5%). Untuk tingkat Diploma (D1,D2,D3) sebanyak 9 orang nasabah dengan persentase 11,3% yang mayoritas pekerjaannya pegawai


(55)

swasta (7,5%) dan tingkat SMP sebanyak 4 orang (5%), tingkat SD berjumlah 1 orang (1,3%) yang mayoritas pekerjaannya adalah wiraswasta.

4.2.5. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan

Setiap nasabah di BMT Kota Medan pasti memiliki pekerjaan dan pendapatan. Pekerjaan dan tingkat pendapatan yang mereka miliki juga bermacam-macam, ada yang berpendapatan tinggi, sedang dan rendah. Dimana dengan pendapatan tersebut nasabah mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pada umumnya pekerjaan yang baik akan menghasilkan pendapatan yang tinggi. Berikut ini akan ditampilkan data responden berdasarkan pekerjaan dan pendapatan yang akan diuraikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan

Pendapatan

/Bulan Keterangan

Pekerjaan Total PNS/TNI /POLRI Pegawai Swasta Wira

Swasta Pelajar

Lain- Lain

<Rp. l Juta Jumlah 0 1 1 3 0 5

% dari Total 0 1,3 1,3 3,8 0 6,3

Rp. 1 juta – Rp. 2,5 juta

Jumlah 8 25 10 0 1 44

% dari Total 10,0 31,3 12,5 0 1,3 55,0

Rp. 2,6 juta – Rp. 5 juta

Jumlah 2 13 13 0 0 28

% dari Total 2,5 16,3 16,3 0 0 35,0

Rp. 5 juta – Rp.10 juta

Jumlah 0 0 3 0 0 3

% dari Total 0 0 3,8 0 0 3,8

Total Jumlah 10 39 27 3 1 80

% dari Total 12,5 48,8 33,8 3,8 1,3 100

Sumber : Data Primer (2014)

Hasil yang dapat dijelaskan berdasarkan Tabel 4.5 adalah sebanyak 39 responden (48,8%) memiliki pekerjaan sebagai Pegawai swasta dengan tingkat pendapatan terbanyak Rp 1 juta-Rp 2,5 juta per bulan sebesar 25 responden (31,3%). Terdapat 27 responden (33,8%) yang memiliki pekerjaan sebagai


(56)

wiraswasta yang pendapatannya mayoritas Rp 2,6 juta-Rp 5 juta. Kemudian responden yg memiliki pekerjaan sebagai PNS/TNI/POLRI sebanyak 10 orang (12,5%) yang memiliki tingkat pendapatan yang bermacam-macam, mayoritasnya sebesar Rp 1 juta-2,5 juta. Kemudian 3 responden (3,8%) yang masih berstatus pelajar juga berpenghasilan < Rp.l juta. Terakhir 1 responden memilih pekerjaan lainnya, berpendapatan Rp 1 juta-2,5 juta dengan persentase 1,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pekerjaan responden sebagian besar sebagai pegawai swasta dan memiliki tingkat pendapatan yang tidak terlalu tinggi yaitu rata-rata Rp 1 juta- Rp. 2,5 juta, sehingga dengan menjadi nasabah di BMT dapat meningkatkan tingkat pendapatan mereka masing-masing

4.2.6. Lama Responden Menjadi Nasabah BMT

Kepercayaan nasabah terhadap suatu lembaga keuangan syariah seperti pada BMT terlihat pada lamanya seseorang atau badan tersebut menjadi nasabah BMT tersebut. Ketika seseorang sebagai nasabah merasa yakin dengan BMT yang mampu memberikan apa yang diinginkan dan kepuasan bagi nasabah, maka nasabah tersebut tidak akan berpindah ke lembaga keuangan syariah lainnya. Pada Tabel 4.6 dibawah ini akan terlihat mengenai data responden berdasarkan lama menjadi nasabah.


(57)

Tabel 4.6

Lama Responden Menjadi Nasabah BMT Lama Responden Menjadi

Nasabah Frekuensi Persentase (%)

3 Tahun 8 10

4 Tahun 8 10

1 Tahun 10 12,5

2 Tahun 24 30

> 5 Tahun 30 37,5

Total 80 100

Sumber : Data Primer (2014)

Jika dilihat dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memilih > 5 tahun, mereka telah lama menjadi nasabah di BMT yang rata-rata mencapai 5-10 tahun. Responden tersebut berjumlah 30 orang dengan persentase sebesar 37,5%. Kemudian selanjutnya lama menjadi nasabah adalah 2 tahun dengan total responden yaitu berjumlah 24 orang (30%), Sedangkan untuk lama responden menjadi nasabah kategori 1 tahun dengan total responden sebanyak 10 orang (12,5%). Untuk kategori lama responden menjadi nasabah 3 tahun dan 4 tahun, jumlah respondennya masing-masing adalah 8 orang dengan persentase sebesar 10%. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden sudah menjadi nasabah selama lebih dari 5 tahun yang menunjukkan bahwa nasabah tersebut yakin dengan BMT sehingga nasabah tersebut tidak berpindah ke lembaga keuangan lain. Untuk lebih jelasnya, dapat juga dilihat melalui Gambar 4.1 berikut ini:


(58)

Gambar 4.1 Lama Menjadi Nasabah

4.2.7. Data Responden Berdasarkan Media yang Digunakan Untuk Mengetahui Tentang BMT

Promosi BMT memiliki bentuk dan jenis yang beragam. Calon nasabah dapat menerima informasi melalui media massa, sosialisasi dari pihak BMT, kerabat/teman dan media media lainnya. Diantara berbagai macam media tersebut pasti ada satu media yang mempunyai peran penting dalam proses promosi pihak BMT. Pada Tabel 4.7 dibawah ini akan terlihat data responden berdasarkan media nasabah mengenai tentang BMT.


(59)

Tabel 4.7

Data Responden Berdasarkan Media yang Digunakan Untuk Mengetahui Tentang BMT

Media Nasabah

Mengetahui Tentang BMT Frekuensi Persentase (%)

Surat Kabar/Majalah 5 6,2

Radio/Televisi 8 10

Pengurus/Pegawai BMT 31 38,8

Teman/Keluarga 35 43,8

Lainnya 1 1,2

Total 80 100

Sumber : Data Primer 2014

Media yang mayoritas dipilih oleh responden untuk mengetahui tentang BMT adalah teman/keluarga. Media ini dipilih oleh sebanyak 35 orang responden atau sebesar 43,8% dari total responden. Selanjutnya yang menjadi pilihan terbesar kedua adalah pengurus/pegawai BMT Sebanyak 31 orang memilih pilihan ini atau 38,8%. Kemudian 8 orang dengan persentase sebesar 10% memilih media radio/televisi dan sebanyak 5 orang atau sebesar 6,2% dari total responden memilih media surat kabar/majalah, dan sisanya sebanyak 1 orang atau sebesar 1,5% dari total populasi memilih media lain. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya sosialisai lewat surat kabar/majalah, radio dan televisi untuk memperkenalkan fungsi dan tujuan BMT. Karena melalui kedua media ini diyakini BMT dapat menarik minat masyarakat lebih banyak.

4.2.8. Hasil Analisis Data dan Deskriptif Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas mengenai tingkat pemahaman nasabah terhadap produk-produk di BMT Kota Medan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor apa yang dominan sehingga masyarakat memahami produk- produk BMT yang ada di Kota Medan. Sama halnya dengan sub bab yang


(60)

sebelumnya, berdasarkan data hasil kuesioner dibawah ini juga diolah melalui program komputer SPSS 17,0 descriptive analysis yang disajikan dalam bentuk tabulasi silang, tabel, frekuensi, persentase, dan gambar (grafik)

4.2.8.1 Pemahaman Nasabah Terhadap Produk-Produk BMT di Kota Medan

Pemahaman tentang produk merupakan hal penting bagi nasabah untuk menentukan atau memilih produk apa yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Dalam hal ini tujuannya agar nasabah tidak salah dalam memilih produk. Oleh karena itu sebelum memilih produk yang akan digunakan maka nasabah perlu memahami apa saja kegunaan dan keuntungan produk BMT yang ditawarkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, berikut beberapa hasil pemahaman nasabah tentang produk-produk BMT :

Pemahaman Tentang Produk Tabungan Wadiah Berdasarkan Lamanya Menjadi Nasabah

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah yaitu titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Pihak BMT biasanya memberikan penjelasan kepada calon nasabah sebelum mereka memilih produk tabungan wadiah. Hal ini dilakukan agar nasabah paham apa manfaat dari tabungan wadiah tersebut. Berdasarkan lamanya responden menjadi nasabah, dapat diketahui bagaimana pemahaman nasabah terhadap produk tabungan wadiah yang akan dijelaskan pada tabel berikut:


(61)

Tabel 4.8

Pemahaman Produk Tabungan Wadiah Berdasarkan Lamanya Menjadi Nasabah Pemahaman Produk Tabungan Wadiah Keterangan

Lama Menjadi Nasabah

Total 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun >5 Tahun

Paham Jumlah 7 14 7 8 18 54

% dari Total 8,8 17,5 8,8 10 22,5 67,5

Tidak Paham Jumlah 3 9 1 0 12 25

% dari Total 3,8 11,3 1,3 0 15,0 31,3 Tidak Memberikan

Pendapat

Jumlah 0 1 0 0 0 1

% dari Total 0 1,3 0 0 0 1,3

Total Jumlah 10 24 8 8 30 80

% dari Total 12,5 30,0 10 10 37,5 100 Sumber : Data Primer (2014)

Data diatas menunjukkan pemahaman tentang produk tabungan wadiah munurut lamanya responden menjadi nasabah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah paham dengan produk tabungan wadiah. Dengan demikian lamanya nasabah tidak menjadi ukuran bagi nasabah untuk memahami produk tabungan wadiah. Hal ini terlihat dari tabel diatas bahwa hampir seluruh nasabah paham dengan produk tabungan wadiah baik yang sudah menjadi nasabah selama 1 tahun ataupun lebih dari 5 tahun. Untuk lebih jelasnya, dapat juga dilihat melalui Gambar 4.2 berikut ini:


(62)

Gambar 4.2

Pemahaman Produk Tabungan Wadiah

Pemahaman Tentang Produk Tabungan Wadiah Berdasarkan Lamanya Menjadi Nasabah

Tabungan Mudharabah adalah tabungan yang dibuat berdasarkan akal Mudharabah dengan tujuan keuntungan berdasarkan kesepakatan antara pihak BMT dengan nasabah. Pemahaman terhadap produk tabungan Mudharabah sangat penting bagi nasabah, hal ini bertujuan untuk membentuk nasabah yang loyal pada BMT terkait. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bagaimana pemahaman nasabah terhadap produk tabungan Mudharabah menurut lamanya responden menjadi nasabah pada tabel berikut :


(63)

Tabel 4.9

Pemahaman Tentang Produk Tabungan Mudharabah Berdasarkan Lamanya Menjadi Nasabah

Pemahaman Produk Tabungan Mudharabah

Keterangan

Lama Menjadi Nasabah

Total 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun >5 Tahun

Sangat Paham Jumlah 1 2 0 0 0 3

% dari Total 1,3 2,5 0 0 0 3,8

Paham Jumlah 9 18 7 8 27 69

% dari Total 11,3 22,5 8,8 10 33,8 86,3

Tidak Paham Jumlah 0 2 1 0 1 4

% dari Total 0 2,5 1,3 0 1,3 5

Tidak Memberikan Pendapat

Jumlah 0 2 0 0 2 4

% dari Total 0 2,5 0 0 2,5 5

Total Jumlah 10 24 8 8 30 80

% dari Total 12,5 30 10 10 37,5 100 Sumber : Data Primer (2014)

Data diatas menunjukkan pemahaman tentang produk tabungan Mudharabah berdasarkan lamanya menjadi nasabah. Dari hasil penelitian dapat terlihat hanya sebesar 5% dari total responden yang menjadi nasabah tidak paham dengan produk tabungan Mudharabah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nasabah pada umumnya paham dengan salah satu produk BMT yaitu tentang produk tabungan Mudharabah. Untuk lebih jelasnya, dapat juga dilihat melalui Gambar 4.3 berikut ini.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari Baitul Maal Wat Tamwil Kota Medan, dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman nasabah terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh Baitul Maal Wat Tamwil Kota Medan sangat beragam. Untuk produk tabungan Wadiah, tingkat pemahaman nasabah terhadap produk tersebut ternyata cukup tinggi, yaitu sebanyak 54 orang atau 67,5% dari total responden berada pada tingkat paham. Produk tabungan mudhorabah, nasabah yang menyatakan paham terhadap produk tersebut beijumlah 69 orang atau sebesar 86,3% dari jumlah responden yang ada, sedangkan sebesar 4 orang atau 5% dari total responden menyatakan tidak paham terhadap produk tersebut. Selanjutnya pemahaman terhadap produk deposito mudhorabah juga tinggi, yaitu sebanyak 62 orang dari 80 orang responden paham terhadap produk tersebut. Begitu pula dengan sistem yang dilaksananakan BMT, tingkat pemahaman nasabah terhadap system bagi hasil mayoritas responden paham dengan jumlah 85% dari total responden. Sistem jual beli yang dilaksanakan BMT juga telah dipahami oleh nasabah dengan jumlah responden 62 orang atau 77,5% dan sistem jasa dengan jumlah responden paham yaitu 59 orang atau 73,8%.


(2)

2. Pada umumnya nasabah memahami produk-produk BMT yang mereka gunakan. Untuk produk yang tidak mereka gunakan nasabah tetap memahami produk tersebut. Hal ini dapat dilihat hampir dari keseluruhan jumlah responden memilih paham dengan produk-produk yang ditawarkan BMT. Dari beberapa produk yang ada di BMT, produk tabungan mudhorabah adalah produk yang paling dominan dipilih oleh nasabah. 3. Mayoritas keputusan nasabah dalam melilih produk BMT yang akan

digunakan pada umumnya bertanya langsung kepada pihak BMT sehingga nasabah tidak akan ragu dalam menentukan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, beberapa nasabah sebelum memilih produk terlebih dahulu membandingkan produk yang ditawarkan BMT dengan produk yang ditawarkan oleh Bank.

4. Faktor dominan yang dapat mempengaruhi pemahaman nasabah adalah pameran yang dilakukan oleh pihak BMT. Oleh karena itu, semakin sering pihak BMT melakukan pameran maka semakin banyak pula masyarakat yang paham tentang BMT maupun produknya.

5. Perkembangan BMT di Kota Medan baik itu perkembangan jumlah nasabah, jumlah karyawan, gedung kantor maupun sarana prasarananya dinilai baik oleh nasabah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nasabah dan jumlah karyawan yang terus bertambah banyak, gedung kantor yang baik dan layak, juga sarana prasarananya yang lengkap sehingga mendukung kelancaran kineija pihak BMT.


(3)

5.2 Saran

1. Tingkat pemahaman nasabah terhadap produk BMT dipengaruhi oleh pameran yang dilakukan pihak BMT. Kepada pihak BMT Kota Medan Medan agar terus meningkatkan kegiatan pameran ataupun sosialisasi kepada nasabah sehingga nasabah mampu memahami tentang produk-produk yang ditawarkan oleh BMT, tidak hanya terfokus pada produk-produk yang mereka gunakan saja tetapi juga terhadap produk lain yang ditawarkan oleh BMT Kota Medan. Kegiatan pameran ini dapat dilakukan melalui sosialisasi atau acara-acara khusus. Hal ini diharapkan akan memberikan gambaran yang jelas kepada nasabah mengenai produk-produk yang ditawarkan oleh pihak BMT Kota Medan. Pihak BMT juga dapat memberikan sosialisasi mengenai keunggulan-keunggulan yang ada di BMT Kota Medan, misalnya mengenai biaya administrasi yang rendah dan system bagi hasil yang transparan.

2. BMT hendaknya mengeluarkan produk yang lebih bervariasi, sehingga nasabah mempunyai banyak pilihan terhadap produk apa yang akan mereka gunakan. Produk-produk baru yang dikeluarkan ojeh BMT diharapkan dapat menarik minat nasabah untuk menggunakan produknya. Hal ini pada akhimya dapat meningkatkan jumlah nasabah pada BMT. 3. BMT Kota Medan hendaknya juga memberikan kemudahan dalam proses

peminjaman dana/pembiayaan. Berdasarkan kuesioner yang telah disebar, beberapa nasabah menyatakan bahwa proses pembiyaan pada BMT Kota


(4)

4. Perkembangan BMT Kota Medan yang sudah cukup baik hendaknya dapat dipertahankan dan tingkatkan lagi kemajuannya. Dengan kehadiran BMT di Kota Medan diharapkan mampu terus meningkatkan kinerjanya untuk membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat menengah kebawah melalui program-programnya sehingga masyarakat kecil mampu meningkatkan taraf hidup mereka.


(5)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Soemitra, Andri, 2010. Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudarsono, Heri, 2004. Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia.

Widodo, Hertanto dkk, 1999. Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wat

tamwil (BMT), Bandung: Mizan.

Antonio, Syafe’i, M, 1999. Bank Islam: Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press

Aziz, Amin, 2006. Tata Cara Pendirian BMT, Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (Pkes Publishing)

Teguh, Muhammad, 1999. Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsono, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Mujahidin, Akhmad, 2007 . Ekonomi Islam,Jakarta: PT Raja Grafindo.

Ridwan, Muhammad, 2003. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, Yogyakarta: UII Press.

Makhalul, Ilmi SM, 2002, Teori Dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah,

Yogyakarta: UII Press.

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, 2010. Lembaga Keuangan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Hasan, Ahmad Ridwan, 2004. BMT & Bank Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Janwari, Yadi, 2000. Lemaga-Lembaga Perekonomian Syari’ah, Bandung: Pustaka Mulia dan Fakultas Syari’ah IAIN SGD Bandung.


(6)

SKRIPSI

Erniwati, 2012.Analisis Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Bank Syariah

Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan. Medan: FE-USU.

WEBSITE