Peran Baitul Maal Wat Tamwil Umj Terhadap Keberadaan Pedagang Kaki Lima Di Cireundeu

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Noval Ramadhan 109053000016

KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

(3)

i

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

menjiplak dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, April 2013.


(4)

ii

Noval Ramadhan. Peran Baitul Maal Wat Tamwil UMJ Terhadap Keberadaan Pedagang Kaki Lima Di Cireundeu. Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Di bawah Bimbingan Dr. Syihabuddin Noor. MA.

Baitul Maal Wat Tamwil biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus (dalam sebuah perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun dana dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shodaqoh) dari para pegawai atau karyawannya.

Pedagang kaki lima merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak disektor informal. PKL juga memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas tenaga kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja disektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan dampak Baitul Maal Wat Tamwil terhadap pedagang kaki lima, sehingga akan menjadi sebuah tolok ukur bagi pihak Baitul Maal Wat Tamwil dan masyarakat sekitar (pedagang kaki lima). Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengambilan data melalui observasi, wawancara secara langsung dan dokumentasi, kemudian menarik kesimpulan.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan pelayanan yang cukup menarik, produk-produk, serta program unggulan yang ada di Baitul Maal Wat Tamwil UMJ sehingga mampu melibatkan para pedagang kaki lima ataupun yang lainnya.

Jakarta, April 2013.


(5)

iii

Dengan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah

dilimpah kan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi

ini. Shalawat serta salam tak lupa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW rasul

paling mulia dan penutup para Nabi, serta iringan doa untuk para keluarganya,

sahabat dan para pengikutnya.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis sangat terbantu oleh partisipasi dari

banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan atas

bantuannya, motivasi serta masukan terhadap penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil

Dekan Bagian I Drs. Wahidin Saputra, MA. Wakil Dekan Bagian II Drs. H.


(6)

iv

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. H. Mulkanasir,BA.,S.Pd.,MM, selaku sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah,

yang telah member support maupun dorongan motivasi untuk penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dosen pembimbing skripsi Dr. Syihabuddin Noor. MA yang telah sabar dan juga

mau meluangkan waktu dan pemikirannya serta arahannya dalam penyelesaian

penulisan skripsi

5. Teristimewa kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Syamsuddin dan Ibunda

Kartini yang telah memberikan kasih sayang dengan besar hati mendidik dan

menanamkan nilai-nilai kehidupan serta selalu menginspirasikan penulis

sehingga dapat menyelesaikan bangku perkuliahan hingga akhir.

6. Adik-adikku yang terbaik (Zicka Dinia Fitri dan Muhammad Nabil Sya’bani)

yang selalu memberikan warna dalam kehidupan penulis. Keluarga besar di

Pejaten Barat Jakarta Selatan, yang selalu memberikan semangat serta do’a yang tidak pernah henti untuk penulis. Semoga allah SWT senantiasa menyayangi

kalian semua.

7. Segenap tim penguji Sidang Munaqasyah, Bapak Drs. Study Rizal, LK. MA,


(7)

v

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan yang

berlimpah, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis.

9. Pihak BMT UMJ dan seluruh stafnya yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan risetdalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada bapak

Mukhtiar, SE.I, CHC. selaku manager BMT yang telah meluangkan waktunya

untuk penulis dalam mendapatkan data-data yang diperlukan.

10. Pimpinan serta staf Perpustakaan Utama UIN, serta Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah

membantu penulis dalam melengkapi literature guna mendukung penulisan

skripsi ini.

11. My Best Friends, Anas, Ulum, Oji, Maul, Supardi, Aris, Apip, Rustian, Sufi,

Faizah dan yang lainnya (maaf tidak dapat disebutkan semua) yang selama ini

telah memberikan inspirasi, support, bantuannya dalam menyelesaikan skripsi

ini.

12. Semua teman-teman Manajemen Dakwah, Konsentrasi Lembaga Keuangan

Syariah Angkatan 2009 kebersamaan dan dukungannya selama penulis


(8)

vi

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, Mei 2013.

Noval Ramadhan

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A...Latar Belakang Masalah ... 1


(9)

vii

Manfaat Penelitian ... 5

D...Metodologi Penelitian... 6

E...Tinjauan

Pustaka ……….9

F...Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 13

A...Penge rtian dan Peran Baitul Maal Wat Tamwil ... 13 1...Penge

rtian Baitul Maal Wat Tamwil ... 13 2...Peran

Baitul Maal Wat Tamwil... 15 B...Penge

rtian dan Karakteristik Pedagang Kaki Lima………… 20

1...Penge rtian Pedagang Kaki Lima... 20 2...Karak

teristik Pedagang Kaki Lima... 21 3...

Jenis-jenis Pedagang Kaki Lima ... 22

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BAITUL MAAL WAT

TAMWIL UMJ ... 26

A...Sejara h Singkat Baitul Maal Wat Tamwil UMJ ... 29 B...Visi

dan Misi Baitul Maal Wat Tamwil UMJ ... 29 C...Strukt

ur Organisasi ... 29 D...Progr


(10)

viii

A...Pedag ang Kaki Lima Di Cireundeu dan Permasalahannya ... 40 B...Peran

Pendamping Baitul Maal Wat Tamwil UMJ Terhadap Pedagang Kaki Lima Di Cireundeu ... 44 C...Respo

n Pedagang Kaki Lima Dengan Keberadaan Baitul

Maal Wat Tamwil UMJ ……….. 50

BAB V PENUTUP ... 60

A...Kesi

mpulan ……….60

B...Saran

……….. 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

Dengan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah

dilimpah kan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi

ini. Shalawat serta salam tak lupa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW rasul

paling mulia dan penutup para Nabi, serta iringan doa untuk para keluarganya,

sahabat dan para pengikutnya.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis sangat terbantu oleh partisipasi dari

banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan atas

bantuannya, motivasi serta masukan terhadap penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pudek

I Drs. Wahidin Saputra, MA. Pudek II Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Pudek III

Drs. Study Rijal LK, MA.

2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku ketua Jurusan Manajemen Dakwah,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. H. Mulkanasir,BA.,S.Pd.,MM, selaku sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah,

yang telah member support maupun dorongan motivasi untuk penulis sehingga


(12)

penyelesaian penulisan skripsi

5. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Syamsuddin dan Ibunda

Kartini yang telah memberikan kasih sayang dengan besar hati mendidik dan

menanamkan nilai-nilai kehidupan serta selalu menginspirasikan penulis

sehingga dapat menyelesaikan bangku perkuliahan hingga akhir.

6. Adik-adikku yang terbaik (Zicka Dinia Fitri dan Muhammad Nabil Sya’bani)

yang selalu memberikan warna dalam kehidupan penulis. Keluarga besar di

Pejaten Barat Jakarta Selatan, yang selalu memberikan semangat serta do’a yang tidak pernah henti untuk penulis. Semoga allah SWT senantiasa menyayangi

kalian semua.

7. Segenap TIM PENGUJI Sidang Munaqasyah, Bapak Drs. Study Rizal, LK. MA,

Bapak H. Mulkanasir, BA, S.pd, MM, dan Drs. M. Sungaidi, MA. Yang telah

member masukan dan saran kepada penulis sehingga skripsi diselesaikan dengan

baik.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang selama ini telah memberikan ilmup engetahuan yang

berlimpah, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis.

9. Pihak BMT UMJ dan seluruh stafnya. Yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan risetdalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada bapak

Mukhtiar, SE.I, CHC. selaku manager BMT yang telah meluangkan waktunya


(13)

membantu penulis dalam melengkapi literature guna mendukung penulisan

skripsi ini.

11. My Best Friend, Anas, Ulum, Oji, Maul, Supardi, Aris, Apip, Rustian, Sufi,

Faizah dan yang lainnya (maaf tidak dapat disebutkan semua) yang selama ini

telah memberikan inspirasi, support, bantuannya dalam menyelesaikan skripsi

ini.

12. Semua teman-teman Manajemen Dakwah, Konsentrasi Lembaga Keuangan

Syariah Angkatan 2009 kebersamaan dan dukungannya selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu,

baik dalam bentuk dukungan, semangat dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, Mei 2013.


(14)

iv

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN ………...1

A...Latar Belakang Masalah ... 1

B...Pembata san dan Perumusan Masalah ... 5

C...Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D...Metodol ogi Penelitian... 6

E...Tinjaua n Pustaka ……….9

F...Sistemat ika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORITIS ………...13

A...Pe ngertian dan Peran BMT ... 15

B...Ka rakteristik Pedagang Kaki Lima ... 21

C...Je nis-Jenis Pedagang Kaki Lima ……….24


(15)

B...Vi si dan Misi BMT UMJ ... 30 C...Str

uktur Organisasi ... 30 D...Pr ogram Unggulan BMT UMJ ... 33

BAB IV ANALISA PERAN BMT UMJ TERHADAP PEDAGANG

KAKI LIMA DI CIREUNDEU ……….40 A...Pe dagang Kaki Lima Di Cireundeu dan Permasalahannya ... 40 B...Pe

ran Pendamping BMT UMJ Terhadap Pedagang

Kaki Lima Di Cireundeu... 44 C...Re

spon Pedagang Kaki Lima Dengan Keberadaan BMT

UMJ ………50

BAB V PENUTUP ………...60

A...Ke simpulan ... 60 B...Sa ran... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah Baitul Maal atau Baitul Maal wat Tamwil (selanjutnya BMT)

belakangan ini populer seiring dengan semangat umat untuk berekonomi

secara Islam dan memberikan solusi terhadap krisis ekonomi yang terjadi di

Indonesia sejak 1997. Istilah-istilah itu biasanya dipakai oleh sebuah lembaga

khusus (dalam sebuah perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun

dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai atau

karyawannya.

Kadang istilah tersebut dipakai pula untuk sebuah lembaga ekonomi

berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak di berbagai lini kegiatan

ekonomi umat, yakni dalam kegiatan sosial, keuangan (simpanpinjam), dan

usaha pada sektor riil (Tim DD-FES-BMT, 1997). Memang, niat dan

semangat yang tinggi untuk berekonomi Islam itu patut dihargai. Akan tetapi,

penggunaan istilah Baitul Mal Wattamwil tersebut nampaknya perlu

dipertimbangkan lagi secara bijaksana. Karena penggunaan istilah Baitul Mal

Wattamwil sekarang ini sebenarnya adalah suatu reduksi kalau tak dapat

dikatakan distorsi terhadap ketentuan syariah Islam tentang BMT.1

1


(17)

Dalam konsep aslinya seperti yang tersebut dalam ketentuan

nash-nash syara’ maupun praktek konkretnya dalam sejarah Islam BMT

merupakan salah satu lembaga dalam negara Islam (Khilafah Islamiyah)

yang tugas utamanya adalah mengelola segala pemasukan dan pengeluaran

negara . Baitul Mal Wattamwil merupakan lembaga keuangan negara yang

bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara sesuai

ketentuan syariat. Ringkasnya, BMT dapat disamakan dengan kas negara

yang ada dewasa ini.2

Di abad modern ini bermunculan teori-teori ekonomi, politik,

strategi-strategi dalam mengantisipasi perkembangan sosial untuk menuju

kesejahteraan umat manusia. Ekonomi memang merupakan aktivitas yang

boleh dikatakan sama tuanya dengan keberadaan manusia di muka bumi ini.

Tetapi kita baru mengenalnya ketika tahap perkembangan peradaban tertentu

telah tercapai dalam kehidupan manusia. Karena persoalan produksi,

konsumsi (harta/mal) adalah gejala kehidupan manusia yang universal

sifatnya, maka benih-benih untuk lahirnya politik ekonomi sesungguhnya

telah tersebar dan tercecer dimana-mana sesuai dengan penyebaran tempat

hidup mereka.3

Para ekonom, sosiolog, agamawan dan para ahli lainnya selalu

menganalisa bagaimana caranya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan

2

Ahmad, Syafi’I Maarif.Posisi Umat Islam Terhadap Perkembangan Teknologi Modern, dalam A. Rifa’I Hasan & Amarulloh Ahmad (Yogyakarta: PLP2M, 1987), h. 68

3

Ahmad, Syafi’I Maarif.Posisi Umat Islam Terhadap Perkembangan Teknologi Modern, dalam A. Rifa’I Hasan & Amarulloh Ahmad (Yogyakarta: PLP2M, 1987), h. 70


(18)

makmur. Kesejahteraan ekonomi sebagai salah satu bahasanya adalah

memerangi kemiskinan. Walau mustahil kemiskinan itu akan terhapus total

dari dunia ini akan tetapi minimal memperkecil.

Oleh karena itu dirasakan perlu pendekatan normatif sosiologis yang

akan menghasilkan hubungan mutualisme sebagai alternatif jawab. Adi

Sasono mengungkapkan ; Sistem Ekonomi Islam merupakan sebuah system

yang terdiri dari beberapa unsur. Unsur pertama adalah nilai-nilai yang

membentuk perilaku (perilaku ekonomi), akan tetapi system ekonomi itu

sendiri tergantung kepada ruang dan waktu dengan variabel kekuasaan, situasi

sosial ekonomi dan politik yang umumnya harus dimengerti secara realistik.

Islam mempunyai nilai-nilai dasar yang baku dalam penerapannya

membutuhkan pengembangan metodologis yang dinamis, dengan demikian

terdapat proses belajar terus menerus, karena situasi pun berubah. Sistem yang

ada yaitu prinsip keadilan yang diwujudkan dalam penguasaan sumber daya

alam berada di bawah pemilikan masyarakat.4

Sektor informal sangat menarik karena kemandiriannya dalam

menciptakan lapangan kerja dan menyediakan barang/jasa murah serta

reputasinya sebagai katup pengaman yang dapat mencegah merajalelanya

pengangguran dan keresahan sosial (Simanjuntak, 1985). Disamping itu

sektor informal sangat menarik karena dapat memberikan gambaran secara

4

Dumairi, Jamaludin Ahmad. Tinjauan Zakat Dalam Perspektif Ekonomi, (UGM : Bulaksumur Yogyakarta, 19 Mei 1987) h. 50


(19)

menyeluruh tentang kecenderungan sosial ekonomi kepada penentu

kebijakan.5

Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan kelompok tenaga kerja yang

banyak di sektor informal. PKL juga memiliki potensi untuk menciptakan dan

memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki

kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja di sektor formal

karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki.

PKL sebagai tulang punggung ekonomi masyarakat lemah,

membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dalam hal penyelenggaraan

iklim yang kondusif bagi berkembangnya usaha mereka. Penyelenggaraan

iklim yang kondusif bagi berkembangnya mereka akan mengefektifkan

pengelolaan dan penaataan PKL agar meningkat dan berkembang skala

usahanya tanpa mengabaikan ketertiban, kebersihan dan keindahan kota

seperti yang diatur dalam Perda 11/2005 tentang ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat. Selain itu PKL juga sebagai bagian dari masyarakat

pelaku usaha memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan diberdayakan.

Maka dari itu, perlu adanya pemahaman lebih menyeluruh mengenai

kebijakan penataan PKL.

Dengan tujuan diadakannya penulis dalam pembahasan skripsi ini

yang bertujuan melaksanakan prinsip-prinsip bermua’malah sesuai dengan

5

Dumairi, Jamaludin Ahmad.Tinjauan Zakat Dalam Perspektif Ekonomi, (UGM : Bulaksumur Yogyakarta, 19 Mei 1987),h. 59


(20)

ajaran Islam serta bagaimana BMT dalam memahami kesejahteraan dan

meningkatkan pembinaan masyarakat yang berfungsi sebagai kelembagaan

pemberdayaan dan pembinaan untuk meningkatkan ekonomi para pedagang

kaki lima di kawasan cireundeu dan sekitarnya . Sehingga penulis mengambil

judul “PERAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL UMJ TERHADAP

KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI CIREUNDEU 2013” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat, maka penulis

membatasi masalah yang akan dibahas. Yaitu:

a. Peran dan dampak pada Pedagang kaki lima baso

b. Peran dan dampak pada Pedagang kaki lima somay

2. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Peran BMT UMJ Terhadap Pedagang Kaki lima cireundeu

dan sekitarnya ?

b. Dampak Seperti Apa Yang Akan Di Alami Oleh Pedagang Kaki Lima ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui peran BMT UMJ terhadap pedagang kaki lima.

b. Untuk mengetahui dampak-dampak yang terjadi di BMT UMJ terhadap

pedagang kaki lima.


(21)

a. Manfaat akademis, yaitu dengan dilakukannya penelitian di harapkan

dapat memberikan pengetahuan praktis dan pengetahuan langsung

dengan terjun langsung. Mempraktekan teoritis yang telah diperoleh

selama perkuliahan.

b. Manfaat secara praktis, yaitu hasil analisis dari penelitian ini dapat

menjadi masukan bagi anggota BMT untuk melakukan tindakan

dalam menentukan langkah-langkah yang harus diambil dalam

mengambil keputusan bagi BMT.

D. Metodologi penelitian

Metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud

sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja

yaitu cara kerja untuk memahami objek.6

1. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah

deskriptif, data yang dikiumpulkan berupa kata-kata, gambar dan

buku-buku angka-angka, laporan penelitian akan bersifat

kutipan-kutipan atau untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Data tersebut berdasarkan dari naskah wawancara, catatan laporan,

catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.7

6

Anas Sudjana,Metode Riset Dan Metode Bimbingan Skripsi, (Yogyakarta:Reproduksi UD Darma, 1980), h. 16

7

Burhan Bungin,analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-2, h. 39


(22)

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktifitas penelitian

untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti metode untuk

mencapai pengertian tentang masalah penelitian.8

Yang dimaksud penelitian ini adalah kualitatif, karena penulis

bermaksud untuk meneliti sesuatu secara mendalam. Dalam hal ini

yang akan diteliti adalah peran BMT UMJ terhadap keberadaan

pedagang kaki lima di Cireundeu.

Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan

penelitian karena penulis berharap dengan menggunakan pendekatan

kualitatif ini, didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang

akurat, dan digunakan secara jelas dari kondisi sebenarnya.

1. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek yang akan diteliti adalah BMT UMJ. Dan objeknya

adalah pedagang kaki lima di Cireundeu.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan yang di

wawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

8

Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) h. 264


(23)

itu.9 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam

wawancara, yaitu: pewawancara (interviewer), responden (interview),

pedoman wawancara, dan situasi wawancara.10

b. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan penelitian dengan

sitematis fenomena-fenomena yang diselediki.11 Sutrisno Hadi

mengungkapkan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dalam dari berbagai proses

biologis dan psikologis. Dan Diantara yang penting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan12. Dalam observasi penulis

mendatangi langsung ke BMT UMJ di Jl. KH Ahmad Dahlan

Komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta

Cireundeu-Ciputat Tangerang Selatan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

data konkrit tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dipakai guna melengkapi data-data yang telah

terkumpul, juga untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

9

Lexy J Moleung,TerjmMetodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rodakarya), cet. Ke-11, h. 135

10

Hermawan Wasito,Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal. 71

11

Sutrisno Hadi,Metode Riset II, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1994), h. 141

12

Sugiono,Metode Penulisan admistrasi, (Bandung: Penerbit al-fabeta 2005), cet ke-12, h. 166


(24)

Adapun teknik penulisan yang digunakan berpedoman pada

buku pedoman skripsi, tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di BMT UMJ yang beralamat Jl. KH

Ahmad Dahlan Komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta

Cireundeu-Ciputat Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai

dari bulan Februari-Mei 2013.

4. Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis

secara kualitatif, analisis data dilakukann setiap saat pengumpulan data

dilapangan secara berkesinambungan agar tercapai proses kesimpulan

tertentu terhadap informasi yang terdapat pada lembaga tersebut, dengan

mempertimbangkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan

dianggap mendasar dan universal.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum masuk lebih jauh mengenai pembahasan penelitian ini, ada

beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat pembahasan yang hampir

sama dengan yang dituliskan oleh penulis, namun tentunya ada sudut

perbedaan dalam hal pembahasan maupun obyek kajian dalam penelitian ini,

adapun penelitian tersebut Diantaranya adalah:

1. M. Taufik, dengan judul “peran BMT dalam mengembangkan potensi


(25)

tentang bagaimana peran BMT dalam mengembangkan potensi dan

kemampuan ekonomi anggotanya pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Sedangkan skripsi yang akan

penulis teliti yakni lebih memfokuskan terhadap dampak kepada para

pedagang kaki limanya.

2. Astri Ayeti Syafardi, dengan judul “sistem dan manajemen peñata

kelolaan para pedagang kaki lima di kota padang 2005”. Dalam skripsi

ini di bahas tentang bagaimana Penataan dan bagaimana kebijakan

pemerintah di berbagai kota dalam menangani kegiatan ekonomi

informal cukup bervariatif. Sedangkan skripsi yang akan penulis teliti

mengenai upaya peningkatan ekonomi terhadap pedagang kaki lima

setempat.

3. Rifki Arif Aminulloh, dengan judul “peranan BMT untuk mencapai

kesejahteraan anggotanya 2011”. Dalam skripsi ini lebih membahas

tentang penerapan tolok ukur terhadap anggota BMT yang ada.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis skripsi ini, penulis akan menggunakan

sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan

sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menerangkan secara garis besar mengenai latar

belakang penelitian yang merupakan alasan pemilihan judul, Perumusan


(26)

Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Teknis penulisan dan

Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini tentang kajian kepustakaan penelitian dan kajian kepustakaan

konseptual . Bahasa pertama mengacu pada hasil penelusuran terhadap

penelitian-penelitian terdahulu dan yang ada hubungaan dengan masalah

penelitian ini, sebagai bentuk relavansi dan aktualisasi penelitian ini.

Sedangkan bahasa kedua mengacu pada teori-teori ilmiah yang memiliki

hubungan dengan obyek penelitian sebagai konsep dalam penelitian ini.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BAITUL MAAL WAT

TAMWIL UMJ

Dalam bab ini penulis menerangkan sejarah dan profil Baitul Maal Wat

Tamwil UMJ, visi-misi Baitul Maal wat Tamwil UMJ, struktur organisasi

pada Baitul Maal Wat Tamwil UMJ.

BAB IV ANALISA PERAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL UMJ

TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI

CIREUNDEU

Dalam bab ini penulis menerangkan, peran Baitul Maal Wat Tamwil UMJ

terhadap keberadaan pedagang kaki lima di Cireundeu, juga disertakan

dengan analisis hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dan


(27)

KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Dan Peran BMT

1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil

Baitul Maal adalah suatu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas

khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun

pengeluaran negara. Jadi setiap harta baik berupa tanah, bangunan, barang

tambang, uang, komoditas perdagangan, maupun harta benda lainnya di mana

kaum muslimin berhak memilikinya sesuai hukum syara' dan tidak ditentukan

individu pemiliknya walaupun telah tertentu pihak yang berhak menerimanya

maka harta tersebut menjadi hak Baitul Mal, yakni sudah dianggap sebagai

pemasukan bagi Baitul Maal.1

Secara hukum, harta-harta itu adalah hak Baitul Mal, baik yang sudah

benar-benar masuk ke dalam tempat penyimpanan Baitul Mal maupun yang

belum. Demikian pula setiap harta yang wajib dikeluarkan untuk orang-orang

yang berhak menerimanya, atau untuk merealisasikan kemaslahatan kaum

muslimin, atau untuk biaya penyebarluasan dakwah, adalah harta yang dicatat

sebagai pengeluaran Baitul Mal, baik telah dikeluarkan secara nyata maupun

yang masih berada dalam tempat penyimpanan Baitul Mal. Dengan demikian,

Baitul Maal dengan makna seperti ini mempunyai pengertian sebagai sebuah


(28)

lembaga atau pihak yang menangani harta negara, baik pendapatan maupun

pengeluaran. Namun demikian, Baitul Mal dapat juga diartikan secara fisik

sebagai tempat (al- makan) untuk menyimpan dan mengelola segala macam

harta yang menjadi pendapatan Negara.2

Baitul Maal Wat Tamwil(BMT) sebenarnya adalah lembaga swadaya

masyarakat, dalam pengertian didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat.

Terutama sekali pada awal berdiri, biasanya dilakukan dengan menggunakan

sumber daya, termasuk dana atau modal, dari masyarakat setempat itu sendiri.

Pendirian BMT memang cukup banyak yang dibantu oleh “pihak luar”

masyarakat loka, namun hal itu bersifat bantuan teknis. Bantuan dari pihak luar

sering bersifat konsepsional atau stimulan, umumnya dari lembaga atau asosiasi

yang peduli BMT atau masalah pemberdayaan ekonomi rakyat.3

Pada hakekatnya BMT memiliki 2 konsep yaitu, baitul maal yang

artinya rumah dana atau lembaga sosial yang berdampak tidak adanya profit

atau aspek duniawi atau material didalamnya dan bsitul tamwil yang berarti

rumah usaha atau lembaga bisnis yang karenanya harus dapat berjalan sesuai

dengan prinsip bisnis yakni efektif dan efisien. Dapat juga diartikan, bahwa

secara konsepsi BMT memiliki 2 kegiatan yaitu mengumpulkan kekayaan dari

berbagai sumber seperti zakat, infaq dan sedekah yang dapat juga dibagikan

atau disalurkan ke pihak lain, serta kegiatan produktif dalam rangka

Muhammad,Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). (Yogyakarta: STIS, 1998), h. 59

Muhammad Ali Daud.Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarata: UI Press, 1988). h. 160


(29)

menciptakan nilai tambah baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang

bersumber daya manusia.4

BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau dapat

juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tanwil. Secaraharfiah/lughowi baitul

maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul Maal

dikembangkan berdasarkan sejarah perkembanganya, yakni dari masa nabi

sampai abad pertengahan perkembangan Islam. Dimana baitul maal berfungsi

untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial.5Sedangkan baitul

tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. Dari pengertian tersebut

dapatlah ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan

organisasi bisnis yang juga berperan sosial.6

2. Peran Baitul Maal Wat Tamwil

Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan

pendanaan yang berdasarkan sistem syariah.7 Peran ini menegaskan arti penting

prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga

keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat

kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT

mempunyai tugas penting dalam pengemban misi keislaman dalam segala aspek

Muhammad Ali Daud.Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarata: UI Press, 1988). h. 162

http://www.dieza.web.id/2012/05/pengertian-dan-sejarah-bmt.html/tanggal05/jam12

6

http://www.dieza.web.id/2012/05/pengertian-dan-sejarah-bmt.html/tanggal05/jam12

Muhammad Ali Daud.Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h. 95


(30)

kehidupan masyarakat. Oleh karena itu , BMT diharapkan mampu berperan

lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini. Dengan keadaan tersebut keberadaan

BMT setidaknya mempunyai beberapa peran :

Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non Syariah. Aktif melakukan

sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islami. Hal

ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara– cara bertransaksi

yang islami, misalnya supaya ada bukti dalamtransaksi, dilarang curang dalam

menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya.

a. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap

aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya

dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan

terhadap usaha–usaha nasabah atau masyarakat umum.

b. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih

tergantung rentenir disebabkan renternir mampu memenuhi keinginan

masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus

mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana

setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.

c. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.

Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks

dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah–langkah untuk

melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus


(31)

memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan

jenis pembiayaan.8

BMT mempunyai beberapa komitmen yang harus dijaga supaya konsisten

terhadap perannya, komitmen tersebut adalah:

a. Menjaga nilai-nilai Syariah dalam operasi BMT. Dalam operasinya

BMT bertanggung jawab bukan saja terhadap nilai keislaman secara

kelembagaan, tetapi juga nilai-nilai keislamandi masyarakat dimana

BMT itu berada. Maka setidaknya BMT memiliki majelis taklim atau

kelompok pengajian (usrob).

b. Memperhatikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan

pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT tidak menutup mata

terhadap masalah nasabahnya, tidak saja dalam spek ekonomi, tetapi

aspek kemasyarakatan nasabah yang lainya. Maka BMT setidaknya ada

biro konsultasi bagi masyarakat bukan hanya berkaitan dengan masalah

pendanaan atau pembiayaan tetapi juga masalah kehidupan sehari-hari

mereka.

c. Meningkatkan profesionalitas BMT dari waktu ke waktu. Tuntutan ini

merupakan bagian yang tidak terpisahkan untuk menciptakan BMT yang

mampu membantu kesulitan ekonomi masyarakat. Maka setiap BMT

dituntut mampu meningkatkan SDM dengan melalui pendidikan dan

pelatihan.

8

Muhammad Ali Daud.Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h. 97


(32)

d. Ikut terlibat dalam memelihara kesinambungan usaha masyarakat.

Keterlibatan BMT di dalam kegiatan ekonomi masyarakat akan

membantu konsistensi masyarakat dalam memegang komitmen sebagai

seorang nasabah. Maka BMT yang bertugas sebagai pengelola, Zakat,

Infaq dan Shadaqah juga harus membantu nasabah yang kesulitan dalam

masalah pembayaran kredit.9

BMT dalam pembinaan masyarakat tentunya disini bertujuan

meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut diatas dipahami

bahwa Baitul Maal Wattamwil ini berorientasi pada upaya meningkatkan

kesejahteraan anggota dan masyarakat. Pada anggota ini harus diberdayakan

supaya masyarakatnya dapat mandiri. Dalam meningkatkan pembinaan BMT

dimulai dalam pemberian modal pinjaman modal pinjaman sedapat mungkin

dapat memandirikan ekonomi pinjaman. Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan

pendampingan. Dalam pelemparan pembiayaan, BMT harus dapat menciptakan

suasana keterbukaan, sehingga dapat mendeteksi berbagai kemungkinan yang

timbul dari pembiayaan. Untuk mempermudah pendampingan, pendekatan pola

kelompok menjadi sangat penting. Anggota dikelompokan berdasarkan usaha

yang sejenis atau kedekatan tempat tinggal, sehingga BMT dapat denga mudah

melakukan pendampingan.10

9

Muhammad Ali Daud.Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h. 102

10


(33)

Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan

peran bisnis BMT terlihat dari definisi baitul tamwil. Sebagai lembaga sosial,

baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat

(LAZ), oleh karenanya, baitul maal ini harus didorong agar mampu berperan

secara profesional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak

meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber

dana-dana sosial yang lain, dan upaya pensyarufan zakat kepada golongan yang

paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah.

Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada

sektor keuangan, yakni simpan-pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni

menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya

kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian,

terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil

maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan

bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan.11

Pada aturan hukum di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin

untuk BMT adalah koperasi, baik serba usaha (KSU) maupun simpan pinjam

(KSP). Namun demikian, sangat mungkin dibentuk perundangan tersendiri,

11

Muhammad Ali Daud.Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h. 163


(34)

mengingat, sistem operasional BMT tidak sama persis dengan perkoperasian,

semisal LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Syariah, dan lain-lain.12

B. Pedagang Kaki lima

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima

Sektor informal sangat menarik karena kemandiriannya dalam

menciptakan lapangan kerja dan menyediakan barang/jasa murah serta

reputasinya sebagai katup pengaman yang dapat mencegah merajalelanya

pengangguran dan keresahan sosial. Disamping itu sektor informal sangat

menarik karena dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang

kecenderungan sosial ekonomi kepada penentu kebijakan.13

Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan kelompok tenaga kerja yang

banyak di sektor informal. PKL juga memiliki potensi untuk menciptakan dan

memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki

kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja di sektor formal karena

rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki.

PKL sebagai tulang punggung ekonomi masyarakat lemah,

membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dalam hal penyelenggaraan iklim

yang kondusif bagi berkembangnya usaha mereka.14

12

Muhammad Ali Daud.Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h. 164

13

Imamuddin, Yuliadi.Ekonomi Islam Sebuah Pengantar. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 47

14

Imamuddin, Yuliadi.Ekonomi Islam Sebuah Pengantar. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 49


(35)

Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu sektor informal

yang dominan di daerah perkotaan, sebagai wujud kegiatan ekonomi skala kecil

yang menghasilkan dan atau mendistribusikan barang dan jasa.15 Barang-barang

yang dijual yaitu barang-barang convenience (berkategori menyenangkan)

seperti makanan hingga souvenir. PKL menjajakan dagangannya berkeliling

atau mengambil tempat di trotoar dan emper toko.

2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima seperti halnya kegiatan informal, memiliki ciri-ciri atau

karakteristik yaitu:

a. Tidak terorganisasi secara baik.

b. Tidak memiliki ijin usaha yang sah, pola kegiatan tidak teratur (tidak

ada jam kerja).

c. Usahanya tidak kontinyu (mudah berganti usaha ).

d. Modal usaha relatif kecil (barang dagangan milik sendiri ataupun milik

orang lain).

e. Teknologi yang digunakan sangat sederhana, dan umumnya tingkat

pendidikan rendah).16

Pedagang kaki lima yang tumbuh di sekitar Cireundeu tidak terencana

dan memiliki keragaman dalam bentuk maupun jasa pelayanannya.

15

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2205244-definisi-pedagang-kakilima/#ixzzW3rSi9E/tanggal10/jam04

16

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2205244-definisi-pedagang-kakilima/#ixzzW3rSi9E/tanggal10/jam04


(36)

Perkembangan itu tidak pernah terhenti sejalan dengan pertumbuhan

perkembangan penduduk.

Pertumbuhan PKL di sekitar Cirendeu demikian pesat, berdampak

positif dan negatif. Positif, karena dapat menjadi sumber bagi pendapatan

pedagang kaki lima, dapat menjadi alternatif untuk mengurangi pengangguran,

dan dapat melayani kebutuhan masyarakat khususnya bagi golongan

masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

Sebaliknya, pertumbuhan PKL di sekitar Cireundeu menjadi tidak

terkendali. Hal itu dapat menjadi penghalang bagi visi pemerintah setempat

untuk mewujudkan ketertiban umum dan muncul fenomena sosial lain yaitu

potensi konflik antar-PKL maupun dengan kelompok-kelompok preman yang

menguasai lokasi kaki lima. Namun sekarang sudah bisa dibendung, sehingga

PKL yang berada di sekitar Cireundeu sudah bisa menjalankan aktifitasnya

dengan semaksimal mungkin.

3. Jenis-Jenis Pedagang Kaki Lima

Perdagangan adalah semua tindakan yang tujuannya menyampaikan

barang untuk tujuan hidup sehari-hari, prosesnya berlangsung dari produsen

kepada konsumen. Orang yang pekerjaannya memperjualbelikan barang atas

prakarsa dan resiko dinamakan pedagang.17

Di dalam perdagangan, terdapat dua jenis dalam proses berdagang,

yaitu perdagangan besar dan perdagangan kecil. Dalam perdagangan besar jual

17

Budi Ispiyarso, Jaminan Perlindungan Hukum bagi Pedagang Kaki Lima Sebagai Upaya Pembinaan Usaha Masyarakat Golongan Ekonomi Lemah. (Semarang, 1999) h. 20


(37)

beli berlangsung secara besar-besaran. Dalam perdagangan besar, barang tidak

dijual/disampaikan langsung kepada konsumen atau pengguna, sedangkan

dalam perdagangan kecil, jual beli berlangsung secara kecil-kecilan dan barang

dijual langsung kepada konsumen.18

Sementara itu, pedagang sendiri jenisnya bermacam-macam. Ada

pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang dari pintu ke pintu (door to

door), pedangang kios, pedangang kaki lima, grosir (pedagang besar), pedagang

supermarket dan sebagainya. Jenis-jenis pedagang ini lazim dibedakan

berdasarkan pada cara menawarkan barang dagangannya masing-masing.19

a. Pedagang keliling

Pedagang keliling adalah pedagang yang menawarkan barang

dagangannya dengan cara berkeliling. Berkeliling di sini biasanya

dilakukan dari RT ke RT, dari RW ke RW, dari kampung ke kampung,

atau dari desa ke desa. Barang yang mereka tawarkan biasanya

digendong, dipikul. Didorong dengan gerobak, atau diangkut dengan

sepeda atau kendaraan bermotor yang termasuk pedagang jenis ini

adalah pedagang jamu gendong, pedagang bakso, pedagang es krim dan

lain-lain.

b. Pedagang Asongan

18

Budi Ispiyarso, Jaminan Perlindungan Hukum bagi Pedagang Kaki Lima Sebagai Upaya Pembinaan Usaha Masyarakat Golongan Ekonomi Lemah. (Semarang, 1999), h. 23

19

M. C. Firdausy. Model dan Kebijakan Sektor Informal Pedagang Kaki Lima. (Jakarta, 1955), h. 45


(38)

Pedagang asongan adalah pedagang yang menawarkan barang

dagangannya dengan cara menempatkannya di kotak kecil yang mudah

dibawa dan dipindah-pindahkan. Kotak tersebut biasanya mereka

kalungkan di leher seperti tas, dan barang-barang yang mereka tawarkan

biasanya berupa rokok, korek api, kembang gula, kertas tisu, kacang,

kuaci, buah, dan barang-barang ringan lainnya.

c. Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima adalah pedagang yang menawarkan barang

dagangannya dengan cara menggelarnya di trotoar atau di tepi jalan

yang ramai. Untuk menggelar dagangannya, mereka menggunakan tikar,

terpal atau semacam balai-balai. Barang-barang yang mereka tawarkan

umumnya berupa sepatu, pakaian, makanan, buah-buahan dan lain –

lain.

d. Pedagang Grosir

Pedagang Grosir adalah pedagang yang dalam menawarkan barang tidak

langsung berhadapan dengan calon pembeli. Pedagang grosir tidak

langsung menawarkan barang kepada calon pembeli sebagaimana

pedagang eceran, melainkan calon pembelilah yang mendatangi

pedagang grosir.20

Dari keempat jenis tersebut, dapatlah penulis menarik kesimpulan

bahwa pedagang kaki lima adalah pedagang yang menawarkan barang

20

M. C. Firdausy. Model dan Kebijakan Sektor Informal Pedagang Kaki Lima. (Jakarta, 1955), h. 48


(39)

dagangannya dengan cara menggelarnya di trotoar atau di tepi jalan yang ramai.

Untuk menggelar dagangannya, mereka menggunakan tikar, terpal atau

semacam balai-balai. Barang-barang yang mereka tawarkan umumnya berupa

sepatu, pakaian, makanan, buah-buahan dan lain – lain. Hal ini dapat dilihat

juga di sekitar lingkungan yang berada di kawasan Cireundeu, PKL sangatlah

beda dengan yang lainnya, hal ini dapat dilihat dari pengertian yang telah


(40)

26

GAMBARAN UMUM TENTANG BMT UMJ

A. Sejarah Singkat BMT UMJ

Pendirian Koperasi BMT-UMJ diawali dengan rapat pembentukan

oleh 36 (tiga puluh enam) orang sekitar awal bulan April 2008.

Selanjutnya, Akta Pendirian Koperasi BMT-UMJ dengan nomor 69

diterbitkan tgl. 14 April 2008 oleh Notaris yang ditunjuk Kementerian

Koperasi dan UKM, H. Rizul Sudarmadi, SH. Setelah itu, Kementerian

Koperasi dan UKM, tgl. 6 Juni 2008 mengesahkan Akta Pendirian dan

sekaligus memberikan nomor badan hukum : 770/BH/Meneg/.I/VI/2008.

Dalam rangka mempersiapkan operasionalisasi Koperasi BMT-UMJ,

maka pada awal bulan Mei 2008 selama sebulan penuh tiga orang calon

karyawan terseleksi telah melaksanakan proses magang di BMT Mujahidin

dan BMT Al Munawarah. Kemudian, mulai awal bulan Juni 2008, semua

persiapan launching kegiatan Koperasi BMT-UMJ sudah dimulai. Saat ini,

Koperasi BMT-UMJ menempati ruangan seluas kurang lebih 12 m2 di

lantai dasar samping gedung Rektorat UMJ dengan no. telepon (Flexi)

021-32425400. Perangkat kerja relatif sudah cukup tersedia, mulai dari


(41)

ditawarkan, sampai dengan brankas dan tiga buah komputer beserta dua

buah printer.1

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Modal Koperasi BMT-UMJ

terdiri atas Modal Sendiri dan Modal Luar. Modal Sendiri terbagi atas

Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Cadangan, Donasi, dan Hibah. Modal

Luar atau Modal Pinjaman berasal dari Anggota, Anggota Luar Biasa,

Calon Anggota, koperasi lain, lembaga keuangan (bank dan non bank) dan

sumber-sumber lain yang sah.2

Per tanggal 18 Juni 2008, permodalan Koperasi BMT-UMJ yang

tersedia adalah sebesar Rp. 117 juta. Permodalan dimaksud terdiri atas

Modal Sendiri yang berasal dari Simpanan Pokok 10 orang anggota/pendiri

sebesar Rp. 42 juta dan Modal Pinjaman dalam bentuk Modal Penyertaan

sebesar Rp. 75 juta yang berasal dari empat orang anggota/pendiri.3

Aspek Legalitas :

a. Badan hukum : 770/BH/MENEG.1/VI/2008

b. Surat Keterangan Domisili Perusahaan : 128/1.824.5/V/2008.

c. NPWP : 02.836.276.2-024.000

d. Surat Keterangan Terdaftar :PEM01805/WP/J.06/KP.0603/2008

Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ,Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013

Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ,Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013


(42)

e. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) : 09.05.2.51.00754

f. SIUP : 1.070/1.824.51

Alamat Kedudukan:

Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jl Cempaka Putih Tengah No 27, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Alamat Kantor Operasional :

Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jl. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu-Ciputat, Tangerang Selatan

Tlp.021-32425400, 02174706220; Fax 021-7441434;

e-mail:umj.bmt@gmail.com

Dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan, KSU-BMT UMJ

mengembangkan budaya kerja dengan komitmen kepada :

a. Menciptakan rasa Loyalitas yang tinggi, sehingga tercipta rasa

saling memiliki.

b. Menciptakan rasa Empati/peduli yang tinggi kepada Lembaga,

Anggota dan Pengelola.


(43)

d. Menciptakan suasana kerja yang Harmonis, Nyaman dan kondusif

guna meningkatkan kinerja sumberdaya manusia.

e. Memberikan pelayanan kepada Anggota untuk dapat Mandiri,

dengan rasa Aman, Disiplin dan menjadikan yang Utama.4

(Kesemuanya terangkum dalam BUDAYA KERJA LEBAH yang menghasilkan MADU)

B. Visi Dan Misi Baitul Maal Wat Tamwil UMJ

Visi :

Membangun Koperasi Jasa Keuangan terkemuka, modern, dan Islami

dalam mengembangkan ekonomi rakyat.

Misi :

a. Meningkatkan kualitas sumberdaya insani yang bermartabat dan

mandiri.

b. Memperjuangkan peningkatan harkat social ekonomi anggota dan

karyawan koperasi serta masyarakat

c. Mengelola portofolio bisnis anggota dengan semangat kekeluargaan

dan berdaya saing.5

4


(44)

C. Struktur Organisasi

5

www.bmtuniversitasmuhammdiyahjakarta.blogspot.com/tanggal5/jam12

DIREKTUR BMT

Dina Febriani, SE., MM.

BAITUL MAAL BAITUL TAMWIL

DEWAN SYARIAH

Ketua : Drs. Muchtar Lutfi, SH. Anggota : Dr. Masyitoh, M. Ag.

Prof. Dr. Sri Mulyani Soegiono

PENGURUS

Ketua Umum : Dr. Burhanuddin R., MA. Ketua I : Drs. M. Amin Tohari, MSc. Ketua II : H. Abdul Majid Y., SE., MM. Sekretaris Umum : Dasep Suryanto, ST., MM. Wakil Sekretaris : Nur Azis Hakim, SH., MM. Bendahara Umum : Dr. Nur Hidayah, SE., MM. Wakil Bendahara : dr. Vivi Vernanda, MM. PENGAWAS

Ketua : Iskandar Zulkarnain, SE., MM. Anggota : Ir. Soebroto HS., MSi.

Prof. Dr. Suhendar S., MSi


(45)

DEWAN SYARIAH

• Ketua : Drs. Muchtar Lutfi, SH.

• Anggota : Dr. Masyitoh, M. Ag.

• : Prof. Dr. Sri Mulyani Soegiono

PENGURUS

• Ketua Umum : Dr. Burhanuddin R., MA.

• Ketua I : Drs. M. Amin Tohari, MSc.

• Ketua II : H. Abdul Majid Y., SE., MM.

• Sekretaris Umum : Dasep Suryanto, ST., MM.

• Wakil Sekretaris : Nur Azis Hakim, SH., MM.

• Bendahara Umum : Nur Hidayah, SE., MM.

• Wakil Bendahara : dr. Vivi Vernanda, MM.

PENGAWAS


(46)

• Anggota : Ir. Soebroto HS., MSi.

: Prof. Dr. Suhendar S., MSi

Baitul Maal Wat Tamwil

Direktur Utama BMT : Dina Febriani, SE., MM.

Manajer Sektor Riel : Romai Kurniawati, SE.I

Manajer Marketing : Mukhtiar, SE.I

Manajer Akuntansi : Juliana V. G., SE.

D. Program Unggulan Baitul Maal Wat Tamwil UMJ

Program BMT UMJ yaitu terdiri dari Tabungan dan Simapan,

Deposito Madani (maslahat dalam berinvestasi) dan Penghimpunan Dana dan

Pembiayaan.6 Dalam program BMT UMJ ini meliputi:

1. Tabungan Mekkah (manfaat Penuh Berkah)

Tabungan mekkah adalah tabungan yang merupakan layanan investasi

tabungan yang disediakan bagi para mitra yang sesuai perencanaan

keuangan. Dengan menggunajkan prinsipwadi’ah atau mudhorobah, dana

6


(47)

yang akan diinvestasikan keberbgai bidang usaha yang halal dan

thoyyibah sesuai dengan prinsip syariah. Diantaranya adalah:

a) SIMAPAN (Simpanan Masa Depan)

Yaitu tabungan syariah yang mudah penyetorannya, serta

penarikan yang dapat dilakukan selama jam buku kas di kantor KSU

BMT-UMJ.

Manfaat:

a. Aman dan terjamin

b. Bagi hasil yang kompetetif

c. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (14,4% pertahun)

d. Kemudahan dalam penyaluranzakat, infaq dan shodaqoh

Karakteristik:

a. Berdasarkan prinsip syariah dan aqad mudhorobah muthlaqoh

b. Minimum setoran awal Rp.

20.000,-c. Minimum setoran selanjutnya Rp.

10.000,-d. Bebas biaya administrasi bulanan.


(48)

Saldo rata-rata tabungan Pak Tiar bulan Januari 2012 adalah Rp.

1.000.000,- perbandingan bagi hasil (Nisbah) anatara KSU BMT-UMJ

dan Mitra adalah 70:30, bila saldo rata-rata tabungan seluruh Mitra

KSU BMT-UMJ pada bulan Januari 2012 adalah Rp. 1.000. 000,- dan

pendapatan KSU BMT-UMJ yang dibagi hasilkan untuk Mitra

tabungan adalah Rp. 50.000.000,- maka bagi hasil yang diperoleh pak

Tiar dibulan Januari 2012 adalah:

Rp. 1000.000,- : Rp. 1000.000.000,- x Rp. 50.000.000,- x 30% =

15.000,-b) SAPITRI (Simpanan Pendidikan Putra-Putri)

Yaitu tabungan berjangka yang disediakan untuk perencanaan

pendidikan putra-putri dalam kepastian pencapaian target dana yang

telah ditetapkan.

Manfaat:

a. Aman dan terjamin

b. Bagi hasil dan kompetetif

c. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (equivalen 14,4% pertahun)

d. Kenudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh


(49)

f. Jaminan pencapaian target dana

Karakteristik:

a. Berdasarkan prinsip syariah dan aqad mudhorobah muthlaqoh

b. Minimum setoran awal Rp.

50.000,-c. Minimum setoran selanjutnya Rp.

25.000,-d. Bebas biaya administrasi bulanan

e. Hanya dapat diambil setiap semester sekolah

f. Saldo tabungan tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. Apabila

Mitra melakukan penarikan diluar waktu yang telah ditentukan,

maka akan diikenakan biaya administrasi.

c) SAHARA (Simpanan Hari Raya)

Yaitu tabungan untuk persiapan menyambut hari raya idul fitri

yang hanya dapat ditarik selama bulan ramadhan.

Manfaat:

a. Aman dan terjamin

b. Bagi hasil yang kompetetif


(50)

d. Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh

e. Kemudahan perencanaan dalam menyambut hari raya idul fitri

Karakteristik:

a. Berdasarkan prinsip syariah dan aqad mudhorobah muthlaqoh

b. Minimum setoran awal Rp. 30.000,- & minimum setoran

selanjutnya Rp.

20.000,-c. Bebas biaya administrasi bulanan

d. Hanya dapat diambil saat bulan ramadhan

e. Saldo tabungan tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. Apabila Mitra

melakukan itu akan dikenakan biaya administrasi.

d) TAFAQUR (Tabungan Fasilitas Qurban)

Yaitu tabungan yang dirancang khusus para Mitra yang ingin

berqurban. Sesuai dengan perencanaan dalam memudahkan ibadah

qurban untuk menggapai keridhoan illahi.

Manfaat:

a. Aman dan terjamin

b. Bagi hasil yang kompetetif


(51)

d. Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh

e. Penawaran hewan qurban yang berkualitas dengan harga bersaing

f. Adanya pelayanan antar hewan qurban pesanan sampai tujuan

Karakteristik:

a. Berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan aqad mudhorobah

muthlaqoh

b. Minimum setoran awal Rp. 100.000,- & minimum setoran

selanjutnya Rp.

75.000,-c. Bebas biaya administrasi bulanan

d. Hanya dapat diambil pada bulan Dzulhijjjah (bulan haji)

e. Saldo tabungan tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. Apabila Mitra

melakukan paenarikan akan dikenakan biaya administrasi.

e) TAWAMAH (Tabungan Walimah)

Yaitu tabungan yang dirancang khusus untuk perencanaan

dalam mempersiapkan pernikahan agar terwujudnya keluarga yang

sakinah mawaddah warrahmah.

Manfaat:


(52)

b. Bagin hasil yang kompetetif

c. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan

Karakteristik:

a. Berdasarkan perinsip syariah dan aqad mudhorobah muthlaqoh

b. Minimum setoran selanjutnya Rp. 250.000,- & setoran selanjutnya

Rp.

200.000,-c. Bebas biaya administrasi bulanan

d. Hanya dapat diambil ketika akan menikah

e. Saldo tabungan tidak dapat ditarik sewktu-waktu. Apabila Mitra

melakukan penarikan akan dikenakan biaya administrasi.

2. Deposito Madani (Maslahat Dalam Berinvestasi)

Deposito Madani adalah investasi berjangka waktu tertentu dalam

mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudhorobah

muthlaqoh.

Manfaat:

a. Dana aman dan terjamin dan dikelola secara syariah

b. Bagi hasil dan kompetetif dan dapat dijadikan jaminan pembiayaan


(53)

c. FasilitasAutomatic Roll Over (ARO)

Karakteristik:

a. Jangka waktu yang fleksibel: m3,6 dan 12 bulan

b. Dicarikan pada saat jatuh tempo

c. Setoran deposito minimum Rp.

1.000.000,-d. Biaya materai Rp.

6.000,-Contoh perhitungan:

Deposito Ibu Dina Rp. 10.000.000,- berjangka waktu 12 bulan.

Perbandingan nisbah KSU BMT-UMJ dan Mitra adalah 60:40. Total saldo

semua deposan di bulan februari adalah Rp. 1.000.000.000,- dengan bagi

hasil yang dibagikan adalah Rp. 30.000.000,- maka bagi hasil yang

didapat Ibu Dina di bulan februari adalah:

Rp. 10.000.000,- : Rp. 1.000.000.000,- x Rp. 30.000.000,- x 40% = Rp. 120.000,-7

3. Penghimpunan Dana dan Pembiayaan

Penghimpunan Dana dan Pembiayaan BMT UMJ dapat dilihat dari

aspek material dan immaterial, yaitu:

1. Aspek material

7


(54)

Yaitu dengan mendapatkan keuntungan yang layak bagi pihak

BMT, semua itu dapat dilihat dari program-program yang dikeluarkan

BMT dan kinerjanya.

2. Aspek immaterial

a. PROGRAM SANTUNAN KEMANUSIAAN

Program ini dikhususkan bagi para dhuafa yang membutuhkan

bantuan yang sifatnya mendesak dan butuh penanganan langsung.

b. PROGRAM PEMBIAYAAN QORDHUL HASAN

QORDHUL HASAN adalah program pemberdayaan

masyarakat miskin melalui pendekatan PRA (Partisipatory Rural

Appraisal) berbasis kelompok sasaran dengan aqad kebajukan

untuk penguatan modal usaha produktif.

Lokasi program dan sasaran penerima manfaat: Masyarakat

miskin/dhuafa di daerah cireundeu dan sekitarnya.8

8


(55)

ANALISA PERAN BMT UMJ TERHADAP PEDAGANG

KAKI LIMA DI CIREUNDEU

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana peran BMT

terhadap keberadaan pedagang kaki lima, yang kedua bagaimana dampak

BMT terhadap keberadaan pedagang kaki lima. Pembahasan ini dimaksudkan

untuk memperoleh beberapa penjelasan melalui analisis konsep terhadap

pelaksanaan BMT.

A. Pedagang Kaki Lima Di Cireundeu Dan Permasalahannya

Bermula dari pedagang keliling yang memasarkan dagangannya ke

berbagai tempat yang ramai, di sanalah awal sebutan “Pedagang Kaki Lima”

atau PKL. Biasanya, para pedagang yang pindah-pindah itu, membawa kain

besar segi empat ke mana ia pergi. Setelah menemukan tempat yang dianggap

layak untuk menjual barang dagangannya, kain besar itu dikembangkan. Ke

empat sudut diikat dan dihubungkan dengan tongkat sebagai tiang dan di

bagian tengahnya ditopang dengan galah bambu. Jadilah empat sudut dan satu

tiang penyangga menjadi lima. Sehingga, pedagang dan pembeli berlindung di

bawah tenda berkaki lima. Lama-lama, popularlah sebutan kepada pedagang

tidak tetap yang berada di tanah lapang atau pinggir jalan itu sebagai


(56)

Di Cireundeu, pernah ada cap, bahwa PKL itu identik dengan “orang perantau atau bukan asli penduduk setempat”. Sebab di mana-mana terdapat

pedagang kaki lima yang bertempat tinggal di daerah jawa dan sunda.

Disinilah penulis membatasi masalah terhadap pedagang kaki lima, khususnya

di daerah Cireundeu dan sekitarnya.1

Pedagang kaki lima di Cireundeu biasanya sering berada di bawah

tenda kaki lima adalah penjual obat, makanan dan minuman kecil, jajan

tradisional, mainan anak-anak, kebutuhan sehari-hari dan sebagainya. Juga,

pada umumnya yang jual harganya “miring”, lebih murah disbanding yang

dijual di toko. Tidak jarang barang yang di jual di pinggir jalan dan emperan

itu berkualitas rendah. Barang-barang bekas, rombeng atau loak. Bahkan di

masa kini, adalah barang illegal dan bajakan.2

Ada juga yang menerjemahkan PKL itu sebagai pedagang keliling

yang menggunakan gerobak dorong (rombong). Rombong ini biasanya

mempunyai roda tiga, satu di depan, dua di samping kiri dan kanan, lalu

kedua kaki pengganjal di bagian belakang bila berhenti. Dua kaki di bagian

belakang, ada juga yang mengartikan kaki pedagang yang mendorongnya

apabila sedang berjalan. Sehingga pedagang yang menggunakan gerobak

dorong ini disebut PKL.3

+

Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ,Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013

,

Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ,Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013


(57)

Kehadiran para PKL ini, umumnya dilakukan oleh pedagang bermodal

kecil. Mereka berjualan bukan untuk mencari kaya, tetapi sekedar memenuhi

kebutuhan sehari-hari guna mengganjal perut. Sekedar untuk menghidupi

keluarganya agar terbebas dari kemiskinan. Hanya itu. Sebab, mereka tidak

punya modal besar untuk membeli stand dan kios di pasar atau membeli toko

yang permanen.4

Keberadaan PKL di Cirendeu biasanya pada hari-hari pasar. Namun di

kota-kota pada umumnya rutin setiap hari. Ada PKL permanen dan ada pula

yang tidak. PKL permanen menempati lahan tetap di tanah lapang, tanah

kosong atau pinggir jalan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.

Sehingga yang tidak permanen, hanya pada waktu-waktu tertentu. Tidak

jarang, bahkan menutup jalan raya sama sekali di sore hingga malam hari.

Kalau di desa-desa atau kota kecil peranan PKL tidak pernah menjadi

masalah. Namun di daerah Cireundeu khususnya selalu menjadi problema.

Tidak saja PKL itu dianggap sebagai pengganggu kelancaran lalu lintas kalau

PKL itu berada di pinggir jalan raya, tetapi juga dianggap sebagai tempat

bersarangnya “multi permasalahan”. Artinya, PKL itu membuat keresahan

apabila mereka dengan seenaknya menempati halaman dan trotoar di depan

0


(58)

rumah atau toko. Kebiasaan “jelek” yang sering terjadi di Cireundeu dan

sekitarnya.

Kebijakan pemerintah di berbagai kota dalam menangani kegiatan

ekonomi informal cukup bervariatif mulai dar penggusuran yang belakangan

ini banyak dialami para pelaku ekonomi informal.

Evaluasi kebijakan dapat dilakukan untuk menilai keberhasilan atau

kegagalan dari suatu kebijakan. Dalam hal ini kebijakan yang berhubungnan

dengan penataan PKL di Cireundeu. Untuk mengetahui sejauh mana suatu

penataan dimplementasikan maka haruslah kita apakah per-kondisi (syarat)

keberhasilan penataan? Apakah kendala utama (primary obstacle) bagi sebuah

kesuksesan dala penataan?

Pedagang Kaki Lima (PKL) khususnya di daerah Cireundeu, masalah

pedagang kaki lima sering kali dilihat dari sisi tingkat gangguan yang

ditimbulkan karena dipandang menghambat lalu lintas, merusak keindahan,

membuat lingkungan menjadi kotor akibat membuat sampah sembarangan.

Dalam menghadapi PKL dengan bidang kota misalnya, pemerintah setempat

seringkali mengambil kebijakan yang kurang menguntungkan bagi mereka.

Hal ini bisa terjadi karena kurang komprehensifnya pengetahuan tentang

keberadaan PKl, khususnya di daerah Cireundeu. Padahal PKL harus

dipandang dari segi positif.5

3


(59)

Di BMT UMJ terdapat 15 lebih pedagang kaki lima, namun penulis

hanya membatasi dua saja yang bakal dijadikan studi kasus dari penelitian ini.

Diantaranya pedagang baso dan somay yang berada di lingkungan Cireundeu

dan sekitarnya. Sehingga dapat membantu dalam penyelesaian masalah PKL

yang berada di Cireundeu.

B. Peran Pendamping BMT UMJ Terhadap Pedagang Kaki Lima Di Cireundeu

Pendampingan adalah membantu masyarakat baik individu maupun

kelompok untuk menemukan kemampuan yang ada pada diri mereka.6 Dan

kemungkinan mereka agar mendapatkan untul mengembangkan kemampuan

itu hingga mencapai kepenuhan. Dalam hal ini pendampingan dilakukan demi

untuk kepentingan pihak yang didampingi bukan kepentingan orang yang

mendampingi atau mencari keuntungan demi kepentingan sendiri.

Sedangkan menurut Edi Suharto, pendampingan sosial merupakan

strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan

masyarakat yang sesuai dengan prinsip-prinsip pekerjaan sosial yakni,

6

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Aditama, 2005), h. 93


(60)

membantu orang-orang agar mampu membantu dirinya sendiri, pemberdayaan

masyarakat sangat memperlihatkan pentingnya partisipasi publik yang kuat.7

Dalam konteks ini peranan pekerja sosial seringkali diwujudkan dalam

kapasitasnya sebagai pendampingan bukan sebagai penyembuh atau pemecah

masalah secara langsung. Masyarakat yang mengorganisasi diri mereka

sendiri dalam masyarakatnya serta mencari atau menemukan

kelemahan-kelemahan yang ada dalam dirinya, sehingga mereka mencari jalan keluar

sendiri demi kebaikannya, sedangkan pihak luar atau pendampingan hanya

mendorong mereka serta memberi masukan apabila diperlukan dan tidak

boleh memaksakan kehendak pada mereka.

BMT adalah Baitul Maal Wat Tamwil, suatu gerakan swadaya

masayarakat. Masyarakat dibidang ekonomi sejak awal kehadirannya fokus

untuk melayani kebutuhan finansial UMK. Dimulai sejak tahun 1992 yang

merupakan respon atas kemiskinan dan pengangguran serta kurangnya

permodalan dan pendampingan terhadap para pengusaha mikro dan kecil,

khususnya pedagang kaki lima. Dengan adanya permodalan dari

lembaga-lembaga, maka dari itu sebagai peran pendamping atau usaha untuk

mendapatkan modal, Universitas Muhammadiyah di sini sangat berperan

7

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Aditama, 2005), h. 94


(61)

penting sebagai lembaga yang mendampingi BMT UMJ, bahkan sebagai tolok

ukur dari BMT tersebut.8

BMT UMJ adalah Baitul Maal Wat Tamwil yang berbadan hukum

Koperasi mampu mengatasi kendala-kendala yang dimiliki lembaga keuangan

formal seperti Bank. BMT ini jugalah yang telah menyelelamatkan banyak

usaha mikro dan pedagang kaki lima dari cengkraman lintah darat.

Kedudukan BMT ini dalam struktur keuangan mikro di Indonesia merupakan

lembaga keuangan mikronon bank-non formal.9

Peran pendamping pada lembaga-lembaga yang terkait sangatlah

penting, karena pengaruhnya sangat besar, setidaknya telah ikut berpartisipasi

di dalam menguatkan usaha-usaha mikro, bahkan menjadi penyangga yang

sangat berarti kepada para pedagang kaki lima yang yang berpenghasilan

rendah sehingga mendapatkan yang berkecukupan.

Keberhasilan ini cukup menjadi indikasi bahwa BMT sesungguhnya

menyimpan potensi yang sangat besar untuk berperan aktif atau berkontribusi

banyak dalam memulihkan dan mengembangkan ekonomi rakyat.10

Terkait dengan konsep di atas, sistem pendampingan yang dilakukan

BMT UMJ tertuju pada sifat atau jenis pendampingan, disini penulis

menerapkan sistem pendampingan partisipatif yang artinya dalam

8

Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ,Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013

9

Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ,Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013

10


(62)

menentukan setiap pendampingan akan dilakukan dengan peran serta aktif

masyarakat yang sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatan yang telah disusun

oleh BMT UMJ.

Pendampingan partisifatif merupakan salah satu strategi yang sangat

menentukan keberhasilan pendampingan dalam setiap program pemberdayaan

masyarakat yang sedang berlangsung di komunitas yang sesuai prinsip

pekerjaan sosial yakni, membantu orang lain dengan segala potensi serta

kemampuan yang mereka miliki, dan mereka haruslah semangat dalam

merubah dirinya untuk menjadi lebih baik sesuai yang diinginkan, mereka

juga sangat memperlihatkan kepentingan umum (masyarakat) daripada

kepentingan pribadi mereka, sehingga terbentuk suatu hubungan kekeluargaan

yang sangat besar dengan begitu kehidupan masyarakat akan lebih harmonis,

serta tentram bagi semua elemen masyarakat yang semua itu akan

menyebabkan kebahagiaan dan sejahtera, serta muncul kekompakan dalam

sebuah masyarakat yang terdiri dari berbagai bentuk karakter yang bebeda.

Di dalam suatu wawancara dengan Bpk Eko Purwanto dan Bpk

Ridwan Saputra selaku nasabah (pedagang kaki lima) (15 Mei 2013,

10.00-11-15 wib), penulis dapat menyimpulkan bahwa pendampingan BMT UMJ

kepada pedagang kaki lima berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi

yaitu: pemungkinan atau fasilitasi, penguatan, perlindungan dan pendukung.11

;;

Eko Purwanto, Ridwan Saputra. Pedagang Kaki Lima Cireundeu, Wawancara Pribadi, Ciputat, 15 Mei 2013


(63)

Selanjutnya Bpk Mukhtiar (Manager Marketing BMT UMJ) juga menjelaskan

bahwa:

a. Pemungkinan atau fasilitasi merupakan fungsi yang berkaitan

dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat,

dalam hal ini BMT UMJ selalu memberikan motivasi kepada para

pedagang kaki lima, sehingga mereka tetap semangat dalam

menjalankan usaha-usahanya.

b. Penguatan, fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan

guna memperkuat kapasitas pedagang kaki lima, di mana BMT

UMJ berperan aktif sebagai agen yang member masukan positif

dan direksi berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta

bertukar gagasan dangan pengalaman dan pengetahuan kepada

pedagang kaki lima yang didampinginya. Membangkitkan

kesadaran mitra, menyampaikan informasi, melakukan

konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi mitra (pedagang

kaki lima) yang merupakan tugas yang berkaitan dengan fungsi

penguatan.

c. Perlindungan, fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara

pendamping dengan lembaga eksternal atas nama lembaga demi

kepentingan mitra yang didampinginya, dimana karyawan BMT


(64)

menggunakan media, meningkatkan hubungan kepada mitra, dan

membangun jaringan sosial, fungsi ini juga menyangkut pedagang

kaki lima sebagai konsultan orang yang diajak berkonsultasi dalam

proses pemecahan masalah. Konsultasi pemecahan masalah bukan

berupa pemberian dan penerimaan saran-saran melainkan proses

yang tujuannya untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mengenai pilihan dalam mengidentifikasi prosedur bagi tindakan

yang diperlukan. Konsultasi dilakukan sebagai bagian dari kerja

sama yang saling melengkapi antara system dari BMT UMJ dan

para pedagang kaki lima dalam pemecahan masalah. BMT UMJ

membagi secara formal pengetahuan dan keterampilan yang

dimilikinya, sedangkan pedagang kaki lima membagi pengalaman

personal, organisasi, atau kemasyarakatan yang pernah diperoleh

semasa hidupnya.

d. Pendukungan, fungsi ini mengacu pada aplikasi keterampilan yang

bersifat praktis yang dapat didukung terjadinya perubahan positif

kepada pedagang kaki lima. BMT UMJ dituntut agar tidak hanya

mampu menjadi sebagai agen perubahan yang mengorganisasi

kelompok melainkan melaksanakan tugas teknis sesuai dengan

berbagai keterampilan dasar seperti, melakukan analisa sosial,


(65)

berkomunikasi dan mencari sumber dana, agar pedagang kaki lima

menjadi merasa nyaman sebagai salah satu mitra di BMT UMJ.12

Selanjutnya dalam pendampingan parsipatif, di BMT UMJ peran

pendamping terhadap pedagang kaki lima terdapat beberapa model

pendampingan, dalam hal ini juga penulis melakukan wawancara mendalam

kepada pedagang kaki lima yang berada dilingkungan Cireundeu dan

sekitarnya. Pendampingan ini dapat menentukan keberhasilan dalam

melakukan pemberdayaan. Model pendampingan tersebut adalah:

a. Memberikan fasilitas jasa dan pelayanan kepada masyarakat dalam

bentuk arahan atau bimbingan teknis tentang proses dan

mekanisme pelaksanaan kegiatan tentang pelatihan kesiapsiagaan

bencana terhadap pedagang kaki lima.

b. Menumbuhkan motivasi dan upaya untuk kemandirian dalam

pelaksanaan pendampingan.

c. Melaksanakan tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab dan

memberikan laporan-laporan pelaksanaan pendampingan kepada

pedagang kaki lima sesuai dengan ketentuan yang diharapkan oleh

pihak BMT UMJ.

A B


(66)

d. Tim pendampingan (seluruh jajaran karyawan BMT UMJ) harus

menumbuhkan motivasi dan inisiatif turut berpartisipasi secara

aktif dalam mendukung pelaksanaan pendampingan tersebut.13

C. Respon Pedagang Kaki Lima Dengan Keberadaan BMT UMJ

Pada dasarnya pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis,

karena bisnis adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah

melalui proses penyerahan jasa, perdagangan/pengelolaan barang (produksi).

Pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sangat membutuhkan sumber

modal, jika pelaku tidak memiliki modal yang cukup maka ia akan

berhubungan dengan pihak lain, seperti bank untuk mendapatkan suntikan dan

para pelaku hrus melakukan pembiayaan.

Begitu pula pada BMT para nasabah yang memerlukan dana mereka

akan melakukan pembiayaan dengan adanya bunga melainkan bagi hasil. Dan

sebagai bagian penting dari aktivitas BMT, kemampuan dalam menyalurkan

dana sangat mempengaruhi dalam tingkat performace lembaga. Hubungan

antara tabungan dan pembiayaan dapat dilihat dari kemampuan BMT meraih

dan sebanyak-banyaknya serta kemampuan menyalurkan dan secara baik,

sehingga tidak terjadi dua kondisi yang berlawanan yakni idle money atau

illiquid idle money, merupakan suatu kondisi dimana dana di BMT terlalu

banyak yang menganggur, kondisi ini harus dihindari karena semakin banyak

E F


(67)

dana yang mengendap maka biaya bagi hasil dananya akan semakin tinggi.

Juga jika kondisi ini tidak segera diselesaikan akan berdampak pada

rendahnya tingkat bagi hasil bagi deposan, bagi deposan yang kritis maka hal

ini akan dapat mempengaruhi minatnya untuk menyimpan dananya di BMT

illiquid,merupakan lawan dariliquid. Liquid artinya kemampuan BMT dalam

mengembalikan dana dalam jangka pendek, yakni kemampuan BMT untuk

menyediakan dana yang cukup dalam memenuhi kebutuhan anggotanya yang

akan mengambil simpanan atau deposito yang sudah jatuh tempo.14

Pengambilan tabungan biasanya dapat diprediksi sebelumnya

berdasarkan pengalaman dan pengaruh musim. Misalnya pada saat tahun

ajaran baru sekolah, menjelang hari raya atau saat membayar haji. Pada waktu

itu biasanya terjadi pengambilan tabungan sehingga BMT harus

mengupayakan ketersediaan kas yang cukup, sedangkan deposito sangat

mudah dikendalikan karena memang jangka waktunya sudah jelas. Akan

tetapi dalam penelitian kali ini akan lebih difokuskan pada pembiayaan pada

pedagang kaki lima serta penulis akan mengutarakan tentang respon para

pedagang kaki lima, bukan pada tabungan, di BMT UMJ ada beberapa produk

pembiayaan, yaitu: Murabahah, ijaroh multijasa, mudhorobah & musyarakah,

al qordh dan hiwalah.15

I J

Panduan Umum Program BMT UMJ, Ciputat, 2009, h. 77-79

I K


(68)

Dari hasil wawancara dengan Bpk Mukhtiar selaku Manager

Marketing BMT UMJ (02 Mei 2013, pkl 13.30-14.00 wib) beliau menjelaskan

ada 5 macam pembiayaan yang ada di BMT UMJ, yaitu:

1. Murabahah

Murabahah yaitu aqad jual beli antara pihak BMT dengan nasabah,

BMT member barang yang diperlukan oleh nasabah yang bersangkutan

sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati antara

pihak BMT dan nasabah.

2. Ijaroh multijasa

Ijaroh multi jasa yaitu aqad jual dengan harga sebesar harga pokok

tambah dengan tingkat keuntungan tertentu dan pembayarannya dilakukan

atas dasar angsuran.

3. Mudhorobah

Mudhorobah yaitu aqad antara pihak pemilik modal (shohibul maal)

dengan pengelola (mudhorib) untuk memperoleh pendapatan atau

keuntungan. Dan keuntungan atau pendapatan tersebut dibagi berdasarkan

rasio yang telah disepakati diawal aqad.

4. Musyarakah

Musyarakah yaitu aqad kerja sama usaha patungan antara dua pihak


(1)

Berbagai aspek tekhnis yang masih sering menjadi problem meliputi: cara berproduksi, sistem penjualan sampai pada tidak adanya badan hukum serta perizinan usaha yang lain.

d. Aspek keuangan

Kendala yang mengemuka dalam setiap perbincangan usah kecil adalah lemahnya bidang keuangan, sedangkan pedagang kaki lima hamper tidak memiliki akses yang luas kepada sumber permodalan. Kendala ini sesungguhnya dipengaruhi oleh tiga kendala diatas kebutuhan akan permodalan tidak dapat dipenuhi oleh lembaga keuangan modern, karena pengusaha kecil tidak dapat memnuhi prosedur yang ditetapkan.24

Dengan adanya kendala-kendala tersebut, maka banyak nasabah yang melakukan pembiayaan di BMT khususnya pembiayaan Qordhul Hasan sangat berperan dan merupakan respon yang paling banyak dalam memberdayakan para pedagang kaki lima. Karena menurut para nasabah pembiayaan Qordhul Hasan dianggap pembiayaan yang paling mudah, simpel dan membayarnya dengan cara mengangsur.

24


(2)

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran Baitul Maal Wat Tamwil UMJ Terhadap Keberadaan Pedagang Kaki Lima dari hasil analisis yang terjadi bahwa dari program pelaksanaan BMT UMJ yaitu: Pembiayaan dan Pembinaan.

Dalam pembiayaan, pedagang kecil ataupun masyarakat menengah ke bawah dalam memperoleh dana pembiayaan untuk memperluas usahanya ataupun membangun usaha baru bagi masyarakat menengah ke bawah relative sangat sulit, maka BMT UMJ mampu menjangkaunya untuk memperoleh pembiayaan yang diberikan oleh BMT tanpa menghilangkan unsure kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaannya.

Selanjutnya dalam pembinaan, pedagang kecil dan masyarakat menengah ke bawah dalam melakukan usahanya dan agar mampu mempertanggungjawabkan pembiayaannya, maka BMT UMJ seringkali memberikan pembinaan kewirausahaan maupun pengelolaan keuangan. Bentuk pembinaan dapat dilakukan dengan cara mengadakan seminar ataupun pelatihan. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan yang dimiliki oleh penerima pembiayaan.


(3)

Dalam program pembinaan ini, BMT UMJ dapat melakukan pembinaan pelatihan kewirausahaan untuk masyarakat umum, hal ini akan dapat meningkatkan nilai positif bagi masyarakat umum sekaligus membangkitkan semangat berwirausaha kepada masyarakat umum.

Dengan demikian program pembinaan dapat memberikan peningkatan jumlah penyaluran dana BMT dengan meningkatnya jumlah penerima pembiayaan yang telah mendapatkan pembinaan terlebih dahulu.

Dampak terhadap BMT UMJ dan pedagang kaki lima dapat dilihat dari dua aspek yaitu, aspekmaterial danimmaterial.

a. Aspek material

Yaitu dengan mendapatkan keuntungan yang layak bagi pihak BMT UMJ, semua itu dapat dilihat dari program-program yang dikeluarkan BMT UMJ dan kinerjanya.

b. Aspek immaterial

Yaitu dengan adanya program santunan kemanusiaan yang melibatkan bagi para kaum dhua’fa.

Dengan adanya kesimpulan ini agar tujuan peran BMT UMJ ini kedepannya bisa dapat membantu menciptakan perilaku bermuamalah sesuai dengan ajaran islam. Serta membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pedagang kaki lima.


(4)

62

B. Saran

Berangkat dari realitas yang dipaparkan dalam kesimpulan diatas, penulis menyampaikan beberapa saran:

1. Kepada BMT UMJ agar lebih meluaskan informasinya dan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat religius maupun non religius kepada masyarakat agar para nasabah menjadi semangat dalam melakukan kegiatan yang telah diberikan pihak BMT UMJ dan tentunya agar nasabah menjadi loyal dan tentunya kedepannya bisa membantu menciptakan perilaku bermuamalah serta membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan pedagang kaki lima.

2. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan selanjutnya.


(5)

Al Buny ,Problematika Harta dan Zakat, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 1983)

Idris, Fatah, abdul. (Jakarta : Kalam Muliaa, 1989) Agroindustri, Bogor: IPB-Press, 2002

Ahmad, djamaluddin, dumairi.Tinjauan Zakat Dalam Perspektif Ekonomi, (UGM : Bulaksumur Yogyakarta, 19 Mei 1987)

Sudjana, Anas,Metode Riset Dan Metode Bimbingan Skripsi, (Yogyakarta:Reproduksi UD Darma, 1980), h. 16

Bungin, Burhan, analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-2, h. 39

Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) h. 264

Moleung, Lexy J, Dr.Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rodakarya), cet. Ke-11, h. 135

Wasito, Hermawan, Drs.Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal. 71

Hadi, Sutrisno,Metode Riset II, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1994), h. 141

Sugiono,Metode Penulisan administrasi, (Bandung: Penerbit al-fabeta 2005), cet ke-12, h. 166 Al-haran, Saad. leading Issues in Islamic Banking and finance, 1995, Pelanduk Publications, Petaling, Malaysia.


(6)

Sasono, Adi.Keadilan Sosial Tema Abadi, dalam M. Dawam Raharjo.Islam Indonesia Menatap Masa Depan, (Jakarta : P3M, 1989)

Azzam, Salim. concept of Islamic State, Malikul Awwal dan Abu Jalil (penerj) cet. I, Bandung : Pustaka, 1982

Suhad, Imam.Hukum Wakaf di Indonesia, (Yogyakarta : 2 Dimensi, 1985)

Tohirin, Achmad. Implementasi Perbankan Islam pengaruh sosio-Ekonomis dan perannya dalam pembangunan, jurnal ekonomi pembangunan : Yogyakarta, 2003

Chapra, Umar, Muhammad.Pandangan Islam terhadap Kesejahteraan, ekonom Muslim, 2001. Jakarta.

Abidin, Zainal, Ahmad.Negara Adil Makmur Menurut Ibnu Sina, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974)

Atif, Samith, Zain.Syari’at Islam, cet. I Drs. Muzakir As. Penrj. Bandung : Husaini, 1985

Widyaningrum Nurul, Model Pembiayaan BMT dan Dampaknya Bagi Pengusaha Kecil, Bandung: Akatiga, 2002,

Widodo, Hartanto, Dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Maal Wat Tamwil, Bandung: Mizan, 1999,

Imamuddin. M, Yuliadi,Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, Cet, 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001,