potensi penerimaan pajak dari para pelak

Potensi penerimaan pajak negara dari para pelaku Usaha Mikro Kecil
Menengah
Oleh: Tanti Tri Setianingsih
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu benteng pertahan
perekonomian Indonesia. Terbukti dari peristiwa krisis ekonomi yang pernah melanda
Indonesia pada tahun 1998, pada saat itu UMKM sangat membantu perekonomian nasional
yang sedang tidak stabil. Setiap tahunnya jumlah pelaku UMKM meningkat. Menurut Biro
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 tercatat bahwa terdapat 56,5 juta UMKM, kemudian
pada akhir tahun 2013 meningkat menjadi 57.895.721 UMKM di Indonesia. Bahkan sampai
saat ini pelaku UMKM tembus mencapai 58 juta. UMKM saat ini menyerap 101,72 juta
tenaga kerja atau 97,3% dari total tenaga kerja Indonesia serta menyumbang 57,12% dari
total produksi domestik bruto.
Jika kita lihat data tersebut, UMKM ini sangat berpotensi untuk menambah penerimaan pajak
negara yang nantinya akan bermanfaat untuk pembangunan infrastruktur negara dan fasilitasfasilitas umum yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti fasilitas pendidikan, kesehatan,
kendaraan, dan lain-lain. Para pelaku UMKM ini tidak bisa kita anggap rendah
pendapatannya, karena bisa jadi pendapatan mereka bisa lebih besar dari seorang pegawai di
kantor. Seperti halnya seorang tukang gorengan atau makanan di sekitar Universitas
Gunadarma, rata-rata keuntungan mereka dalam satu hari bisa mencapai Rp 200.000. Jika
dikalikan hari kerja mereka 26 hari, total pendapatan mereka mencapai Rp 5.200.000.
Namun, sangat disayangkan banyak pelaku UMKM yang tidak memiliki NPWP sehingga
mereka tidak membayar pajak kepada negara. Padahal pajak itu wajib dikeluarkan oleh

penduduk Indonesia yang sudah memiliki penghasilan. Masih banyaknya pelaku UMKM
yang belum memahami pembayaran pajak sehingga mereka tidak memenuhi kewajibannya
sebagai penduduk Indonesia. Walaupun pendapatan para pelaku UMKM ini tidak tetap,
dalam artian berubah-ubah, seharusnya mereka bisa memperhitungkan pendapatan rata-rata
mereka tiap bulannya. Kemudian mereka membayar pajak sesuai dengan pendapatan rata-rata
mereka. Dengan begitu penerimaan pajak akan bertambah dan mampu menyumbang APBN
lebih besar lagi.
Pada tahun 2013 Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN) mencapai sekitar 1.625
triliun. Pada saat itu APBN mendapat dana dari pajak kurang lebih sebesar 1.300 triliun,

hampir 80% pajak menyumbang untuk APBN negara Indonesia. Jika para pelaku UMKM
turut membayar pajak, maka dana pajak ini akan bisa menyumbang lebih banyak lagi untuk
APBN sehingga memungkinkan negara kita tidak meminjam uang ke negara lain untuk
menutupi APBN atau bahkan bisa digunakan untuk mempercepat mengembangkan
infrastruktur negara.
Oleh karena itu, pentingnya sosialisasi mengenai pembayaran pajak kepada para pelaku
UMKM sangatlah dierlukan. Terlebih lagi pada tahun 2015 nanti kita akan menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), sangat dimungkinkan para pelaku UMKM ini
mengembangkan usahanya untuk mengambil kesempatan memasarkan produknya ke luar
Indonesia sehingga bisa meningkatkan pendapatan dan keuntungan mereka yang sangat

berpotensial untuk menambah penerimaan pajak. Tidak hanya sebatas sosialisasi saja, tetapi
harus ada pelatihan atau pengarahan kepada para pelaku UMKM ini tentang bagaimana
membayar pajak. Sosialisasi dan pelatihan ini bisa dilakukan melalui koperasi-koperasi yang
mendukung UMKM atau di setiap kelurahan. Dengan adanya sosialisasi dan pelatihan
tersebut diharapkan para pelaku UMKM ini bisa menunaikan kewajibannya sebagai
penduduk Indonesia dan tentunya menambah penerimaan pajak, megingat sangat besarnya
potensial UMKM dalam meningkatkan penerimaan dana pajak.