ANALISIS MANFAAT DAN BIAYA SOSIAL TAMAN

ANALISIS MANFAAT DAN BIAYA SOSIAL
TAMAN HUTAN RAKYAT (TAHURA) JOGJAKARTA

Disusun Oleh:
Yahya Prabowo

155020101111020

Nathania Eda Ramadhani

155020101111033

Amelia Munifa

155020101111038

Elingga Gilang Rakasiwi

155020101111058

Diah Rulianti


155020101111080

NGR Kadek Ryan Sukrawan 155020107111009

JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I
PENDAHULUAN
Hutan merupakan sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan lainnya. Selain itu, hutan juga merupakan tempat hidup
berbagai macam fauna seperti berbagai jenis burung, serangga, dan berbagai
macam hewan lainnya yang menjadikan hutan sebagai habitatnya.
Selain itu, dalam menjaga keseimbangan alam dibumi ini hutan juga
sangat berperan penting. Seperti halnya hutan sebagai penyimpan air yang sangat
berguna bagi kehidupan makhluk hidup yang ada dibumi ini, hutan sebagai
pemasok kebutuhan sandang dan papan yang buahnya dapat dikonsumsi dan kayu
yang dihasilkannya dibuat sebagai bahan bangunan, sebagai produsen oksigen

yang telah kita ketahui bahwa pohon sangat bermanfaat dalam penyerapan zat-zat
gas beracun yang ada diudara seperti contoh karbon dioksida (CO 2) dan masih
banyak fungsi lainnya. Oleh karena itu, keputusan pemerintah dalam hal
perlindungan hutan sangatlah penting peranannya.
Hutan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 41 tahun 99 tentang
kehutanan. Menurut UU Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan
didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut
fungsinya hutan terbagai menjadi; Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Hutan
Konservasi.
Taman Hutan Raya (TAHURA) yang berada didaerah Istimewa
Yogyakarta merupakan salah satu contoh dari alih fungsi hutan produksi menjadi
hutan konservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 353/MenhutII/2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Bunder petak 11, 15, 20, 21
dan Banaran petak 19, 22, 23, 24 seluas ± 617 Ha yang terletak di Kabupaten
Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Taman Hutan Raya.
Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli

dan atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
pariwisata, dan rekreasi.
Luas Lahan Negara Berdasarkan Fungsi Hutan, Jenis Kawasan Di
Yogyakarta 2012 (Ha)
N
o

Jenis
Kawasan

Kulon
Progo

Lokasi
Gunung
Bantul
Kidul

Sleman


Jumlah

Hutan
13411700
1 Produksi
6016000
128101000
0
AB
17730000
17730000
HDTKD
7003000
7003000
Hutan
10938400
Produksi
6016000
103368000
0

Hutan
14041200
2 Lindung
2549000
0
10167000
23128000
Hutan
Konserva
1729464
3 si
1810000 114000
10687000
0
29905640
Taman
1728380
Nasional
0
17283800

Taman
Hutan
Raya
6341000
6341000
Suaka
Marga
Satwa
1810000
4346000
6156000
Cagar
Alam
114000
375
114375
Taman
Wisata
Alam
10465

1065
Total
1729464 18715064
Luas
10375000 10526000 148955000
0
0
Sumber Data : Dinas Kehutanan dan Perkebunan D.I. Yogyakarta 2012
Salah satu alasan didirikannya Taman Hutan Raya adalah untuk
melindungi segala bentuk flora dan fauna yang ada didalamnya dan untuk
digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa serta memfasilitasi para
peneliti flora dan fauna dalam melakukan penelitian. Tidak hanya itu, di wilayah
Yogykarta luas untuk hutan konservasi sendiri bisa dibilang kecil. Hal ini
dikarenakan banyaknya hutan produksi yang ada diwilayah D.I Yogyakarta.

Selain itu, didirikannya Taman Hutan Raya juga sangat menguntungkan
bagi warga disekitarnya. Karena dengan adanya TAHURA masyarakat dapat
menambah penghasilannya melalui berdagang disekitar tempat wisata tersebut
dan bagi supir angkutan umum sendiri juga sangat menguntungkan. Hal ini
dikarenakan banyak warga yang menggunakan jasa angkutan umum untuk

mencapai lokasi tersebut, yang menyebabkan meningkatnya penghasilan
tambahan bagi para sopir angkutan umum
Kawasan TAHURA terbagi atas 3 bagian yaitu, blok perlindungan, blok
pemanfaatan, dan blok lainnya. Blok Perlindungan adalah bagian dari kawasan
tahura yang mutlak harus dilindungi dan pengunjung dilarang memasuki kecuali
untuk kepentingan penelitian dan pengelolaan kawasan. Blok Pemanfaatan adalah
bagian dari kawasan tahura yang secara intensif diperuntukkan untuk kegiatan
wisata, pengusahaan, pengelolaan, dan pengembangan serta budidaya tanaman.
Blok Lainnya adalah bagian dari kawasan Tahura yang ditetapkan karena adanya
kepentingan khusus guna menjamin efektivitas pengelolaan Tahura. Blok Lainnya
antara lain terdiri dari blok tradisional, blok religi, blok budaya, dan blok sejarah
yang

dimanfaatkan

untuk

kegiatan

keagamaan,


kegiatan

adat

budaya,

perlindungan nilai-nilai budaya, atau sejarah.
Oleh karena itu, pembangunan TAHURA diharapkan dapat memberikan
banyak manfaat bagi pemanfaatan hutan dalam melindungi ekosistem yang ada
didalamnya. Serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengevaluasi penggunaan
sumber-sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan
secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak program atau proyek yang harus
dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini
pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan
memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi. Analisis manfaat dan
biaya merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.


Saat ini analisis manfaat dan biaya merupakan alat utama dalam membuat
evaluasi program atau proyek untuk kepentingan publik, seperti: manajemen
sumber daya alam dan pengembangan sumber energi alternatif (Field, 1994).
Biasanya analisis ini terintegrasi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) yang dilakukan untuk mengevaluasi dampak suatu proyek atau
program terhadap lingkungan hidup. Sehingga analisis ini tidak hanya melihat
manfaat dan biaya individu, tetapi secara menyeluruh memperhitungkan manfaat
dan biaya sosial dan selanjutnya dapat disebut sebagai analisis manfaat dan biaya
sosial.

BAB II
LANDASAN TEORI
Analisis Biaya Manfaat atau Cost-Benefit Analysis (CBA) adalah metode
evaluasi ekonomi untuk membandingkan biaya dan manfaat proyek yang berbeda
atau pilihan kebijakan (Pearce dan Nash, 1981; Dixon dan Hufschmidt, 1986).
CBA bertujuan untuk menilai semua dampak selama masa alternatif proyek di
bagian keuangan, diskon untuk suatu tahun tertentu, sehingga memungkinkan
untuk menyaring atau mengurutkan alternatif ukuran moneter tunggal, dengan
nilai total sekarang atau Net Present Value (NPV).
Langkah-langkah dasar dari proses CBA adalah (Boardman et al.al., 2011):

1. Mendefisinikan pilihan proyek yang akan dievaluasi.
2. Memutuskan siapa yang membiayai dan menghitung manfaatnya.
3.

Pemilihan pengukuran dan mengukur semua biaya dan manfaat

4. Estimasi hasil biaya dan manfaat dari waktu ke waktu dengan
periode yang relevan
5. Konversi dari semua biaya dan manfaat dalam mata uang yang
dipakai
6. Diskon biaya dan manfaat kedalam nilai sekarang
7. Perhitungan NPV untuk pilihan proyek
8. Melakukan analisis sensitivitas
9. Rekomendasi berdasarkan NPV dan analisis sensitivitas
Tujuannya adalah untuk menemukan solusi yang paling efisien dengan
memaksimalkan kesejahteraan sosial, dipahami sebagai agregat kesejahteraan
individu, untuk diberikan alokasi sumber daya, penggunaan lahan dll

menggunakan CBA untuk pengambilan keputusan dan memilih alternatif dengan
NPV tertinggi, yang disebut Kaldor Hicks menyatakan bahwa jika orang-orang
yang dibuat lebih baik kaleng berpotensi mengkompensasi mereka yang dibuat
lebih buruk oleh alternatif itu adalah Pareto efisien. Bahkan jika kompensasi tidak
benar-benar terjadi diasumsikan bahwa dalam agregat, di semua proyek, biaya dan
manfaat akan rata-rata dari waktu ke waktu dan di seluruh populasi. Lengkap
substitusi diasumsikan, yang berarti bahwa utilitas dari berbagai jenis dampak
proyek, diukur dalam unit moneter, dapat mengimbangi satu sama lain.
1. Cost Benefit Analysis (CBA)
Pengertian Cost Benefit Analysis (Analisis Biaya Manfaat) adalah
suatu alat analisis dengan prosedur yang sistematis untuk membandingkan
serangkaian biaya dan manfaat yang relevan dengan sebuah aktivitas atau
proyek. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah secara akurat
membandingkan kedua nilai manakah yang lebih besar. Selanjutnya dari
hasil pembandingan ini, pengambil keputusan dapat mempertimbangkan
untuk melanjutkan suatu rencana atau tidak dari sebuah aktivitas atau
proyek, atau dalam konteks evaluasi atas sesuatu yang telah berjalan
adalah menentukan keberlanjutannya. Adapun cirri khusus dari analisis
biaya manfaat yaitu sebagai berikut :
a. Analisis biaya manfaat berusaha mengukur semua biaya dan
manfaat untuk masyarakat yang kemungkinan dihasilkan dari
program public, termasuk berbagai hal yang tidak terlihat yang
tidak mudah untuk diukur biaya dan manfaatnya dalam bentuk
uang.
b. Analisis

biaya

manfaat

secara

tradisional

melambangkan

rasionalitas ekonomi, karena kriteria sebagian besar ditentukan
dengan penggunaan efisiensi ekonomi secara global. Suatu
kebijakan atau program dikatakan efisien jika manfaat bersih (total
manfaat dikurangi total biaya) adalah lebih besar dari nol dan lebih
tinggi dari manfaat bersih yang mungkin dapat dihasilkan dari
sejumlah alternatif investasi lainnya disektor swasta dan publik.

c. Analisis biaya manfaat secara tradisional menggunakan pasar
swasta sebagai titik tolak didalam memberikan rekomendasi
program publik. Analisis biaya manfaat kontemporer, sering
disebut analisis biaya manfaat sosial, dapat digunakan untuk
mengukur pendistribusian kembali manfaat.

Beberapa kekuatan analisis biaya manfaat adalah :
a. Biaya

dan manfaat

diukur

dengan

nilai

uang,

sehingga

memungkinkan analis untuk mengurangi biaya dari manfaat.
b. Analisis biaya manfaat memungkinkan analis melihat lebih luas
dari kebijakan atau program tertentu dan mengaitkan manfaat
terhadap pendapatan masyarakat secara keseluruhan.
c. Analisis biaya manfaat memungkinkan analis membandingkan
program secara luas dalam lapangan yang berbeda.
Beberapa keterbatasan analisis biaya manfaat adalah :
a. Tekanan yang terlalu eksklusif pada efisiensi ekonomi, sehingga
criteria keadilan tidak dapat diterapkan.
b. Nilai

uang

tidak

(responsiveness)

cukup

karena

untuk
adanya

mengukur
variasi

daya

tanggap

pendapatan

antar

masyarakat.
c. Ketika harga pasar tidak tersedia, analis harus membuat harga
bayangan (shadow price) yang subyektif sifatnya.
Pada analisis manfaat dan biaya pada proyek swasta,
manfaat pada umumnya diukur dengan cara mengalikan jumlah
barang yang dihasilkan dengan perkiraan harga barang. Biaya
yang diperhitungkan adalah semua biaya yang langsung digunakan
proyek tersebut berdasarkan harga pembeliannya. Ini berbeda
dengan proyek pemerintah, sebab pada umumnya

manfaat

penggunaan sumber ekonomi diukur dengan harga pasar oleh

karena harga pada pasar persaingan sempurna mencerminkan nilai
sesungguhnya dari sumber ekonomi yang digunakan. Pada keadaan
yang tidak ada persaingan sempurna maka harga pasar tidak
menunjukkan

nilai

sumber

ekonomi

yang

sesungguhnya.

Beberapa faktor yang menyebabkan tidak adanya harga yang terjadi
pada persaingan sempurna adalah adanya: unsur monopoli, pajak,
pengangguran, dan surplus konsumen.
Hal pertama yang dilakukan dalam melaksanakan evaluasi
suatu proyek adalah menentukan semua manfaat dan biaya yang
ditimbulkan

dari

proyek

tersebut.

Sebagai

contoh

untuk

mengidentifikasi manfaat dan biaya suatu proyek ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Ilustrasi mengenai Manfaat serta Biaya Proyek

Berwujud
Berwujud

langsung
Semu

Bi

Proy an

ay

ek
Naiknya
hasil
pertanian
Pelestarian
kawasan

Tidak
Tidak

M

Berkurangnya erosi

Biaya pipa
Hilangnya hutan
Pengalihan air

tanah
Perlindungan
masyarakat Rusaknya margasatwa

Tidak

Langsung

Peningkatan

-

pendapatan
riil
Proyek
Pendaratan
Berwujud
Tidak
Tidak

Berwujud

langsung
Langsung

Kenikmatan eksplorasi

Biaya input
Polusi alam semsta

Dihasilkannya
kemajuan

Tidak
Semu

ke Bulan
Belum diketahui

Perolehan prestise dunia
Kenaikan secara relatif
nilai
Proyek
Pendidika

-

Menaikkan pendapatan di Biaya gaji para
masa yang akan datang

pengajar, biaya
gedung, dan
pembelian buku-

Tidak Hidup diperkaya
Sumber : Musgrave and Musgrave (1989)

Hilangnya waktu

2. Biaya (Cost)
Biaya yang dimaksud adalah segala pengeluaran untuk suatu
proyek. Pentingnya mengukur biaya secara akurat sering diabaikan dalam
analisis manfaat dan biaya. Hasil dari suatu analisis menjadi kurang baik
akibat memperkirakan biaya yang terlalu besar atau memperkirakan
manfaat yang terlalu rendah. Negara-negara berkembang yang masih
mengutamakan pertumbuhan ekonomi lebih cenderung melihat manfaat
suatu proyek atau program terhadap pertumbuhan dan mendistribusikan
biaya yang muncul ke setiap kelompok masyarakat. Negara-negara maju,
khususnya program yang berhubungan dengan lingkungan hidup, sering
lebih memperhatikan biaya sehingga analisis dimaksudkan untuk landasan
memperkirakan biaya secara akurat.
Menurut Kariah (1999), biaya dalam proyek digolongkan menjadi
empat macam, yaitu :
1. Biaya Persiapan
Biaya persiapan adalah biaya yang dikeluarkan sebelum proyek
yang bersangkutan benar-benar dilaksanakan.
2. Biaya Investasi atau Modal
Biaya investasi biasanya didapat dari pinjaman suatu badan atau
lembaga keuangan baik dari dalam negeri atau luar negeri.
3. Biaya Operasional
Biaya operasional masih dapat dibagi lagi menjadi biaya gaji untuk
karyawan, telekomunikasi, biaya habis pakai, biaya kebersihan, dan
sebagainya.

4. Biaya Pembaharuan dan Penggantian
Pada awal umur proyek biaya ini belum muncul tetapi setelah
memasuki usia tertentu, biasanya pada bangunan mulai terjadi
kerusakan-kerusakan yang memerlukan perbaikan.
3. Manfaat (Benefit)
Manfaat yang akan terjadi pada suatu proyek dapat dibagi menjadi
tiga (kadariah, 1999) yaitu :
1. Manfaat Langsung
Manfaat langsung dapat berupa peningkatan output
secara kualitatif dan kuantitatif akibat penggunaan alatalat produksi yang lebih canggih, keterampilan yang lebih
baik dan sebagainya.
2. Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang
muncul di luar proyek, namun sebagai dampak adanya
proyek.

Manfaat

ini

dapat

berupa

meningkatnya

pendapatan masyarakat disekitar lokasi proyek (sulit
ukur).
3. Manfaat Terkait
Manfaat terkait yaitu keuntungan-keuntungan yang
sulit dinyatakan dengan sejumlah uang, namun benarbenar

dapat

dirasakan,

seperti

keamanan

dan

kenyamanan. Dalam penelitian ini untuk penghitungan
hanya didapat dari manfaat langsung dan sifatnya terbatas
karena tingkat kesulitan menilainya secara ekonomi.
4. Metode Analisis Manfaat Biaya
Ada tiga metode untuk menganalisis manfaat dan biaya
suatu proyek, yaitu nilai bersih sekarang (NPB = Net Present Benefit),
IRR = Internal Rate of Return), dan perbandingan manfaat biaya (BCR =
Benefit-Cost Ratio).
a.

Metode NPB (Net Present Benefit)

Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai
dari manfaat proyek dikurangkan dengan biaya proyek
pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan
tingkat diskonto yang berlaku. Rumus yang digunkan
adalah :

b.

Metode IRR (Internal Rate of Return)
Metode IRR merupakan metode dengan cara
menghitung tingkat diskonto (y) yang menghasilkan nilai
sekarang suatu proyek sama dengan nol. Rumus yang
digunakan adalah:

Proyek yang mempunyai nilai IRR yang tinggi
yang

mendapat

prioritas.

Walaupun

demikian

pertimbangan untuk melaksanakan proyek tidak cukup
hanya dengan IRR-nya saja, tetapi secara umum tingkat
pengembaliannya (rate of return) harus lebih besar dari
biaya oportunitas penggunaan dana. Jadi suatu proyek

akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat
pengembalian (IRR) dan tingkat diskonto (i). Tingkat
diskonto disebut juga sebagai external rate of return,
merupakan

biaya

pinjaman

modal

yang

harus

diperhitungkan dengan tingkat pengembalian investasi.
Investor

akan

melaksanakan

semua

proyek

yang

mempunyai IRR > i dan tidak melaksanakan investasi pada
proyek yang harga IRR < i.

c.

Metode Perbandingan Manfaat Biaya (BCR=Benefit Cost Ratio)
Metode BCR adalah suatu cara evaluasi suatu
proyek dengan membandingkan nilai sekarang seluruh
proyek diperoleh dari proyek tersebut dengan nilai
sekarang seluruh biaya proyek tersebut. Berdasarkan
metode ini, suatu proyek akan dilaksanakan apabila BCR >
1. Metode BCR akan memberikan hasil yang konsisten
dengan metode NPB, apabila BCR > 1 berarti pula NPB
> 0.
Rumus yang digunakan adalah:

Tabel 2 Rangkuman Perbandingan Metode Analisis

Metode
NP
B

IRR

Cermina
n Skala
TIDAK
Proyek
Karakteris Mudah
Mengurutk TIDAK
tik
an
proyek
Mudah

BCR

TIDAK

YA

YA

YA

MUDAH

AGAK SUKAR

MUDAH

Kelebihan

Berfokus pada
nilai uang

Mencerminkan
tingkat
pengenmbalian

Mudah
mengurutkan
proyek

Kekurangan

Sukar
mengurutka
n proyek

Hasil dapat
membingungka
n

Bias dalam
operasional

digunakan

Sumber : de Neufville (1990)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Lokasi
Taman Hutan Raya Bunder terletak di wilayah Desa Bunder
Kecamatan Patuk dan Desa Gading Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahura ini berada pada
ketinggian 110 meter sampai 200 meter di atas permukaan air laut dengan
topografi wilayah yang datar hingga berbukit. Dengan luas 634 hektar,
kawasan Tahura di Bunder ini menjadi salah satu kawasan yang masih
digunakan untuk konservasi dan penelitian. Keragaman flora dan fauna yang
terdapat di kawasan Tahura menjadi objek penelitian bagi para peneliti yang
datang. Curah hujan di Tahura ini adalah 1.900 mm/tahun dan suhu udara
rata-rata 27,7º Celcius.
Kriteria pengembangan tata letak dalam penyusunan rencana
pengelolaan Tahura Bunder mempunyai dua klasifikasi utama, yaitu blok
perlindungan dan blok pemanfaatan. Blok perlindungan diarahkan untuk
fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keaneka
ragaman sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Sedangkan blok

pemanfaatan

diarahkan

untuk fungsi utama sebagai

wilayah yang

dimungkinkan untuk dilaksanakannya kegiatan wisata alam dan dibangun
berbagai fasilitas, sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisataalam
dan rekreasi.
3.2 Analisa Data
Setelah identifikasi manfaat dan biaya dilakukan kemudian dianalisa
manfaat dan biaya dengan metode Benefit Cost Ratio (BCR). Metode ini
membandingkan antara total manfaat yang telah diidentifikasi selama umur
investasi yang direncanakan dengan total biaya yang semuanya dinyatakan
dalam tahun ke-0 (present worth). Tahun ke-0 merupakan tahun dimana
investasi dimulai. Umur investasi (N) direncanakan selama 20 tahun dengan
suku bunga (i) sebesar 10% per tahunnya. Jika didapatkan hasil B/C > 1
maka proyek pembangunan Taman Hutan Raya Bunder dikatakan layak,
namun jika hasil B/C < 1 maka proyek pembangunan Taman Hutan Raya
Bunder tidak memenuhi kelayakan.

Analisa
Biaya

Manfaat

Kerugian

Uraian
Biaya Investasi Awal
Biaya Operasional dan
Pemeliharaan
Total Biaya
Pendapatan Pengelola
1. Retribusi masuk
2. Parkir
Manfaat bagi masyarakat
Total Manfaat
Berkurangnya Hasil
Produksi Hutan
Total Kerugian

Biaya
Rp. 11,969,240,650.36
Rp. 6,943,353,084.72
Rp.18,843,225,774.21
Rp. 27,622,219,993.90
Rp. 2,140,865,734.00
Rp. 777,156,136.84
Rp. 30,540,241,864.33
Rp. 3,209,360,830.06
Rp. 3,209,360,830.06

Dari hasil perhitungan BCR, diperoleh nilai BCR 1,70 dimana nilai ini
masuk kategori BCR> 1, maka dari itu proyek pembangunan Taman Hutan
Raya Bunder ini memenuhi kelayakan jika dilihat dari manfaat yang
diperoleh dengan biaya yang akan dikeluarkan.
3.3 Analisa Biaya dan Manfaat
Pembangunan kawasan Tahura dimulai pada tahun 2010 dan
direncanakan akan selesai tahun 2015. Biaya investasi awal adalah biaya
yang dibutuhkan untuk operasional dan pemeliharaan kawasan Tahura
Bunder selama masa investasi. Adapun biaya investasi awal pembangunan
kawasan Tahura yang dilakukan secara bertahap dikarenakan anggaran

yang dibutuhkan untuk pembangunan terbatas. Pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah berupa fasilitas serta sarana prasarana
umum seperti akses jalan, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain. Rincian biaya
pembangunan Tahura Bunder dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel Biaya Investasi Total
Tahun

Biaya Investasi (Rp)

Faktor Disk.

2010
1.858.291.300,00
0,9091
2011
1.433.126.113,00
0,8264
2012
1.208.302.450,00
0,7513
2013
5.132.595.000,00
0,6830
2014
3.691.793.509,97
0,6209
2015
4.233.539.900,29
0,5645
Jumlah
11.969.240.650,36
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY

Present (Rp)
1.689.355.727,27
1.184.401.746,28
907.815.514,65
3.505.631.445,93
2.292.313.310,66
2.389.722.905,55

Untuk keperluan perhitungan kebutuhan anggaran minimum untuk
pengelolaan Tahura Bunder, pada tulisan ini penulis menggunakan Taman
Nasional Alas Purwo (TNAP) sebagai ilustrasi. Penggunaan TNAP sebagai
tolak ukur dikarenakan Taman Hutan Raya dan Taman Nasional merupakan
tempat wisata yang sama – sama memanfaatkan hutan sebagai objeknya.
Anggaran untuk pengelolaan dan pemeliharaan Tahura Bunder dapat
diprediksi dengan menggunakan asumsi anggaran TNAP tahun 2008
sebesar Rp. 1.500.000.000,-. Peningkatan biaya pemeliharaan sebesar 5%
setiap 5 tahun maka pada tahun 2016 biaya operasional yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut. Biaya Tahun 2016 = 105% x Rp. 1.500.000.000,- =
Rp. 1.575.000.000,Manfaat yang dianalisa berasal dari berbagai sumber manfaat, yaitu:
1. Manfaat Tidak Berwujud (Intangible Benefit)
a. Ketersediaan Objek Pariwisata
Sektor pariwisata merupakan manfaat utama yang dapat dirasakan
akibat adanya pembangunan Tahura Bunder. Hal ini didukung oleh
kondisi Tahura sendiri yang sangat strategis dijadikan objek wisata.
b. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat sekitar
Dalam pengembangan wisata, masyarakat juga akan dibina dan
dilibatkan sebagai pedagang, petugas parkir, petugas pengamanan
dan pemandu wisata.
c. Konservasi Lahan

Perlindungan hutan meliputi pengamanan hutan, pengamanan
tumbuhan

dan

perlindungan

satwa
hutan

liar,
dan

pengelolaan

tenaga

dan

sarana

penyidikan.

Perlindungan

Hutan

diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga hutan, kawasan hutan
dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi
produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari.
2. Manfaat Berwujud (Tangible Benefit)
Manfaat yang dihitung adalah peningkatan pendapatan angkutan
umum dari dan menuju Tahura Bunder. Dari hasil survey berupa
kuisioner

yang

disebar

diketahui

bahwa

sebanyak

3%

dari

pengunjung objek wisata di Gunungkidul memanfaatkan angkutan
umum sebagai sarana transportasi menuju objek wisata.
Tarif untuk sekali perjalanan menggunakan angkutan umum ratarata adalah Rp. 5000,- maka untuk perjalanan pulang – pergi (PP)
dikenakan tarif sebesar Rp. 10.000,-Dengan asumsi peningkatan tarif
sebesar Rp. 1000,- per lima tahun untuk sekali perjalanan dan suku
bunga sebesar 10% per tahun maka peningkatan pendapatan
angkutan umum dapat dilihat pada Tabel 3.
3.4 Analisa Pendapatan
a. Retribusi masuk kawasan Tahura Bunder
Dari hasil survey yang dilakukan di Pantai Indrayanti didapat data
sebanyak 72% tertarik dan 28 % tidak tertarik untuk berkunjung ke
Tahura Bunder. Grafik yang menunjukkan pertumbuhan kunjungan
wisatawan di Pantai Indrayanti dapat dilihat pada Gambar 3.

Dari

grafik

tersebut

didapat

rumus

y

=

75,896.40x

-

152,071,630.20 untuk memprediksi pertumbuhan jumlah wisatawan yang
berkunjung pada tahun-tahun berikutnya. Tarif retribusi masuk kawasan
Taman Hutan Raya Bunder direncanakan Rp. 10.000,-. Tingkat suku
bunga adalah 10% dan kenaikan tarif retribusi sebesar Rp. 5.000,- per 5

tahun maka pendapatan tahun selanjutnya dan total pendapatan dari
retribusi masuk kawasan Tahura Bunder dapat dilihat pada Tabel 5.

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa dari
identifikasi dan analisa manfaat dan biaya diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Manfaat untuk masyarakat dan pendapatan bagi pihak pengelola
deagan nilai sekarang sebesar Rp.30,540,241,864.33
b. Kerugian dari berkurangnya hasil produksi hutan dengan nilai
sekarang sebesar Rp.3,209,360,830.06
c. Total Biaya yang harus di keluarkan dalam pembangunan kawaasan
Taman Hutan Raya Bunder serta pengelolaan dan pemeliharannya
dengan nilai sekarang sebesar Rp.18,843,225,774.21
d. Nilai Benefit Cost Ratio (BCR) yang di peroleh adalah sebesar 1,70
dimana itu berarti bahwa proyek pembangunan kawasana Taman
Hutan Raya (TAHURA) Bunder itu memenuhi kriteria dari segi
kelayakan ,dimana itu dapat di lihat dari biaya yang di butuhkan
dengan manfaat yang didapat.

Daftar Pustaka
Sayrhul

Abadi,

Udisubakti

Ciptomulyo,

Ahmadi.

2016.

“Analisa

Pemanfaatan Energi Terbarukan Untuk Mendukung Kebutuhan Listrik di
Pulau Romang Dengan Metode CBA (Cost Benefit Analysis) dan Electre
(Elemination ET Choik Traduisant LA Realite)”. Jurnal of Seminar Nasional
Pasca Sarjana STTAL.
Pujawan, I Nyoman. 2009. ”Ekonomi Teknik” Penerbit Guna Widya.
Surabaya.
Soeharto, Iman. 1997. ”Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai
Operasiona”. Erlangga, Jakarta.
Mangkoesoebroto. G. 1998. ”Ekonomi Publik”. Penerbit BPFE. Yogyakarta.