TUGAS 1. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN 8 STAND
Tugas Manajemen Strategik Dalam Pendidikan
‘Analisis Problematika Pendidikan di SMP Buin Batu Sumbawa
Barat berdasarkan 8 Standar Pendidikan Nasional’
Herman Habibi
I2K016014
Semester 2 MAP SORE
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MATARAM
2017
1
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam rangka hubungan kerja sama internasional di berbagai bidang antara
lain bidang ekonomi dan bidang politik mempunyai implikasi pada kehadiran warga
negara asing untuk tinggal di Indonesia, baik sebagai diplomat, investor, tenaga ahli
maupun sebagai pekerja pada berbagai bidang usaha dan badan-badan perkumpulan
internasional. Hal ini menuntut perlunya disediakan layanan pendidikan yang sesuai
dengan sistem pendidikan internasional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
di Indonesia. Kehadiran layanan pendidikan bagi warga negara asing sudah terjadi
sejak lama di Indonesia bahkan sejak era sebelum tahun 1960-an. Sebelum terbitnya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pengaturan sekolah asing di Indonesia diatur dengan Undang-undang Nomor 48 Prp
Tahun 1960 tentang Pengawasan Pendidikan dan Pengajaran Asing. Dalam aturan ini
keberadaan sekolah asing pada awalnya hanya diutamakan bagi anak-anak diplomat
dan sebagian kecil anak-anak ekspatriat. Namun kemudian keberadaan orang asing di
Indonesia berkembang demikian cepat sehingga diberikan kebijaksanaan khusus oleh
Presidium Kabinet untuk mendirikan sekolah internasional, yang kewenangan
pengaturannya dilimpahkan ke tingkat menteri terkait. Ketiga Menteri terkait
kemudian menetapkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Luar Negeri,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor SP/817/PD/X/75; Nomor 060/O/1975; dan Nomor Kep-354a/ MK/II/4/1975.
Dalam SKB ini pengaturan sekolah internasional dilimpahkan kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian mengeluarkan Keputusan Menteri
2
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0184/O/1975 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pendirian dan Penyelenggaraan Sekolah Perwakilan Diplomatik, Sekolah Gabungan
Perwakilan Diplomatik, dan Sekolah Internasional. Menurut SKB ini, definisi
“Sekolah Internasional adalah sekolah asing yang didirikan dan diselenggarakan
suatu yayasan yang dibentuk berdasarkan peraturan perundangan Indonesia, untuk
keperluan pendidikan dan pengajaran terutama bagi anak-anak warga negara asing
bukan anggota perwakilan diplomatik/konsuler sesuatu negara lain di Indonesia.” 5
Pembinaan sekolah ini berada langsung di bawah pengawasan Pemerintah Republik
Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan terbitnya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam
Pasal 76 dinyatakan bahwa Undang-undang Nomor 48 Prp Tahun 1960 tidak berlaku
dan implikasinya SKB Nomor SP/817/PD/X/75; Nomor 060/O/1975; dan Nomor
Kep-354a/MK/II/4/1975, dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
0184/O/1975 yang merupakan turunannya, juga tidak berlaku lagi. Namun dengan
belum adanya peraturan pengganti maka peraturan yang lama masih diberlakukan dan
juga memberikan kebijakan baru yang bersifat sementara untuk memayungi
keberadaan sekolah yang sudah berjalan sejak tahun 2000-an.
Mulai tahun 2000-an banyak berdiri sekolah yang menyatakan diri sebagai
“sekolah internasional” yang sebelumnya sebagian besar menamakan diri sebagai
”sekolah nasional plus”, yang belum dapat diberikan izin baru karena belum adanya
payung hukum yang jelas sebagai pengganti peraturan lama yang sudah dicabut
dengan Pasal 76 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Di lain pihak, Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang diharapkan
3
segera terbit untuk dapat membenahi pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan
termasuk perizinan sekolah internasional ini, tidak kunjung terbit, sehingga untuk
mengatasi kevakuman ini dan agar dapat memberikan layanan kepada masyarakat
yang memerlukan izin pendirian sekolah internasional, maka pada tahun 2009
Departemen Pendidikan Nasional mengambil kebijakan untuk memberikan “izin
operasional sementara” sehingga keberadaan sekolah-sekolah mempunyai dasar
hukum resmi dari pemerintah. Izin sementara yang diberikan hanya berlaku 2 (dua)
tahun sehingga untuk mengantisipasi berakhirnya izin sementara ini, Kementerian
Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan oleh Lembaga Pendidikan Asing
(LPA) di Indonesia. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, maka Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2009 diganti dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kerja sama
Penyelenggaraan dan Pengelolaan oleh Lembaga Pendidikan Asing dengan Lembaga
Pendidikan di Indonesia.
Dinamika peraturan pemerintah ini mempengaruhi proses penyelenggaraan
pendidikan di SMP Buin Batu. SMP Sekolah Buin Batu adalah sekolah yang
didirikan oleh PT.Newmont Nusa Tenggara yang dinaungi oleh Yayasan Pendidikan
Buin Batu (YPBBS) dan beroperasi dengan mengacu pada sistem pendidikan
nasional dan bekerjasama dengan Cambridge University dalam hal ini disebut sebagai
Lembaga Pendidikan Asing (LPA). Dengan diselenggarakannya sistem pendidikan
4
kerjasama, maka proses penyelenggaraan pendidikan di SMP Sekolah Buin Batu
mengacu pada 8 standar pendidikan nasional dan juga mengacu pada standard and
practices atau benchmark yang telah ditetapkan oleh Cambridge University Press.
Pada tulisan ini, penulis akan mengkaji bagaimana penyelenggaraan pendidikan di
SMP Buin Batu dipandang dari 8 standar nasional pendidikan, mengidentifikasi
problematika yang muncul dan menyajikan bagaimana penyelenggaraan pendidikan
dalam satuan pendidikan kerjasama Lembaga pendidikan Indonesia (LPI) dan
Lembaga Pendidikan Asing (LPA).
I.2 Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini, penulis mengkaji problematika-problematika yang muncul
di SMP Buin Batu dalam pemenuhan 8 standar nasional pendidikan dan standarstandar yang ditetapkan oleh LPA (Lembaga Pendidikan Asing)-Cambridge
Secondary 1 oleh Cambridge University Press.
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tulisan ini adalah:
a. Mengidentifikasi problematika pendidikan yang muncul di SMP Buin Batu
dalam menyelenggarakan pendidikan yang mengacu pada 8 standar nasional
dan standar internasional.
5
b. Mengelaborasi proses penyelenggaraan pendidikan di SMP Buin Batu sebagai
sekolah SPK (Satuan Pendidikan Kerjasama) berdasarkan 8 standar
pendidikan nasional.
I.4 Manfaat
Melalui tulisan ini penulis ingin menyajikan penjelasan dan analisa terkait
penyelenggaraan pendidikan di SMP Buin Batu sebagai acuan dalam peningkatan
mutu pendidikan pada satuan tingkat pendidikan yang relevan. Disamping itu,
menyajikan informasi praktek terbaik dalam proses penyelenggaraan pendidikan
dipandang dari 8 standar nasional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan baik
pada tingkat nasional dan internasional.
II. KAJIAN
Seperti yang telah penulis sampaikan pada bab pendahuluan, SMP Buin Batu
merupakan satuan pendidikan yang berstatus SPK yaitu (Satuan Pendidikan
Kerjasama). Sebagai sekolah SPK SMP Buin Batu bekerjasama dengan Lembaga
Pendidikan Asing dalam penyelenggaraan proses pencapaian standar, kurikulum,
belajar mengajar, perekrutan pendidik dan dalam proses evaluasi pendidikan. SMP
Buin Batu menggunakan mengadopsi dua kurikulum yaitu Kurikulum 2013 dan
Kurikulum Cambridge Secondary 1 (Cambridge University Press) yang dipadukan
agar sesuai dengan konteks standar pendidikan nasional dan internasional. Disamping
6
itu untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik Warga Negara Indonesia (WNI)
dan Warga Negara Aing (WNA).
II.1 Standar isi
Melalui butir standar isi yang terdapat di dalam 8 Standar Pendidikan
Nasional, pemerintah telah mengamanatkan bahwa:
1. Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut
Standar Isi terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
2. Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
ketrampilan.
3. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan
berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
4. Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap
program keahlian diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah.
5. Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap
program keahlian diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah.
6. Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada setiap
mata pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan
jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
7
7. Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap mata
pelajaran sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh
Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
8. Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan
Agama dan Budipekerti disusun secara jelas.
9. Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Soial sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan disusun secara jelas.
10. Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari Peraturan Menteri ini.
a. Visi Sekolah SMP Buin Batu
Dengan menganalisa potensi yang ada di SMP Buin Batubaik dari segi input/
peserta didik baru, kompetensi tenaga pendidik, tenaga kependidikan, lingkungan
sekolah, peran serta masyarakat, dan out come/ keberhasilan lulusan SMP Buin
Batu serta masyarakat sekitar sekolah yang religius, serta melalui komunikasi dan
koordinasi yang intensif antar sekolah dengan
warga sekolah maupun dengan
stakeholder, tersusunlah visi sekolah.
Adapaun visi SMP Buin Batu adalah : Menumbuhkembangkan warga global
melalui pembelajaran yang berkualitas dan bermakna (fortering global citizens by
quality and meaningful learning)”.
b. Misi Sekolah
8
Dalam rangka mencapai visi sekolah yang telah dirumuskan, maka misi SMP
Buin Batu adalah
1. Mencapai keberhasilan di setiap jenjang pendidikan.
2. Menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung dan amansecara
emosional dan fisik.
3. Memberikan kontribusi terhadap masyarakat.
4. Menyusun makna untuk mengembangkan pemahaman dan senang belajar.
5. Mengembangkan kesadaran terhadap perspektif nasional dan global.
c. Tujuan Satuan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan
Pendidikan
bertujuan
membangun
landasan
bagi
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: a. beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;
b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
d. Struktur Kurikulum dan beban belajar di SMP Buin Batu
1. Struktur kurikulum
9
SMP Buin Batu menerapkan Kurikulum 2013 yang diperkaya dengan
kurikulum Cambridge Secondary 1. Dengan demikian di samping mengikuti ujian
nasional dan ujian sekolah siswa kelas 9 juga mengikuti ujian check point yang di
selenggarakan oleh Cambridge University Centre.
Struktur kurikulum SMP Sekolah Buin Batu teraplikasi dalam dua jenis
kurikulum yang saling mengintegrasi satu sama lain, yaitu Kurikulum Nasional dan
Kurikulum Cambridge (Cambridge Curriculum). Untuk Krikulum Cambridge, SMP
Buin Batu mengaplikasi Cambridge Secondary 1 Curriculum yang terdiri dari 3 mata
pelajaran, yaitu Matematika, Science (IPA), dan ESL (English as a Second language).
Ketiga mata pelajaran ini terintegrasi dengan Kurikulum Nasional. Struktur
Kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata
pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata
pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban
belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan
aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam usic belajar dan pengorganisasian
beban belajar dalam usic pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam usic belajar
yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah usic semester sedangkan
pengorganisasian beban belajar dalam usic pembelajaran berdasarkan jam pelajaran
per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai
posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang
pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai
10
posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata
pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan
kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.
ALOKASI WAKTU BELAJAR
MATA PELAJARAN
PER MINGGU
VII
VIII
IX
2
2
2
2
2
2
Bahasa Indonesia
5
5
5
Matematika
6
6
6
Ilmu Pengetahuan Alam
5
5
5
Ilmu Pengetahuan Sosial
4
4
4
Bahasa Inggris
4
4
4
3
3
3
2
2
2
2
2
37
2
2
37
2
2
37
Kelompok A
1.
2.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan
3.
4.
5.
6.
7.
Kelompok B
1.
2.
Seni Budaya
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
Kesehatan
3.
Teknologi Informasi dan Komputer
4.
Pertambangan (Mining)
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
Keterangan: Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah. Selain
kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas,
11
terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP music, Pramuka (Wajib), Organisasi
Siswa
Intrasekolah,
Science
Club,
Math
Club,
dan
sebagainya.
Mining
(pertambangan) merupakan mata pelajaran muatan yang menunjukkan kekhasan SMP
Buin Batu sebagai Sekolah di lingkungan pertambangan. Mata pelajaran Kelompok A
adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata
pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya, Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya adalah kelompok mata pelajaran
yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten yang
dikembangkan oleh pemerintah daerah. Satuan pendidikan dapat menambah jam
pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan
tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan sebagai
mata pelajaran integrated science dan integrated social studies, bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan alam.
Disamping itu, tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial menekankan pada
pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, serta aktivitas masyarakat di
bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ilmu Pengetahuan Alam juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan
biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah
nusantara.
12
Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik, seni tari,
dan seni teater. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan
pendidikan dapat memilih aspek yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru dan
fasilitas) pada satuan pendidikan itu. Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni
kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan
secara terpisah dan setiap satuan pendidikan menyelenggarakan pembelajaran
prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensi
daerah pada satuan pendidikan itu. Sedangkan untuk struktur kurikulum Cambridge
Secondary 1 terbagi menjadi 3 mata pelajaran dan akan dijelaskan terpisah sebagai
berikut:
Science (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kerangka pembelajaran ini menyediakan satu paket tujuan pembelajaran
progresif yang komprehensif untuk mata pelajaran Science (IPA). Tujuan
pembelajaran ini disusun secara detail tentang apa yang harus diketahui dan apa yang
harus dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran IPA pada tiap jenjang pembelajaran di
SMP. Susunan pembelajaran ini juga menyediakan struktur untuk proses belajar
mengajar dan juga referensi pembelajaran yang bisa di ujikan. Kurikulum IPA pada
Cambridge Secondary 1 dibagi menjadi 4 kriteria: Metode Ilmiah, Biologi, Kimia,
dan Fisika. Metode Ilmiah mencakup tentang pengembangan ide, mengevaluasi bukti,
merencanakan penelitian dan merekam dan menganalisa data. Tujuan pembelajaran
Metode Ilmiah meliputi Biologi, Kimia dan Fisika, yang berfokus pada
mengembangkan rasa percaya diri dan ketertarikan akan pengetahuan ilmiah.
13
Kepekaan terhadap lingkungan dan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan juga
menjadi bagian dari hal ini. Kerangka kurikulum IPA pada Cambridge Secondary 1
ini melanjutkan apa yang telah dipelajari pada jenjang sebelumnya dan menyediakan
dasar yang kuat untuk pembelajaran di tingkat yang lebih tinggi.
ESL(English as a Second language)
Kerangka pembelajaran ini menyediakan satu paket tujuan pembelajaran
progresif yang komprehensif untuk mata pelajaran English as a Second Language.
Kerangka pembelajaran ini berdasar pada Council of Europe’s Common European
Framework of Reference for Languages (CEFR) – Kerangka Pembelajaran Umum
sebagai Referensi Pembelajaran Bahasa Inggris di Eropa – yang dipergunakan secara
luas didalam maupun diluar benua Eropa untuk memetakan perkembangan Bahasa
Inggris para siswa. Kerangka pembelajaran ini dibagi dalam 5 bagian: Membaca,
Menulis, Penggunaan Tata Bahasa Inggris, Mendengarkan, dan Berbicara. Sejalan
dengan CEFR, hasil pembelajaran pada tiap bagian pada tiap jenjang pembelajaran
ditentukan melalui apa yang bisa dilakukan seorang siswa pada pelajaran Bahasa
Inggris. Hal ini tentunya mendorong metode pembelajaran yang berdasarkan pada
proses pembelajaran yang berbasis aktifitas yang dilakukan oleh guru dalam
mengimplementasikan kurikulum ini. Perkembangan siswa pada setiap bagian
kurikulum dapat dipetakan berdasarkan level referensi umum yang dibuat oleh CEFR.
A1
A2
Pengguna Dasar
A3
A4
Pengguna Mandiri
A5
A6
Pengguna Ahli
14
Matematika
Kerangka pembelajaran ini menyediakan satu paket tujuan pembelajaran
progresif yang komprehensif untuk mata pelajaran Matematika. Tujuan pembelajaran
ini disusun secara detail tentang apa yang harus diketahui dan apa yang harus
dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran Matematika pada tiap jenjang pembelajaran
di SMP. Susunan pembelajaran ini juga menyediakan struktur untuk proses belajar
mengajar dan juga referensi pembelajaran yang bisa di ujikan.
Matematika pada Cambridge Secondary 1 terbagi dalam 6 bagian: Nomor,
Aljabar, Geometri, Ukuran, Pengolahan Data, dan Penyelesaian Masalah. Lima
bagian dari Matematika tersebut dapat diintegrasikan pada bagian Penyelesaian
Masalah, yang menyediakan struktur dasar pengaplikasian keterampilan Matematika.
Strategi mental juga merupakan bagian penting pada pembahasan Nomor. Keduanya
akan membentuk langkah yang berkesinambungan yang menyiapkan siswa untuk
belajar di jenjang yang lebih tinggi. Kurikulum ini mengacu pada prinsip dasar, pola,
system, fungsi, dan hubungan sehingga para siswa dapat mengaplikasikan
pengetahuan Matematika mereka dan mengembangkan pengetahuan menyeluruh
terhadap mata pelajaran ini. Kerangka kurikulum Matematika pada Cambridge
Secondary 1 ini melanjutkan apa yang telah dipelajari pada jenjang sebelumnya dan
menyediakan dasar yang kuat untuk pembelajaran di tingkat yang lebih tinggi.
2. Beban Belajar
15
Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX masing-masing 38
jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit. Dalam struktur kurikulum
SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32, dan 32
menjadi 38, 38 dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama
belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit. Dengan adanya
tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki
keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi
siswa aktif belajar.
Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari
proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk
melakukan pengamatan, menanya, asosiasi, menyaji, dan komunikasi. Proses
pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu
respon peserta didik karena mereka belum terbiasa.Selain itu, bertambahnya jam
belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar
e. Organisasi Kompetensi
Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari
Kompetensi Dasar. Untuk
kurikulum SMP/MTs, organisasi Kompetensi Dasar dilakukan dengan cara
mempertimbangkan kesinambungan antarkelas dan keharmonisan antar mata
pelajaran yang diikat dengan Kompetensi Inti. Berdasarkan pendekatan ini maka
terjadi reorganisasi Kompetensi Dasar mata pelajaran sehingga Struktur Kurikulum
SMP Buin Batu menjadi lebih sederhana karena jumlah mata pelajaran dan jumlah
materi berkurang. Substansi muatan lokal termasuk bahasa daerah diintegrasikan ke
16
dalam mata pelajaran Seni Budaya. Substansi muatan lokal yang berkenaan dengan
olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Sedangkan Prakarya merupakan mata pelajaran
yang berdiri sendiri.
Memandang penjelasan penulis di atas, dapat disimpulkan bahwa SMP
Sekolah Buin Batu telah mencapai standar isi yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dengan mengikuti setiap ketetapan yang telah di muat dalam Peraturan Menteri. SMP
Buin Batu tetap mengacu pada prinsip-prinsip amanah pendidikan nasional dengan
menyelenggarakan kurikulum terpadu yang sesuai dengan konteks standar nasional
dan internasional.
17
II.2 Standar Kompetensi Lulusan
1. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan
sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar
penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A;
b. Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan
c. Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/ Paket C.
3. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan di SMP Buin Batu mengacu pada
standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan. Berdasarkan pada PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG
STANDAR
KOMPETENSI
LULUSAN
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH, maka standar Kompetensi Lulusan SMP Buin Batu adalah memiliki
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
1. Dimensi Sikap: Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
18
2. Dimensi Pengetahuan: Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian yang tampak mata.
3. Dimensi Keterampilan: Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif
dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain.
II.3 Standar proses
Proses pembelajaran Kurikulum SMP Buin Batu (Kurikulum 2013 diperkaya
dengan Kurikulum Cambridge Secondary 1 terdiri atas pembelajaran intrakurikuler
dan pembelajran ekstrakurikuler.
1. Pembelajaran intrakurikuler didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
a. Proses pembelajaran intrakurikuler adalah proses pembelajaran yang
berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan
di kelas, Sekolah, dan masyarakat.
b. Proses
pembelajaran
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
yang
dikembangkan oleh guru.
c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif
untuk menguasai kompetensi Dasar Inti pada tingkat yang memuaskan.
d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten
kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan yang bersifat mastery dan
19
diajarkan secara langsung (direct teaching), keterampioan kognitif dan
psikomotorik adalah konten yang bersifat developmental yang dapat
dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct teaching),
sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui
proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).
e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental
dilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan
lainnya dan saling memperkuat antara satu pelajaran dengan pelajaran
lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung (indiriect) terjadi pada setiap kegiatan
belajar yang terjadi di kelas, Sekolah, rumah dan masyarakat. Proses
pembelajaran tidak langsung bukan kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran
tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan RPP yang dibuat guru.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip peembelajaran siswa aktif
melalui kegiatan
mengamati (melihat, membaca, mendengar ,
menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalisis (menghubungkan,
menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasikan
(lisan, tulis, gambar, grafik,tablet, chart, dan lain-lain).
h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik
menguasai kompetensi yang masih kurang. Pembelajaran remedial
dirancang dan dilaksanakan berdasarkan kelemahan yang ditemukan
berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta Didik.
20
Pembelajaran remdial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas
sesuai dengan hassil analisis jawaban peserta.
i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat
formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.
2. Pembelajaran Ekstrakurikuler
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas
yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin
setiap minggu. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan.
Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib. Kegiatan ekstrakurikuler wajib
dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan ekstrakurikuler.
Standar Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMP Buin Batu
Berdasarkan standar proses pembelajaran pada implementasi Kurikulum 2013, maka
guru harus melaksanakan 3 tahapan yaitu:
kegiatan pendahuluan
kegiatan inti
kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru berdasarkan amanat
Kurikulum 2013 adalah:
21
a. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan
pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah mempersiapkan
siswa baik psikis maupun fisik agar dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan baik.
b. Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terkait
materi pembelajaran baik materi yang telah siswa pelajari serta materi-materi
yang akan mereka pelajari dalam proses pembelajaran tersebut.
c. Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak siswa
untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan dikerjakan
sehingga dengan demikian mereka akan belajar tentang suatu materi,
kemudian langsung dilanjutkan dengan menguraikan tentang tujuan
pembelajaran atau KD yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut.
d. Terkahir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan outline
cakupan materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan
dilakukan oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang
diberikan.
2. Kegiatan Inti pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
Pada hakikatnya, kegiatan inti adalah suatu proses pembelajaran agar tujuan
yang ingin dicapai dapat diraih. Kegiatan ini mestinya dilakukan oleh guru dengan
cara-cara yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
siswa agar dengan cara yang aktif menjadi seorang pencari informasi, serta dapat
memberikan kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
22
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Metode yang digunakan dalam kegiatan inti harus bersesuaian dengan karakteristik
siswa dan mata pelajaran. Kegiatan inti mencakup proses-proses berikut: (1)
melakukan
observasi;
mengasosiasikan
(2)
bertanya;
informasi-informasi
(3)
yang
mengumpulkan
telah
informasi;
diperoleh;
(5)
(4)
dan
mengkomunikasikan hasilnya. Pada proses pembelajaran yang terkait dengan KD
yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi sedemikian rupa
sehingga siswa dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi yang
diberikan guru atau ahli, siswa menirukannya, selanjutnya guru melakukan
pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada siswa.
Pada setiap kegiatan pembelajaran seharunya guru memperhatikan kompetensi yang
terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain sebagaimana yang telah dicantumkan pada silabus
dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Cara-cara yang dilakukan berkaitan
dengan proses pengumpulan data (informasi) diusahakan sedemikian rupa sehingga
relevan dengan jenis data yang sedang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio,
lapangan, perpustakaan, museum, dan lain-lain. Sebelum menggunakan informasi
atau data yang telah dikumpulkan dan diperoleh siswa mesti tahu dan kemudian
berlatih,
lalu
dilanjutkan
dengan
menerapkannya
pada
berbagai
situasi.
Berikut ini merupakan contoh penerapan dari kelima tahap kegiatan ini pada proses
pembelajaran:
23
a. Melakukan observasi (melakukan pengamatan)
Dalam kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan-kegitan
seperti: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa
untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
b. Bertanya
Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mempertanyakan mengenai
apapun yang telah mereka lihat, mereka simak, atau mereka baca. Penting bagi guru
untuk memberikan bimbingan kepada siswa agar bisa mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan yang dimaksud di sini berkaitan dengan pertanyaan dari hasil pengamatan
objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak baik berupa fakta, konsep, prosedur,
atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan dapat pula yang bersifat faktual
sehingga
pada
pertanyaan
yang
bersifat
hipotetik.
Siswa diajak untuk berlatih menggunakan pertanyaan dari guru diusahakan
agar terus meningkat kualitas tahapan ini sehingga pada akhirnya siswa mampu
mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan bertanya ini akan dihasilkan
sejumlah pertanyaan. Kegiatan bertanya dimaksudkan juga agar siswa dapat
mengembangkan rasa ingin tahunya. Pada prinsipnya, semakin terlatih siswa untuk
bertanya
maka
rasa
ingin
tahu
mereka
akan
semakin
berkembang.
Pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka ajukan akan dijadikan dasar untuk mencari
24
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber-sumber belajar yang telah
ditentukan oleh guru hingga mencari informasi ke sumber-sumber yang ditentu-kan
oleh siswa sendiri, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan informasi
Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan
bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan
bermacam cara. Dalam hal ini siswa boleh membaca buku yang lebih banyak,
mengamati fenomena atau objek dengan lebih teliti, atau bisa juga melaksanakan
eksperimen.
Hasil eksperimen selanjutnya akan dijadikan pondasi untuk kegiatan
berikutnya yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya siswa akan
menemukan suatu keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai
kesimpulan.
d. Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti yaitu membuat tulisan atau bercerita
tentang apa-apa saja yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai
oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.
25
3. Kegiatan Penutup pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMP
Buin Batu
Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri
membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana
pembelajaran.
Kompetensi-kompetensi Dasar (KD) diorganisasikan ke dalam 4 (empat)
Kompetensi Inti (KI):
a.
b.
c.
d.
KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial.
KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar
KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan.
KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses
pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua mata
pelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi menggunakan proses
pembelajaran yang bersifat indirect teaching pada setiap kegiatan.
Proses pembelajaran yang telah di atas merupakan proses pembelajaran yang
telah dipadukan dengan praktek-praktek terbaik pembelajaran pada satuan pendidikan
internasional dan yang telah distandarisasi oleh Lembaga Pendidikan Asing. Dengan
26
demikian dapat penulis simpulkan bahwa proses pembelajaran yang diselenggarakan
di SMP Buin Batu tetap memenuhi standar proses pendidikan nasional dan diperkaya
oleh praktek-praktek proses pembelajaran dengan standar internasional.
II.4 Standar pengelolaan
Pengelolaan pendidikan di SMP Buin Batu terdiri dari Kepala Sekolah
Eksekutif, Kepala Kampus SMP, Koordinator Akademik, Koordinator Program
Cambridge, Koordinator Kurikulum Nasional. Kepala Sekolah Eksekutif berperan
sebagai direktur sekolah dalam mengarahkan sekolah secara strategis dalam
pengembangan pendidikan. Kepala Kampus berperan dalam memastikan lingkungan
kampus tetap kondusif dan aman untuk penyelenggaraan pendidikan. Koordinator
Akademik berperan memastikan proses akademik berjalan lancer sesuai dengan
standar-standar nasional, internasional dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Koordinator Program Cambridge dan Koordinator Kurikulum Nasional berperan
dalam memadukan kedua program kurikulum agar tetap sesuai dengan kebutuhan
siswa dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah dan LPA.
Sistem
manajemen
pengelolaan
pendidikan
diselenggarakan
dengan
menerapkan ISO 9001:2015. Sistem manajemen ISO membantu pengelolaan
manajemen mutu, pengendalian saran pengembangan mutu pendidikan di SMP Buin
Batu. Melalui penerapan ISO, SMP Buin Batu menyelenggarakan pengelolaan
pendidikan secara terstruktur dan sistematis. Adapun pada cakupan organisasi
27
pendidik. SMP membentuk divisi-divisi/tim kecil dalam membantu pelaksanaan
pendidikan dalam hal-hal yang bersifat teknis.
II.5 Standar pendidik dan tenaga kependidikan
Sebagai sekolah SPK, SMP Buin Batu melakukan kerjasama dengan Lembaga
Pendidikan Asing (LPA). Untuk memenuhi kualifikasi standar pendidik dan tenaga
kependidikan bagi peserta didik WNA dan WNI, SMP Buin Batu merekrut pendidik
yang sesuai dengan kualifikasinya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dasar
dan Menengah NOMOR: 407/D/PP/2015 tentang PETUNJUK TEKNIS KERJA
SAMA PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING DENGAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA, pada butir C ditetapkan bahwa
a. Komposisi jumlah pendidik WNI harus minimal 30% (tiga puluh persen) dari
keseluruhan jumlah pendidik pada satuan pendidikan yang bersangkutan
danjumlah pendidik WNA maksimal 70% (tujuh puluh persen) dari
keseluruhan jumlah pendidik pada satuan pendidikan yang bersangkutan;
b. Pendidik WNI harus memiliki ijazah S1/DIV yang diperoleh dari perguruan
tinggi yang terakreditasi/diakui dan khusus untuk guru mata pelajaran sesuai
dengan jurusan/spesialisasi mata pelajaran (mapel) yang diampu serta
berpengalaman mengajar dibuktikan dengan surat keterangan;
c. Untuk kepentingan sertifikasi, pendidik WNI diberikan Nomor Unik Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (NUPTK);
28
d. Pendidik WNA harus memiliki ijazah setara minimal Strata 1 (S1) yang
diperoleh dari perguruan tinggi yang terakreditasi/diakui di negara yang
bersangkutan dengan jurusan/spesialisasi yang sesuai dengan mata pelajaran
(mapel) yang diampu dan dilengkapi dengan sertifikasi yang sesuai dengan
mapel yang diampu serta berpengalaman mengajar minimal 5 (lima) tahun;
e. Pendidik asing untuk pembelajaran bahasa asing pada SPK merupakan
penutur asli bahasa asing negaranya dan/atau orang yang mempunyai
sertifikat pendidik untuk bahasa tersebut;
f. Pendidik pada SPK diutamakan yang memahami Budaya Indonesia dan atau
budaya daerah tempat satuan pendidikan berada;
g. Izin pendidik warganegara asing hanya diberikan untuk mata pelajaran
tertentu sesuai dengan Peraturan yang diterbitkan Kemenakertrans;
h. Izin mempekerjakan tenaga asing sebagai pendidik diberikan oleh
Kementerian
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
setelah
mendapat
rekomendasi/persetujuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
Persyaratan lainnya yang harus dipenuhi oleh Pendidik WNA:
a. Sehat jasmani rohani serta bebas Narkoba, yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter yang memiliki izin resmi (melampirkan Surat Keterangan
Sehat dari dokter/Rumah Sakit dari negara asal WNA untuk rekruitmen baru
dan dari dokter/Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia untuk perpanjangan
penugasan);
29
Mengacu pada Peraturan menteri di atas, SMP Buin Batu mempekerjakan
pendidik sesuai dengan keahlian akademik di bidangnya. Untuk mata pelajaran
Bahasa Inggris, SMP Buin Batu mempekerjakan WNA yang memiliki kualifikasi
bahasa dan sebagai penutur asing. Disamping itu, bahasa pengantar yang digunakan
adalah bahasa inggris mengingat bahasa inggris adalah bahasa internasional. Akan
tetapi, bahasa pengantar khusus untuk mata pelajaran bahasa indonesia disampaikan
dalam bahasa indonesia. Dengan demikian prinsip-prinsip pembelajaran tetap
memenuhi kedua standar baik standar nasional dan standar internasional.
II.6 Standar sarana dan prasarana
SMP Buin Batu dilengkapi oleh sarana pembelajaran yang mendukung
terselenggaranya pembelajaran. Sarana belajar seperti media Informasi dan teknologi
berupa komputer untuk masing-masing siswa dan 40 buah Macbook tersedia dengan
fasilitas jaringan internet WiFi di setiap area sekolah. Di dalam ruang kelas, tersedia
komputer bersama yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik. Media visual berupa
LCD projector terpasang di setiap ruang kelas dengan IT Smart Board. Meja, kursi
dan sofa membaca bagi peserta didik tersedia di setiap sudut ruang belajar siswa.
Berikut daftar inventaris sarana dan prasarana belajar di SMP Buin Batu:
Ruang Kelas
No
ITEM
KETERANGAN
.
30
1.
Meja
Meja persegi
2.
Kursi
Kursi sofa
3.
Sofa membaca
Sofa ergonomic
4.
Karpet diskusi
Karpet
5.
Desktop
sebagai area diskusi kelompok siswa
Desktop Macintosh Apple
6.
IT Board
IT Board Interactive
7.
LCD Projector
Layar proyeksi visual
8.
Soft Board
Papan tempat memajang hasil karya
9.
Papan tulis White board
siswa
Papan interaksi siswa
10.
Rak Buku
Rak buku yang digunakan untuk
persegi
yang
disediakan
meletakkan buku-buku yang relevan
Prasarana
Sperti yang telah ditetapkan pada 8 standar nasional
pendidikan,
satuan
pendidikan
diharapkan
memenuhi
prasarana seperti; lahan, ruang kelas, ruang pimpinan
satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
31
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,
tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
Berikut daftar prasarana di SMP Buin Batu:
No
ITEM
KETERANGAN
.
1.
Ruang pimpinan
3 Buah Ruang Pimpinan
2.
Ruang Pendidik
1 Ruang staff beserta ruang makan
3.
Ruang tata usaha
staff
3 Ruang Admin/tata usaha beserta Lobi
4.
Ruang Perpustakaan
penerima tamu
Satu ruang perpustakaan
5.
Instalasi daya dan jasa
Satu buah ruang instalasi daya
6.
Sport Hall/Sasana Olahraga
Satu gedung Olahraga
7.
Mushalla
1 Mushalla
8.
Playground
2 area bermain ramah anak
9.
Lapangan Sepak Bola
1 Lapangan Sepak Bola
10.
Lapangan Tenis
1 Lapangan tenis
11.
Ruang sumber belajar guru
1 Ruang sumber belajar guru
32
SMP Buin Batu telah memenuhi standar sarana dan prasarana yang telah
ditetapkan. Akan tetapi mengacu pada kebijakan perusahaan PT. Newmont Nusa
Tenggara terkait tidak diperbolehkannya melakukan jenis usaha apapun di lingkungan
tambang, maka SMP Buin Batu tidak memiliki kantin sekolah.
II.7 Standar pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di SMP Buin Batu sepenuhnya
menjadi tanggungan perusahaan. Penganggaran biaya pendidikan dikelola oleh
Departemen keuangan PT. Newmont Nusa Tenggara. Biaya operasional diberikan
dalam bentuk pengajuan oleh skeolah kepada perusahaan dan selanjutnya menjadi
kebijakan perusahaan untuk mendanai setiap kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
di SMP Buin Batu.
SMP Buin Batu tidak menerima Dana Operasional Sekolah (BOS) dari
pemerintah dan tidak memungut biaya pendidikan kepada peserta didik. Hal ini
dikarenakan telah menjadi perjanjian kontrak antara karyawan PT. Newmont yang
berdomisili di Wilayah Townsite.
33
II.8 Standar penilaian
1. Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah meliputi aspek:
a. sikap;
b. pengetahuan; dan
c. keterampilan.
2. Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif
mengenai perilaku peserta didik.
3. Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
mengukur
penguasaan
pengetahuan peserta didik.
4. Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta
didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
5. Penilaian pengetahuan dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan/atau Pemerintah.
Standar penilaian di SMP Buin Batu tertuang dalam satu kebijakan penilaian
yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan dan Cambridge Benchmark. Di
34
dalam kebijakan penilaian SMP Buin Batu tertuang beragam bentuk penilaian yang
mengevaluasi pengetahuan, konsep, keterampilan, sikap dan tindakan. Adapun aspekaspek penilaian tersebut diadopsi dari praktek-praktek penilaian dari sistem
pendidikan nasional dan internasional.
Berikut beragam bentuk penilaian yang diterapkan di SMP Buin Batu:
Anecdotal records
Student reflections
Group assessments
Conferencing
Practical tests
Short answer questions
Performance tasks
Examinations
Checklists
Surveys
Rubrics
Interviews
True/false tests
Unit reviews
Questionnaires
Peer assessments
Standardized tests (National
Examination/IOWA/ISA)
Cloze procedures
Continuums
Multiple-choice questions
Running records
Observations
Anecdotal records
Portfolios
Essays
Presentations
Self-assessments
Peer-assessment
Explanations
role plays
Exhibitions
Projects
Selain bentuk-bentuk penilaian di atas
dan Ujian Nasional yang
diselenggarakan oleh pemerintah. SMP Buin Batu melakukan penilaian berupa Check
Point Exam dan Progression test yang diselenggarakan oleh Cambridge University.
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian kompetensi
akademik peserta didik di tingkat internasional. Dengan demikian, siswa melakukan
35
baik proses penilaian yang dipersyaratkan oleh pemerintah dan juga oleh Lembaga
Pendidikan Asing.
III. Simpulan dan Rekomendasi
III.1 Simpulan
Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa SMP Buin Batu telah
memenuhi standar-standar pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah
melalui 8 standar nasional pendidikan. Akan tetapi penyelenggaraan pendidikan
kerjasama masih mengalami kendala dalam memadukan paradigma pendidikan LPI
dan LPA. Elemen-elemen pendidikan di satu SPK diharapkan terus menciptakan
praktek-praktek terbaik pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa
dan memenuhi standar nasional dan internasional. Sekolah SPK dituntut untuk
membuat perpaduan antar standard dan menyesuaikan konteks lingkungan sekolah.
Disamping problematika di atas, instrumen akreditasi dari BAN/SM untuk
mengevaluasi proses penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah di SPK masih
belum dirumuskan. Disatu sisi Sekolah SPK dapat memenuhi bahkan memperkaya
pemenuhan 8 standar nasional, akan tetapi di sisi lain SPK belum menemukan bentuk
baku pola penyelenggaraan pendidikan pada konteks pendidikan nasional. Hal ini
tidak terlepas dari dinamika kebijakan pemerintah yang masih sering berubah-ubah
terkait petunjuk teknis pelaksanaan pendidikan dengan Satuan Pendidikan Kerjasama.
36
III.2 Rekomendasi
Melalui kajian ini, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut:
a. Sekolah-sekolah yang telah teridentifikasi menjadi SPK (Satuan pendidikan
Kerjasama) hendaknya dapat menularkan praktek-praktek terbaik pendidikan
kepada sekolah nasional murni dalam rangka pemenuhan 8 standar
pendidikan.
b. Adanya monitoring dan evaluasi yang terfokus pada proses penyelanggaraan
pendidikan baik di sekolah nasional maupun internasional/SPK. Dengan kata
lain proses pengwasan tidak hanya menitik beratkan pada hasil, akan tetapi
pada proses pemenuhan 8 standar pendidikan nasional.
c. Pemerintah dan pemangku kebijakan hendaknya merumuskan standar-standar
pendidikan yang relevan dengan membuat rumusan standar pendidikan untuk
sekolah dengan Satuan Pendidikan Kerjasama.
d. Pemerintah dan pemangku kebijakan hendaknya merumuskan panduan baku
dan instrumen akreditasi yang relevan untuk mengevaluasi penyelenggaraan
pendidikan pada sekolah dengan standar internasional/sekolah satuan
pendidikan kerjasama.
37
Daftar Pustaka
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar isi pendidikan dasar dan
menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 21 Tahun 2016.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang
standar kompetensi lulusan
pendidikan dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan
Nomor 20 Tahun 2016.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar proses pendidikan dasar dan
menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 22 Tahun 2016.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar pengelolaan pendidikan
dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 19 Tahun
2007.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan pendidikan dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional
pendidikan Nomor 19 Tahun 2007
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar sarana dan prasarana
pendidikan dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan
Nomor 33 Tahun 2008.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar pembiayaan pendidikan
dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 69 Tahun
2009.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar penilaian pendidikan dasar
dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 23 tahun 2016.
38
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Direktur Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tentang Petunjuk Teknis Kerja Sama Penyelenggaraan Pendidikan
Dasar dan menengah Oleh Lembaga Pendidikan Asing Dengan Lembaga
Pendidikan di Indonesia Nomor: 407/D/PP/2015 Tahun 2015.
Sekolah Buin Batu Sumbawa. School Strategic Plan 2016-2020.
39
‘Analisis Problematika Pendidikan di SMP Buin Batu Sumbawa
Barat berdasarkan 8 Standar Pendidikan Nasional’
Herman Habibi
I2K016014
Semester 2 MAP SORE
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MATARAM
2017
1
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam rangka hubungan kerja sama internasional di berbagai bidang antara
lain bidang ekonomi dan bidang politik mempunyai implikasi pada kehadiran warga
negara asing untuk tinggal di Indonesia, baik sebagai diplomat, investor, tenaga ahli
maupun sebagai pekerja pada berbagai bidang usaha dan badan-badan perkumpulan
internasional. Hal ini menuntut perlunya disediakan layanan pendidikan yang sesuai
dengan sistem pendidikan internasional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
di Indonesia. Kehadiran layanan pendidikan bagi warga negara asing sudah terjadi
sejak lama di Indonesia bahkan sejak era sebelum tahun 1960-an. Sebelum terbitnya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pengaturan sekolah asing di Indonesia diatur dengan Undang-undang Nomor 48 Prp
Tahun 1960 tentang Pengawasan Pendidikan dan Pengajaran Asing. Dalam aturan ini
keberadaan sekolah asing pada awalnya hanya diutamakan bagi anak-anak diplomat
dan sebagian kecil anak-anak ekspatriat. Namun kemudian keberadaan orang asing di
Indonesia berkembang demikian cepat sehingga diberikan kebijaksanaan khusus oleh
Presidium Kabinet untuk mendirikan sekolah internasional, yang kewenangan
pengaturannya dilimpahkan ke tingkat menteri terkait. Ketiga Menteri terkait
kemudian menetapkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Luar Negeri,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor SP/817/PD/X/75; Nomor 060/O/1975; dan Nomor Kep-354a/ MK/II/4/1975.
Dalam SKB ini pengaturan sekolah internasional dilimpahkan kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian mengeluarkan Keputusan Menteri
2
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0184/O/1975 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pendirian dan Penyelenggaraan Sekolah Perwakilan Diplomatik, Sekolah Gabungan
Perwakilan Diplomatik, dan Sekolah Internasional. Menurut SKB ini, definisi
“Sekolah Internasional adalah sekolah asing yang didirikan dan diselenggarakan
suatu yayasan yang dibentuk berdasarkan peraturan perundangan Indonesia, untuk
keperluan pendidikan dan pengajaran terutama bagi anak-anak warga negara asing
bukan anggota perwakilan diplomatik/konsuler sesuatu negara lain di Indonesia.” 5
Pembinaan sekolah ini berada langsung di bawah pengawasan Pemerintah Republik
Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan terbitnya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam
Pasal 76 dinyatakan bahwa Undang-undang Nomor 48 Prp Tahun 1960 tidak berlaku
dan implikasinya SKB Nomor SP/817/PD/X/75; Nomor 060/O/1975; dan Nomor
Kep-354a/MK/II/4/1975, dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
0184/O/1975 yang merupakan turunannya, juga tidak berlaku lagi. Namun dengan
belum adanya peraturan pengganti maka peraturan yang lama masih diberlakukan dan
juga memberikan kebijakan baru yang bersifat sementara untuk memayungi
keberadaan sekolah yang sudah berjalan sejak tahun 2000-an.
Mulai tahun 2000-an banyak berdiri sekolah yang menyatakan diri sebagai
“sekolah internasional” yang sebelumnya sebagian besar menamakan diri sebagai
”sekolah nasional plus”, yang belum dapat diberikan izin baru karena belum adanya
payung hukum yang jelas sebagai pengganti peraturan lama yang sudah dicabut
dengan Pasal 76 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Di lain pihak, Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang diharapkan
3
segera terbit untuk dapat membenahi pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan
termasuk perizinan sekolah internasional ini, tidak kunjung terbit, sehingga untuk
mengatasi kevakuman ini dan agar dapat memberikan layanan kepada masyarakat
yang memerlukan izin pendirian sekolah internasional, maka pada tahun 2009
Departemen Pendidikan Nasional mengambil kebijakan untuk memberikan “izin
operasional sementara” sehingga keberadaan sekolah-sekolah mempunyai dasar
hukum resmi dari pemerintah. Izin sementara yang diberikan hanya berlaku 2 (dua)
tahun sehingga untuk mengantisipasi berakhirnya izin sementara ini, Kementerian
Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan oleh Lembaga Pendidikan Asing
(LPA) di Indonesia. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, maka Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2009 diganti dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kerja sama
Penyelenggaraan dan Pengelolaan oleh Lembaga Pendidikan Asing dengan Lembaga
Pendidikan di Indonesia.
Dinamika peraturan pemerintah ini mempengaruhi proses penyelenggaraan
pendidikan di SMP Buin Batu. SMP Sekolah Buin Batu adalah sekolah yang
didirikan oleh PT.Newmont Nusa Tenggara yang dinaungi oleh Yayasan Pendidikan
Buin Batu (YPBBS) dan beroperasi dengan mengacu pada sistem pendidikan
nasional dan bekerjasama dengan Cambridge University dalam hal ini disebut sebagai
Lembaga Pendidikan Asing (LPA). Dengan diselenggarakannya sistem pendidikan
4
kerjasama, maka proses penyelenggaraan pendidikan di SMP Sekolah Buin Batu
mengacu pada 8 standar pendidikan nasional dan juga mengacu pada standard and
practices atau benchmark yang telah ditetapkan oleh Cambridge University Press.
Pada tulisan ini, penulis akan mengkaji bagaimana penyelenggaraan pendidikan di
SMP Buin Batu dipandang dari 8 standar nasional pendidikan, mengidentifikasi
problematika yang muncul dan menyajikan bagaimana penyelenggaraan pendidikan
dalam satuan pendidikan kerjasama Lembaga pendidikan Indonesia (LPI) dan
Lembaga Pendidikan Asing (LPA).
I.2 Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini, penulis mengkaji problematika-problematika yang muncul
di SMP Buin Batu dalam pemenuhan 8 standar nasional pendidikan dan standarstandar yang ditetapkan oleh LPA (Lembaga Pendidikan Asing)-Cambridge
Secondary 1 oleh Cambridge University Press.
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tulisan ini adalah:
a. Mengidentifikasi problematika pendidikan yang muncul di SMP Buin Batu
dalam menyelenggarakan pendidikan yang mengacu pada 8 standar nasional
dan standar internasional.
5
b. Mengelaborasi proses penyelenggaraan pendidikan di SMP Buin Batu sebagai
sekolah SPK (Satuan Pendidikan Kerjasama) berdasarkan 8 standar
pendidikan nasional.
I.4 Manfaat
Melalui tulisan ini penulis ingin menyajikan penjelasan dan analisa terkait
penyelenggaraan pendidikan di SMP Buin Batu sebagai acuan dalam peningkatan
mutu pendidikan pada satuan tingkat pendidikan yang relevan. Disamping itu,
menyajikan informasi praktek terbaik dalam proses penyelenggaraan pendidikan
dipandang dari 8 standar nasional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan baik
pada tingkat nasional dan internasional.
II. KAJIAN
Seperti yang telah penulis sampaikan pada bab pendahuluan, SMP Buin Batu
merupakan satuan pendidikan yang berstatus SPK yaitu (Satuan Pendidikan
Kerjasama). Sebagai sekolah SPK SMP Buin Batu bekerjasama dengan Lembaga
Pendidikan Asing dalam penyelenggaraan proses pencapaian standar, kurikulum,
belajar mengajar, perekrutan pendidik dan dalam proses evaluasi pendidikan. SMP
Buin Batu menggunakan mengadopsi dua kurikulum yaitu Kurikulum 2013 dan
Kurikulum Cambridge Secondary 1 (Cambridge University Press) yang dipadukan
agar sesuai dengan konteks standar pendidikan nasional dan internasional. Disamping
6
itu untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik Warga Negara Indonesia (WNI)
dan Warga Negara Aing (WNA).
II.1 Standar isi
Melalui butir standar isi yang terdapat di dalam 8 Standar Pendidikan
Nasional, pemerintah telah mengamanatkan bahwa:
1. Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut
Standar Isi terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
2. Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
ketrampilan.
3. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan
berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
4. Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap
program keahlian diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah.
5. Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap
program keahlian diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah.
6. Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada setiap
mata pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan
jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
7
7. Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap mata
pelajaran sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh
Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
8. Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan
Agama dan Budipekerti disusun secara jelas.
9. Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Soial sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan disusun secara jelas.
10. Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari Peraturan Menteri ini.
a. Visi Sekolah SMP Buin Batu
Dengan menganalisa potensi yang ada di SMP Buin Batubaik dari segi input/
peserta didik baru, kompetensi tenaga pendidik, tenaga kependidikan, lingkungan
sekolah, peran serta masyarakat, dan out come/ keberhasilan lulusan SMP Buin
Batu serta masyarakat sekitar sekolah yang religius, serta melalui komunikasi dan
koordinasi yang intensif antar sekolah dengan
warga sekolah maupun dengan
stakeholder, tersusunlah visi sekolah.
Adapaun visi SMP Buin Batu adalah : Menumbuhkembangkan warga global
melalui pembelajaran yang berkualitas dan bermakna (fortering global citizens by
quality and meaningful learning)”.
b. Misi Sekolah
8
Dalam rangka mencapai visi sekolah yang telah dirumuskan, maka misi SMP
Buin Batu adalah
1. Mencapai keberhasilan di setiap jenjang pendidikan.
2. Menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung dan amansecara
emosional dan fisik.
3. Memberikan kontribusi terhadap masyarakat.
4. Menyusun makna untuk mengembangkan pemahaman dan senang belajar.
5. Mengembangkan kesadaran terhadap perspektif nasional dan global.
c. Tujuan Satuan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan
Pendidikan
bertujuan
membangun
landasan
bagi
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: a. beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;
b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
d. Struktur Kurikulum dan beban belajar di SMP Buin Batu
1. Struktur kurikulum
9
SMP Buin Batu menerapkan Kurikulum 2013 yang diperkaya dengan
kurikulum Cambridge Secondary 1. Dengan demikian di samping mengikuti ujian
nasional dan ujian sekolah siswa kelas 9 juga mengikuti ujian check point yang di
selenggarakan oleh Cambridge University Centre.
Struktur kurikulum SMP Sekolah Buin Batu teraplikasi dalam dua jenis
kurikulum yang saling mengintegrasi satu sama lain, yaitu Kurikulum Nasional dan
Kurikulum Cambridge (Cambridge Curriculum). Untuk Krikulum Cambridge, SMP
Buin Batu mengaplikasi Cambridge Secondary 1 Curriculum yang terdiri dari 3 mata
pelajaran, yaitu Matematika, Science (IPA), dan ESL (English as a Second language).
Ketiga mata pelajaran ini terintegrasi dengan Kurikulum Nasional. Struktur
Kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata
pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata
pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban
belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan
aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam usic belajar dan pengorganisasian
beban belajar dalam usic pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam usic belajar
yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah usic semester sedangkan
pengorganisasian beban belajar dalam usic pembelajaran berdasarkan jam pelajaran
per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai
posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang
pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai
10
posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata
pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan
kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.
ALOKASI WAKTU BELAJAR
MATA PELAJARAN
PER MINGGU
VII
VIII
IX
2
2
2
2
2
2
Bahasa Indonesia
5
5
5
Matematika
6
6
6
Ilmu Pengetahuan Alam
5
5
5
Ilmu Pengetahuan Sosial
4
4
4
Bahasa Inggris
4
4
4
3
3
3
2
2
2
2
2
37
2
2
37
2
2
37
Kelompok A
1.
2.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan
3.
4.
5.
6.
7.
Kelompok B
1.
2.
Seni Budaya
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
Kesehatan
3.
Teknologi Informasi dan Komputer
4.
Pertambangan (Mining)
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
Keterangan: Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah. Selain
kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas,
11
terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP music, Pramuka (Wajib), Organisasi
Siswa
Intrasekolah,
Science
Club,
Math
Club,
dan
sebagainya.
Mining
(pertambangan) merupakan mata pelajaran muatan yang menunjukkan kekhasan SMP
Buin Batu sebagai Sekolah di lingkungan pertambangan. Mata pelajaran Kelompok A
adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata
pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya, Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya adalah kelompok mata pelajaran
yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten yang
dikembangkan oleh pemerintah daerah. Satuan pendidikan dapat menambah jam
pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan
tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan sebagai
mata pelajaran integrated science dan integrated social studies, bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan alam.
Disamping itu, tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial menekankan pada
pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, serta aktivitas masyarakat di
bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ilmu Pengetahuan Alam juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan
biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah
nusantara.
12
Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik, seni tari,
dan seni teater. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan
pendidikan dapat memilih aspek yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru dan
fasilitas) pada satuan pendidikan itu. Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni
kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan
secara terpisah dan setiap satuan pendidikan menyelenggarakan pembelajaran
prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensi
daerah pada satuan pendidikan itu. Sedangkan untuk struktur kurikulum Cambridge
Secondary 1 terbagi menjadi 3 mata pelajaran dan akan dijelaskan terpisah sebagai
berikut:
Science (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kerangka pembelajaran ini menyediakan satu paket tujuan pembelajaran
progresif yang komprehensif untuk mata pelajaran Science (IPA). Tujuan
pembelajaran ini disusun secara detail tentang apa yang harus diketahui dan apa yang
harus dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran IPA pada tiap jenjang pembelajaran di
SMP. Susunan pembelajaran ini juga menyediakan struktur untuk proses belajar
mengajar dan juga referensi pembelajaran yang bisa di ujikan. Kurikulum IPA pada
Cambridge Secondary 1 dibagi menjadi 4 kriteria: Metode Ilmiah, Biologi, Kimia,
dan Fisika. Metode Ilmiah mencakup tentang pengembangan ide, mengevaluasi bukti,
merencanakan penelitian dan merekam dan menganalisa data. Tujuan pembelajaran
Metode Ilmiah meliputi Biologi, Kimia dan Fisika, yang berfokus pada
mengembangkan rasa percaya diri dan ketertarikan akan pengetahuan ilmiah.
13
Kepekaan terhadap lingkungan dan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan juga
menjadi bagian dari hal ini. Kerangka kurikulum IPA pada Cambridge Secondary 1
ini melanjutkan apa yang telah dipelajari pada jenjang sebelumnya dan menyediakan
dasar yang kuat untuk pembelajaran di tingkat yang lebih tinggi.
ESL(English as a Second language)
Kerangka pembelajaran ini menyediakan satu paket tujuan pembelajaran
progresif yang komprehensif untuk mata pelajaran English as a Second Language.
Kerangka pembelajaran ini berdasar pada Council of Europe’s Common European
Framework of Reference for Languages (CEFR) – Kerangka Pembelajaran Umum
sebagai Referensi Pembelajaran Bahasa Inggris di Eropa – yang dipergunakan secara
luas didalam maupun diluar benua Eropa untuk memetakan perkembangan Bahasa
Inggris para siswa. Kerangka pembelajaran ini dibagi dalam 5 bagian: Membaca,
Menulis, Penggunaan Tata Bahasa Inggris, Mendengarkan, dan Berbicara. Sejalan
dengan CEFR, hasil pembelajaran pada tiap bagian pada tiap jenjang pembelajaran
ditentukan melalui apa yang bisa dilakukan seorang siswa pada pelajaran Bahasa
Inggris. Hal ini tentunya mendorong metode pembelajaran yang berdasarkan pada
proses pembelajaran yang berbasis aktifitas yang dilakukan oleh guru dalam
mengimplementasikan kurikulum ini. Perkembangan siswa pada setiap bagian
kurikulum dapat dipetakan berdasarkan level referensi umum yang dibuat oleh CEFR.
A1
A2
Pengguna Dasar
A3
A4
Pengguna Mandiri
A5
A6
Pengguna Ahli
14
Matematika
Kerangka pembelajaran ini menyediakan satu paket tujuan pembelajaran
progresif yang komprehensif untuk mata pelajaran Matematika. Tujuan pembelajaran
ini disusun secara detail tentang apa yang harus diketahui dan apa yang harus
dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran Matematika pada tiap jenjang pembelajaran
di SMP. Susunan pembelajaran ini juga menyediakan struktur untuk proses belajar
mengajar dan juga referensi pembelajaran yang bisa di ujikan.
Matematika pada Cambridge Secondary 1 terbagi dalam 6 bagian: Nomor,
Aljabar, Geometri, Ukuran, Pengolahan Data, dan Penyelesaian Masalah. Lima
bagian dari Matematika tersebut dapat diintegrasikan pada bagian Penyelesaian
Masalah, yang menyediakan struktur dasar pengaplikasian keterampilan Matematika.
Strategi mental juga merupakan bagian penting pada pembahasan Nomor. Keduanya
akan membentuk langkah yang berkesinambungan yang menyiapkan siswa untuk
belajar di jenjang yang lebih tinggi. Kurikulum ini mengacu pada prinsip dasar, pola,
system, fungsi, dan hubungan sehingga para siswa dapat mengaplikasikan
pengetahuan Matematika mereka dan mengembangkan pengetahuan menyeluruh
terhadap mata pelajaran ini. Kerangka kurikulum Matematika pada Cambridge
Secondary 1 ini melanjutkan apa yang telah dipelajari pada jenjang sebelumnya dan
menyediakan dasar yang kuat untuk pembelajaran di tingkat yang lebih tinggi.
2. Beban Belajar
15
Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX masing-masing 38
jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit. Dalam struktur kurikulum
SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32, dan 32
menjadi 38, 38 dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama
belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit. Dengan adanya
tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki
keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi
siswa aktif belajar.
Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari
proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk
melakukan pengamatan, menanya, asosiasi, menyaji, dan komunikasi. Proses
pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu
respon peserta didik karena mereka belum terbiasa.Selain itu, bertambahnya jam
belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar
e. Organisasi Kompetensi
Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari
Kompetensi Dasar. Untuk
kurikulum SMP/MTs, organisasi Kompetensi Dasar dilakukan dengan cara
mempertimbangkan kesinambungan antarkelas dan keharmonisan antar mata
pelajaran yang diikat dengan Kompetensi Inti. Berdasarkan pendekatan ini maka
terjadi reorganisasi Kompetensi Dasar mata pelajaran sehingga Struktur Kurikulum
SMP Buin Batu menjadi lebih sederhana karena jumlah mata pelajaran dan jumlah
materi berkurang. Substansi muatan lokal termasuk bahasa daerah diintegrasikan ke
16
dalam mata pelajaran Seni Budaya. Substansi muatan lokal yang berkenaan dengan
olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Sedangkan Prakarya merupakan mata pelajaran
yang berdiri sendiri.
Memandang penjelasan penulis di atas, dapat disimpulkan bahwa SMP
Sekolah Buin Batu telah mencapai standar isi yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dengan mengikuti setiap ketetapan yang telah di muat dalam Peraturan Menteri. SMP
Buin Batu tetap mengacu pada prinsip-prinsip amanah pendidikan nasional dengan
menyelenggarakan kurikulum terpadu yang sesuai dengan konteks standar nasional
dan internasional.
17
II.2 Standar Kompetensi Lulusan
1. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan
sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar
penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A;
b. Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan
c. Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/ Paket C.
3. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan di SMP Buin Batu mengacu pada
standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan. Berdasarkan pada PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG
STANDAR
KOMPETENSI
LULUSAN
PENDIDIKAN
DASAR
DAN
MENENGAH, maka standar Kompetensi Lulusan SMP Buin Batu adalah memiliki
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
1. Dimensi Sikap: Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
18
2. Dimensi Pengetahuan: Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian yang tampak mata.
3. Dimensi Keterampilan: Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif
dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain.
II.3 Standar proses
Proses pembelajaran Kurikulum SMP Buin Batu (Kurikulum 2013 diperkaya
dengan Kurikulum Cambridge Secondary 1 terdiri atas pembelajaran intrakurikuler
dan pembelajran ekstrakurikuler.
1. Pembelajaran intrakurikuler didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
a. Proses pembelajaran intrakurikuler adalah proses pembelajaran yang
berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan
di kelas, Sekolah, dan masyarakat.
b. Proses
pembelajaran
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
yang
dikembangkan oleh guru.
c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif
untuk menguasai kompetensi Dasar Inti pada tingkat yang memuaskan.
d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten
kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan yang bersifat mastery dan
19
diajarkan secara langsung (direct teaching), keterampioan kognitif dan
psikomotorik adalah konten yang bersifat developmental yang dapat
dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct teaching),
sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui
proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).
e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental
dilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan
lainnya dan saling memperkuat antara satu pelajaran dengan pelajaran
lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung (indiriect) terjadi pada setiap kegiatan
belajar yang terjadi di kelas, Sekolah, rumah dan masyarakat. Proses
pembelajaran tidak langsung bukan kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran
tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan RPP yang dibuat guru.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip peembelajaran siswa aktif
melalui kegiatan
mengamati (melihat, membaca, mendengar ,
menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalisis (menghubungkan,
menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasikan
(lisan, tulis, gambar, grafik,tablet, chart, dan lain-lain).
h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik
menguasai kompetensi yang masih kurang. Pembelajaran remedial
dirancang dan dilaksanakan berdasarkan kelemahan yang ditemukan
berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta Didik.
20
Pembelajaran remdial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas
sesuai dengan hassil analisis jawaban peserta.
i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat
formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.
2. Pembelajaran Ekstrakurikuler
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas
yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin
setiap minggu. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan.
Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib. Kegiatan ekstrakurikuler wajib
dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan ekstrakurikuler.
Standar Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMP Buin Batu
Berdasarkan standar proses pembelajaran pada implementasi Kurikulum 2013, maka
guru harus melaksanakan 3 tahapan yaitu:
kegiatan pendahuluan
kegiatan inti
kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru berdasarkan amanat
Kurikulum 2013 adalah:
21
a. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan
pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah mempersiapkan
siswa baik psikis maupun fisik agar dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan baik.
b. Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terkait
materi pembelajaran baik materi yang telah siswa pelajari serta materi-materi
yang akan mereka pelajari dalam proses pembelajaran tersebut.
c. Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak siswa
untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan dikerjakan
sehingga dengan demikian mereka akan belajar tentang suatu materi,
kemudian langsung dilanjutkan dengan menguraikan tentang tujuan
pembelajaran atau KD yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut.
d. Terkahir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan outline
cakupan materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan
dilakukan oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang
diberikan.
2. Kegiatan Inti pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
Pada hakikatnya, kegiatan inti adalah suatu proses pembelajaran agar tujuan
yang ingin dicapai dapat diraih. Kegiatan ini mestinya dilakukan oleh guru dengan
cara-cara yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
siswa agar dengan cara yang aktif menjadi seorang pencari informasi, serta dapat
memberikan kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
22
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Metode yang digunakan dalam kegiatan inti harus bersesuaian dengan karakteristik
siswa dan mata pelajaran. Kegiatan inti mencakup proses-proses berikut: (1)
melakukan
observasi;
mengasosiasikan
(2)
bertanya;
informasi-informasi
(3)
yang
mengumpulkan
telah
informasi;
diperoleh;
(5)
(4)
dan
mengkomunikasikan hasilnya. Pada proses pembelajaran yang terkait dengan KD
yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi sedemikian rupa
sehingga siswa dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi yang
diberikan guru atau ahli, siswa menirukannya, selanjutnya guru melakukan
pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada siswa.
Pada setiap kegiatan pembelajaran seharunya guru memperhatikan kompetensi yang
terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain sebagaimana yang telah dicantumkan pada silabus
dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Cara-cara yang dilakukan berkaitan
dengan proses pengumpulan data (informasi) diusahakan sedemikian rupa sehingga
relevan dengan jenis data yang sedang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio,
lapangan, perpustakaan, museum, dan lain-lain. Sebelum menggunakan informasi
atau data yang telah dikumpulkan dan diperoleh siswa mesti tahu dan kemudian
berlatih,
lalu
dilanjutkan
dengan
menerapkannya
pada
berbagai
situasi.
Berikut ini merupakan contoh penerapan dari kelima tahap kegiatan ini pada proses
pembelajaran:
23
a. Melakukan observasi (melakukan pengamatan)
Dalam kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan-kegitan
seperti: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa
untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
b. Bertanya
Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mempertanyakan mengenai
apapun yang telah mereka lihat, mereka simak, atau mereka baca. Penting bagi guru
untuk memberikan bimbingan kepada siswa agar bisa mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan yang dimaksud di sini berkaitan dengan pertanyaan dari hasil pengamatan
objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak baik berupa fakta, konsep, prosedur,
atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan dapat pula yang bersifat faktual
sehingga
pada
pertanyaan
yang
bersifat
hipotetik.
Siswa diajak untuk berlatih menggunakan pertanyaan dari guru diusahakan
agar terus meningkat kualitas tahapan ini sehingga pada akhirnya siswa mampu
mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan bertanya ini akan dihasilkan
sejumlah pertanyaan. Kegiatan bertanya dimaksudkan juga agar siswa dapat
mengembangkan rasa ingin tahunya. Pada prinsipnya, semakin terlatih siswa untuk
bertanya
maka
rasa
ingin
tahu
mereka
akan
semakin
berkembang.
Pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka ajukan akan dijadikan dasar untuk mencari
24
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber-sumber belajar yang telah
ditentukan oleh guru hingga mencari informasi ke sumber-sumber yang ditentu-kan
oleh siswa sendiri, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan informasi
Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan
bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan
bermacam cara. Dalam hal ini siswa boleh membaca buku yang lebih banyak,
mengamati fenomena atau objek dengan lebih teliti, atau bisa juga melaksanakan
eksperimen.
Hasil eksperimen selanjutnya akan dijadikan pondasi untuk kegiatan
berikutnya yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya siswa akan
menemukan suatu keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai
kesimpulan.
d. Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti yaitu membuat tulisan atau bercerita
tentang apa-apa saja yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai
oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.
25
3. Kegiatan Penutup pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMP
Buin Batu
Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri
membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana
pembelajaran.
Kompetensi-kompetensi Dasar (KD) diorganisasikan ke dalam 4 (empat)
Kompetensi Inti (KI):
a.
b.
c.
d.
KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial.
KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar
KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan.
KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses
pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua mata
pelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi menggunakan proses
pembelajaran yang bersifat indirect teaching pada setiap kegiatan.
Proses pembelajaran yang telah di atas merupakan proses pembelajaran yang
telah dipadukan dengan praktek-praktek terbaik pembelajaran pada satuan pendidikan
internasional dan yang telah distandarisasi oleh Lembaga Pendidikan Asing. Dengan
26
demikian dapat penulis simpulkan bahwa proses pembelajaran yang diselenggarakan
di SMP Buin Batu tetap memenuhi standar proses pendidikan nasional dan diperkaya
oleh praktek-praktek proses pembelajaran dengan standar internasional.
II.4 Standar pengelolaan
Pengelolaan pendidikan di SMP Buin Batu terdiri dari Kepala Sekolah
Eksekutif, Kepala Kampus SMP, Koordinator Akademik, Koordinator Program
Cambridge, Koordinator Kurikulum Nasional. Kepala Sekolah Eksekutif berperan
sebagai direktur sekolah dalam mengarahkan sekolah secara strategis dalam
pengembangan pendidikan. Kepala Kampus berperan dalam memastikan lingkungan
kampus tetap kondusif dan aman untuk penyelenggaraan pendidikan. Koordinator
Akademik berperan memastikan proses akademik berjalan lancer sesuai dengan
standar-standar nasional, internasional dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Koordinator Program Cambridge dan Koordinator Kurikulum Nasional berperan
dalam memadukan kedua program kurikulum agar tetap sesuai dengan kebutuhan
siswa dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah dan LPA.
Sistem
manajemen
pengelolaan
pendidikan
diselenggarakan
dengan
menerapkan ISO 9001:2015. Sistem manajemen ISO membantu pengelolaan
manajemen mutu, pengendalian saran pengembangan mutu pendidikan di SMP Buin
Batu. Melalui penerapan ISO, SMP Buin Batu menyelenggarakan pengelolaan
pendidikan secara terstruktur dan sistematis. Adapun pada cakupan organisasi
27
pendidik. SMP membentuk divisi-divisi/tim kecil dalam membantu pelaksanaan
pendidikan dalam hal-hal yang bersifat teknis.
II.5 Standar pendidik dan tenaga kependidikan
Sebagai sekolah SPK, SMP Buin Batu melakukan kerjasama dengan Lembaga
Pendidikan Asing (LPA). Untuk memenuhi kualifikasi standar pendidik dan tenaga
kependidikan bagi peserta didik WNA dan WNI, SMP Buin Batu merekrut pendidik
yang sesuai dengan kualifikasinya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dasar
dan Menengah NOMOR: 407/D/PP/2015 tentang PETUNJUK TEKNIS KERJA
SAMA PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING DENGAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA, pada butir C ditetapkan bahwa
a. Komposisi jumlah pendidik WNI harus minimal 30% (tiga puluh persen) dari
keseluruhan jumlah pendidik pada satuan pendidikan yang bersangkutan
danjumlah pendidik WNA maksimal 70% (tujuh puluh persen) dari
keseluruhan jumlah pendidik pada satuan pendidikan yang bersangkutan;
b. Pendidik WNI harus memiliki ijazah S1/DIV yang diperoleh dari perguruan
tinggi yang terakreditasi/diakui dan khusus untuk guru mata pelajaran sesuai
dengan jurusan/spesialisasi mata pelajaran (mapel) yang diampu serta
berpengalaman mengajar dibuktikan dengan surat keterangan;
c. Untuk kepentingan sertifikasi, pendidik WNI diberikan Nomor Unik Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (NUPTK);
28
d. Pendidik WNA harus memiliki ijazah setara minimal Strata 1 (S1) yang
diperoleh dari perguruan tinggi yang terakreditasi/diakui di negara yang
bersangkutan dengan jurusan/spesialisasi yang sesuai dengan mata pelajaran
(mapel) yang diampu dan dilengkapi dengan sertifikasi yang sesuai dengan
mapel yang diampu serta berpengalaman mengajar minimal 5 (lima) tahun;
e. Pendidik asing untuk pembelajaran bahasa asing pada SPK merupakan
penutur asli bahasa asing negaranya dan/atau orang yang mempunyai
sertifikat pendidik untuk bahasa tersebut;
f. Pendidik pada SPK diutamakan yang memahami Budaya Indonesia dan atau
budaya daerah tempat satuan pendidikan berada;
g. Izin pendidik warganegara asing hanya diberikan untuk mata pelajaran
tertentu sesuai dengan Peraturan yang diterbitkan Kemenakertrans;
h. Izin mempekerjakan tenaga asing sebagai pendidik diberikan oleh
Kementerian
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
setelah
mendapat
rekomendasi/persetujuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
Persyaratan lainnya yang harus dipenuhi oleh Pendidik WNA:
a. Sehat jasmani rohani serta bebas Narkoba, yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter yang memiliki izin resmi (melampirkan Surat Keterangan
Sehat dari dokter/Rumah Sakit dari negara asal WNA untuk rekruitmen baru
dan dari dokter/Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia untuk perpanjangan
penugasan);
29
Mengacu pada Peraturan menteri di atas, SMP Buin Batu mempekerjakan
pendidik sesuai dengan keahlian akademik di bidangnya. Untuk mata pelajaran
Bahasa Inggris, SMP Buin Batu mempekerjakan WNA yang memiliki kualifikasi
bahasa dan sebagai penutur asing. Disamping itu, bahasa pengantar yang digunakan
adalah bahasa inggris mengingat bahasa inggris adalah bahasa internasional. Akan
tetapi, bahasa pengantar khusus untuk mata pelajaran bahasa indonesia disampaikan
dalam bahasa indonesia. Dengan demikian prinsip-prinsip pembelajaran tetap
memenuhi kedua standar baik standar nasional dan standar internasional.
II.6 Standar sarana dan prasarana
SMP Buin Batu dilengkapi oleh sarana pembelajaran yang mendukung
terselenggaranya pembelajaran. Sarana belajar seperti media Informasi dan teknologi
berupa komputer untuk masing-masing siswa dan 40 buah Macbook tersedia dengan
fasilitas jaringan internet WiFi di setiap area sekolah. Di dalam ruang kelas, tersedia
komputer bersama yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik. Media visual berupa
LCD projector terpasang di setiap ruang kelas dengan IT Smart Board. Meja, kursi
dan sofa membaca bagi peserta didik tersedia di setiap sudut ruang belajar siswa.
Berikut daftar inventaris sarana dan prasarana belajar di SMP Buin Batu:
Ruang Kelas
No
ITEM
KETERANGAN
.
30
1.
Meja
Meja persegi
2.
Kursi
Kursi sofa
3.
Sofa membaca
Sofa ergonomic
4.
Karpet diskusi
Karpet
5.
Desktop
sebagai area diskusi kelompok siswa
Desktop Macintosh Apple
6.
IT Board
IT Board Interactive
7.
LCD Projector
Layar proyeksi visual
8.
Soft Board
Papan tempat memajang hasil karya
9.
Papan tulis White board
siswa
Papan interaksi siswa
10.
Rak Buku
Rak buku yang digunakan untuk
persegi
yang
disediakan
meletakkan buku-buku yang relevan
Prasarana
Sperti yang telah ditetapkan pada 8 standar nasional
pendidikan,
satuan
pendidikan
diharapkan
memenuhi
prasarana seperti; lahan, ruang kelas, ruang pimpinan
satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
31
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,
tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
Berikut daftar prasarana di SMP Buin Batu:
No
ITEM
KETERANGAN
.
1.
Ruang pimpinan
3 Buah Ruang Pimpinan
2.
Ruang Pendidik
1 Ruang staff beserta ruang makan
3.
Ruang tata usaha
staff
3 Ruang Admin/tata usaha beserta Lobi
4.
Ruang Perpustakaan
penerima tamu
Satu ruang perpustakaan
5.
Instalasi daya dan jasa
Satu buah ruang instalasi daya
6.
Sport Hall/Sasana Olahraga
Satu gedung Olahraga
7.
Mushalla
1 Mushalla
8.
Playground
2 area bermain ramah anak
9.
Lapangan Sepak Bola
1 Lapangan Sepak Bola
10.
Lapangan Tenis
1 Lapangan tenis
11.
Ruang sumber belajar guru
1 Ruang sumber belajar guru
32
SMP Buin Batu telah memenuhi standar sarana dan prasarana yang telah
ditetapkan. Akan tetapi mengacu pada kebijakan perusahaan PT. Newmont Nusa
Tenggara terkait tidak diperbolehkannya melakukan jenis usaha apapun di lingkungan
tambang, maka SMP Buin Batu tidak memiliki kantin sekolah.
II.7 Standar pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di SMP Buin Batu sepenuhnya
menjadi tanggungan perusahaan. Penganggaran biaya pendidikan dikelola oleh
Departemen keuangan PT. Newmont Nusa Tenggara. Biaya operasional diberikan
dalam bentuk pengajuan oleh skeolah kepada perusahaan dan selanjutnya menjadi
kebijakan perusahaan untuk mendanai setiap kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
di SMP Buin Batu.
SMP Buin Batu tidak menerima Dana Operasional Sekolah (BOS) dari
pemerintah dan tidak memungut biaya pendidikan kepada peserta didik. Hal ini
dikarenakan telah menjadi perjanjian kontrak antara karyawan PT. Newmont yang
berdomisili di Wilayah Townsite.
33
II.8 Standar penilaian
1. Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah meliputi aspek:
a. sikap;
b. pengetahuan; dan
c. keterampilan.
2. Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif
mengenai perilaku peserta didik.
3. Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
mengukur
penguasaan
pengetahuan peserta didik.
4. Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta
didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
5. Penilaian pengetahuan dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan/atau Pemerintah.
Standar penilaian di SMP Buin Batu tertuang dalam satu kebijakan penilaian
yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan dan Cambridge Benchmark. Di
34
dalam kebijakan penilaian SMP Buin Batu tertuang beragam bentuk penilaian yang
mengevaluasi pengetahuan, konsep, keterampilan, sikap dan tindakan. Adapun aspekaspek penilaian tersebut diadopsi dari praktek-praktek penilaian dari sistem
pendidikan nasional dan internasional.
Berikut beragam bentuk penilaian yang diterapkan di SMP Buin Batu:
Anecdotal records
Student reflections
Group assessments
Conferencing
Practical tests
Short answer questions
Performance tasks
Examinations
Checklists
Surveys
Rubrics
Interviews
True/false tests
Unit reviews
Questionnaires
Peer assessments
Standardized tests (National
Examination/IOWA/ISA)
Cloze procedures
Continuums
Multiple-choice questions
Running records
Observations
Anecdotal records
Portfolios
Essays
Presentations
Self-assessments
Peer-assessment
Explanations
role plays
Exhibitions
Projects
Selain bentuk-bentuk penilaian di atas
dan Ujian Nasional yang
diselenggarakan oleh pemerintah. SMP Buin Batu melakukan penilaian berupa Check
Point Exam dan Progression test yang diselenggarakan oleh Cambridge University.
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian kompetensi
akademik peserta didik di tingkat internasional. Dengan demikian, siswa melakukan
35
baik proses penilaian yang dipersyaratkan oleh pemerintah dan juga oleh Lembaga
Pendidikan Asing.
III. Simpulan dan Rekomendasi
III.1 Simpulan
Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa SMP Buin Batu telah
memenuhi standar-standar pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah
melalui 8 standar nasional pendidikan. Akan tetapi penyelenggaraan pendidikan
kerjasama masih mengalami kendala dalam memadukan paradigma pendidikan LPI
dan LPA. Elemen-elemen pendidikan di satu SPK diharapkan terus menciptakan
praktek-praktek terbaik pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa
dan memenuhi standar nasional dan internasional. Sekolah SPK dituntut untuk
membuat perpaduan antar standard dan menyesuaikan konteks lingkungan sekolah.
Disamping problematika di atas, instrumen akreditasi dari BAN/SM untuk
mengevaluasi proses penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah di SPK masih
belum dirumuskan. Disatu sisi Sekolah SPK dapat memenuhi bahkan memperkaya
pemenuhan 8 standar nasional, akan tetapi di sisi lain SPK belum menemukan bentuk
baku pola penyelenggaraan pendidikan pada konteks pendidikan nasional. Hal ini
tidak terlepas dari dinamika kebijakan pemerintah yang masih sering berubah-ubah
terkait petunjuk teknis pelaksanaan pendidikan dengan Satuan Pendidikan Kerjasama.
36
III.2 Rekomendasi
Melalui kajian ini, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut:
a. Sekolah-sekolah yang telah teridentifikasi menjadi SPK (Satuan pendidikan
Kerjasama) hendaknya dapat menularkan praktek-praktek terbaik pendidikan
kepada sekolah nasional murni dalam rangka pemenuhan 8 standar
pendidikan.
b. Adanya monitoring dan evaluasi yang terfokus pada proses penyelanggaraan
pendidikan baik di sekolah nasional maupun internasional/SPK. Dengan kata
lain proses pengwasan tidak hanya menitik beratkan pada hasil, akan tetapi
pada proses pemenuhan 8 standar pendidikan nasional.
c. Pemerintah dan pemangku kebijakan hendaknya merumuskan standar-standar
pendidikan yang relevan dengan membuat rumusan standar pendidikan untuk
sekolah dengan Satuan Pendidikan Kerjasama.
d. Pemerintah dan pemangku kebijakan hendaknya merumuskan panduan baku
dan instrumen akreditasi yang relevan untuk mengevaluasi penyelenggaraan
pendidikan pada sekolah dengan standar internasional/sekolah satuan
pendidikan kerjasama.
37
Daftar Pustaka
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar isi pendidikan dasar dan
menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 21 Tahun 2016.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang
standar kompetensi lulusan
pendidikan dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan
Nomor 20 Tahun 2016.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar proses pendidikan dasar dan
menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 22 Tahun 2016.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar pengelolaan pendidikan
dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 19 Tahun
2007.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan pendidikan dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional
pendidikan Nomor 19 Tahun 2007
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar sarana dan prasarana
pendidikan dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan
Nomor 33 Tahun 2008.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar pembiayaan pendidikan
dasar dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 69 Tahun
2009.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia tentang standar penilaian pendidikan dasar
dan menengah. Permen 8 standar nasional pendidikan Nomor 23 tahun 2016.
38
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Direktur Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tentang Petunjuk Teknis Kerja Sama Penyelenggaraan Pendidikan
Dasar dan menengah Oleh Lembaga Pendidikan Asing Dengan Lembaga
Pendidikan di Indonesia Nomor: 407/D/PP/2015 Tahun 2015.
Sekolah Buin Batu Sumbawa. School Strategic Plan 2016-2020.
39