Peranan Psikologi Pendidikan dalam Penge

UJIAN TENGAH SEMESTER
LANDASAN PEDAGOGIK
Dosen : Prof. Dr. Juntika Nurihsan. H. MPd.
PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DALAM PENGEMBANGAN POTENSI SISWA
April 17, 2014

Oleh :
Arif Partono Prasetio - 1303193

Universitas Pendidikan Indonesia
Program Doktor Ilmu Manajemen
2014

DAFTAR ISI
PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI SISWA .................... 3
PSIKOLOGI ........................................................................................................................................... 4
PENDIDIKAN ........................................................................................................................................ 5
PSIKOLOGI PENDIDIKAN.................................................................................................................. 6
Ketrampilan dan pengetahuan profesional .......................................................................................... 8
Komitmen, Motivasi, dan Kepedulian ................................................................................................ 10

PERANAN psikologi pendidikan DALAM pengembangan potensi siswa .......................................... 11
Tahap Sebelum Pembelajaran ............................................................................................................ 12
Tahap Selama Pembelajaran .............................................................................................................. 13
Tahap Setelah Pembelajaran .............................................................................................................. 14
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 15
Referensi .................................................................................................................................................... 15

2

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM
MENGEMBANGKAN POTENSI SISWA
Pembahasan di dalam makalah ini akan penulis awali dengan sesi pendahuluan dari
seminar yang berlangsung pada Hari Kamis, 10 April 2014. Selanjutnya, penulis
menggunakan bahan yang diperoleh dari seminar untuk menggambarkan psikologi
pendidikan dan perannya dalam mengembangkan potensi siswa. Di samping itu, penulis
juga menambahkan kajian dari sumber lain (buku, website, dan blog). Hal ini dilakukan
untuk memperkaya kajian yang dibahas.
Pada bagian awal seminar disampaikan bahwa salah faktor penting di dalam proses
belajar adalah suasana (atmosphere). Tentu saja faktor lain seperti dosen, bahan ajar,
kemampuan peserta didik, lokasi pelaksanaan, dan kurikulum yang baik merupakan hal

penting juga. Akan tetapi, meski semuanya itu sudah terpenuhi, jika suasana belajar tidak
mendukung, maka hasilnya kurang optimal. Oleh karena itu, dosen diharapkan bisa
menciptakan suasana belajar di kelas yang menarik dan mendorong siswa untuk aktif. Salah
satu syarat untuk melakukan itu adalah rasa empatidari dosen tersebut kepada siswa yang
menjadi peserta didik. Dengan berempati, maka dosen dapat lebih memahami kondisi siswa
dan dapat memberikan perlakuan yang sesuai. Seperti di dalam istilah pemasaran, bahwa
sekarang ini hal-hal yang bersifat massal sudah kurang populer. Perusahaan perlu
menerapkan strategi untuk menarik konsumen yang lebih berorientasi pada personal.
Demikian juga dengan dosen, mereka perlu memahami masing-masing peserta didik agar
bisa memberikan ‘layanan’ yang tepat.
Dengan menerapkan rasa empati dalam membangun suasana belajar positif
diharapkan pada akhirnya dapat terjadi proses pembelajaran yang efektif. Efektifitas proses
pembelajaran diharapkan dapat menggali dan mengembangkan potensi siswa secara
optimal. Proses belajar ini diibaratkan sebagai suatu proses mengembangkan anak yang
masih pada tahap awal perkembangan. Dosen tidak bisa memaksakan bahwa peserta didik
harus menapai sesuatu yang sulit atau belum dipahami. Dosen perlu memahami bahwa
siswa memiliki keragaman, sehingga di samping menguasai ilmu yang hendak diajarkan,
dosen juga perlu memiliki ketrampilan non teknis lain seperti teknik mengajar, memotivasi,
empati, dan juga psikologi anak. Sasaran akhir dari pengajaran bukanlah tersampaikannya
materi dengan tuntas, akan tetapi pada bagaimana memfasilitasi agar peserta didik mau

belajar, mengalami perubahan perilaku, dan ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi

3

kehidupan siswa. Proses belajar yang diselenggarakan dosen harus lah yang bisa
memotivasi siswa untuk memahami materi, sekaligus memaknai pentingnya pembelajaran
secara mandiri. Di samping itu, siswa juga bisa menyadari bahwa ilmu yang dia peroleh
bisa menjadi dasar untuk perubahan perilakunya serta bisa menjadi bekal ketika yang
bersangkutan bekerja atau berusaha.
Pada akhir sesi ini disampaikan bahwa pengajar adalah media utama (key person) di
dalam pendidikan (Nurihsan, 2013). Penulis memaknai ini sebagai berikut; meski
kurikulum sudah disusun sedemkian rupa bagusnya, ruangan kelas yang modern, materi
yang menarik, bahan ajar lengkap, dan kemampuan siswa memadai, akan tetapi jika
pengajar tidak memiliki jiwa mengajar maka hasilnya akan tidak optimal. Penulis
berpendapat bahwa di dalam kelas, dosen adalah figur penting yang bisa membuat proses
pembelajaran efektif dan tidak efektif. Oleh karena itu, disarankan agar tenaga pengajar ini
bisa menguasai teknik-teknik pemotivasian siswa. Untuk itu para pengajar perlu memiliki
kemampuan untuk bisa menyatu dengan dunia peserta didik serta mampu melakukan
introspeksi ke dalam dirinya untuk mengidentifikasi kekurangan yang perlu diperbaiki.
Salah satu cara yang dapat digunakan oleh mereka adalah dengan memahami psikologi

pendidikan. Dengan memiliki pengetahuan akan psikologi pendidikan, diharapakn dosen
lebih bisa menempatkan dirinya, menempatkan peserta didiknya, dan menerapkan landasan
pendidikan sesuai dengan norma, etika, perilaku, kompetensi, dan kepribadian untuk
perkembangan optimal siswanya (Nurihsan, 2013). Mengacu pada hal ini, untuk
menjelaskan peranan psikologi pendidikan dalam pengembangan potensi siswa, penulis
akan mengkajinya dari sisi tenaga pengajar. Tenaga pengajar yang mempraktekkan
pemahaman psikologis diperkirakan dapat memotivasi siswa untuk mengoptimalkan
potensi dirinya.

PSIKOLOGI
Mengawali kajian ini, penulis menjelaskan terlebih dahulu pengertian psikologi.
Santrock (2010:2) menjelaskan psikologi sebagai suatu studi ilmiah mengenai proses
perilaku dan mental. Sedangkan menurut Nurihsan (2013) psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan.
Kedua pengertian ini secara jelas mengkaitkan psikologi dengan perilaku. Psikologis beraal
dari Bahasa Yunani, psyche yang berarti ”jiwa”, dan logos yang berarti ilmu. Meski secara
harafiah diartikan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan. Akan tetapi hal

4


tersebut dinilai kurang tepat. Mengapa demikian? Karena dalam psikologi yang dikaji
adalah manifestasi dari jiwa dalam bentuk perilaku individu ketika berhubungan dengan
lingkungannya. Berdasarkan penjelasan inilah maka psikologi didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Perilaku yang dibahas disini adalah perilaku manusia. Sehingga penulis menyimpulkan
bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang menjadi latar belakang
manusia dalam berperilaku, mengapa mereka berperilaku tertentu, dan bagaimana perilakuperilaku

tersebut

berfluktuasi ketika

individu

melakukan penyesuaian terhadap

lingkungannya.

PENDIDIKAN
Seley (Erawati, 2012) membedakan pendidikan (education) dari persekolahan

(schooling). Pendidikan dinilai memiliki cakupan lebih luas yang meliputi semua usaha
yang dilakukan manusia untuk lebih maju dan berkembang, baik dilakukan secara mandiri
dan berkelompok dan diselenggarakan diberagam lokasi (di rumah, sekolah, masyarakat,
tempat ibadah, lingkungan, atau kombinasi dari berbagai lokasi ini). Dengan demikian
pendidikan adalah proses kontinyu yang dimulai sejak individu lahir dan akan berhenti
ketika individu tersebut tuutp usia. Sedangkan pengertian sekolah jauh lebih sempit, karena
mengacu pada proses edukatif yang terjadi pada periode tertentu di bawah bimbingan guru.
Berdasar penjelasan di atas bisa dikatakan jika pendidikan merupakan tuntunan,
arahan, dan panduang yang secara sadar dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
kepada individu atau kelompok lain. Tujuan dari bimbingan dan arahan tersebut adalah
menjadikan individu lain (peserta didik) lebih baik. Kegiatan

pendidikan

(interaksi

pendidik dengan peserta didik) dapat terjadi di dalam maupun di luar sekolah. Di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, terkandung pula batasan mengenai istilah pendidikan. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya undangundang tersebut juga menjelaskan mengenai jalur pendidikan, jenjang pendidikan, jenis dan
satuan pendidikan, model pendidikan formal, nonformal, dan informal.

5

Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat

dalam

rangka

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,


bertujuan

untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Pasal 3, UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dipahami ilmu
kependidikan yang didukung dengan keilmuan lain khususnya dari psikologi. Pendidikan
seperti diketahui adalah kegiatan yang melibatkan interaksi antara manusia dengan manusia
maupun manusia dalam proses untuk mengubah perilaku peserta didik melalui materi
pembelajaran serta sumber-sumber belajar lainnya. Dengan demikian, kegiatan belajar dan
pengajaran tak lepas dari aktivitas mental dan sosial. Hal ini memunculkan adanya
kebutuhan kontribusi dari ilmu psikologi yang bisa menjadi bekal bagi pendidik agar dapat
melaksanakan tugas pengajaran dan pendidikan dengan humanis dan baik. Salah satu
keilmuan yang diperlukan oleh pendidik adalah psikologi pendidikan (Erawati, 2013).
Pembahasan mengenai psikologi pendidikan akan disajikan pada bagian berikut makalah
ini.


PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Santrock (2010:2) menjelaskan psikologi pendidikan sebagai berikut;
‘Educational psychology is the branch of psychology that specializes in
understanding teaching and learning in educational settings. Educational
psychology is a vast landscape that will take us an entire book to describe.’
Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang khusus mengkaji
pemahaman pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan dan memiliki
cakupan yang sangat luas. Nurihsan (2013) menyatakan bahwa peran psikologi pendidikan
sangat strategis dalam mengembangkan tenaga pendidik yang berkualitas. Psikologi
pendidikan merupakan psikologi terapan yang digunakan untuk memecahkan masalahmasalah terkait dengan dunia pendidikan. Di dalam psikologi pendidikan dikembangkan
teori dan penelitian yang penting bagi peningkatan psikologi belajar pengajar.
Mengajar adalah proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang didalam
prosesnya terjadi transfer pengetahuan. Pengetahuan yang ditransfer ini diharapkan akan
bermanfaat bagi pserta didik. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa disamping transfer

6

pengetahuan, proses interaksi ini juga mengandung dorongan positif dari pengajar kepada
peserta didik agar apa yang dipelajari bisa mengubah perilaku ke arah yang lebih baik.
Dengan demikian pengajar kecuali sebagai sarana peralihan ilmu juga sebagai panduan bagi

peserta didik. Peran penting ini seharusnya ditanggapi dengan kinerja pengajar yang positif
sehingga bisa menjadi contoh bagi peserta didik. Santrock mengatakan bahwa mengajar
adalah gabungan antara seni dan ilmu, dan pengalaman dalam menggabungkan keduanya
akan menjadi kunci sukses seorang dosen (Santrock, 2010:4). Dari sisi seni, psikologi
pendidikan mengharuskan pengajar untuk bersikap spontan dan ruti melakukan
improvisasi. Kekakuan di dalam pengajaran akan menyebabkan siswa tidak tertarik.
Sedangkan dari sisi keilmuan, psikologi pendidikan memberikan arahan bagaimana
menjalankan proses pengajaran yang efektif. Penggabungan seni dan ilmu disini berarti
penerapan dosen atas pengetahuan proses belajar yang efektif dengan disesuaikan pada
kondisi kelas yang dikelolanya serta disesuaikan dengan latar belakang pengetahuan dan
pengalaman dosen dan masing-masing peserta didik. Disinilah letak kebijaksanaan seorang
tenaga pengajar di dalam mengelola suasana yang kondusif untuk memotivasi peserta didik.
Pada akhirnya sasaran dari penerapan psikologi pendidikan adalah pada bagaimana
membentuk suasana belajar yang efektif.
Santrock (2010:6) mengatakan bahwa bentuk pengajaran yang efektif sangat
beragam, tidak ada satu cara yang bisa dikatakan paling tepat. Hal ini disebabkan karenanya
variasi dari pengajar dan peserta didik (budaya, kemampuan, sosial ekonomi, motivasi).
Oleh karena itu pegajar perlu menguasai berbagai variasi strategi ketika menerapkan
psikologi pendidikan tersebut. Santrock selanjutnya membagi dua kandungan utama yang
dapat menjadi ukuran efektivitas proses pengajaran; ketrampilan dan pengetahuan

profesional serta komitmen, motivasi, dan kepedulian dari pengajar (2010:6). Pengajar yang
efektif menguasai materi yang diajarkannya dan juga menguasai teknik serta ketrampilan
mengajar. Pengajar efektif tahu bagaimana memilih strategi pengajaran dan penerapannya
dalam mengelola kelas. Disamping itu mereka juga bisa memotivasi peserta didik serta
mampu

berkomunikasi

efektif dan

menjalin hubungan kerjasama

yang

saling

menguntungkan dengan peserta didik yang memiliki berargam latar belakang. Satu
tambahan lagi adalah kemampuan dosen dalam menguasai dan menerapkan sarana
teknologi yang mendukung proses belajar di kelas (Santrock, 2010:6). Bagian berikut
menjelaskan pengertian masing-masing.

7

KETRAMPILAN DAN PENGETAHUAN PROFESIONAL

Secara detail, Santrock (2010) menyampaikan ketrampilan dan pengetahuan
profesional yang harus dimiliki pengajar antara lain;
1. Kompeten dalam bidang yang diajarkan. Seorang dosen dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang luas terhadap materi yang diajarkan, memahami konsepnya secara
mendalam, mengetahui kaitan antara materi dengan penerapan pada sisi praktis,
memahami kaitan materi dengan materi lain yang mendukung, serta bisa menjelaskan
materi tersebut dari berbagai sisi.
2. Memiliki strategi pengajaran. Ada dua pendekatan utama yang biasa digunakan oleh
pengajar; pendekatan konstruktif dan pendekatan instruksi langsung. Pendekatan
konstruktif adalah pendekatan yang menekankan berorientasi pada peserta didik
(learner ) dan menekankan pada perlunya individu untuk secara aktif membangun
pengetahuan dan pemahamannya dengan bantuan pengajar. Pada pendekatan ini dosen
tidak hanya menyampaikan informasi saja tetapi mereka harus mendorong peserta didik
untuk mengeksplorasi ilmu yang dikaji dan berpikir kritis. Pengajar yang menggunakan
pendekatan ini tidak akan memaksa peserta didik untuk meghapal inforasi yang
disampaikan. Mereka memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk membangun
pengetahuan mereka secara bebas tetapi terarah. Sedangkan pendekatan instruksi
langsung adalah kebalikan dari pendekatan konstruktif. Pada pendekatan ini pengajar
memegang kendali dan menuntut peserta didik untuk memenuhi target pembelajaran
yang ditetapkan. Sasaran utama dari pendekatan ini adalah kecepatan waktu peserta
didik dalam memahami apa yang disampaikan. Kedua pendekatan ini sebaiknya
dilakukan secara

bergantian.

Penggunaan salah satu pendekatan saja akan

meminimalkan potensi terjadinya proses belajar yang efektif.
3. Kemampuan berpikir. Dosen harus memiiki pemikiran kritis yang meliputi pemikiran
yang bisa melakukan identifikasi dan evaluasi atau analisis, serta tidak membatasi diri.
Kemampuan berpikir kreatif dan aktif ini jarang dimiliki peserta didik. Sehingga dosen
harus berusaha mendorong mereka untuk mulai menggunakannya. Berpikir kritis juga
berarti bersikap terbuka dan serbaisipasi kesalahan. Pemikiran kritis ini pada akhirnya
akan bermanfaat dalam menganalisis suatu situasi dan memberikan alternatif solusi.
4. Memiliki perencanaan dan penetapan sasaran pengajaran. Pengajar harus memiliki
target yang hendak dicapai. Untuk mencapai target ini pengajar harus menyisihkan

8

waktu untuk merencanakan dan mengelola pelajaran mereka. Perencanaan ini dibuat
dengan mempertimbangkan materi yang diajarkan dan kemampuan penyerapan siswa.
5. Selalu mengembangkan teknik pembelajaran yang tepat. Pengajar yang baik
memahami tahap proses belajar yang dihadapi siswanya serta tahu bagaimana
mengembangkan materi pembelajaran yang tepat.
6. Trampil mengelola kegiatan belajar di kelas. Pengajar yang efektif mampu
menentukan dan memelihara suasana kelas yang kondusif untuk proses belajar
mengajar. Untuk membangun suasana ini pengajar harus memiliki strategi dalam
menetapkan aturan dan prosedur kelas, membentuk kelompok, monitor dan
mengidentifikasi kecepatan belajar yang dibutuhkan.
7. Ketrampilan memotivasi. Pengajar perlu memiliki kemampuan memotivasi anak didik
agar mereka bisa mandiri dalam pembelajaran. Pengajar yang baik akan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir kreatif dan memiliki rasa keingintahuan
akan materi yang diajarkan.
8. Ketrampilan berkomunikasi. Salah satu akivitas pengajar adalah berkomunikasi;
berbicafra, mendengarkan, membaca sikap non verbal peserta didik, dan menyelesaikan
masalah. Ketramilan berkomunikasi sangat dibutuhkan untuk menjalankan fungsi
tersebut. Salah satu yang perlu dikembangkan oleh pengajar adalah kemampuannya
untuk tidak mengkritisi secara berlebihan.
9. Memperhatikan perbedaan individu. Meski sering disarankan untuk diterapkan, pada
kenyataannya hal ini relatif sulit. suasana pengajaran di kelas biasanya terdiri dari
beragam siswa dan pengajar cenderung untuk memperlakukan siswa-siswa tersebut
secara sama. Padahal dalam kenyataannya terdapat variasi intelektualitas, motivasi,
gaya belajar, budaya, dan lainnya. Variasi ini membuat tidak semua siswa memiliki
pemahaman yang sama atas apa yang disampaikan pengajar.
10. Berinteraksi secara efektif dengan siswa dari berbagai latar belakang. Pengajar
dituntut untuk memahami latar belakang masing-masing siswa. Pemahaman ini
bermanfaat ketika mereka berkomunikasi dan menyelesaikan masalah yang terjadi.
11. Penilaian pengetahuan dan ketrampilan. Mengajar adalah salah satu sfungsi dosen.
Untuk mengukur keberhasilan proses belajar di kelas, dosen sebaiknya juga melakukan
evaluasi. Evaluasidapat dilakukan seara formal melalui ujian tertulis atau informal
melalui pertanyaan spontan ketika mengajar.
12. Ketrampilan teknologi. Perkembangan teknologi menuntut pengajar agar memahami
teknologi dan media yang bisa membantu mereka dalam mengajar. Perancangan materi
9

yang menarik dan variasi sarana penyampaian berpotensi memotivasi pesert didik.
Akan tetapi perlu dicatat disini bahwa penggunaan teknologi juga harus disesuaikan
dengan kebutuhan pengajaran.
KOMITMEN, MOTIVASI, DAN KEPEDULIAN

Pengajar yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan di atas belum tetu bisa
menjadi pengajar efektif. Mengapa demikian? Hal yang disampaikan di atas adalah
ketrampilan dan pengetahuan yang harus dikuasai. Pengajar yang menguasai pengetahuan
dan ketrampilan tersebut ditambah dengan kemauan untuk menggunakannya adalah
pengajar yang efektif. Untuk itu seorang pengajar juga membutuhkan motivasi dan
komitmen internal di dalam dirinya dalam pengabdian ini. Dengan motivasi dan komitmen,
pengajar akan berusaha sepenuh hati untuk mencapai target pembelajaran. Dari motivasi
dan komitmen tersebut akan lahir kepedulian dan kombinasi dari ketiganya akan
menjadikan dosen sebagai pengajar yang memiliki perilaku ideal.
Menjadi pengajar merupakan panggilan hidup. Individu yang tidak memiliki rasa
panggilan ini diprediksi akan sulit menghadapi tantangan di dunia pendidikan. Mereka akan
mudah merasa kecewa dan frustasi. Komitmen dan motivasi internal akan memabntu
pengajar dalam menghadapi situasi-situasi tidak nyaman tersebut. Pengajar yang efektif
harus memiliki keyakinan diri yang kuat ( self-efficacy), tidak mudah menyikapi sesuatu
secara negatif, dan selalu antusias dalam proses pengajaran. Sikap-sikap positif ini
diharapkan mampu mempengaruhi siswa agar lebih fokus dalam belajar.
Tantangannya disini adalah bagaimana pengajar membentuk sikap positif dan
senantiasa antusias setiap saat. Disinilah komitmen, motivasi, dan rasa kepedulian akan
keberhasilan peserta didik berperan penting. Pengajar yang berkomitmen akan menilai
keberhasilan hidupnya dari proses pembentukan dirinya menjadi pengajar yang berhasil.
Semakin mereka menjadi pengajar yang lebih baik, mereka merasa hidupnya lebih
bermanfaat. Pengajar yang termotivasi oleh hal lain diluar pencapaian pengembangan
pengetahuan dan keberhasilan peserta didik dapat dipastikan akan mengalami kesulitan
dalam mengelola pengajaran yang dijalankannya.
Menutup kajian ini, penulis menyampaikan hasil survey terhadap 1.000 siswa di
Amerika Serikat mengenai karakteristik pengajar terbaik dab terburuk (Santrock, 2010:11);

10

Pilihan ada pada diri kita dosan dan pengajar untuk menjadikan generasi penerus
Bangsa Indonesia ini menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pengetahuan dan pengalaman
kita yang beragam, jenjang pendidikan yang tinggi, kepangkatan akademis yang luar biasa
hanyalah akan menjadi hiasan yang mempercantik portofolio diri kita. Tanpa komitmen dan
motivasi serta kepedulian, peran kita sebagai pengajar yang efektif akan sulit terealisasi.

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM
PENGEMBANGAN POTENSI SISWA
Psikologi pendidikan berkontribusi dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa didik. Jika mengacu pada penjelasan di atas peran dari psikologi pendidikan dalam
mengembangkan potesi siswa dapat dicapai melalui perubahan perilaku pengajar. Pengajar
yang menguasai psikologi pendidikan dan mau menerapkannya di dalam proses
pembelajaran yang dikelolanya akan menghasilkan peserta didik yang lebih termotivasi.
Pengajar yang menerapkan psikologis secara benar, secara ilmu dan seni, lebih berpotensi
memotivasi peserta didiknya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap psikologi pendidikan
sangat diperlukan oleh pengajar karena mereka akan menghadapi peserta didik yang unik
dan berbeda (perilaku, kepribadian, sikap, motivasi, kecerdasan, dan berbagai aspek
psikologis lainnya). Memahami psikologi pendidikan berarti dosen bisa mengetahui
perilaku bagaimana yang sesuai dalam mengelola siswa dan kelas. Kelas dan proses
pegajaran yang dikelola dengan baik pada akhirnya akan membuat peserta didik bisa
mengoptmalkan atau mengeluarkan segenap potensi, minat, dan bakat mereka.
Nurihsan (2013) mengemukakan beberapa manfaat dari penerapan psikologi
pendidikan dalam meningkatkan kualitas pengajar adalah:
1. Pemahaman terhadap karakteristik dan perkembangan peserta didik/siswa;
11

2. Memahami gaya berpikir dan belajar peserta didik;
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman karakteristik dan
perkembangan peserta didik;
4. Menetapkan

tujuan

pembelajaran

yang

sesuai

dengan

karakteristik

dan

perkembangan peserta didik;
5. Menyusun materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan perkembangan
peserta didik;
6. Menetapkan strategi, metode, dan media pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik dan perkembangan peserta didik;
7. Menetapkan strategi dan metode evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik dan perkembangan peserta didik;
8. Mampu mengidentifikasi dan mengembangkan potensi peserta didik
9. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar;
Psikologi pendidikan memandang bahwa belajar dan perkembangan sebagai proses
sepanjang hayat bagi pengajar dan peserta didik. Pandangan ini dipengaruhi oleh psikologi
kognitif dan psikologi perkembangan yang memandang bahwa guru profesional adalah
guru yang terus-menerus belajar dan mengembangkan diri dalam karirnya (Nurihsan,
2013). Dosen yang senantiasa mengembangkan pengetahuannya akan memiliki
kemampuan merefleksikan dirinya di dalam proses pengajaran di kelas. Refleksi seorang
dosen ini akan membangkitkan kesadaran, pemahaman, dan pengetahuannya. Peningkatan
kualitas pengajar khususnya dari sisi psikologi ini akan memberikan kontribusi ketika
mereka dihadapkan pada keragaman peserta didik.
Peran psikologi pendidikan dalam mengembangkan potensi siswa dapat diwujudkan
dalam tiga tahapan dalam pendidikan (Nurihsan, 2014). Tahap sebelum pembelajaran, tahap
selama pembelajaran, dan tahap evaluasi setelah pembelajaran.
TAHAP SEBELUM PEMBELAJARAN

Tahap sebelum pembelajaran dapat diawali dengan pengembangan kurikulum yang
sesuai dan pengembangan program pendidikan. Dosen harus bisa menyusun kurikulum dan
program yang menarik bagi siswa. Kurikulum merupakan seperangkat pengalaman atau
proses belajar yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam megembangkan kurikulum, dosen harus mempertimbangkan beberaa aspek;
karakteristiik psikologis peserta didik, kemampuan peserta didik, pengalaman belajar, hasil

12

yang diharapkan, dan kesetaraan kemampuan siswa. Setelah mengembangkan kurikulum,
pengajar sebaiknya juga memiliki buku ajar yang dapat menjadi pegangan siswa.
Di dalam penyusunan kurikulum, pengajar sebaiknya juga sudah menentukan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran tentu saja harus mengacu pada sasaran perubahan
perilaku yang dialami siswa setelah menyelesaikan proses pembelajaran. Psikologi
pendidikan membantu pendidik dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang
dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Selanjutnya, pengajar akan menentukan jadwal
pembelajaran yang komprehnsif tersusun dari penjelasan dasar diikuti dengan pemahaman
yang lebih mendalam (Maesaroh et al, 2013).
TAHAP SELAMA PEMBELAJARAN

Tahap selama pembelajaran mencakup penerapan sistem belajar dan strategi
pengelolaan kelas yang sesuai dengan peserta didik serta serta membangun suasana belajar
yang positif. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan pendidik untuk
merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Penggunaan
perangkat bantu seperti media audio-visual, mungkin dapat memberikan penjelasan lebih
mudah kepada peserta didik. Di samping itu, selama proses pembelajaran, pengajar akan
berhadapan dengan sekelompok siswa dengan karakteristik berbeda-beda. Oleh karena itu,
pengajar perlu memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut. Penelitian yang dilakukan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional pada Tahun
2008 menyampaikan adanya lima jenis siswa berdasarkan karakteristik kemampuan dalam
menyerap pembelajaran yaitu bertalenta luar biasa (giffted), konseptual, konstektual, lambat
belajar, dan memiliki keterbelakangan (Erawati, 2013). Psikologi pendidikan berperan
membantu pengajar untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut. Psikologi
pendidikan dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran
yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan
individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami
peserta didik.
Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh pengajar agar proses
belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip
yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk
hasil proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan dapat berperan dalam
membantu pendidik agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam

13

kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
Di samping sebagai pengajar, dosen juga harus berfungsi sebagai pembimbing bagi
peserta didik (Maesaroh et al, 2013). Melalui proses pembimbingan ini siswa diharapkan
mampu secara bertahap memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang
psikologi pendidikan yang komprehensif memungkinkan pendidik untuk memberikan
bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang
berbeda-beda.
TAHAP SETELAH PEMBELAJARAN

Tahap terakhir adalah tahap evaluasi keberhasilan pendidikan yang mencakup
penggunaan metode evaluasi yang objektif dan komrehensif. Pendidik harus melakukan dua
kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi
membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu
pendidik dan calon pendidik dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang
lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun
menentukan hasil-hasil evaluasi. Beragam teknik evaluasi dari yang menggunakan tes dan
non-tes, jenis tes yang digunakan (lisan, tertulis, dan praktek), serta menentukan kebutuhan
waktu evaluasi perlu dipertimbankan. Selanjutnya, hasil dari evaluasi ini digunakan sebagai
bahan masukan untuk memperbaiki tahapan pra pembelajaran dan selama pembelajaran.
Pentingnya psikologi pendidikan bagi pengajar dalam upaya mengembangkan
potensi siswa juga dapat dilihat dari beberapa kondisi perubahan yang perlu diadaptasi.
Beberapa di antaranya adalah;
-

Keragaman siswa baik dari aspek latar belakang status sosial ekonomi, budaya,
ras, agama, kemampuan, bakat, minat, kepribadian, dan kebutuhan khusus.

-

Kebutuhan akan adanya teknik dan teknologi proses pengajaran yang fleksibel.

-

Akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan dan kesesuaian dengan kurikulum,
tujuan pendidikan nasional, serta pertimbangan kualitas lulusan.

-

Meningkatnya tuntutan profesionalisme pengajar yang berdampak pada tuntutan
bagi pengajar untuk meningkatkan kompetensinya secara kontinyu, dan tidak
saja berbasis linier saja. Dosen perlu melengkapi dirinya dengan kemampuan
bahasa, teknologi, dan bahkan jika mungkin memiliki pengalaman di dunia
industri yang memadai.

14

KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa psikologi pendidikan
berkontribusi penting di dalam proses pengembangan potensi siswa didik. Peran ini
diwujudkan melalui peningkatan kualitas dosen yang mendapatkan bekal psikologi
pendidikan dalam menjalankan proses pengajaran. Dosen yang memiliki latar belakang
pikologi pendidikan diharapkan mampu mengidentifikasi kebutuhan siswanya secara lebih
cermat dan mampu beradaptasi dengan beragam kondisi yang dihadapinya. Dengan
demikian pengajar pada akhirnya akan memiliki sikap terbuka terhadap perbedaan, lebih
memahami metode pengajaran yang efektif, bisa mengerti permasalahan yang dialami
peserta didik, mampu mengidentifikasi kebutuhan dan bisa membantu peserta didik dalam
belajar, serta bisa mengarahkan peserta didik untuk lebih mandiri.
Dengan kata lain, penerapan psikologi pendidikan akan meningkatkan kualitas dan
daya adaptasi pengajar. Pengajar yang berkualitas dan mampu memahami lingkungan
dimana proses pengajaran terjadi akan mampu membentuk suasana belajar yang kondusif
dan menarik sehingga membuat siswa terpacu dan terdorong untuk memunculkan potensi
dan bakat terbaik yang ada di dalam dirinya. Dengan kualitas pengajar yang meningkat,
peserta didik diharapkan bisa lebih memahami hakekat pembelajaran, mereka juga bisa
mengungkapkan pemikiran lebih terbuka dan tidak takut disalahkan. Kondisi-kondisi
tersebut pada akhirnya akan membantu peserta didik untuk mengembangkan sikap dewasa
dan mandiri.

REFERENSI
Erawati, Muna (2012). Bahan Perkuliahan: Pengantar Psikologi Pendidikan
Maesaroh et al (2013). Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan Bagi Pendidikan. Tugas
kuliah Psikologi Pendidikan.
Nurihsan, Juntika (2014). Materi Seminar Peranan Psikologi Pendidikan dalam
Mengembangkan Potensi Siswa.
Nurihsan, Juntika (2013). Peranan Psikologi Pendidikan Dalam Mengembangkan Kapasitas
Guru.

http://psikopend.sps.upi.edu/peran-psikologi-pendidikan-

dalam-

mengembangkan- kapasitas- guru/. Diakses 10 April 2014.
Santrock, John W. (2010). Educational Psychology, 5th Edition. McGraw-Hill:New York
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

15