DRAMATURGI dalam Era Modern Jejaring Sos

DRAMATURGI dalam Era Modern : Jejaring Sosial Twitter sebagai Media
Presentasi Diri
Evi Fadillawati (4815111569)
Pendidikan Sosiologi, FIS UNJ

ABSTRAK
Penulisan ini menyajikan telaah kritis mengenai fenomena penggunaan jejaring
sosial Twitter sebagai media presentasi diri pada era modern khususnya di Indonesia.
Modernisasi berjalan seiring dengan globalisasi yang memutus batasan-batasan ruang
dan waktu bagi manusia untuk berinteraksi. Di era modern dengan berbagai teknologi
yang sudah ada, manusia tidak lagi berinteraksi secara langsung saja tetapi dapat
dilakukan secara tidak langsung melalui telepon maupun internet. Semakin
berkembangnya internet membuat generasi muda menggunakan berbagai jejaring sosial
untuk berinteraksi satu sama lain. Salah satu jejaring sosial yang sangat digandrungi
saai ini adalah Twitter. Twitter tidak hanya dijadikan tempat berinteraksi dengan orang
lain tetapi juga dimanfaatkan sebagai media untuk menampilkan aktifitas, suasana hati,
dan karakter dirinya dengan tujuan memperlihatkan eksistensinya di dunia maya. Untuk
memperlihatkan eksistensi di dunia maya, individu tidak terlepas dari dramaturgi yang
dilakukan dengan tujuan orang lain melihatnya sebagai manusia yang dibentuk oleh
dirinya di jejaring sosial.
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan teori tokoh sosiologi

yaitu Erving Goffman. Penulis menarik kesimpulan bahwa Twitter sebagai panggung
sandiwara bagi individu dijadikan media untuk menampilkan dirinya sebaik mungkin.
Kata Kunci: Era Modern, Jejaring Sosial, Dramaturgi, Presentasi diri

LATAR BELAKANG
1

Di era modern, manusia dipermudah dalam melakukan berbagai hal. Salah satu
kemudahan

yang

diciptakan

adalah

berinteraksi

melalui


internet.

Semakin

berkembangnya internet memunculkan pola interaksi dilakukan tanpa harus dalam satu
ruang dan waktu secara bersamaan.

Menurut Anthony Giddens, dengan adanya

modernitas hubungan ruang dan waktu terputus yang kemudian ruang perlahan-lahan
terpisah dari tempat.1 Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa manusia
menciptakan interaksi baru tanpa harus bertemu secara fisik, yang salah satunya
dilakukan melalui internet (social networking). Pertumbuhan internet yang pesat
medorong munculnya berbagai jejaring social seperti Twitter, Facebook,Skype dan
lainnya. Melalui jejaring sosial manusia diberikan kemudahan untuk berkomunikasi
tanpa dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu. Salah satu jejaring sosial yang banyak
digunakan oleh masyarakat luas adalah Twitter. Melalui jejaring sosial Twitter, individu
bebas berkicau membagi-bagikan pengalaman dan apa yang dirasakan kepada temantemannya. Selain itu, Twitter pun dijadikan media untuk menampilkan diri melalui
avatar, tweet maupun retweet dengan tujuan memperlihatkan eksistensinya di dunia
maya. Untuk memperlihatkan eksistensi dirinya maka setiap individu berusaha untuk

menampilkan dirinya sebaik mungkin. Contohnya, mereka memasang foto avatar yang
paling bagus dilihat bagi dirinya maupun orang lain. Tidak hanya itu, melalui update
tweet, setiap individu berusaha memperlihatkan citra positif di Twitter. Dengan
demikian, dapat dikatakan individu menjadikan Twitter sebagai media presentasi diri.
Maraknya Twitter yang lebih digunakan sebagai media presentasi diri
dibandingkan untuk berinteraksi dengan orang lain menjadikannya sebagai fenomena
baru. Setiap individu berlomba-lomba menampilkan dirinya dengan narsis agar
pengguna Twitter lainnya mampu menarik kesimpulan bahwa mereka memiliki citra
yang positif. Fenomena individu memperlihatkan segala sesuatu yang terbaiknya saja di
Twitter dan menutupi hal-hal yang buruk darinya menunjukkan adanya kecenderungan
dramaturgi yang dilakukan. Dramaturgi dapat dikatakan sebagai panggung sandiwara
dimana individu berbeda karakternya ketika berada di front stage dan back stage. Dalam
1 George Ritzer dan Douglas J.Goodman. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Muktahir Teori Sosial Postmodern. Penerjemah Nurhadi (Yogyakarta:Kreasi Wacana,
2008) hlm. 617.

2

tulisan ini, Twitter merupakan panggung sandiwara (front stage) yang dijadikan
individu sebagai media untuk menampilkan dirinya karena ada pengguna Twitter lain

yang melihat atau menonton. Karena ada yang melihat atau menonton maka individu
berusaha memperlihatkan kebaikan dari dirinya di Twitter. Sedangkan ketika seorang
individu sedang ada di dunia nyata (back stage) maka yang terlihat adalah sifat yang
sebenarnya.
Berangkat dari pernyataan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih
mendalam dari fenomena baru penggunaan Twitter sebagai media presentasi diri. Dalam
penelitian ini, penulis akan mengambil sampel penelitian pada mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Reguler 2011 yang ada di Universitas Negeri Jakarta. Berdasarkan
pengamatan penulis, responden merupakan pengguna Twitter dan memanfaatkan
Twitter sebagai media presentasi diri disamping untuk berkomunikasi dan bersosialisasi
dengan teman-teman.
Jejaring Sosial Twitter
Globalisasi di bidang teknologi yang semakin maju telah menciptakan terobosan
baru dalam dunia Internet yaitu, munculnya berbagai jejaring sosial seperti Twitter,
Facebook, Skype dan lain sebagainya. Jejaring sosial memberikan kemudahan bagi
pengguna untuk saling berkomunikasi dengan yang lain ataupun untuk berbisnis
mencari keuntungan. Jejaring sosial mengaburkan batas-batas ruang dan waktu untuk
berkomunikasi dan inilah kecanggihan dari era modern. Jejaring sosial telah menjadi
“sahabat” dari masyarakat modern yang setiap harinya menjadi kebutuhan. Saat ini,
salah satu jejaring sosial yang sedang digandrungi kaum muda di Indonesia adalah

Twitter.
Twitter adalah sebuah micro-blogging yang termasuk salah satu jejaring sosial
seperti halnya Facebook. Pengguna twitter dapat memberikan berbagai informasi
mengenai aktifitas diri maupun suasana hatinya dengan cara update status yang
biasanya disebut “tweet”. Tweet adalah teks tulisan yang terbatas 140 karakter dan akan
dilihat oleh teman-teman yang menjadi “follower” pengguna Twitter. Tidak hanya
follower saja yang bisa melihat berbagai informasi yang diberikan, pengguna pun dapat
3

melihat berbagai informasi yang diberikan oleh pengguna Twitter lainnya yang telah di
follow.
Twitter didirikan oleh 3 orang yaitu Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams
pada bulan Maret 2006 dan diluncurkan pada bulan Juli di tahun tersebut.2 Popularitas
Twitter mulai meningkat pada tahun 2007 dari 20.000 tweet perhari menjadi 60.000. Di
Indonesia sendiri Twitter sangatlah populer setelah Facebook yang digandrungi banyak
orang terutama generasi muda. Sehingga, Indonesia disebut sebagai negara terbanyak
keenam di dunia yang menggunakan Twitter. Twitter dimanfaatkan untuk berbagai hal
seperti berinteraksi dengan orang lain maupun untuk bisnis. Tidak hanya itu, Twitter
sering digunakan untuk sarana berbagi informasi-informasi mengenai tips-tips cantik,
zodiak,dan berita-berita yang sedang hangat . Berikut di bawah ini adalah logo dari

jejaring social Twitter.

Gambar 1

Sumber: google

Dramaturgi Erving Goffman
Manusia mampu menjalankan berbagai peran sesuai dengan situasi dan kondisi
yang berbeda. Menurut George Ritzer, manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas
2 Blog UNIKOM. 19 Agustus 2012. Asal Usul Sejarah Twitter. http://10108602.blog.unikom.ac.id/
(diakses pada tanggal 4 Juni 2013 17:05 WIB)

4

sosialnya.3 Manusia sebagai aktor yang kreatif mampu menciptakan berbagai hal, salah
satunya adalah ruang interaksi dunia maya. Setiap individu mampu menampilkan
karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia maya dengan dunia nyata. Dalam
sosiologi terdapat istilah dramaturgi atau presentasi diri (The Presentation of Self) untuk
menjelaskan bagaimana seseorang menampilkan diri pada lingkungan atau panggung
tertentu.

Erving Goffman memperkenalkan teori dramaturgi yang melihat kehidupan
sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama yang serupa dengan apa yang ditampilkan
diatas panggung. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia tidaklah stabil,
berubah-ubah tergantung dengan siapa individu berinteraksi. Goffman berasumsi bahwa
ketika individu berinteraksi, mereka ingin menyajikan pemahaman tertentu tentang diri
yang akan diterima oleh orang lain.4 Setiap individu sebagai aktor berusaha melakukan
peran dalam “pertunjukkan dramanya” sebaik mngkin dengan tujuan orang lain melihat
karakteristik personalnya sesuai dengan apa yang diperankan. Untuk mencapai
tujuannya ini, actor perlu menggunakan teknik “manajemen kesan” atau impression
management agar penonton yakin dengan apa yang diperankan dan tidak mengetahui
karakter asli dari aktor. Dengan impression management, aktor mampu mengendalikan
ekspresi muka dan suara serta skenario yang perankan..
Dalam konsep dramaturgi terdapat dua jenis panggung yaitu, panggung depan
(front stage) dan panggung belakang (back stage). Panggung depan (front stage) adalah
bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front
stage dibagi dua, setting pemandangan fisik yang harus ada jika aktor ingin
memainkannya dan front personal berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa
perasaan dari aktor. Front personal terbagi dua, yaitu penampilan berbagai jenis barang
yang mengenalkan status sosial aktor (appereance), dan gaya mengenalkan peran
macam apa yang dimainkan aktor dalam situasi tertentu (manner)atau dalam bahasa lain

3 Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 187
4 George Ritzer dan Douglas J.Goodman. Op.Cit

5

di front stage inilah aktor melakukan pencitraan dirinya sebaik mungkin. Panggung
belakang (Back stage) merupakan ruang dimana berjalan skenario pertunjukan oleh
“tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing aktor) atau dalam
bahasa lain di back stage inilah karakter aktor yang asli ditunjukan.5 Individu bebas
berperilaku sesuai dengan karakter asli tanpa harus mengkhawatirkan ada yang
memperhatikannya.
Tujuan dari orang melakukan dramaturgi menurut Goffman adalah penerimaan
penonton akan manipulasi. Ketika aktor berhasil menjalankan perannya maka penonton
akan melihat aktor sesuai dengan apa yang memamg diperrtunjukkan oleh aktor
tersebut. Aktor akan semakin mudah membawa penonton untuk mencapai tujuan dari
pertunjukkan yang dilakukan.
Twitter sebagai Front Stage
Twitter merupakan salah satu jejaring sosial yang paling digandrungi saat ini.
Tiap tahunnya pengguna Twitter semakin meningkat jumlahnya. Twitter telah menjadi
bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat luas untuk berkomunikasi dan

bersosialisasi dengan orang lain. Profil dari akun Twitter telah menggambarkan “peran”
yang akan dimainkan oleh si pemilik. Di dalam profil akun Twitter terdapat “Biografi”
atau “bio” yang digunakan untuk menggambarkan informasi mengenai diri si pemilik.
Biografi sering diisi dengan berbagai kesukaan si pemilik ataupun status diri dari si
pemilik contohnya: jomblo atau taken. Dan terkadang biografi sering pula diisi dengan
nama pasangan yang menunjukkan bahwa pemilik akun sedang menjalin hubungan
dengan orang yang namnya tercantum dalam bio nya.
Penggambaran peran pemilik akun Twitter tidak hanya dilihat dari biografinya
saja, tetapi juga bisa dilihat dari update tweet maupun avatar profilnya. Pemilik akun
berusaha menggambarkan dirinya sebaik mungkin melalui update tweet dan foto avatar
yang dipakai merupakan foto yang paling menarik dilihat. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk menampilkan perannya dan orang lain dapat menerima dirinya
sesuai peran yang dikehendakinya. Tweet atau kicauan dalam Twitter menjadi panggung
5 Slide PowerPoint Teori Sosiologi Modern Jurusan Sosiologi FIS UNJ: Interaksionisme Simbolik

6

depan (front stage) dari diri si pemilik akun. Dan teman-teman atau followersnya di
Twitter yang melihat dan berinteraksi adalah penontonnya. Dengan berbagai tweet atau
kicauan si pemilik berusaha mempertahankan peran yang dilakoninya dalam panggung

dan menampilkan sebaik mungkin dirinya di depan penontonnya agar mendapatkan
kesan atau ccitra yang baik.
Ketika seseorang kembali ke dalam realitas sosial nyata dan bukan realitas
virtual maka panggungnya pun berubah. Tanpa penonton dari followersnya di Twitter, ia
akan menampilkan peran yang berbeda dengan peran yang dijalankan ketika di Twitter.
Karakter dari seseorang akan terlihat yang sebenarnya ketika berada di kehidupan nyata.
Sehingga tidak mengherankan jika suatu saat akan ditemui seseorang yang berbeda jauh
ketika berada di Twitter dengan ketika berada di realitas nyata. Ada beberapa individu
yang di Twitter tampak terlihat sebagai orang yang humoris dan banyak berbicara tapi
ketika dalam interaksi kehidupan nyata ia adalah sosok orang yang kaku dan pendiam.
Twitter sebagai Media Presentasi Diri Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Reguler
2011
Twitter sebagai jejaring sosial dimanfaatkan untuk berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan teman-teman. Selain itu, melalui Twitter individu bebas
menceritakan bagaimana pengalaman hidupnya, suasana hati, ataupun soal percintaan.
Para mahasiswa Pendidikan Sosiologi Reguler 2011 memanfaatkan Twitter sebagai
media untuk mengobrol dengan teman-teman dan membagi pengalaman hidupnya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari beberapa orang sampel yang diambil,
mayoritas memiliki akun Twitter. Bahkan Pendidikan Sosiologi Reguler memiliki juga
akun Twitter dengan username “sahabat_psr11”. Sahabat_psr11 sering memberikan

informasi mengenai tugas dan kata-kata motivasi. Ini menujukkan bahwa Twitter telah
digunakan oleh banyak tak terkecuali dalam sebuah komunitas atau kelas.
Hasil angket penelitian dari 15 sampel penelitian yang diambil, dengan
pertanyaan :

7

Sebagai pengguna Twitter apakah Anda menampilkan diri (melalui foto dan tweet)
Anda sebaik mungkin di Twitter?

Pengguna
twitter
ya
tidak

Sumber : Penulis, 2013

Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa Twitter merupakan jejaring sosial
yang dimanfaatkan untuk menampilkan diri, disamping untuk media berkomunikasi dan
bersosialisasi. Dari hasil wawancara didapat kesimpulan dari responden mnegenai Twitter
sebagai media presentasi diri :

1. Front stage: seluruh responden menampilkan sesuatu yang terbaik pada akun
Twitternya
2. Setting: seluruh responden dalam menuliskan semua informasi pada profilnya
menuliskan secara jujur dan lengkap.
3. Personal front: responden memasang foto avatar dengan foto yang paling baik dan
menarik
4. Apperance: responden dalam melakukan update tweet atau pun unggah foto
bertujuan untuk menunjukkan status sosial yang mereka inginkan lewat tweet dan foto.
5. Manner: motivasi responden update tweet ataupun sering mengganti foto avatar
adalah agar dapat dilihat followers.
6. Back stage: responden mengaku tidak menceritakan kehidupan pribadinya yang
privacy dan kelemahan dari diri sendiri di Twitter.

8

7. Impression Management: responden menampilkan yang terbaik mulai dari informasi
diri yg benar,update tweet yang baik, dan memasang foto avatar yang menarik untuk
ditampilkan di Twitter agar memperoleh kesan dari teman-teman sesuai yang diinginkan
responden.
Dengan demikian, Twitter dapat dikatakan sebagai media presentasi diri bagi
pengguna Twitter. Melalui foto avatar dan tweet pengguna Twitter ingin dilihat sebagai
orang yang eksis di mata teman-temannya di Twitter.

Penutup
Twitter merupakan panggung sandiwara bagi pengguna akun Twitternya. Semua
pengguna Twitter berlomba-lomba menampilkan yang terbaik dari dirinya di Twitter.
Pengguna Twitter melalui tweet, foto avatar, dan informasi profilnya mencitrakan
dirinya sesuai dengan apa yang diinginkan. Ini dilakukan dengan tujuan eksis di
hadapan teman-tamannya. Dengan demikian, Twitter dijadikan media presentasi diri
bagi penggunanya. Twitter dianggap sebagai wadah yang cocok untuk mereka berperan
sesuai dengan apa yang diinginkan di panggung depan. Namun ketika seseorang
memasuki panggung belakang, maka akan berbeda dengan apa yang terlihat ketika di
Twitter.

DAFTAR PUSTAKA
Blog
UNIKOM.
19
Agustus
http://10108602.blog.unikom.ac.id/

2012.

Asal

Usul

Sejarah

Twitter.

George Ritzer dan Douglas J.Goodman. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Muktahir Teori Sosial Postmodern. Penerjemah Nurhadi
(Yogyakarta:Kreasi Wacana, 2008)
9

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta:
Kanisius.
Slide PowerPoint Teori Sosiologi Modern Jurusan Sosiologi FIS UNJ: Interaksionisme
Simbolik

10