130 ANALISIS KELAYAKAN BISNIS DAN PENGEMBANGAN KEMASAN PRODUK PADA IKM TELAGA JAYA DI KABUPATEN PESISIR BARAT Petrus Wisnubroto

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Yogyakarta, 26 November 2016

ISSN : 1979 – 911X
eISSN : 2541 – 528X

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS DAN PENGEMBANGAN KEMASAN PRODUK
PADA IKM TELAGA JAYA DI KABUPATEN PESISIR BARAT
Petrus Wisnubroto1*, Danopal Ariantama2
1,2

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Jl. Kalisahak No.28 Kompleks Balapan Tromol Pos 45 Yogyakarta 55222
Telepon (0274) 563029, Faksimile (0274) 563847
*
E-mail:wisnurini@yahoo.co.id

INTISARI
Industri Kecil Menengah (IKM) Telaga Jaya yang berada di Kabupaten Pesisir Barat
memproduksi keripik singkong yang meningkat setiap tahun. Melihat potensi permintaan dan
prospek pengembangan serta pemasaran keripik singkong di Kabupaten Pesisir Barat, IKM

Telaga Jaya berpeluang untuk mengembangkan usahanya namun belum memiliki perizinan
dan kemasan yang digunakan juga masih sangat sederhana untuk itu perlu dilakukan
penelitian yang ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek
manajemen dan organisasi serta aspek keuangan dan pengembangan kemasan agar lebih
menarik.
Peluang pasar IKM Telaga Jaya menunjukkan peningkatan. Investasi awal pada tahun 2011
sebesar Rp 141.471.000,- sumber dana pada bulan pertama modal sendiri Rp 7.813.000,- dan
pinjaman dari PNPM sebesar Rp 25.000.000. Pinjaman dibayar perbulan Rp 956.000,dengan bunga pinjaman 15%. Mengalami kerugian pada awal tahun sebesar Rp 28.636.000,dan aliran kas bersih negatif sebesar Rp 26.286.000,-.
Hasil analisis terhadap kriteria penilaian bisnis diperoleh Break Event Point (BEP) dalam unit
(BEPQ) 2.717 kg lebih kecil dari produksi, penjualan dan kapasitas maksimal perusahaan. Net
Present Value (NVP) > 0 yaitu Rp 108.773.516,-. Internal Rate of Return (IRR) 21,79% > suku
bunga pinjaman 15%. Profitability Index (PI) 2,3 > 1(satu). Payback Periode (PP) selama
3(tiga) tahun 11 bulan lebih pendek dari umur ekonomis usaha yaitu 5(lima) tahun. Bisnis
keripik singkong dinyatakan layak dan diharapkan IKM Telaga Jaya dapat mengembangkan
usaha dan dapat memberikan keuntungan bagi pemerintah daerah dan meberikan lapangan
pekerjaan lebih luas lagi kepada masyarakat.
Kata kunci: Analisis Kelayakan Bisnis, Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI), Payback Period (PP)

1. PENDAHULUAN

Kondisi perekonomian nasional yang diupayakan pemerintah telah dan akan terus diciptakan
pembangunan dengan mengutamakan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di dalam negeri.
Langkah ini memiliki langkah strategis, mengingat beberapa hal Pertama, pengolahan sumber daya
alam di dalam negeri memperkuat struktur industri nasional yang berdampak terhadap peningkatan
nilai tambah; mengurangi ketergantungan impor bahan baku/bahan penolong dari luar negeri. Kedua,
langkah tersebut juga berarti akan memberikan peluang usaha dan peluang kerja yang lebih luas
kepada masyarakat. Oleh karena itu masyarakat terutama yang tinggal di pedesaan diharapkan dapat
memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam yang tersedia dalam skala industri kecil maupun
rumah tangga, sehingga partisipasi masyarakat dalam mengembangkan industri kecil pengolah hasil
pertanian akan merupakan sarana sekaligus wahana untuk mengembangkan perekonomian di
pedesaan.
Salah satu IKM makanan tersebut yang ada di Kecamatan Krui Selatan adalah usaha kripik
singkong Telaga Jaya yang merupakan salah satu usaha perorangan yang sudah berdiri sejak tahun
2011. Usaha ini termasuk Industri Kecil Menengah dengan jumlah karyawan 12 orang dan total
produksi 300 kg per hari keripik singkong dengan rasa pedas dan original. Kemasan produk yang
digunakan masih sangat sederhana yaitu dikemas dengan plastik yang berukuran seperempat kilo
dengan harga jual Rp500 /bungkus. Selain itu merek produk hanya berupa kertas kecil dengan tulisan
tentang informasi perusahaan yang diselipkan pada setiap 30 bungkus keripik singkong yang siap
dipasarkan. Melihat potensi permintaan dan prospek pengembangan serta pemasaran keripik singkong
yang digemari di masyarakat sehingga diperlukan studi kelayakan bisnis untuk mengetahui apakah

130

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Yogyakarta, 26 November 2016

ISSN : 1979 – 911X
eISSN : 2541 – 528X

usaha keripik singkong Telaga Jaya layak untuk diteruskan serta dapat membantu pemilik usaha dalam
mengajukan dana pinjaman kepada pihak bank atau kreditur demi menunjang pengembangan usaha.
Selain itu pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, jumlah perusahaan sejenis, jumlah bahan
baku yang tersedia serta faktor-faktor lainnya juga sangat mempengaruhi kelayakan bisnis keripik
singkong ini.
Studi kelayakan bisnis (feasibility study) merupakan penelitian terhadap rencana usaha yang
tidak hanya menganalisa layak atau tidak layak usaha dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan
secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan
baik itu dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan yuridis,
aspek keuangan serta aspek lingkungan (Umar, 2007).
Untuk melakukan studi kelayakan bisnis, terlebih dahulu harus ditentukan aspek–aspek yang
akan dianalisis. Studi kelayakan bisnis tersebut membahas semua aspek yang dapat menentukan layak

tidaknya gagasan usaha. Usaha yang layak tersebut harus dianalisis dari beberapa aspek antara lain
sebagai berikut:
a. Aspek pasar dan pemasaran,
b. Aspek teknis dan produksi,
c. Aspek manajemen operasi,
d. Aspek yuridis,
e. Aspek keuangan,
sehingga dapat menjadi sebuah alur informasi yang dapat dilihat sebagai berikut :
Aspek pasar dan
pemasaran

Aspek
produksi
Fakta
Lapangan

Aspek
Keuangan

Aspek

Manj. operasi
Aspek
yuridis

Gambar 1. Alur Informasi (Sumber: SKB Penulis Husein Umar)
1.1. Break Even Point (BEP)
Analisa Break Even Point adalah suatu alat analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara beberapa variabel didalam kegiatan perusahaan, seperti biaya yang dikeluarkan dengan
pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya (Umar, 2007). Break even point diperoleh
dimana total pendapatan (TR) sama dengan total pengeluaran (TC).
(1)
(2)
Keterangan:
TBE
= titik break even
BTT
= biaya tetap total
BV
= biaya variabel


P
H
BVR

= penjualan
= harga jual per unit
= biaya variabel rata-rata

1.2. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang
akan datang. Untuk menentukan nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan (Kasmir
dan Jakfar, 2010).
131

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Yogyakarta, 26 November 2016

ISSN : 1979 – 911X
eISSN : 2541 – 528X


NPV = PV Kas Bersih – PV Investasi

(3)

1.3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah besarnya suku bunga yang membuat Present Value (PV) dari
investasi dan hasil-hasil bersih yang diharapkan selama proyek berjalan menjadi 0 (nol). Nilai suku
bunga yang membuat Present Value = 0 (nol) tersebut dinamakan “Rate of Return” (Harmaizar, 2006).

(4)
Keterangan :

(

)

i1 = tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)
i2 = tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)
NPV1 = Net Present Value 1

NPV2 = Net Present Value 2

1.4. Profitability Index (PI)
Profitability Index merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih
dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar, 2010).
(5)
1.5. Payback Period (PP)
Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)
pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas
bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun.
(6)
Kemasan produk harus memiliki label yang berbentuk gambar atau tulisan atau bentuk lain yang
disertakan pada kemasan produk baik di dalam atau diluar kemasan (PP no. 69 tahun 1999) (Anonim,
2014).
Pelaku usaha yang memproduksi produk pangan wajib mencantumkan label di dalam atau di
luar kemasan pangan yang memuat keterangan mengenai :
1. Nama produk
Penggunaan nama produk selain yang termasuk dalam SNI harus menggunakan nama yang lazim
atau umum dan harus benar mengenai tulisan, gambar atau bentuk lainnya.
2. Daftar bahan yang digunakan/kompeosisi

Bahan yang digunakan dalam proses produksi harus dicantumkan pada label sebagai daftar
bahan/komposisi secara berurutan.
3. berat bersi atau isi bersih
4. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau menginpor
Nama dan alamat perusahaan wajib dicantumkan pada label seperti alamat, nama kota dan kode
pos.
5. Halal bagi yang disyaratkan
Tulisan “halal” dapat dicantumkan pada bagian utama label dan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku setelah mendapat surat persetujuanpencantuman tulisan dari
Badan POM RI.
6. Tanggal dan kode produksi
7. Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa
8. Nomor izin edar bagi pangan olahan
Untuk pangan olahan hasil produksi industri rumahan atau UMKM sebelum diedarkan wajib
mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan IRT yang di dalamnya terdapat nomor P-IRT.
132

ISSN : 1979 – 911X
eISSN : 2541 – 528X


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Yogyakarta, 26 November 2016

2. PEMBAHASAN
Analisis dan pembahasan hasil pengolahan data dilakukan untuk mengetahui kinerja usaha
keripik singkong IKM Telaga Jaya apakah sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha yang ditinjau
dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan organisasi, aspek
keuangan serta dianalisis berdasarkan kriteria kelayakan usaha seperti Break Even Point (BEP), Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Probability Index (PI) dan Payback Periode
(PP), selain itu juga membahas tentang usulan kemasan produk yang akan digunakan sebagai upaya
pengembangan usaha IKM Telaga Jaya.
2.1 Aspek pasar dan pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran keripik singkong IKM Telaga Jaya untuk permintaan keripik
singkong diambil dari data historis penjualan pada tahun 2011 hingga 2015 sebagai berikut :
Permintaan (Kg)
80000
60000
40000

Permintaan


20000
0
2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Gambar 2. Diagram scatter permintaan keripik singkong
Sedangkan untuk peluang pasar keripik singkong IKM Telaga Jaya didapat dari hasil
pengurangan antara permintaan yang dikurang penawaran yang merupakan usaha sejenis yang ada di
kabupaten Pesisir Barat. Adapun peluang pasar IKM Telaga Jaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Peluang Pasar IKM Telaga Jaya
Tahun
Permintaan
Penawaran
Peluang
2011
12.000
9.360
2.640
2012
24.000
12.360
11.640
2013
48.000
19.080
28.920
2014
48.000
31.800
16.200
2015
72.000
37.800
34.200
Sumber: Hasil pengolahan data
2.2 Aspek teknis dan teknologi
Analisis aspek teknis dan teknologi meliputi pemilihan lokasi usaha, pemilihan teknologi dan
proses produksi keripik singkong IKM Telaga Jaya.
Lokasi usaha IKM keripik singkong Telaga Jaya ini terletak di desa Way suluh, kecamatan Krui
Selatan, kabupaten Pesisir Barat. Lokasi ini terletak tepat dipertengahan daerah kabupaten. Hal ini
dipertimbangkan oleh pemilik usaha karena lokasi berdekatan dengan sumber bahan baku yang
disuplay dari petani di desa SP 1 dan SP 2 kecamatan Ngambur. Selain itu pertimbangan lain seperti
pemasaran juga menjadi alasan lokasi usaha, karena daerah pemasaran menyebar ke bagian pesisir
selatan dan pesisir utara kabupaten tersebut.
Teknologi yang digunakan IKM Telaga Jaya dalam meproduksi keripik singkong masih sangat
sederhana. Mesin yang digunakan masih bersifat semimanual yaitu alat perajang singkong dan mesin

133

ISSN : 1979 – 911X
eISSN : 2541 – 528X

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Yogyakarta, 26 November 2016

seiler sebagai alat bantu pengemasan produk. Alat-alat penunjang operasional yang dibutuhkan antara
lain, pisau, wajan, penyaring, baskom, ember, spatula dan masih banyak lagi.
Tabel 2. Mesin dan peralatan IKM Telaga Jaya
No
Mesin/Peralatan
Unit
1
Mesin Perajang Manual
1
2
Mesin Sealer
1
3
Wajan (ukuran diameter 80 cm)
3
4
Saringan
1
5
Penyaring
2
6
Baskom
5
7
Pisau
3
8
Ember
2
9
Spatula 3
3
Sumber: Data primer diolah
Sedangkan proses produksi keripik singkong dapat dilihat pada gambar berikut:
PETA PROSES OPERASI
Nama Produk
Nomor Peta
Kondisi
Dipetakan Oleh
Tanggal Dipetakan

:
:
:
:
:

Keripik Singkong Telaga Jaya
01
Sekarang
Danopal Ariantama (142022007)
05 Maret 2016

Bumbu
Cabe, Bawang merang,
bawang putih (Kodisi
sudah halus)

Singkong
Pengupasan
singkong

Ditakar
60’'

O-7

120 '

O -1

Baskom kecil

5'

Minyak goreng

Pisau

Penumisan

O-8

30 '

Pencucian
OI-1

Wajan, Spatula

Baskom

Perajangan
60 '

O-3
Mesin Perajang Manual

Perendaman
10 '

O-4
Baskom

Minyak goreng

150 '

O -5

Penggorengan
Wajan, Spatula

10 '

Disiangi
O-6
Saringan, Baskom

10 '
Pencampuran bumbu
O-9

Penyedap rasa

5'

Pendinginan
O - 10

Simbol

Jumlah

Operasi

12

Saringan

Pengemasan

60 '

Ringkasan
Kegiatan

Wajan, spatula

O -11
Seiler

Waktu (S) (*)
455 '

Pemeriksaan

1

30 '

Penyimpanan

1

5'

Jumlah

14

480 '

Pengepakan

20 '
O-12

Jarum, Tali

5'

Penyimpanan /
storage

Gambar 3. Peta proses operasi keripik singkong
2.3 Aspek manajemen dan organisasi
IKM Telaga Jaya mempunyai sebuah struktur organisasi, dimana jabatan tertinggi berada
ditangan pimpinan selaku pemilik perusahaan, dengan memiliki kariyawan harian sebanyak 12 orang
dari dua bagian yaitu bagian pemasaran dan bagian produksi. sedangkan bagian administrasi dan
keuangan dipegang oleh istri pemilik usaha.
134

ISSN : 1979 – 911X
eISSN : 2541 – 528X

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Yogyakarta, 26 November 2016

PIMPINAN

PRODUKSI
PEMASARAN

ADMINISTRASI
DAN KEUANGAN

Bagian Pengupasan
Bagian Perajang
Bagian Penggoreng
Bagian Pengemasan

Gambar 4. Peta proses operasi keripik singkong
2.4 Aspek keuangan
Analisis keuangan meliputi perhitungan investasi, penyusunan laporan keuangan dan arus kas
usaha keripik singkong IKM Telaga Jaya. Kebutuhan investasi IKM Telaga Jaya pada awal pendirian
membutuhkan investasi sebesar Rp 141.471.000,- seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Investasi IKM Telaga Jaya tahun 2011 (Rp)
No
Keterangan
Total
A Investasi Awal
1 Bangunan
20.800.000
2 Mesin dan Peralatan
2.135.000
B Modal Kerja
118.536.000
Total Biaya
141.471.000
Sumber: Hasil pengolahan data
Sedangkan untuk modal kerja dalam memproduksi keripik singkong setiap tahunnya berbedabeda sesuai dengan kapasitas produksi pertahunnya. Berikut adalah modal kerja IKM Telaga Jaya
pada tahun 2011.
Tabel 4. Kebutuhan Modal Kerja IKM Telaga Jaya (Rp)
NO
Uraian
Tahun 2011
A Biaya Produksi
1. Biaya bahan baku
24.000.000
2. Biaya tenaga kerja langsung
30.000.000
3. Biaya overhead pabrik
57.216.000
Jumlah Biaya Produksi
111.216.000
B Biaya Administrasi dan Umum
1. Biaya pulsa (telepon)
600.000
2. Biaya operasi kendaraan
1.920.000
Jumlah Biaya Adminitrasi dan
2.520.000
Umum
C Biaya Pemasaran
1. Gaji bagian pemasaran
4.800.000
Total Kebutuhan Modal Kerja
118.536.000
Kebutuhan modal kerja dalam 1 bulan
9.878.000
Sumber: Hasil pengolahan data

135

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Yogyakarta, 26 November 2016

ISSN : 1979 – 911X
eISSN : 2541 – 528X

2.5 Kriteria kelayakan bisnis
Tabel 5. Analisis Kelayakan Investasi
Hasil
Standar
Kriteria
NO Metode
Perhitungan
Kelayakan
Kelayakan
72.000 Kg BEP < Kapasitas
1 BEP
4307 Kg
Perusahaan
72.000 Kg BEP < Produksi
0
NPV > 0
2 NPV
Rp. 108.773.516
15%
IRR > i
3 IRR
21.79%
1
PI > 1
4 PI
2,3
5 th
PP < Umur Usaha
5 PP
3 th, 11 bln
Sumber: Hasil pengolahan data

Rekomedasi
Layak

Layak
Layak
Layak
Layak

2.6 Kemasan produk
Produk pangan yang dikemas wajib mencantumkan label, baik di dalam atau diluar kemasan
(PP no. 69 tahun 1999) (Anonim, 2014). Label dapat dituangkan dalam bentuk gambar, tulisan,
ataupun kombinasi keduanya. Melalui label produk yang digunakan, para pebisnis bisa menyampaikan
informasi kepada calon konsumen mengenai kualitas, legalitas dan brand/logo suatu produk agar
mudah di ingat oleh konsumen.
Adapun hal-hal yang menjadi analisa label kemasan produk keripik singkong IKM Telaga Jaya
adalah sebagai berikut:
a. Nama atau brand produk
Untuk membuat brand produk, yang perlu diperhatikan adalah mencantumkan nama jenis olahan
dan merk dagang yang digunakan. Keripik singkong IKM Telaga Jaya sudah dikenal dengan merk
keripik singkong way suluh, hal tersebut dikarenakan lokasi IKM Telaga Jaya berada di desa Way
suluh sehingga nama tempat mudah melekat di benak konsumen.
b. Informasi produsen atau distributor
Asal-usul produsen maupun distributor produk menjadi salah satu hal penting dalam label produk.
Hal ini memudahkan konsumen atau calon pengecer untuk mendapatkan produk tersebut, selain itu
informasi juga dapat digunakan untuk mengakses lokasi usaha. Informasi yang dicantumkan pada
label keripik singkong IKM Telaga Jaya adalah nama produsen, alamat dan nomor telpon pimilik
dan karyawan bagian pemasaran.
c. Legalitas produk
Legalitas atau perizinan produk digunakan untuk membangun kepercayaan (Trust) kepada
konsumen terhadap produk yang membuktikan bahwa produk sudah berada dalam pengawasan
pemerintah dan aman untuk dikonsumsi. Legalitas atau perizinan untuk industri rumah
tangga/UMKM adalah P-IRT (Perizinan Industri Rumah Tangga) yang dikeluarkan oleh dinas
kesehatan setempat.
3. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek kelayakan bisnis, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa usaha keripik singkong Telaga Jaya di kabupaten Pesisir Barat dinyatakan layak
dan potensi untuk dikembangkan.
1. Aspek pasar dan pemasaran, Usaha keripik singkong Telaga Jaya dinyatakan layak diteruskan
karena selama tahun 2011 hingga tahun 2016 permintaan keripik singkong meningkat yaitu sebesar
12.000 kg, 24.000 kg, 48.000 kg, 48.000 kg, 72.000 kg. sedangkan peluang pasar masih tersedia
sehingga IKM Telaga Jaya masih berpotensi untuk meningkatkan penjualan pada tahun berikutnya.
2. Aspek teknis dan teknologi, usaha keripik singkong Telaga Jaya dinyatakan layak namun pada
mesin produksi perlu ditingkatkan dengan menambah sentuhan teknologi yang lebih modern.
Sedangkan lokasi usaha yang strategis dan bahan baku yang memadai sudah dapat memenuhi
produksi selama lima tahun terakhir.

136

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Yogyakarta, 26 November 2016

ISSN : 1979 – 911X
eISSN : 2541 – 528X

3. Aspek manajemen dan organisasi, Usaha keripik singkong Telaga Jaya dinyatakan belum layak
dalam menerapkan manajemen dan organisasi dalam usahanya, selain itu IKM Telaga Jaya belum
memiliki legalisasi seperti pajak penghasilan dalam menjalankan usahanya sehingga usaha sulit
untuk berkembang.
4. Aspek keuangan, Net Present Value (NPV) positif yaitu Rp 108.773.516,-. Internal Rate of Return
(IRR) 21,79% lebih besar dari tingkat suku bunga kredit yaitu 15%. Profitability Indeks (PI) 2,3
lebih besar dari 1(satu) dan periode pengembalian investasi Payback Period (PP) 3(tiga) tahun, 11
bulan lebih pendek dari umur ekonomis usaha yang dianalasis yaitu 5(lima) tahun. Sehingga dari
kelima hasil kriteria penilaian kelayakan bisnis menujukan bahwa usaha keripik singkong Telaga
Jaya dinyatakan layak dan potensi untuk dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014, Penerapan Label Pangan, http://www. clearinghouse.pom.go.id/content-penerapanlabel-pangan.html, diakses tgl 15 Maret.
Harmaizar Z., dkk. 2006, Mengenali Potensi Wirausaha, Edisi-I, CV Dian Anugerah Prakasa, Bekasi.
Husein Umar, 2007, Studi Kelayakan Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kasmir dan Jakfar, 2010, Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua, Prenada Media Group, Jakarta.

137