SANG LINGKUNGAN YANG panas KELAM
SANG LINGKUNGAN YANG KELAM
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Awan awan di sekitar telah meredup
Dibuat dengan tangan-tangan yang sangat kotor
Dibuat menjadi kabut yang kelam yang tak terlihat
Lingkungan sudah rapuh dipandang`
Nirwana sudah kelam dan menangis
Dibuat dengan tangan-tangan yang sangat kotor
Lingkungan sudah lelah menampung kesedihan
Awan sudah pantas berjerit;
Manakah yang harus diberi senyuman?
Sedangkan lingkungan sudah hampa`
Manakah yang harus di peluk dengan kehijauan?
Sedang lingkungan sudah berjerit lantang;
SANG ALANG ALANG YANG TERINJAK
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Dahulu, mentari selalu bisa terlihat dengan lantang
Sang alang alang bisa di gapai di lingkungan hijau’
Dahulu, senja datang selalu bisa berbicara dengan sang alang alang yang hijau nan rimbun;
Kini semua usai!- alang alang yang tertanam di lingkungan
Warna warna hijau telah sirna oleh perusak
Sang alang alang telah terinjak dengan para pelangkah
Sang alang alang tidak terlihat kembali
Sang hijau sudah tidak bisa dipandang
Adakah rasa iba dengan sang alam ini?
Sang alang alang tidak bisa berbicara
Terinjak-, terusik. Ketika tersenyum; oleh perusak!
Sang alang alang telah sirna
Oleh para langkah langkah yang jahil’
JAKARTA YANG TERDOKTRIN
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Jakarta...
Yang terbuai dengan ribuan sang pencakar langit
Cangkriman sejuta ribuan yang terdoktrin
Jakarta yang dikhianati oleh para pendoktrin
Jakarta nan indah...
Jakarta sanak ramai?
Tetapi ribuan kicauan mengatakan tidak
Mengapa seperti itu wahai Jakarta ?
Mengapa sang pendoktrin kejam ?
Nyata-Nya sang Jakarta bahagia
Bukan menangis karna dikhianati
Nyata-Nya sang Jakarta tertawa
Tetapi sang pendoktrin terus mencerca;
SEJUK KU TELAH SIRNA
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Ketika dahulu mentari datang mendekat
Aku membilang terhadap semesta; aku ingin kesejukkan
Namun sekarang telah sirna dengan para blandong
Telah sirna dengan para dursila
Kesejukkan ku telah dibabat dengan senjata hitam
Dibuat dengan api membara
Dibuat dengan blandong kayu yang hampa
Kini sejukku telah sirna
Tak ada lagi yang memeluk lelap ku’
Kini sejukku layak seperti bendi yang berjalan hampa;
GEDUNG GEDUNG GEMERLAP TAK BERBOBOT
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Saat senja mendekat ada banyak gedung gedung gemerlap nan cahaya;
Gedung gedung pencakar langit yang menutup sejuk
Gedung gedung yang seperti-danyang dipandang
Gedung gedung gemerlap yang tak berbobot
Membuat indah sang malam hampa
Membuat sang senja menangis terluka
Membuat sang mentari berjerit histeris
Gedung gedung gemerlap yang tak berbobot
Boleh kah sang semesta terpukul?
Sedang kau merusak darma
Sedang kau merusak mata indah senja yang akan datang;
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Awan awan di sekitar telah meredup
Dibuat dengan tangan-tangan yang sangat kotor
Dibuat menjadi kabut yang kelam yang tak terlihat
Lingkungan sudah rapuh dipandang`
Nirwana sudah kelam dan menangis
Dibuat dengan tangan-tangan yang sangat kotor
Lingkungan sudah lelah menampung kesedihan
Awan sudah pantas berjerit;
Manakah yang harus diberi senyuman?
Sedangkan lingkungan sudah hampa`
Manakah yang harus di peluk dengan kehijauan?
Sedang lingkungan sudah berjerit lantang;
SANG ALANG ALANG YANG TERINJAK
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Dahulu, mentari selalu bisa terlihat dengan lantang
Sang alang alang bisa di gapai di lingkungan hijau’
Dahulu, senja datang selalu bisa berbicara dengan sang alang alang yang hijau nan rimbun;
Kini semua usai!- alang alang yang tertanam di lingkungan
Warna warna hijau telah sirna oleh perusak
Sang alang alang telah terinjak dengan para pelangkah
Sang alang alang tidak terlihat kembali
Sang hijau sudah tidak bisa dipandang
Adakah rasa iba dengan sang alam ini?
Sang alang alang tidak bisa berbicara
Terinjak-, terusik. Ketika tersenyum; oleh perusak!
Sang alang alang telah sirna
Oleh para langkah langkah yang jahil’
JAKARTA YANG TERDOKTRIN
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Jakarta...
Yang terbuai dengan ribuan sang pencakar langit
Cangkriman sejuta ribuan yang terdoktrin
Jakarta yang dikhianati oleh para pendoktrin
Jakarta nan indah...
Jakarta sanak ramai?
Tetapi ribuan kicauan mengatakan tidak
Mengapa seperti itu wahai Jakarta ?
Mengapa sang pendoktrin kejam ?
Nyata-Nya sang Jakarta bahagia
Bukan menangis karna dikhianati
Nyata-Nya sang Jakarta tertawa
Tetapi sang pendoktrin terus mencerca;
SEJUK KU TELAH SIRNA
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Ketika dahulu mentari datang mendekat
Aku membilang terhadap semesta; aku ingin kesejukkan
Namun sekarang telah sirna dengan para blandong
Telah sirna dengan para dursila
Kesejukkan ku telah dibabat dengan senjata hitam
Dibuat dengan api membara
Dibuat dengan blandong kayu yang hampa
Kini sejukku telah sirna
Tak ada lagi yang memeluk lelap ku’
Kini sejukku layak seperti bendi yang berjalan hampa;
GEDUNG GEDUNG GEMERLAP TAK BERBOBOT
KARYA KHOIRIYAH NUR KOMALASARI
Saat senja mendekat ada banyak gedung gedung gemerlap nan cahaya;
Gedung gedung pencakar langit yang menutup sejuk
Gedung gedung yang seperti-danyang dipandang
Gedung gedung gemerlap yang tak berbobot
Membuat indah sang malam hampa
Membuat sang senja menangis terluka
Membuat sang mentari berjerit histeris
Gedung gedung gemerlap yang tak berbobot
Boleh kah sang semesta terpukul?
Sedang kau merusak darma
Sedang kau merusak mata indah senja yang akan datang;