HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN PROTEI

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN
STATUS GIZI (SGA) PADA PASIEN RAWAT JALAN HEMODIALISIS
DI YAYASAN GINJAL DIATRANS INDONESIA, JAKARTA TIMUR
TAHUN 2014
Venny Kusuma Wardani
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta
(Fikes-S1 Gizi)
ABSTRAK
Penyakit Ginjal Kronik merupakan suatu keadaan di mana ginjal mengalami
kelainan struktur atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung lebih dari 3 bulan
dengan laju filtrasi glomerulus yang menetap di bawah 60 ml/menit. Pada pasien
penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis memiliki faktor spesifik lain yang
meningkatkan kejadian malnutrisi energi protein. Hemodialisis yang tidak adekuat
akan meningkatkan keluhan mual, muntah dan gangguan gastrointestinal,
ditambah diet yang tidak tepat yang akan memperburuk asupan gizinya yang
memberi dampak penurunan status gizinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dan
protein dengan status gizi (SGA) pada pasien rawat jalan hemodialisis di Yayasan
Ginjal Diatrans Indonesia Jakarta Timur tahun 2014. Penelitian ini menggunakan
desain cross-sectional di mana seluruh variabel dilihat dalam waktu bersamaan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2014 dengan jumlah responden

96 orang yang melakukan hemodialisis rawat jalan 2 x seminggu. Metode
pengambilan data asupan energi dan protein dengan recall 1x 24 jam & food
record, serta pengambilan data status gizi Subjective Global Assessment dengan
kuisioner Form SGA. Berdasarkan uji chi – square fisher exact diketahui tidak
ada hubungan asupan energi dengan status gizi (SGA) p fisher exact = 0.106 atau p >
0.05, namun untuk asupan protein dengan status gizi (SGA) ada hubungan yang
bermakna pada p fisher exact = 0.028 atau p < 0.05.
Kata kunci : Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, SGA, Hemodialisis
PENDAHULUAN
Masalah penyakit degeneratif merupakan perubahan gaya hidup yang
tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat saat ini. Perubahan gaya hidup
dan pola makan masyarakat yang cenderung tinggi kolesterol dan protein dapat
munculnya penyakit degeneratif yang merupakan salah satu penyebab yang dapat
merusak ginjal. Selain itu, kerusakan ginjal juga disebabkan dari berbagai
penyakit infeksi dan penggunaan obat – obatan (Fransisca, K, 2011).
Penyakit ginjal kronik merupakan kondisi yang menyebabkan fungsi
ginjal berkurang selama periode waktu. Penyakit ginjal kronik muncul ketika laju
filtrasi glomerulus pasien tetap di bawah 60 ml/menit selama lebih dari 3 bulan
atau bila rasio urine albumin-kreatinin pasien lebih dari 30 miligram (mg)


albumin untuk setiap gram (g) kreatinin (30 mg/g) (Kidney For United States,
2012).
Berdasarkan data populasi penelitian National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES) diketahui prevalensi penyakit ginjal kronik
berdasarkan Estimated Glumerulus Filtration Rate (eGFR) < 60ml/menit/1,73 m2
terjadi peningkatan dari tahun 1988-1994 sebesar 4,9% menjadi 6,7 % pada tahun
2005 – 2010. Sedangkan bila berdasarkan Albumin Creatinin Ratio (ACR) ≥
30mg/g untuk tahun yang sama juga ada peningkatan prevalensi dari 8,8%
menjadi 9,4% (URSD, 2013).
Sedangkan di Indonesia, menurut data dari PERNEFRI (Persatuan
Nefrologi Indonesia) pada tahun 2011 diperkirakan ada 70 ribu penderita ginjal di
Indonesia, namun yang terdektesi menderita gagal ginjal kronik tahap akhir yang
menjalani terapi hemodialisis (cuci darah) hanya 4000 orang sampai 5000 orang
(Fransisca, K, 2011). Pada tahun 2012 dalam survey komunitas yang dilakukan
PERNEFRI didapatkan prevalensi populasi yang memiliki gangguan ginjal sudah
ada 12,5% yang diujikan terhadap 9.412 po pulasi di 4 kota Indonesia (Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Bali) yang disampaikan oleh Dharmeizar sebagai Ketua
PERNEFRI dalam acara Hari Ginjal Sedunia di Hotel Akmani, Jakarta Pusat pada
tanggal 6 maret 2012 (Tempo, 2012). Pada tahun 2013 berdasarkan data survey
yang dilakukan PERNEFRI mencapai 30,7 juta penduduk yang mengalami

Penyakit Ginjal Kronik dan menurut data PT ASKES ada sekitar 14,3 juta orang
penderita Penyakit Ginjal Tingkat Akhir yang saat ini menjalani pengobatan
(Sadikin,R.A, 2013).
Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan suatu kondisi dimana terjadi
kehilangan massa otot, lemak dan cadangan protein viseral yang tidak sepenuhnya
disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat. Pada pasien penyakit ginjal
kronik hemodialisis memiliki faktor spesifik lain yang meningkatkan kejadian
malnutrisi energi protein. Hemodialisis akan meningkatkan katabolisme protein
sebesar 4 – 9 gram asam amino dan 2 – 3 gram asam amino peptida akan tebuang
dalam satu sesi hemodialisis. Penggunaan dialiser pakai ulang akan semakin
meningkatkan kehilangan asam amino dan albumin. (PERNEFRI, 2011).
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia karena
merupakan salah satu klinik (khusus) dialisis yang mengedepankan kualitas hidup
pasiennya tanpa melihat baik secara ekonomi, sosial maupun dalam kemandirian
dengan jumlah pasien 126 orang dengan 19 alat hemodialisis yang dibagi menjadi
2 shift dan 3 shift. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan asupan energi dan protein dengan status
gizi (SGA) pada pasien rawat jalan hemodialisis di Yayasan Ginjal Diatrans
Indonesia, Jakarta Timur tahun 2014. .
BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional
dengan menggunakan metoda pendekatan deskriptif dan analitik. Penelitian ini
dilakukan di Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia Jakarta Timur pada bulan Juli –
Agustus 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penyakit ginjal kronik
hemodialisis bulan Juli – Agustus. Sedangkan sampel yaitu seluruh pasien
hemodialisis yang bersedia, sesuai kriteria inklusi dan ekslusi untuk dijadikan

sampel dan berdasarkan perhitungan didapatkan jumlah sampel sebanyak 96
responden.
Pengumpulan data meliputi data karakteristik responden (umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penyakit penyerta), asupan energi, asupan
protein, status gizi berdasarkan Subjective Global Assessment (SGA). Metode
yang digunakan adalah wawancara menggunakan kuesioner, asupan energi dan
protein menggunakan food recall 1x 24 jam & food record sehari setelah
hemodialisis, status gizi (SGA) menggunakan Form SGA dengan kategori
berdasarkan skor yaitu status gizi buruk ≤ 14, status gizi ringan-sedang 15 – 35,
dan status gizi baik ≥36.
Analisis uji statistik yang dilakukan adalah uji Chi-Square untuk
menentukan variabel asupan energi dan protein yang berhubungan dengan status

gizi berdasarkan Subjective Global Assessment (SGA) pada pasien penyakit ginjal
kronik hemodialisis. Sedangkan uji Fischer Exact digunakan jika uji Chi Square
tidak memenuhi syarat yaitu apabila sel yang memiliki nilai expected kurang dari
5 berjumlah >20%. Penentuan besar resiko diperoleh menggunaakan odds ratio.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Distribusi analisis univariat pada anak sekolah dasar dapat dilihat pada
tabel 1 berikut:
Tabel 1. Distribusi Analisis Univariat Sampel
Variabel
Umur
Dewasa 19 - 55 tahun
Lansia ≥ 56 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
≤ SMP
SMA
Akademi/ PT

Pekerjaan
Tidak Bekerja
Bekerja
Penyakit Penyerta
Tidak ada
Ada
Asupan Energi
Kurang < 90%
Cukup ≥ 90%
Asupan Protein
Kurang < 90%
Cukup ≥ 90%

n

%

67
29


69,8
30,2

73
23

76
24

7
48
41

7,3
50
42,7

47
49


49
51

1
95

1
98,9

64
32

66,7
33,3

76
20

79,2
20,8


Status Gizi (SGA)
Status Gizi ringan-sedang
Status Gizi Baik

92
4

95,8
4,2

Berdasarkan tabel 1 diatas, dari 96 sampel menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berumur dewasa (19-55tahun) yaitu sebanyak 69,8%. Responden
mayoritas berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 76%. Sebanyak 50%
responden memiliki pendidikan SMA. Ada 51% responden yang masih berkerja
yaitu berkerja sebagai karyawan swasta. Berdasarkan data hasil penelitian
diketahui 98,9% responden mempunyai penyakit penyerta. 73 responden laki –
laki yang mempunyai penyakit hipertensi ada 54 orang, sisanya DM tipe 2 ( 10
orang) dan penyakit lain ada 9 orang. Sedangkan dari responden perempuan yang
mempunyai komplikasi hipertensi ada 18 orang, sisanya DM tipe 2 (3 orang) dan

2 orang menderita penyakit lain seperti asam urat dan radang ginjal. Hipertensi
merupakan penyakit penyerta yang paling banyak diderita oleh responden
hemodialisis. Hasil penelitian, asupan energi responden didapatkan sebagian besar
kurang < 90% yaitu 66,7% dengan rata – rata asupan energi responden 85.9%.
Sedangkan asupan protein responden sebagian besar kurang < 90% yaitu 79,2%
dengan rata-rata asupan protein responden 82,99%. Status Gizi berdasarkan
Subjective Global Assesment (SGA) responden dominan, yang berstatus gizi
ringan – sedang yaitu 95.8% dengan rata-rata nilai scoring 23,45.
Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat antara variabel independen dan variabel dependen
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Analisis Bivariat Sampel
Status Gizi (SGA)
Ringan Asupan Energi

Total

Baik

Sedang


p
OR

value

(95%CI)

fisher
exact

n

%

n

%

n

%

Kurang (