Konsepsi Ilmu dalam Islam doc

Modul V:

KONSEPSI ILMU ALLAH

Allah SWT telah menciptakan dan menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan
sistem yang menyeluruh. Antara satu sama lain ada perakitan dan manfaatnya sendiri.
Allah SWT yang menjadikan semua isi alam ini dari yang sekecil-kecilnya hingga yang
paling besar, yang nyata dan yang ghaib. Dari sifat pengetahuan Allah SWT yang Maha
Mengetahui inilah, sehingga Allah SWT menjadi sumber ilmu.
Dengan ilmu Allah SWT tersebut, kemudian Dia mengajar manusia terhadapo apa-apa
yang tidak diketahui menjadi diketahuinya. Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara
resmi kepada Rasul-Nya dan ini kemudian menjadi pedoman hidup (minhajul hayah).
Ada ilmu Allah SWT yang diturunkansecara tidak resmi dan ini menjadi sarana hidup
(wasailul hayah).
Kedua ilmu tersebut sangat bermanfaat untuk memeproleh kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Islam mendorong kaumnya untuk menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat.
"Barangsiapa menginginkan dunia maka ada ilmunya. Barangsiapa menginginkan
akhirat maka ada ilmunya. Barangsiapa menginginkan keduanya, maka diperlukan ilmu
keduanya" (Al Hadits).
PEMBAHASAN
Dalam asmaul husna Allah SWT disebut sebagai Al ‘Alim (Yang Maha Mengetahui).

Bahwasanya ilmu Allah SWT tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja yang ada di langit
1

dan di bumi, yang dahulu, sekarang ataupun besok, baik yang ghaib maupun yang nyata:
"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang
ada di langit dan di bumi.."(Al Hajj:70)
"Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang mengetahui yang ghaib dan yang
nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang" (Al Hasyr:22)
Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah SWT. Sebutir biji di dalam gelap gulita
bumi yang berlapis tetap diketahui Allah SWT:
"Di sisi-Nya segala anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia
sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai
daun kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita
bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya dalam
Kitab yang terang" (Al An'am:59)
Ilmu Allah SWT maha luas, tak terjangkau dan tak terbayangkan oleh akal pikiran, tiada
terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah, dan akan terjadi serta yang mengaturnya.
Manusia, malaikat, dan makhluq manapun tak akan bisa menyelami lautan ilmu Allah
SWT. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Dalam
tubuh manusia tak semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin banyak misteri yang
harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih merupakan hal yang teramat
rumit untuk dikaji. Belum lagi tentang astronomi, berapa banyak bintang, galaksi di
langit, berapa jauhnya, bagaimana cara mencapainya, proses terjadinya, apakah ada
penghuninya, dsb. Jika kita menatap ke luar angkasa betapa kecil bumi ini bagaikan debu
bahkan lebih kecil dari itu. Andaikan saja ada manusia yang menguasai planet bumi
sebagai miliknya pribadi, maka di hadapan alam di ruang angkasa ini dia hanyalah
memiliki debu tak berarti. Jika saja ada manusia menguasai bumi, dia hanya menguasai
debu. Sementara kekuasaan, kerajaan Allah SWT tak akan tertandingi sedikitpun jua.
Allah SWT menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia bila
dibandingkan dengan ilmu Allah SWT, dengan perumpamaan air laut bahkan tujuh lautan
dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah SWT, niscaya tidak akan habis-habisnya
kalimat Allah tersebut dituliskan:
"Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelumhabis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula" (Al Kahfi:109)
"Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat"
(Luqman:27).

Allah SWT telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isi dan peristiwa yang
terkandung di dalamnya merupakan fenomena yang sangat mengesankan dan
menakjubkan akal serta hati sanubari manusia. Itulah alam semesta atau al kaun
(universum). Simaklah firman Allah SWT berikut ini:
"Dia lah Allah Yang menciptakan, Yang mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang
2

Mempunyai Nama-nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di
langit dan di bumi . Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Hasyr:
24).
Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi ayata-ayat-Nya, baik yang qouliyah
maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya,serta dorongan/ motivasi
untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya. "Hai jama'ah jin dan manusia jika
kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan" (Ar Rahman :33). Dengan ayat
ini manusia akan mengerti jika ingin menembus langit diperlukan energi yang besar.
Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini manusia harus mampu
mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al Qur'an yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya. Allah SWT telah menciptakan alam beserta isi
dan sistemnya dan juga telah mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati Al

Qur'an, akan melahirkan kajian-kajian yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya.
Timbulnya ilmu pengetahuan, disebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia yang
berkemauan hidup bahagia. Dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan hidupnya itu,
manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka menengadah ke langit, memandang alam
sekitarnya dan melihat dirinya sendiri. Dalam hal ini memang telah menjadi qudrat dan
iradat Nya, bahwa manusia dapat memikirkan sesuatu kebutuhan hidupnya. Telah
tercantum dalam Al Qur'an perintah Allah SWT : "Katakanlah, perhatikanlah apa yang
ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul
yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman" (Yunus: 101).
Hasil dari pemikiran manusia itu melahirkan ilmu pengetahuan dengan berbagai
cabangnya. Maka ilmu pengetahuan bukanlah musuh atau lawan dari iman, melainkan
sebagai wasailul hayah (sarana kehidupan) dan juga nantinya yang akan membimbing ke
arah iman. Sebagaimana kita ketahui, banyak ahli ilmu pengetahuan yang berpikir dalam,
telah dipimpin oleh pengetahuannya kepada suatu pandangan, bahwa di balik alam yang
nyata ini ada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur dan menyusunnya, memelihara
segala sesuatu dengan ukuran dan perhitungan.
Herbert Spencer dalam tulisannya tentang pendidikan, menerangkan sebagai berikut:
"Pengetahuan itu berlawanan dengan khurafat, tetapi tidak berlawanan dengan agama.
Dalam kebanyakan ilmu alam kedapatan paham tidak bertuhan (atheisme), tetapi
pengetahuan yang sehat dan mendalami kenyataan, bebas dari paham yang demikian

itu. Ilmu alam tidak bertentangan dengan agama. Mempelajari ilmu itu merupakan
ibadat secara diam, dan pengakuan yang membisu tentang keindahan sesuatuyang kita
selidiki dan kita pelajari, dan selanjutnya pengakuan tentang kekuasaany Penciptanya.
Mempelajari ilmu alam itu tasbih (memuji Tuhan) tapi bukan berupa ucapan, melainkan
tasbih berupa amal dan menolong bekerja. Pengetahuan ini bukan mengatakan mustahil
akan memperoleh sebab yang pertama, yaitu Allah".
"Seorang ahli pengetahuan yang emlihat setitik air, lalu dia mengetahuinya bahwa air
itu tersusun dari oksigen dan hidrogen, dengan perbandingan tertentu, dan kalau
3

sekiranya perbandingan itu berubah, niscaya air itu akan berubah pula menjadi sesuatu
yang bukan air. Maka dengan itu ia akan meyakini kebesaran Pencipta, kekuasaan dan
kebijaksanaan-Nya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu alam, akan
melihatnya idak lebih dari setitik air".
Manusia sejak zaman dahulu telah mengerahkan daya akal untuk menyelidiki rahasia
serta mencari hubungannya dengan kebutuhan dan tujuan hidupnya di atas bumi ini.
Maka lahirlah para ahli ilmu alam seperti astronom, meteorolog, geolog, fisikawan, dsb
beserta para ahli filsafatnya di bidang tersebut.
Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi terbagi dalam dua kelompok,
yaitu kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan

diciptakannya samapai sekarang ini tak berubah dan kelompok yang beranggapan bahwa
alam semesta ini dinamis, bergerak atau berubah.
Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu
pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh
adanya red shift, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan
dahsyat. Materi yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama
lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton,
neutron, dan elektron, tidak mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena
mengembang, maka suhu menurun sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk
inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan macam atom yang terbentuk.
Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit.
Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh unsur
hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan
dominan
Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi,
transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2.
Dalam proses pengembungan inienergi sinar banyak terpakai dan meteri semakin
dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari meteri dan sinar menmjadi sama.
Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa meteri larut dalam panas radiasi, seperti garam
larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, matei dan gravitasi dominan,

terdapat differensiasi yang tadinya homogin. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan
garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari
kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola
gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi sangat cepat. Akibat
kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold
reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya.
Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisasisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang
lebih besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar.
Proses kondensasi bintang pembentukan planet membutuhkan waktu beberapa ratus juta
tahun. Kita mengetahui bahwa bulan bergerak menjauhi bumi, hal ini berarti bahwa
4

beberapa milyar tahun yang lalu bumi dan bulan itu satu, dan bulan merupakan pecahan
dari bumi yang memisahkan diri. Firman Allah SWT:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya fahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman" (Al Anbiya: 30)
Konsep ini jelas menunjang teori kedinamisan alam semesta. Orang Rusia berdasarkan
umur batu bulan, telah menetapkan bahwa bulan berumur 4,5 milyar tahun.

Dalam mempelajari red shift, jarak diukur dengan tahun cahaya, bukan dengan kilometer.
Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik, sedangkan beberapa galaxi beberapa juta
tahun cahaya jauhnya. Pada waktu kita memandang galaxi yang sangat jauh itu,
sebetulnya kita sedang meneropong jauh ke masa yang silam. Dalam mempelajari galaxi
yang jauhnya satu milyar tahun cahaya , sebetulnya membuktikan bahwa satu milyar
tahun yang lalu alam semesta ini mengembung dengan kecepatan yang lebih tinggi dari
sekarang. Hal ini berarti pula bahwa kita berada di alam semesta yang dinamis, bukan
statis.
Lain daripda itu penurunan kecepatan mengembung meramalkan bahwa pada suatu
waktu pengembungan itu akan berhenti, kemudian berkontraksi, pada akhirnya kembali
kepada situasi kepadatan seperti asalnya lebih kurang lima milyar tahun yang lalu.
Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa alam semesta ini mengembung dan
mengempis. Untuk lebih lanjut perhatikan uraian George Gemov dalam bukunya The
Creation of the Universe, hal.36: "...bahwa tekanan raksasa yang terjadi pada
permulaan sejarah alam semesta, adalah akibat dari suatu kehancuran yang terjadi
sebelumnya , dan bahwa pengembungan yang sekarang ini sebenarnya hanyalah suatu
gerak kembali yang elastis yang terjadi segera setelah tercapai kepadatan maximun yang
diizinkan."
Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana besarrnya tekanan yang tercapai pada
kepadatan yang maksimum itu, tetapi menurut semua petunjuk tekanan itu sungguhsungguh amat tinggi. Besar kemungkinan seluruh massa alam semesta yang mempunyai

kemungkinan bentuk yang bagaimanapun dalam masa pra kehancuran telah dimusnahkan
secara sempurna, dan bahwa atom-atom dan intinya telah dipecahkan menjadi proton,
neutron, dan elektron serta partikel dasar lainnya, jadi tak ada satupun yang bisa
dituturkan tentang masa alam sebelum pemadatan alam semesta itu. Segera setelah
kepadatan massa alam semesta itu mencapai titik maksimum, kepadatan yang sangat
tinggi itu hanya bertahan dalam waktu sebentar saja.
Segala sesuatu yang berada dalam alam semesta, adalah merupakan ciptaan (makhluq)
Allah SWT sebegai refleksi dan manifestasi dari wujud Allah SWT dengan segala sifat
kesempurnaan-Nya. Karena itu manusia tidak habis-habisnya mengagumi isi al kaun ini
terus mengambil pelajaran dan ibroh yang bermanfaat dari padanya.

5

"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah
sekali lagi niscaya penglihtaanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan
sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah" (Al Mulk: 3,4)
Tegaknya langit, keseimbangan benda-benmda langit sesuai dengan ciptaan dan
pengaturan dari Penciptanya.

"Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan)" (Ar
Rahman:7)
"Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika
keduanya akan lenyap tidaka tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya
selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah maha Penyantun lagi Maha Pengampun"
(Faathir:41)
Ayat di atas menyatakan adanya semacam penahan yang membawa kepada ketenangan
benda-benda langit, meskipun benda-benda langit itu saling bergerak. Hal ini
menunjukkan kenyataan kebenarannya terhadap ummat manusia.
Para ahli fisika sudah cukup lama mengenal gaya gravitasi antara benda-benda bermassa
yang bekerja secara luas dalam alam ini. setelah Issac Newton pada tahun 1686
merumuskan hukum gravitasi, maka orang dapat dengan mudah memahami dan
menerangkan berbagai peristiwa dalam jagad raya ini. Hukum-hukum Kepler yang sudah
ada sebelum Newton, ternyata dapat dipahamkan sebagai akibat saja dari hukum gravitasi
Newton tersebut.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa universum itu berjalan dengan eksak,
kokoh, teratur, rapi dan harmonis, yang tidak akan ada habis-habisnya menjadi tantangan
yang menakjubkan bagi manusia. Setelah beriman kepada Allah, maka menjadi mudah
bagi kita untuk menerima, bahwa hukum-hukum itu adalah sunatullah atau aturan-aturan
yang telah ditetapkan Allah bagi makhluq-Nya yang tidak berubah-ubah.

"Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat.
Rencana jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.
Tiadalah yang mereka nati-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah
berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan
menemui perubahan bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui
penyimpangan bagi sunnah Allah itu." (Faathir: 43)
Demikianlah, Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, seimbang,
beraturan, sistemik. Maka Dia jualah yang paling tahu hakikat dan tujuan penciptaa-Nya,
dan telah dikabarkannya ciptaan Allah SWT itu kepada manusia. Manusia telah
diperintahkan untuk bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu memanfaatkannya.
Dan agar manusia mampu mengenal pencipta-Nya serta mengagungkan-Nya; Dia lah
Allah SWT tiada Tuhan selain-Nya. Dengan ilmu-Nya Allah mengajarkan kepada hamba6

Nya apa-apa yang telah diciptakan dengan proses terjadinya, sehingga manusia akan
menjadi tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
menyebar ke setiap penjuru ufuk kehidupan manusia. Dengan ilmunya manusia
diharapkan menemukan kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan kehidupan.
"Kami akan memperlihatkan kapada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap
ufuk pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah
benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu?" (Fushshilat: 53).
Ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah.
Allah SWT menuangkan sebagian kecil dari ilmu Nya kepada umat manusia dengan dua
jalan. Pertama, dengan ath thoriqoh ar rosmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu
melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayatayat qauliyah. Kedua, dengan ath thoriqoh ghoiru rosmiyah (jalan tidak resmi) yaitu
melalui ilham secara kepada makhluq-Nya di alam semesta ini (baik makhluq hidup
maupun yang mati), tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril. Kerena tak melalui
perantaraan malaikat Jibril maka bisa disebut jalan langsung (mubasyarotan). Kemudian
jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.
Wahyu dalam pengertian ishtilahi adalah: "kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi
dan Rasul-rasul yang menjadi hudan (petunjuk) bagi umat manusia", baik yang
diturunkan langsung, dari belakang tabir (min wara' hijab) maupun yang diturunkan
melalui malaikat Jibril, seperti firman Allah SWT:
"Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seseorang
(malaikat) lalu diwahyukan kepadaNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Tinggi lagi maha Bijaksana" (Asy Syura:51)
Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu dipertegas karena ma'na wahyu secara lughawi
memiliki pengertian yang bermacam-macam, antara lain:
1. Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa untuk
menyusukan Musa yang masih bayi.
"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil)..." (Al Qashash:7).
1. Instink Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada lebah untuk bersarang di
bukit-bukit, pohon-pohon, dan dimana saja dia bersarang.
"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukitbukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia" (An
Nahl:68).
2. Isyarat, seperti yang diwahyukan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk
bertasbih pagi dan sore.
"Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada
mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang" (Maryam:11).
3. Perintah Allah kepada malaikat, untuk mengerjakan sesuatu seperti perintah
Allah kepada malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam perang Badr.
"(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat; Sesungguhnya

7

Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah
beriman..." (Al Anfal:12).
4. Bisikan syaitan
"...Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah
menjadi orang-orang yang musrik" (Al An'am :121).
Dalam ayat tersebut ada kata layuhuna (mewahyukan) yang berarti membisikkan.
5. Hadits Qudsi, juga termasuk dalam wahyu (hadits yang ma'nanya dari Allah
SWT, sedangkan redaksinya dari Rasulullah SAW), dan
6. hadits Nabawiy, (makna dan redaksinya dari Rasulullah SAW) karena pada
hakekatnya apa saja yang berasal dari Rasulullah SAW mempinyai nilai wahyu,
firman Allah SWT:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dia; dan bertaqwa-lah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya" (Al Hasyr:7).
Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam
semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha
membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian
mengambil kesimpulan. Allah SWT berfirman:
"Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (Al ‘Alaq:1-5).
"Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan padanya semua
buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang memikirkan" (Ar Ra'du:3)
"Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan, dan kebunkebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanamtanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir" (Ar Ra'du:4)
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orangorang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata):Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali Imron:190191).
Dengan mempelajari, mengamati, menyelidiki dan merenungkan alam semesta (al kaun)
dengan segala isinya, manusia dapat melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti:
Kosmologi, Astronomi, Botani, Meterologi, Geografi, Zoologi, Antropologi, Psikologi
8

dsb. Sedangkan dari mempelajari wahyu manusia melahirkan berbagai disiplin ilmu
seperti: Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih dsb.
Dengan memahami bahwa semua ilmu itu adalah dari Allah SWT maka dalam
mendalami dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pun (al kaun) harus mengacu firman
Allah SWT sebagai referensi, sehingga akan semakin meneguhkan keimanan. Selain itu
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terkendali serta mengenal adab. Sebagai
misal dalam dunia teknologi kedokteran, pengalihan sperma ke sebuah rahim seorang
wanita -dalam proses bayi tabung- maka harus memperhatikan sperma itu diambil dari
siapa diletakkan ke rahim siapa. Proses kesepakatan, perizinan juga harus jelas. Jangan
sampai bayi lahir menjadi tidak jelas nasabnya. Di bidang astronomi tidak boleh
diselewengkan untuk meramal nasib, padahal antara keduanya tak ada hubungan sama
sekali. Dalam hal menikmati keindahan alam, akan menjadi suatu kedurhakaan jika
dalam menikmatinya dengan membangun vila-vila untuk berbuat maksiyat. Namun
seorang mu'min menjadikan alam semesta adalah untuk tafakur agar dekat dengan-Nya.
Konsep
Kebenaran
Ilmu
Wahyu (al Qur'an dan as Sunnah) memiliki nilai kebenaran yang mutlak (al haqiqah al
muthlaqah) karena langsung berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Tetapi pemahaman
terhadap wahyu yang memungkinkan beberapa alternatif pemahaman tidaklah bersifat
mutlak. Sedangkan ilmu yang didapat dari alam semesta memiliki nilai kebenaran yang
nisbi (realtif) dan tajribi (eksprimentatif) atau dengan istilah al haqiqah at tajribiyah.
Kebenaran yang mutlak harus dijadikan burhan atau alat untuk mengukur kebenaran
yang nisbi, jangan sampai terbalik, justru kebenaran yang mutlak diragukan karena
bertentangan dengan kebenaran yang nisbi (relatif dan eksprimentatif). Sejarah ilmu
pengetahuan sudah membuktikan bahwa suatu penemuan atau teori yang dianggap benar
pada satu masa digugurkan kebenarannya pada masa yang akan datang. Hal itu
disebabkan keterbatasan manusia. Dalam mengamati, menyelidiki dan menyimpulkan
segala fenomena yang ada dalam alam semesta. Oleh sebab itu jika terjadi pertentangan
antara kesimpulan yang didapat oleh manusia dari al kaun dengan wahyu, maka yang
harus dilakukan adalah menguji kembali kesimpulan tersebut, atau menguji kembali
pemahaman manusia terhadap wahyu. Logikanya, wahyu dan alam semesta semuanya
berasal dari Allah SWT yang Maha Benar, mustahil terjadi pertentangan satu sama lain.
Hikmah mengimani ilmu Allah SWT
Pertama, membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan Allah
SWT, sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia adalah ibarat setitik air laut
dibandingkan dengan air laut secara keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada
alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran dan
kedurhakaan kepada Yang Maha Mengetahui segalanya. Seharusnya manusia menjadikan
ilmu untuk alat ber-taqorub kepada-Nya, sebagaimana perilaku para ulil albab.
Kedua, dengan menyadari bahwa ilmu Allah SWT sangat luas, tidak ada satupun -betapa
pun kecil dan halusnya- yang luput dari ilmu Nya, maka manusia akan dapat mengontrol
tingkah laku, ucapan amalan batinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai Allah
9

SWT.
Ketiga, keyakinan terhadap ilmu Allah SWT akan menjadi terapi yang ampuh untuk
segala
penyelewengan,
penipuan
dan
kemaksiatan
lainnya.
Maka dalam pemahamannya adalah dengan mengaplikasikan sifat Allah SWT tsb dalam
kehidupan nyata sehari hari, berusaha melaksanakan perintah dan larangan-Nya baik
ditempat ramai maupun sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan "diketahui" atau "tidak
diketahui" oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Karena kita
menyadari betapa Allah SWT Maha Mengetahui yang pasti selalu melihat, mendengar,
memperhatikan
apa yang kita lakukan di mana dan kapan saja
Di zaman salafus sholeh, kita masih ingat kisah seorang gadis shalihah dengan ibunya
menjual susu. Suatu saat ibunya menyuruh dagangannya untuk dicampur dengan air, agar
mendapatkan untung yang lebih. Namun puterinya menolak. "Bukankah Khalifah Umar
tidak melihat?" kata sang ibu. "Tapi Tuhannya Umar mengetahui, bu!" kata putrinya. Tak
disangka percakapan itu didengar Umar bin Khaththab. Maka gadis shalihah tsb dipinang
untuk putera Umar sang Khalifah. Dan kitapun tahu persis bahwa dari seorang wanita
shalihah tsb, akhirnya menurunkan (cucu) tokoh Umar Bin Abdul ‘Aziz yang legendaris.
Juga kisah seorang anak gembala dengan sekian banyak gembalaan milik tuannya. Suatu
saat Umar bin Khaththab menguji kekuatan muroqobatullah-nya. Dikatakan kepada anak
tsb, bahwa kambingnya akan dibeli dengan harga yang lebih. Namun anak itu menolak.
"Kamu bisa mengatakan kepada tuanmu kambingnya dimakan binatang buas!" kata
Umar RA. "Lantas dimana Allah?" tanya anak tersebut. Subhanallah...
Sebenarnya bagi seorang muslim yang sudah ber-iltizam akan selalu merasa tenang,
bahagia karena segala amal kebaikannya tidak akan dirugikan sedikitpun baik diketahui
ataupun tidak oleh orang lain, kerena dia yakin bahwa Allah SWT telah mengawasinya.
Sehingga seorang al akh ash shodiq akan senantiasa beramal dengan ikhlas karena Allah
SWT semata, bukan karena orang lain, apalagi karena calon istri atau pun mertuanya.
Tidak bangga karena pujian, tidak merasa lemah karena celaan. Tetap semangat walau tak
diketahui orang, tak takabur ketika dilihat banyak orang. Juga tak takut dengan
kegagalannya, atau tak bangga diri dengan keberhasilannya. Apapun yang terjadi tak
akan mengoncangkan jiwanya, atau merusak muamalah dengan saudaranya (karena
mungkin saudara kita telah menilai salah terhadap diri kita), atau bahkan membahayakan
aqidahnya.
"Dan katakanlah; bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan" (At Taubah:105)

10