MAKALAH AGAMA Islam adalah Agama yang Ce

MAKALAH AGAMA
“Islam adalah Agama yang Cerdas”

Disusun Oleh:
Syarifah Asyaul Baity
NIM: F3517047

D3 Manajemen Bisnis
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2017

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa pola hidup masa kini condong pada
gaya hidup materialistik. Persaingan sangat ketat dalam mendapatkan segela sesuatu yang
dapat memberikan keuntungan. Kecondongaan perilaku yang konsumtif dan individualis
merupakan warna kehidupan masyarakat saat ini.
Dalam diri manusia sudah pasti ada nafsu yang mendorong untuk berbuat negatif,
tergantung pribadi masing-masing bagaimana menyikapi atau melawan nafsu tersebut.
Disadari atau tidak hal tersebut dapat menuntun untuk berbuat hal keji dan yang tidak diridhai

Allah SWT.
Masalah ini bukan hal yang asing dibicarakan, namun sampai sekarang masalah tersebut
masih tetap saja perlu dibahas dan disdiskusikan agar bisa saling mengingatkan. Mengapa
demikian? Karena pembahasan tentang penyakit hati adalah pembahasan yang sangat penting
yang berkaitan dengan pengamalan Agama Islam secara benar.
Sekarang ini banyak sekali orang yang merasa dirinya beriman, dan bertaqwa. Mereka juga
beribadah, namun sebagian orang ada yang beribadah semata-mata karena karena ingin dilihat
dan dicap sebagai orang yang baik oleh orang lain. Di makalah ini saya akan membahas tentang
Riya’.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Riya’?
2. Mengapa kita tidak boleh berbuat Riya’?
3. Bagaimana solusi menghindari Riya’?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Riya’
Riya’ adalah sikap ingin dipuji atau disanjung orang lain atas perbuatan yang telah
dilakukannya. Allah SWT berfirman dalam Surah al-Baqarah ayat 264 sebagai berikut:


Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang kafir. (QS al-Baqarah : 264)

Banyak amalan yang rusak karena perbuatan riya’. Oleh karena itu, kehati-hatian dalam
beramal menjadi sangat penting untuk menetapkan pahala yang telah diperoleh. Seperti pernah
dituturkan oleh Rasullulah SAW bahwa di akhirat nanti banyak orang yang mengaku banyak
alaman, tetapi ternyata kosong karena habis oleh perbuatan riya’ yang dilakukan tanpa disadari.
Riya’ adalah salah satu bentuk penyakit hati yang tidak dapat dilihat oleh kasat mata,
penyakit riya’ dapat dihindari dengan sikap muraqabah (mendekatkan diri kepada Allah SWT)
dan selalu waspada terhadap segala kelalaian dalam hidup. Dengan mendekatkan diri kepada
Allah SWT dan setiap saat mengingat nama-Nya membuat hati menjadi bersih. Oleh karena
itu, setiap ada godaan untuk melakukan kesalahan atau dosa, hati yang bersih tidak akan
terundukan.
Abu ‘Abdillah ar-Tirdmizi berkata, “Hati yang lembut adalah yang takut kepada Allah,
hati yang suci adalah yang mampu berbuat lembut kepada saudaranya, hati yang teguh adalah

yang kuat memegang agama Allah”.
(https://books.google.co.id/books?id=nAq1ED_E7BQC&pg=PA32&dq=riya+adalah&hl=jv
&sa=X&ved=0ahUKEwiSjY36janYAhXIO48KHdU5BRAQ6AEINzAD#v=onepage&q=riy
a%20adalah&f=false)
(Diakses: Tgl 26-12-2017 pukul 10.00 WIB)

B. Bahaya Riya’
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat
adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya
kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab :
‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman :
‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang
demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar
menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya
orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca
al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia
pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan
dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya,

serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau
menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an
supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah
yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas
mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang
diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya
(mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’
Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau
cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman:
‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah
hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan
(malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”
Mengapa kita tidak boleh berbuat Riya’?
Di dalam al Qur`an dan as Sunah banyak sekali ancaman tentang bahaya riya’. Riya’
termasuk kedurhakaan hati yang sangat berbahaya terhadap diri, amal, masyarakat dan umat.
Dan ia juga termasuk dosa besar yang merusak. Di antara bahaya riya’ adalah sebagai berikut:
1. Riya’ Lebih Berbahaya Bagi Kaum Muslimin Daripada Fitnah Masiih Ad Dajjal.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian
daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu
syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada
orang yang memperhatikan shalatnya”. [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id
al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]
2. Riya’ Lebih Sangat Merusak Daripada Serigala Menyergap Domba
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm bersabda : “Tidaklah dua ekor serigala yang
lapar dan dilepaskan di tengah sekumpulan domba lebih merusak daripada ketamakan
seorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya”. [HSR Ahmad, III/456; Tirmidzi,
no. 2376; Darimi, II/304, dan yang lainnya dari Ka’ab bin Malik].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan rusaknya agama
seorang muslim karena tamaknya kepada harta, kemuliaan, pangkat dan kedudukan. Semua
ini menggerakkan riya’ di dalam diri seseorang.
3. Amal Shalih Akan Hilang Pengaruh Baiknya Dan Tujuannya Yang Besar Bila Disertai
Riya’.
Allah berfirman :

“Maka celakalah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya’ dan mencegah (menolong dengan) barang yang berguna”.

[al Ma’uun : 4-7]

Orang yang berbuat riya’ dan tidak mau menolong orang lain, karena shalat mereka tidak
mempunyai pengaruh dalam hati mereka, sehingga mencegah kebaikan dari hamba-hamba
Allah. Mereka hanyalah menunaikan gerakan-gerakan shalat dan memperindahnya, karena
semua mata memandangnya, padahal hati mereka tidak memahami, tidak tahu hakikatnya
dan tidak mengagungkan Allah. Karena itu, shalat mereka tidak berpengaruh terhadap hati
dan amal. Riya’ menjadikan amal itu kosong tidak ada nilainya.
4. Riya’ Akan Menghapus Dan Membatalkan Amal Shalih.
Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan ia bersih (tidak bertanah). Mereka
tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi
petunujuk kepada orang-orang kafir”. [al Baqarah : 264].
Hati yang tertutup riya’ ibarat batu licin yang tertutup tanah. Orang yang berbuat
riya’ tidak akan membuahkan kebaikan, bahkan ia telah berbuat dosa yang akan dia peroleh
akibatnya pada hari Kiamat. Riya’ menghapuskan amal shalih, dan seseorang tidak

mendapatkan apa-apa karenanya di akhirat nanti dari amal-amal yang pernah ia lakukan di
dunia. Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’. Allah
akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan atas
amal-amal manusia “Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada
mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?” [HR Ahmad,
V/428-429 dan al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/324, no. 4135 dari Mahmud bin
Labid. Lihat Silsilah Ahaadits Shahiihah, no. 951]
Pelaku riya’ akan memamerkan amalnya agar dipuji, disanjung dan mendapatkan
kedudukan di hati manusia. Dia tidak akan mendapat ganjaran kebaikan dari Allah, dan
tidak pula dari orang-orang yang memujinya, karena yang berhak memberi balasan hanya
Allah saja. Allah berfirman dalam hadits Qudsi :
“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa
yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka
Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya” [HR Muslim, no. 2985 dan
Ibnu Majah, no. 4202 dari sahabat Abu Hurairah)]
5. Riya’ Adalah Syirik Khafi (Tersembunyi).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian

daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,“Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu
syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu ia menghiasi (memperindah) shalatnya, karena
ada orang yang memperhatikan shalatnya”.[HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu
Sa’id al Khudri, hadits ini hasan-Shahih Ibnu Majah, no. 3389]
6. Riya’ Mewariskan Kehinaan Dan Kerendahan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya),
maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendahkan dia
dan menghinakannya”. [HR Thabrani dalam al Mu’jamul Kabiir; al Baihaqi dan Ahmad,
no. 6509. Dishahihkan oleh Ahmad Muhammad Syakir. Lihat Shahiih at Targhiib wat
Tarhiib, I/117, no. 25].
7. Pelaku Riya’ Tidak Akan Mendapatkan Ganjaran Di Akhirat.
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sampaikan kabar gembira kepada umat ini dengan keluhuran, kedudukan yang tinggi
(keunggulan), agama, pertolongan dan kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa di antara
mereka melakukan amal akhirat untuk dunia, maka dia tidak akan mendapatkan bagian di
akhirat”. [HR Ahmad, V/134; dan Hakim, IV/318. Shahih, lihat Shahih Jami’ush Shaghiir,
no. 2825]
8. Riya’ Akan Menambah Kesesatan Seseorang.
Allah Ta’ala berfirman :


“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya
menipu diri mereka sendiri sedangkan mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan
mereka berdusta”. [al Baqarah : 9-10].
9. Riya’ Merupakan Sebab Kekalahan Ummat Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya Allah akan menolong umat ini dengan orang-orang yang lemah, yaitu
dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka” [HSR an Nasa-i, VI/45, dari Mush’ab bin
Sa’ad bin Abi Waqqash][2]
Ikhlas karena Allah menjadi sebab ditolongnya umat ini dari musuh-musuh
mereka. Allah melarang kita keluar berperang dengan sombong dan riya’, karena hal ini
akan membawa kepada kekalahan. Allah berfirman :

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan
rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari
jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan”. [al Anfaal : 47].
(Sumber: https://almanhaj.or.id/2730-bahaya-riya.html)
(Diakses: Tgl 26-12-2017 pukul 09.00 WIB)
C. Cara Menghindari Sifat Riya’

Menghindari sikap riya’ memang bukanlah perkara mudah. Sebab pada dasarnya sifat
manusia itu senang dipuji. Hanya orang-orang tertentu berhati ikhlas yang bisa menghindari
sifat riya’. Berikut ini beberapa cara menghindari riya’:
1. Luruskan niat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya segala perbuatan itu
tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia
niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)
Cara menghindari riya’ yang pertama yakni dengan meluruskan niat. Ingatlah bahwa
segala macam perbuatan kita bergantung pada niat. Apabila niat kita baik, Lillahi Ta’ala
(hanya karena Allah SWT) maka insyaAllah itu akan dicatat sebagai pahala. Sebaliknya,
jika terbesit rasa ingin dipuji oleh manusia maka perbuatan kita tidak memperoleh apapun.
Bahkan bernilai dosa. Maka itu, sebelum melakukan sesuatu pastikan untuk memperbaiki
niat dalam hati
2. Berdoa dan memohon pertolongan Allah SWT
Manusia adalah makhluk yang penuh dengan keterbatasan. Kita bisa menghandle
segala hal hanya dengan menggandalkan diri sendiri. Sudah menjadi keharusan bagi kita
untuk melibatkan Allah dalam segala urusan. Termasuk berlindung dari sifat-sifat yang

3.


4.

5.

6.

7.

tercela seperti riya’. Jangan pernah lelah berdoa kepada Allah agar diperkuat keimanan dan
dilindungi dari bisikan syetan.
Menyadari kedudukan diri hanyalah seorang hamba
Manusia terkadang sering lupa diri. Kenikmatan dunia yang begitu memakau (seperti
harta benda, kedudukan, wajah yang rupawan, dan keturunan) kerapkali membuat manusia
menjadi sombong dan riya’ (pamer). Padahal semua kenikmatan tersebut adalah pemberian
Allah SWT. Tapi manusia menganggap itu diperoleh dari usahanya sendiri. Na’udzubillahi
mindzalik. Pemikiran inilah yang kemudian memicu munculnya penyakit hati. Hingga
membawa manusia ke dalam kesesatan.
Hendaknya kita menyadari bahwa kita hanyalah hamba Allah. Ciptaan Allah. Tak ada
yang kita miliki di dunia ini. Semuanya hanya titipan yang bersifat fana dan pasti akan
musnah. Apabila hati kita sanggup menyadari hal tersebut maka insyaAllah kita akan
terhindar dari sifat riya’.
Mengendalikan hati
Berusahalah mengendalikan hati agar tidak terbuai dengan pujian manusia. Sebuah
pujian memang bisa memotiviasi diri menjadi lebih baik. Namun demikian, terkadang
pujian juga bisa menjadi racun hingga membuat kita jadi riya’. Maka dari itu, cobalah untuk
tidak berbangga diri. Ingatlah dan terus mengingat bahwa apa yang kita lakukan saat ini
semata-mata karena izin Allah SWT. Kita mampu beramal karena diberikan rezeki
berkecukupan. Kita bisa sholat dengan sempurna karena diberikan kesehatan. Jadi
berterimakasihlah pada Allah SWT.
Memperbanyak bersyukur
Bersyukur dapat menjadi salah satu cara menghindari sifat riya’. Dengan
memperbanyak rasa syukur kepada Allah SWT, kita tidak akan terlalu mengharapkan
pujian dari orang lain. Cukup Allah yang menjadi saksi hidup kita. Dan sering-seringlah
mengucapkan Alhamdulillah. Jangan sampai kita pamer ibadah hanya agar banyak teman,
agar dicintai, diagung-agungkan atau mungkin agar naik jabatan. Percayalah pujian dari
manusia tidak akan berlangsung selamanya. Lebih syukuri apa yang ada dan niatkan segala
sesuatu hanya untuk Allah SWT.
Terus-menerus mengingat Allah Ta’ala
Telah dijelaskan dalam Al-Quran bahwasahnya syaitan tidak akan pernah lelah
menggoda manusia menuju jalan yang sesat. Sebab itu, manusia harus sering meminta
perlindungan kepada Allah, salah satunya lewat berdizikir. Aktivitas dzikir akan membuat
kita terus mengingat Allah. Dengan demikian, syaitan akan sulit mencari celah untuk
masuk. Umumnya orang-orang yang gemar berlaku riya; jarang sekali menyebut asma
Allah, sebagaimana firmanNya:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’:142).
Sembunyikan amal kebaikan seperti menyembunyikan aib
Cara selanjutnya untuk menghindari riya’ yakni dengan menyembunyikan ibadah dan
amal-amal kebaikan. Tapi ibadah umum yang tidak bisa disembunyikan, seperti solat
jamaah di masjid, membaca Al-quran atau puasa tak perlu ditutupi. Yang terpenting
berusahalah ikhlas. Sedangkan ibadah yang bersifat pribadi seperti beramal ke masjid,
bersedekah, solat tahajjud sebaiknya tak perlu dipamerkan. Cukup diri sendiri dan Allah

Ta’ala yang tahu. Sembunyikan amal kebaikan layaknya kita menyembunyikan aib-aib
dalam diri. Dengan demikian kita pun bisa terhindar dari pujian manusia dan jauh dari sifat
riya’.
8. Belajar ikhlas
Ikhlas adalah tiangnya sebuah amal shalih agar dapat diterima oleh Allah. Seseorang
yang beramal dengan niat ikhlas dan tidak berharap pujian dari orang lain maka insyaAllah
amalnya diterima oleh Allah SWT.
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai
kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu”. (HR. Muslim)
9. Mengingat kematian
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR AtTrimidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Jika memang sulit untuk menghindari riya’, cobalah memperbanyak mengingat
kematian. Baik di hati maupun lisan. Ingatlah bahwa hidup tidak akan selamanya. Pujian
manusia tidak berarti apapun dan tidak mendatangkan pahala. Jadi, untuk apa mengejar
pujian manusia? Pujian berlebihan justru bisa menjerumuskan manusia ke lubang neraka.
10. Menggiatkan ibadah
Salah satu ciri orang yang suka riya’ biasanya ibadanya tidak rutin. Kadang solat,
kadang tidak solat. Kebiasaan ini membuat seseorang semakin jauh dari Allah SWT.
Hatinya semakin kosong, sehingga penyakit pun mudah ‘hinggap’. Berbeda dari orangorang yang khusyu’ dalam beribadah. Mereka sering membaca doa, Al-Quran, bersolawat,
solat juga rutin sehingga hatinya pun menjadi tenang dan tidak mudah tergoda dengan
pujian manusia.
11. Membaca buku-buku agama
Orang tidak berilmu biasanya mudah terjerumus ke jalan yang sesat. Mudah ikut-ikutan
dan tidak memiliki prinsip hidup. Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan bahwa
kebodohan dan kedzaliman adalah pangkal dari segala keburukan. Maka sebab itu, agar
tidak terbawa pada keburukan maka perbanyaklah menggali ilmu pengetahuan. Khususnya
ilmu agama. Karena agama menjadi perkara penting yang akan dimintai pertanggung
jawaban di akhirat. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda: “Menuntut ilmu
merupakan kewajiban atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Dengan memperbanyak membaca buku-buku agama, kita bisa memperoleh
pengetahuan tentang bahayanya sifat riya’. Dan perihal pahala-pahala yang dijanjikan oleh
Allah SWT untuk orang-orang yang ikhlas. Dengan demikian kita bisa semakin termotivasi
untuk berbuat ikhlas.
12. Menyadari bahwa Allah selalu mengawasi
Cara menghindari riya’ selanjutnya dengan menyadari bahwa Allah SWT selalu
mengawasi kita. Bahkan disaat kita sendirian. Walaupun kita tidak bisa melihat Allah, tapi
Allah bisa melihat kita. Rasulullah shollalllahu alaihi wasallam bersabda:
“Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya
sesungguhnya Dia melihatmu” (hadist Muttafaqun alaih)
13. Selalu mengingat bahaya riya’
Sebagian dari kita mungkin masih menganggap bahwa riya’ adalah hal yang sepele.
Bahkan terkadang kita tidak sadar bahwa telah melakukan riya’. Ketahuilah bahwa riya’

itu sifat yang sangat berbahaya. Riya’ tidak hanya membuat kita terjerumus ke neraka, tapi
riya’ juga dianggap syirik kecil, menghapus amal pahala, dan dianggap lebih kejam dari
fitnah Dajjal.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda, “Maukah kukabarkan pada kalian apa yang lebih aku takutkan bagi
kalian menurutku dibanding dari fitnah Al Masih Ad Dajjal?” “Iya”, sahut sahabat. Beliau
pun bersabda, “Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang shalat lalu ia perbagus
shalatnya agar dilihat ora ng lain.” (HR. Ibnu Majah)
14. Hidup dalam kesederhaan
Walaupun kita memiliki banyak harta, kerabat atau teman, sebaiknya jangalah bersikap
sombong. Cobalah untuk tetap sederhana dalam bersikap. Kesederhaan membuat kita
menjadi sosok yang lebih baik, ikhlas, dan tidak mudah melakukan riya’. Tidak perlu
memamerkan amalan kita agar dipuji. Cukup bertindak sederhana, orang lain pasti bisa
menilai apakah kita benar-benar orang baik atau bukan.
15. Memperbanyak meminta ampun pada Allah
Sering-sering meminta ampunan kepada Allah SWT. Kita manusia adalah tempatnya
dosa dan khilaf. Terkadang bersikap pamer tapi tidak menyadari. Oleh karena itu,
perbanyak beristighfar agar dosa-dosa kita dihapus oleh Allah. Dan terus memperbaiki diri
dan bertaubat dari perbuatan-perbuatan yang tercela.
(Sumber: https://dalamislam.com/akhlaq/cara-menghindari-riya )
(Diakses: Tgl 28-12-2017 pukul 08.00 WIB)

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Riya’ adalah salah satu bentuk penyakit hati yang tidak dapat dilihat oleh kasat mata,
penyakit riya’ dapat dihindari dengan sikap muraqabah (mendekatkan diri kepada Allah
SWT) dan selalu waspada terhadap segala kelalaian dalam hidup.
Di dalam al Qur`an dan as Sunah banyak sekali ancaman tentang bahaya riya’. Riya’
termasuk kedurhakaan hati yang sangat berbahaya terhadap diri, amal, masyarakat dan
umat. Dan ia juga termasuk dosa besar yang merusak.
Sebagai seorang muslim kita harus senantiasa menjauhi sifat Riya’. Dengan
membiasakan diri untuk ikhlas dalam melakukan ibadah atau amal perbuatan lain,
meningkatkan sifat syukur kepada Allah SWT dan juga meninggalkan sifat pamer
B. Saran
Bertawakal kepada Allah dan selalu mengingat Allah agar terhindar dari sifat Riya’,
karena sifat riya’ sangat dibenci Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?id=nAq1ED_E7BQC&pg=PA32&dq=riya+adalah&hl=
jv&sa=X&ved=0ahUKEwiSjY36janYAhXIO48KHdU5BRAQ6AEINzAD#v=onepage&
q=riya%20adalah&f=false
https://almanhaj.or.id/2730-bahaya-riya.html
https://dalamislam.com/akhlaq/cara-menghindari-riya