Masalah pendidikan tugas SISWA KONVOI DA

MASALAH PENDIDIKAN
SISWA KONVOI DAN CORET BAJU SAAT KELULUSAN

Oleh
Muhammad Fais Alfafa

1411021018

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
SEPTEMBER 2014
0

SISWA KONVOI DAN CORET BAJU SAAT KELULUSAN
Suatu hal yang masih menjengkelkan dan memprihatinkan bagi bangsa kita adalah ulah
para siswa yang merayakan kelulusan dengan cara konvoi sepeda motor dengan cara ugal-ugalan
di jalanan. Belum lagi tingkah laku mereka yang tetap membudayakan corat-coret baju.
Ulah mereka yang seenaknya berkonvoi di jalanan tentu bukan saja mengganggu
pengguna jalan yang lain tapi juga membahayakan keselamatan berlalu lintas karena sering

mereka melanggar aturan lalu lintas, ngebut dan lainnya. Belum lagi menambah kemacetan di
jalan. Suasana lalu lintas yang semakin hari semakin padat akan semakin keruh dengan ulah para
siswa yang merayakan kelulusan di jalan.
Kita bisa menyaksikan, bagaimana anak-anak yang habis menerima pengumuman
kelulusan langsung turun ke jalan menggunakan sepeda motor mereka. Kemudian memenuhi
jalanan, tanpa helm, menggeber-geber knalpot dan kelakuan urakan lainnya. Disertai dengan
main corat-coret baju maupun pagar, fasilitas umum dan lainnya.
Karena itulah persoalan merayakan kelulusan di jalanan ini harus benar-benar ditangani
dan jangan sampai menjadi budaya yang berlangsung dari generasi ke generasi. Setidaknya ada
beberapa pihak yang bisa berperan untuk menangani persoalan tersebut. Mulai dari keluarga atau
orang tua siswa, lalu sekolahan dan kemudian aturan-aturan oleh aparat yang berwenang.
Tiga pihak itulah yang jika mau lebih serius dan secara sungguh-sungguh bahu membahu
untuk menangani persoalan tersebut maka setidaknya bisa meminimalisasi ulah merayakan ugalugalan di jalan. Dan selanjutnya bisa menghilangkan budaya buruk tersebut di kalangan anakanak didik bangsa kita.
Para orang tua atau wali murid sudah harus memberikan kontrol dan juga menghindari
memberikan fasilitas yang bisa digunakan untuk dipakai konvoi. Misalnya, di saat ada
pengumuman UN, para orang tua yang memberikan sepeda motor bisa menahan anaknya tidak
memakai sepeda motor saat berangkat ke sekolah. Dan itu harus dilakukan secara serentak oleh
para orang tua yang memberikan fasilitas sepeda motor kepada anaknya.
Kemudian, dari pihak sekolah juga bisa menggunakan otoritasnya dengan melakukan
tindakan-tindakan yang membuat para siswa berpikir ulang untuk melakukan konvoi di jalan

atau ulah urakan lainnya. Misalnya dengan membuat kebijakan akan menahan ijazah atau

1

dokumen lain jika ada siswa yang kedapatan menggelar konvoi di jalan dalam rangka merayakan
kelulusan.
Dan yang juga sangat vital adalah perlunya tindakan tegas dari aparatur yang berwenang
terutama dari aparat kepolisian. Sebagai aparat yang bisa memberikan tindakan kepada pelanggar
lalu lintas, maka aparat kepolisian harus bertindak tegas kepada para siswa yang melakukan
konvoi dan melanggar lalu lintas. Mungkin hal itu sudah dilakukan jajaran kepolisian, namun
tetap saja ulah ugal-ugalan di jalan tetap berjalan. Maka kepolisian sudah bisa mengukur
peningkatan tindakan ketegasan tersebut.
Kita tidak ingin konvoi di jalan dalam merayakan kelulusan sekolah menjadi budaya
yang turun-temenurun.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh meminta sekolah bersikap kreatif
mencegah konvoi siswa yang merayakan kelulusan ujian nasional mereka pada 26 Mei untuk
tingkat SMA, 2 Juni tingkat SMP, dan 20 Juni tingkat SD.
"Kami memang melarang hal itu, tapi sanksi untuk itu juga sulit, karena itu pihak sekolah
hendaknya bersikap kreatif, misalnya siswa diminta membawa baju, lalu dikumpulkan dan diajak
ke panti asuhan untuk memberikan baju, selanjutnya hasil UN diumumkan di panti asuhan itu,"

katanya di Surabaya, Jumat (18/5/2012).
Di sela pembukaan Lomba Cipta Elektroteknik Nasional (LCEN) 2012 yang digelar
Mahasiswa Teknik Elektro ITS Surabaya, ia menjelaskan sekolah bisa juga meminta siswa
membawa buku, lalu mengajak siswa ke panti asuhan dan ditunjukkan anak panti asuhan yang
tidak mempunyai buku apa-apa.
"Mereka yang mau membantu buku atau apapun, maka hasil UN disampaikan kepadanya,
sehingga mereka akan tahu kondisi riil di panti asuhan dan tergerak untuk membantu. Bentuknya
bisa juga lain," katanya.
Dengan cara kreatif seperti itu, kata mantan Rektor ITS Surabaya itu, maka siswa akan
tetap berada di bawah kendali sekolah, sehingga konvoi yang sering terjadi akan dapat
dikendalikan tanpa harus menjatuhkan sanksi.
"Saya yakin masih banyak siswa yang baik," kata Nuh yang juga sempat meninjau 35
karya finalis dari para pelajar dan mahasiswa yang mengikuti LCEN 2012, seperti stabilisator
pencepatan tempe, tempat sampah berjalan, alat penyiram halaman otomatis, dan sebagainya.

2

Sebelumnya (15/5/2012), Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko melarang para siswa
untuk melakukan konvoi dalam merayakan kelulusan UN.
"Larangan itu bersifat imbauan, tapi tegas. Imbauan agar tidak konvoi, tapi tegas (saat

pengumuman UN). Jangan corat-coret baju, jangan dilakukan itu, karena baju itu sebaiknya
diberikan kepada anak yatim. Budaya masyarakat Jatim yang santun harus dipertahankan,"
katanya.
Di sela-sela peluncuran Tim Sepeda Patroli Dialogis di Mapolda Jatim, ia mengharapkan
para orang tua mengingatkan anaknya yang telah mengikuti UN/UASBN, karena pihaknya
merasakan kerja sama Polda Jatim dengan masyarakat selama ini sudah cukup baik.
Informasi dari sumber lain menyebutkan larangan itu sudah disampaikan Polda Jatim ke
Polres se-Jatim melalui faksimil. Inti dari pelarangan itu karena konvoi akan mengganggu
kelancaran arus lalu lintas, dan berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

3

KOMENTAR MENGENAI MASALAH SISWA KONVOI DAN CORET BAJU SAAT
KELULUSAN
Kritik Dan Solusi
Mengenai permasalahan diatas penulis dapat memberikan kritik dan solusi yang dapat
dilakukan untuk menghapuskan atau meminimalisasi masalah yang membudaya tersebut, budaya
yang jelek haruslah dihilangkan. Diantara kritik dan solusi yang dapat diberikan oleh penulis
adalah sebagai berikut.
Konvoi dan coret-coret baju seragam memang membudaya di negara kita, tapi budaya

yang jelek ini haruslah dihapuskan karena tidak sesuai dengan nilai yang diajarkan oleh pedoman
hidup bangsa kita yaitu pancasila. Karena tidak sesuainya dengan nilai pancasila, maka kita
sebagai warga negara yang baik haruslah ikut serta dalam menghapuskan budaya konvoi dan
coret baju seragam tersebut yang merendahkan martabat bangsa.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasanya ada tiga komponen yang harus saling
bahu-membahu untuk menciptakan suatu kekuatan yang dapat menghilangkan budaya konvoi
dan coret-coret baju saat kelulusan sekolah. Tiga komponen tersebut yaitu pihak orang tua/wali
murid, pihak sekolah, dan pihak yang berwenang (kepolisian).
Para orang tua atau wali murid sudah harus memberikan kontrol dan juga menghindari
memberikan fasilitas yang bisa digunakan untuk dipakai konvoi. Misalnya, di saat ada
pengumuman UN, para orang tua yang memberikan sepeda motor bisa menahan anaknya agar
tidak memakai sepeda motor saat berangkat ke sekolah dengan cara mengantarkan anaknya atau
dengan menyuruh anaknya agar naik kendaraan umum. Dan itu harus dilakukan secara serentak
dan tegas oleh para orang tua agar terwujudnya tujuan tersebut.
Kemudian, dari pihak sekolah juga bisa memberikan peraturan yang sangat memberatkan
agar para siswa tidak membudayakan konvoi dan coret baju saat kelulusan. Misalnya dengan
membuat kebijakan akan menahan ijazah atau dokumen lain jika ada siswa yang kedapatan
menggelar konvoi di jalan dalam rangka merayakan kelulusan, dan juga membawa baju seragam
yang tidak terpakai ke sekolah agar bisa disumbangkan ke panti asuhan atau siswa yang kurang
mampu. Itulah cara yang cocok untuk meminimalis budaya yang jelek tersebut.

Dan juga aparatur yang berwenang terutama dari aparat kepolisian. Sebagai aparat yang
bisa memberikan tindakan kepada pelanggar lalu lintas, maka aparat kepolisian harus bertindak
4

tegas kepada para siswa yang melakukan konvoi dan melanggar lalu lintas. Mungkin hal itu
sudah dilakukan jajaran kepolisian, namun tetap saja ulah ugal-ugalan di jalan tetap berjalan.
Maka haruslah tindakan itu haruslah lebih tegas dan memberatkan.
Tidak hanya itu, haruslah ditanamkan kepada siswa agar memiliki kepribadian yang baik
dengan cara memberikan pengarahan. Setelah tertanamnya jiwa yang baik itu kepada siswa,
maka siswa tidak akan melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat tersebut dan akan cenderung
melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat dan menyenangkan pula, misalnya tasyakuran
dengan cara kumpul-kumpul, makan-makan, foto-foto bareng dan juga doa bersama agar kelak
dijadikan menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

DAFTAR RUJUKAN
5

Tersedia Pada: http://dok.joglosemar.co/baca/2014/05/21/stop-budaya-konvoi-un.html (Diakses
pada 22 September 2014)
Tersedia Pada: http://tekno.kompas.com/read/2012/05/18/2017544/mendikbud.minta.sekolah.

cegah.konvoi.kelulusan (Diakses pada 22 September 2014)

6