Metode Sistematis dalam Filsafat Bahasa

Disma Yulynda
PB 2012/ 122074242

Metode Sistematis: Fonem
Setiap bahasa dibangun oleh fonem, fonem membangun sintaksis,
ketiganya mempunyai pola. Kalau fonem tidak punya arti, tetapi digunakan untuk
membedakan semantik dan sangat penting untuk mengetahui polanya, misalnya
kalau perbedaan fonem [t] dan [d] pada kata tari dan dari tidak dapat dibedakan,
maka kedua fonem itu adalah fonem yang sama, namun kita mengenal bahwa
kedua kata tersebut berbeda makna karena kehadiran kedua fonem tersebut.
Dalam hal ini terbuktikan kalau kehadiran kedua fonem itu berfungsi sebagai
pembeda arti. Fonem tidak berarti kalau berdiri sendiri. Bahwa eksistensi saja
belum tentu berarti, sebab fonem adalah sesuatu yang ada tapi tidak berarti.
Fonem tidak bermakna kalau berdiri sendiri, karena harus mempunyi pola
yang tampak. Jadi permasalahan dalam bahasa memang antara bentuk, bunyi
adalah bentuk sekalipun abstrak tapi berpola dan makna. Pola fonem yang ada
berbeda untuk setiap bahasa. Perbedaan fonem setiap bahasa yang paling
terlihat adalah kuantitasnya. Setiap bahasa mempunyai jumlah fonem yang
berbeda, maksudnya sebuah fonem mungkin hadir dalam satu bahasa namun
absen dalam bahasa lain.
Jenis-jenis fonem dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah

fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem
diftong 3 buah, dan (c) fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s,
h, r, l,w, dan z). [2] Apakah fonem dapat disebut juga sebagai grafem(huruf) ?
Grafem adalah sistem pelambangan bunyi alih-alih disebut sistem ejaan,
pada dasarnya grafem adalah huruf. [2] Sedangkan selama ini kita mengetahui
bahwa jumlah huruf dalam bahasa Indonesia ada 26 buah (a, b, c, d, e,f, g, h, i, j,
k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z).
Fonem berbeda dengan grafem karena grafem berbicara tentang huruf,
sedangkan fonem berbicara tentang bunyi. Seringkali representasi tertulis kedua
konsep ini sama. Misalnya kata "ladang" mempunyai enam grafem, yakni ,
, , , , dan . Dari segi bunyinya perkaatan yang sama itu hanya
mempunyai lima fonem, yakni /l/, /a/, /d/, /a/, dan /ŋ/ karena grafem dan
hanya mewakili satu fonem /ŋ/ saja.
Fonem adalah bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan
makna. [1] Dalam ilmu bahasa (linguistik) kajian atau analisa bunyi bahasa dengan
memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna adalah fonemik. [1] Bunyi
bahasa yang diucapkan oleh manusia akan memiliki pembeda makna pada setiap

bunyi bahasanya. [1] Objek kajian dari fonemik adalah fonem, berbeda dengan
objek kajian fonetik yang mengkaji fon. [1]

Dalam kajian fonemik, istilah fonem juga dibicarakan. Bahwa fonem
merupakan bunyi bahasa terkecil yang dapat atau berfungsi membedakan arti.
Telaah tentang fonem inilah yang dikatakan fonemik. Karena bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh alat bicara kita itu banyak ragamnya, bunyi-bunyi itu dikelompokkelompokkan ke dalam unit-unit yang disebut fonem. Fonem inilah yang
dijadikan objek penelitian fonemik. Jadi, tidak seluruh bunyi bahasa yang bisa
dihasilkan oleh alat bicara dipelajari oleh fonemik. Bunyi-bunyi bahasa yang
fungsional yang menjadi kajian fonemik.

Rujukan
1. ^ Abdul Chaer (2003). Linguistik Umum. Bandung: Rineka Cipta.
2. ^ Mansur Muslich (2008). Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif
Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Askara