Filologi WAWACAN BAYAWAK SUNTINGAN TEKS

WAWACAN BAYAWAK (SUNTINGAN TEKS DAN ANALISIS ISI)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Filologi Dosen Pengampu

Dr. Dedi Supriadi, S.Ag,. M. Hum.

Oleh: MAHASISWA DAN MAHASISWI SPI SEMESTER 2 B JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim, Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Penyuntingan serta analisis isi dari sebuah Naskah yang berjudul Wawacan Bayawak ini di susun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Filologi. Penyusun menyadari bahwa penyuntingan naskah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.

Akhir kata, semoga suntingan naskah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

Bandung, 23 Mei 2015

Penyusun,

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradaban manusia yang semakin hari semakin berkembang membuat setiap komponen yang terlibat di dalamnya memberikan peran tersendiri untuk turut serta mempengaruhi peradaban yang sedang terjadi pada saat itu. Bentuk dari peradaban yang tengah berlangsungpun begitu banyak macamnya, jika dilihat dari realita yang terjadi pada saat ini bagaimana peradaban berkembang dengan setiap komponen memberikan peran tersendiri melalui perkembangan teknologi yang semakin hari semakin canggih.

Selain daripada bentuk nyata yang dapat diberikan terhadap peradaban itu sendiri, ternyata bentuk-bentuk karya sastra yang mencakup sebagian tulisan yang dibuat oleh manusia pada suatu peradaban itu, dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan untuk turut serta memengaruhi peradaban yang tengah berlangsung. Seperti telah menjadi pengetahuan umum, juga bahwa salah satu contoh nyata dari tulisan ataupun karya sastra dapat memengaruhi sebuah peradaban adalah buku Api Sejarah karya Ahmad Mansyur Surya Negara. Dimana dalam bukunya pengarang mengungkapkan sejarah yang dapat mengubah pemikiran pembaca terhadap sejarah yang selama ini beredar di masyarakat.

Dalam ilmu sejarah sendiri keberadaan naskah-naskah karya sastra yang dibuat pada peradaban dahulu, ternyata dapat pula dijadikan sebagai sumber sejarah. Karena ternyata banyak peristiwa sejarah yang ditulis dan diabadikan dalam bentuk karya sastra berupa sebuah cerita dan banyak pula yang dibungkus dalam bentuk pupuh.

Berbagai hal yang dapat kita temukan di dalam sebuah naskah yang berisi sejarah, informasi-informasi mengenai sebuah tokoh seperti Ceritera Dipati Ukur yang tidak hanya menceritakan seorang tokoh yang bernama Dipati Ukur, akan tetapi juga menceritakan mengenai sebuah tempat, yakni daerah Ukur dan sekitarnya.

Ini menunjukan begitu berpengaruhnya kajian naskah kuno terhadap sejarah, dan menunjukan bahwa filologi sebagai ilmu bantu sejarah ternyata sangat penting, untuk mencoba mengaplikasikan metode penelitian dalam filologi, pada kesempatan kali ini kami mencoba untuk mengkaji sebuah naskah yang cukup terkenal di tataran sunda. Mengingat bahwa sebuah naskah, apalagi naskah salinan tidak luput dari kesalahan. Baik itu kesalahan yang berupa salah tulis dari penyalin ataupun kesalahan yang di sebabkan oleh pengaruh dari naskah yang sudah lapuk.

Maka dari itu, kami mencoba mengkaji naskah mengenai “Wawacan Bayawak ” dengan menyajikannya dalam bentuk suntingan teks yang telah

mengalami proses transliterasi, terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia, serta menyajikan identitas dari naskah “Wawacan Bayawak”. Untuk mempermudah

pembaca dalam hal memahami hasil suntingan teks yang telah kami sajikan, mengingat bahwa pembaca tidak hanya yang berasal dari sunda yang notabenenya dapat memahami isi naskah dengan lancar, namun pembaca pun bisa saja orang yang kurang memahami bahasa tersebut. Untuk itu kami mencoba menyajikannya dalam format yang terstruktur dan sistematis.

B. Identifikasi Naskah dan Rumusan Masalah

Naskah yang mempuNyai judul Wawacan Bayawak ini berisikan tentang sosok Bayawak yang di perlakukan secara berbeda dengan saudarinya yang memilki wujud manusia yang sempurna. Naskah ini diperoleh dari salah satu katalog koleksi museum Sri Baduga bandung.

Teks pada naskah ini masih menggunakan bahasa sunda kuno dan beraksara pegon yang membuat naskah ini sukar untuk dipahami dimasa sekarang. Sehingga memerlukan penerjemahan kedalam bahasa yang memang mudah dipahami oleh pembaca.

Oleh karena itu kami berusaha untuk menyajikan naskah ini kedalam bentuk transliterasi dan terjemahannya. Maka di awal sampai akhir pernyataan dalam penelitian ini kami merumuskan hal-hal sebagai berikut

1. Bagaimana dekskripsi dari naskah Wawacan Bayawak?

2. Bagaimana suntingan dari naskah tersebut?

3. Bagaimana kandungan atau informasi apa yang terdapat dalam teks naskah tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dekskripsi dari naskah Wawacan Bayawak

2. Menyajikan suntingan dari naskah tersebut

3. Mengetahui informasi yang terkandung dalam naskah

D. Pentingnya Penelitian

Teks-teks yang digunakan sebagai bahan informasi yang akurat tentunya harus ilmiah. Begitupun dengan naskah yang menceritakan kisah perjalanan seorang manusia yang berwujud Biyawak, yang kami kaji pada awalnya ini hanyalah sebuah naskah kuno yang hanya sebagai warisan leluhur saja. Sehingga belum bisa dijadikan sebagai teks rujukan bagi ilmu pengetahuan. Tetapi mungkin setelah diadakan penelitian secara filologis, naskah tersebut bisa membantu dan memberi manfaat meskipun hanya sedikit bagi para pembaca untuk mendapatkan informasi dibidang sejarah. Oleh karena itu, penting diadakannya penelitian, mungkin naskah yang memuat berbagai informasi tersebut akan habis dimakan waktu.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam meneliti naskah tentang Wawacan Bayawak ini adalah dengan metode yang berlaku dalam filologi. Adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Inventarisasi Naskah)

Pengumpulan data naskah atau inventarisasi naskah bertujuan untuk mendapatkan naskah yang akan diteliti dengan cara mencatat dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan naskah tersebut melalui museum.

2. Pengolahan Data (Deskripsi Naskah) Tahap kedua adalah pengolahan data dengan menggunakan metode dekskriptif metode ini bertujuan untuk memberikan petunjuk atau mengenal naskah yang diteliti. Dalam naskah mengenai wawacan Bayawak ini, di dekskripsikan dengan pola antara lain: judul naskah, nomor naskah, tempat peNyimpanan naskah, asal naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, ukuran teks, tebal naskah, jumlah halaman, jumlah baris halaman, penomoran halaman, jenis aksara, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, umur teks, nama pengarang, kolofon, watermaks, garis besar isi.

3. Sunting Teks Dalam naskah tentang kisah seekor Bayawak ini menggunakan metode standar karena naskah ini merupakan naskah tunggal. Metode standar karena ini menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidak ajegan sedang ejaannya yang disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Semua perubahan yang diadakan dan dicatat ditempat yang khusus agar dapat selalu diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah sehingga masih memungkinkan penafsiran bagi pembaca. Dalam edisi standard dilakukan hal-hal berikut: transliterasi teks, membentulkan kesalahan teks, membuat catatan perbaikan, memberi komentar, membagi teks dalam beberapa bagian.

4. Terjemahan Teks Terjemah teks pada naskah diteliti, peneliti menggunakan metode terjemah bebas, karena agar memudahkan pembaca dalam membaca hasil terjemahan dalam memahami makna dari teks tersebut.

5. Analisis Tema dan Amanat

Dalam memahami tema dan amanat peneliti menggunakan pendekatan sastra struktural. Dimana karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan.

F. Sumber Data

Pengumpulan sumber-sumber data yang kami gunakan dalam penilitian naskah ini, kebanyakan dengan cara studi pustaka, karena naskah yang kami dapatkan yaitu naskah tunggal sehingga tidak melakukan penelusuran naskah dari berbagai macam katalog. Kemudian karena naskah yang menjadi objek kajian kami yang isinya mengungkap tentang wawacan Bayawak, maka kami tidak menggunakan sumber pendukung lain untuk memahami naskah ini.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Naskah

Tahapan penilitian filologi setelah inventarisasi naskah adalah identifikasi naskah. Pola pendeskrisian naskah tersebut meliputi: (1) Judul Naskah, (2) Nomor Naskah. (3) Tempat PeNyimpanan Naskah, (4) Asal Naskah, (5) Keadaan Naskah, (6) Ukuran Naskah, (7) Ukuran Naskah, (8) Tebal Naskah, (9) Jumlah Halaman, (10) Jumlah Baris Perhalaman, (11) Penomoran Halaman, (12) Jenis Aksara, (13) Cara Penulisan, (14) Bahan Naskah, (15) Bahasa Naskah, (16) Umur Naskah, (17) Umur Teks, (18) Nama Pengarang, (19) Kolofon, (20) Watermark, (21) Garis Besar Isi.

B. Kritik Teks

Objek kajian atau sasaran kerja filologi yang berbentuk ril yaitu naskah. Naskah yang di dalamnya memuat teks-teks yang berupa tulisan tangan baik itu pada daluwang, lontar, kertas eropa dan semacamnya yang meNyimpan informasi atau berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa lalu. Teks-teks tersebut mungkin saja mengalami berbagai macam kesalahan dalam penulisan itu terjadi karena mungkin penulis sedikit keliru, kurang apik atau kurang teliti dalam penyalinan teks tersebut. Oleh karena itu, kita sebagai konsumen informasi pengetahuan salah satunya dari manuskrip-manuskrip tersebut. Apabila hal tersebut tidak di lakukan, di khawatirkan kemungkinan besar keutuhan atau kemurnian teks itu tidak dapat di buktikan secara ilmiah yang berarti keaslian teks tersebut di ragukan dan informasi yang di dapatkan dari teks naskah tersebut meNyimpang dari maksud dan tujuan aslinya. Oleh karena itu, dalam penilitan filologi di lakukan kegitan kritik teks.

Kritik teks memberikan evaluasi terhadap teks, meniliti dan menempatkan teks pada tempat yang tepat. Kegiatan kritiks teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya menyerupai teks yang aslinya. Perubahan yang timbul Kritik teks memberikan evaluasi terhadap teks, meniliti dan menempatkan teks pada tempat yang tepat. Kegiatan kritiks teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya menyerupai teks yang aslinya. Perubahan yang timbul

Kritik teks mempuNyai beberapa metode diantaranya metode intuitif, metode objektif, metode gabungan, metode landasan, dan metode edisi naskah tunggal. Dalam mengkaji naskah ini, kami menggunakan metode edisi naskah karena naskah yang kami teliti adalah naskah tunggal sehingga tidak mungkin dilakukan perbandingan. Dalam metode edisi naskah tunggal terdapat dua jalan yang bisa di tempuh. Pertama edisi diplomatik, yaitu menerbitkan suatu naskah yang seteliti-telitinya tanpa mengadakan perubahan. Kedua, metode edisi standar yaitu mengadakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang ada dalam naskah dan ejaannya di sesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

C. Transliterasi

Naskah yang menceritakan tentang kisah seorang manusia yang berwujud Bayawak ini masih tertulis dalam bahasa sunda lama serta masih tertuang dalam aksara pegon. Bahasa dan aksara ini, mungkin saja sukar dibaca bagi para pembaca yang tidak yang bahasa sunda serta aksaranya. Oleh karena itu kami sebagai pengkaji naskah tersebut akan mencoba mengkaji naskah tersebut kedalam bahasa dan aksara yang insyaalloh mudah dimengerti oleh para pembaca. Yaitu dari bahasa sunda ke bahasa indonesia sebagai bahasa sasaran yang juga dari aksara pegon ke aksara latin.

Dalam kamus bahasa indonesia translitrasi adalah penyalinan dari penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Istilah translitrasi dipakai sama dengan istilah transkripsi dengan penggantian yang sama yaitu penggantian jenis tulisan naskah. Tetapi apabila istilah transkripsi dibedakan dengan istilah translitrasi maka transkripsi diartikan sebagai salinan atau turunan, tanpa mengganti macam tulisan.

Adapun tugas pokok penelitian filologi dalam transliterasi adalah menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah, khususnya penulisan kata, dan menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang.

D. Terjemahan

Terjemahan teks dari naskah yang berjudul Wawacan Bayawak dengan aksara pegon dan berbahasa sunda ini akan di terjemahkan kedalam bahasa indonesia sebagai bahasa sasarannya, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka memberikan kepada para pembaca dalam membaca dan memahami teks naskah tersebut. Tetapi, dalam kegiatan proses penerjemahan teks ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena pertama kami menyadari akan keterbatasan dalam memahami serta pembendaharaan bahasa tersebut. Sehingga banyak bahasa yang belum kami ketahui dan mengerti. Tetapi kami berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan terjemahan teks ini, dengan bantuan – bantuan dari sumber referensi. Kedua dalam proses penerjemahan pemaknaan suatu kalimat tidak selalu konsisten dari bahasa asal ke bahasa sasarannya.

Tugas seorang filolog adalah bukan saja menyajikan suatu edisi teks atau suntingan teks, tetapi harus menyajikan terjemahannya, khususnya bagi pembaca yang tidak tahu bahasa asli teks tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus harus memilah dan memilih bahasa sasaran secara hati –hati agar hasil terjemahan itu mudah dimengerti oleh pembaca.

Menurut Worsley (1927:124) mengingatkan bahwa kesulitan utama yang sering ditemukan dalam proses terjemahan atau memberikan kesan atas keseluruhan gaya yang singkat, jelas, dan khas dari suatu teks.

BAB III

URAIAN NASKAH DAN SUNTINGAN NASKAH

A. Deskripsi Naskah

1. Judul Naskah

: Wawacan Bayawak

2. Nomor Naskah

3. Tempat PeNyimpanan Naskah : Museum Negeri Sri Baduga Jln BKR No.185 Bandung 40243

4. Asal Naskah

: Bandung

5. Tahun Ditemukan

6. Keadaan Naskah : Pada umumnya keadaan naskah masih dapat di baca karena karena masih cukup jelas sekalipun lapuk dan mulai rapuh.

7. Ukuran Naskah : ± 21cm x 29,7cm (A4)

8. Jumlah Halaman : 216 (51 Halaman Hilang)

9. Jumlah Baris Perhalaman

: 13 baris perhalaman

10. Penomoran Halaman

: Aksara Latin

11. Jenis Aksara

: Arab Pegon

12. Cara Penulisan : Handscript (Tulis Tangan)

13. Bahan Naskah

: Kertas Dluwang

14. Bahasa Naskah

: Sunda Kuna

15. Umur Naskah : 109 Tahun (1328 H / 1906M)

16. Nama Pengarang

: Tjajah (Penyalin)

17. Kolofon

: Ada (Halaman 217)

18. Watermark : Berlambang Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat (Reproduksi)

19. Garis Besar Isi : Dalam naskah ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang manusia jelmaan Biyawak (Bayawak) yang subtansi isi dari naskah tersebut terkandung berbagai macam aspek. Mulai dari sastra, 19. Garis Besar Isi : Dalam naskah ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang manusia jelmaan Biyawak (Bayawak) yang subtansi isi dari naskah tersebut terkandung berbagai macam aspek. Mulai dari sastra,

B. Pengantar Suntingan

Dalam Wawacan Bayawak ini ada sebagian halaman naskah yang hilang dikarenakan banyaknya faktor dalam pengelolaan naskah tersebut, baik itu dari upaya pengumpulan maupun naskah dan perawatan naskah. Yaitu pada halaman 131 s/d 182 (51 Halaman). Tetapi, itu semua tidak menjadi faktor penghalang bagi kami dalam upaya penelitian mengenai isi cerita yang terkandung dalam naskah ini.

Sebagaimana yang dikemukakan pihak Museum Sri Baduga yang merupakan tempat peNyimpanan dan pelestarian naskah-naskah termasuk naskah Wawacan Bayawak, bahwa naskah tersebut di dapatkan dari masyarakat di wilayah Bandung dengan kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Dalam upaya pelestarian naskah tersebut maka pihak museum melakukan proses Reproduksi yaitu menyunting naskah asli kepada media kertas modern sesuai aslinya (dialih mediakan), dikarenakan naskah yang asli sudah mulai rusak karena di Indonesia fasilitas untuk pelestarian naskah masih kurang efektif.

Dalam proses penyuntingan naskah Wawacan Bayawak, terdapat beberapa simbol yang kami gunakan agar mempermudah dalam segi pemahaman isi dari naskah tersebut. Di antaranya:

1. /……./ : Tanda ini di gunakan sebagai penanda halaman

2. ……… : Tanda ini di gunakan sebagai penanda bila ada kata atau kalimat

yang sulit di baca.

Selain itu, kami menyertakan pula catatan kaki dalam setiap penyuntingan naskah yang berguna sebagai penanda teks asli dari naskah yang kami sunting.

C. Edisi Teks

I. PUPUH ASMARANDA

1.1 Sang ratu nyaur paraji

1.2 Teu lami paraji datang

1.3 Ngadeuheuna ka sang ka tong

1.4 Sang ratu énggal ngandika

1.5 1 indung beurang ayeuna

1.6 Ieu Nyai rék ngajuru

1.7 Indung geuwat peta-peta

2.1 Seug pepeta Nyi paraji

2.2 Ku matana nu rék bebar

2.3 Nyi putri seug nyabok baé

2.4 Paraji gigireunana

2.5 2 Bari ngungkil daharan

2.6 Sang ratu gé henteu jauh

2.7 Aya di siraheunana

3.1 3 Barang baré jabang bayi

3.2 Paraji daék ngocéak

3.3 Sang ratu olohok baé

3.4 4 kabéh ningali putrana

3.5 Langgéyor euleupeutan

3.6 Aya orok siga belut

3.7 Saumur kakara mendak

1 Eh 2 padaharan 3 Gubaré 4 Ka

4.1 Seug ngaringkuk murangkalih

4.2 Ku paraji teu di cagap

4.3 Paraji seug ngomong baé

4.4 Gusti abdimah kakara

4.5 5 Mendak nu kieu rupa

4.6 Sato naon kaulanun

4.7 éh rupana siga kadal /7/

5.1 Tunda nu tiheula bijil

5.2 Permaisuri téh ngandika

5.3 éh indung nu ka hot

5.4 Ieu dina beuteung kula

5.5 6 Aya deui karasa

5.6 7 Parajina gancang ngurut

5.7 Bari ngungkil padaharan

6.1 Henteu ku .......... lamih deui

6.2 8 brag istri murangkalihna

6.3 Cahaya cékas moncorong

6.4 Lajeng baé di siraman

6.5 9 Ku adat biasana

6.6 Neukteuk santen jang ngabarut

6.7 Beresih kuma biasa

7.1 Seug di timang murangkalih

7.2 Bari tuluy di jenengna

5 Na 6 Nu 7 Paraji 8 Gubrag 9 maha

7.3 Ku raja di pangkon baé

7.4 Déwi rara wujutama

7.5 10 Geulis kabina bina

7.6 Nyi paraji amit mundur

7.7 Geus idin ti kanjeng raja

8.1 11 gancang lampah murangkalih

8.2 Sapuluh taun yuswana

8.3 Tambah geulis Nyi putri téh

8.4 Bayawak gé ngagedéan

8.5 12 putri tambah capétang

8.6 Jeung sadérék lulun runtut

8.7 Teu aya cawadeunana

9.1 Hiji mangsa Nyai putri

9.2 Ngadeuheunan /8/ ka sang raja

9.3 Nyi putri nyembah jeung mendo

9.4 Sang raja enggal mariksa

9.5 13 ka manaputra ama

9.6 Nyi putri nyembah ngawangsul

9.7 Pariksa dawuhan ama

10.1 Kaulanun kanjeng gusti

10.2 Mawi abdi ngadeuheuna

10.3 Ka payun rama bupatos

10.4 Abdi amit arék leumpang

10 Geulisna 11 Ka 12 Nyi 13 Dék

10.5 14 Nyuhunkeun idin raja

10.6 Abdi badé Nyiar ilmu

10.7 Guguru ka syékh pandita

11.1 Pandita dul kamar sidik

11.2 Di patapan ténjolaya

11.3 Sang raja gancang ngawalon

11.4 15 Nyai kahayang na mamah

11.5 16 tong teuing elis nyaba

11.6 Karana patapan itu

11.7 Sangetna kabina bina

12.1 Taya jalma anu wani

12.2 Siluman ejin barudal

12.3 Panas watekna éta téh

12.4 Geus puguh bangsa manusa

12.5 Taya pisan 17 nu nyorang

12.6 Cacakan manuk nu ngapung

12.7 Hiber ngungkulan kadinya

13.1 Manuk ragrag tuluy mati

13.2 Sakitu éta sangetna

13.3 Nyi putri nyembah ngawalon

13.4 Ama abdi arék mak /9/ sa

13.5 18 Moal beunang di pegat

13.6 Sang raja énggal ngadawuh

14 Sang 15 Nyai kahayang mamah 16 Montong 17 Anu 18 Pegatna

13.7 Ama ngan rék sambung du’a

14.1 Gancang amit Nyai putri

14.2 Lungsur ti payuneun raja

14.3 Sang raja olohok baé

14.4 Hanteu pisan sasauran

14.5 19 putri parantos angkat

14.6 Ti nagri parantos jauh

14.7 Putri angkat mileuweungan

15.1 Di jalan sumegruk nangis

15.2 Welas ninggalkeun rakana

15.3 Angkatna putri teu jongjon

15.4 Urang gancangkeun carita

15.5 20 putri gebah angkatna

15.6 Ténjolaya nu di jugjug

15.7 Kocapkeun baé geus dongkap

16.1 Nyai putri hatur bakti

16.2 Ka payuneun syékh pandita

16.3 Pandita dul komar ka hot

16.4 Gancangna énggal mariksa

16.5 21 Haturan geulis dongkap

16.6 Naon elis nu di maksud

16.7 Dongkap ka payuneun ama

17.1 Nyembah ngawalon Nyi putri

19 Nyi 20 Nyi 21 Nu

17.2 Henteu kudu di pariksa

17.3 Ama nu langkung waspaos

17.4 Pan /10/ dita deui ngandika

17.5 22 Ama Nyai uninga

17.6 Nu geulis dék Nyiar elmu

17.7 23 Nyai guguru ka ama

18.1 Ama syukur liwat saking

18.2 Nyai kitu mamanahna

18.3 Di antos ti babaréto

18.4 Urang gancangkeun carita

18.5 Tetep putri di patapan

18.6 Geus guru sagala élmu

18.7 Kabelasan kajayaan

19.1 Tunda lampah Nyai putri

19.2 Nu aya di ténjolaya

19.3 Bayawak nu kacarios

19.4 Sabarang putri teu aya

19.5 24 raja tara mariksa

19.6 Dahar leueut teu di urus

19.7 Nyatu di kajeunkeun pisan

20.1 Bayawak sok mindeng ceurik

20.2 Barina jeung sasauran

20.3 Naha ama ka aing téh

20.4 Mana nganiyaya pisan

22 Geus 23 Dék 24 Sang

20.5 25 pan aing putra ama

20.6 Lain cara rarawuju

20.7 Nyaaheunana ka awak

21.1 Ceuk Bayawak perihatin

21.2 Kurang saré kurang dahar

21.3 Ku raja di antep baé

21.4 Gancangna jaka Bayawak

21.5 26 Nangis bari midangdam

21.6 Aduh Nyai rarawuju

21.7 Ayeunamah akang tiwas /11/

22.1 Ari dina mangsa hiji

22.2 Sang Bayawak tuluy minggat

22.3 Tengah peuting minggatna téh

22.4 Ka leuweung asruk asrukan

22.5 Leumpang 27 saparan paran

22.6 Hanteu puguh nu di jugjug

22.7 Kanti ku sabari tawakal

II. PUPUH KINANTI

1.1 Turun gunung unggah gunung

1.2 Nyorang lebak nyugang pasir

1.3 Gunungna enggeus kaliwat

1.4 Nyorang kana tegal eurih

1.5 Teu lami lampah Bayawak

1.6 Tidinya béh manggih cai

25 Kapan 26 Barina 27 Leumpangna

2.1 Caina jero sarta liyuh

2.2 Bayawak didieu cicing

2.3 Cicing di sisi walungan

2.4 Bayawak barina ceurik

2.5 Ingeteun ka sadérékna

2.6 Ka rarawuju nu geulis

3.1 Aduh elis rarawuju

3.2 Akang ayeuna mah mati

3.3 Nyai sing sabar tawakal

3.4 Masing bisa mawa diri

3.5 Jeung akang Nyai papisah

3.6 Mobisa kapanggih deui

4.1 Gancang na Bayawak turun

4.2 Ancrug kana jero cai

4.3 Malikeun manéh Bayawak

4.4 Ngalayong palid ka hilir

4.5 Sok /12/ tunda lampah Bayawak

4.6 Nu aya di jero cai

5.1 Koco déwi rarawuju

5.2 Di patepan keur prihatin

5.3 Nyai putri mendak warta

5.4 Nyéta rakana geus leungit

5.5 Di tundung ku kanjeng raja

5.6 Geus kabur ti jero nagri

6.1 Putri nangis segrok segruk

6.2 Tuluy baé ka mah resik

6.3 Bari nangis ngalehanat

6.4 Pandita énggal ngalahir

6.5 Aduh elis anak bapa

6.6 Kunaon elis teh nangis

7.1 Jong nyembah Nyi déwi wuju

7.2 Unjukeun ka maha resik

7.3 Bapa kuring téh amitan

7.4 Sareng kuring neda idin

7.5 Kuring amit badé mulang

7.6 Rék nyusul dulur simkuring

8.1 Pandita énggal ngadawuh

8.2 Elis ulah rusuh teuing

8.3 Bapa rék ngawaris heula

8.4 Bapa boga cupu hiji

8.5 Cupu jimat nu baheula

8.6 Bapa ngawaris ka Nyai

9.1 Di jerona iyeu cupu

9.2 Aya kembang tilu /13/ siki

9.3 Arahéng kembang campaka

9.4 Campaka bodas nu hiji

9.5 Siki mulaya ka dua

9.6 Jeung campaka dadu kuning

10.1 Campaka bodas di catur

10.2 Lamun dianggo ku elis

10.3 Watekna éta campaka

10.4 Matak loba anu asih

10.5 Geus puguh bangsa manusa

10.6 Najan siluman sétan jin

11.1 Ka elis tangtuna nurut

11.2 Médaékeun sedih ati

11.3 Jeung iyeu cempaka ulah

11.4 Upama mendak nu mati

11.5 Ku Nyai geura wungkulan

11.6 Nu geus hilang hirup deui

12.1 Katilu cempaka dadu

12.2 Usapkeun ka suku Nyai

12.3 Tangtu bisa ngawang-ngawang

12.4 Henteu maké jangjang deui

12.5 Méh elis iyeu tampanan

12.6 Bapa ngawaris ka Nyai

13.1 Nyi putri nampanan tungkul

13.2 Bari nyembah anu ......

13.3 Nu bapa kuring tarima

13.4 Dipaparin jimat matih

13.5 ...... kebat ngandika

13.6 Geus sedeng mangkat nu geulis /14/

14.1 Nyi putri gancangna munjung

14.2 Amat tipayuneun resik

14.3 ........ saurna pandita

14.4 Diduakeun anu geulis

14.5 Geura nyerahan ayeuna

14.6 Geus sedeng mangkat Nyi putri

15.1 Gancangna Nyi putri tuluy

15.2 Mundur tipayuneun resik

15.3 Jimat cepuna di candak

15.4 Kebat angkat Nyai putri

15.5 Kaluar tipang tepatan

15.6 Geus mungkur ti maha resik

III. PUPUH PUNGKUR

1.1 Gandéang putri nu angkat

1.2 Di jalana segrak segruk bari nangis

1.3 éling ka resikna kabur

1.4 28 Palang siang geus hilang

1.5 Atawana aya nu meugabah batur

1.6 Putri teu jongjon angkatna

1.7 Luak lieuk alak ilik

2.1 Manggih liang di asupan

2.2 Nyai putri unggah gunung nyugang pasir

2.3 Rakana welah teu timu

2.4 Nyorang ....... bandawasa

2.5 Leuleuweungan Nyi putri seug kapidangdung

2.6 Nyi putri ngeureunan palay

2.7 Dina handapeun caringin /15/

3.1 Leumpang putri urang tunda

3.2 Mangké ogé tangtu di omongkeun deui

28 Enggeus

3.3 29 Nya deui a nu di catur

3.4 30 Kocap hiji pandita

3.5 Di patepan gunung jinggan nu geus mashur

3.6 Pandita jén kakasihna

3.7 Kagungan putra sahiji

4.1 Pameget putra pandita

4.2 Rupa kayo jangkung leutik andelemi

4.3 Hésé pisan pantar kitu

4.4 Nama 31 dén sélamaya

4.5 Hiji mangsa radén ku rama di saur

4.6 Ngadeuheus dén sélamaya

4.7 Ka payuneun maha resik

5.1 Pandita jén seug ngandika

5.2 Ujang kasép sélamaya anak aing

5.3 Nu matak radén di saur

5.4 Radén téh kudu angkat

5.5 Ka nagara majapait kudu jugjug

5.6 Deumeusan sang ratu maja

5.7 Radén bakal meunang mukti

6.1 Radén jaga sélamaya

6.2 Cédok nyembah bari nyumungkeun ka bumi

6.3 Ama jisim abdi nuhun

6.4 Kénging dawuhan ama

6.5 Taya /16/ sanés siang wengi nu di tunggu

29 Nu 30 Sahiji 31 Radén

6.6 Kajabi dawuhan ama

6.7 Ayeuna sim abdi amit

7.1 Nyembah radén sélamaya

7.2 Radén mundur ti payuneun maharesik

7.3 Bari dangdan gusat gisut

7.4 Nyungk 32 lang duhungna ladrang

7.5 Dasar kasép cahaya munggah ngagebur

7.6 33 Raden na kebah angkatna

7.7 Sejana ka majapait

8.1 Angkat radén sélamaya

8.2 Gedag gidig radén bari maut kumis

8.3 Mireungeuhna ngalér ngidul

8.4 34 Geus jauh pisan angkat

8.5 Radén putra nyukang pasir unggah gunung

8.6 Geus nepi ka leuweung roban

8.7 Rohadén taya ka risi

9.1 Henteu lila deui datang

9.2 Tinu bala buta gede liwat saking

9.3 Awak rubak jangkung luhur

9.4 35 Huntuna ge dé pisan

9.5 Panon beureum tina irung babakaur

9.6 Kélékna bijilan lalay

9.7 Ceulina sagedé hihid /17/

32 Nyungkelang 33 Raden 34 Angkatna 35 galedé

10.1 Ragag rigig éta buta

10.2 Tinu bala megatan ka radén mantri

10.3 Sélamaya seug ngadawuh

10.4 Naha buta kitu peta

10.5 Bet megatan ka aing dék naon maksud

10.6 Sia ngan 36 ngaléléwaan

10.7 Taya kapatutan teuing

11.1 Buta téh ngabarakatak

11.2 Ngabedé ka éta buta bari seuri

11.3 Sarta bari unggak ingguk

11.4 Megatan bae di jalan

11.5 éta buta ka dén sélamaya seru

11.6 Dén sélamaya ngandika

11.7 37 éh naha sia nya jurig

12.1 Beuki motah éta buta

12.2 Ngagodana buta téh ka radén mantri

12.3 Dén mantri téh tuluy tungkul

12.4 38 Tungkul bari ngamanah

12.5 Sélamaya di tangtukeun aing tarung

12.6 Tatapi da wani pisan

12.7 Ngalawan buta sahiji

13.1 Ulah heureuy ulah megat

36 Kata ga di ta bahka berdasarka dugaa pada teks agar sesuai de gan suku kata dalam pupuh

37 Kata ya di ta bahka berdasarka dugaa pada teks agar sesuai de ga suku kata dala pupuh 38 Teh

13.2 Éta kitu kasawuran radén mantri

13.3 Beuki angot buta nafsu

13.4 Sélamaya rada wegah

13.5 39 Bati susah hadé ngalawan wé kitu

13.6 Tatapi kumaha béhna

13.7 40 Kos baé lain lalaki /18/

14.1 Herang hereng sada macan

14.2 Tuluy baé nyampeurkeun ka radén mantri

14.3 Barina ngomong malayu

14.4 Kieu pokna éta buta

14.5 Orang bagus dari mana luh nya kampung

14.6 Dengen sapa punya nama

14.7 Jangan diem lekas buNyi

15.1 Dén sélamaya ngajawab

15.2 Sia buta bet nanya ngaran ka aing

15.3 Ngaran aing anu tangtu

15.4 41 Kasebut sélamaya

15.5 Lembur aing di patepan luhur gunung

15.6 Nu katelah gunung jinggan

15.7 Sia buta geura Nyingkir

16.1 Radén putra deui nanya

16.2 Ari sia buta saha ngaran deui

16.3 Ka aing geura ngawangsul

39 Bati susah hade ngalawan bae kitu 40 Kata bae di ta bahka berdasarka dugaa pada teks agar sesuai de ga suku kata dalam pupuh 41 Den

16.4 42 Sang buta tuluy jawab

16.5 Ngaran aing kalapaksa nu geus mashur

16.6 Imah aing jero guha

16.7 Tukang rampog reujeung maling

17.1 Ayeuna gé awak sia

17.2 Tangtu baé sia ku aing di peuncit

17.3 Radén ngagilirkeun duhung

17.4 Sarta tuluy ngandika

17.5 Asa gampang pati batur /19/ di hahangu

17.6 Rohadén taya kagila

17.7 Moal mundur aing wani

IV. PUPUH DURMA

1.1 Tuluy baé dangdan radén sélamaya

1.2 43 Tangginas radén singkil

1.3 44 Di balit sinjangna

1.4 Sarta bari ngandika

1.5 Geura rontok ieu aing

1.6 Sangkala paksa

1.7 Segrak segruk bau dahdir

2.1 Tuluy baé ngarontok sangkala paksa

2.2 45 Ra dén Nyingceut nampiling

2.3 46 Tangginas maya

42 Nga 43 Pek 44 Keun 45 Rahaden 46 Den

2.4 47 Dirontok téh teu beunang

2.5 Buta di kaél ngaguling

2.6 Tuluy di sépak

2.7 Buta cengkat di tampiling

3.1 Kokoséhan buta téh teu bisa hudang

3.2 Merekpek 48 dén nampiling

3.3 49 Sangkala téh cengkat

3.4 Inget kana ajian

3.5 Ngaji bedas semu kuning

3.6 Tuluy di wejang

3.7 50 Keukeuh radén nampiling

4.1 Tadi rasa nampilingna radén putra

4.2 Kalapaksa /20/ angger seuri

4.3 Sangkala paksa ngandika

4.4 Béak 51 panamu sia

4.5 Radén putra nyabut keris

4.6 Bari susumbar

4.7 52 tadah keris nu aing

5.1 Kalapaksa nyodorkeun gemberu beuteungna

53 5.2 54 téwak beuteung nu aing

5.3 Ti hareup atawa tukang

47 Henteu 48 Raden 49 Paksa 50 Téh 51 Eun 52 Geura 53 Geura

54 Kata u di ta bahka berdasarka dugaa pada teks agar sesuai de ga suku kata dala pupuh

5.4 55 sia geura pilihan

5.5 Anu uduh kulit aing

5.6 Suganna aya

5.7 56 Gancang néwak dén mantri

6.1 Di téwak téh kalapaksa seuseurian

6.2 Bari ngomong cengar cengir

6.3 57 Keris sia mintul

6.4 58 sia deui néangan

6.5 Keris nu seukeut jeng matih

6.6 Sugan na teurak

59 6.7 60 Kana beuteung nu aing

7.1 Enggeus kitu kersaning anu kawasa

7.2 61 Ra dén dongko ka jangji

7.3 Ku buta di téwak

7.4 62 di beubeutkeun Tuluy bet 63

7.5 Ku buta di banting banting

7.6 Mastaka bejad

7.7 Ra 64 dén lastari mati

8.1 Tuluy baé di bawa ka jero guha

8.2 Kalapaksa suka /21/ seuri

55 Ku 56 Radén 57 pisan 58 Cing 59 Kulit

60 Kata a di ta bahkan berdasarkan dugaan pada teks agar sesuai dengan suku kata dalam pupuh

61 Rahadén 62 Kata bet di ta bahka berdasarka dugaa pada teks agar sesuai de ga suku kata dala pupuh 63 Pisan 64 Rahadén

8.3 65 karepna sang buta

8.4 Di pendem saheulaan

8.5 Supayana ulah haNyir

8.6 Ngarah bauna

8.7 66 Buta kaluar deui

9.1 Megat deui di jalan anu ngaliwat

9.2 67 Di batu buta cicing

9.3 68 Henteu lila datang

9.4 Ny 69 i putri lar ngaliwat

9.5 Nganggo campaka Nyi putri

9.6 Campaka bodas

9.7 70 Meleber campaka

10.1 Kalapaksa kagét nénjo putri angkat

10.2 Ngadak ngadak buta asih

10.3 bari megat di jalan

10.4 71 Nyi putri téh di pegat

10.5 Nyi putri taya ka risi

10.6 Ka buta nanya

10.7 Buta sia geura Nyingkir

11.1 Eujeung naon karep sia téh megatan

11.2 Hiling sia geura Nyingkir

65 Ari 66 Geus 67 Dina 68 Kungsi 69 Nyai 70 téh seungit 71 pegatan

72 11.3 73 Aing rék ngaliwat

74 75 11.4 76 Buta tuluyna seu ri

11.5 Bari ngomong cengar cengir

11.6 Elis ké heula

11.7 77 Bapa rék nanya elis

12.1 Elis téa dék ka mana bet sorangan / 22/

78 12.2 79 Naha elis bet wani

80 12.3 81 jeung lis saha ngaran

12.4 Ka 82 mpa geura popoyan

12.5 Nyi putri ngajawab wani

12.6 Ngaran aing mah

83 12.7 84 Nyi déwi uju aing

13.1 Buta téa beuki tambah seseurian

13.2 85 Ngagakgak bau dahdir

13.3 Duh 86 anak siapa

13.4 87 Elis tong teuing nyaba

13.5 Naon kahayang nu geulis

72 Arék 73 Jalan

74 Kata a di ta bahka berdasarka dugaa pada teks agar sesuai de ga suku kata dala pupuh

75 Seu 76 An 77 Ka

78 Kata bet di ta bahka berdasarka dugaa pada teks agar sesuai de ga suku kata dala pupuh 79 Teuing 80 Reu 81 Elis 82 Kaempa

83 Kata Nyi di ta bahka berdasarka dugaa pada teks agar sesuai de ga suku kata dala pupuh 84 Ngaran 85 Jeung 86 Uju 87 Montong

13.6 Di bapa loba

13.7 88 anu maranis

V. PUPUH DANGDANGGULA

1.1 89 Seug ngajawab Nyai Roro Déwi

1.2 Aing Buta teu boga kahayang

1.3 Sia Buta geura mantog

1.4 90 Kapaksa eunggat unggut

1.5 Nyingsieunan ka Nyai Putri

1.6 Huntuna gEugeurékan

1.7 Gancangna Nyi Ayu

1.8 Ku Buta tuluy di téwak

1.9 Seug di bawa ka jero guha Nyi Putri

1.10 Pantona 91 di tulakan

2.1 Barang asup ka guha Nyi Putri

92 2.2 93 Nyi Putri émut ka ajianna

2.3 Boga aji sirep modél /22/

88 Kueh kueh 89 Nyi 90 Kalapaksa 91 Seug 92 Putri 93 Ajina

2.4 94 Paparin ti bapa guru

2.5 95 Waktu di napatapan Putri

2.6 Sirepna matih kacida

2.7 Ngarana si jentul

2.8 Tuluy ku Putri di wejang

2.9 Jeung ngariring maké lagu dangdang genis

2.10 Putri 96 kieu saurna

3.1 Deuleu iyeuh poek liwat saking

3.2 Kutan kieu ari jero guha

3.3 Leumpang aing talag tolog

3.4 Dewa Agung kuring tulung

3.5 Ulah di poék-poék teuing

3.6 Mugi paparin caang

3.7 Ku Buta karungu

3.8 Ngadak-ngadak guha caang

3.9 Barang beré 97 Buta kagét liwat saking

3.10 Tuluy baé sasarean

94 Pa 95 Patapan 96 Nyi Putri 97 Teh

4.1 Buta hees tibra liwat saking

4.2 Kaucap seugrak-seugruk kerékna

4.3 Nyi Putri seug indit baé

4.4 Di jero guha ngalantung

4.5 98 Heunteu lami deui Nyi Putri

4.6 Mendakan anu 99 hilang

4.7 Cahayana mancur

4.8 Ku Nyi Putri di deukeutan

4.9 Sidik hilang hanteu obah hanteu usik

4.10 Déwi 100 Uju ngaleunyap

5.1 Tuluy /23/ baé nuhilang ku Putri

5.2 Ku campaka mulya diunggulan

5.3 Nu hilang téh lilir baé

5.4 101 Siga pisan lulungu

5.5 102 Gasak-gusuk bari jeung seuri

5.6 Rawon di pangimpian

98 Putri 99 nu

100 Sang Dewi 101 Nu 102 Barina

5.7 Mendak Putri alus

5.8 103 Di Selamaya ngandika

5.9 Aduh Nyai haturan bagea sumping

5.10 Nyai téh nu 104 ti mana

6.1 Lewat Putri nur Engkang simkuring

6.2 Naros heula ka salira Engkang

6.3 Engkang téh keur dameul naon

6.4 105 Mawi Enggang téh pupus

6.5 Raden Putra ngawanon 106 Putri

6.6 Ari ceuk yayasan témah

6.7 Arda leupa enung

6.8 Engkang nu nanya di Tanya

6.9 Kieu asal purwana engkang téh mati

6.10 Di jalan panggih 107 Buta

7.1 Buta ngarana Kalapaksa sakti

7.2 Seug megatan di jalan ka Engkang

103 Dina 104 anu 105 Numawi 106 Ka 107 Jeung

7.3 Engkang téh seug perang baé

7.4 108 Ku akang Buta tumbuk

7.5 Kalapaksa di tumbuk seuri

7.6 Jeung bari cicing kelak /24/

7.7 Ka engkang téh nubruk

7.8 Engkang di téwak seug beunang

7.9 Tuluy baé akang téh di banting-banting

7.10 Na batu gedé pisan

8.1 Nyai Putri Rara ucu seuri

8.2 Sarta nyaur duh eta pakarang

8.3 Keris téh gawena naon

8.4 109 Lamun tewekeun musuh

8.5 110 Raden Putra ngalawon deui

8.6 111 Keris ge heunteu teurak

8.7 Kalapaksa weduk

8.8 Akang geus béak tarékah

8.9 Putri nyaur duh iyeu mah matak watir

108 DI 109 Ka 110 Ngawalonan 111 Oge

8.10 Mambang 112 ci soca medal

VI. PUPUH MASKUMAMBANG

1.1 Nyandak jimat campak da du Nyi Putri

1.2 Barina ngandika

1.3 Kang kuring ngilikan keris

1.4 Hayang nyaho di rupana

2.1 Tuluy baé Den Putra ngahaturkeun keris

2.2 Ku Putri di candak

2.3 Keris di tampa ku Putri

2.4 Tuluy di usapan jimat

3.1 Tilu kali di usapan eta keris

3.2 Nyi Putri ngandika

3.3 Sumangga kang iyeu keris

3.4 Geura teuweukeun ka Buta

112 Kumambang

4.1 Mempeung Buta keur /25/ molor tuh engkang geuning

4.2 Iyeu 113 sugan teurak

4.3 Den Putra gancangan indit

4.4 Sareng kerisna di candak

5.1 Kalapaksa hées tibra liwat saking

5.2 Sesegor kérékna

5.3 Teu lami Den Putra sumping

5.4 Kaget Raden Selamaya

6.1 Tuluy baé Buta téh di geuing-geuing

6.2 Den Putra iyatna

6.3 Kalapaksa barang lilir

6.4 Di teuweuk ku Raden Putra

7.1 Barang cos téh ngagero sangkala pekni

7.2 Peujitna téh mudal

7.3 Sakarat seug tuluy mati

7.4 Suka cida Selamaya

113 Iyeu keris

8.1 Tuluy Raden nyamperkeun ka Nyai Putri

8.2 Jeung imuh sumpingna

8.3 Nyi Putri gancang mariksa

8.4 Kang kumaha Buta téh

9.1 Masih hirup atawana enggeus mati

9.2 Den Putra ngajawab

9.3 Perkara Buta geus mati

9.4 Beuteung nagé wani bedah

10.1 Nyai Putri Roro Uju suka seuri

10.2 Barina ngandika

10.3 Iyeu saur Nyai /26/ Putri

10.4 Seja naros kuring Engkang

11.1 Engkang téh sahanya Tuang 114 kakasih

11.2 Timana nagara

11.3 Jeung kuring kakara panggih

11.4 Den Putra tuluy ngajawab

114 Ka

12.1 Ngaran akang Raden Selamaya Nyai

12.2 Imah tapa hipan

12.3 Gunung jinggan luhur pasir

12.4 Balik akang deui nanya

13.1 Nyai 115 oneng sahanya tuang kakasih

13.2 Sareungna timana

13.3 Saha Ibu Rama Nyai

13.4 Nyi Putri imut ngajawab

14.1 Nama kuring Déwi Uju Putra Gusti

14.2 Ratu Dimadenda

14.3 Ari seja jisimkuring

14.4 Néangan akang Bayawak

15.1 Mindo nyaur Raden Selamaya manis

15.2 Duh oneng nu lénjang

15.3 Pun akang téh badé ngiring

15.4 Kamana anu di seja

115 Nyi

16.1 Mangka elis ayeuna urang arindit

16.2 Nyusul jeung raka

16.3 Mugi sing énggal pinanggih

16.4 Nyi Putri énggal ngajawab

17.1 Mangga Engkang ayeuna urang arindit

17.2 Gancangna Den Putra

17.3 Geus angkat /27/ jeung Nyai Putri

17.4 Kaluar ti jero guha

18.1 Dijalana Raden Putra sareng Putri

18.2 Dameul gogonjakan

18.3 Naek gunung nyukang pasir

18.4 Nu didahar dangdaunan

19.1 Urang tunda caritana Nyai Putri

19.2 Sareng Raden Putra

19.3 Anu kocap 116 ganti deui

19.4 Kinanti gentos kumambang

116 Kaucap

VII. PUPUH KINANTI

1.1 Ganti deui nu dicatur

1.2 Tinatur upama distrik

1.3 lembur gede saé pisan

1.4 Bawah nagri maja pahit

1.5 Dilember gebang tinatur

1.6 Aya hiji randa Miskin

2.1 Nyi Randa Miskin di catur

2.2 Pagawean nana Nyair

2.3 Taya deui pakasaban

2.4 Isuk soré gawé Nyair

2.5 Ari dina hiji mangsa

2.6 Ka cai Nyi Miskin Nyair

3.1 Indit Nyair subuh-subuh

3.2 Lauk teu menang sahiji

3.3 Munggah dek sapoe pisan

3.4 Geus nepi ka ashar akhir

3.5 Nyi Miskin ngarasa aral

3.6 Nyi Miskin ngahiung ceurik

4.1 Bari balik suak-siuk

4.2 Nyiukan /28/ di sisi-sisi

4.3 Nu ka siuk sang Bayawak

4.4 Abus kana jero lambit

4.5 Nyi Miskin reuwaseun pisan

4.6 Nenjo anu lurik-lurik

5.1 Nyi Miskin rengho ngarancug

5.2 Garo singsat birigidig

5.3 Tuluy baé dedengékan

5.4 Bari ceurik jeba-jebi

5.5 Nyi Miskin kieu omongna

5.6 Jurig sia geura balik

6.1 Lambit aing mereun lapur

6.2 Kadieu keun eta lambit

6.3 Ku sia ulah di bawa

6.4 Aing hanteu boga deui

6.5 Sang Bayawak seug ngajawab

6.6 Bibi ulah rusuh ceurik

7.1 Bibi ulah jauh-jauh

7.2 Sing deukeut baé jeung kuring

7.3 Iyeu lambit mangga candak

7.4 Kuring heunteu niat maling

7.5 Nyi Miskin eureun ceurikna

7.6 Ngareungeu anu weuweuling

8.1 Nyi Miskin téh gura-giru

8.2 Ngadeukeutan kana lambit

8.3 Semu nu sieun kacida

8.4 Culang-cileung arék balik

8.5 Bayawak tuluy nyarita

8.6 Ulah reuwas-reuwas bibi

9.1 Kula 117 téh gaduh pihatur /29/

9.2 Manawi terang jeung bibi

9.3 Bibi téh saha jenengan

117 Kaula

9.4 lemburna timana bibi

9.5 Nyi Miskin seug ngawalonan

9.6 Ti gebang tinatar bibi

10.1 Ngaran Embi nu geus mashur

10.2 Katelah ku anak hiji

10.3 Anak Embi geus teu aya

10.4 Ngaran kasian geus mati

10.5 Embi téh Ambu kasian

10.6 Randa teu boga salaki

11.1 Embi Miskin liwat langkung

11.2 Ari gawe Embi Nyair

11.3 Taya deui pakasaban

11.4 Isuk sore Embi Nyair

11.5 Beunangna tuluy di jual

11.6 Di paké meli papais

12.1 Sang Bayawak mindo nyaur

12.2 Embi kuring neda idin

12.3 Manawi jeung Embi terang

12.4 Kuring seja milu cicing

12.5 Mukasiyan ngawalonan

12.6 Bari ngarontok jeung ceurik

13.1 Bayawak tuluy di pangku

13.2 Di enjrung-enjrung di ais

13.3 Tuluy balik gagancangan

13.4 Ka imahna enggeus nepi

13.5 Pada nanya Mukasiyan

13.6 Meunang lauk naon Embi /30/

14.1 Di gebang dinatar guyur

14.2 Awéwé reujeung lalaki

14.3 Pada nganjang ka Nyi Randa

14.4 Kabéh hayang naringali

14.5 Kolot budak pada datang

14.6 Bau nang gaya anu ngais

15.1 Randa Miskin jadi untung

15.2 Loba béas reujeung duit

15.3 Sumawona ka hakanan

15.4 Kuéh-kuéh nu aramis 118

15.5 Ti barang meunang Bayawak

15.6 Sémah rabul ka Nyi Miskin

16.1 Heubeulna heuteu di catur

16.2 Bayawak di Embu Miskin

16.3 Bayawak tuluy haturan

16.4 Ema kuring neda idin

16.5 Amit kuring arék leumpang

16.6 Niat kuring arék kuli

17.1 Nangkoda sugih rék tuluy

17.2 Balayar ka pulau paris

17.3 Kuring dek milu balayar

17.4 Sugan pareung arék kuli

17.5 Randa Miskin ngawalonan

17.6 Muju manéhna Nyi Miskin

VIII. PUPUH PUCUNG

118 Maramis

1.1 Randa Miskin ngawalon sarta jamedud

1.2 Aduh 119 anak Ema

1.3 Ceuk Ema mah montong baé

1.4 Teu perlu Ujang arék balang siang

2.1 Didieu ge Ema heunteu kurang nyatu /31/

2.2 Kahakanan loba

2.3 Weuteuh baju jeung karémbong

2.4 Sakieu ge Ema téh tarima pisan

3.1 Sang Bayawak tidinya tuluy ngawangsul

3.2 Mun teu idin Ema

3.3 Kuring mah rék balik baé

3.4 Kuring téa mo cicing di imah Ema

4.1 Mukasiyan ngarengkul bari ngawangsul

4.2 Aduh anak Ema

4.3 Ujang ulah balik manéh

4.4 Cicing baé Ujang di dieu jeung Ema

119 Ujang

5.1 Heunteu Ujang rék milu kuli mah sukur

5.2 Ema rék bebeja

5.3 Ka Tuan Nangkoda

5.4 Sugan pareng Nangkoda daekeun mawa

6.1 Tunggu baé Ujang Ema rék kaditu

6.2 Gancangan Nyi Randa

6.3 Ti imahna indit baé

6.4 Nu di seja ka bumi Tuan Nangkoda

7.1 Mukasiyan di jalan heunteu di catur

7.2 Ka Nangkoda dongkap

7.3 Nangkoda mariksa baé

7.4 Embu Miskin manéh téh arék kamana

8.1 Mukasiyan nyembah ngawalon jeung tungkul

8.2 Nun Tuan Nangkoda

8.3 Aya piunjuk /32/ abdi téh

8.4 Manawina rempag jeung Tuan Nangkoda

9.1 Wiréh abdi gaduh anak badé milu

9.2 Ka gamparan layar

9.3 Sejana rék kuli baé

9.4 Anak abdi sipatna sato Bayawak

10.1 Ki Nangkoda ka Nyi Miskin seug ngawangsul

10.2 Mu Miskin eta mah

10.3 Perkara anak manéh téh

10.4 Hade pisan rék kuli milu balayar

11.1 Seug bejakeun ka anak manéh kaditu

11.2 Yen kami balayar

11.3 Tangtuna poé pageto

11.4 Mukasiyan nyembah amitan rék mulang

12.1 Mukasiyan tuluy balik gura giru

12.2 Mukasiyan tunda

12.3 Ki Nangkoda ka carios

12.4 Harita ge tuluy baé dangdan-dangdan

13.1 Tuluy mangkat Nangkoda jeung batur

13.2 Sejana ka kapal

13.3 Kocap 120 geus datang sakabeh

13.4 Tuluy baé harita ge bébér layar

14.1 Héran kabeh kapalna teu daék maju

14.2 Angin géde pisan

14.3 Kapal namah cicing baé

14.4 Ki Nangkoda geus kitu tuluy neneda /33/

15.1 Mugi-mugi iyeu kapal hayang maju

15.2 Ki Nangkoda hajat

15.3 Motong sapi sareng embé

15.4 Jeung ngaurkeun uang perak ka sagara

16.1 Kapalna mah jongjon baé henteu maju

16.2 Reuket jeung sagara

16.3 Kawas di legotan baé

16.4 Kapal cicing henteu ised-ised acan

17.1 Di kapal téh aya hiji Nujum mashur

17.2 Nangkoda nyarita

120 Kaucap

17.3 Ki Nujum kumaha baé

17.4 Iyeu kapal teu ised-ised acan

18.1 Ttuluy nyembah Ki Nujum bari ngawangsul

18.2 Nun iyeu gamparan

18.3 Mawi kapal teu maju téh

18.4 Wiréh aya kalepetan megat lampah

IX. PUPUH MAGATRU

1.1 Nun kapungkur Tuan Nangkoda téh sanggup

1.2 Rék nyandak anak Nyi Miskin

1.3 Bayawak arék buburuh

1.4 Ka gamparan bade ngiring

1.5 Bok silih gamparan poho

2.1 Ki Nangkoda nyaur barina jeung imut

2.2 Bener pisan Nujum sidik

2.3 Bayawak téh arék milu

2.4 Ka kami rék ngilu kuli

2.5 Kami janji téh pageto

3.1 Sanggeus /34/ kitu Nangkoda téh tuluy ngutus

3.2 Nyaur anakna Nyi Miskin

3.3 Utusan parantos tuluy

3.4 Tunda utusan nu indit

3.5 Mukasiyan di carios

4.1 Barang datang Mukasiyan téh ka lembur

4.2 Ka Bayawak seug pupulih

4.3 Ujang kuli téh geus tangtu

4.4 Ku Nangkoda geus katampi

4.5 Ujang kuli téh pageto

5.1 Jang Bayawak geus kitu tuluy ngawangsul

5.2 Duh Ema karunya teuing

5.3 Ema leumpang hanteu puguh

5.4 Jauh-jauh henteu hasil

5.5 Nangkoda téh ngabobodo

6.1 Ema mulih harita Nangkoda tuluy

6.2 Mukasiyan tuluy ceurik

6.3 Naha Nangkoda bet wadul

6.4 Majahkeun dék mawa kuli

6.5 ‘Euh Nangkoda abong-abong

7.1 Sebut kitu utusan Nangkoda jebul

7.2 Ku Bayawak katingali

7.3 Bayawak gancangna nyaur

7.4 Iye paman nu ti mendi

7.5 Utusan tuluy ngawalon

8.1 Iyeu Ujang kuring utusan ti laut /35/

8.2 Ti Tuan Nangkoda sugih

8.3 Ujang ayeuna di saur

8.4 Kudu ka iring ku kuring

8.5 Nangkoda di kapal ngantos

9.1 Sang Bayawak ka utusan téh ngawangsul

9.2 Naha Emang nyaur kuring

9.3 Asana teu puguh-puguh

9.4 Tara-tara ti sasari

9.5 Kuring mah reuwas teu atoh

10.1 Ki utusan geus kitu tuluy ngawangsul

10.2 Mugi Ujang sing ka iring

10.3 Geus kitu Bayawak tuluy

10.4 Bareng jeung utusan indit

10.5 Di jalan teu di carios

11.1 Kana kapal Bayawak téh enggeus junduk

11.2 Ki Nangkoda suka seuri

11.3 Geus kitu kapalna maju

11.4 Barengna jeung angin tarik

11.5 Ka tengah laut nyoloyong

12.1 Barang nepi kapal katengahna laut

12.2 Bayawak nyarita deui

12.3 Tuan Nangkoda kudu laun

12.4 Kuring moka pulau paris

12.5 Sebab kuring sieun mabok

13.1 Ayeuna mah simkuring aya panuhun

13.2 Manawi gamparan idin

13.3 Kuring téh hayang kaditu

13.4 Ka /36/ itu pulau nu leutik

13.5 Kedah di anterkeun anjog

14.1 Sang Nangkoda mindo nyaur bari imut

14.2 Aduh Ujang anak aing

14.3 Jang montong teuing kaditu

14.4 Di kapal baé jang linggih

14.5 Masing wareg dahar nganggo

15.1 Sang Bayawak ngawalon barina tungkul

15.2 Mugi Tuan kedah idin

15.3 Kuring anteurkeun kaditu

15.4 Lamun Tuan henteu idin

15.5 Simkuring bade ngalolos

16.1 Ki Nangkoda geus kitu énggal ngadawuh

16.2 Ujang Bapa tangku idin

16.3 Ayeuna mah Ujang hayu

16.4 Ujang geura tunggang koji

16.5 Urang gancangankeun nyarios

17.1 Sang Bayawak geus numpak kana parahu

17.2 Nangkoda nyakitu deui

17.3 Kabeh ngajajap tuluy

17.4 Ka pulo pinangges nepi

17.5 Bayawak seug tuluy ngomong

18.1 Nun juragan simkuring gaduh pihatur

18.2 Upami gemparan mulih

18.3 Abdi sampeur kausanun

18.4 Ngawa /37/ lon Nangkoda sugih

18.5 Bapa oge moal poho

19.1 Geus barudal nu jajap tumpak parahu

19.2 Kana kapal kabeh nepi

19.3 Nangkoda balayar tuluy

19.4 Dagangna ka pulo paris

19.5 Ganti anu di carios

20.1 Kocap deui patapan di luhur gunung

20.2 Di pulau pinang mahresik

20.3 Jenengna Pandita jamus

20.4 Pandika kalangkung sakti

20.5 Kasmaran Pandita kahot

X. PUPUH ASMARANDANA

1.1 Sang Pandita eukeur calik

1.2 Uninga bakal aya semah

1.3 Seug ngamparkeun samak baé

1.4 Henteu lami jebul dongkap

1.5 Bayawak 121 ngadeuheusan

1.6 Pandita jamus ngadawuh

1.7 Haturan nu karék dongkap

2.1 Bapa ngantos ti kamari

2.2 Naha Raden lami pisan

2.3 Jaka Bayawak ngawalon

2.4 Nun ama numawi elat

2.5 Ama langkung uninga

2.6 Pandita mindo ngadawuh

2.7 Raden bapak geus u /38/ ninga

121 Sang Bayawak

3.1 Bapa seja naros deui

3.2 Raden téh bade kamana

3.3 Sareng naon nudi seja téh

3.4 Bayawak énggal ngajawab

3.5 Mereun Ema 122 uninga

3.6 Teu kudu kuring piunjuk

3.7 Pandita énggal ngandika

4.1 Bener Raden geus kaharti

4.2 Ama téh enggeus uninga

4.3 Kana pikareupen Raden

4.4 Saestuna Raden tea

4.5 123 neang elmu kusumah

4.6 Raden téh bade guguru

4.7 Jatining elmu kusumah

5.1 Nyembah Raden Jaka Pekik

5.2 Leres kitu pisan Ama

122 Geus 123 Dek

5.3 Pandita ngandika alon

5.4 Sukur Raden mun kitu mah

5.5 Ama rék 124 mapagahan

5.6 Seug Bayawak manjing guru

5.7 Geus paham elmu kusumah

6.1 Lami Raden guru ilmi

6.2 Geus tilu tahun lawasna

6.3 Raden di pulau pinang téh

6.4 Aya manah hoyong mulang

6.5 125 Pandita ka uninga

6.6 Jaka Bayawak di saur

6.7 Ngadeuheus Jaka Bayawak /39/

7.1 Cong nyembah mendo gék calik

7.2 Gancang Pandita ngandika

7.3 Eh anak Bapa nu kasep

7.4 Bapa téh arék nyarita

124 Arek 125 Ku

7.5 Wantu den 126 hoyong mulang

7.6 Bapa mere dua waluh

7.7 Pusaka jimat nagara

8.1 Ieu waluh nu kahiji

8.2 Jagana jadi nagara

8.3 Nagara gede tur ramé

8.4 Pepek jeung eusi-eusina

8.5 Ari nu 127 kaduana

8.6 Jadi parabot kabeh alus

8.7 Parebut emas-emasan

9.1 Tatapi Bapa téh jangji

9.2 Nama Raden ulah salah

9.3 Jagana ieu waluh téh

9.4 Kudu ku Raden sorangan

9.5 Sarta kudu kukusan 128

9.6 Memeh ku Raden di gebug

9.7 Ulah salah ngagebugna

126 Raden 127 Anu 128 Dikukusan

10.1 Kudu ku Raden pirbadi

10.2 Tangtu aya mujijatna

10.3 Bayawak nyembah ngawalon

10.4 Nyuhunkeun do’ana Ama

10.5 Mugi kuring ulah hilap

10.6 Kana piwuruk sakitu

10.7 Pandita kebat nyarita /40/

11.1 Jeung deui bapa pepeling

11.2 Wiréh Bapa boga anak

11.3 Anak Bapa keur masantren

11.4 Disisi langit keur tapa

11.5 Jaga upama pendak 129

11.6 Poma Raden kudu akur

11.7 Nama Raden Danur Wenda

12.1 Bapa sakitu pepeling

12.2 Masing inget-inget pisan

12.3 Poma Raden ulah poho

129 Kapendak

12.4 Bayawak nyembah ngajawab

12.5 130 Abdi nyuhunkeun du’a

12.6 Sebot keur misaur kitu

12.7 Rongheyap Nangkoda dongkap

13.1 Pandita jamus ngalahir

13.2 Iyeu tatamu timana

13.3 Nangkoda gancang ngawalon

13.4 Jisim kuring téh ti kapal

13.5 Bade nyampeur 131 Bayawak

13.6 Wiréh kuring bade bangsul

13.7 Kapengkeurna di jangjiyan

14.1 Pandita ngalahir deui

14.2 Nyaur ka Jaka Bayawak

14.3 Eh anak Bapa nu kasep

14.4 Iyeu anu nyampeur Ujang

14.5 Jang 132 geuwat geura dandan

14.6 Jaka Bayawak ngawangsul

Dokumen yang terkait

ANALISIS KONSEP KEANEKARAGAMAN HEWAN PADA BUKU TEKS BIOLOGI SLTP KELAS I

1 76 13

ANALISIS LEVEL PERTANYAAN PADA SOAL CERITA BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SMK PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DAN PENJUALAN KELAS X TERBITAN ERLANGGA DAN PUSAT PERBUKUANDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

0 43 16

DEIKSIS DALAM TEKS PIDATO GUBERNUR ACEH

0 10 1

ANALISIS TINGKAT KESUKARAN SOAL DALAM BUKU TEKS EKONOMI PADA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA PLUS ALHASAN KEMIRI PANTI JEMBER KELAS X SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012

0 17 16

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO KELAS IX SMP NEGERI 2 PUNDUH PIDADA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 67

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO KELAS IX SMP NEGERI 2 PUNDUH PIDADA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 36 69

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 13 60

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 26 57

THE DIFFERENCES IN READING ALOUD SKILL OF ENGLISH TEKS THROUGH UTILIZATION OF AUDIO AND SOUND SLIDE INSTRUCTIONAL MEDIA FOR PRIMARY IV STUDENTS IN SD PALM KIDS BANDAR LAMPUNG PERBEDAAN KETERAMPLAN MEMBACA NYARING TEKS BAHASA INGGRIS MELALUI PEMANFAATAN ME

0 23 117

ANALISIS KELAYAKAN BUKU TEKS SISWA IPA KURIKULUM 2013 PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS VIII UNTUK DIGUNAKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DITINJAU DARI RELEVANSI ISI, KETEPATAN DAN KOMPLEKSITAS Tita Juwita

3 14 8