MAKALAH ANALISIS KEUANGAN DAN PROFORMA P

MAKALAH ANALISIS KEUANGAN
“PT. ADHI KARYA TBK TAHUN 2014-2016”
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah
Analisis Keuangan Seksi 13
Dosen: Ibu Eka Bertuah

Disusun oleh Kelompok 2 :
Nuan Anggreyani

201311217

Nabila Shavira Ridwan

20160101422

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
TAHUN 2017

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas izin, rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik mungkin. Makalah dengan judul “ANALISIS
KEUANGAN PT. ADHI KARYA TBK TAHUN 2014-2016” ini disusun
dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Analisis Keuangan
yang sedang kami tempuh. Melalui makalah ini, kami berharap agar kami
dan pembaca mampu mengenal lebih jauh mengenai “ANALISIS
KEUANGAN PT. ADHI KARYA TBK TAHUN 2014-2016”.
Kami mengucakan terima kasih khususnya kepada dosen kami
yang bernama Ibu Eka Bertuah serta kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini, yang bersedia
membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat memberikan wawasan dan
inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain dan menjadi acuan yang baik
dan berkualitas.

Jakarta,

Penulis


ii

Januari 2018

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Profil Perusahaan ...............................................................................................4
1.2 Visi dan Misi ......................................................................................................5
BAB II Pembahasan
2.1 Rasio Likuiditas .................................................................................................7
a. Rasio Lancar (Current Ratio) .........................................................................7
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)..............................................................................8
c. Rasio Kas (Cash Ratio) ..................................................................................9
d. Rasio Perputaran Kas .....................................................................................9
e. Iventory to Net Working Capital ..................................................................10
2.2 Rasio Solvabilitas .............................................................................................12
a. Total Assets to Total Debt Ratio (Debt Ratio) ............................................12

b. Rasio Hutang Modal (Debt to Equity Ratio)...............................................13
c. Long Term Debt to Equity Ratio .................................................................14
d. Times Interest Earned .................................................................................15
2.3 Rasio Aktifitas..................................................................................................16
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) ...............................................17
b. Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (Days Of Receivable) ..........................18
c. Perputaran Persediaan (Iventory Turn Over) ..............................................18
d. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) ..............................19
e. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) ..........................20
f. Perputaran Aktiva (Total Assets Turn Over) ...............................................21
2.4 Rasio Profitabilitas ...........................................................................................23
a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) .................................................23
b. Margin Laba Bersih (Nett Profit Margin) ...................................................25
c. ROI (Return On Invesment) ........................................................................26
iii

d. ROE (Return On Equity) .............................................................................26
e. EPS (Earning Per Share) ............................................................................27
Laporan Laba Rugi Proforma.................................................................................30
Neraca Proforma ....................................................................................................31

Analisis Rasio Proforma ........................................................................................34
Daftar Pustaka ........................................................................................................36
Lampiran Laporan Keuangan 2014 ............................................................................
Lampiran Laporan Keuangan 2015 ............................................................................
Lampiran Laporan Keuangan 2016 ............................................................................

iv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Profil Perusahaan
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) adalah perusahaan yang bergerak di
bidang konstruksi di Indonesia. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1960
ini bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini awalnya bernama
rchitecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Selle en de Bruyn,
Reyerse en de Vries N.V. (Associatie N.V.) saat kepemilikikannya masih di
bawah Belanda. Namun sejak tanggal 11 Maret 1960, perusahaan di

nasionalisasi dengan tujuan untuk memacu pembangunan infrastruktur di
Indonesia. Bisnisnya termasuk layanan konstruksi, EPC, investasi
infrastruktur, properti, dan real estate.
Terhitung sejak tanggal 1 Juni 1974, ADHI menjadi Perseroan
Terbatas, berdasarkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
Perusahaan ini merupakan perusahaan konstruksi pertama yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (d.h. Bursa Efek Jakarta) sejak 18 Maret 2004, di
mana pada akhir tahun 2003 negara Republik Indonesia telah melepas 49%
kepemilikan sahamnya kepada masyarakat melalui mekanisme Initial Public
Offering (IPO).
Selain bergerak di bidang konstruksi, perusahaan juga bergerak d
bidang terkait seperti bisnis EPC, dan Investasi untuk meningkatkan daya
saing perusahaan dan kekuatan perusahaan di tengah tekanan persaingan
dan perang harga pada tahun 2006. Dengan tagline-nya, “Beyond
Construction”, perusahaan ingin menggambarkan

motivasinya untuk

bergerak ke bisnis lain yang terkait dengan core business perusahaan. ADHI
juga telah merambah dunia Internasional di negara-negara Asia Tenggara.

Dalam kegiatan operasionalnya, ADHI didukung oleh delapan divisi
operasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri di samping Anakanak Perusahaannya. Perusahaan ini memiliki visi untuk menjadi salah satu

5

Perusahaan konstruksi terkemuka di Asia Tenggara dengan melakukan
kinerja berdasarkan atas peningkatan corporate value secara incorporated,
melakukan proses pembelajaran (learning) dalam mencapai pertumbuhan
(peningkatan corporate value), proaktif melaksanakan lima lini bisnis secara
profesional, governance, mendukung pertumbuhan perusahaan, dan
menerapkan Corporate Culture yang simple tapi membumi/dilaksanakan
(down to earth), serta ikut berpartisipasi aktif dalam Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate Social Responsibility (CSR)
seiring pertumbuhan perusahaan.
ADHI telah mampu menunjukkan kemampuannya sebagai perusahaan
konstruksi terkemuka di Asia Tenggara melalui daya saing dan pengalaman
yang dibuktikan pada keberhasilan proyek konstruksi yang sudah
dijalankan. Keberhasilan usaha yang sudah diraih ADHI bukan berarti tanpa
dukungan dan peran serta masyarakat, untuk itu ADHI berperan aktif dalam
mengembangkan program CSR serta Program Kemitraan & Bina

Lingkungan Perseroan.

1.2

Visi dan Misi
Visi

: Menjadi Perusahaan Konstruksi Terkemuka di Asia Tenggara.

Misi
1. Berkinerja

berdasarkan

atas

peningkatan corporate

value secara incorporated.
2. Melakukan


proses

pembelajaran

(learning)

dalam

mencapai

pertumbuhan (peningkatan corporate value).
3. Menerapkan corporate culture yang simple tapi membumi/dilaksanakan
(down to earth).
4. Proaktif melaksanakan lima lini bisnis secara profesional, governance,
mendukung pertumbuhan perusahaan.
5. Partisipasi aktif dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL)

dan Corporate


Social

pertumbuhan perusahaan.

6

Responsibility (CSR)

seiring

Adanya intensitas persaingan dan perang harga antar industri konstruksi menjadikan Perseroan melakukan redefinisi visi dan
misi: Menjadi Perusahaan Konstruksi terkemuka di Asia Tenggara.

Architecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V. (Assosiate N.V.)
merupakan Perusahaan milik Belanda yang menjadi cikal bakal pendirian ADHI hingga akhirnya dinasionalisasikan dan
kemudian ditetapkan sebagai PN Adhi Karya pada tanggal 11 Maret 1960. Nasionalisasi ini menjadi pemacu pembangunan
infrastruktur di Indonesia. Berdasarkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, pada tanggal 1 Juni 1974, ADHI
berubah status menjadi Perseroan Terbatas. Hingga pada tahun 2004 ADHI telah menjadi perusahaan konstruksi pertama yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Status Perseroan ADHI sebagai Perseroan Terbatas mendorong ADHI untuk terus memberikan yang terbaik bagi setiap
pemangku kepentingan pada masa perkembangan ADHI maupun industri konstruksi di Indonesia yang semakin melaju.
Adanya intensitas persaingan dan perang harga antarindustri konstruksi menjadikan Perseroan melakukan redefinisi visi dan
misi: Menjadi Perusahaan Konstruksi terkemuka di Asia Tenggara. Visi tersebut menggambarkan motivasi Perseroan untuk
bergerak ke bisnis lain yang terkait dengan inti bisnis Perseroan melalui sebuah tagline yang menjadi penguat yaitu “Beyond
Construction”. Pertumbuhan yang bernilai dan berkesinambungan dalam Perseroan menjadi salah satu aspek penting yang
senantiasa dikelola ADHI untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat luas.

7

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio
inilah yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa llikuidnya suatu
perusahaan. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti

perusahaan tersebut likuid, sedangkan jika perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut ilikuid.
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Rasio Lancar =

2014 =

Aktiva Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
Utang Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

9.484.298.907.925
7.069.703.612.022

2014 = 1,34 dibulatkan 1,3 kali

Jumlah aktiva lancar sebanyak 1,3 kali utang lancar atau setiap Rp. 1
utang lancar dijamin oleh 1,3 rupiah harta lancar atau 1,3:1 antara
aktiva lancar dengan utang lancar.
2015 =

14.691.152.497.441
9.414.462.014.334

2014 = 1,56 dibulatkan 1,6 kali

Jumlah aktiva lancar sebanyak 1,6 kali utang lancar atau setiap Rp. 1
utang lancar dijamin oleh 1,6 rupiah harta lancar atau 1,6:1 antara
aktiva lancar dengan utang lancar.

8

2016 =

16.835.408.075.068
13.044.369.547.114

2014 = 1,29 dibulatkan 1,3 kali

Jumlah aktiva lancar sebanyak 1,3 kali utang lancar atau setiap Rp. 1
utang lancar dijamin oleh 1,3 rupiah harta lancar atau 1,3:1 antara
aktiva lancar dengan utang lancar.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan
aktiva lancar dengan persediaan.
Rasio Cepat =
2014 =

Aktiva Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)− Persediaan (𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦)
Utang Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

9.484.298.907.925 − 132.013.517.468
7.069.703.612.022

2014 = 1,32 dibulatkan 1,3 kali

2015 =

14.691.152.497.441 − 162.650.778.629
9.414.462.014.334

2014 = 1,54 dibulatkan 1,5 kali

2016 =

16.835.408.075.068 − 131.016.052.721
13.044.369.547.114

2014 = 1,28 dibulatkan 1,3 kali


Terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 0,22 pada tahun 2014-2015.
Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan membayar utang
jangka pendek. Kenaikan ini disebabkan peningkatan jumlah asset
lancar pada tahun 2015 yang cukup besar dan aset lancar
meningkat

cukup

signifikan

disebabkan

oleh

peningkatan

pendapatan pada tahun 2015.


Terjadi penurunan rasio cepat sebesar 0,26 pada tahun 2015-2016.
Hal

ini

menunjukkan

penurunan

9

dari

tahun

sebelumnya.

Dikarenakan utang lancar yang sangat meningkat sebesar walaupun
asset lancarnya juga mengalami kenaikan tetapi utang lancar lebih
besar dibandingkan pendapatan yang dihasilkan.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat
menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen
kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
Rasio Kas =

2014 =

Kas + Bank
Utang Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

811.411.723.393
7.069.703.612.022

2014 = 0,11 atau 11%

2015 =

4.317.347.903.384
9.414.462.014.334

2014 = 0,46 atau 46%

2016 =

3.364.910.489.288
13.044.369.547.114

2014 = 0,26 atau 26%

Jika rata-rata industry untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan
perusahaan kurang baik. Karena untuk membayar kewajiban masih
memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya.

d. Rasio Perputaran Kas
Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan
modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biayabiaya yang berkaitan dengan penjualan.
Rasio Perputaran Kas =

Penjualan Bersih
Modal Kerja Bersih
10

2014 =

8.653.578.309.020
9.484.298.907.925 − 7.069.703.612.022

2014 = 3,58 dibulatkan 3,6 kali

2015 =

9.389.570.098.578
14.691.152.497.441 − 9.414.462.014.334

2014 = 1,78 dibulatkan 1,8 kali

2016 =

11.063.942.850.707
16.835.408.075.068 − 13.044.369.547.114

2014 = 2,92 dibulatkan 2,9 kali

Jika rata-rata industry untuk perputaran kas adalah 10 kali, keadaan
perusahaan pada tahun 2014-2016 kurang baik karena masih cukup jauh
dari rata-rata industry.

e. Inventory to Net Working Capital
Merupakan

rasio

yang

digunakan

untuk

mengukur

atau

membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja
perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva
lancar dengan utang lancar.
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
132.013.517.468
2014 =
9.484.298.907.925 − 7.069.703.612.022
𝐼𝑁𝑊𝐶 =

2014 = 0,05 atau 5%

2015 =

162.650.778.629
14.691.152.497.441 − 9.414.462.014.334

2014 = 0,03 atau 3%

2016 =

131.016.052.721
16.835.408.075.068 − 13.044.369.547.114

2014 = 0,03 atau 3%

Jika rata-rata industry untuk Inventory to Net Working Capital adalah
12%, keadaan perusahaan pada tahun 2014-2016 kurang baik karena
berada dibawah rata-rata industry.

11

Hasil Pengukuran
Rasio
Likuiditas
Rasio

Lancar

(Current Ratio)
Rasio

Cepat

(Quick Ratio)
Rasio Kas (Cash
Ratio)
Rasio
Perputaran Kas
Inventory to Net
Working Capital

Standar

2014

2015

2016

1,3 kali

1,6 kali

1,3 kali

2 kali

1,3 kali

1,5 kali

1,3 kali

1,5 kali

11%

46%

26%

50%

3,6 kali

1,8 kali

2,9 kali

10 kali

5%

3%

3%

12%

Industri

Dari table diatas dapat dilihat bahwa :


Rasio lancar (current ratio) pada tahun 2014 dan 2016 dibawah
rata-rata industry. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dikhawatirkan
mengingat rasio lancar yang dimiliki perusahaan masih dibawah
rata-rata industry dan perlu ditingkatkan lagi.



Rasio cepat (Quick Ratio) dari tahun 2014 ke tahun 2015
mengalami kenaikan, kondisi perusahaan dapat dikatakan cukup
memuaskan tetapi pada 2015 ke tahun 2016 mengalami penurunan.



Rasio kas (Cash Ratio) dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami
kenaikan meskipun masih jauh dari rata-rata industrinya,
sedangkan tahun 2016 mengalami penurunan lagi. Kondisi ini
kurang baik karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan
waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya.



Rasio perputaran kas sangat jauh dari rata-rata industry. Keaadan
ini kurang baik bagi perusahaan. Meskipun tahun 2014 ke 2015
mengalami penurunan tetapi tahun 2016 mengalami kenaikan tetap
saja keaadaan ini tidak baik bagi perusahaan.
12



Hasil pengukuran Inventory to net working capital dari tahun 2014
ke 2015 mengalami penurunan sedangkan 2015 ke 2016 keadaan
stabil tidak berubah. Tetapi ini dinilai kurang baik bagi perusahaan
karena berada dibawa rata-rata industry.

2.2

Rasio Solvabilitas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang
ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
a. Total Assets to Total Debt Ratio (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total
aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat
ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan
rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan
seluruh kekayaan yang dimiliki.
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =
2014 =

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒆𝒃𝒕)
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔)

8.707.338.334.630
10.458.881.684.274

2014 = 0,83 atau 83%

Rasio ini menunjukkan bahwa 83% pendanaan perusahaan dibiayai
dengan utang untuk tahun 2014. Artinya, bahwa setiap Rp. 100,pendanaan perusahaan, Rp. 83,- dibiayai dengan utang dan Rp. 17,disediakan oleh pemegang saham.

13

2015 =

11.598.931.718.043
16.761.063.514.879

2014 = 0,69 atau 69%

Rasio ini menunjukkan bahwa 69% pendanaan perusahaan dibiayai
dengan utang untuk tahun 2015. Artinya, bahwa setiap Rp. 100,pendanaan perusahaan, Rp. 69,- dibiayai dengan utang dan Rp. 31,disediakan oleh pemegang saham.
2016 =

14.652.655.996.381
20.095.435.959.279

2014 = 0,73 atau 73%

Rasio ini menunjukkan bahwa 73% pendanaan perusahaan dibiayai
dengan utang untuk tahun 2015. Artinya, bahwa setiap Rp. 100,pendanaan perusahaan, Rp. 73,- dibiayai dengan utang dan Rp. 27,disediakan oleh pemegang saham.
b. Rasio Hutang Modal (Debt to Equity Ratio)
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan
merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan
dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Jadi dapat
disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara
total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
dengan menggunakan modal yang ada.
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =
2014 =

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 (𝑫𝒆𝒃𝒕)
𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 (𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚)

8.707.338.334.630
1.751.543.349.644

2014 = 4,97 dibulatkan 5,0 atau 500%

14

Rasio ini menunjukkan bahwa tahun 2014 kreditor menyediakan Rp. 5
untuk setiap Rp. 1 yang disediakan pemegang saham. Atau perusahaan
dibiayai oleh utang sebanyak 500%
2015 =

11.598.931.718.043
5.162.131.796.836

2014 = 2,25 dibulatkan 2,3 atau 230%

Rasio ini menunjukkan bahwa tahun 2015 kreditor menyediakan Rp.
2,3 untuk setiap Rp. 1 yang disediakan pemegang saham. Atau
perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 230%
2016 =

14.652.655.996.381
5.442.779.962.898

2014 = 2,69 dibulatkan 2,7 atau 270%

Rasio ini menunjukkan bahwa tahun 2016 kreditor menyediakan Rp.
2,7 untuk setiap Rp. 1 yang disediakan pemegang saham. Atau
perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 270%
c. Long Term Debt to Equity Ratio
Merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
𝑳𝒐𝒏𝒈 𝑻𝒆𝒓𝒎 =
2014 =

𝑳𝒐𝒏𝒈 𝑻𝒆𝒓𝒎 𝑫𝒆𝒃𝒕
𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚

1.637.634.722.608
1.751.543.349.644

2014 = 0,93 atau 93%

2015 =

2.184.469.703.709
5.162.131.796.836

2014 = 0,42 atau 42%

2016 =

1.608.286.449.267
5.442.779.962.898

2014 = 0,30 atau 30%

15

d. Times Interest Earned
Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio),
yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan
dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi
boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban
membayar bunga pinjaman.
Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan
perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran
untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian
pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin rendah pula
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.
𝑻𝒊𝒎𝒆𝒔 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒆𝒅 =
2014 =

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 (𝑬𝑩𝑰𝑻)
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 (𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕)

594.552.644.540
136.530.244.593

2014 = 4,35 dibulatkan 4,4 kali

Times interest earned tahun 2014 adalah 4,4 kali atau dengan kata lain,
biaya bunga dapat ditutup 4,4 kali dari laba sebelum bunga dan pajak.
2015 =

746.091.097.180
136.718.019.874

2014 = 5,46 dibulatkan 5,5 kali

Times interest earned tahun 2015 adalah 5,5 kali atau dengan kata lain,
biaya bunga dapat ditutup 5,5 kali dari laba sebelum bunga dan pajak.
2016 =

612.622.455.614
257.959.232.782

2014 = 2,37 dibulatkan 2,4 kali

Times interest earned tahun 2016 adalah 2,4 kali atau dengan kata lain,
biaya bunga dapat ditutup 2,4 kali dari laba sebelum bunga dan pajak.

16

Hasil Pengukuran
Rasio Solvabilitas

2014

2015

2016

Standar
Industri

83%

69%

73%

35%

Total Assets to Total Debt
Ratio (Debt Ratio)
Rasio Hutang Modal (Debt

5 atau

2,3 atau 2,7 atau

to Equity Ratio)

500%

230%

270%

0,93

0,42

0,30

10 kali

4,4

5,5

2,4

10 kali

90%

Long Term Debt to Equity
Ratio
Times Interest Earned

Dari table diatas dapat dilihat bahwa :


Total Assets to Total Debt Ratio (Debt Ratio) perusahaan masih
dibawah rata-rata industry 35% sehingga akan sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga
menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya oleh utang.
Jika perusahaan bermaksud menambah utang, perusahaan perlu
menambah dulu ekuitasnya. Secara teoretis, apabila perusahaan
dilikuidasi masih mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang
dimiliki.



Rasio Hutang Modal (Debt to Equity Ratio) tahun 2014-2016
sangat jauh sekali dari rata-rata industry. Ini artinya sebagian besar
dibiayai oleh hutang.



Times interest earned tahun 2014-2016 dinilai kurang baik karena
masih dibawah rata-rata industry 10 kali. Hal ini akan menyulitkan
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman dikemudian
hari.

2.3

Rasio Aktifitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio
aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi
17

pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa
sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam
unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva

yang

rendah

pada

tingkat

penjualan

tertentu

akan

mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva
tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada
aktiva lain yang lebih produktif.
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau
berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu
periode.
Semakin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio
tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin
baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam
piutang.
𝐏𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐏𝐢𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 =
2014 =

2014 =

𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧
𝐑𝐚𝐭𝐚 − 𝐑𝐚𝐭𝐚 𝐏𝐢𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠

8.653.578.309.020
(1.953.900.412.991 + 1.503.438.150.041)/2
8.653.578.309.020
1.728.669.281.516

2014 = 5,00 kali

Perputaran piutang untuk tahun 2014 adalah 5 kali dibandingkan
penjualan.
2015 =
2015 =

9.389.570.098.578
(2.231.747.915.506 + 1.953.900.412.991)/2
9.389.570.098.578
2.092.824.164.249

2014 = 4,49 dibulatkan 4,5 kali
18

Perputaran piutang untuk tahun 2015 adalah 4,5 kali dibandingkan
penjualan.
2016 =

2016 =

11.063.942.850.707
(2.906.997.989.330 + 2.231.747.915.506)/2
11.063.942.850.707
2.569.372.952.418

2014 = 4,31 dibulatkan 4,3 kali

Perputaran piutang untuk tahun 2016 adalah 4,3 kali dibandingkan
penjualan.
b. Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (Days Of Receivable)
𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐚𝐠𝐢𝐡𝐚𝐧 =
2014 =

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐢𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚
𝒙 𝟑𝟔𝟓 𝐇𝐚𝐫𝐢
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚

1.953.900.412.991
𝑥 365 Hari
8.653.578.309.020

2014 = 82,41 dibulatkan 82 hari

2015 =

2.231.747.915.506
𝑥 365 Hari
9.389.570.098.578

2014 = 86,75 dibulatkan 87 hari

2016 =

2.906.997.989.330
𝑥 365 Hari
11.063.942.850.707

2014 = 95,90 dibulatkan 96 hari

c. Perputaran Persediaan (Iventory Turn Over)
Merupakan rasio yang digunakan unutk mengukur berapa kali dana
yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu
periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan
rasio yang menunjukan berapa kali jumlah barang sediaan diganti
dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula
sebaliknya.
𝐏𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧 =

𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐏𝐨𝐤𝐨𝐤 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧
𝐑𝐚𝐭𝐚 − 𝐑𝐚𝐭𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧
19

2014 =

2016 =

7.655.376.741.694
(132.013.517.468 + 161.559.750.775)/2
7.655.376.741.694
146.786.634.122

2014 = 52.15 dibulatkan 52 kali

Rasio tahun 2014 menunjukkan 52 kali sediaan barang dagangan
diganti dalam satu tahun.
2015 =

2016 =

8.414.925.778.081
(162.650.778.629 + 132.013.517.468)/2
8.414.925.778.081
147.332.148.049

2014 = 57,11 dibulatkan 57 kali

Rasio tahun 2015 menunjukkan 57 kali sediaan barang dagangan
diganti dalam satu tahun.
2016 =

2016 =

9.948.797.443.385
(131.016.052.721 + 162.650.778.629)/2
9.948.797.443.385
146.833.415.675

2014 = 67,76 dibulatkan 68 kali

Rasio tahun 2016 menunjukkan 68 kali sediaan barang dagangan
diganti dalam satu tahun.
d. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai
keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya
seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam
suatu periode.
Apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan
perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin disebabkan
karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas
yang terlalu besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal
kerja tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau
perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.

20

𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐊𝐞𝐫𝐣𝐚 =
2014 =

𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐊𝐞𝐫𝐣𝐚 (𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 − 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫)

8.653.578.309.020
9.484.298.907.925 − 7.069.703.612.022

2014 = 3,58 dibulatkan 3,6 kali

Perputaran modal kerja tahun 2014 sebanyak 3,6 kali. Artinya setiap
Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 3,6 penjualan.
2015 =

9.389.570.098.578
14.691.152.497.441 − 9.414.462.014.334

2014 = 1,78 dibulatkan 1,8 kali

Perputaran modal kerja tahun 2015 sebanyak 1,8 kali. Artinya setiap
Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 1,8 penjualan.
2016 =

11.063.942.850.707
16.835.408.075.068 − 13.044.369.547.114

2014 = 2,92 dibulatkan 2,9 kali

Perputaran modal kerja tahun 2016 sebanyak 2,9 kali. Artinya setiap
Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 2,9 penjualan.

e. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau
dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah
menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum.
𝐏𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 =
2014 =

8.653.578.309.020
496.095.844.221

𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧
𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩

2014 = 17,44 dibulatkan 17,4 kali

Perputaran aktiva tetap tahun 2014 sebanyak 17,4 kali. Artinya, setiap
Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 17,4 penjualan.
21

2015 =

9.389.570.098.578
1.099.426.730.319

2014 = 8,54 dibulatkan 8,5 kali

Perputaran aktiva tetap tahun 2015 sebanyak 8,5 kali. Artinya, setiap
Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 8,5 penjualan.
2016 =

11.063.942.850.707
1.459.815.811.733

2014 = 7,58 dibulatkan 7,6 kali

Perputaran aktiva tetap tahun 2016 sebanyak 7,6 kali. Artinya, setiap
Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 7,6 penjualan.
f. Perputaran Aktiva (Total Assets Turn Over)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua
aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan
yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
𝐏𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 =
2014 =

𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚

8.653.578.309.020
10.458.881.684.274

2014 = 0,83 dibulatkan 0,8 kali

Perputaran total aktiva tahun 2014 sebanyak 0,8 kali. Artinya setiap Rp.
1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 0,8 penjualan.
2015 =

9.389.570.098.578
16.761.063.514.879

2014 = 0,56 dibulatkan 0,6 kali

Perputaran total aktiva tahun 2015 sebanyak 0,6 kali. Artinya setiap Rp.
1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 0,6 penjualan.
2016 =

11.063.942.850.707
20.095.435.959.279

2014 = 0,55 dibulatkan 0,5 kali

Perputaran total aktiva tahun 2016 sebanyak 0,5 kali. Artinya setiap Rp.
1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 0,5 penjualan.

22

Hasil Pengukuran
Rasio Aktifitas
Perputaran

2014

2015

2016

Rata Rata
Industri

5,00

4,5

4,3

15 kali

82

87

96

60 hari

52

57

68

20 kali

3,6

1,8

2,9

6 kali

17,4

8,5

7,6

5 kali

0,8

0,6

0,5

2 kali

Piutang

(Receivable Turn Over)
Hari Rata-Rata Penagihan
Piutang

(Days

Of

Receivable)
Perputaran

Persediaan

(Iventory Turn Over)
Perputaran

Modal

Kerja

(Working

Capital

Turn

Over)
Rasio

Perputaran

Aktiva

Tetap (Fixed Assets Turn
Over)
Perputaran Aktiva

(Total

Assets Turn Over)

Dari table diatas dapat dilihat bahwa :


Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) setiap tahunnya
menurun ini dianggap tidak baik. Karena jauh dari rata-rata
industry yaitu 15 kali.



Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (Days Of Receivable) melebihi
dari rata-rata industry. Ini artinya perusahaan tidak mampu
melakukan penagihan secara cepat dan tepat waktu.



Perputaran Persediaan (Iventory Turn Over) setiap tahunnya
meningkat, ini menunjukkan perusahaan tidak menahan sediaan
dalam jumlah yang berlebihan (tidak produktif).



Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) masih
dibawah rata-rata industry. Artinya, dari rata-rata industry setiap

23

Rp. 1,00 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 6,00 penjualan,
Sementara rasio yang dimiliki perusahaan hanya Rp. 3,6 tahun
2014, Rp. 1,8 tahun 2015 dan Rp. 2,9 tahun 2016. Dalam hal ini
manajemen harus bekerja lebih keras lagi unutk meningkatkan
rasio perputaran modal kerja hingga minimal mencapai atau sama
dengan rasio rata-rata industry.


Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) setiap
tahunnya menurun. Tetapi walaupun menurun ini tetap dianggap
baik karena perputaran aktiva tetapnya diatas rata-rata industry. Ini
artinya perusahaan sudah mampu memaksimalkan kapasitas aktiva
tetap yang dimiliki.



Perputaran Aktiva (Total Assets Turn Over) sangat tidak baik
karena terjadi penurunan rasio dari tahun 2014-2016. Kemudian,
jika dibandingkan dengan rata-rata industry 2 kali berarti
perusahaan belum mampu memaksimalkan aktiva yang dimiliki.
Perusahan diharapkan meningkatkan lagi penjualannya atau
mengurangi sebagian aktiva yang kurang produktif.

2.4

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu
dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen
dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini
dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi
perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).
a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

24

Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir,
2009:18).
Gross

profit

margin merupakan

persentase

laba

kotor

dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin
baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa
harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales,
demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin
kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).
𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 =

𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 − 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐏𝐨𝐤𝐨𝐤 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧
𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧

8.653.578.309.020 − 7.655.376.741.694
8.653.578.309.020
998.201.567.326
2016 =
8.653.578.309.020
2014 =

2014 = 0,16 atau 16%

Gross margin on sales adalah 0,16 atau 16% artinya dari setiap Rp 1
penjualan akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,16. sementara
84% atau Rp 0,84 sudah digunakan untuk menutupi harga pokok
penjualan.
9.389.570.098.578 − 8.414.925.778.081
9.389.570.098.578
974.644.320.497
2016 =
9.389.570.098.578
2015 =

2014 = 0,10 atau 10%

Gross margin on sales adalah 0,10 atau 10% artinya dari setiap Rp 1
penjualan akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,10. sementara
90% atau Rp 0,90 sudah digunakan untuk menutupi harga pokok
penjualan.

25

11.063.942.850.707 − 9.948.797.443.385
11.063.942.850.707
1.115.145.407.322
2016 =
11.063.942.850.707

2016 =

2014 = 0,10 𝑎𝑡𝑎𝑢 10%

Gross margin on sales adalah 0,10 atau 10% artinya dari setiap Rp 1
penjualan akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,10. sementara
90% atau Rp 0,90 sudah digunakan untuk menutupi harga pokok
penjualan.
b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Semakin tinggi Net

profit

margin semakin baik operasi

suatu

perusahaan.
𝑵𝒆𝒕 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 =
2014 =

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧

326.656.560.598
8.653.578.309.020

2014 = 0,04

Artinya adalah dari Rp 1 penjualan, sebesar Rp 0,04 menjadi laba
bersih.
2015 =

465.025.548.006
9.389.570.098.578

2014 = 0,05

Artinya adalah dari Rp 1 penjualan, sebesar Rp 0,05 menjadi laba
bersih.
2016 =

315.107.783.135
11.063.942.850.707

2014 = 0,03

Artinya adalah dari Rp 1 penjualan, sebesar Rp 0,03 menjadi laba
bersih.

26

c. ROI (Return On Investment)
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan didalam

menghasilkan keuntungan dengan jumlah

keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin,
2009:63). Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu
perusahaan.
𝐑𝐎𝐈 =
2014 =

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧
594.552.644.540
8.653.578.309.020

2014 = 0,07 atau 7%

Perhitungan

ROI

tahun

2014

menunjukkan

bahwa

tingkat

pengembalian investasi yang diperoleh sebesar 7%
2015 =

746.091.097.180
9.389.570.098.578

2014 = 0,08 atau 8%

Perhitungan ROI tahun 2015 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian
investasi yang diperoleh sebesar 8%
2016 =

612.622.455.614
11.063.942.850.707

2014 = 0,06 atau 6%

Perhitungan ROI tahun 2016 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian
investasi yang diperoleh sebesar 6%
d. ROE (Return On Equity)
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik

27

perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan
(Syafri, 2008:305).
Return on equity adalah

rasio yang memperlihatkan sejauh

manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara
efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah
dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan
(Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau
yang sering disebut rentabilitas usaha.
𝐑𝐎𝐄 =
2014 =

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬
326.656.560.598
1.751.543.349.644

2014 = 0,19

Setiap Rp. 1 yang diinvestasikan pemilik (pemegang saham), maka
menghasilkan Rp 0,19
2015 =

465.025.548.006
5.126.131.796.836

2014 = 0,09

Setiap Rp. 1 yang diinvestasikan pemilik (pemegang saham), maka
menghasilkan Rp 0,09
2016 =

315.107.783.135
5.442.779.962.898

2014 = 0,06

Setiap Rp. 1 yang diinvestasikan pemilik (pemegang saham), maka
menghasilkan Rp 0,06
e. EPS (Earning Per Share)
Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri,
2008:306).

28

Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah
rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin,
2009:66). Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan,
pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik
akan earning per share. Earning per share adalah suatu indikator
keberhasilan perusahaan.
𝐄𝐏𝐒 =
2014 =

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 − 𝐃𝐞𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐏𝐫𝐞𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐢𝐚𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
326.656.560.598
1.801.320.000

2014 = 181,34 dibulatkan 181

Artinya setiap lembar saham perusahaan menghasilkan return sebesar
Rp 181
2015 =

465.025.548.006
3.560.849.376

2014 = 130,59 dibulatkan 131

Artinya setiap lembar saham perusahaan menghasilkan return sebesar
Rp 131
2016 =

315.107.783.135
3.560.849.376

2014 = 88,49 dibulatkan 88

Artinya setiap lembar saham perusahaan menghasilkan return sebesar
Rp 88

29

Hasil Pengukuran
Rasio Profitabilitas
Margin Laba Kotor (Gross

2014

2015

2016

16%

10%

10%

0,04

0,05

0,03

ROI (Return On Investment)

0,07

0,08

0,06

ROE (Return On Equity)

0,19

0,09

0,06

EPS (Earning Per Share)

181

131

88

Profit Margin)
Margin Laba Bersih (Net
Profit Margin)

30

Laporan Laba Rugi Proforma
PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk
per 31 Desember
2014

2015

2016

Pendapatan Usaha

8,653,578,309,020

9,389,570,098,578

11,063,942,850,707

100%

12,518,851,335,575

Beban Pokok Pendapatan

7,655,376,741,694

8,414,925,778,081

9,948,797,443,385

89.92%

11,257,064,307,190

Laba Kotor

998,201,567,326

974,644,320,497

1,115,145,407,322

10.08%

1,261,787,028,385

Laba Kotor Setelah Laba
1,016,588,266,790
Ventura Bersama Konstruksi

1,006,723,835,969

1,184,569,799,179

10.71%

1,340,340,727,771

Beban Usaha

-361,178,821,874

-395,493,571,770

-455,978,703,558

-4.12%

-515,939,903,076

Laba Usaha

738,266,665,038

611,230,264,199

728,591,095,621

6.59%

824,400,824,695

Laba Sebelum Pajak

594,552,644,540

746,091,097,181

612,622,455,614

5.54%

693,182,308,527

Laba Periode Berjalan

326,656,560,598

465,025,548,006

315,107,783,135

2.85%

356,544,456,617

Laba Per Saham

179.91

202.83

88.03

0.00%

99.61

Proyeksi Laba Rugi
Tahun 2014

= 9,389,570,098,578 / 8,653,578,309,020

= 108.5%

= 8.5%

Tahun 2015

= 11,063,942,850,707 / 9,389,570,098,578

= 117.8%

= 17.8%
= 26.3% / 2

Rata-rata Pertumbuhan per Tahun
Tahun 2016 (nyata)

= 13.15%

= 11,063,942,850,707

Tahun 2017 (proyeksi) = 12,518,851,335,575
31

Common Size

2017

Neraca Proforma
PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk
per 31 Desember

2014

2015

2016

Common Size

2017

ASET
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas

811.411.723.393

4.317.347.903.384

3.364.910.489.288

16,74%

4.714.239.595.492

1.953.900.412.991

2.231.747.915.506

2.906.997.989.330

14,47%

4.072.704.183.051

941.745.923.565

1.079.643.851.019

1.064.030.808.014

5,29%

1.490.707.162.028

2.617.233.021.628

3.093.132.927.328

5.831.056.622.974

29,02%

8.169.310.328.787

Persediaan

132.013.517.468

162.650.778.629

131.016.052.721

0,65%

183.553.489.862

Uang Muka

183.607.503.710

175.336.623.395

192.951.529.361

0,96%

270.325.092.635

Biaya Dibayar di Muka

814.053.429.715

1.216.509.049.102

338.921.423.028

1,69%

474.828.913.662

Pajak Dibayar di Muka

622.516.778.227

857.435.799.861

751.956.201.422

3,74%

1.053.490.638.192

1.089.412.066.524

1.557.347.649.217

2.145.441.813.829

10,68%

3.005.763.981.174

-

-

108.125.145.101

0,54%

151.483.328.286

9.165.894.377.221

14.691.152.497.441

16.835.408.075.068

83,78%

23.586.406.713.169

Piutang Usaha
Piutang Retensi
Tagihan Bruto Pemberi Kerja

Aset Real Estate
Aset Lancar Lainnya

Total Aset Lancar

32

ASET TIDAK LANCAR
Aset Pajak Tangguhan

14.733.917

-

-

0,00%

-

36.374.118.437

6.396.900.359

20.960.345.041

0,10%

29.365.443.402

5.132.984.482

47.757.602.787

744.015.538.151

3,70%

1.042.365.768.949

Investasi pada Ventura Bersama

363.654.939.623

368.089.859.107

336.214.193.003

1,67%

471.036.084.397

Properti Investasi

356.221.665.867

329.881.126.825

354.541.896.708

1,76%

496.713.197.288

Aset Tetap

496.095.844.221

1.099.426.730.319

1.459.815.811.733

7,26%

2.045.201.952.238

7.600.000.000

31.550.360.000

9.728.937.291

0,05%

13.630.241.145

27.893.020.506

186.808.438.041

334.751.162.284

1,67%

468.986.378.360

1.292.987.307.053

2.069.911.017.438

3.260.027.884.211

16,22%

4.567.299.065.779

10.458.881.684.274

16.761.063.514.879

20.095.435.959.279

100%

28.153.705.778.948

4.923.212.709.415

6.489.309.574.268

8.372.701.075.280

41,66%

11.730.154.206.467

658.000.000.000

1.115.499.100.000

2.344.158.690.960

11,67%

3.284.166.326.035

279.847.706.524

435.488.344.468

387.638.614.371

1,93%

543.081.698.734

Piutang Lain-lain Jangka Panjang
Aset Real Estate

Investasi Jangka Panjang Lainnya
Aset Lain-lain

Total Aset Tidak Lancar

TOTAL ASET

LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang Usaha
Utang Bank dan
Keuangan Lainnya
Utang Pajak

Lembaga

33

Uang Muka Pemberi Kerja

494.513.341.101

692.207.413.831

731.705.536.299

3,64%

1.025.119.456.355

77.196.379.347

114.043.746.934

45.586.747.673

0,23%

63.867.033.490

353.848.926.719

326.019.655.515

351.922.306.484

1,75%

493.043.151.384

Utang Obligasi

-

-

374.855.721.333

1,87%

525.172.865.587

Utang Retensi

220.811.939.708

214.287.609.254

231.650.014.691

1,15%

324.541.670.582

-

-

125.000.000.000

0,62%

175.125.000.000

33.187.953.318

27.606.570.064

79.150.840.023

0,39%

110.890.326.872

7.040.618.956.132

9.414.462.014.334

13.044.369.547.114

64,91%

18.275.161.735.506

-

2.111.695.802

19.073.405.641

0,09%

26.721.841.303

7.034.546.407

11.413.752.457

9.835.252.983

0,05%

13.779.189.429

48.155.670.181

84.453.499.926

80.215.745.439

0,40%

112.382.259.360

113.500.000.000

504.736.874.400

428.929.000.000

2,13%

600.929.529.000

Utang Obligasi

1.247.628.720.991

1.248.298.729.988

874.095.288.938

4,35%

1.224.607.499.802

Utang Lain-lain

400.440.917

285.556.515

82.668.090

Liabilitas Imbalan Kerja

110.762.804.445

83.169.594.621

71.055.088.176

0,35%

99.548.178.534

Utang Sukuk

250.000.000.000

250.000.000.000

125.000.000.000

0,62%

175.125.000.000

Pendapatan Diterima di Muka
Beban Akrual

Utang Sukuk
Liabilitas Jangka Pendek Lainnya

Total Liabilitas Jangka Pendek

LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas Pajak Tangguhan
Utang Retensi
Uang Muka Pemberi Kerja
Utang Bank dan
Keuangan Lainnya

Lembaga

34

0,0004%

115.817.994

Total Liabilitas Jangka Panjang

1.777.482.182.941

2.184.469.703.709

1.608.286.449.267

8,00%

2.253.209.315.422

TOTAL LIABILITAS

8.818.101.139.073

11.598.931.718.043

14.652.655.996.381

72,92%

20.528.371.050.928

1.633.821.522.158

5.153.827.238.126

5.433.255.964.961

27,04%

7.611.991.606.910

6.959.023.043

8.304.558.710

9.523.997.937

0,05%

13.343.121.110

1.640.780.545.201

5.162.131.796.836

5.442.779.962.898

27,08%

7.625.334.728.020

10.458.881.684.274

16.761.063.514.879

20.095.435.959.279

100%

28.153.705.778.949

EKUITAS
Ekuitas yang Dapat Diatribusikan
kepada Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Non Pengendali

Total Ekuitas

TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS

Proyeksi Neraca
Tahun 2014

= 16,761,063,514,879 / 10,458,881,684,274

= 160.26%

= 60.26%

Tahun 2015

= 20,095,435,959,279 / 16,761,063,514,879

= 119.89%

= 19.89%
= 80.15% / 2

Rata-rata Pertumbuhan per Tahun
Tahun 2016 (nyata)

= 40.1%

= 20,095,435,959,279

Tahun 2017 (proyeksi) = 28,153,705,778,949

35

Proyeksi Rasio

Analisis Rasio Proforma
PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk
per 31 Desember

2014

2015

2016

2017

Standar Industri

Current Ratio

1,3 kali

1,6 kali

1,3 kali

1,3 kali

2 kali

Quick Ratio

1,3 kali

1,5 kali

1,3 kali

1,3 kali

1,5 kali

Cash Ratio

11%

46%

26%

26%

50%

3,6 kali

1,8 kali

2,9 kali

2,4 kali

10 kali

5%

3%

3%

3%

12%

83%

69%

73%

73%

35%

5 atau 500%

2,3 atau 230%

2,7 atau 270%

2,7 atau 270%

0,9 kali atau 90%

0,93 kali atau 93%

0,42 kali atau 42%

0,30 kali atau 30%

0,30 kali atau 30%

10 kali atau 10%

4,4 kali

5,5 kali

2,4 kali

2,4 kali

10 kali

Liquidity

Rasio Perputaran Kas
Inventory to Net Working Capital

Solvability
Debt Ratio
Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio
Times Interest Earned

Activity

36

Receivable Turn Over

5 kali

4,5 kali

4,3 kali

3,6 kali

15 kali

Days of Receivable

82 hari

87 hari

96 hari

119 hari

60 hari

Inventory Turn Over

52 kali

57 kali

68 kali

72 kali

20 kali

Working Capital Turn Over

3,6 kali

1,8 kali

2,9 kali

2,4 kali

6 kali

Fixed Assets Turn Over

17,4 kali

8,5 kali

7,6 kali

6,1 kali

5 kali

Total Assets Turn Over

0,8 kali

0,6 kali

0,5 kali

0,4 kali

2 kali

Gross Profit Margin

16%

10%

10%

10%

Net Profit Margin

4%

5%

3%

3%

Return On Investment (ROI)

7%

8%

6%

6%

Return On Equity (ROE)

19%

9%

6%

5%

Earnings Per Share (EPS)

179,91

202,83

88,03

99,61

Profitability

37

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan, PT.Raja Grafindo Persada.
Riyanto,

Bambang.

2008.

Dasar-dasar

Pembelajaran

Perusahaan,

BPFE,Yogyakarta.
Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan
Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Wahyono, Hadi, 2002. Komperasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi
Empiris di Bursa Efek Jakarta, Jurnal riset ekonomi dan manajemen, vol. 2
No. 2, Mei 2002

Internet
Riadi,

Muchlisin.

“Rasio

Likuiditas”.

30

Desember

2017.

http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-likuiditas.html
Riadi,

Muchlisin.

“Rasio

Solvabilitas”.

30

Desember

2017.

http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-solvabilitas.html
Riadi,

Muchlisin.

“Rasio

Profitabilitas”.

30

Desember

2017.

http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-profitabilitas.html
Riadi,

Muchlisin.

“Rasio

Aktivitas”.

30

Desember

http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-aktivitas.html

38

2017.