PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TINGKAT PUS

YAYASAN RAJA ALI HAJI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

REFORMASI BIROKRASI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TINGKAT
PUSAT DAN DAERAH SERTA CONTOH KASUS
(SEMESTER GANJIL, 2016/2017)

OLEH :

1.ENI SAMIASIH
2. PUJI IRAWAN
3. M. WAHYU
4. AMRIZAL

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TINGKAT PUSAT DAN DAERAH SERTA
CONTOH KASUS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Didalam makalah ini penulis akan membahas sekilas tentang peraturan perundang-undangan
tingkat pusat dan daerah. Dengan mempelajari materi makalah ini, diharapkan dapatmenjelaskan
tentang berbagai peraturan yang ada dinegara kita ini, baik peraturan perundang-undangan
tingkat

pusat

maupun

tingkat

daerah. Negara Indonesia adalah negara hukum. Oleh karena itu, dalam segala aspek kegiatansel
alu didasarkan pada hukum yang berlaku.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1.Bagaimana pengertian peraturan perundang-undangan?
2.Apa saja macam-macam peraturan perundang-undangan?
3.Apa pentingnya peraturan perundang-undangan?
4.Apa saja contoh peraturan perundang-undangan itu?
5.Studi kasus yang menjelaskan perundang undangan
6.Contoh contoh Kasus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Peraturan Perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaganegara atau
pejabat yang berwenang dan mempunyai kekuatan yang mengikat. Tujuan undang-undang dan

peraturan negara adalah untuk mengatur dan menertibkan setiap kehidupan berbangsadan
bernegara. Dengan undang-undang atau peraturan, kehidupan berbangsa dan bernegaramenjadi
lebih tertib.Peraturan perundang-undangan dan peraturan memiliki kekuatan mengikat.
Seseorang yangmelanggar peraturan dan undang-undang, akan dikenai sanksi atau hukuman.
Hukuman

itu


dapat berupa

denda ataupun kurungan

penjara. Kita sebagai

warga negara

harus taat kepada peraturanyang sudah dibuat ataupun diberlakukan oleh negara.

2.2.Macam-macam Peraturan Perundang-undangan
Peraturan

perundang-undangan

dibagi

menjadi


dua,

berdasarkan

wilayah

pemberlakuannya,yaitu:
1.Peraturan Perundang-undangan Tingkat PusatPeraturan perundang-undangan tingkat pusat
dibuat oleh pemerintah tingkat pusat.Peraturan perundang-undangan tingkat pusat disebut juga
dengan peraturan perundang-undangan tingkat nasional.Perundang-undangan Nasional adalah
aturan yang telah dibuat oleh seluruh warga negara.Peraturan perundang-undangan ini mengatur
berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara.Sesuai dengan tingkat dan kedudukannya,
peraturan perundang-undangan tingkat pusat adalah sebagai berikut:a
a).Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945)Undang-undang dasar tahun 1945 adalah bentuk
peraturan perundang-undangantertinggi dinegara Indonesia. UUD 1945 ini merupakan konstitusi
pertama yang terdiriatas pembukaan, batang tubuh dan penjelasan resmi.
b).Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)Rencana
penyusunan undang dilakukan dalam suatu program legilasi nasional antaraDewan Perwakilan
Rakyat


(DPR)

bersama

dengan

pemerintah.

Peraturan

pemerintah pengganti undang-

undang yang akan dikeluarkan harus mendapat persetujuan dariDPR.
persetujuan dari DPR, maka peraturan itu harus dicabut

Jika

tidak

mendapat


c).Peraturan Pemerintah (PP)Peraturan pemerintah (PP) adalah peraturan yang dibuat oleh
pemerintah,

dalam

hal ini presiden. Peraturan ini memuat aturan-

aturan umum dalam melaksanakan undang-undang.
d).Peraturan Presiden (Perpres)Peraturan presiden (Perpres) adalah peraturan yang dibuat oleh
presiden,

perturan

ini biasanya dibuat mengenai pengesahan perjanjian antara negara Indonesia dengannegara lain.
2.Peraturan Perundang-undangan Tingkat DaerahPeraturan tingkat daerah lebih rendah dari pada
tingkat pusat. Hal ini tercantum dalam UU No.10 tahun 2009
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan tingkat daerahdibuat oleh pemerintah
daerah dan berlaku hanya didaerah tertentu saja. Peraturan perundang-undangan tingkat daerah
meliputi:

a).Peraturan Daerah (Perda) Tingkat Provinsi dan Peraturan GubernurPeraturan ini dibuat oleh
DPRD provinsi bersama dengan Gubernur.
b).Peraturan Daerah (Perda) Tingkat Kabupaten atau KotaPeraturan ini dibuat oleh DPRD
kabupaten atau kota bersama dengan Bupati atauWalikota.
c).Peraturan Desa atau Pemerintah Setingkat DesaPeraturan ini dibuat oleh Badan Perwakilan
Desa atau nama lainnya bersama denganKepala Desa atau nama lainnya.
2.3.Pentingnya Peraturan Perundang-undangan
Kita sebagai warga negara harus menyadari begitu pentingnya sebuah peraturan itu. Jika
kitasebagai warga negara tidak peduli akan pentingnya peraturan itu, maka kita tidak
akanmencapai ketenteraman dan ketenangan dalam berkehidupan.Pentingnya perundangundangan bagi warga negara adalah sebagai berikut:
1.Memberikan kepastian hukum bagi warga negara

2.Melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara
3.Memberikan rasa keadilan bagi warga negara, dan
4.Menciptakan ketertiban dan ketenteraman.

2.4. Peraturan Perundang-undangan

1.Peraturan Perundang-undangan di Tingkat Pusat adalah sebagai berikut:a)
a).UU Nomor 14 Tahun 1999 tentang lalu lintas

b).UU Nomor 23 Tahun 2002 tantang perlindungan anak
c).UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak korupsi
d).UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang otonomi daerah
e).UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.
2. Peraturan Perundang-undangan Tingkat DaerahContoh peraturan daerah DKI Jakarta sebagai
berikut:a)
a).Perda Nomor 6 Tahun 2002 tentang pajak parkir
b).Perda Nomor 6 Tahun 2003 tentang pajak hiburan
c).Perda Nomor 2 Tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara.Contoh peraturan daerah
kota Semarang adalah sebagai berikut:
a).Perda Nomor 7 Tahun 2001 tentang pajak hotel
b).Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang pajak parkir
c).Perda Nomor 8 Tahun 2001 tentang pajak restoran.

2.5.Studi Kasus yang Menjelaskan Perundang-undangan



Perundang-undang beserta studi kasus


Aspek Hukum Perlindungan kawasan industri di Semarang dari Pencemaran Limbah
Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup (pasal 1 angka 2 UUPLH). Secara umum
Pengelolaan secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam
pemanfaatan. Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, wilayah
ini

memiliki

kompleksitas

isu,

permasalahan,

peluang

dan


tantangan.

Pencegahan pencemaran dari kawasan industri diatur dlm UU, seperti terlihat dalam Pasal 20
UUPLH disebutkan:
1. Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke
media lingkungan hidup.
2. Setiap orang dilarang membuang limbah yang berasal dari luar wilayah Indonesia ke
media lingkungan hidup Indonesia.
3. Kewenangan menerbitkan atau menolak permohonan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berada pada Menteri.
4. Pembuangan limbah ke media lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dilakukan di lokasi pembuangan yang ditetapkan oleh Menteri.
5. Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangundangan.
Peran

Pemda

juga

penting


bertanggungjawab

dalam

mengatur

kawasan

industri.

Dalam Pasal 22 UUPLH disebutkan:
1. Menteri melakukan pengawasan terhadap penaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di
bidang lingkungan hidup.
2. Untuk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat
menetapkan pejabat yang berwenang melakukan pengawasan.

3. Dalam hal wewenang pengawasan diserahkan kepada Pemerintah Daerah, Kepala Daerah
menetapkan pejabat yang berwenang melakukan pengawasan.
Di Indonesia Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) diatur dalam PP No 27
tahun 1999. AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup. AMDAL sangat diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatanyang dinilai berpotensi
berdampak negatif terhadap lingkungan. AMDAL sebagai salah satu instrumen proses
penegakkan hukum administrasi lingkungan belum terlaksana sebagaimana mestinya. Padahal
pada instrumen ini dilekatkan suatu misi mengenai kebijakan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Dalam hal perizinan juga mengatur tentang pengelolaan limbah sebagaimana tercantum dalam
pasal 16-17:
Pasal 16
1. Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah
hasil usaha dan/atau kegiatan.
2. Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain.
3. Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Sanksi Administrasi
Dalam UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, salah satu instrumen
hukum yang berperan bila kita bicara tentang penegakkan hukum lingkungan adalah hukum
administrasi. Instrumen hukum administratif berbeda dengan instrumen lainnya, oleh karena
penyelesaiannya adalah di luar lembaga peradilan. Dengan demikian, efektivitasnya sangat tinggi
dalam pencegahan perusakan lingkungan. Sanksi administratif tercantum dalam pasal 25.
Berdasarkan ketentuan diatas pelanggar dapat diperingati agar berbuat sesuai izin dan apabila
tidak, akan dikenakan sanksi yang paling keras pencabutan izin usaha perusahaan pengalengan
ikan yang terbukti membuang limbah ke pesisir Kepala Daerah dapat mengajukan usul untuk

mencabut izin usaha dan/atau kegiatan kepada pejabat yang berwenang. Selain itu pihak yang
berkepentingan dapat mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk mencabut
izin usaha dan/atau kegiatan karena merugikan kepentingannya (lihat pasal 27 ayat 1,2,3
UUPLH). Upaya adminisrtatif adalah upaya tercepat karena tidak memerlukan proses peradilan.
Dalam kasus pengerusakan lingkungan upaya ini terasa lebih relevan mengingat pencemaran
lingkungan hidup memerlukan upaya yang cepat agar kerugian yang ditimbulkan tidak terus
bertambah.
Sanksi Perdata
Ketentuan hukum penyelesaian perdata pada sengketa lingkungan dalam UUPLH terdapat dalam
pasal 30-39. Pada pasal Pasal 34 ayat (1) Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau
lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar
ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu. Pada ayat (2) Selain pembebanan untuk
melakukan tindakan tertentu, hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari
keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut. Selanjutnya pasal 34 tidak menetapkan
lebih lanjut mengenai tata cara menggugat ganti kerugian. Pengaturan mengenai tanggunggugat
dan ganti rugi masih berlaku pasal 1365 BW.
Tuntutan supaya suatu ketentuan larangan berdasarkan unang-undang atau suatu syarat dalam
iizin dipenuhi, hanya dapat diajukan oleh seorang yang bersangkutan atau terancam suatu
kepentingan yang dilindungi oleh ketentuan berdasarkan undang-undang atau ketentuan
perizinan. Mengenai siapa yang berhak melakukan gugatan. Masyarakat dan Organisasi
Lingkungan Hidup seperti LSM berhak untuk melakukan gugatan sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 37 UUPLH:
Sanksi Pidana
Dalam pemberian sanksi pidana UUPLH 1997 menetapkan sanksi maksimum, hal terebut
tercantum

dalam

Pasal

41:

Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang

mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana
penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Dalam penerapan instrumen hukum pidana pada dasarnya bersifat sebagai upaya terakhir
(ultimum remidium), namun dalam penegakkan hukum lingkungan tidak selamanya bersifat
(ultimum remidium) karena tingkat kerusakan lingkungan di Indonesia sudah pada tingkat
memprihatinkan.
Untuk adanya perbuatan pidana di bidang Lingkungan Hidup, menurut pasal 41 sampai Pasal 47
UUPLH ditentukan agar memenuhi syarat-syarat :
1. adanya perbuatan yang memasukkan mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke
dalam Lingkungan Hidup atau perbuatan yang menimulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik dan/ atau hayati Lingkungan Hidup
2. adanya penurunan kemampuan lingkungan sampai tingkat tertentu dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan atau Lingkungan Hidup kurang/ tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya
3. adanya unsur kesalahan dari perilaku baik karena kesengaajaan atau kelalaian;
4. adanya hubungan sebab akibat antara kesalahan pelaku dengan penurunan kualitas
Lingkungan Hidup sampai pada tingkat kurang / tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya;
5. kesalahan

pelaku

bersangkutan

dimaksudkan

sebagai

tidak

pidana

Dalam kasus Pencemaran di kawasan industri, pencemaran dilakukan bukan oleh
individu saja tetapi oleh beberapa orang atau perusahaan, mengenai pencemaran yang
dilakukan secara kolektif merujuk pada Pasal 46 UUPLH, selain ketentuan pidana
sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Undang-undang
ini, terhadap pelaku tindak pidana lingkungan hidup dapat pula dikenakan tindakan tata
tertib sesuai pasal 47 UUPLH

2.6. Contoh contoh Kasus

Kasus 1
Jakarta. Aktivitas industri pertambangan mineral dan batubara (minerba) di daerah terancam
mandek. Penyebabnya adalah tumpang tindih aturan serta tidak jelasnya proses pelimpahan
wewenang antara bupati dan gubernur. Alhasil, pengusaha kesulitan memperoleh izin usaha
pertambangan.
Peralihan wewenang ini tertuang dalam pasal 14 Undang-undang (UU) Nomor 23/2014 jo UU
No. 2/2015 tentang Pemerintahan Daerah. Beleid ini menyebutkan perizinan bidang energi dan
sumber daya mineral hanya berada di pemerintah pusat dan provinsi. Dampak dari peralihan
wewenang ini, sedikitnya ada 25 jenis perizinan ataupun rekomendasi yang dikeluarkan
pemerintah kabupaten/kota beralih ke provinsi. Misalnya, penerbitan izin usaha pertambangan
(IUP), IUP operasi khusus pengolahan dan pemurnian, rekomendasi izin pinjam pakai hutan, izin
penggunaan bahan peledak, ataupun izin tenaga kerja
Analisis
Dalam kasus diatas, jenis urusan pemerintahan tersebut termasuk dalam urusan pemerintahan
konkuren, dijelaskan pada pasal 14 ayat (1) undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dikatakan bahwa penyelenggaraan umum urusan Pemerintahan bidang
kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi anatara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah Provinsi
Kasus 2
Metrotvnews.com, Bangkalan: Ratusan tokoh Madura berkumpul di Universitas Trunojoyo
Madura (UTM), Sabtu 25 Juli. Mereka membahas rencana pembentukan Provinsi Madura dalam
Musyawarah Besar ke-IV Masyarakat Madura seIndonesia.
Menurut sejumlah tokoh, wacana pembentukan Provinsi Madura bukanlah hal baru. Sebelum
Mubse ini, sejumlah pertemuan sudah digelar guna membahas pembentukan Provinsi Madura.
“Ini bukan wacana baru. Bahasan ini sudah mengemuka sejak 2004 lalu. Kali ini kita ingin
membahas dan mengerucutkan pada beberapa hal sehingga bisa menentukan langkah konkret
kedepannya,” kata Ketua Dewan Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Madura H. Muhammad Rawi

di Universitas Trunojoyo Madura, Jalan Trunojoyo, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur,
Sabtu (25/7/2015)
Analisis
Dalam kasus diatas, Madura tidak dapat membentuk daerah provinsi baru, karena Madura tidak
memenuhi syarat dalam melakukan pemekaran Daerah. Pemekaran Daerah sendiri dapat
diartikan sebagai pemecahan daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota untuk menjadi dua atau
lebih daerah baru. Pemekaran daerah harus memenuhi syarat dasar dan syarat administratif yang
tercantum pada Pasal 34 dan Pasal 35 UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

BAB III PENUTUP
3.1. kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dan contoh kasus dapat di simpulkan
1.Bagaimana pengertian peraturan perundang-undangan?
2.Apa saja macam-macam peraturan perundang-undangan?
3.Apa pentingnya peraturan perundang-undangan?
4.Apa saja contoh peraturan perundang-undangan itu?
5.Studi kasus yang menjelaskan perundang undangan dan
Contoh kasus. Dari kasus I Penyebabnya adalah tumpang tindih aturan serta tidak jelasnya proses
pelimpahan wewenang antara bupati dan gubernur. Alhasil, pengusaha kesulitan memperoleh
izin usaha pertambangan. Dan untuk kasus II Madura tidak dapat membentuk daerah provinsi
baru, karena Madura tidak memenuhi syarat dalam melakukan pemekaran Daerah. Pemekaran
Daerah sendiri dapat diartikan sebagai pemecahan daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota
untuk menjadi dua atau lebih daerah baru.
3.2 Saran
Untuk masalah peraturan perundang-undangan hendaknya jangan terjadi tumpang tindih

Misalkan perizinan bidang energi dan sumber daya mineral hanya berada di pemerintah
pusat dan provinsi. Dampak dari peralihan wewenang ini, sedikitnya ada 25 jenis perizinan
ataupun rekomendasi yang dikeluarkan pemerintah kabupaten/kota beralih ke provinsi.
Misalnya, penerbitan izin usaha pertambangan (IUP), IUP operasi khusus pengolahan dan
pemurnian, rekomendasi izin pinjam pakai hutan, izin penggunaan bahan peledak, ataupun izin
tenaga kerja

Daftar Pustaka
http://carapedia.com/pengertian_definisi_lingkungan_hidup_menurut_para_ahli_info951.html
http://www.env.go.jp/earth/coop/oemjc/ind/e/indonee1.pdf
https://setiawanrico.wordpress.com/2014/10/05/contoh-kasus-amdal-kawasan-lingkunganindustri-kecil-di-semarang-kompas-2-agustus-2002/
http://hasputra.blogspot.com/2015/03/definisi-studi-kasus-dan-perundang.html

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

1.2

Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian peraturan perundang-undangan?
2.2.Macam-macam peraturan perundang-undangan?
2.3.Pentingnya peraturan perundang-undangan?
2.4.Contoh peraturan perundang-undangan itu?
2.5.Studi kasus yang menjelaskan perundang undangan
2.6 Contoh contoh Kasus

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

KATAPENGANTAR
Puji syukur penulis sembahkan kepada ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang
berjudul “Peraturan Perundang-undangan Tingkat Pusat dan Daerah Serta Contoh Kasus”.
dan tidak lupa pula solawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan alam
yakni

nabi Muhammad SAW sebagai pembawa syari’at Islam, keluarga dan sahabat, serta

para

pengikutnya

hingga

akhir

zaman.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
di sebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis.Oleh sebab itu, penulis
mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Penulis mengharapkan keritik dan saran
yang

sifatnya

membangun

untuk

kesempurnaan

penulis

Pkl.Kerinci,

21

makalah

berikutnya.

September

2017