ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINT. pdf
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH
TENTANG BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BAGI
PENGGUNA (SEKOLAH) DAN PENYEDIA (PENERBIT)
Sentot Mardjuki, Tedy Tavianto
Program Studi Penerbitan, Politeknik Negeri Media Kreatif
Abstrak:
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kebijakan Pemerintah tentang Buku
Sekolah Elektronik, yaitu Permendiknas RI Nomor 2 Tahun 2008 dan
Permendiknas RI Nomor 28 Tahun 2008.Kegiatan penelitian ini memiliki dua
tujuan utama, yaitu: (1) Untuk melihat sejauh mana implementasi kebijakan BSE
ditinjau dari sisi pemakai (siswa sekolah dasar), (2) Untuk melihat sejauh mana
implementasi kebijakan BSE tersebut dilihat dari sisi pemroduksi dan penjual
(penerbit/percetakan). Metode yang digunakan adalah perpaduan metode
kuantitatif dan kualitatif dengan cara pengambilan data melalui survei dan
kuesioner deskriptif. Populasi penelitian ini adalah sekolah dasar di kota Jakarta
Selatan dan IKAPI Jawa Barat. Analisis yang akan digunakan adalah dengan
persentase dan deskriptif kualitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
tunggal yaitu kebijakan pemerintah mengenai buku sekolah elektronik, sedangkan
data yang diukur berhubungan dengan implementasi kebijakan tersebut
yangdisesuaikan dengan rumusan masalah dapat diukur dengan menarik
kesimpulan dari fakta-fakta yang ada. Hasilnya adalah Kebijakan Pemerintah
tentang Buku Pelajaran Murah belum berjalan dengan baik dalam hal
keefektivitasan dan keefisiensian. Penelitian ini dapat menghasilkan sebuah
rekomendasi terhadap kebijakan pemerintah tentang buku pelajaran murah.
Kata kunci: kebijakan BSE, sekolah dasar, tidak berjalan
untuk
PENDAHULUAN
Undang-Undang
Republik
berpartisipasi
aktif,
serta
memberikan ruang yang cukup bagi
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
prakarsa,
tentang Sistem Pendidikan Nasional
kemandirian sesuai bakat, minat, dan
(UU
perkembangan fisik serta psikologis
Sisdiknas)
mengartikan
kreativitas,
pendidikan sebagai usaha sadar dan
peserta
terencana
pembelajaran ditentukan pula agar
untuk
suasana
mewujudkan
belajar
dan
pembelajaran agar
peserta
didik.
Dalam
dan
proses
proses
pendidik memberikan keteladanan.
didik
Jan Komensky, atau lebih dikenal
secara aktif mengembangkan potensi
dengan
dirinya untuk memiliki kekuatan
Johann
Amos
Comenius
(1592-1670),
telah
spiritual keagamaan, pengendalian
menerapkan
pendapatnya
bahwa
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
program pembelajaran harus bertolak
mulia,
dari alam sekitar, dan untuk itu
serta
diperlukan
keterampilan
dirinya,
yang
masyarakat,
nama
diperlukan peragaan visual
dalam
Sedangkan
proses pembelajaran. Comenius juga
standar nasional pendidikan adalah
dikenal sebagai pendidik pertama
kriteria
yang mengembangkan penggunaan
bangsa
dan
negara.
minimal
pendidikan
di
tentang
seluruh
sistem
wilayah
gambar
(ilustrasi)
dalam
buku
hukum Negara Kesatuan Republik
pelajaran (Heinich, Molenda and
Indonesia. Pengertian pembelajaran
Russell, 1989). Johann Heinrich
dalam UU Sisdiknas tersebut adalah
Pestalozzi (1746-1827) menekankan
proses interaksi peserta didik dengan
perlunya
pendidik dan sumber belajar pada
pembelajaran
di
suatu lingkungan belajar.
menekankan
pada
perombakan
sekolah
hafalan
sistem
yang
dan
Dalam Bab IV Pasal 19 ayat
ingatan. Apa yang dilakukannya
(1) SNP tentang standar proses
adalah bahwa pembelajaran harus
ditentukan
proses
mengikuti perkembangan alamiah,
pembelajaran pada satuan pendidikan
yaitu dari konkret ke abstrak, dari
diselenggarakan
interaktif,
lingkungan dekat ke yang jauh, dari
menyenangkan,
yang mudah ke sukar, dan secara
inspiratif,
bahwa
secara
menantang, memotivasi peserta didik
44
gradual ke kumulatif (Thompson,
daya tarik yang kuat; indikatornya
1962; Ornstein, 1981).
meliputi di antaranya: kesempatan
Secara konseptual, indikator
kualitas
proses belajar mengajar
(PBM) di sekolah
diartikansecara
belajar yang tersebar dan karena itu
mudah
dicapai
dan
pendidikan yang
diikuti,
isi
mudah dicerna
beragam, tergantung pada situasi dan
karena telah diolah sedemikian rupa,
lingkungan.
Penelitian
yang
kesempatan yang tersedia yang dapat
dilaksanakan
oleh
di
diperoleh siapa saja pada setiap saat
hasilnya
diperlukan, pesan yang diberikan
divalidasikan oleh the Center for
pada saat dan peristiwa yang tepat,
Reseach on Educational Policy dari
keterandalan yang tinggi, terutama
University of Memphis pada tahun
karena
2005, menunjukkan adanya sejumlah
lulusannya
indikator
keanekaragaman sumber, baik yang
Amerika
Serikat,
Conect
yang
kualitas
(instructional
pembelajaran
quality
indicators),
kinerja
dengan
lembaga
yang
sengaja
dan
menonjol,
dikembangkan
yang dikelompokkan ke dalam 10
maupun yang sudah tersedia dan
kategori, yaitu: (1) lingkungan fisik
dapat dipilih serta dimanfaatkan
yang kaya dan merangsang, (2) iklim
untuk
kelas yang kondusif untuk belajar,
suasana yang akrab, hangat, dan
(3) harapan jelas dan tinggi para
merangsang.
kepentingan
belajar,
dan
peserta didik, (4) pembelajaran yang
Buku merupakan salah satu
koheren dan berfokus, (5) wacana
prasyarat bagi tercapainya tujuan
ilmiah yang merangsang pikiran, (6)
pendidikan.Karena pentingnya fungsi
belajar
asesmen
buku bagi institusi pendidikan, dalam
diagnostik belajar yang teratur, (8)
hal ini guru dan siswa, diperlukan
membaca
dan
menulis
sebagai
jaminan atas tersedianya buku. Di
kegiatan
regular,
(9)
pemikiran
sisi lain, harga buku cenderung terus
otentik,
(7)
matematis, dan (10) penggunaan
naik
sehingga
guru
teknologi secara efektif.Kesepuluh
terbebani. Pengadaan buku paket ajar
kategori tersebut dijabarkan lagi
bagi sekolah tingkat dasar dan
menjadi 42 indikator. Pembelajaran
menengah merupakan salah satu
yang bermutu juga harus mempunyai
upaya
pemerintah
dan
siswa
untuk
45
mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
bentuk buku elektronik yang dapat
Buku paket ajar berfungsi sebagai
diunduh
buku pegangan resmi bagi pengajar
http://www.bse.depdikans.go.id.
dan
digunakan
Sudibyo (2008:1) memastikan bahwa
sebagai acuan dalam pembelajaran
setiap tahun jumlah buku terus
suatu bidang studi.Namun, besarnya
bertambah.
populasi rakyat Indonesia beserta
mengeluarkan
tersebarnya wilayah menjadi kendala
penggunaan BSE gratis karena buku
tersendiri dalam upaya pengadaan
tersebut
buku paket di seluruh sekolah,
pelajaran yang diajarkan di sekolah
ditambah
(Depdiknas,
2008:
anggaran yang dapat dialokasikan
melakukan
beberapa
untuk menunjang program tersebut.
kebijakan e-book.
pembelajar,
dan
dengan
keterbatasan
Kebijakan
merupakan
dari
Ketiga,
laman
pemerintah
peraturan
meliputi
tentang
buku
mata
1).Pemerintah
hal
terkait
Depdiknas
Jadi, peluncuran buku sekolah
lanjut
elektronik (BSE) gratis merupakan
tindak
Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008
alternative
tentang Perbukuan yakni: Pemerintah
pemerintah
Pusat dan Daerah dapat membeli hak
ketersediaan
cipta buku dari pemiliknya. Semua
terjangkau,
orang
Kebijakan
berhak
mencetak,
solusi
untuk
buku
dan
tersebut
dan
respons
menjamin
yang
murah,
berkualitas.
memberikan
mengalihmediakan
manfaat bagi institusi pendidikan
dan atau memperdagangkan buku
untuk meningkatkan kualitas proses
yang
telah dibeli
belajar dan mengajar, khususnya
pemerintah. Pemerintah melakukan
guru dan siswa. Kegiatan penelitian
beberapa hal terkait kebijakan e-
ini memiliki tujuan, yaitu sebagai
book antara lain: Pertama, membeli
berikut.
memfotokopi,
hak
ciptanya
hak cipta buku-buku pelajaran yang
1.
Untuk
mengetahui
dan
penulis
menganalisis sejauh mana BSE
(Wahono, 2008: 1). Kedua, semua
digunakan sebagai bahan ajar
buku yang hak ciptanya telah dibeli
di sekolah, ditinjau dari sisi
(lebih dari 407 buku) disediakan bagi
harga, distribusi, dan relevansi
berkualitas
masyarakat
46
tinggi
secara
dari
gratis
dalam
2.
isi BSE dengan soal ujian
Sawah 07 Pagi, SDN Srengseng
nasional.
Sawah 08 Pagi, SDN Srengseng
Untuk
mengetahui
aspek
Sawah 11 Pagi, SDN Srengseng
harga BSE bagi pihak penerbit,
Sawah
menurut perhitungan ekonomi,
Srengseng
menguntungkan
Kecamatan
Kemudian,
atau
tidak.
membandingkan
kalkulasi yang dibuat pihak
13
Petang,
dan
SDN
Sawah
17
Pagi
Jagakarsa
Jakarta
Peneliti
tentang
Selatan.
Analisis
penerbit dengan hasil kalkulasi
Implementasi Kebijakan Pemerintah
harga oleh peneliti.
Nomor 2 Tahun 2008. Dalam bab ini
peneliti mencoba untuk melakukan
analisis
METODE PENELITIAN
proses
pengambilan
yang
keputusan Permendiknas No 2 Tahun
digunakan adalah metode deskriptif
2008 tentang kebijakan buku sekolah
dengan teknik wawancara. Populasi
elektronik (BSE ) atau E-Book sesuai
pada penelitian ini adalah guru kelas
dengan siklus Donelly, dkk. ( 2005:
yang mengajar di 5 (lima) SDN di
128-130 ).
Metode
Kecamatan
penelitian
Jagakarsa
Jakarta
Selatan. Sample pada penelitian ini
yaitu
4
kepala
Sekolah
SDN
Penetapan Masalah
Gebrakan-gebrakan pemerintah
Srengseng Sawah Jagakarasa Jakarta
memperhatikan
pendidikan
Selatan.
Indonesia, perlahan demi perlahan
menunjukkan
mencapai
HASIL DAN PEMBAHASAN
aksinya
amanat
untuk
UUD
1945,
walaupun
belum
harapan
penelitian ini merupakan data primer
sepenuhnya.
Setelah
berupaya
berdasarkan hasil wawancara tentang
merealisasikan anggaran pendidikan
implementasi kebijakan pemerintah
20%, kemudian kenaikan gaji guru
Nomor 2 Tahun 2008 (buku sekolah
dengan
elektronik/BSE).
Sekolah
kesejahteraan, dan untuk tahun 2011,
yang diobservasi berjumlah 5 orang
Dinas Pendidikan Nasional akan
yang berasal dari SDN Srengseng
mewajibkan buku secara gratis.
Data
yang
diperoleh
Kepala
pada
tujuan
meningkatkan
47
Menteri Pendidikan Nasional,
kurikulum pendidikan Indonesia
Muhammad Nuh mengatakan, buku
sama antara daerah satu dengan
gratis akan direalisasikan pada tahun
lainnya.
2011. Pelajar SD dan SMP baik
membedakannya adalah fasilitas
negeri
penunjang
dan
swasta
yang
akan
Namun
yang
pendidikan.
Implementasi kebijakan e-book
menerima buku gratis tersebut.
yang
tidak akan menemui kendala
dihadapi jika penggunaan e-book
berarti diwilayah Indonesia Barat
dipaksakan sebagai bahan ajar adalah
karena berbagai fasilitas seperti::
1. Aspek Sumber daya Manusia
Jaringan
(MAN): Tingkat melek internet
software
para guru di Indonesia yang
memadai. Hal tersebut terjadi
hanya mencapai 10% - 15%
sebaliknya di wilayah Indonesia
(Media Indonesia, 27 Juli 2008).
Timur
Hal tersebut akan menghambat
keterbatasan yang dimilikinya.
implementasi kebijakan e-book.
Idealnya
penggunaan
Apalagi para guru telah terbiasa
sebagai
bahan
menggunakan
pedagogik
memperhitungkan
kelengkapan
konvensional
dengan
antara
ketersediaan
Adapun
tantangan
mengesampingkan
alat
bantu
dan
hardware,
brainware
dengan
lain:
laboratorium
nya
segala
e-book
ajar
harus
komputer/
multi
pembelajaran. Sedangkan siswa
media; jaringan internet; jaringan
yang terbiasa dengan pengajaran
LAN; LCD/ projektor serta rasio
konvensional
tumbuh
antara komputer dengan siswa
budaya „Yess Man‟. Karena guru
berbanding 1: 1. Selain itu
adalah
pembelajaran
infrastruktur
Jardiknas
yang tidak terbantahkan.Padahal
menjangkau
seluruh
guru dan murid dituntut bersikap
berbagai jenjang di Indonesia
kritis, kreatif dan inovatif dalam
serta
mencari
mengalami
‟Bottle
neck‟
(gangguan
jaringan
akibat
pengguna
mengakses
secara
sumber
akan
sumber-sumber
pembelajaran saat ini.
2. Aspek Sarana dan Prasarana
(MACHINE):
48
internet,
Walaupun
belum
sekolah
penggunaanya
serentak pada suatu situs).
rentan
3. Aspek
Metode
Distibusinya
Pengembangan Alternatif
E-
Beranjak dari masalah yang
book diklaim pemerintah mampu
ada, maka pemerintah kemudian
menurunkan
(METHOD):
Penggunaan
‟biaya
tinggi‟
menggulirkan Penggunaan e-book
Karena
mampu
sebagai media bahan ajar merupakan
memangkas rantai distribusi. Jadi
sebuah langkah maju. Terdapat 3
pemerintah yang telah membeli
kebijakan sebagai pilihan alternatif
hak
dalam penggunaan bahan ajar untuk
pendidikan.
cipta
mediakan
akan
buku
meng-upload-nya
mengalih-
tersebut
dan
meningkatkan kualitas proses belajar
di
situs
dan mengajar di sekolah, dengan
Jardiknas. Sedangkan guru dan
diterbitkan
siswa yang membutuhkan buku
peraturan
tersebut tinggal mengunduhnya
Nasional, yaitu:
dari situs tersebut.Sekilas hal
1. Permendiknas Nomor 11 Tahun
tersebut praktis dan hemat biaya.
2005 tentang buku teks pelajaran
Namun
jika
dicermati
maka
beberapa
kebijakan
Menteri
pendidikan
2. PP 19/2005 Bab IV pasal 19
biaya yang akan dikeluarkan
Ayat
lebih besar. Anggap saja seorang
Pendidikan
siswa ingin mendownload buku
proses
maka ia harus mengeluarkan
buku teks semua mata pelajaran
ongkos untuk sewa Warnet Rp.
1:
Standar
Nasional
tentang
mengenai
3. Permendiknas
standar
penyediaan
Nomor
2
transportasi
Tahun2008 tentang Kebijakan
dalam kota pp Rp. 4.000,-; Beli
Buku Sekolah Elektronik atau E-
Compact Disk untuk menyimpan
Book.
6.000,-;
Rp.
ongkos
5.000,-
dan
ongkos
memprintkan perlembarnya Rp.
Evaluasi Alternatif
Harapan orangtua untuk sedikit
500,. Dari item-item pengeluaran
tersebut
maka
anda
dapat
mengkalkulasikannya sendiri.
bernapas
lega
dari
keharusan
mengeluarkan biaya pembelian buku
pelajaran,
setidaknya
hingga
sepertiga dari biaya buku pada tahuntahun
sebelumnya,
lagi-lagi
49
kandas.Pihak sekolah belum juga
Pelaksanaan Kebijakan
merekomendasikan pemakaian buku-
Pembelian hak cipta buku teks
buku pelajaran yang sudah dibeli hak
pelajaran sekolah bertujuan untuk
ciptanya oleh pemerintah, padahal
mewujudkan buku pelajaran murah
gaungnya sudah dipakai juga dalam
dan diharapkan mengurangi beban
kampanye calon presiden dan calon
masyarakat. Namun, masih banyak
wakil presiden beberapa waktu lalu.
pula yang belum bisa merasakan
Jika mendapatkan buku murah
manfaatnya karena berbagai hal.
saja masih sulit, rasanya untuk
Penyebab
membayangkan suatu saat orangtua
maksimalnya manfaat BSE gratis
dan siswa tidak perlu mengeluarkan
bagi
uang
adanya faktor unfamiliarity atau
buku
juga
akan
sia-sia.
utama
institusi
adalah
kurang
pendidikan
Nyatanya, untuk pendidikan dasar
gagap
sembilan tahun (jenjang SD-SMP
manusia yang kurang berkompeten
sederajat) saja,
di bidang IT (unskillfull), dan asumsi
yang seharusnya
gratis, tanggung jawab penyediaan
buku
masih
dibebankan
kepada
teknologi,
adalah
Berkaca
pada
Depdiknas
faktor-faktor
seharusnya
mengeluarkan
kebijakan
pendukung.Pertama,
Pemilihan Alternatif
daya
salah masyarakat.
tersebut,
peserta didik.
sumber
jika
sasaran
berbagai
utama pengguna BSE gratis adalah
proses maka pemerintah menetapkan
institusi pendidikan, guru dan siswa,
bahwa proses belajar dan mengajar
kebijakan
di sekolah akan berkualitas jika
diorientasikan
dalam proses menggunakan standar
memberdayakan mereka agar mampu
bahan ajar yang relevan,murah dan
menggunakan fasilitas tersebut.
Setelah
melalui
terjangkau
sesuai
permendiknas
no.2
pendukung
harus
bagaimana
dengan
tahun
2008
tentang kebijakan buku sekolahj
elektronik (BSE ) atau E-Book.
Pengawasan
dan
Evaluasi
Kebijakan
Pada masa pemerintahan Orde
Baru, setiap siswa pernah merasakan
kebijakan
50
yang
menguntungkan
dengan disediakannya buku gratis
dalam
bentuk
dari sekolah.Anehnya, di tengah
didistribusikan
kenaikan anggaran pendidikan yang
sekolah.
CD/DVD
ke
sekolah-
dari
fakta
diklaim sudah mencapai 20 persen
dari APBN - sesuai dengan amanat
PENUTUP
Terlepas
UUD 1945 - wacana buku gratis
keterbatasan
semakin sayup terdengar.
Pemerintah malah berkutat di
institusi
infrastruktur
IT
pendidikan
di
(karena
program buku murah.Itu pun tidak
ketersambungan
juga kunjung langsung dirasakan
Indonesia yang baru mencapai 40%,
manfaatnya
oleh
dan guru yang sudah melek teknologi
masyarakat.Padahal, kebijakan yang
hanya sekitar 10%-15%, serta hanya
mengusung label reformasi di bidang
sebagian
perbukuan ini sudah berlangsung
mengakses internet) tetapi itu karena
sejak 2007. Dari faktor-faktor yang
spektrum
di
negara-negara
jelaskan
pada
pengawasan
aliran
kecil
listrik
sekolah
Indonesia
di
dapat
sebagaimana
berpenduduk
besar
seharusnya
lainnya memang sangat lebar, dari
mengeluarkan kebijakan pendukung,
mulai pelajar yang masih telanjang
yaitu:
kaki sampai dengan para pelajar
kebijakan
1.
2.
3.
Pemerintah
Pemberdayaan
SDM
supaya
yang sudah sangat familiar dengan
mampu menggunakan fasilitas
perangkat
internetMempromosikan
pembangunannya dengan demikian
dan
digital.
merekomendasikan Keuntungan
harus
BSE/E-book Gratis sebagai buku
menggapai seluruh lapisan. untuk
sumber utama.
yang
Menjamin intitusi pendidikan
bangunkan.
memiliki Sarana,prasarana dan
bangun, mari kita ajak jalan. untuk
jaringan internet yang memadai
yang baru bisa berjalan, mari kita
Kebijakan depdiknas di daerah
ajak jogging ringan. untuk yang
memfasilitasi jaringan internet,
sudah lari, mari kita ajak sprint.
komputer
kebijakan
atau
bahkan
mencetak
menformat
BSE/E-book
beragam
strategi
masih
untuk
tidur,
untuk
dapat
mari
yang
pemerataan
kita
sudah
memang
sangat intristik, akan tetapi apakah
51
kita akan menunggu semuanya hidup
tidak lebih 15%. saat ini buku teks
pada frekwensi yang sama, baru
sudah “over-rated.” harga jual jauh
melangkah maju lagi?
melebihi ongkos produksi. buku
Kebijakan
Depdiknas
yang seharusnya tersedia
murah
lanjut
menjadi sangat mahal. inisiatif e-
Permendiknas No. 2 Tahun 2008
book ini sebenarnya upaya untuk
tentang Perbukuan yakni: Pemerintah
menghapus “monopoli” perbukuan
Pusat dan Daerah dapat membeli hak
yang
cipta buku dari pemiliknya. Semua
korporat dan merupakan solusi untuk
orang
tersedianya buku pelajaran yang
merupakan
tindak
berhak
memfotokopi,
mencetak,
mengalihmediakan
hak
ciptanya
telah dibeli
oleh
segelintir
murah dan terjangkau.
Kebijakan pendidikan gratis
dan atau memperdagangkan buku
yang
dilakukan
tidak diiringi subsidi bagi buku
pemerintah. Sedangkan penggunaan
pelajaran.
E-book sebagai media bahan ajar
distribusi serta ketiadaan subsidi
berdasarkan fakta bahwa selama ini
buku
telah terjadi praktik-praktik kolusi
tingginya
antara pihak sekolah dan penerbit
pelajaran.Padahal buku merupakan
dalam
sumber pembelajaran. Kondisi ini
memasarkan
buku
Panjangnya
pelajaran
rantai
menyebabkan
harga
disekolah.Inisiatif e-book tidak untuk
melandasi
semua, hanya bagi mereka yang
membeli 289 hak cipta buku-buku
punya
pelajaran
akses
internet.di
daerah-
Depdiknas
buku
berencana
berbagai
jenjang
daerah yang masih belum terjangkau
pendidikan dan mengalih mediakan
internet, Kemendiknas mendorong
kedalam
dan mempersilahkan kepada pihak
menyebarluaskan
swasta
dan
internet.”E-book merupakan versi
menggandakan tanpa perlu pusing
electronik buku tercetak traditional
ada
yang dapat dibaca menggunakan
untuk
tuntutan hak
pemerintah
sudah
mencetak
cipta,
karena
membeli
hak
bentuk
personal
digital
serta
melalui
computer
ciptanya. lalu dipersilahkan menjual,
menggunakan
bahkan membuka toko buku teks,
didisain khusus untuk membaca e-
dengan ketentuan margin profit yang
books. Peralatan tersebut bisa berupa
52
peralatan
atau
yang
tablet type, hand held device (PDA)
atau eBook reader” (Prita Wulandari:
2006).
Permasalahan aksesbilitas BSE
ke daerah pelosok sebetulnya dapat
disiasati dengan distribusi file BSE
secara langsung melalui CD jadi
tidak perlu mendownload lagi, dan
langkah ini pun sudah dilakukan oleh
Kemendiknas.
Jadi
bukan
lagi
menjadi kendala apabila sekolah
belum
terjangkau
oleh
internet,
walaupun pemerintah masih terus
berupaya untuk lebih meningkatkan
lagi penetrasi internet di seluruh
sekolah di Indonesia. Menyikapi
adanya
BSE,
tentu peran serta
sekolah atau gurulah yang harus
dominan. Adalah sebuah kesalahan
kalau siswa diwajibkan download
dan mencetak sendiri satu persatu
materi pelajaran yang disediakan
pemerintah. Banyak langkah dan
solusi yang bias ditempuh untuk
mencapai tujuan tersedianya buku
murah
yang
terjangkau
demi
http://jurnal.pendidikan.net/....29/3/2
011 12:04 wib
http://www.mediaindonesia.com/....2
9/3/2011 12:10 wib
http://bse.depdiknas.go.id. 29/3/2011
12:30 wib
http://sabdian08prestasi.wordpress.c
om/2011/04/08/meningkatkanmanfaat-buku-sekolahelektronik/....30/3/2011 13:04
wib
http://www.jakartabutuhrevolusibuda
ya.com/2008/04/13/pengemban
gan-perbukuan/...29/4/2011
11:04 wib
http://agusw.penamedia.com/2008/0
9/18/menyikapi-pengadaanbuku-sekolah
elektronikbse/....29/4/2011 11:15 wib
http://www.timorexpress.com/index.
php?act=news&nid=25311)
29/4/2011 12:20 wib
http://artikeligi.blogspot.com/2010/0
5/guru-bukan-salesbuku.html.... Selasa, 09 Maret
2010 09:08
http://oase.kompas.com/read/2009/0
7/24/05072897/Buku.Gratis..B
ukan.Buku.Murah, 15.30 WIB,
5/5/2011
http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2137044standar-proses-belajarmengajar/10:41 WIB, 5/6/2011
peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Analisis Pengambilan Keputusan,
Donelly dkk (1995: 128-130)
53
TENTANG BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BAGI
PENGGUNA (SEKOLAH) DAN PENYEDIA (PENERBIT)
Sentot Mardjuki, Tedy Tavianto
Program Studi Penerbitan, Politeknik Negeri Media Kreatif
Abstrak:
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kebijakan Pemerintah tentang Buku
Sekolah Elektronik, yaitu Permendiknas RI Nomor 2 Tahun 2008 dan
Permendiknas RI Nomor 28 Tahun 2008.Kegiatan penelitian ini memiliki dua
tujuan utama, yaitu: (1) Untuk melihat sejauh mana implementasi kebijakan BSE
ditinjau dari sisi pemakai (siswa sekolah dasar), (2) Untuk melihat sejauh mana
implementasi kebijakan BSE tersebut dilihat dari sisi pemroduksi dan penjual
(penerbit/percetakan). Metode yang digunakan adalah perpaduan metode
kuantitatif dan kualitatif dengan cara pengambilan data melalui survei dan
kuesioner deskriptif. Populasi penelitian ini adalah sekolah dasar di kota Jakarta
Selatan dan IKAPI Jawa Barat. Analisis yang akan digunakan adalah dengan
persentase dan deskriptif kualitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
tunggal yaitu kebijakan pemerintah mengenai buku sekolah elektronik, sedangkan
data yang diukur berhubungan dengan implementasi kebijakan tersebut
yangdisesuaikan dengan rumusan masalah dapat diukur dengan menarik
kesimpulan dari fakta-fakta yang ada. Hasilnya adalah Kebijakan Pemerintah
tentang Buku Pelajaran Murah belum berjalan dengan baik dalam hal
keefektivitasan dan keefisiensian. Penelitian ini dapat menghasilkan sebuah
rekomendasi terhadap kebijakan pemerintah tentang buku pelajaran murah.
Kata kunci: kebijakan BSE, sekolah dasar, tidak berjalan
untuk
PENDAHULUAN
Undang-Undang
Republik
berpartisipasi
aktif,
serta
memberikan ruang yang cukup bagi
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
prakarsa,
tentang Sistem Pendidikan Nasional
kemandirian sesuai bakat, minat, dan
(UU
perkembangan fisik serta psikologis
Sisdiknas)
mengartikan
kreativitas,
pendidikan sebagai usaha sadar dan
peserta
terencana
pembelajaran ditentukan pula agar
untuk
suasana
mewujudkan
belajar
dan
pembelajaran agar
peserta
didik.
Dalam
dan
proses
proses
pendidik memberikan keteladanan.
didik
Jan Komensky, atau lebih dikenal
secara aktif mengembangkan potensi
dengan
dirinya untuk memiliki kekuatan
Johann
Amos
Comenius
(1592-1670),
telah
spiritual keagamaan, pengendalian
menerapkan
pendapatnya
bahwa
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
program pembelajaran harus bertolak
mulia,
dari alam sekitar, dan untuk itu
serta
diperlukan
keterampilan
dirinya,
yang
masyarakat,
nama
diperlukan peragaan visual
dalam
Sedangkan
proses pembelajaran. Comenius juga
standar nasional pendidikan adalah
dikenal sebagai pendidik pertama
kriteria
yang mengembangkan penggunaan
bangsa
dan
negara.
minimal
pendidikan
di
tentang
seluruh
sistem
wilayah
gambar
(ilustrasi)
dalam
buku
hukum Negara Kesatuan Republik
pelajaran (Heinich, Molenda and
Indonesia. Pengertian pembelajaran
Russell, 1989). Johann Heinrich
dalam UU Sisdiknas tersebut adalah
Pestalozzi (1746-1827) menekankan
proses interaksi peserta didik dengan
perlunya
pendidik dan sumber belajar pada
pembelajaran
di
suatu lingkungan belajar.
menekankan
pada
perombakan
sekolah
hafalan
sistem
yang
dan
Dalam Bab IV Pasal 19 ayat
ingatan. Apa yang dilakukannya
(1) SNP tentang standar proses
adalah bahwa pembelajaran harus
ditentukan
proses
mengikuti perkembangan alamiah,
pembelajaran pada satuan pendidikan
yaitu dari konkret ke abstrak, dari
diselenggarakan
interaktif,
lingkungan dekat ke yang jauh, dari
menyenangkan,
yang mudah ke sukar, dan secara
inspiratif,
bahwa
secara
menantang, memotivasi peserta didik
44
gradual ke kumulatif (Thompson,
daya tarik yang kuat; indikatornya
1962; Ornstein, 1981).
meliputi di antaranya: kesempatan
Secara konseptual, indikator
kualitas
proses belajar mengajar
(PBM) di sekolah
diartikansecara
belajar yang tersebar dan karena itu
mudah
dicapai
dan
pendidikan yang
diikuti,
isi
mudah dicerna
beragam, tergantung pada situasi dan
karena telah diolah sedemikian rupa,
lingkungan.
Penelitian
yang
kesempatan yang tersedia yang dapat
dilaksanakan
oleh
di
diperoleh siapa saja pada setiap saat
hasilnya
diperlukan, pesan yang diberikan
divalidasikan oleh the Center for
pada saat dan peristiwa yang tepat,
Reseach on Educational Policy dari
keterandalan yang tinggi, terutama
University of Memphis pada tahun
karena
2005, menunjukkan adanya sejumlah
lulusannya
indikator
keanekaragaman sumber, baik yang
Amerika
Serikat,
Conect
yang
kualitas
(instructional
pembelajaran
quality
indicators),
kinerja
dengan
lembaga
yang
sengaja
dan
menonjol,
dikembangkan
yang dikelompokkan ke dalam 10
maupun yang sudah tersedia dan
kategori, yaitu: (1) lingkungan fisik
dapat dipilih serta dimanfaatkan
yang kaya dan merangsang, (2) iklim
untuk
kelas yang kondusif untuk belajar,
suasana yang akrab, hangat, dan
(3) harapan jelas dan tinggi para
merangsang.
kepentingan
belajar,
dan
peserta didik, (4) pembelajaran yang
Buku merupakan salah satu
koheren dan berfokus, (5) wacana
prasyarat bagi tercapainya tujuan
ilmiah yang merangsang pikiran, (6)
pendidikan.Karena pentingnya fungsi
belajar
asesmen
buku bagi institusi pendidikan, dalam
diagnostik belajar yang teratur, (8)
hal ini guru dan siswa, diperlukan
membaca
dan
menulis
sebagai
jaminan atas tersedianya buku. Di
kegiatan
regular,
(9)
pemikiran
sisi lain, harga buku cenderung terus
otentik,
(7)
matematis, dan (10) penggunaan
naik
sehingga
guru
teknologi secara efektif.Kesepuluh
terbebani. Pengadaan buku paket ajar
kategori tersebut dijabarkan lagi
bagi sekolah tingkat dasar dan
menjadi 42 indikator. Pembelajaran
menengah merupakan salah satu
yang bermutu juga harus mempunyai
upaya
pemerintah
dan
siswa
untuk
45
mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
bentuk buku elektronik yang dapat
Buku paket ajar berfungsi sebagai
diunduh
buku pegangan resmi bagi pengajar
http://www.bse.depdikans.go.id.
dan
digunakan
Sudibyo (2008:1) memastikan bahwa
sebagai acuan dalam pembelajaran
setiap tahun jumlah buku terus
suatu bidang studi.Namun, besarnya
bertambah.
populasi rakyat Indonesia beserta
mengeluarkan
tersebarnya wilayah menjadi kendala
penggunaan BSE gratis karena buku
tersendiri dalam upaya pengadaan
tersebut
buku paket di seluruh sekolah,
pelajaran yang diajarkan di sekolah
ditambah
(Depdiknas,
2008:
anggaran yang dapat dialokasikan
melakukan
beberapa
untuk menunjang program tersebut.
kebijakan e-book.
pembelajar,
dan
dengan
keterbatasan
Kebijakan
merupakan
dari
Ketiga,
laman
pemerintah
peraturan
meliputi
tentang
buku
mata
1).Pemerintah
hal
terkait
Depdiknas
Jadi, peluncuran buku sekolah
lanjut
elektronik (BSE) gratis merupakan
tindak
Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008
alternative
tentang Perbukuan yakni: Pemerintah
pemerintah
Pusat dan Daerah dapat membeli hak
ketersediaan
cipta buku dari pemiliknya. Semua
terjangkau,
orang
Kebijakan
berhak
mencetak,
solusi
untuk
buku
dan
tersebut
dan
respons
menjamin
yang
murah,
berkualitas.
memberikan
mengalihmediakan
manfaat bagi institusi pendidikan
dan atau memperdagangkan buku
untuk meningkatkan kualitas proses
yang
telah dibeli
belajar dan mengajar, khususnya
pemerintah. Pemerintah melakukan
guru dan siswa. Kegiatan penelitian
beberapa hal terkait kebijakan e-
ini memiliki tujuan, yaitu sebagai
book antara lain: Pertama, membeli
berikut.
memfotokopi,
hak
ciptanya
hak cipta buku-buku pelajaran yang
1.
Untuk
mengetahui
dan
penulis
menganalisis sejauh mana BSE
(Wahono, 2008: 1). Kedua, semua
digunakan sebagai bahan ajar
buku yang hak ciptanya telah dibeli
di sekolah, ditinjau dari sisi
(lebih dari 407 buku) disediakan bagi
harga, distribusi, dan relevansi
berkualitas
masyarakat
46
tinggi
secara
dari
gratis
dalam
2.
isi BSE dengan soal ujian
Sawah 07 Pagi, SDN Srengseng
nasional.
Sawah 08 Pagi, SDN Srengseng
Untuk
mengetahui
aspek
Sawah 11 Pagi, SDN Srengseng
harga BSE bagi pihak penerbit,
Sawah
menurut perhitungan ekonomi,
Srengseng
menguntungkan
Kecamatan
Kemudian,
atau
tidak.
membandingkan
kalkulasi yang dibuat pihak
13
Petang,
dan
SDN
Sawah
17
Pagi
Jagakarsa
Jakarta
Peneliti
tentang
Selatan.
Analisis
penerbit dengan hasil kalkulasi
Implementasi Kebijakan Pemerintah
harga oleh peneliti.
Nomor 2 Tahun 2008. Dalam bab ini
peneliti mencoba untuk melakukan
analisis
METODE PENELITIAN
proses
pengambilan
yang
keputusan Permendiknas No 2 Tahun
digunakan adalah metode deskriptif
2008 tentang kebijakan buku sekolah
dengan teknik wawancara. Populasi
elektronik (BSE ) atau E-Book sesuai
pada penelitian ini adalah guru kelas
dengan siklus Donelly, dkk. ( 2005:
yang mengajar di 5 (lima) SDN di
128-130 ).
Metode
Kecamatan
penelitian
Jagakarsa
Jakarta
Selatan. Sample pada penelitian ini
yaitu
4
kepala
Sekolah
SDN
Penetapan Masalah
Gebrakan-gebrakan pemerintah
Srengseng Sawah Jagakarasa Jakarta
memperhatikan
pendidikan
Selatan.
Indonesia, perlahan demi perlahan
menunjukkan
mencapai
HASIL DAN PEMBAHASAN
aksinya
amanat
untuk
UUD
1945,
walaupun
belum
harapan
penelitian ini merupakan data primer
sepenuhnya.
Setelah
berupaya
berdasarkan hasil wawancara tentang
merealisasikan anggaran pendidikan
implementasi kebijakan pemerintah
20%, kemudian kenaikan gaji guru
Nomor 2 Tahun 2008 (buku sekolah
dengan
elektronik/BSE).
Sekolah
kesejahteraan, dan untuk tahun 2011,
yang diobservasi berjumlah 5 orang
Dinas Pendidikan Nasional akan
yang berasal dari SDN Srengseng
mewajibkan buku secara gratis.
Data
yang
diperoleh
Kepala
pada
tujuan
meningkatkan
47
Menteri Pendidikan Nasional,
kurikulum pendidikan Indonesia
Muhammad Nuh mengatakan, buku
sama antara daerah satu dengan
gratis akan direalisasikan pada tahun
lainnya.
2011. Pelajar SD dan SMP baik
membedakannya adalah fasilitas
negeri
penunjang
dan
swasta
yang
akan
Namun
yang
pendidikan.
Implementasi kebijakan e-book
menerima buku gratis tersebut.
yang
tidak akan menemui kendala
dihadapi jika penggunaan e-book
berarti diwilayah Indonesia Barat
dipaksakan sebagai bahan ajar adalah
karena berbagai fasilitas seperti::
1. Aspek Sumber daya Manusia
Jaringan
(MAN): Tingkat melek internet
software
para guru di Indonesia yang
memadai. Hal tersebut terjadi
hanya mencapai 10% - 15%
sebaliknya di wilayah Indonesia
(Media Indonesia, 27 Juli 2008).
Timur
Hal tersebut akan menghambat
keterbatasan yang dimilikinya.
implementasi kebijakan e-book.
Idealnya
penggunaan
Apalagi para guru telah terbiasa
sebagai
bahan
menggunakan
pedagogik
memperhitungkan
kelengkapan
konvensional
dengan
antara
ketersediaan
Adapun
tantangan
mengesampingkan
alat
bantu
dan
hardware,
brainware
dengan
lain:
laboratorium
nya
segala
e-book
ajar
harus
komputer/
multi
pembelajaran. Sedangkan siswa
media; jaringan internet; jaringan
yang terbiasa dengan pengajaran
LAN; LCD/ projektor serta rasio
konvensional
tumbuh
antara komputer dengan siswa
budaya „Yess Man‟. Karena guru
berbanding 1: 1. Selain itu
adalah
pembelajaran
infrastruktur
Jardiknas
yang tidak terbantahkan.Padahal
menjangkau
seluruh
guru dan murid dituntut bersikap
berbagai jenjang di Indonesia
kritis, kreatif dan inovatif dalam
serta
mencari
mengalami
‟Bottle
neck‟
(gangguan
jaringan
akibat
pengguna
mengakses
secara
sumber
akan
sumber-sumber
pembelajaran saat ini.
2. Aspek Sarana dan Prasarana
(MACHINE):
48
internet,
Walaupun
belum
sekolah
penggunaanya
serentak pada suatu situs).
rentan
3. Aspek
Metode
Distibusinya
Pengembangan Alternatif
E-
Beranjak dari masalah yang
book diklaim pemerintah mampu
ada, maka pemerintah kemudian
menurunkan
(METHOD):
Penggunaan
‟biaya
tinggi‟
menggulirkan Penggunaan e-book
Karena
mampu
sebagai media bahan ajar merupakan
memangkas rantai distribusi. Jadi
sebuah langkah maju. Terdapat 3
pemerintah yang telah membeli
kebijakan sebagai pilihan alternatif
hak
dalam penggunaan bahan ajar untuk
pendidikan.
cipta
mediakan
akan
buku
meng-upload-nya
mengalih-
tersebut
dan
meningkatkan kualitas proses belajar
di
situs
dan mengajar di sekolah, dengan
Jardiknas. Sedangkan guru dan
diterbitkan
siswa yang membutuhkan buku
peraturan
tersebut tinggal mengunduhnya
Nasional, yaitu:
dari situs tersebut.Sekilas hal
1. Permendiknas Nomor 11 Tahun
tersebut praktis dan hemat biaya.
2005 tentang buku teks pelajaran
Namun
jika
dicermati
maka
beberapa
kebijakan
Menteri
pendidikan
2. PP 19/2005 Bab IV pasal 19
biaya yang akan dikeluarkan
Ayat
lebih besar. Anggap saja seorang
Pendidikan
siswa ingin mendownload buku
proses
maka ia harus mengeluarkan
buku teks semua mata pelajaran
ongkos untuk sewa Warnet Rp.
1:
Standar
Nasional
tentang
mengenai
3. Permendiknas
standar
penyediaan
Nomor
2
transportasi
Tahun2008 tentang Kebijakan
dalam kota pp Rp. 4.000,-; Beli
Buku Sekolah Elektronik atau E-
Compact Disk untuk menyimpan
Book.
6.000,-;
Rp.
ongkos
5.000,-
dan
ongkos
memprintkan perlembarnya Rp.
Evaluasi Alternatif
Harapan orangtua untuk sedikit
500,. Dari item-item pengeluaran
tersebut
maka
anda
dapat
mengkalkulasikannya sendiri.
bernapas
lega
dari
keharusan
mengeluarkan biaya pembelian buku
pelajaran,
setidaknya
hingga
sepertiga dari biaya buku pada tahuntahun
sebelumnya,
lagi-lagi
49
kandas.Pihak sekolah belum juga
Pelaksanaan Kebijakan
merekomendasikan pemakaian buku-
Pembelian hak cipta buku teks
buku pelajaran yang sudah dibeli hak
pelajaran sekolah bertujuan untuk
ciptanya oleh pemerintah, padahal
mewujudkan buku pelajaran murah
gaungnya sudah dipakai juga dalam
dan diharapkan mengurangi beban
kampanye calon presiden dan calon
masyarakat. Namun, masih banyak
wakil presiden beberapa waktu lalu.
pula yang belum bisa merasakan
Jika mendapatkan buku murah
manfaatnya karena berbagai hal.
saja masih sulit, rasanya untuk
Penyebab
membayangkan suatu saat orangtua
maksimalnya manfaat BSE gratis
dan siswa tidak perlu mengeluarkan
bagi
uang
adanya faktor unfamiliarity atau
buku
juga
akan
sia-sia.
utama
institusi
adalah
kurang
pendidikan
Nyatanya, untuk pendidikan dasar
gagap
sembilan tahun (jenjang SD-SMP
manusia yang kurang berkompeten
sederajat) saja,
di bidang IT (unskillfull), dan asumsi
yang seharusnya
gratis, tanggung jawab penyediaan
buku
masih
dibebankan
kepada
teknologi,
adalah
Berkaca
pada
Depdiknas
faktor-faktor
seharusnya
mengeluarkan
kebijakan
pendukung.Pertama,
Pemilihan Alternatif
daya
salah masyarakat.
tersebut,
peserta didik.
sumber
jika
sasaran
berbagai
utama pengguna BSE gratis adalah
proses maka pemerintah menetapkan
institusi pendidikan, guru dan siswa,
bahwa proses belajar dan mengajar
kebijakan
di sekolah akan berkualitas jika
diorientasikan
dalam proses menggunakan standar
memberdayakan mereka agar mampu
bahan ajar yang relevan,murah dan
menggunakan fasilitas tersebut.
Setelah
melalui
terjangkau
sesuai
permendiknas
no.2
pendukung
harus
bagaimana
dengan
tahun
2008
tentang kebijakan buku sekolahj
elektronik (BSE ) atau E-Book.
Pengawasan
dan
Evaluasi
Kebijakan
Pada masa pemerintahan Orde
Baru, setiap siswa pernah merasakan
kebijakan
50
yang
menguntungkan
dengan disediakannya buku gratis
dalam
bentuk
dari sekolah.Anehnya, di tengah
didistribusikan
kenaikan anggaran pendidikan yang
sekolah.
CD/DVD
ke
sekolah-
dari
fakta
diklaim sudah mencapai 20 persen
dari APBN - sesuai dengan amanat
PENUTUP
Terlepas
UUD 1945 - wacana buku gratis
keterbatasan
semakin sayup terdengar.
Pemerintah malah berkutat di
institusi
infrastruktur
IT
pendidikan
di
(karena
program buku murah.Itu pun tidak
ketersambungan
juga kunjung langsung dirasakan
Indonesia yang baru mencapai 40%,
manfaatnya
oleh
dan guru yang sudah melek teknologi
masyarakat.Padahal, kebijakan yang
hanya sekitar 10%-15%, serta hanya
mengusung label reformasi di bidang
sebagian
perbukuan ini sudah berlangsung
mengakses internet) tetapi itu karena
sejak 2007. Dari faktor-faktor yang
spektrum
di
negara-negara
jelaskan
pada
pengawasan
aliran
kecil
listrik
sekolah
Indonesia
di
dapat
sebagaimana
berpenduduk
besar
seharusnya
lainnya memang sangat lebar, dari
mengeluarkan kebijakan pendukung,
mulai pelajar yang masih telanjang
yaitu:
kaki sampai dengan para pelajar
kebijakan
1.
2.
3.
Pemerintah
Pemberdayaan
SDM
supaya
yang sudah sangat familiar dengan
mampu menggunakan fasilitas
perangkat
internetMempromosikan
pembangunannya dengan demikian
dan
digital.
merekomendasikan Keuntungan
harus
BSE/E-book Gratis sebagai buku
menggapai seluruh lapisan. untuk
sumber utama.
yang
Menjamin intitusi pendidikan
bangunkan.
memiliki Sarana,prasarana dan
bangun, mari kita ajak jalan. untuk
jaringan internet yang memadai
yang baru bisa berjalan, mari kita
Kebijakan depdiknas di daerah
ajak jogging ringan. untuk yang
memfasilitasi jaringan internet,
sudah lari, mari kita ajak sprint.
komputer
kebijakan
atau
bahkan
mencetak
menformat
BSE/E-book
beragam
strategi
masih
untuk
tidur,
untuk
dapat
mari
yang
pemerataan
kita
sudah
memang
sangat intristik, akan tetapi apakah
51
kita akan menunggu semuanya hidup
tidak lebih 15%. saat ini buku teks
pada frekwensi yang sama, baru
sudah “over-rated.” harga jual jauh
melangkah maju lagi?
melebihi ongkos produksi. buku
Kebijakan
Depdiknas
yang seharusnya tersedia
murah
lanjut
menjadi sangat mahal. inisiatif e-
Permendiknas No. 2 Tahun 2008
book ini sebenarnya upaya untuk
tentang Perbukuan yakni: Pemerintah
menghapus “monopoli” perbukuan
Pusat dan Daerah dapat membeli hak
yang
cipta buku dari pemiliknya. Semua
korporat dan merupakan solusi untuk
orang
tersedianya buku pelajaran yang
merupakan
tindak
berhak
memfotokopi,
mencetak,
mengalihmediakan
hak
ciptanya
telah dibeli
oleh
segelintir
murah dan terjangkau.
Kebijakan pendidikan gratis
dan atau memperdagangkan buku
yang
dilakukan
tidak diiringi subsidi bagi buku
pemerintah. Sedangkan penggunaan
pelajaran.
E-book sebagai media bahan ajar
distribusi serta ketiadaan subsidi
berdasarkan fakta bahwa selama ini
buku
telah terjadi praktik-praktik kolusi
tingginya
antara pihak sekolah dan penerbit
pelajaran.Padahal buku merupakan
dalam
sumber pembelajaran. Kondisi ini
memasarkan
buku
Panjangnya
pelajaran
rantai
menyebabkan
harga
disekolah.Inisiatif e-book tidak untuk
melandasi
semua, hanya bagi mereka yang
membeli 289 hak cipta buku-buku
punya
pelajaran
akses
internet.di
daerah-
Depdiknas
buku
berencana
berbagai
jenjang
daerah yang masih belum terjangkau
pendidikan dan mengalih mediakan
internet, Kemendiknas mendorong
kedalam
dan mempersilahkan kepada pihak
menyebarluaskan
swasta
dan
internet.”E-book merupakan versi
menggandakan tanpa perlu pusing
electronik buku tercetak traditional
ada
yang dapat dibaca menggunakan
untuk
tuntutan hak
pemerintah
sudah
mencetak
cipta,
karena
membeli
hak
bentuk
personal
digital
serta
melalui
computer
ciptanya. lalu dipersilahkan menjual,
menggunakan
bahkan membuka toko buku teks,
didisain khusus untuk membaca e-
dengan ketentuan margin profit yang
books. Peralatan tersebut bisa berupa
52
peralatan
atau
yang
tablet type, hand held device (PDA)
atau eBook reader” (Prita Wulandari:
2006).
Permasalahan aksesbilitas BSE
ke daerah pelosok sebetulnya dapat
disiasati dengan distribusi file BSE
secara langsung melalui CD jadi
tidak perlu mendownload lagi, dan
langkah ini pun sudah dilakukan oleh
Kemendiknas.
Jadi
bukan
lagi
menjadi kendala apabila sekolah
belum
terjangkau
oleh
internet,
walaupun pemerintah masih terus
berupaya untuk lebih meningkatkan
lagi penetrasi internet di seluruh
sekolah di Indonesia. Menyikapi
adanya
BSE,
tentu peran serta
sekolah atau gurulah yang harus
dominan. Adalah sebuah kesalahan
kalau siswa diwajibkan download
dan mencetak sendiri satu persatu
materi pelajaran yang disediakan
pemerintah. Banyak langkah dan
solusi yang bias ditempuh untuk
mencapai tujuan tersedianya buku
murah
yang
terjangkau
demi
http://jurnal.pendidikan.net/....29/3/2
011 12:04 wib
http://www.mediaindonesia.com/....2
9/3/2011 12:10 wib
http://bse.depdiknas.go.id. 29/3/2011
12:30 wib
http://sabdian08prestasi.wordpress.c
om/2011/04/08/meningkatkanmanfaat-buku-sekolahelektronik/....30/3/2011 13:04
wib
http://www.jakartabutuhrevolusibuda
ya.com/2008/04/13/pengemban
gan-perbukuan/...29/4/2011
11:04 wib
http://agusw.penamedia.com/2008/0
9/18/menyikapi-pengadaanbuku-sekolah
elektronikbse/....29/4/2011 11:15 wib
http://www.timorexpress.com/index.
php?act=news&nid=25311)
29/4/2011 12:20 wib
http://artikeligi.blogspot.com/2010/0
5/guru-bukan-salesbuku.html.... Selasa, 09 Maret
2010 09:08
http://oase.kompas.com/read/2009/0
7/24/05072897/Buku.Gratis..B
ukan.Buku.Murah, 15.30 WIB,
5/5/2011
http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2137044standar-proses-belajarmengajar/10:41 WIB, 5/6/2011
peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Analisis Pengambilan Keputusan,
Donelly dkk (1995: 128-130)
53