ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINT. pdf

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH
TENTANG BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BAGI
PENGGUNA (SEKOLAH) DAN PENYEDIA (PENERBIT)
Sentot Mardjuki, Tedy Tavianto
Program Studi Penerbitan, Politeknik Negeri Media Kreatif

Abstrak:
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kebijakan Pemerintah tentang Buku
Sekolah Elektronik, yaitu Permendiknas RI Nomor 2 Tahun 2008 dan
Permendiknas RI Nomor 28 Tahun 2008.Kegiatan penelitian ini memiliki dua
tujuan utama, yaitu: (1) Untuk melihat sejauh mana implementasi kebijakan BSE
ditinjau dari sisi pemakai (siswa sekolah dasar), (2) Untuk melihat sejauh mana
implementasi kebijakan BSE tersebut dilihat dari sisi pemroduksi dan penjual
(penerbit/percetakan). Metode yang digunakan adalah perpaduan metode
kuantitatif dan kualitatif dengan cara pengambilan data melalui survei dan
kuesioner deskriptif. Populasi penelitian ini adalah sekolah dasar di kota Jakarta
Selatan dan IKAPI Jawa Barat. Analisis yang akan digunakan adalah dengan
persentase dan deskriptif kualitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
tunggal yaitu kebijakan pemerintah mengenai buku sekolah elektronik, sedangkan
data yang diukur berhubungan dengan implementasi kebijakan tersebut
yangdisesuaikan dengan rumusan masalah dapat diukur dengan menarik

kesimpulan dari fakta-fakta yang ada. Hasilnya adalah Kebijakan Pemerintah
tentang Buku Pelajaran Murah belum berjalan dengan baik dalam hal
keefektivitasan dan keefisiensian. Penelitian ini dapat menghasilkan sebuah
rekomendasi terhadap kebijakan pemerintah tentang buku pelajaran murah.

Kata kunci: kebijakan BSE, sekolah dasar, tidak berjalan

untuk

PENDAHULUAN
Undang-Undang

Republik

berpartisipasi

aktif,

serta


memberikan ruang yang cukup bagi

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

prakarsa,

tentang Sistem Pendidikan Nasional

kemandirian sesuai bakat, minat, dan

(UU

perkembangan fisik serta psikologis

Sisdiknas)

mengartikan

kreativitas,


pendidikan sebagai usaha sadar dan

peserta

terencana

pembelajaran ditentukan pula agar

untuk

suasana

mewujudkan

belajar

dan

pembelajaran agar


peserta

didik.

Dalam

dan

proses

proses

pendidik memberikan keteladanan.

didik

Jan Komensky, atau lebih dikenal

secara aktif mengembangkan potensi


dengan

dirinya untuk memiliki kekuatan

Johann

Amos

Comenius

(1592-1670),

telah

spiritual keagamaan, pengendalian

menerapkan

pendapatnya


bahwa

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

program pembelajaran harus bertolak

mulia,

dari alam sekitar, dan untuk itu

serta

diperlukan

keterampilan
dirinya,

yang

masyarakat,


nama

diperlukan peragaan visual

dalam

Sedangkan

proses pembelajaran. Comenius juga

standar nasional pendidikan adalah

dikenal sebagai pendidik pertama

kriteria

yang mengembangkan penggunaan

bangsa


dan

negara.

minimal

pendidikan

di

tentang
seluruh

sistem
wilayah

gambar

(ilustrasi)


dalam

buku

hukum Negara Kesatuan Republik

pelajaran (Heinich, Molenda and

Indonesia. Pengertian pembelajaran

Russell, 1989). Johann Heinrich

dalam UU Sisdiknas tersebut adalah

Pestalozzi (1746-1827) menekankan

proses interaksi peserta didik dengan

perlunya


pendidik dan sumber belajar pada

pembelajaran

di

suatu lingkungan belajar.

menekankan

pada

perombakan
sekolah
hafalan

sistem
yang
dan


Dalam Bab IV Pasal 19 ayat

ingatan. Apa yang dilakukannya

(1) SNP tentang standar proses

adalah bahwa pembelajaran harus

ditentukan

proses

mengikuti perkembangan alamiah,

pembelajaran pada satuan pendidikan

yaitu dari konkret ke abstrak, dari

diselenggarakan

interaktif,

lingkungan dekat ke yang jauh, dari

menyenangkan,

yang mudah ke sukar, dan secara

inspiratif,

bahwa

secara

menantang, memotivasi peserta didik

44

gradual ke kumulatif (Thompson,

daya tarik yang kuat; indikatornya

1962; Ornstein, 1981).

meliputi di antaranya: kesempatan

Secara konseptual, indikator
kualitas

proses belajar mengajar

(PBM) di sekolah

diartikansecara

belajar yang tersebar dan karena itu
mudah

dicapai

dan

pendidikan yang

diikuti,

isi

mudah dicerna

beragam, tergantung pada situasi dan

karena telah diolah sedemikian rupa,

lingkungan.

Penelitian

yang

kesempatan yang tersedia yang dapat

dilaksanakan

oleh

di

diperoleh siapa saja pada setiap saat

hasilnya

diperlukan, pesan yang diberikan

divalidasikan oleh the Center for

pada saat dan peristiwa yang tepat,

Reseach on Educational Policy dari

keterandalan yang tinggi, terutama

University of Memphis pada tahun

karena

2005, menunjukkan adanya sejumlah

lulusannya

indikator

keanekaragaman sumber, baik yang

Amerika

Serikat,

Conect
yang

kualitas

(instructional

pembelajaran

quality

indicators),

kinerja

dengan

lembaga

yang

sengaja

dan

menonjol,

dikembangkan

yang dikelompokkan ke dalam 10

maupun yang sudah tersedia dan

kategori, yaitu: (1) lingkungan fisik

dapat dipilih serta dimanfaatkan

yang kaya dan merangsang, (2) iklim

untuk

kelas yang kondusif untuk belajar,

suasana yang akrab, hangat, dan

(3) harapan jelas dan tinggi para

merangsang.

kepentingan

belajar,

dan

peserta didik, (4) pembelajaran yang

Buku merupakan salah satu

koheren dan berfokus, (5) wacana

prasyarat bagi tercapainya tujuan

ilmiah yang merangsang pikiran, (6)

pendidikan.Karena pentingnya fungsi

belajar

asesmen

buku bagi institusi pendidikan, dalam

diagnostik belajar yang teratur, (8)

hal ini guru dan siswa, diperlukan

membaca

dan

menulis

sebagai

jaminan atas tersedianya buku. Di

kegiatan

regular,

(9)

pemikiran

sisi lain, harga buku cenderung terus

otentik,

(7)

matematis, dan (10) penggunaan

naik

sehingga

guru

teknologi secara efektif.Kesepuluh

terbebani. Pengadaan buku paket ajar

kategori tersebut dijabarkan lagi

bagi sekolah tingkat dasar dan

menjadi 42 indikator. Pembelajaran

menengah merupakan salah satu

yang bermutu juga harus mempunyai

upaya

pemerintah

dan

siswa

untuk

45

mencerdaskan

kehidupan

bangsa.

bentuk buku elektronik yang dapat

Buku paket ajar berfungsi sebagai

diunduh

buku pegangan resmi bagi pengajar

http://www.bse.depdikans.go.id.

dan

digunakan

Sudibyo (2008:1) memastikan bahwa

sebagai acuan dalam pembelajaran

setiap tahun jumlah buku terus

suatu bidang studi.Namun, besarnya

bertambah.

populasi rakyat Indonesia beserta

mengeluarkan

tersebarnya wilayah menjadi kendala

penggunaan BSE gratis karena buku

tersendiri dalam upaya pengadaan

tersebut

buku paket di seluruh sekolah,

pelajaran yang diajarkan di sekolah

ditambah

(Depdiknas,

2008:

anggaran yang dapat dialokasikan

melakukan

beberapa

untuk menunjang program tersebut.

kebijakan e-book.

pembelajar,

dan

dengan

keterbatasan

Kebijakan
merupakan

dari

Ketiga,

laman

pemerintah

peraturan

meliputi

tentang

buku

mata

1).Pemerintah
hal

terkait

Depdiknas

Jadi, peluncuran buku sekolah

lanjut

elektronik (BSE) gratis merupakan

tindak

Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008

alternative

tentang Perbukuan yakni: Pemerintah

pemerintah

Pusat dan Daerah dapat membeli hak

ketersediaan

cipta buku dari pemiliknya. Semua

terjangkau,

orang

Kebijakan

berhak

mencetak,

solusi
untuk
buku
dan
tersebut

dan

respons
menjamin

yang

murah,

berkualitas.
memberikan

mengalihmediakan

manfaat bagi institusi pendidikan

dan atau memperdagangkan buku

untuk meningkatkan kualitas proses

yang

telah dibeli

belajar dan mengajar, khususnya

pemerintah. Pemerintah melakukan

guru dan siswa. Kegiatan penelitian

beberapa hal terkait kebijakan e-

ini memiliki tujuan, yaitu sebagai

book antara lain: Pertama, membeli

berikut.

memfotokopi,

hak

ciptanya

hak cipta buku-buku pelajaran yang

1.

Untuk

mengetahui

dan

penulis

menganalisis sejauh mana BSE

(Wahono, 2008: 1). Kedua, semua

digunakan sebagai bahan ajar

buku yang hak ciptanya telah dibeli

di sekolah, ditinjau dari sisi

(lebih dari 407 buku) disediakan bagi

harga, distribusi, dan relevansi

berkualitas

masyarakat

46

tinggi

secara

dari

gratis

dalam

2.

isi BSE dengan soal ujian

Sawah 07 Pagi, SDN Srengseng

nasional.

Sawah 08 Pagi, SDN Srengseng

Untuk

mengetahui

aspek

Sawah 11 Pagi, SDN Srengseng

harga BSE bagi pihak penerbit,

Sawah

menurut perhitungan ekonomi,

Srengseng

menguntungkan

Kecamatan

Kemudian,

atau

tidak.

membandingkan

kalkulasi yang dibuat pihak

13

Petang,

dan

SDN

Sawah

17

Pagi

Jagakarsa

Jakarta

Peneliti

tentang

Selatan.
Analisis

penerbit dengan hasil kalkulasi

Implementasi Kebijakan Pemerintah

harga oleh peneliti.

Nomor 2 Tahun 2008. Dalam bab ini
peneliti mencoba untuk melakukan
analisis

METODE PENELITIAN

proses

pengambilan

yang

keputusan Permendiknas No 2 Tahun

digunakan adalah metode deskriptif

2008 tentang kebijakan buku sekolah

dengan teknik wawancara. Populasi

elektronik (BSE ) atau E-Book sesuai

pada penelitian ini adalah guru kelas

dengan siklus Donelly, dkk. ( 2005:

yang mengajar di 5 (lima) SDN di

128-130 ).

Metode

Kecamatan

penelitian

Jagakarsa

Jakarta

Selatan. Sample pada penelitian ini
yaitu

4

kepala

Sekolah

SDN

Penetapan Masalah
Gebrakan-gebrakan pemerintah

Srengseng Sawah Jagakarasa Jakarta

memperhatikan

pendidikan

Selatan.

Indonesia, perlahan demi perlahan
menunjukkan
mencapai

HASIL DAN PEMBAHASAN

aksinya

amanat

untuk

UUD

1945,

walaupun

belum

harapan

penelitian ini merupakan data primer

sepenuhnya.

Setelah

berupaya

berdasarkan hasil wawancara tentang

merealisasikan anggaran pendidikan

implementasi kebijakan pemerintah

20%, kemudian kenaikan gaji guru

Nomor 2 Tahun 2008 (buku sekolah

dengan

elektronik/BSE).

Sekolah

kesejahteraan, dan untuk tahun 2011,

yang diobservasi berjumlah 5 orang

Dinas Pendidikan Nasional akan

yang berasal dari SDN Srengseng

mewajibkan buku secara gratis.

Data

yang

diperoleh

Kepala

pada

tujuan

meningkatkan

47

Menteri Pendidikan Nasional,

kurikulum pendidikan Indonesia

Muhammad Nuh mengatakan, buku

sama antara daerah satu dengan

gratis akan direalisasikan pada tahun

lainnya.

2011. Pelajar SD dan SMP baik

membedakannya adalah fasilitas

negeri

penunjang

dan

swasta

yang

akan

Namun

yang

pendidikan.

Implementasi kebijakan e-book

menerima buku gratis tersebut.
yang

tidak akan menemui kendala

dihadapi jika penggunaan e-book

berarti diwilayah Indonesia Barat

dipaksakan sebagai bahan ajar adalah

karena berbagai fasilitas seperti::

1. Aspek Sumber daya Manusia

Jaringan

(MAN): Tingkat melek internet

software

para guru di Indonesia yang

memadai. Hal tersebut terjadi

hanya mencapai 10% - 15%

sebaliknya di wilayah Indonesia

(Media Indonesia, 27 Juli 2008).

Timur

Hal tersebut akan menghambat

keterbatasan yang dimilikinya.

implementasi kebijakan e-book.

Idealnya

penggunaan

Apalagi para guru telah terbiasa

sebagai

bahan

menggunakan

pedagogik

memperhitungkan

kelengkapan

konvensional

dengan

antara

ketersediaan

Adapun

tantangan

mengesampingkan

alat

bantu

dan

hardware,

brainware

dengan

lain:

laboratorium

nya

segala

e-book

ajar

harus

komputer/

multi

pembelajaran. Sedangkan siswa

media; jaringan internet; jaringan

yang terbiasa dengan pengajaran

LAN; LCD/ projektor serta rasio

konvensional

tumbuh

antara komputer dengan siswa

budaya „Yess Man‟. Karena guru

berbanding 1: 1. Selain itu

adalah

pembelajaran

infrastruktur

Jardiknas

yang tidak terbantahkan.Padahal

menjangkau

seluruh

guru dan murid dituntut bersikap

berbagai jenjang di Indonesia

kritis, kreatif dan inovatif dalam

serta

mencari

mengalami

‟Bottle

neck‟

(gangguan

jaringan

akibat

pengguna

mengakses

secara

sumber

akan

sumber-sumber

pembelajaran saat ini.
2. Aspek Sarana dan Prasarana
(MACHINE):

48

internet,

Walaupun

belum
sekolah

penggunaanya

serentak pada suatu situs).

rentan

3. Aspek

Metode

Distibusinya

Pengembangan Alternatif

E-

Beranjak dari masalah yang

book diklaim pemerintah mampu

ada, maka pemerintah kemudian

menurunkan

(METHOD):

Penggunaan
‟biaya

tinggi‟

menggulirkan Penggunaan e-book

Karena

mampu

sebagai media bahan ajar merupakan

memangkas rantai distribusi. Jadi

sebuah langkah maju. Terdapat 3

pemerintah yang telah membeli

kebijakan sebagai pilihan alternatif

hak

dalam penggunaan bahan ajar untuk

pendidikan.

cipta

mediakan

akan
buku

meng-upload-nya

mengalih-

tersebut

dan

meningkatkan kualitas proses belajar

di

situs

dan mengajar di sekolah, dengan

Jardiknas. Sedangkan guru dan

diterbitkan

siswa yang membutuhkan buku

peraturan

tersebut tinggal mengunduhnya

Nasional, yaitu:

dari situs tersebut.Sekilas hal

1. Permendiknas Nomor 11 Tahun

tersebut praktis dan hemat biaya.

2005 tentang buku teks pelajaran

Namun

jika

dicermati

maka

beberapa

kebijakan

Menteri

pendidikan

2. PP 19/2005 Bab IV pasal 19

biaya yang akan dikeluarkan

Ayat

lebih besar. Anggap saja seorang

Pendidikan

siswa ingin mendownload buku

proses

maka ia harus mengeluarkan

buku teks semua mata pelajaran

ongkos untuk sewa Warnet Rp.

1:

Standar

Nasional

tentang

mengenai

3. Permendiknas

standar

penyediaan

Nomor

2

transportasi

Tahun2008 tentang Kebijakan

dalam kota pp Rp. 4.000,-; Beli

Buku Sekolah Elektronik atau E-

Compact Disk untuk menyimpan

Book.

6.000,-;

Rp.

ongkos

5.000,-

dan

ongkos

memprintkan perlembarnya Rp.

Evaluasi Alternatif
Harapan orangtua untuk sedikit

500,. Dari item-item pengeluaran
tersebut

maka

anda

dapat

mengkalkulasikannya sendiri.

bernapas

lega

dari

keharusan

mengeluarkan biaya pembelian buku
pelajaran,

setidaknya

hingga

sepertiga dari biaya buku pada tahuntahun

sebelumnya,

lagi-lagi

49

kandas.Pihak sekolah belum juga

Pelaksanaan Kebijakan

merekomendasikan pemakaian buku-

Pembelian hak cipta buku teks

buku pelajaran yang sudah dibeli hak

pelajaran sekolah bertujuan untuk

ciptanya oleh pemerintah, padahal

mewujudkan buku pelajaran murah

gaungnya sudah dipakai juga dalam

dan diharapkan mengurangi beban

kampanye calon presiden dan calon

masyarakat. Namun, masih banyak

wakil presiden beberapa waktu lalu.

pula yang belum bisa merasakan

Jika mendapatkan buku murah

manfaatnya karena berbagai hal.

saja masih sulit, rasanya untuk

Penyebab

membayangkan suatu saat orangtua

maksimalnya manfaat BSE gratis

dan siswa tidak perlu mengeluarkan

bagi

uang

adanya faktor unfamiliarity atau

buku

juga

akan

sia-sia.

utama

institusi

adalah

kurang

pendidikan

Nyatanya, untuk pendidikan dasar

gagap

sembilan tahun (jenjang SD-SMP

manusia yang kurang berkompeten

sederajat) saja,

di bidang IT (unskillfull), dan asumsi

yang seharusnya

gratis, tanggung jawab penyediaan
buku

masih

dibebankan

kepada

teknologi,

adalah

Berkaca

pada

Depdiknas

faktor-faktor
seharusnya

mengeluarkan

kebijakan

pendukung.Pertama,

Pemilihan Alternatif

daya

salah masyarakat.

tersebut,

peserta didik.

sumber

jika

sasaran

berbagai

utama pengguna BSE gratis adalah

proses maka pemerintah menetapkan

institusi pendidikan, guru dan siswa,

bahwa proses belajar dan mengajar

kebijakan

di sekolah akan berkualitas jika

diorientasikan

dalam proses menggunakan standar

memberdayakan mereka agar mampu

bahan ajar yang relevan,murah dan

menggunakan fasilitas tersebut.

Setelah

melalui

terjangkau

sesuai

permendiknas

no.2

pendukung

harus
bagaimana

dengan
tahun

2008

tentang kebijakan buku sekolahj
elektronik (BSE ) atau E-Book.

Pengawasan

dan

Evaluasi

Kebijakan
Pada masa pemerintahan Orde
Baru, setiap siswa pernah merasakan
kebijakan

50

yang

menguntungkan

dengan disediakannya buku gratis

dalam

bentuk

dari sekolah.Anehnya, di tengah

didistribusikan

kenaikan anggaran pendidikan yang

sekolah.

CD/DVD
ke

sekolah-

dari

fakta

diklaim sudah mencapai 20 persen
dari APBN - sesuai dengan amanat

PENUTUP
Terlepas

UUD 1945 - wacana buku gratis

keterbatasan

semakin sayup terdengar.
Pemerintah malah berkutat di

institusi

infrastruktur

IT

pendidikan

di

(karena

program buku murah.Itu pun tidak

ketersambungan

juga kunjung langsung dirasakan

Indonesia yang baru mencapai 40%,

manfaatnya

oleh

dan guru yang sudah melek teknologi

masyarakat.Padahal, kebijakan yang

hanya sekitar 10%-15%, serta hanya

mengusung label reformasi di bidang

sebagian

perbukuan ini sudah berlangsung

mengakses internet) tetapi itu karena

sejak 2007. Dari faktor-faktor yang

spektrum

di

negara-negara

jelaskan

pada

pengawasan

aliran

kecil

listrik

sekolah

Indonesia

di

dapat

sebagaimana

berpenduduk

besar

seharusnya

lainnya memang sangat lebar, dari

mengeluarkan kebijakan pendukung,

mulai pelajar yang masih telanjang

yaitu:

kaki sampai dengan para pelajar

kebijakan

1.

2.

3.

Pemerintah

Pemberdayaan

SDM

supaya

yang sudah sangat familiar dengan

mampu menggunakan fasilitas

perangkat

internetMempromosikan

pembangunannya dengan demikian

dan

digital.

merekomendasikan Keuntungan

harus

BSE/E-book Gratis sebagai buku

menggapai seluruh lapisan. untuk

sumber utama.

yang

Menjamin intitusi pendidikan

bangunkan.

memiliki Sarana,prasarana dan

bangun, mari kita ajak jalan. untuk

jaringan internet yang memadai

yang baru bisa berjalan, mari kita

Kebijakan depdiknas di daerah

ajak jogging ringan. untuk yang

memfasilitasi jaringan internet,

sudah lari, mari kita ajak sprint.

komputer

kebijakan

atau

bahkan

mencetak

menformat
BSE/E-book

beragam

strategi

masih

untuk

tidur,
untuk

dapat

mari
yang

pemerataan

kita
sudah

memang

sangat intristik, akan tetapi apakah

51

kita akan menunggu semuanya hidup

tidak lebih 15%. saat ini buku teks

pada frekwensi yang sama, baru

sudah “over-rated.” harga jual jauh

melangkah maju lagi?

melebihi ongkos produksi. buku

Kebijakan

Depdiknas

yang seharusnya tersedia

murah

lanjut

menjadi sangat mahal. inisiatif e-

Permendiknas No. 2 Tahun 2008

book ini sebenarnya upaya untuk

tentang Perbukuan yakni: Pemerintah

menghapus “monopoli” perbukuan

Pusat dan Daerah dapat membeli hak

yang

cipta buku dari pemiliknya. Semua

korporat dan merupakan solusi untuk

orang

tersedianya buku pelajaran yang

merupakan

tindak

berhak

memfotokopi,

mencetak,

mengalihmediakan

hak

ciptanya

telah dibeli

oleh

segelintir

murah dan terjangkau.
Kebijakan pendidikan gratis

dan atau memperdagangkan buku
yang

dilakukan

tidak diiringi subsidi bagi buku

pemerintah. Sedangkan penggunaan

pelajaran.

E-book sebagai media bahan ajar

distribusi serta ketiadaan subsidi

berdasarkan fakta bahwa selama ini

buku

telah terjadi praktik-praktik kolusi

tingginya

antara pihak sekolah dan penerbit

pelajaran.Padahal buku merupakan

dalam

sumber pembelajaran. Kondisi ini

memasarkan

buku

Panjangnya

pelajaran

rantai

menyebabkan

harga

disekolah.Inisiatif e-book tidak untuk

melandasi

semua, hanya bagi mereka yang

membeli 289 hak cipta buku-buku

punya

pelajaran

akses

internet.di

daerah-

Depdiknas

buku

berencana

berbagai

jenjang

daerah yang masih belum terjangkau

pendidikan dan mengalih mediakan

internet, Kemendiknas mendorong

kedalam

dan mempersilahkan kepada pihak

menyebarluaskan

swasta

dan

internet.”E-book merupakan versi

menggandakan tanpa perlu pusing

electronik buku tercetak traditional

ada

yang dapat dibaca menggunakan

untuk

tuntutan hak

pemerintah

sudah

mencetak

cipta,

karena

membeli

hak

bentuk

personal

digital

serta
melalui

computer

ciptanya. lalu dipersilahkan menjual,

menggunakan

bahkan membuka toko buku teks,

didisain khusus untuk membaca e-

dengan ketentuan margin profit yang

books. Peralatan tersebut bisa berupa

52

peralatan

atau
yang

tablet type, hand held device (PDA)
atau eBook reader” (Prita Wulandari:
2006).
Permasalahan aksesbilitas BSE
ke daerah pelosok sebetulnya dapat
disiasati dengan distribusi file BSE
secara langsung melalui CD jadi
tidak perlu mendownload lagi, dan
langkah ini pun sudah dilakukan oleh
Kemendiknas.

Jadi

bukan

lagi

menjadi kendala apabila sekolah
belum

terjangkau

oleh

internet,

walaupun pemerintah masih terus
berupaya untuk lebih meningkatkan
lagi penetrasi internet di seluruh
sekolah di Indonesia. Menyikapi
adanya

BSE,

tentu peran serta

sekolah atau gurulah yang harus
dominan. Adalah sebuah kesalahan
kalau siswa diwajibkan download
dan mencetak sendiri satu persatu
materi pelajaran yang disediakan
pemerintah. Banyak langkah dan
solusi yang bias ditempuh untuk
mencapai tujuan tersedianya buku
murah

yang

terjangkau

demi

http://jurnal.pendidikan.net/....29/3/2
011 12:04 wib
http://www.mediaindonesia.com/....2
9/3/2011 12:10 wib
http://bse.depdiknas.go.id. 29/3/2011
12:30 wib
http://sabdian08prestasi.wordpress.c
om/2011/04/08/meningkatkanmanfaat-buku-sekolahelektronik/....30/3/2011 13:04
wib
http://www.jakartabutuhrevolusibuda
ya.com/2008/04/13/pengemban
gan-perbukuan/...29/4/2011
11:04 wib
http://agusw.penamedia.com/2008/0
9/18/menyikapi-pengadaanbuku-sekolah
elektronikbse/....29/4/2011 11:15 wib
http://www.timorexpress.com/index.
php?act=news&nid=25311)
29/4/2011 12:20 wib
http://artikeligi.blogspot.com/2010/0
5/guru-bukan-salesbuku.html.... Selasa, 09 Maret
2010 09:08
http://oase.kompas.com/read/2009/0
7/24/05072897/Buku.Gratis..B
ukan.Buku.Murah, 15.30 WIB,
5/5/2011
http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2137044standar-proses-belajarmengajar/10:41 WIB, 5/6/2011

peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah.

DAFTAR RUJUKAN
Analisis Pengambilan Keputusan,
Donelly dkk (1995: 128-130)

53