PROFIL SOSlOEKONOMl DEMOGRAFI DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA WANITA PADA PERUSAHAAN INDUSTRI PENGOLAHAN KARET ALAM Dl KOTAMADYA PADANG

LAPORAN PENELlTlAN

PROFIL SOSlOEKONOMl DEMOGRAFI DAN
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA WANITA PADA
PERUSAHAAN INDUSTRI PENGOLAHAN KARET ALAM
Dl KOTAMADYA PADANG

Penelitian ini dibiayai oleh:
Proyek Pengkajian dan Penelitian llrnu Pengetahuan Terapan
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Studi Kajian Wanita
Nomor. 2501P21PTIDPPMISKWNIl997, Tanggal, 20 Mei 1997
Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

INSTITUT KEGURUAN DAN lLMU PENDlDlKAN PADANG

1998

LEMRAR TDENTTTAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHTR HASIL PENELITIAN STUD1 KAJIAN WANITA

1. A. Judul Penelititin

: Profil Sosioekonomi Demografi dan

'

Perlindungan Tenaga Kerja wanita
pada Perusahaan Industri
Pengolahan Karet Alam di Kotamadya
Padang

b. Mticarn Penelitian

: Terapan

c. Kategori Penelitian

: I 1 (Pemecahan Masalah Pemb~ngunan)

.................................................................

2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar :
:
b. Jenis Kelamin
c. Pi~ngk~t/g~longan/NlP :
d . Jabtitan Fungsional
:
:
e. Fakultas/Jurusan
f. Univ/Akd/Institut
:
g. Bidang yang diteliti

Drs. Hasanuddin, MS.
Laki-laki
Penata Tk. T/TIT.d/130S89589
Dosen FPTK IKIP Padang
FPTK/PT Mesin
Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Padang

: Sosial Ekonomi dan Ketenagakerjaan

.................................................................
3. Jumlah Tim Peneliti

: Mandiri

4. Lokasi penel i t'ian

: Kotamadya Padang

.................................................................
5.

.JangknRraktuPenelitian

: 10 bulan

.................................................................
6. Riaya yang diperoleh


: Rp. 5.000.000,-

(Lima juta rupiah)

.................................................................

Mengetahuj:
l?ckiln FPTK JK 1 P A P ~ d a n g

%.

Padang, Maret 1995
tua Peneliti,

Ms
NIP 130859559

Menyetujui:
litian


PROFIL SOSlO EKONOPAI DEMOGRAFI DAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA WA.NITA PADA PERUSAHAAN INDUSTRI
PENGOLAHAN KARET ALAM Dl KOTAMADYA PADANG
(Hasanuddin, 1998,94 haiaman)

PermasaIahan tentang wanita selalu menarik untuk dikaji, terlebih lagi
mengingat potensi yang dimilikinya dan jumlahnya lebih banyak dari pria.
Fenomenanya pun dalam angkatan kerja memiliki ciri dan karakteristik tersendiri,
baik* dalam ha1 aspek histori tradisional maupun kondisi sosial ekonomi
demogrzfinya. Status dan kondisi kerja mereka secara umum masih jauh dari
nrernuaskan, baik dari segi upah yang mereka terima, jenis pekerjaan yang
dliangzni, kondisi iingkungan kerja, maupun perlindungan yang mereka terima di
dafsrm bekerja.
Penelitian ini diarahkan untuk mengungkapkan karak- teristik sosial
ekonnmi-demografi tenaga kerja wanita serta perannya dalam kegiatan proses
produksi serta bentuk perlindungan sosial yang diberikan pihak perusahaan
tempat mereka bekerja. Diharapkan melalui penelitian ini akan terungkap dan
diperoleh sejumlah informasi mengenai profil umur tenaga kerja wanita, jenjang
pendiciikan. profil rumsh tangga. besar penahasilan dan kontribusinya. jenis

periindungan atau jarninan sosial yang mereka terima dan hak-haknya dalam
i
fungsi kodratnya sebagai wanita.
b~kerjas ~ s u amenurut
Lokasi penelitian ini berada di daerah Kotamadya Padang dengan memi!ih
dan menetapkan obyek atau tempat penelitian perusahaan industri karet alam.
Jumlah responden ditetapkan sebanyak 180 orang terdiri dari tenaga kerja wanita
dan tenaga kerja pria, dengan teknik Purposive Sampling, yang diambil dari tiga
buah perusahaan dari enam perusahaan yang berdomisill di daerah tersebut. Data
penelitian dihimpun melalui wawancara dengan kuesioner dan dilengkapi dengan
wawsncara bebas serta pengamatan dan pencatatan dokurnen. Metode analisis
yang digunakan berdasarkan kombinasi analisis distribusi frekuensi, refleksi
partsipatif dan analisis jender dengan membandinglcan antzra wanita dan pria,
serta beberapa variabel menggunakan unit analisis keluarga.

Hasil analisis mengungkapkan rata-rata ush tenaga kerja wanb kMh
tinggi, dan pengalaman kerjanya di dalam perusahaann juga rata-mta lebih lama
dibandingkan dengan tenaga kerja pria. Jenjang pendidikan mereka dijumpai
bervariasi, akan tetapi pada umumnya rab-rata berpendidikan sekdah dasar,
bahkan ada diantaranya yang tidak tamat. Status perkawinan mereka umurnnya

sudah bersuami, namun cukup banyak pula yang berprediket janda dengan raCerata jurnlah anak 3 4 orang dan merniliki beban tanggungan keluarga yang lebih
tinggi dibandingkan tenaga kerja pria.

-

Profil aMivitasnya dalam proses produksi secara r e M tidak b@u berbeda
dengan profil aktivitas tenaga kerja pria. Curahan waktu kerja mereka rata-rata
selama 8 jam perhari, dengan pengaturan jam masuk kerja secara bergiliran yaihr,
masuk pagi, masuk sore, dan masuk pada malarn hari. Cara pembayaran upah
mereka diatur berdasarkan status ketenagakerjaan, yang terdiri atas pekerja
harian biasa, harian borongan, dan tenaga kerja bulanan (stat) tenaga kej a wanita
menerima penghasilan dari upah setelah. Dengan status ketenagakerjaan dan
curahan waktu yang dernikian ditarnbah lembur satu hari pada hari minggu,
berkisar antara Rp. 185.555,- sampai Rp. 235.000,- setiap bufan. K M b u s i
penghasifannya terhadap penerirnaanl pendapatan rumah tangganya sekitar 47%
49%. Berarti andil pendapatan mereka didalam memenuhi kebutuhan rumah
tangganya kurang lebih sama dengan suaminya.

-


Jenis bidang pekerjaan yang dilayani tenaga kerja wanita dalam kegiatan
produksi, yaitu adalah: Bagian kontaminasi, tenaga labor, bagian giting/rnangel,
pembersihan dan pengisian troly serta bagian crumb rubber. Profil akses dan
kontrol rnereka dipandang cukup terbatas, dan hanya diberikan jabatan sebagai
Kepala Labor, Bagian gudang dan spare pert, dan serendahnya dijumpai sebagai
asisten timbang. Begitu pula halnya dalam promosi jabatan, harnpir tidak pernah
ada, karena posisihempat yang terbatas sifatnya. Untuk menjadi seorang rnandor
kerja misalnya, tidak pemah disarankan pada wanita. Walau mereka sudah cukup
lama bekerja di dalarn perusahaan, narnurn mereka tidak pemah mengalami
perubahan status ketenagakerjaannya, terkecuali berpindah-pindah unit atau jmis
pekerjaan yang ditangani.
Selain berupa upah kerja, pihak perusahaan juga memberikan tunjangsn
dan santunan seperti, tunjangan hari raya, jasa produksi, uang kerajinardinsentif,
biaya melahirkan, uang kematian, dan uang cuti tahunan. Bentuk perlindungan
lalnnya yang dlberikan perusahaan kepada tenaga kerja adalah berupa izinlcutl
melahirkan, haid, sakit, mendapat kemalangan, dan kegiatan sosial
kemasyarakatanl pembangunan. Khusus rnengenai perlindungan dan
kelengkapan kerja seperti, sepatu karet, penuhrp telinga, masker, sarung tangan
dalam ha1 ini pihak perusahaan belum menyediakannya serta rnewajibkan tenaga
kerja untuk menggunakannya dalam bekerja.


Tidak dapat dipungkiri bahwa partisipasi wanita dalam pembangunan,
khususnya di bidang ekonomi kian hari semakin meningkat. Oleh karena itu, untuk
msnciptakan iklim katenagakerjaan yang kondusif tentunya faktor-faktor yang
menghambat peran dan keterlibatan vmnita dalam kegiatan ekonomi perlu
psnanganan seksama dan krpadu antara pemerintah, pengusaha, dan
masyarakat. Di samping pengawasan terhadap pelaksanaan perundangundangan, kepada tenaga kerja wanita perlu tarus dilakukan penyuluhan tentang
hak dan kewajibannya sebagai tenaga kerja. Bagi pihak perusahaan, di dalam
penempakin dan pemanfaatan tenaga kerjanya hendaknya rnemperhatikan akan
fungsi kodrat, harkat dan martabat mereka sebagai wanita. Seyogiyanya mereka
adaiah asst bsrharga dan bukan sekedar faktor produksi belaka, dan kepadanya
periu dlberikan perfindungah dan memberdayakannya.

Fakuitas Pendidikar; Teknologi dan Kejuruan, lnstitut Keguruan dan llmu
Pendidihn Padan!, Kontrak Nomor: 2501 P21PTIDPPMISKWNI1997Tanggal 20
hlei 1597.

SUMARRY
THE PROFILE OF DEMOGRAPHY ECONOMIC SOCIAL AND THE
PROTECTION OF WOMEN LABOURS IN THE INDUSTRY OF-NATURAL

RUBBER PROCESSING IN KOTAMADYA PADANG
by:
(Hasanuddin, 1998, .94 Maman)
I

The problem about female is always interesting to be talked; specially
thinking about the potency owned by them and the amounts of them are more than
male. Their phenomenon in working has special features and characteriic, even
in the aspect of traditional history or the condition of its demography economic
social. The status and the conditions of their job that are handled, the condith of
the environment of job or the protection they get in warking.
This research is meant to describe the characteristic of demography.
economic social of women labours and the participation in the activity of pmductiacl
process moreover the form of social protection that is given by the company where
they work. tt is ecpeded that through this research will be desribed and got sonm
information about the profile of the age of women labours, the level of education,
the profile of their home, the amount of income and its contribution, the kind
protection and social insurance they get and their rights in working that are in line
with nature as a woman.
The location of this research is in Kotamadya Padang by c M i and

pointing out the object or the place of research of Natural Rubber Processing
Company. The amount of the respondent are 180 persons which consist of women
and men labours, by using the technical of sampling purposive which is taken from
three of six companies located in this area. The research of data is collecbd
through the interview with questioners and completed with free interview and also
the obsetvation and document registration. The analysis mccthod used based on
the combination of distributive frequency analysis, participative reflection, Gender
analysis by comparing the female and male labours and some of mriaMe which
uses family analysis unit

The result of analysis shows that the age of the ferrtale labours are
averagely higher and their experience of working are longer than the male labours.
The result also shows that the level of education is found to be varieted, but the
average is elementary school, some even do not finish the education. Most of them
are married, but many of them are widows with 3 4 chidren and have higher
responsibility to the family than male labours.

-

A

'

The profile of their activity in production process are relatively not so
different from the males. They give elght hours of their time to work In the company ::
by taking shifty turn: morning, afternoon and night. The way of payment of their
wages are controlled according to their working status, that consist of general daily
worker, daily contract and monthly employees (staffs). Wrth such working status
and entrance time time, the female labours receive income from the wage plus one
day over on Sunday, around Rp. 185.555,- to Rp. 235.000,- every month. The
contribution of their wage to the income of family is around 47% 49%. tt means .
that the participation of their income in fulfilling their daily needs more or less same
with their husdands.

-

The kinds of the job served by the female labours in the production activfties
are contamination, laboratories worker, milling or mangle, cleaning and filling
Trolley and the crumb rubber. The profile of access and their control are so limited
and only given position as. The chief of labor,, The part of warehouse and spare
part, and the lowest is as the assistant of timbang. There is almost no promotion for
them because of the limited position and palce. To be a supervisor for example, it
is never given to the woman. Although they have worked for long time in the
company, but they never experience the change of the working s W s , except
movinglhanging the unit or the kind of job handled.
Except as wages, the company also gives bonus, such as lebaran
production service, i n s d v e , birth expense, death expense and yearly off
enpense. The patterns of protection given by the company to the workers are
permission of birth, menstruation, sick,getting accident, and the activity of social.
Specially for protection and working equipments, like boot, masker, the company
does not supply them in this case and suggets the workers to use them in working.

tt can not be denied that the participation of woman in development,
specially in the part of economy increase every day. That's why, to create the
condusive labour terms, of course the factors that endure the participation of the.
women in economy activity need the serious and intensive guidance between the
government, company and society. Besides the guidance to the regulation, they
also need to get company, in placing and using its labour should consider about
their nature, honor existence as women. They are supposed to be the worth assets
and not only such factors of production, and the company need to give them
protection and using their power and ability as best as possible.

-

(Faculty of Technolo)i and Vocational Education The Padang Instituteof Teacher
and Educational Science, Contranct Number): 250/ P21PTIDPPMISKWM1997
Date Mey 20th, 1997

r

w,

Kegi- peiitiaa merupaCcen bngirm cfari dsnnapeqmm
di ssmping
pendidikau dm pmga&diankqada E d q w a b t K e g i a h ptnelitiari ini hms dilaksaaakan
oleh M I f Pahugy m g d d c q h oleh skfakademikanya ddam rangkaxmmh&hn mrrfu
pendidiIcan,meiatui p i n g b h mutu stafalcadeaif5 baik sab@ d m rmqnm pmrliti.

Kegiatso paelitian ini m e n t h h m g p e ~ r b qi f m serta teraparmya Dalm hsl
hi, Lembagn Penelitian KIP Pt-uhgbenrsaha mendmng dosen m h k mcIalaJcan
penelitism mbagaj @an
y a q tidak terpisahkan dari keginfanme-llgajanya, baik ~gazlg
secm
dibiayai o l d dann.MIP P a h g maupun dsaa dari mmk lain p u g

~~

-

relevan atau bekerja sama dengal insdxmsikrkait. Ole41 km-enaitu, penirqlmhumutu temga
akdernik peneliti dan hasil perrelit i m y a di Iafcukan sesuai d q m hngbitm sertn
lcwmznakademSk peneliti.

KErmi menyambut gembira &yang d i l a peneliti rmhd< mcojawab
p-onnasalahan p e n d i m baik p g b e r s a inter$csi behapi -or yang
pddekkepeodidikaa, pmgmammateri b j & q stndi, alsnrpunproseapmpjaraa dalam
hias
d a b m d m y a r m m d daIm kryian ini. mil peneiitian
ini jelas
menadah wzmmm d;m p d kita tenfangprose pendidha Wdauprra hasil
penelitian h i mmgkh masih rnenrmjuk.Jcanbeberagakelemnhaa, narmm sqayakin k i l n y a
dqd dqakai seb@ bagm dari upayapmhgk&m rmrtn pndidikan pada mnunmya
~~di~yaogslcan~gsemaaEin~pene1itim~hagitnya
d q a t Iandite-mplotn dalam peningkatan dm peagenrbaagao tewi dim pddek
kqendidikan -Hasil pmelitisn ini teM ditelneh oteh tim.pereviud dm Iqmm penelitian
Ixldaga Pewlitiso IKlP P d a n g *g dihkukm secara "Hind reviewing". Kemudian
disemhn-km yang melibakm dosen Wtas MZP Padaarg uduk tujurm diseminssi. Mudahom*
pemelitian ini b
m bngi pmgmhqm i h pada umtamya dan
ndu 8tafaksBemik IKlP P a c h g
Pada kescmp8tan ini h i ingin rneqycqkao ktima h i h kepda b e r b w prhk
yang membantu ted-pe-litjan
ini, t
a pa& fmyek Penmgkataa Penelitian
dm Pengebdiao kepada Mlfssynmltaf Direidorat Jencberai Pendidkin Tinggi, lembaga
tetrkait yaag meojadi Ajek penelitisu, swpoden yangmenjadi sampel peneljtian, dna tim
pereviu Lembaga Penelitian IXIP P d a q ymg blah memberi madcm mfuk
yvnrpl?nraan lappmeIitian mi. Hami yaiun taupa dedikasi dpn lmr~asamay q
tajalin selsma hi,peaelitirrn ini ti& a h d q n t d i s e l e d m se-~g
diharqkan, k e j m yang baik bi dih;lrapkan skan mnjadi lebih baik lagi di masa ymg
&an dafylg.

.--

-. ---

h.
b a i d i , MA,PhD.
h i 130605231

UCAPAN TERIMA KASIH

Berkat Rahmat dan Karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya peneliti dapat
rnenyelesaikan proyek penelitian iqi. Selanjutnya, pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. lbuk DireMur Pernbinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
Direidorat Jenderal Pendidikan Tlnggi Depdikbud RI Jakarta

2. Bapzk ReMor IKIP Padang

3. Bapak Ketua Lernbaga ~enelitianIWP Padang
4. Bapak D e h n FPTK lK!P Padang
5. lbuk Ketua Pusat Studi Wafiita lKlP Padang

Tidak lupa ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Walikota, Cq
Kepalz Kantor Sospol Kotamadya Padang, Pimpinan Perusahaan Industri yang
diteliti, dan istimewa kepada Bapak Adnan, SE., M-Si. Bapak Suarman, Bapak
Lukman dan Bapak Rinaldi serta para tenaga kerja yang menjadi Responden
penelitian ini.
Tanpa bantuan jasa BapaMbuWSdr, baik bersifat finansial maupun rnoril,
peiaksanaan penelitian tidak akan berjalan dengan sempurna. Semoga Allah SWT
membalasnya dengan setimpal, Amin.
Padang, Maret 1998
Peneliti,

DAFTAR IS1

Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN
RINGKASAN ......................................................................................... ......
SUMMARY ..........................................................................................................
PENGANTAR .....................................................................................................
UCAPAN TERIMA KASlH ..................................................................................
DAFTAR IS1 ...................................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................................

ii
v
vii
viii

ix
x

PENDAHULUAN ...............................................................................
A. LatarBelakang .................................................................................
B. Perumusan Masalah ........................................................................

1
1
3

BAS I1 TiNJAUAN PUSTAKA ......................................................................
A. Peranan dan Faklor Keterflbatan Wanita dalam Dunia Kerja ........
B. Perlindungan Tenaga Kerja ......................................... . ' ..........

7

BAS111 TUJUANDANMANFAATPENEUTLW .........................................
A. Tujuan Penelitian ............................................................................
B. Manfaat Penelitian .........................................................................

16

BAE IV hrlETODE PENELITIAN ........................................................................
A. Lokasi dan WakW Pelaksanaan ..................................................
B . Subjek Penelitian ..........................................................................
C. Jenis. Sumber. dan Teknik Pengumpulan Data ..............................
D. Metode dan Teknik Analisis Data ..................................................

19

BAB I

BAE V HASiL DAN PEMBAHASAN .................................................................
A. Karakleristik Sosial. Ekonomi Demografl Nakerwan ........................
B. Motiasi kerja. Eidang Pekerjaan yang Ditangani. dan Curahan
waklu Nakemn ...............................................................................
C. BerRuk Bantuan dan Pertirnbangan Nakerwan ...............................

7
11
16

17
19

19
20
21
23

23
53

72

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 89
A . Kesimpulan ........................................................................................ 89
B. Saran ........................................................... ............................... 93

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tahe! 12

.

Tabel 20 .
Taka! 21 .
Tabe! 22 .

Tabal23.

Tabel 24 .
Tabal25.
Tabel 26 .

Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur ..........................
Distribusi Responden Menurut Jenjang Pendidikan .....................
Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan .......................
Cistribusi Responden Menurut Kelompok Umur dan Status
Perkawinan ......................................................................................
Distribusi Rasponden Menurut Jumlah Anak ................................
Distribusi Responden Menurut Suku Bangsa/Ras ........................
Distiibusi Rasponden Manurut Status Tempat Tinggal ................
Distribusi ~espondenMenurut Fasilitas Kendaraan .....................
Distribusi Respondan Menurut Pengalaman Kerja .......................
Distribusi Responden Menurut Jenis Lapangan Pekerjaan
Ssbaluxnya ..................................................................................
Distribusi Responden Menurut Jenis Lapangan Pekerjaan
Sampingan ......................................................................................
Distribusi Responden Menurut Bidang Jenis Pekerjaan
Suami atau isteri ..............................................................................
Jumlah PenerimaanfPendapatanResponden Menurut Upah ......
Jumlah dan Variasi Pendapatan Suami Responden Nakewan ...
Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Responden Nakervjan ....
Rata-rata Pangsluaran Tiap Bulan Rumah Tangga Nakerv~an....
Distribusi Responden Menurut Dorongan Bekerja ........................
Distribusi Respondsn PJakerwan Menurut Tujuan Bakerja ...........
Penilaian Responden Nakerwam terhadap Pekerjaan yang
DPangani .........................................................................................
Distribusi Responden Menurut Status Ketenagakerjaan ..............
Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Yang Ditangani
ldentifikasi Jenis Pekerjaan yang Sesuai Bagi Nakerwan ............
Janis Pakarjaan yang Pernah Ditangani Nakerwan sebelumnya
Jam Kerja Tenaga Kerja pada Perusahaan lndustri Karet Alam .
Distribusi Rasponden Menurut Pihak Yang Membantu ...............
Tanggapan Responden dan Nakerwan terhadap Tugas
Rumah Tangga ..............................................................................

45
49

50
51

52
54
55

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diten~ah-tengahperubahan masyarakat yang serba kompleks dewasa ini
sebagai dampak dari kemajuan sains dan teknologi, diduga akan diikuti oleh
perubahan lapangan pekerjaan dan pembagian kerja serta spesialisasi, yang
secara nyata telah merubah peranan wanita dalam berbagai fungsi dan kegiahn
sosial ekonomi. Selain menimbulkan perubahan terhadap pola kerja ataupun
sikap dan etos kerja, bahkan juga ditemui adanya pendiskri-minasian lapangan
pekerjaan terhadap wanita bilamana ditelusuri dari sisi analisis jender.
Guna rnengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan karena lajunya
perubahan dan mengejar ketertingalan, Indonesia dalam strategi pembangunan
nasionalnya pada periode PJPT I! menekankan orientasi pembangunan yang
mencakup pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan teknologi.
Salah satu faktor utama pendukung pencapaian orientasi tersebut adalah
pendayagunaan sumberdaya manusla, termasuk ke dalamnya pemberdayaan

wafii'a. Sehubungan dengan itu, pemerintah telah menetapkan wanita sebagai
salah satu "target group" artinya wanita merupakan kelompok yang perlu
rnendapat perhatian khusus dalam pembangunan.
Adanya komitmen politis tentang kemitraan pria-wanita, merupakan suatu
komitmen nasional yang harus mewarnai seluruh kehidupan bangsa Indonesia,
tsrutama perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari sudah barang tentu ha1 ini
akan memberikan peluang untuk peningkatan peranan wanita di dalam berbagai
lapangan kerja. Untuk itu, Menterl Negara Peranan Wanita dalam menetapkan
strategi upaya peningkatan peranan wanita dalam pembangunan bangsa
mendasarkan wawasan kemitra sejajaran ini dengan pendekatan jender.
Pembangunan dengan

pendekatan jender

adalah

pembangunan

yang

dilaksanakan dengan mengintegrasikan di dalamnya aspirasi, kepentingan, serta
peranan wanita dan pria di segala bidang dengan tetap memperhatikan kodrat.

harkat, dan martabat wanita dan pria. Dalam pembangunan yang berdasarkan
pendekatan jender dicegah terjadinya kesenjangan hak, kedudukan, kemampuan
peranan dan kesempatan antara wanita dan pria, serta dihindari adanya upayaupaya yang dapat merugikan wanita dan pria (Kantor Men UPW Rl1995).
Peningkatan keterlibatan wanita dalam lapangan kerja tersebut antara lain
dapat diketahui melalui kenaikan tingkat partisipasinya dalam angkatan kerja
(TPAK Vtianita) dan peningkatan dalam jumlah bidang-bidang pekerjaan yang

dimasuki oleh wanita. Bilamana dilihat dari tingkat partisipoasi angkatan kerja
wanita, terdapat kenaikm dari 32,43% pada sensus 1980 menjadi 38,79% pada
sensus tahun 1990. Sementara dari kecenderungan struktur ekonomi Sumatera
Barat yang sedang mengalami tranformasi diketahui antara tahun 1980-1990
jumlah angkatan kerja di sektor formal meningkat dari 21,6% menjadi 27,2%.
Namun,.sebaliknya juga dilaporkan, pada sektor informal terjadi penurunan dari

78,I0hmenjadi 72,5%. Berdasarkan perbedaan jenis kelamin, tenaga kerja wanita
ai sektor formal meningkat sebesar 7,76% dibanding tenaga kerja pria yang

hanya mencapai 4,9%. Sedangkan jumlah tenaga kerja wanita di sektor informal

dalarn kurun waktu tersebut hanya turun sebesar 1,?Oh dlbandlng prla dengan
penurunan mencapai 4,79% (Indrizal, 1996).
Sekaligus data tersebut di atas menunjukkan bahwa partisipasi kerja
wanita meningkat cukup tajam dibanding pria, dan boleh jadi hat ini berarti
menggambarkan pembangunan bidang kewanitaan telah mulai menarnpakkan
hasilnya. Namun demikian, disisi lain dipandang perlu mernpertanyakan sejauh
manakah keadaan demikian diikuti dengan peningkatan askes dan kontrol wanita
baik terhadap pekerjaannya maupun peningkatan kesejahteraan mereka. Sebab,
rendahnya askes maupun kontrol justru akan menempatkan wanita pada poslsl
marginal sehingga mempengaruhi ataupun menyebabkan rendahnya tingkat

pp,?.d~pak?,
~ a ~ , ih5i
+a
.k secara a k ~ ! unaupun
t
sdatif t2shadap pria.
Sebagaimana dilaporkan Biro Pusat Statistik tentang lndikator Sosial
Wanita Indonesia Tahun 1993, mengungkapkan bahwa rendahnya tingkat
pendapatan wanita akan tergambar dari besarnya proporsi persentase pekerja

wanita yang rnernperoleh pendapatan kurang dari Rp. 1 ~ 0 , per
- hari. Khusus
bagi daerah Surnatera Barat pada tahun 1991 dijumpai sebanyak 12,7%
dibanding pria yang hanya terdiri atas 2,18%. Sementara ditinjau dari segi tingkat
upah rata-rata per hari bagi pekerja prduksi, tenaga kerja wanita di daerah ini
rnernperoleh Rp. 3.022,- sedangkan tenaga kerja pria dibayar rah-rats Rp.

4.260.Di samping upah yang relatif masih rendah diterima oleh pekerja wanita,
status dan kondisi pekerjaan ataupun jaminan sosial terhadap mereka masih
perlu dipertanyakan, baik rnenyangkut perlindungan terhadap keselarnatan dan
kesehatan kerja rnaupun rnenyangkut kesejahteraan lainnya seperti, pernberian
santunan, tunjangan dan hak-hak bagi pekerja wanita. Seperti dikemukakan oleh
Purwoko (1996) bahwa Program jaminan sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang
dilaksanakan oleh pihak perusahaan pengimple-mentasiannya justru sering
nenimbulkan rnisinterpretasi, terutarna bagi pemberian santunan sedangkan
sumber pembiayaannya tetap terbatas dari iuran para peserta (tenaga kerja).
Tingkat upah yang rendah tersebut sudah barang tentu tidak terlepas dari
bentuk, sifat, dan kualitas dari pekerjaan wanita itu sendiri. Sehingga perbaikan
terhadap upah bagi mereka hanya dapat dilakukan apabila ketrampilannya
bertambah serta sifat pekerjaan yang mereka lakukanllayani juga diperhaiki.
Dalarn kaitan ini pernantauan terhadap peran dan keterlibatannya pada bidang
pekerjaan yang ditangani perlu dilakukan, dan begitu pula informasl mengenai
profil sosial ekonorni dan demografi menyangkut diri pribadi tenaga kerja wanita
perlu untuk diketahui, seperti: karakteristik pendidikan, status ketenagakerjaan,
status tempat tinggal, alasan bekerja, kontribusi terhadap pendapatan rumah
tangga dan lain sebagainya.
B. Perurnusan Masalah
Perrnasalahan wanita selalu menarik untuk dikaji, dan akan lebih menarik
lagi jika dihubungkan dengan potensi yang dirnilikinya karena rnengingat jumlah
mereka yang lebih banyak dari pria. Fenomenanya dalam angkatan kerja rnemiliki

ciri dan karakteristik tersendiri, baik menyangkut aspek histori tradisional maupun
sosioekonomi demografi. Status dan kondisi kerja mereka secara umum masih
jauh dari memuaskan, baik dari segi jaminan ataupun perlindungan secara
ekonomi, sosial maupun segi teknis di dalam bekerja.
Ketidaksamaan peluang dan pendiskriminasian dalam lapangan pekerjaan
pada kenyataannya masih dijumpai di dalam masyarakat sehingga cenderung
menempatkan posisi wanita menjadi terpojok, dan bahkan terkadang hanya
mempertimbang-kan pantas atau tidak pantasnya secara biologis, sehingga untuk
bidang-bidang tertentu tenaga kerja wanita tidak diharapkan maka prioritasnya
diberikan pada pria. Kebijaksanaan pengupahan juga tidak terlepas dari tindakan
diskriminatif, yang disebabkan oleh faMor internal pada diri kerja wanita karena
rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki dibandingkan
tenaga kerja pria.
Defigan rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki
menyebabkan wanita mengalami kesulitan dalam memilih alternatif lapangan
pekerjaan yang dimasuki, sehingga pilihan yang layak justru hanyalah sebagai
tenaga buruh kasar meski mendapat upah yang rendah. Latar belakang
kehidupan mereka yang berasai dari keluarga miskin mengharuskannya bekerja
membantu keluarga, orang tua atau suaminya. Suatu keluarga yang dihimpit
kemiskinan

maka

semakin

berat

tekanan

yang

mereka

rasakan

mengharuskannya mencari kerja yang produktif sekalipun memperoleh imbalan
yang rendah. Keluarga miskin tidak dapat hidup dalam pengangguran, oleh
karena itu lebih baik menerima upah yang rendah daripada menganggur.
Meskipun pemerintah telah mengatur ketentuan tentang pengupahan dan
perundang-undangan ataupun kebijakan mengenai ketenagakerjaan, termasuk
penggunaan tenaga kerja wanpa. Namun dalam kenyataannya sebagaimana
banyak ditulis dan diberitakan oleh media komunikasi massa serta temuan para
peneliti, masih dijumpai pihak perusahaan atau pengusahal majikan disebabkan
karena sesuatu alasan belum menjalankan dan memenuhi semua ketentuan yang
ditetapkan. Seperti ditulis oleh surat kabar harian Singgalang, Sumatera Barat

edisi Jumat tanggal, 25 Okt~ber1996 bahwa salah satu perusahaan industri
pengolahan karet alam di Kotamadya Padang menurut laporan masyarakat
diduga bertindak diskriminatif terhadap pembayaran upah buruh meskipun dalam
catatan administrasi sama dan sesuai dengan bidang masing-masing. Gaji
tambahan bagi karyawan non pribumi justru lebih besar dari gaji yang tercatat di
administrasi.
Adalah tidak mungkin tindakan yang serupa ataupun perlakukan-perlakuan
lainnya yang menyebabkan tenaga kerja wanita termarginalisasi dibanding
tenaga kerja pria. Hak-hak tenaga kerja wanita, perlindungan sosial dan

ketidakadilan jender masih perlu dipertanyakan. Perusahaan industri yang
bergerak dalam bidang sejenis ini menurut catatan Kantor Statistik Daerah
Tingkat I1 Kotamadya Padang terdapat sebanyak 6 (enam) buah perusahaan,
yang mempekerjakan sebanyak 1.857 orang tenaga kerja pada tahun 1994 terdiri
a:as

pria dan wa~itadalam berbagai jenis bidang pekerjaan. Mungkinkah

dijumpai praktek dan tindakan seperti disebutkan di atas, yang merugikan posisi
tenaga kerja wanita dalam proses produksi pada perusahaan industri tersebut.
Bahwa sesungguhnya peningkatan daya serap tenaga kerja wanita di
sekor industri, belum lagi dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan mereka,
karena masih dijumpai dalam kenyataannya upah yang diterima masih rendah,
bahkan diantaranya ada dibawah standar Upah Minimum Regional yang
ditentukan pemerintah. Bahwa sesungguhnya penggunaan tenaga kej a wanita
defigan alasan c o c ~ k dengan jenis-jenis pekerjaan tertentu adalah juga
merupakan suatu strategi pengusaha untuk mendapatkan tenaga kerja murah,
terutama bagi tenaga kerja wanita berumur antara 13-20 tahun ataupun belum
berumah tangga, dengan tujuan menekan pengeluaran perusahaan karena tidak
perlu memberikan tunjangan sosial akibat tidak adanya tanggungan keluarga.
Bertitik tolak dari latar belakang dan perurnusan masalah seperti diuraikan
di atas, penelitian ini diarahkan untuk mengungkapkan dan sekaligus mencari
jawaban atas permasalahan yang berkaitan dengan informasi mengenai profil
tenaga kerja wanita dan perlindungan terhadap mereka pada perusahaan industri

karet alam (crumb rubber) dengan memfokuskan studi pada persoalan sebagai
berikut:

1. Bagaimana gambaran atau karakteristik sosial ekonomi dan demografi tenaga
kerja wanita yang bekerja pada perusahaan industri pengelahan karet alam
tersebut.

2. Bentuk peran apa yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita, jika dihubungkan
dsngan jenis atau bidang pekerjaan yang terdapat (ditangani) dalam
perusahaan, khususnya menyang-kut kegiatan dalam proses produksi serta
faktor apa yang melatarbelakangi (alasan) mereka bekerja dan bagaimana
status ketenaga-kerjaannya dan pola curahan waktunya di dalam bekerja dan
rumah tangga.

3. Bagaimana bentuk perlindungan yang

diberikan

pihak

perusahaan,

khususnya yang berhubungan dengan jaminan sosial (perlindungan ekonomi)
seperti sistem pengupahan dan fasilitas lainnya dalam mempekerjakan tenaga
ksrja wanita, baik menyangkut hak-hak wanita maupun upaya peningkatan
kesejahteraan pekerja serta problema yang mereka alarni dalarn bekerja,
terutama yang berkaitan dengan aspek keselamatan kesehatan kerja.

BAB I1

TINJAUAN PUSTAKA
A. Peranan dan Faktor Keterlibatan Wanita Daiam Dunia Kerja
Wanita, baik sebagai warga negara maupun sebagai sumberdaya insani
bagi pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama
dengan pria di segala bidang kehidupan bangsa dan dalam segenap kegiatan
pembangunan. Sehubungan dengan itu kedudukannya dalam masyarakat dan
pwannya dalam pembangunan terus ditingkatkan serta diarahkan sehingga dapat
meningkatkan partisipasinya dan memberikan sumbangan yang sebesarbesarnya bagi pembangunan bangsa sesuai dengan kodrat, harkat dan
martabatnya. Bahkan menurut Sudarsono (1993) pemerintah telah memasukkan
unsur wanita sebagai salah satu kriteria untuk menilai prestasi daerah. Lebih

ianjirt rnenurutnya, terdapat empat kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi
peran wanita yaitu: (1) seberapa jauh wanita berperan sebagai partisipan dalam
pembangunan, (2) seberapa jauh wanita menerima benefit dari pembangunan,
(3) seberapa jauh wanita mempunyai akses kepada sumberdaya masyarakat, (4)

seberapa jauh wanita mernpunyai kontrol terhadap sumberdaya manusia
tarmasuk fasilitas sosial.
Adapun perannya dalam pembangunan pada dasarnya dapat dipelajari
atau di bedakan atas dua posisi, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagal
anggota masyarakat. Posisinya sebagai ibu dalam rumah tangga berperan untuk
pembentukan atau merupakan penentu dalam usaha "human investment", artinya
wanita sebagai pembentuk rnutu dan kualitas sumberdaya manusia (generasi)
yang akan datang. Sedangkan posisinya sebagai anggota rnasyarakat adalah
dapat dikembangkan untuk sumberdaya pembangunanlpenggerak usaha
kemasyarakatan dan sekaligus sebagai komponen angkatan kerja (Yuliati, 1996).
Meningkatnya peranan wanita dalam berbagai bidang kegiatan, termasuk
keterlibatannya dalam kegiatan ekonomil dunia usaha ataupun lapangan kerja
yang bernilai ekonorni tidak hanya ditandai melalui peningkatan jumlahnya yang

8

bekerja di luar rumah tangga, tetapi juga berhubungan dengan jenis dan jumlah
bidang pekerjaan yang dapat dimasuki oleh wanita. Peningkatan keterlibatannya
dan peranan tersebut, menurut Zuriah (1996) disebabkan oleh berbagai proses
yang baling terkait yang menyangkut pergeseran daiam diri wanita sendiri dalam

sistem nilai dan normatif, serta menyangkut perubahan peranan kelembagaan.
Pemberian kesempatan bagi wanita untuk berperan aktif sebagai mitra
ssjajar pria perlu diaukung dengan sikap mental, prilaku dan pandangan
rnasyarakat terhadap wanita, terutarna menyangkut peran aktif di luar lingkungan
keluarga dan rumah tangga. Ada pandangan umum masyarakat bahwa tempat
wanita adalah di rumah. Wanita bukanlah pencari nafkah, karena yang mencari
nafkah itu adalah pria atau suami. Walaupun wanita bekerja dan memperoleh
penghasilan yang memadai, namun statusnya tetap dipandang membantu suami.
Anggap demikian menunjukkan wanita bukanlah pencari nafkah utama sehingga
inenyebabkan pekerjannya menjadi tidak kelihatan.
Menurut As'ruti (1996) dalam analisis wanita perlu diketahui sejauh mana
rnereka berperan dalam berbagai kegiatan, yang mencakup tiga aspek pokok

peran wanita dalam kehidupan yaitu: peran produktif, peran reproduktif, dan
peran sosial. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam berbagai kegiatan wanita selalu

terkait kegiatan pria sebagai mitra sejajar dalam kehidupan rumah tangga
keluarga. Untuk itu, dalarn menganalisisnya melalui wawasan jender kegiatan
wanita dan pria perlu diperhatikan secara tersendiri maupun terkait.
Menyangkut aspek peran produktif tersebut beberapa studi menemukan
ssjurnlah faktor yang melatarbelakangi dan mendorong mengapa wanita atau ibu
rumah tangga ikut bekerja di luar rumah. Hasil survey wanita yang
diselenggarakan oleh Lernbaga Studi Pembangunan (1986) menyebutkan bahwa
faMor ekonomi keluarga sebagai pertimbangan utama wanita bekerja. Di sisi lain
menunjukkan bahwa wanita masih juga harus mengerjakan pekerjaan rumah
tangga baik sebelum berangkat maupun sepulangnya mereka bekerja. Kemudian,
eleh Yuliati (1996) dikemukakan bahwa sebagian wanita bekerja adalah untuk

mencari naflah tambahan yang secara otomatis penghasilannya untuk memenuhi

kebutuhan keluarga yang belum terpenuhl. Selaln itu, menurutnya juga lngin
menunjukkan eksistensinya dan kemandiriannya sebagai wanita.
Bagi wanita yang telah berumah tangga, bekeja di luar rumah akan
memiliki dua status yaitu sebagai ibu rumah tangga pengurus rumah tangga, dan
sebagai isteri. Sedangkan status yang kedua adalah sebagai penghasil
pendapatan untuk menambah atau meningkatkan ekonomi rumah tangga. Dalam
hubungan ini secara psikologi, sesungguhnya manusia termasuk wanita ibu
rumah tangga mempunyai hak sebagai individu, sebagai pribadi yang
mempunyai keunikannya sendiri. Mereka berhak untuk mengembangkan dan
nengwujudkan kepribadiannya, dan tidak perlu tenggelam atau membatasi diri
dalam pengabdiannya terhadap suami dan anak-anaknya, jika dirasakan
kebutuhan itu (Munandar, 1985).
Seiring dengan kemajuan, maka banyak pula terjadi perubahan dan di sisi

lain pendidikan wanita juga semakin meningkat, ragam lapangan kerja terbuka
samakin luas, tersedianya "surrogate mothef semakin banyak yang akan
membawa

atau

menimbulkan

perubahan-perubahan

pada

pengambilan

keputusan. Di dalam pengambilan keputusan lni terdapat pula beberapa
pendekatan di antaranya secara "household income" dan analisis sosiologis.
Adapun menurut pendekatan household income, rnenekankan bahwa wanita
bekerja untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Pada saat pendapatan
rumah tangga rendah, wanita lebih banyak mencurahkan tenaganya di pasar
kerja. Namun jika suatu tingkat pendapatan telah dicapai maka seirama dengan
peningkatan tersebut maka curahan tenaga kerja wanita di pasar akan menurun.
Sedangkan dari pendekatan sosiologis menekankan adanya kendala bagi wanita
untuk mencurahkan tenaganya di pasar kerja, antara lainnya kendala
sosiokultural yang menyebutkan tugas wanita mengurus rumah tangga, adanya
jam atau waktu di mana wanita dianggap tidak pantas berada diluar rumah dan
sebagainya (Hasymi, 1996).
Demikian pula halnya dari segi kondisi sosial demografi seperti variabel
urnur dan status perkawinan wanita. Kedua variabel ini akan rnempengaruhi

terhadap perilaku wanita dalam berbagai aspek sosial maupun ekonomi. Pada
kelompok umur tertentu, wanita mengalami masa putus atau ketidakberlanjutan
dalam partisivasi kerja, karena fungsi reproduksinya. lnterupsi ini merupakan
salah satu sumber utama terjadinya dikriminasi terhadap wanita. Akan halnya
status perkawinan, juga merupakan determinan penting bagi keterlibatan wanita
dalam berbagai aspek sosial ekonomi. Menurut Kowaleski (1984) tipe dan sifat
dasar dari pekerjaan wanita ditentukan oleh status perkawinan. Wanita yang tidak
terikat status perkawinan, mempunyai pola kerja yang hampir mirip dengan lakilaki yaitu: bekerja dengan waktu penuh (full time), berkelanjutan dan lebih stabil.
Di samping itu, status perkawinan bagi wanita juga akan mempunyai implikasi
pada status sosiai ekonominya. Lebih lanjut ditegaskannya bahwa, kehidupan
wanita setelah perkawinan banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
pasanganya. Bahkan, prikehidupan mereka sedikit banyak bergantung pada
persepsi dan keputusan suaminya.
Selain variabel umur dan status perkawinan tersebut, pendidikan juga
rnerupakan variabel penting yang mernpengaruhi keterlibatan dan perilaku wanita
dalam aspek sosial dan ekonomi. Tak jarang karena faktor pendidikan baik formal
maupun non formal yang telah dimilikinya menuntut seorang wanita untuk bekerja
dalam berbagai lapangan pekerjaan pada sektor swasta ataupun pemerintah.
Dengan rnelalui pendidikan rnemungkinkan seseorang menerima ide baru,
mendapatkan pengetahuan, rnemperoleh ketrampilan, membuka cakrawala
pemikiran, dan menambah wawasan sehingga cfapat menopang kemampuan diri
dan kehidupan sosial ekonomi.

Sehubungan dengan peran pendidikan tersebut, oleh banyak ahli
ditegaskan bahwa pendidikan dapat mengubah status kemampuan, dan keahlian
seseorang. Karenanya dengan pendidikan, baik yang diperoleh melalui
sosialisasi maupun formal, ha1 ini memungkinkan seseorang dapat memiliki
lapangan pekerjaan berdasarkan keahlian yang dimilikinya. Pekerjaan dengan
keah!ian tertentu, rnempunyai status
keahlian. Jadi dengan

demikian,

lebih tinggi dibanding pekerjaan tanpa

perbedaan

dalam

jenjang

dan

jenis

kemampuan wanita umumnya tergantung pada jenjang dan jenis pendidikan
yang telah mereka lalui (Wolfman, 1992).
Faktor internal yang rnelekat pada diri Nakerwan disebabkan rendahnya
tingkat pendidikan dan ketrampilan yang mereka miliki dibanding Nakerpri, justru
membuat kedudukan ataupun posisinya dalam proses produksi sangat dirugikan.
Kondisi obyektif juga menunjukkan, tidak jarang mereka mendapatkan perlakuan
aiiskriminatif yang menempatkan pria lebih istimewa dalam segala aspek,
sehingga menyebabkan wanita mengalami kesulitan dalam mengembangkan
potensi dan perannya secara optimal.
B. Perlindungan Tenaga Kerja

Meningkatnya peran dan partisipasi tenaga kerja dalam berbagai kegiatan
pombangunan juga disertai dengan berbagai tantangan dan resiko yang
dihadapi. Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan,
pemaliharaan, dan peningkatan kesejahteraannya, sehingga pada gilirannya akan
dapat rneningkatkan produktivitas.
Secara spesifik, tenaga kerja dalam dunia perusahaan adalah sebagai
nitra kerja dan tulang punggung yang memungkinkan perusahaan tersebut dapat
berjalan. Dengan demikian, memberikan perlindungan kepada mereka baik
rnelaiui tuntunan maupun dengan jalan pengakuan hak-haknya, perlindungan
fisik dan teknis, serta sosial dan ekonomi merupakan kewajiban dari pihak
perusahaan.
Menurut Soepomo (1983) program perlindungan tenaga kerja tersebut
akan mencakup 3 (tiga) jenis perlindungan yaitu: (I) perlindungan ekonomi, (2)
perlindungan sosial, dan (3) perlindungan teknis. Perlindungan ekonomi disebut
juga jaminan sosial, yaitu yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan
kepada tenaga kerja suatu penghasilan yang dapat memenuhi keperluan sehari-

hari baginya dan keluarga. Sedangkan perlindungan sosial biasa juga disebut
kesehatan

kerja,

yaitu

perlindungan

yang

berkaitan

dengan

usaha

kemasyarakatan di mana tujuannya agar tenaga kerja mengeyam dan

mengernbangkan prikehidupan sebagai manusia. Sementara perlindungan
teknis, adalah suatu jenis perlindungan yang berhubungan dengan usaha-usaha
untuk menjaga tenaga kerja dari bahaya kecelakaan seiama bekerja yang
ditirnbulkan oleh mesin dan peralatan serta bahan-bahan berbahaya. Jenis
perlindungan ini disebut sebagai keselamatan kerja.
Sudah menjadi kodra:,
berkewajiban

menanggung

bahwa manusia hidup akan bekeluarga dan
kebutuhan

keluarganya.

Oleh

karenanya,

kesejahteraan bagi tenaga kerja beserta keluarganya harus tetap dapat
terpelihara. Apalagi, manusia di dalam hidupnya menghadapi ketidakpastian, baik

beisifat spekulasi maupun bersifat murni yang selalu menimbulkan kerugian.
Katidakpastian murni ini seringkali disebut dengan resiko, yang dapat terjadi
dalam berbagai bidang termasuk saat tenaga kerja kehilangan sebagian atau
keseluruhan penghasilannya sebagai akibat timbulnya kecelakaan kerja, sakit,
rneninggal dunia, dan hari tua.
Uniuk menghadapi resiko ini tentunya diperiukan suatu instrumen, yang
setidak-tiaaknya dapat mencegah ataupun mengurangi tirnbulnya resiko tersebut.
sehingga dapat memberikan kepastianfjaminan dan perlindungan bagi tenaga
kerja. Bentuk perlindungan, pemeiiharaan, dan peningkatan kesejahteraan
dimaksudkan oleh pemerintah diatur dan diselenggarakan dalam bentuk program
jaminan sosial tenaga keja (Jarnsostek). Sebagai perwujudan pertanggungan
sosial menurut ketentuan Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuanketent~~an
pokok metigenai tenaga kerja (Husni, 1993)
Jaminan sosiai yang dalam bahasa inggrisnya disebut "social security"
pertama kalinya dipakai secara resmi di Amerika Serikat dalam suatu undang~!ndangyang bernama "The Soclal Security Act of 1935". Namun menurut
sejarahnya gerakan jaminan sosial ini dirnulai pada permulaan abad ke 19 di
Eropa Barat, yang diperlakukan dalam bentuk undang-undang kerniskinan (poor
laws) di mana orang-orang miskin mernperoleh bantuan dari pemerintah.
Kemudian seiring dengan kemajuan dan proses indus!ririalisasi, undang-undang

ini diberlakukan pula bagi kaum buruh, sebagai momentum baru yang
mendasarkan prinsip-prinsipjaminan sosial tersebut.
Menurut International Labour Organization (ILO) yang dikutip dari Majalah
Astek (1985), pengertian Social Security pada prinsipnya adalah sistem
perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk para warganya, melalui
berbagai usaha dalam menghadapi resiko-resiko ekonomi atau sosial yang dapat
mengakibatkan terhentinyajsangat berkurangnya

penghasilan.

Sedangkan

rnencrrut Undang-undang RI No. 3 tahunm 1992 tentang jaminan tenaga kerja,
r'isebutkan bahwa jaminan sosial tenaga kerja sosial adalah suatu perlindungan

bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sabagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dari pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Ruang lingkup yang diatur di dalam undang-undang tentang jaminan
sosiai tenaga kerja tersebut meliputi hal: (I) Jaminan kecelakaan kerja, (2)
jarninan kernatian, (3) Jarninan hari tua, dan (4) jaminan pemeliharaan kesehatan.
Mengenai penyelenggaraannya diatur dan ditetapkan dengan dasar hukumnya
yaitu: (1) Tap MPR No. lllMPR11992 tentang GBHN. (2) UU No. 3 Tahun 1993
tentang Jamsostek, (3) PP. No. 3 tentang Penunjukan PT. Astek (Persero)
sebagai badan penyelenggara program Jamsostek, (4) Kepres No. 22 Tahun

1992 tentang penyakit Jabatan, dan (5) Peraturan Menajer No. 05fMenl1993
tenkfig program Jarnsostek.
Dari segi menerapannya program Jamsostek tersebut kelihatan lebih
cenderung menganut Konvensi ILO No. 10211952, di mana menurut konvensi ini
penrjertian jamlnan soslal tldak begitu spesifik, karena dlsamakan dengan
asuransi sosial. Padahal menurut teori di antara keduanya dapat dibedakan.
Jaminan sosial dibiayai oleh APBN dan santunan yang diberikan untuk anggota
masyarakat yang membutuhkan dalam rangka mencipbkan daya

beli.

Sedangkan asuransi sosial, dibiayai oleh para pemberi kerja dan pekerja dalam

bentuk kontribusi dan santunan, diberikan kepada para pekerja yang

dlikutsertakan

dalam

program

asuransi

sosial,

dengan

tujuan

untuk

nenanggulangi hilangnya suatu pendapatan (Purwoko, 1995).
Bilamana dikaitkan dengan issu diskriminatif terhadap wanita yang bekerja
pada sektor publik dunia kerja sering pula di dalam operasionalnya terabaikan
pemberian perlin-dungan dan hak-hak pekerja wanita (Nakenvan). Di antara lain
lrianto (1994) rnencerminkan kasus-kasus rnenyengkut diskriminasi terhadap
Nakeraan pada psrusahaan di wilayah Jabotabek, yaitu meliputi persoalan:
1. Dalam ha1 mendapatkan hak wanita atas kesempatan kerja yang sama

dengan pria, kebebasan memilih profesi, pekerjaan, promosi dan pelatihan.

2. Dalam ha1 mendapatkan upah yang sama terhadap pekerjaan yang bernilai
sama.

3. Dafam menikmati hak terhadap jaminan sosial
4. Hak terhadap kesehatan dan keselamatan kerja

5. Hak untuk tidak diberhentikan dari pekerjaan (dan tetap rnendapatkar;
tunjangan) karena perkawinan dan melahirkan, hak akan cuti haid, cuti hamil
dan melahirkan
6. Hak untuk mendapatkan fasilitas umum dan sosial khususnya tempat

penitipan anak.
Dibagian lain lrianto menyarankan mengenai kesehatan dan keselamatan
keja, diharapkan para pengambil keputusan rnemahami dan memandang
Nakewan seyogyanya mereka tidak terutama dilihat sebagai faktor produksi
befaka, teapi sebagai aset yang berharga dan kepadanya harus diberi pelayanan
yang baik, sehingga terpeiihara supaya langgeng dan dapat memberi
kontribusinya untuk jangka waktu yang panjang.
Agar tidak memberikan da'npak yang rnerugikan dalam hubungannya

cfengan pekerjaan maka pemerintah telah mengeluarkan berbagai perlindungan
bagi tenaga kerja wanita (Nakew~an).Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa
fungsi reproduksi pada wanita rnerupakan fungsi sosial, yang akan memberi
vdarna pada kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Adapun norma
perlindungan bagi tenaga kerja wanita yang ada hingga saat ini secara substantif

mencakup lingkup yang sangat luas diantaranya: (1) Norma-norma kesuliaan
yang berakar dalam kebudayaan, (2) Adanya jenis pekerjaan yang dapat
membahayakan kesehatan wanita, terutama apabila wanita tersebut menjalani
fungsinya, (3) Bahwa sementara wanita menjalani fungsi reproduksinya maka
wanita memerlukan perawatan khusus, dan (4) Bayi yang masih menyusu
memerlukan Air Susu Ibu guna kesehatan dan pertumbuhannya (Kariman, 1995).
Gerkenaan dengan ha1 tersebut maka dibuat peraturan ataupun ketentuan
yang sifatnya melarang da