pengaruh kebijakan pemulangan siswa terh

PENGARUH KEBIJAKAN PEMULANGAN SISWA TERHADAP
KETERLAMBATAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN
JAKARTA
Yanuar Annas Bolkiah
Guru Fisika MA Pembangunan UIN Jakarta

ABSTRAK
Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa, MA Pembangunan UIN Jakarta
mencoba membuat peraturan dan kebijakan yang berfungsi menekan angka keterlambatan
siswa sehingga jumlah siswa yang datang terlambat ke sekolah semakin kecil. Pada semester
ganjil tahun pelajaran 2013/2014 Komisi Disiplin (KOMDIS) dibawah arahan Wakil bidang
Kesiswaan serta bekerja sama dengan BK dan seluruh Guru membuat sebuah kebijakan untuk
mengatasi keterlambatan siswa. Peraturan tersebut berupa pemulangan siswa jika dalam
sepekan siswa terlambat sebanyak 3 kali. Ini dengan tujuan memberikan efek jera bagi siswa
yang suka datang terlambat. Pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 kebijakan
diubah. Kebijakan pemulangan siswa dihapus dan diganti dengan sistem point. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan pemulangan siswa terhadap
keterlambatan siswa di MA Pembangunan UIN Jakarta
Akan diuji apakah kebijakan pemulangan siswa memiliki efek terhadap keterlambatan
siswa di MA Pembangunan. Untuk itu, sebuah sample yang terdiri atas 100 orang siswa akan
diamati jumlah keterlambatannya selama semester ganjil, kemudian setelah kebijakan

pemulangan siswa dihapus dan diganti sistem point, kembali diamati jumlah
keterlambatannya pada semester genap. Data yang digunakan adalah data keterlambatan
siswa MA Pembangunan yang bersumber dari dokumen/catatan pada buku piket. Teknik
pengumpulan data melalui observasi/pengamatan terhadap 100 orang siswa yang direkam
melalui lembar catatan piket. Teknik analisis data menggunakan uji t untuk sample
berpasangan (paired-samples T test).
Hasil penelitian menyatakan bahwa jumlah keterlambatan siswa sebelum kebijakan
pemulangan siswa dihapus, rata-rata keterlambatan tiap siswa pada semester ganjil adalah
5,21 kali. Sedangkan setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus, rata-rata keterlambatan
tiap siswa menjadi 12,04 kali pada semester genap. Artinya terjadi kenaikan rata-rata jumlah
keterlambatan tiap siswa sebesar 131.1 %setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus. Hasil
yang berikutnya ialah korelasi antara kedua variable (yaitu kebijakan pemulangan siswa dan
angka keterlambatan siswa) yang menghasilkan angka 0,666 dengan nilai probabilitas jauh
dibawah 0,05 (Sig α = 0,000). Hal ini menyatakan bahwa antara jumlah keterlambatan siswa
sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa adalah sangat erat dan benarbenar berhubungan secara nyata. Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dan t table
didapatkan fakta bahwa t hitung > t tabel (berada di daerah penolakan Ho) maka Ho ditolak,
sedangkan berdasarkan nilai probabilitasnya terlihat bahwa probabilitas (sig. 2 tailed) adalah
1

0,000. Karena probabilitas < 0,05 maka H o ditolak artinya rata-rata populasi keterlambatan

siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa adalah berbeda secara
nyata. Dengan kesimpulan bahwa penghapusan kebijakan pemulangan siswa di semester
genap semakin meningkatkan angka keterlambatan siswa MA Pembangunan UIN Jakarta.
KATA KUNCI : Kedisiplinan, keterlambatan, kebijakan, pemulangan.

2

PENDAHULUAN
Kedisiplinan merupakan satu dari sekian banyak indikator keberhasilan sebuah
lembaga, tak terkecuali lembaga pendidikan. Sekolah yang baik akan selalu memiliki
kebijakan manajemen yang mendukung kedisiplinan tetap terjaga baik untuk guru/karyawan
sekolah maupun siswanya. Ketika semua civitas akademika menjalankan tata tertib atau
peraturan lembaga, maka kedisiplinan di lembaga tersebut menjadi sangat baik, begitupun
sebaliknya.
Dalam konteks kedisiplinan siswa khususnya kehadiran di sekolah pada awal
pembelajaran, menjadi indikator utama dalam hal kedisiplinan siswa di sekolah. Karena di
awal pembelajaran lah seorang siswa dapat dilihat kecenderungannya untuk menaati tata
tertib sekolah, juga dapat dilihat semangat belajar pada hari tersebut. Bagi sekolah yang peka,
akan melihat secara umum fenomena yang terjadi di sekolahnya dan segera melakukan
evaluasi terhadap kondisi yang terjadi untuk kemudian mengambil tindakan yang konkrit

untuk memperbaiki kondisi yang ada. Tindakan konkrit ini berupa sanksi terhadap siswa
yang datang terlambat. Indikator sanksi berjalan efektif ketika kejadian berupa keterlambatan
siswa semakin berkurang. Ada efek jera bagi yang melanggar, artinya siswa dipaksa oleh
sistem untuk menaati peraturan agar kedisiplinan dalam kehadiran dapat dipatuhi oleh
siswanya. Dalam konteks pendidikan, pemaksaan oleh sistem ini merupakan sarana mendidik
siswa agar menjadi insan yang disiplin, belajar menghormati dan menaati peraturan yang
berlaku, karena bagaimanapun kita hidup di negara hukum yang pasti memiliki peraturan
yang wajib ditaati dimanapun kita berada.
Uraian diatas sekedar menunjukkan betapa pentingnya menegakkan kedisiplinan
siswa di awal kehadirannya di sekolah sekaligus tantangan buat sekolah bagaimana
mengelola keterlambatan siswa dan menghasilkan kebijakan yang efektif untuk mengurangi
masalah tersebut.
Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa, MA Pembangunan UIN Jakarta
mencoba membuat peraturan dan kebijakan yang berfungsi menekan angka keterlambatan
siswa sehingga jumlah siswa yang datang terlambat ke sekolah semakin kecil. Pada semester
ganjil tahun pelajaran 2013/2014 Komisi Disiplin (KOMDIS) dibawah arahan Wakil bidang
Kesiswaan serta bekerja sama dengan BK dan seluruh Guru membuat sebuah kebijakan untuk
mengatasi keterlambatan siswa. Peraturan tersebut berupa pemulangan siswa jika dalam
sepekan siswa terlambat sebanyak 3 kali. Ini dengan tujuan memberikan efek jera bagi siswa
yang suka datang terlambat. Pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 kebijakan

diubah. Kebijakan pemulangan siswa dihapus dan diganti dengan sistem point sesuai
rekomendasi hasil audit eksternal ISO 9001:2008 yang mengaudit Bidang kesiswaan MA
Pembangunan.
Hipotesis sementara kami menyatakan bahwa terdapat perbedaan jumlah
keterlambatan siswa ketika kebijakan pemulangan siswa berlaku dan setelah dihapus. Juga
terdapat pengaruh positif antara kebijakan pemulangan siswa dengan jumlah keterlambatan
siswa di MA Pembangunan UIN Jakarta.
3

Maka dengan karya ilmiah ini penulis merasa perlu untuk meneliti tentang pengaruh
kebijakan pemulangan siswa terhadap keterlambatan siswa di MA Pembangunan UIN
Jakarta.
Dari uraian diatas dapat diambil beberapa point penting sebagai rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan keterlambatan siswa sebelum dan setelah kebijakan
pemulangan siswa dihapus?
2. Apakah terdapat hubungan antara kebijakan pemulangan siswa dengan angka
keterlambatan siswa?
3. Apakah penghapusan kebijakan pemulangan siswa akan menurunkan angka
keterlambatan siswa?


4

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KEDISIPLINAN
Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti mengajari atau
mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan
bahwa disiplin adalah:
a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).
b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.
c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau
perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban,
bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana
lazimnya (Prijodarminto, 1994).
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah
sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan,

kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam
rangka pencapaian tujuan.
Menurut Arikunto (1990), di dalam pembicaraan kedisiplinan dikenal dua istilah yang
pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu
adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban.
Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib
karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan.
Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam
mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto,
1990).
Kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas / latihan yang dirancang
karena dianggap perlu dilaksanakan untuk dapat mencapai sasaran tertentu (Sukadji,
2000). Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan kepatuhan
kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan juga berarti suatu tuntutan bagi
berlangsungnya kehidupan yang sama, teratur dan tertib, yang dijadikan syarat mutlak
bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik
(Budiono, 2006).
Santoso (2004) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sesuatu yang teratur, misalnya
disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan berarti bekerja secara teratur. Kedisiplinan
berkenaan dengan kepatuhan dan ketaatan seseorang atau kelompok orang terhadap

norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Kedisiplinan dibentuk serta berkembang melalui latihan dan pendidikan sehingga
terbentuk kesadaran dan keyakinan dalam dirinya untuk berbuat tanpa paksaan.

5

Kedisiplinan adalah suatu sikap yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap
aturan (Moenir, 1999). Kedisiplinan merupakan suatu sikap, perilaku, perbuatan yang
sesuai dengan peraturan organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis (Nitisemito, 1999).
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah
suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan,
tata tertib,norma-norma yang berlaku,baik tertulis maupun yang tidak tertulis.
B. TUJUAN KEDISIPLINAN
Gaustad (1992) mengemukakan bahwa kedisiplinan memiliki 2 (dua) tujuan, yaitu
memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk belajar. Subari (1994) berpendapat bahwa kedisiplinan mempunyai tujuan
untuk penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya
peraturan itu. Menurut Durkeim (1995), kedisiplinan mempunyai tujuan ganda yaitu
mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan memberinya
suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi cakrawalanya.

Yahya (1992) berpendapat, tujuan kedisiplinan adalah perkembangan dari
pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari
luar. Kedisiplinan adalah suatu latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku yang
bertujuan agar orang selalu patuh pada peraturan. Dengan adanya kedisiplinan diharapkan
anak didik mendisiplinkan diri dalam mentaati peraturan sekolah sehingga proses belajar
mengajar berjalan dengan lancar dan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Oleh
karena itu, anak didik perlu dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan yang melanggar
tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar
dengan baik (Gordon, 1996).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan adalah
memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk belajar serta perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan
pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar.
C. FUNGSI KEDISIPLINAN
Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004) adalah:
i. Menata kehidupan bersama
Kedisiplinan sekolah berguna untuk menyadarkan siswa bahwa dirinya perlu
menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku,
sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik
dan lancar.

ii. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak
bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang
akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama
kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang
baik.
iii. Melatih kepribadian
6

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui
latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu
dibiasakan dan dilatih.
iv. Pemaksaan
Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar, misalnya
ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin
baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
v. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang
melanggar tata tertib tersebut.

vi. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Kedisiplinan berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan
agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai
lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
D. CARA TERBENTUKNYA KEDISIPLINAN
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997), kedisiplinan dapat terjadi dengan cara:
i. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan,
dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan
bentuk ganjaran dan hukuman.
ii. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin
tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.
iii. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga
mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang
diinginkannya. Sebaliknya, pihak lain memiliki ketergantungan pada pihak pertama,
sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya.
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEDISIPLINAN
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya masalahmasalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin. Menurut Ekosiswoyo dan
Rachman (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, antara lain:
Dari sekolah, contohnya:

a. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan
kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu
mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan
menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang
tidak manusiawi yang mereka terima.
b. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran
daripada siswanya.
c. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur
atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau
jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.
Dari keluarga, contohnya:
7

a. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan,
pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.
b. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan
bising, dan lingkungan minuman keras.
F. BENTUK-BENTUK PERILAKU PELANGGARAN DISIPLIN SEKOLAH
Menurut Kooi dan Schutx (dalam Sukadji, 2000), hal- hal yang dianggap sebagai perilaku
pelanggaran disiplin dapat digolongkan dalam lima kategori umum, yaitu:
a. Agresi fisik (pemukulan, perkelahian, perusakan, dan sebagainya).
b. Kesibukan berteman (berbincang-bincang, berbisik-bisik, berkunjung ke tempat
duduk teman tanpa izin).
c. Mencari perhatian (mengedarkan tulisan-tulisan, gambar-gambar dengan maksud
mengalihkan perhatian dari pelajaran).
d. Menantang wibawa guru (tidak mau nurut, memberontak, memprotes dengan kasar,
dan sebagainya), dan membuat perselisihan (mengkritik, menertawakan,
mencemoohkan).
e. Merokok di sekolah, datang terlambat, membolos, dan ”kabur”, mencuri dan menipu,
tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan, mengompas (memeras teman sekolah),
serta menggunakan obat-obatan terlarang maupun minuman keras di sekolah.
G. ASPEK- ASPEK KEDISIPLINAN
Menurut Prijodarminto (1994), disiplin memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut
adalah :
i. sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau
pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.
ii. pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria, dan
standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan
pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan. Norma, dan
standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).
iii. sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati
segala hal secara cermat dan tertib.

8

METODE PENELITIAN

Akan diuji apakah kebijakan pemulangan siswa memiliki efek terhadap keterlambatan
siswa di MA Pembangunan. Untuk itu, sebuah sample yang terdiri atas 100 orang siswa akan
diamati jumlah keterlambatannya selama semester ganjil, kemudian setelah kebijakan
pemulangan siswa dihapus dan diganti sistem point, kembali diamati jumlah
keterlambatannya pada semester genap.
A. Variabel Penelitian
Variable – variable penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel terikat : Jumlah keterlambatan siswa
2. Variable bebas
: Kebijakan pemulangan siswa
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa/I MA Pembangunan UIN Jakarta dengan populasi
sebanyak 300 orang. Sedangkan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 siswa yang
diambil secara acak.
C. Sumber Data
Data yang digunakan adalah data keterlambatan siswa yang diperoleh dari dokumen/catatan
pada buku piket MA Pembangunan.
D. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu Non-Tes, dengan format daftar cek
keterlambatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data melalui observasi/pengamatan terhadap 100 orang siswa yang
direkam melalui lembar catatan piket.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan uji t untuk sample berpasangan (paired-samples T test)
dan uji korelasi menggunakan bantuan program SPSS 21. Sebelum uji hipotesis dilakukan uji
prasyarat yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

9

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengolahan data menggunakan SPSS 21 dihasilkan data sbb :
OUTPUT 1 :
Paired Samples Statistics
Mean

N

Std. Deviation

Std. Error
Mean

Pair 1

Sebelum dihapus

5.21

100

5.625

.563

Setelah dihapus

12.04

100

9.651

.965

Table output 1 : Hasil uji beda
ANALISIS :
Table output pertama terlihat ringkasan statistik dari kedua sampel. Untuk jumlah
keterlambatan siswa sebelum kebijakan pemulangan siswa dihapus, rata-rata keterlambatan
siswa pada semester ganjil adalah 5,21 kali. Sedangkan setelah kebijakan pemulangan siswa
dihapus, rata-rata keterlambatan siswa menjadi 12,04 kali pada semester genap. Artinya
terjadi
kenaikan
jumlah
rata-rata
keterlambatan
tiap
siswa
sebesar
(12.04 – 5.21)
x 100 %=131.1% setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus.
5.21
OUTPUT 2 :
Paired Samples Correlations
N
Pair 1

Sebelum dihapus

Correlation
100

.666

Sig.
.000

& Setelah dihapus

Table output 2 : Hasil uji hubungan
ANALISIS :
Table output kedua adalah hasil korelasi antara kedua variable, yang menghasilkan angka
0,666 dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 (Sig α = 0,000). Hal ini menyatakan bahwa
antara jumlah keterlambatan siswa sebelum dan setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus
adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan secara nyata.

OUTPUT 3 :
10

Paired Samples Test
Paired Differences
Mean

Std.

Std.

95% Confidence

Deviatio

Error

Interval of the

n

Mean

Difference
Lower

Sebelum dihapus

Pair 1

-6.830

t

7.242

.724

-8.267

df

Sig. (2tailed)

Upper
-5.393

-9.431

99

.000

- Setelah dihapus

Table output 3
Hipotesis
Ho

= kedua rata-rata populasi adalah identik
= rata-rata populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah kebijakan pemulangan

siswa
H1

dihapus adalah sama/tidak berbeda secara nyata
= kedua rata-rata populasi adalah tidak identik
= rata-rata populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan
pemulangan siswa adalah berbeda secara nyata

Ho : μ1=μ 2
H1 : μ1 ≠ μ2
Dasar pengambilan keputusan
1. Berdasarkan Perbandingan t hitung dan t table
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima
Pengambilan Keputusan
Taraf signifikansi (α) = 5%
df = 99
dari table didapatkan nilai t = -1,980
dari hasil perhitungan SPSS nilai t = -9,431
(thitung > ttabel)
Gambar :

9,43

1,98

+1,9
80

Daerah
penolakan Ho

11

Karena t hitung > t tabel (berada di daerah penolakan Ho) maka Ho ditolak, artinya rata-rata
populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan
siswa adalah berbeda secara nyata.
2. Berdasarkan nilai probabilitas
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Pengambilan keputusan
Terlihat bahwa probabilitas (sig. 2 tailed) adalah 0,000. Karena probabilitas < 0,05 maka Ho
ditolak, artinya rata-rata populasi keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan
kebijakan pemulangan siswa adalah berbeda secara nyata.

KESIMPULAN
12

Berdasarkan hasil analisis data didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Jumlah keterlambatan siswa sebelum kebijakan pemulangan siswa dihapus, rata-rata
keterlambatan siswa pada semester ganjil adalah 5,21 kali. Sedangkan setelah kebijakan
pemulangan siswa dihapus, rata-rata keterlambatan siswa menjadi 12,04 kali pada
semester genap. Artinya terjadi kenaikan rata-rata jumlah keterlambatan tiap siswa
sebesar 131.1 %setelah kebijakan pemulangan siswa dihapus.
2. Hasil yang berikutnya ialah korelasi antara kedua variable (yaitu kebijakan pemulangan
siswa dan angka keterlambatan siswa) yang menghasilkan angka 0,666 dengan nilai
probabilitas jauh dibawah 0,05 (Sig α = 0,000). Hal ini menyatakan bahwa antara jumlah
keterlambatan siswa sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa
adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan secara nyata.
3. Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dan t table didapatkan fakta bahwa t hitung > t
tabel (berada di daerah penolakan Ho) maka Ho ditolak, sedangkan berdasarkan nilai
probabilitasnya terlihat bahwa probabilitas (sig. 2 tailed) adalah 0,000. Karena
probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak artinya rata-rata populasi keterlambatan siswa
sebelum dan setelah penghapusan kebijakan pemulangan siswa adalah berbeda secara
nyata.
4. Kebijakan pemulangan siswa memiliki efek positif terhadap angka keterlambatan siswa di
MA Pembangunan.
5. Penghapusan kebijakan pemulangan siswa di semester genap semakin meningkatkan
angka keterlambatan siswa MA Pembangunan UIN Jakarta.
6. Kebijakan sistem point yang menggantikan kebijakan pemulangan siswa di semester
genap ternyata kurang efektif dalam mengatasi angka keterlambatan siswa di MA
Pembangunan UIN Jakarta.

13

DAFTAR PUSTAKA

U.S, Supardi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: PT. Prima Ufuk Semesta
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Basuki Abdulwahab, Wisnijati. Statistika Parametrik dan Non Parametrik untuk Penelitian.
FT-UNJ, Jakarta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23401/4/Chapter
%20II.pdf

14

LAMPIRAN

15