Bab IV evaluasi program. docx
BAB IV
EVALUASI PROGRAM
I. METODOLOGI
Pengertian Evaluasi Program
Menurut WHO (1990) pengertian evaluasi adalah suatu cara sistematis untuk
mempelajari berdasarkan pengalaman dan mempergunakan pelajaran yang dipelajari
untuk memperbaiki kegiatan-¬kegiatan yang sedang berjalan serta men ingkatkan
perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan masa datang.19
Evaluasi menurut The American Public Association adalah suatu proses untuk
menentukan nilai ataujumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut The International Clearing
House on Adolescent Fertility Control for Population Options, evaluasi adalah suatu
proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan
tolok ukur atau standar yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan
kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari
pelaksanaan program.20
Evaluasi juga merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang
berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa datang, sebagai suatu proses yang
berkelanjutan, evaluasi menyediakan informasi mengenai kinerja dalam hubungannya
terhadap tujuan dan sasaran (Notoatmodjo, 2003).
Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data
yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi
program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya
adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan
menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan (Antina
Nevi, 2009).21
Pelaksanaan Evaluasi
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan adanya jenis
evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau
perbaikan program. Biasanya evaluasi formatif dilakukan pada proses program (program
masih berjalan). Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk
menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada
waktu program telah selesai (akhir program). Meskipun demikian pada praktek evaluasi
program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut (Notoatmodjo, 2003).21
Pendekatan Sistem
Terdapat beberapa macam pengertian dari sistem yang dikemukakan oleh berbagai ahli,
antara lainsebagai berikut :
Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu
proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling
berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang
diinginkan secara efektif dan efisien.
Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas
dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula.
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Unsur-Unsur Sistem
1. Masukan
Yang dimaksud dengan masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalamsistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
Dalam sistem pelayanankesehatan, masukan terdiri dari tenaga, dana, metode,
sarana/material.
2. Proses
Yang dimaksud dengan proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem danyang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan.
Dalam
sistempelayanan
kesehatan
terdiri
dari
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian.
3. Keluaran
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dariberlangsungnya proses dalam sistem. Contohnya dalam program BIAS
Campak adalah berupacakupan program di suatu wilayah.
4. Umpan Balik
Yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan dari bagian atau
elemen yangmerupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi
sistem tersebut.
5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran
suatu sistem.
6. Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang
tidak dikelola olehsistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi yang secara sederhana
dapatdigambarkan seperti berikut :
Lingkungan
Masukan
Proses
Keluaran
Dampak
Umpan Balik
Suatu sistem pada dasarnya dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
telahditetapkan/disepakati bersama.Dan untuk terbentuknya sistem tersebut, perlu
dirangkai berbagai unsuratau elemen sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan
membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan.
Gambar 10.Unsur-Unsur Dalam Pendekatan Sistem
Apabila prinsip pokok atau cara kerja sistem ini diterapkan ketika menyelenggarakan
pekerjaan administrasi, maka prinsip pokok atau cara kerja ini dikenaldengan nama
pendekatan sistem (system approach).2
Evaluasi Berdasarkan Pendekatan Sistem
Evaluasi Program berdasarkan pendekatan sistem adalah suatu proses yang teratur
dan sistematis dalammembandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau standar
dari masing-masing indikator yangtelah ditetapkan dari unsur keluaran (output),
Gambar 11.Sistem Pelayanan Kesehatan
dilanjutkan dengan menemukan kausa (penyebab), padaunsur lain dari sistem tersebut,
kemudian dilakukan pengambilan kesimpulan serta penyusunan saransaranyang akan
memperbaiki pencapaian sistem itu.
Tujuan Evaluasi Program Berdasarkan Pendekatan Sistem 2
Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan dan tingkat keberhasilan pengelolaan suatu
program kesehatan, di suatu tempattertentu, pada waktu tertentu.
Tujuan Khusus
Diketahuinya pelaksanaan pengelolaan suatu program kesehatan
Diketahuinya berbagai masalah pelaksanaan pengelolaan program
kesehatan tersebut
Diketahuinya prioritas masalah
Diketahuinya berbagai penyebab dari masalah yang diprioritaskan tersebut
Diketahuinya prioritas penyebab masalah
Dirumuskannya pemecahan masalah bagi pelaksanaan pengelolaan
Langkah-Langkah Membuat Evaluasi Program
Pengumpulan Data
Sebelum menetapkan permasalahan, terlebih dahulu data harus dikumpulkan, diolah
kemudian disajikan. Dalam proses evaluasi program 1000 hari pertama kehidupan
terhadap kajian jumlah inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif, dan promosi ASI,
data-data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.
Data Primer
- Kuisioner tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil mengenai ASI
eksklusif.
- Wawancara dengan Kepala Puskesmas, penanggung jawab program IMD, ASI
eksklusif, dan promosi ASI di Puskesmas Caringin.
Data sekunder
- Laporan Kinerja Puskesmas Caringin tahun 2014.
- Data laporan program IMD, ASI eksklusif, dan Promosi ASI secara
perorangan maupun kelompok bulan Januari – Desember 2014 di Puskesmas
-
Caringin.
Data Profil Puskesmas Caringin.
Menetapkan indikator dari unsur keluaran.
Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari pencapaian hasil
keluaran (output) ataudampak (impact) adalah dengan menetapkan indikator yang akan
dipakai untuk mengukur keluaran ataudampak sebagai keberhasilan dari suatu program
kesehatan. Sebenarnya dampak merupakan hasil akhir dari suatu program kesehatan,
tetapi sering sekali hasilnya belum dapat diukur bila program baru berjalanbeberapa
bulan atau satu tahun. Misalnya keberhasilan program pemberantasan diare atau program
KB,baru akan menunjukkan dampak yang signifikan setelah program berjalan beberapa
tahun. Karena itubiasanya yang dipakai sebagai ukuran keberhasilan suatu program
kesehatan adalah keluaran.
Menetapkan indikator dari keluaran dapat dilakukan dengan mempelajari berbagai
sumber rujukan. Bila dari satu sumber ditemukan beberapa indikator dan menurut
pandangan kita salah satu atau beberapaindikator tersebut tidak realistis, kita dapat
menghilangkannya kemudian menambahkan ataumenggunakan indikator keluaran dari
sumber yang lain yang dirasakan lebih sesuai. Kita juga bolehmemodifikasi indikator
tersebut sesuai dengan logika serta referensi yang lebih masuk akal.
Menentukan tolok ukur tiap indikator keluaran yang telah ditetapkan.
Biasanya di dalam sumber rujukan tersebut selain ada indikator keluaran yang
akan dinilai juga ada tolokukur keberhasilan dari masing-masing indikator tersebut. Bila
tolok ukur tersebut dinilai kurang sesuai atautidak realistis, misalnya karena sudah
kadaluwarsa atau tidak cocok dengan kondisi lapangan yang kitanilai maka bisa
sajapenilai menggunakan tolok ukur lainnya yang diyakini lebih masuk akal. Tidak
tertutup kemungkinan tolok ukur yang ingin dicapai ditetapkan sendiri oleh penilai
beserta timnya, denganpembenaran yang dapat diterima atau berdasarkan pengalaman
orang lain yang diunduh dari referensiyang ada. Sebagai contoh untuk penilaian terhadap
Program Kesehatan Jiwa, nilai tolok ukur antara lain dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti misalnya Buku Standar Manajemen Mutu PelayananKesehatan Jiwa dari
Dinas Kesehatan, Stratifikasi Puskesmas tahun 2000, Buku Pedoman KerjaPuskesmas
dan sebagainya.22 Internet merupakan salah satu sumber untuk memperoleh indikator
dantolok ukurnya masing-masing.
Membandingkan pencapaian masing-masing indikator keluaran program dengan
tolokukurnya.
Langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil pencapaian tiap-tiap indikator
keluaran programdengan tolok ukur masing-masing.Bila ada kesenjangan antara
pencapaian indikator keluaran programdengan tolok ukurnya, maka ditetapkan sebagai
masalah.Masalah bisa lebih dari 1, tergantung daribanyaknya indikator yang dipakai
untuk mengukur keberhasilan keluaran program.
Menetapkan prioritas masalah
Masalah-masalah pada komponen keluaran belum tentu semuanya dapat di atasi
secara bersamaanmengingat keterbatasan kemampuan fasilitas kesehatan.Selain itu
adanya kemungkinan masalah-masalahtersebut berkaitan satu dengan yang lainnya
dimana bila diselesaikan salah satu masalah yangdianggap paling penting, maka masalah
lainnya dapat teratasi pula. Oleh sebab itu, perlu ditetapkan prioritas masalah yang akan
dicari pemecahannya.
Penetapan
prioritas
masalah
dilakukan
dengan
menggunakan Teknik
skoring
Bryant.Teknik ini digunakan untuk menetapkan prioritas masalah. Parameter yang
digunakan adalah:
Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap masalah
tersebut penting.
Prevalence, yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit tersebut.
Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit tersebut
Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk
mengatasinya.
PARAMETER
MASALAH
A
Community Concern(CC)
Prevalence (P)
Seriousness (S)
Manageability (M)
Jumlah
B
C
Masalah yang akan dijadikan prioritas adalah masalah yang mempunyai nilai Σ
(CC + P + S + M) yang tertinggi. Setiap parameter diberikan nilai antara 1-5. Nilai 1
diberikan pada masalah ringan, dan nilai 5 untuk masalah paling berat dengan perincian
sebagai berikut:
Tabel 7.Sistem Skoring Bryant
Nilai 1: Masalah ringan
Nilai 2: Masalah sedang
Nilai 3: Masalah cukup
Nilai 4: Masalah cukup berat
Nilai 5: Masalah berat
Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan.
Untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan tersebut, perlu
dibuat kerangka konsepprioritas masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktorfaktor penyebab masalah yang berasal darikomponen sistem yang lainnya, yaitu
komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik. Denganmenggunakan kerangka
konsep diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi
sehingga tidak ada yang tertinggal.Jelaskan hubungan antara faktor-faktor dalam
kerangkakonsep tersebut. Kadang-kadang ada faktor yang mempengaruhi prioritas
masalah melalui faktor lain.Perhatikan benar-benar hubungan antar faktor tersebut.Dalam
membuat kerangka konsep dapat dipakaidiagram pohon atau diagram tulang ikan. Semua
variabel yang ada di dalam kerangka konsep, ditulis dalam bentuk netral.23,24
Identifikasi penyebab masalah.
Selanjutnya dilakukan identifikasi berbagai penyebab masalah yang terdapat pada
kerangka konsep.Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan:
1. Mengelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap prioritas
masalah dalam unsur masukan, proses, umpan balik dan lingkungan,
2. Menentukan indikator-indikator serta tolok ukurnya masing-masing dari faktorfaktor tersebut
3. Mengukurbesarnya nilai indikator-indikator tersebut di lapangan,
4. Membandingkan nilai dari tiap-tiap indikator tersebut dengan tolok ukurnya.
Bila terdapat kesenjangan, maka ditetapkan sebagai penyebab darimasalah yang
diprioritaskan tadi.Tentu saja penyebabnya bisa lebih dari satu.Pada waktu mengukur
besarnya nilai indikator di lapangan tersebut diperlukan pengumpulan data baik data yang
ada dalamdokumen atau data yang diperoleh dari wawancara atau kuesioner.Bisa juga
data diperoleh dari laporantahunan, triwulan dsbnya.Wawancara atau pemberian
kuesioner dapat dilakukan terhadap petugas ataupengunjung fasilitas yang dinilai,
tergantung kebutuhannya. Indikator yang tolok ukurnya sering tidak dibuatoleh
mahasiswa adalah indikator dana. Tolok ukur dana harus dibuat, dengan memperkirakan
besarnyabiaya yang harus disediakan oleh program yang dievaluasi tersebut agar
menghasilkan keluaran yangbaik. Tolok ukur dana dinyatakan dalam bentuk rupiah.
Memprioritaskan penyebab masalah
Bila penyebab masalah telah diketahui, teliti kembali apakah semua penyebab
tersebut saling berkaitan.Bila saling berkaitan, tidak perlu dibuat prioritas penyebab
masalah.Bila
ternyata
penyebab
masalah
amatbervariasi,
usahakan
untukmengelompokkan berdasarkan keterkaitan masing-masing penyebab tersebut.Bisa
saja dari 10 penyebab masalah dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar.Tiga kelompok
penyebabmasalah ini yang perlu dicari prioritasnya.
Prioritas penyebab masalah dapat diperoleh dengan cara melakukan teknik
kriteria matriks yang telahdipelajari, bisa juga dengan metode lainnya seperti misalnya
teknik kelompok nominal (Nominal GroupTechnique), yakni metode untuk memperoleh
beberapa prioritas utama dari sedemikian banyak pilihan.Biasanya dilakukan dalam
kelompok.terdiri dari 2 bagian: 1. Formalisasi sumbang saran, 2. Membuat pilihan.
Caranya adalah sebagai berikut: Dengan memperlihatkan kerangka konsep,
pemimpin diskusimemaparkan semua penyebab masalah yang diperkirakan, serta data
yang berhubungan dengankemungkinan penyebab masalah tersebut. Minta tiap anggota
tim mengemukakan ide-idenya tentangpenyebab masalah tersebut. Ketua timmenuliskan
penyebab-penyebab masalah yang dipaparkananggotanya. Langkah kedua dilaksanakan
dengan membuang penyebab-penyebab yang dirasakan tidakterlalu penting. Anggota
boleh membuang idenya, tetapi tidak boleh membuang ide orang lain. Selanjutnyakepada
masing-masing anggota dibagikan kartu.Banyaknya kartu sesuai dengan banyaknya ide
yangdituliskan.Bila ide kurang dari 20, cukup dibagikan 4 kartu.Tiap anggota menuliskan
ide yang dipilihnya serta peringkatnya.Jadi bila ada 4 kartu, seorang anggota akan
menulis, misalnya Ide A perngkat 1, Idenomer 4 peringkat 2. Ide nomer 6, peringkat 3.Ide
nomer 10, peringkat 4.Di akhir sesi, dilihat ide manayang mempunyai peringkat tertinggi.
Itu yang ditentukan sebagai penyebab masalah utama.25
Membuat alternatif pemecahan masalah.
Setelah kita mengetahui prioritas penyebab masalah, tindakan selanjutnya yang
perlu dilakukan adalahmembuat 2 sampai 3 alternatif pemecahan masalah yang
diperkirakan dapat mengatasi penyebabmasalah tersebut.Alternatif pemecahan masalah
ini dibuat dengan memperhatikan kemampuan sertasituasi dan kondisi fasilitas kesehatan.
Berarti diperlukan wawancara dengan petugas di fasilitas kesehatantersebut yang
diperkirakan akan melaksanakan program tersebut. Sumber rujukan lain yang
sangatpenting adalah referensi yang dapat diperoleh dari jurnal atau pengalaman orang
lain yang telahdidokumentasikan. Komunikasi personal dengan seorang yang
berpengalaman juga sangat dianjurkan.
Alternatif penyebab masalah hendaknya dibuat secara rinci, sehingga jelas sekali
tujuan umumnya, tujuankhusus, sasaran, metode, jadwal kegiatan, serta rincian
dananya.Dana sering tidak ditulis secara rinci.Padahal dana sangat penting dalam
menentukan apakah suatu alternatif pemecahan masalah nantinyaakan terpilih pada
waktu melakukan pemilihan prioritas masalah. Rincian dana ini harus dikembangkanoleh
penilai.
Membuat kesimpulan dan saran
Kesimpulan adalah penyampaian singkat semua hasil yang diperoleh sesuai
dengan tujuan-tujuan yangingin dicapai.Sebagai hasil akhir dari penilaian adalah
terpilihnya prioritas pemecahan masalah.
Saran merupakan kondisi atau prasyarat yang diharapkan dapat disediakan oleh fasilitas
kesehatan agar pemecahan masalah yang diprioritaskan tersebut dapat terlaksana dengan
baik.
II. PENYAJIAN DATA
A. Data Jumlah Sekolah Dasar Dengan Kantin
Dari hasil pengumpulan data, diperoleh data jumlah seluruh sekolah dasar dan
jumlah sekolah dasar yang memiliki kantin, yaitu sebagai berikut:
Desa
Suradita
Dangdang
Mekwarwangi
Total
Sasaran
Jumlah Sekolah Dasar
5
4
2
11
SD yang memiliki kantin sekolah
Jumlah
Presentase (%)
3
60%
2
50%
1
50%
6
63%
B. Analisa Variabel
Untuk menjadikan suatu data, kita perlu mengetahui variable yang
digunakan untuk setiap unsur system, serta indikator keberhasilan untuk setiap
variable tersebut. Adanya variable dan indikator dalam penyajian data, maka kita
dapat mengetahui ada tidaknya kesenjangan untuk setiap unsur dalam system.
No
1.
Variabel
TENAGA
Tolak Ukur
INPUT
Penyajian Data
Kesenjangan
Penjual
Sehat, tidak menderita penyakit
100% tidak
menular
menderita
Tidak ada
penyakit
2.
3.
DANA
SARANA
Bangunan
a. Lantai
b. Dinding
Melakukan pemeriksaan kesehatan
menular
Tidak ada yang
secara berkala 2x/tahun
memeriksakan
Menggunakan pakaian kerja lengkap
diri
Tidak ada yang
(celemek, pakaian bersih, tutup kepala,
menggunakan
alas kaki)
Mencuci tangan menggunakan sabun
pakaian lengkap
Tidak ada
sebelum menyentuh makanan
penjual yang
Tidak merokok saat menyajikan
mencuci tangan
100% tidak
Tidak ada
makanan dan minuman
Kuku tangan pendek dan bersih, dan
merokok
70% tidak
Ada
tidak menggunakan pewarna kuku
Tidak menggaruk badan, mengorek
memenuhi
100% tidak
Tidak ada
hidung, atau meludah
Tidak memiliki luka terbuka yang tidak
melakukan
100% tidak
Tidak ada
ditutup perban
Memiliki pengetahuan tentang gizi
memiliki luka
Tidak ada yang
Ada
seimbang
memiliki
Terdapatnya anggaran dana dari
pengetahuan
100% tidak
PEMDA untuk warung/kantin sekolah
mendapatkan
yang diberikan tepat waktu
anggaran
Rata, halus, mudah dibersihkan
100% memiliki
Tidak licin
Agak miring agar mudah dibersihkan
lantai (6/6)
100% licin (6/6) Ada
100% tidak
Ada
Rata, halus, mudah dibersihkan
miring (6/6)
83.3%
memenuhi
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
c. Langit-
Bahan kuat, tahan lama, tidak mudah
indikator (5/6)
83.3% memiliki
Ada
mengelupas
Warna terang
bahan kuat (5/6)
50% berwarna
Ada
Berplafon, mudah dibersihkan
terang (3/6)
0%
Ada
langit
menggunakan
Tidak bocor
plafon (0/6)
100% tidak
Ada
Tidak berlubang
bocor (6/6)
100% tidak
Ada
Tidak mengelupas
berlubang (6/6)
100% tidak
Ada
mengelupas
d. Pintu,
Dibuat dari bahan tahan lama
(6/6)
0% memiliki
Ada
Tidak mudah pecah
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Rata, halus, bersih
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Warna terang
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Dapat dibuka-tutup dengan baik
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Dilengkapi kasa yang dapat dilepas
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Ada ruang pengolahan
jendela (0/6)
66.7% memiliki
Ada
jendela, dan
ventilasi
e. Ruang
pengolahan
ruang
pengolahan
Bersih
(4/6)
0% ruang
Ada
pengolahan
Total ventilasi minimum 20% terhadap
bersih (0/4)
100% memiliki
luas lantai
maksimum di
Tidak ada
ruang
pengolahan
Suplai air
Tempat
Tersedia suplai air bersih yang cukup
(4/4)
100% kantin
untuk kebutuhan
memiliki suplai
pengolahan/pencucian/pembersihan
Air bersih, tidak berwarna, dan tidak
air (6/6)
100% kantin
berbau
dengan air
Bersih
bersih (6/6)
0% tempat
pengelolahan
Tidak ada
Tidak ada
Ada
pengolahan
makanan
Luasan yang cukup (tidak berdesakan
makanan bersih
83.3% memiliki
dan leluasa bergerak)
luasan yang
Terpisah dari ruang penyajian dan
cukup (5/6)
100% terpisah
ruang makan
dari ruang
Tempat/meja yang permanen untuk
penyajian (6/6)
50% memiliki
persiapan dengan permukaan halus
meja persiapan
Lampu penerangan yang cukup terang
(3/6)
50% memiliki
dan tidak berada langsung di atas meja
penerangan baik
pengolahan pangan
Ventilasi yang cukup agar udara panas
(3/6)
100% memiliki
dan lembab di dalam ruangan dapat
ventilasi (6/6)
Penyajian
dibuang keluar
Mempunyai tempat penyajian makanan
33.3% memiliki
atau display
seperti lemari display, etalase, atau
etalase (2/6)
makanan
lemari kaca yang memungkinkan
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
konsumen dapat melihat makanan yang
disajikan dengan jelas
Makanan camilan harus mempunyai
100%
tempat penyajian yang terpisah dari
memisahkan
Tidak ada
Tempat
Makan
tempat penyajian makanan sepinggan
Makanan camilan yang dikemas dapat
penyajian (6/6)
100% camilan
digantung atau ditempatkan dalam
digantung/dileta
wadah dan disajikan pada tempat yang
kan dalam
terlindung dari sinar matahari langsung
wadah (6/6)
atau debu
Buah potong mempunyai tempat
50%
display tersendiri dan dijaga
menyediakan
kebersihannya, terhindar dari
buah potong
kontaminasi debu, serta dalam keadaan
tersendiri (3/6)
dingin/didinginkan
Meja dan kursi dalam jumlah yang
0% meja dan
Ada
cukup dan nyaman
Permukaan meja harus mudah
kursi (0/6)
0% meja dan
Ada
dibersihkan
Untuk kantin dalam ruang tertutup,
kursi (0/6)
0% meja dan
Ada
ruang makan harus mempunyai
kursi (0/6)
ventilasi yang cukup
Untuk kantin yang menggunakan
0% meja dan
koridor, taman, atau halaman sekolah
kursi (0/6)
Tidak ada
Ada
Ada
sebagai tempat makan, tempat tersebut
harus selalu dijaga kebersihannya,
Tempat
rindang
Jauh dari tempat sampah, WC, dan
100% jauh dari
pembuangan limbah
tempat sampah
Ada tempat penyimpanan bahan baku
dan WC (6/6)
83.3% memiliki
Penyimpanan
Tidak ada
Ada
tempat
penyimpanan
bahan baku
Ada tempat penyimpanan makanan jadi
(5/6)
50% memiliki
Ada
yang akan disajikan
Ada tempat penyimpanan bahan bukan
(3/6)
50% memiliki
Ada
pangan
Ada tempat penyimpanan peralatan
(3/6)
83.3% memiliki
Ada
yang bersih
Tempat penyimpanan bahan mentah
(5/6)
66.7% memiliki
Ada
termasuk bumbu dan bahan tambahan
(4/6)
pangan (BTP) terpisah dengan produk
atau makanan yang siap disajikan
Tempat penyimpanan khusus untuk
16.7% memiliki
menyimpan bahan-bahan bukan pangan
(1/6)
seperti bahan pencuci, minyak tanah
Mudah dibersihkan dan bebas dari
33.3% memiliki
hama seperti serangga, binatang
(2/6)
Ada
Ada
pengerat seperti tikus, burung atau
mikroba dan ada sirkulasi udara
Penyimpanan bahan baku dan produk
33.3% memiliki
pangan harus sesuai dengan suhu
(2/6)
Peralatan
penyimpanan yang dianjurkan
Peralatan harus mudah dibersihkan,
83.3% mudah
untuk
kuat, dan tidak mudah berkarat,
dibersihkan
pengolahan/
misalnya peralatan dari baja tahan karat
Permukaan peralatan yang kontak
(5/6)
66.7% perlatan
langsung dengan pangan harus halus,
makan halus
tidak bercelah, tidak mengelupas, dan
dan tidak
tidak menyerap air
menyerap air
Jika terdapat peralatan bermotor seperti
(4/6)
0% memiliki
pengaduk dan blender hendaknya dapat
alat bermotor
dibongkar agar bagian-bagiannya
(0/6)
mudah dibersihkan
Tersedia bak cuci piring dan peralatan
83.3% memiliki
Tidak ada
dengan air mengalir
Tersedia rak pengering
bak cuci (5/6)
66.7% memiliki
Ada
persiapan
makanan
Fasilitas
sanitasi
rak pengering
(4/6)
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tersedia watafel dengan sabun /
0% memiliki
detergen dan lap bersih atau tissue di
westafel (0/6)
tempat makan
Tersedia wastafel dengan sabun /
0% memiliki
detergen dan lap bersih atau tissue di
westafel (0/6)
Ada
Ada
tempat pengolahan / persiapan
makanan
Tersedia alat cuci /pembersih yang
16.7% memiliki
terawat baik seperti sapu lidi, sapu ijuk,
alat cuci yang
selang air, kain lap, sikat, kain pel, dan
terawatt (1/6)
Ada
bahan pembersih seperti sabun/detergen
Tempat
dan bahan sanitasi
Tempat penyimpanan uang berada jauh
0% memiliki
penyimpanan dari etalase display pangan siap saji
tempat
uang
penyimpanan
Ada
uang terpisah
Pembuangan
Tempat sampah atau limbah padat di
(0/6)
66.7% tersedia
limbah
kantin harus tersedia dan jumlahnya
limbah cukup
cukup serta selalu tertutup
Di dalam maupun di luar kantin bebas
(4/6)
83.3% bebas
Ada
dari sampah
Jarak kantin dengan tempat
sampah (5/6)
83.3% jauh dari
Ada
penampungan sampah sementara
pembuangan
minimal 20 meter
Selokan atau saluran pembuangan air
sampah (5/6)
66.7% selokan
dapat berfungsi degan baik serta mudah
berfungsi baik
dibersihkan bila terjadi penyumbatan
Terdapat lubang angin yang berfungsi
(4/6)
0% memiliki
untuk mengalirkan udara segar dan
lubang angina
membuang limbah gas hasil pemasakan
(0/6)
Ada
Ada
Ada
makanan.
Makanan
a. Gizi
Makanan yang dijual mengandung
16.7%
Ada
protein, karbohidrat, vitamin, mineral,
memenuhi gizi
dan air
seimbang (1/6)
Ada
33.3% memiliki
b. Ragam
makanan
Makanan
sepingan
makanan
Camilan
sepingan (2/6)
100% cemilan
Kemasan tidak bocor
Ada
Tidak ada
tidak bocor
Tanggal kadaluarsa belum terlewati
(6/6)
100% tanggal
Tidak ada
kadaluarsa tidak
Minuman
Memiliki ijin dari badan
terlewati (6/6)
100% memiliki
POM/DINKES
Air putih dari air bersih atau mendidih
ijin BPOM (6/6)
100% air bersih Tidak ada
Minuman ringan dalam kemasan utuh,
(6/6)
100% minuman
tidak bocor, tidak gembung, tidak
ringan kemasan
melewati kadaluarsa, memiliki ijin edar
utuh (6/6)
dari badan POM
Minuman campur dibuat dari air
83.3%
mendidih, es dengan air matang, tidak
menggunakan
menggunakan pewarna dan pemanis
air matang (5/6)
Tidak ada
Tidak ada
Ada
yang melebihi takaran, buah di cuci
dengan air bersih, gelas penyajian
Buah
bersih
Di cuci dengan air mengalir
100% mencuci
utuh/potong
dengan air
(hanya 3 yang
mengalir (3/3)
100%
menjual buah
potong)
Bagian buah yang busuk di buang
membuang
bagian yang
busuk (3/3)
Ada
Ada
Mengupas buah dengan pisau bersih
100% mengupas Ada
bukan bekas potong daging
dengna pisau
Didinginkan di kulkas atau di es yang
bersih (3/3)
66.7%
terbuat dari air matang
menyimpan
Ada
dengan baik
(2/3)
c. Keamanan
Pangan
Bahaya
Tidak terdapat pecahan gelas, kawat
100% bebas
fisik
stapler, potongan tulang, potongan
dari bahaya
Bahaya
kayu, kerikil, rambut, kuku, sisik, dll.
Pemeriksaan mikrobiologis sampel
fisik (6/6)
Tidak ada yang
biologis
makanan secara rutin minimal 2x/tahun
pernah dinilai
Tidak berformalin
(0/6)
100% tidak
Bahaya
kimia
Tidak ada
Ada
Tidak ada
menggunakan
Tidak mengandung pewarna
formalin (6/6)
83.3% tidak
(Rhodamin B dan Methanyl Yellow)
menggunakan
Tidak menggunakan kertas fotokopian
pewarna (5/6)
100% tidak
atau koran dalam penyajian
menggunakan
Ada
Tidak ada
bahan fotokopi
Tidak menggunakan styrofoam untuk
(6/6)
33.3%
mewadahi makanan panas
menggunakan
Tidak menggunakan kemasan dari
Styrofoam (2/6)
100% tidak
plastic bekas
menggunakan
Ada
Tidak ada
kemasan bekas
(6/6)
4.
METODE
Pembinaan
Terdapat pembinaan kantin sehat oleh
Memenuhi tolak Tidak ada
kantin sehat
Puskesmas
ukur (4x/tahun)
Puskesmas
Pembinaan
Terdapat pembinaan kantin sehat oleh
Memenuhi tolak Tidak ada
kantin sehat
sekolah
ukur (min.
oleh
oleh pihak
2x/bulan)
sekolah
1.
Perencanaan
PROSES
Adanya penyusunan program
Sekolah tidak
pelaksanaan kantin sekolah sehat
memiliki
Ada
program
pelaksanaan
2.
Adanya penentuan jumlah target per
kantin sehat
Memenuhi tolak Tidak ada
Pengorganisas
tahun
Adanya struktur organisasi yang
ukur
Tidak
ian
bertanggung jawab mengembangkan
memenuhi tolak
program kantin sehat, yaitu tim
ukur
pelaksana UKS
Adanya satu orang petugas pengelola
Memenuhi tolak Tidak ada
Ada
program UKS di puskesmas (pengawas ukur
eksternal)
Adanya pembina dan pengawas internal Tidak
3.
Pelaksanaan
Ada
kantin sekolah
memenuhi tolak
Adanya kerja sama seluruh insitutsi
ukur
Memenuhi tolak Tidak ada
sekolah dengan puskesmas dalam
ukur
pembentukan warung sekolah sehat
Penyuluhan mengenai keamanan
Memenuhi tolak Tidak ada
pangan kepada para penjaja di tiap
ukur
sekolah secara rutin setiap tahun oleh
sekolah
Penyuluhan mengenai keamanan
Memenuhi tolak Tidak ada
pangan kepada para penjaja di tiap
ukur
sekolah secara rutin setiap tahun oleh
4.
Pengawasan
puskesmas
Peran serta orang tua murid di seluruh
Tidak
sekolah untuk memantau kantin sehat
memenuhi tolak
Mengirim pembina dan pengawas
ukur
Tidak
kantin sekolah untuk mengikuti
memenuhi tolak
pelatihan kantin sehat oleh instansi
ukur
terkait
Melakukan perbaikan dan penyediaan
Tidak
sarana kantin sehat
memenuhi tolak
Kebijakan dan peraturan mengenai
ukur
Tidak
keamanan PJAS di lingkungan sekolah
memenuhi tolak
Mengedukasi anak-anak sekolah dalam
ukur
Memenuhi tolak Tidak ada
memilih jajanan sehat
Adanya pemantauan dan evaluasi
ukur
Memenuhi tolak Tidak ada
pelaksanaan warung atau kantin
ukur
Ada
Ada
Ada
Ada
sekolah sehat yang dilakukan oleh tim
pelaksana UKS (puskesmas dan
1.
sekolah)
Adanya supervisi dari dinas kesehatan
Memenuhi tolak Tidak ada
terhadap pencatatan dan pelaporan
ukur
program kantin sehat
Evaluasi pencapaian kantin sehat setiap
Memenuhi tolak Tidak ada
tahun
ukur
Presentase
OUTPUT
100% jumlah sekolah telah memenuhi
66% kantin
cakupan
standar kriteria warung atau kantin
sekolah kriteria
warung atau
sehat
buruk
kantin sehat
33% kantin
sekolah kriteria
cukup
Ada
100% penjual atau penjamah makanan
100% penjual
di sekolah telah mendapatkan
sudah
pembinaan atau penyuluhan mengenai
mendapatkan
kantin sehat
pembinaan atau
Tidak ada
penyuluhan
mengenai kantin
sehat
1.
2.
3.
Pendidikan
LINGKUNGAN
80% pendidikan akhir penjual adalah
30% penjual
penjual
lulus SMP
adalah lulusan
Pengetahuan
80% murid mengetahui tentang
SMP
70% murid
murid
pentingnya memilih jajanan sehat
mengetahui
mengenai
pentingnya
pentingnya
memilih jajanan
jajanan sahat
Pengetahuan
100% penjual mengetahui tentang
sehat
80% penjual
penjual
pentingnya menjual jajanan sehat
mengetahui
mengenai
pentingnya
pentingnya
menjual jajanan
jajanan sehat
1.
2.
Ada
Ada
Ada
sehat
Pembinaan
UMPAN BALIK
Terjadi peningkatan pembinaan penjual
Terjadi
penjual
jajanan di sekolah dibandingkan tahun
peningkatan
2013
hingga 100%
Tidak ada
Kantin sehat
III. PERUMUSAN MASALAH
Masalah dapat dirumuskan berdasarkan kesenjangan dari output. Sehingga,
berdasarkan analisis variabel, terdapat satu indikator output yang belum terpenuhi, yaitu:
Belum tercapainya presentase sekolah yang memenuhi standard kantin sekolah sehat.
Berdasarkan analisis variabel, dapat diidentifikasi penyebab masalah, yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan pihak sekolah mengenai kriteria standard kantin sehat
2. Tidak adanya pendanaan untuk mewujudkan kantin sehat
3. Kurangnya kepedulian penjual terhadap kesehatan anak sekolah
IV. PEMBAHASAN
Penetapan masalah dari evaluasi program ini diambil dari kesenjangan yang
ditemukan pada indikator output dan kesenjangan – kesenjangan lain diluar output
merupakan penyebab dari masalah yang sudah ditetapkan. Pada umumnya apabila
terdapat lebih dari satu kesenjangan pada indikator output, perlu dilakukan penetapan
prioritas masalah salah satunya dengan metode Bryant tetapi dalam evaluasi program ini
tidak diperlukan mengingat hanya satu indikator yang memiliki kesenjangan. Dari kedua
indikator output dalam analisis variabel, satu dari dua indikator tersebut tidak mencapai
target, yaitu tidak terpenuhinya standar kriteria kantin sehat. Dari pengumpulan data
sekunder periode 26 Oktober 2015 sampai 19 Desember 2015 ditemukan seluruh kantin
sekolah tidak memenuhi standar kriteria kantin sehat, sehingga target di puskesmas
suradita tidak tercapai hanya ….% dari target yang seharusnya …%.
Dari analisis variabel ditemukan beberapa kesenjangan di luar output. Hal ini bisa
dijadikan sebagai penyebab tidak tercapainya target kantin sehat puskesmas suradita
periode Oktober 2015 sampai Desember 2015. Kesenjangan yang ada terdapat pada
tenaga kerja, sarana dan prasarana untuk mewujudkan kantin sehat. Tenaga kerja yang
dimaksud adalah penjual makanan, pihak sekolah dan pihak puskesmas. Kesenjangan
pada penjual makanan yaitu kurangnya kebersihan, pengetahuan dan kepedulian terdapat
terwujudnya kantin sehat. Dimana pada kebersihan dapat dilihat bahwa penjual tidak
menggunakan pakaian lengkap yang sebenarnya berfungsi untuk menjaga pengamanan
pangan selama masa pengolahan dan penyajian. Selain itu, penjual juga tidak menjaga
kebersihan diri mereka sendiri yang dapat dilihat dari kurangnya kebersihan kuku dan
frekuensi mencuci tangan. Mengingat tangan merupakan bagian yang paling esensial
dalam penyediaan dan pengolahan pangan, menunjukkan bahwa penjual kurang peduli
terhadap keamanan pangan. Kurangnya pengetahuan penjual dapat dilihat dari sedikitnya
ragam makanan yang disediakan oleh penjual untuk memenuhi kebutuhan gizi harian
anak usia sekolah. Penjual cenderung menjual makanan dengan bahan termurah dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri tanpa mempedulikan kesehatan anak. Dari pihak
sekolah dapat dilihat dengan tidak adanya orang yang dipilih dari pihak sekolah untuk
mengawasi dan membina kantin sekolah. Selain itu, sekolah juga tidak benar-benar
memahami protap kantin sehat. Dari pihak puskesmas, pembinaan yang dilakukan kurang
mendalam sehingga kepedulian penjual akan pentingnya jajanan sehat masih minimal.
Kunci utama dari adanya kesenjangan sarana dan prasarana adalah tidak adanya
dana untuk membangun kantin yang ideal. Pada seluruh sekolah lantai tidak terbuat dari
kramik melainkan hanya terbuat dari tanah sehingga tidak memenuhi kriteria keamanan
dan kebersihan dari lantai untuke kantin sehat. Hal yang sama juga terjadi pada dinding
dan langit-langit kantin. Dinding terbuat dari tripleks, bamboo atau bahkan beberapa
kantin tidak memiliki dinding, sedangkan seluruh langit-langit terbuat dari seng.
Meskipun tidak bocor tetapi seluruh material ini bukanlah material yang ideal dalam
membangun kantin sehat. Sebagian besar kantin tidak memiliki ruang pengolahan yang
terpisah dari ruang penyajian. Kantin sekolah biasanya berukuran 2 x 2 meter dimana
bagian belakang digunakan untuk ruang pengolahan dan bagian depan digunakan untuk
penyajian makanan sehingga keadaan ini juga tidak sesuai dengan kriteria kantin sehat.
Seluruh sekolah tidak memilki wastafel dan tempat makan untuk murid-murid. Kedua hal
ini juga merupakan penyebab tidak terwujudnya kantin sehat. Dimana wastafel sangat
penting untuk menjaga kebersihan tangan para penjual dan murid untuk mencegah
penyakit. Hal lain yang menjadi fokus penting adalah tidak adanya satu orang khusus
yang ditunjuk sebagai kasir. Padahal uang adalah salah sumber bakteri yang paling
mudah menyebabkan penyait.
Berdasarkan faktor lingkungan, pendidikan penjual juga berpengaruh terhadap
terwujudnya kantin sehat. Jika >80% penjual adalah lulusan SMP, maka diharapkan
penjual tersebut lebih mengerti mengenai jajanan sehat dan menyokong terwujudnya
kantin sehat. Namun, hanya 30% dari penjual di kantin yang adalah lulusan SMP.
Sehingga hal ini mempengaruhi ragam makanan dan kandungan gizi yang dijual di kantin
sekolah.
Dibandingkan dengan hasil evaluasi program kantin sehat pada tahun 2013,
terdapat peningkatan dari pembinaan penjual jajanan sekolah yang dilakukan oleh
puskesmas. Dimana pada tahun 2013, hanya 30% penjual yang pernah mengikuti
pembinaan, tetapi pada tahun 2015, 100% penjual pernah mengikuti pembinaan. Namun,
peningkatan angka yang signifikan ini tidak diikuti dengan perubahan pola berjualan dari
para penjual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembinaan yang dilakukan belum
cukup efektif untuk merubah pola pikir penjual menuju ke arah perwujudan kantin sehat.
Maka, angka dari jumlah kantin sehat di wilayah Suradita tetap tidak tercapai, dan
mayoritas kantin cenderung buruk. Perbandingan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel
di bawah ini,
Variabel
Indikator
Juli 2013
November 2015
INPUT
TENAGA
Penjual
Sehat, tidak
100%
100%
20%
0%
20%
0%
100%
0%
70%
100%
90%
30%
menderita penyakit
menular
Melakukan
pemeriksaan
kesehatan secara
berkala 2x/tahun
Menggunakan
pakaian kerja lengkap
(celemek, pakaian
bersih, tutup kepala,
alas kaki)
Mencuci tangan
menggunakan sabun
sebelum menyentuh
makanan
Tidak merokok saat
menyajikan makanan
dan minuman
Kuku tangan pendek
dan bersih, dan tidak
menggunakan
DANA
pewarna kuku
Terdapatnya
0%
0%
anggaran dana dari
PEMDA untuk
warung/kantin
sekolah yang
diberikan tepat waktu
SARANA
Lantai
Kedap air, tidak licin,
50%
100%
Ventilasi
Tempat pengelolahan
mudah dibersihkan
Cukup
Bangunan dapur
30%
60%
0%
0%
makanan
Westafel
terjaga kebersihannya
Tersedia dengan
50%
0%
Pencucian alat
Tempat sampah
Alat pengelolahan
sabun
Tersedia
Tersedia
Terjaga
0%
100%
100%
83.3%
66.7%
83.3%
pangan
MAKANAN
Snack
Sanitasi air
Protap pelaksanaan
kebersihannya
Tidak kadaluarsa
100%
Air bersih
90%
METODE
Ada
Terdapat protap
dan pembinaan
pelaksanaan, tetapi
kantin
tidak dilakukan
PERENCANAAN
ORGANISASI
100%
100%
Ada, 4x/tahun
pembinaan
PROSES
Ada penyusunan
Tidak ada
Tidak ada
program pelaksaan
Penentuan jumlah
Tidak ada
Ada
target
Ada struktur
Tidak ada
Tidak ada
Ada (1 orang)
Ada (1 orang)
organisasi yang
bertanggung jawab
Adanya petugas
pengelola program
PELAKSANAAN
UKS di puskesmas
Kerjasama institusi
20%
100%
30% (1x/tahun)
100%
pangan ke penjaja
Pemantauan dan
Tidak ada
Ada
evaluasi pelaksanaan
Adanya supervise
Ada, tetapi tidak
Tidak ada
sekolah dan
puskesmas
Penyuluhan
mengenai keamanan
PENGAWASAN
Presentase cakupan
dinas kesehatan
rutin
OUTPUT
100% jumlah sekolah 60% dikategorikan
100% kantin
kantin sehat
memenuhi kriteria
buruk
sebagai kantin buruk
20% cukup baik
100% penjual
20% baik
30% mendapat
100% penjual
mendapat pembinaan
pembinaan
mendapat
pembinaan
V. PENYEBAB MASALAH DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
A. Penyebab masalah pertama
Kurangnya pengetahuan pihak sekolah mengenai kriteria standard kantin sehat.
Hal ini terlihat dari adanya kesenjangan pada beberapa variabel, yaitu:
INPUT
Tenaga
o Tidak ada penjual yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala selama
2x/tahun
o Tidak ada penjual yang menggunakan pakaian kerja lengkap
o Penjual tidak memiliki ilmu tentang gizi seimbang
Sarana
o Tidak adanya pemeriksaan keamanan pangan biologis seperti mengambil
sampel makanan secara rutin
o Kurangnya pengetahuan mengenai gizi seimbang dilihat dari tidak adanya
kantin yang menjual makanan yang mengandung protein, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan air
o Kurangnya penjualan makanan sepingan dan buah-buahan di kantin
PROSES
Perencanaan
o Sekolah tidak memiliki program pelaksanaan kantin sehat
Pengorganisasian
o Tidak adanya struktur organisasi yang bertanggung jawab dalam
mengembangkan program kantin sehat
o Tidak adanya pembina dan pengawas internal kantin sekolah
Pengawasan
o Sekolah tidak melibatkan peran orang tua murid dalam memantau kantin
sehat
o Tidak memiliki kebijakan dan peraturan mengenai keamanan PJAS di
lingkungan sekolah
Alternatif jalan keluar:
INPUT
Tenaga
o Sekolah meminta penjual memiliki surat sehat yang dikeluarkan oleh
tempat pelayanan kesehatan terdekat sebanayak 2x/tahun.
o Sekolah menyediakan dan mewajibkan penjual untuk menggunakan
pakaian kerja lengkap
o Sekolah dan puskesmas memberikan penyuluhan mengenai gizi seimbang
dan ragam pangan yang seharusnya dijual di kantin.
o Sekolah membuat kebijakan mengenai kantin sehat yang dimengerti dan
disetujui oleh kedua belah pihak yaitu sekolah dan penjual, meliputi:
Keamanan PJAS di lingkungan sekolah yang mengacu pada
Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah Dasar, yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2011.
Ragam makanan yang boleh dijual
Kebersihan penjual makanan
Menggunakan pakaian lengkap saat berjualan
Kebersihan tempat pengolahan, peralatan makan, dan penyajian
makanan
Melakukan pemeriksaan kesehatan 2x/tahun
Sarana
o Melakukan pemeriksaan makanan untuk menilai keamanan biologis secara
rutin, minimal 2x/tahun, dengan cara mengambil sanpel makanan dari
setiap penjual.
PROSES
Perencanaan
o Puskesmas memberikan pembinaan mengenai Kantin Sekolah Sehat
kepada pihak sekolah (termasuk kepala sekolah, guru, dan orang tua
murid)
o Sekolah harus memiliki program pelaksanaan kantin sehat yang mengacu
pada Menuju Kantin Sehat di Sekolah tahun 2011, oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Nasional.
o Sekolah harus membuat target yang akan dicapai dalam pelaksanaannya
setiap tahunnya.
Pengorganisasian
o Membentuk struktur organisasi pembentukan kantin sekolah, termasuk
pembina dan pengawas internal kantin sekolah untuk mengembangkan
program kantin sehat, dengan syarat:
Telah mengikuti pelatihan pembinaan pengawas kantin sekolah
Memiliki pengetahuan mengenai gizi seimbang dan beragam,
keamanan pangan, cara pengolahan pangan yang baik, sanitasi dan
hygiene, serta persyaratan sarana dan prasarana kantin sehat.
Membantu memberikan pengarahan dalam hal menentukan
makanan jajanan sekolah yang bernilai gizi dan aman dikonsumsi
selama berada di sekolah dan mengawasi para penjaja/penjual agar
menjual makanan yang memenuhi syarat kesehatan.
Pengawasan
o Melibatkan orang tua dalam memantau kantin sehat dengan cara:
Memberikan pembinaan kepada orang tua mengenai pentingnya
jajanan sehat untuk anak sekolah, keamanan pangan, dan gizi
seimbang.
o Melibatkan seluruh guru dalam mengawasi:
Jajanan yang dijual di sekolah dan menegur secara halus makanan
yang tidak sesuai dengan perjanjian antara sekolah dan penjual
Jajanan yang dipilih oleh anak sekolah dan menegur anak jika
membeli jajanan yang tidak sesuai dengan standard jajanan sehat.
o Melakukan sidak yang mengacu pada kebijakan kantin sehat yang sudah
disetujui oleh kedua belah pihak secara rutin 1x setiap bulan. Termasuk
melakukan:
Memberikan surat peringatan pada penjual yang menyimpang dari
persetujuan kebijakan yang sudah dibuat.
Surat peringatan diberikan sebanyak 3x
Pada peringatan ke 4, akan ditindaklanjuti dengan melarang
penjual menjual makanan di kantin sekolah.
B. Penyebab masalah kedua
Tidak adanya pendanaan untuk mewujudkan kantin sehat.
Hal ini terlihat dari adanya kesenjangan pada beberapa variabel, yaitu:
INPUT
Dana
o Tidak adanya anggaran dana dari PEMDA untuk kantin sekolah sehat
yang diberikan tepat waktu
Sarana
o Tidak terdapat lantai,dinding, langit-langit, pintu dan ventilasi yang ideal
o 2 dari 6 sekolah tidak memiliki ruang pengolahan. Sedangkan sekolah
memiliki ruang/tempat pengolahan yang cenderung tidak ideal.
o 4 dari 6 sekolah tidak memiliki tempat penyajian makanan seperti lemari
display, etalase, atau lemari kaca yang memungkinkan konsumen dapat
o
o
o
o
o
melihat makanan yang disajikan dengan jelas
Tidak ada sekolah yang memiliki tempat makan untuk muridnya
Seluruh sekolah memiliki tempat penyimpanan yang tidak ideal
Tidak ada sekolah yang memiliki westafel
Seluruh sekolah tidak memiliki tempat penyimpanan uang yang ideal
Semua sekolah tidak memiliki tempat sampah, selokan, atau lubang angin
yang ideal.
PROSES
Pelaksanaan
o Tidak melakukan perbaikan dan penyediaan sarana kantin sehat
Alternatif jalan keluar:
Menetapkan penjual sebagia pegawai tetap sekolah, agar sekolah dapat
menentukan harga makanan yang dijual, lalu membagi hasilnya sekian persen
untuk penjual, dan sekian persen untuk pembangunan kantin sekolah.
Kantin dikelola oleh organisasi orang tua murid (dewan koperasi sekolah), yang
bertugas untuk mengumpulkan dana dan semaksmimal mungkin membantu
pencapaian kantin sehat.
Sekolah membuat proposal tahunan yang ditujukan kepada Kementrian
Pendidikan untuk mendapatkan dana pembuatan kantin sehat.
C. Penyebab masalah ketiga
Kurangnya kepedulian penjual terhadap kesehatan murid-murid sekolah
Hal ini terlihat dari adanya 100% penjual yang sudah mengikuti pembinaan mengenai
jajanan sehat di sekolah, tetapi masih mengabaikan kepentingannya. Hal ini terlihat pada
beberapa variabel yaitu:
INPUT
o Tenaga
Penjual tidak mencuci tangan sebelum menyentuh makanan
Penjual tidak memperhatikan kebersihan diri (kuku tangan)
Penjual tidak memiliki ilmu tentang gizi seimbang
o Makanan
Hanya 1 dari 6 penjual yang menjual makanan bergizi
Hanya 2 dari 6 penjual yang menjual makanan sapingan
Masih adanya penjual yang menyediakan es terbuat dari air mentah
Masih adanya penjual yang menggunakan pewarna dalam
makanannya
Masih ada kantin yang menggunakan styrofoam dalam penyajian
Tidak semua kantin menjual buah
Penjual tidak menyimpan buah sesuai standard
Alternatif jalan keluar:
Mendorong orang tua murid untuk berjualan di kantin sekolah karena dianggap
lebih peduli tentang jajanan sehat anak sekolah.
Menetapkan penjual sebagai pegawai tetap sekolah agar sekolah dapat
mengontrol makanan yang dijual.
Mendorong para penjual kantin untuk menggunakan bahan alami dalam
pembuatan jajanan anak sekolah, dapat diawali dengan menanam sendiri
kebutuhan memasak di sekitar rumah.
Puskesmas melakukan pelatihan masak (1x/bulan) untuk para penjual kantin.
Dimana pada pelatihan ini, penjual kantin akan diajarkan membuat makanan
sepinggan dengan bahan yang murah, mudah didapatkan, tetapi tetap
menghasilkan makanan yang sehat dan bergizi untuk anak-anak sekolah.
Puskesmas dan sekolah memberikan pendidikan yang lebih dalam mengenai
jajanan sehat di sekolah secara rutin, sehingga anak-anak menjadi lebih bijaksana
dalam memilih jajanan di sekolah. Dengan harapan, semakin sedikit anak-anak
yang membeli makanan tidak sehat di kantin, dapat membuat para penjual kantin
berpikir untuk menjual makanan yang lebih sehat.
Puskesmas memberikan pembinaan yang lebih menyeluruh mengenai kantin sehat
yang meliputi beberapa topik di bawah ini. Semua topik tidak harus di bahas
dalam 1x pertemuan, dan bisa di bahas dalam beberapa kali pertemuan dan di
awali dengan penyegaran mengenai topik sebelumnya. Usahakan pembinaan
dilakukan dengan cara yang interaktif, menarik, dan mudah dicerna untuk
berbagai usia dan latar belakang pendidikan.
o Memberitahukan pentingnya peran penjual jajanan di sekolah bagi masa
depan murid-murid sekolah
o Meningkatkan rasa empati para penjual dengan cara mengajak mereka
berpikir bagaimana jika keluarga mereka sendiri yang mengkonsumsi
makanan yang mereka jual
o Komponen gizi seimbang
o Kebutuhan gizi anak sekolah dasar
o Keamanan pangan
Tenaga: pakaian penjual kantin yang ideal, mencuci tangan
menggunakan sabun, kebersihan kuku, kesehatan penjual
Makanan: keamanan biologis, fisik, dan kimia
Cara pengolahan, penyimpanan, dan penyajian makanan yang
aman
Kebersihan alat, bahan, dan tempat kerja
o Akibat yang dialami oleh anak-anak apabila penjual tidak mengikuti
petunjuk kantin sehat
EVALUASI PROGRAM
I. METODOLOGI
Pengertian Evaluasi Program
Menurut WHO (1990) pengertian evaluasi adalah suatu cara sistematis untuk
mempelajari berdasarkan pengalaman dan mempergunakan pelajaran yang dipelajari
untuk memperbaiki kegiatan-¬kegiatan yang sedang berjalan serta men ingkatkan
perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan masa datang.19
Evaluasi menurut The American Public Association adalah suatu proses untuk
menentukan nilai ataujumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut The International Clearing
House on Adolescent Fertility Control for Population Options, evaluasi adalah suatu
proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan
tolok ukur atau standar yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan
kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari
pelaksanaan program.20
Evaluasi juga merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang
berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa datang, sebagai suatu proses yang
berkelanjutan, evaluasi menyediakan informasi mengenai kinerja dalam hubungannya
terhadap tujuan dan sasaran (Notoatmodjo, 2003).
Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data
yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi
program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya
adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan
menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan (Antina
Nevi, 2009).21
Pelaksanaan Evaluasi
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan adanya jenis
evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau
perbaikan program. Biasanya evaluasi formatif dilakukan pada proses program (program
masih berjalan). Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk
menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada
waktu program telah selesai (akhir program). Meskipun demikian pada praktek evaluasi
program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut (Notoatmodjo, 2003).21
Pendekatan Sistem
Terdapat beberapa macam pengertian dari sistem yang dikemukakan oleh berbagai ahli,
antara lainsebagai berikut :
Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu
proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling
berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang
diinginkan secara efektif dan efisien.
Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas
dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula.
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Unsur-Unsur Sistem
1. Masukan
Yang dimaksud dengan masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalamsistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
Dalam sistem pelayanankesehatan, masukan terdiri dari tenaga, dana, metode,
sarana/material.
2. Proses
Yang dimaksud dengan proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem danyang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan.
Dalam
sistempelayanan
kesehatan
terdiri
dari
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian.
3. Keluaran
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dariberlangsungnya proses dalam sistem. Contohnya dalam program BIAS
Campak adalah berupacakupan program di suatu wilayah.
4. Umpan Balik
Yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan dari bagian atau
elemen yangmerupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi
sistem tersebut.
5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran
suatu sistem.
6. Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang
tidak dikelola olehsistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi yang secara sederhana
dapatdigambarkan seperti berikut :
Lingkungan
Masukan
Proses
Keluaran
Dampak
Umpan Balik
Suatu sistem pada dasarnya dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
telahditetapkan/disepakati bersama.Dan untuk terbentuknya sistem tersebut, perlu
dirangkai berbagai unsuratau elemen sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan
membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan.
Gambar 10.Unsur-Unsur Dalam Pendekatan Sistem
Apabila prinsip pokok atau cara kerja sistem ini diterapkan ketika menyelenggarakan
pekerjaan administrasi, maka prinsip pokok atau cara kerja ini dikenaldengan nama
pendekatan sistem (system approach).2
Evaluasi Berdasarkan Pendekatan Sistem
Evaluasi Program berdasarkan pendekatan sistem adalah suatu proses yang teratur
dan sistematis dalammembandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau standar
dari masing-masing indikator yangtelah ditetapkan dari unsur keluaran (output),
Gambar 11.Sistem Pelayanan Kesehatan
dilanjutkan dengan menemukan kausa (penyebab), padaunsur lain dari sistem tersebut,
kemudian dilakukan pengambilan kesimpulan serta penyusunan saransaranyang akan
memperbaiki pencapaian sistem itu.
Tujuan Evaluasi Program Berdasarkan Pendekatan Sistem 2
Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan dan tingkat keberhasilan pengelolaan suatu
program kesehatan, di suatu tempattertentu, pada waktu tertentu.
Tujuan Khusus
Diketahuinya pelaksanaan pengelolaan suatu program kesehatan
Diketahuinya berbagai masalah pelaksanaan pengelolaan program
kesehatan tersebut
Diketahuinya prioritas masalah
Diketahuinya berbagai penyebab dari masalah yang diprioritaskan tersebut
Diketahuinya prioritas penyebab masalah
Dirumuskannya pemecahan masalah bagi pelaksanaan pengelolaan
Langkah-Langkah Membuat Evaluasi Program
Pengumpulan Data
Sebelum menetapkan permasalahan, terlebih dahulu data harus dikumpulkan, diolah
kemudian disajikan. Dalam proses evaluasi program 1000 hari pertama kehidupan
terhadap kajian jumlah inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif, dan promosi ASI,
data-data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.
Data Primer
- Kuisioner tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil mengenai ASI
eksklusif.
- Wawancara dengan Kepala Puskesmas, penanggung jawab program IMD, ASI
eksklusif, dan promosi ASI di Puskesmas Caringin.
Data sekunder
- Laporan Kinerja Puskesmas Caringin tahun 2014.
- Data laporan program IMD, ASI eksklusif, dan Promosi ASI secara
perorangan maupun kelompok bulan Januari – Desember 2014 di Puskesmas
-
Caringin.
Data Profil Puskesmas Caringin.
Menetapkan indikator dari unsur keluaran.
Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari pencapaian hasil
keluaran (output) ataudampak (impact) adalah dengan menetapkan indikator yang akan
dipakai untuk mengukur keluaran ataudampak sebagai keberhasilan dari suatu program
kesehatan. Sebenarnya dampak merupakan hasil akhir dari suatu program kesehatan,
tetapi sering sekali hasilnya belum dapat diukur bila program baru berjalanbeberapa
bulan atau satu tahun. Misalnya keberhasilan program pemberantasan diare atau program
KB,baru akan menunjukkan dampak yang signifikan setelah program berjalan beberapa
tahun. Karena itubiasanya yang dipakai sebagai ukuran keberhasilan suatu program
kesehatan adalah keluaran.
Menetapkan indikator dari keluaran dapat dilakukan dengan mempelajari berbagai
sumber rujukan. Bila dari satu sumber ditemukan beberapa indikator dan menurut
pandangan kita salah satu atau beberapaindikator tersebut tidak realistis, kita dapat
menghilangkannya kemudian menambahkan ataumenggunakan indikator keluaran dari
sumber yang lain yang dirasakan lebih sesuai. Kita juga bolehmemodifikasi indikator
tersebut sesuai dengan logika serta referensi yang lebih masuk akal.
Menentukan tolok ukur tiap indikator keluaran yang telah ditetapkan.
Biasanya di dalam sumber rujukan tersebut selain ada indikator keluaran yang
akan dinilai juga ada tolokukur keberhasilan dari masing-masing indikator tersebut. Bila
tolok ukur tersebut dinilai kurang sesuai atautidak realistis, misalnya karena sudah
kadaluwarsa atau tidak cocok dengan kondisi lapangan yang kitanilai maka bisa
sajapenilai menggunakan tolok ukur lainnya yang diyakini lebih masuk akal. Tidak
tertutup kemungkinan tolok ukur yang ingin dicapai ditetapkan sendiri oleh penilai
beserta timnya, denganpembenaran yang dapat diterima atau berdasarkan pengalaman
orang lain yang diunduh dari referensiyang ada. Sebagai contoh untuk penilaian terhadap
Program Kesehatan Jiwa, nilai tolok ukur antara lain dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti misalnya Buku Standar Manajemen Mutu PelayananKesehatan Jiwa dari
Dinas Kesehatan, Stratifikasi Puskesmas tahun 2000, Buku Pedoman KerjaPuskesmas
dan sebagainya.22 Internet merupakan salah satu sumber untuk memperoleh indikator
dantolok ukurnya masing-masing.
Membandingkan pencapaian masing-masing indikator keluaran program dengan
tolokukurnya.
Langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil pencapaian tiap-tiap indikator
keluaran programdengan tolok ukur masing-masing.Bila ada kesenjangan antara
pencapaian indikator keluaran programdengan tolok ukurnya, maka ditetapkan sebagai
masalah.Masalah bisa lebih dari 1, tergantung daribanyaknya indikator yang dipakai
untuk mengukur keberhasilan keluaran program.
Menetapkan prioritas masalah
Masalah-masalah pada komponen keluaran belum tentu semuanya dapat di atasi
secara bersamaanmengingat keterbatasan kemampuan fasilitas kesehatan.Selain itu
adanya kemungkinan masalah-masalahtersebut berkaitan satu dengan yang lainnya
dimana bila diselesaikan salah satu masalah yangdianggap paling penting, maka masalah
lainnya dapat teratasi pula. Oleh sebab itu, perlu ditetapkan prioritas masalah yang akan
dicari pemecahannya.
Penetapan
prioritas
masalah
dilakukan
dengan
menggunakan Teknik
skoring
Bryant.Teknik ini digunakan untuk menetapkan prioritas masalah. Parameter yang
digunakan adalah:
Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap masalah
tersebut penting.
Prevalence, yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit tersebut.
Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit tersebut
Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk
mengatasinya.
PARAMETER
MASALAH
A
Community Concern(CC)
Prevalence (P)
Seriousness (S)
Manageability (M)
Jumlah
B
C
Masalah yang akan dijadikan prioritas adalah masalah yang mempunyai nilai Σ
(CC + P + S + M) yang tertinggi. Setiap parameter diberikan nilai antara 1-5. Nilai 1
diberikan pada masalah ringan, dan nilai 5 untuk masalah paling berat dengan perincian
sebagai berikut:
Tabel 7.Sistem Skoring Bryant
Nilai 1: Masalah ringan
Nilai 2: Masalah sedang
Nilai 3: Masalah cukup
Nilai 4: Masalah cukup berat
Nilai 5: Masalah berat
Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan.
Untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan tersebut, perlu
dibuat kerangka konsepprioritas masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktorfaktor penyebab masalah yang berasal darikomponen sistem yang lainnya, yaitu
komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik. Denganmenggunakan kerangka
konsep diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi
sehingga tidak ada yang tertinggal.Jelaskan hubungan antara faktor-faktor dalam
kerangkakonsep tersebut. Kadang-kadang ada faktor yang mempengaruhi prioritas
masalah melalui faktor lain.Perhatikan benar-benar hubungan antar faktor tersebut.Dalam
membuat kerangka konsep dapat dipakaidiagram pohon atau diagram tulang ikan. Semua
variabel yang ada di dalam kerangka konsep, ditulis dalam bentuk netral.23,24
Identifikasi penyebab masalah.
Selanjutnya dilakukan identifikasi berbagai penyebab masalah yang terdapat pada
kerangka konsep.Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan:
1. Mengelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap prioritas
masalah dalam unsur masukan, proses, umpan balik dan lingkungan,
2. Menentukan indikator-indikator serta tolok ukurnya masing-masing dari faktorfaktor tersebut
3. Mengukurbesarnya nilai indikator-indikator tersebut di lapangan,
4. Membandingkan nilai dari tiap-tiap indikator tersebut dengan tolok ukurnya.
Bila terdapat kesenjangan, maka ditetapkan sebagai penyebab darimasalah yang
diprioritaskan tadi.Tentu saja penyebabnya bisa lebih dari satu.Pada waktu mengukur
besarnya nilai indikator di lapangan tersebut diperlukan pengumpulan data baik data yang
ada dalamdokumen atau data yang diperoleh dari wawancara atau kuesioner.Bisa juga
data diperoleh dari laporantahunan, triwulan dsbnya.Wawancara atau pemberian
kuesioner dapat dilakukan terhadap petugas ataupengunjung fasilitas yang dinilai,
tergantung kebutuhannya. Indikator yang tolok ukurnya sering tidak dibuatoleh
mahasiswa adalah indikator dana. Tolok ukur dana harus dibuat, dengan memperkirakan
besarnyabiaya yang harus disediakan oleh program yang dievaluasi tersebut agar
menghasilkan keluaran yangbaik. Tolok ukur dana dinyatakan dalam bentuk rupiah.
Memprioritaskan penyebab masalah
Bila penyebab masalah telah diketahui, teliti kembali apakah semua penyebab
tersebut saling berkaitan.Bila saling berkaitan, tidak perlu dibuat prioritas penyebab
masalah.Bila
ternyata
penyebab
masalah
amatbervariasi,
usahakan
untukmengelompokkan berdasarkan keterkaitan masing-masing penyebab tersebut.Bisa
saja dari 10 penyebab masalah dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar.Tiga kelompok
penyebabmasalah ini yang perlu dicari prioritasnya.
Prioritas penyebab masalah dapat diperoleh dengan cara melakukan teknik
kriteria matriks yang telahdipelajari, bisa juga dengan metode lainnya seperti misalnya
teknik kelompok nominal (Nominal GroupTechnique), yakni metode untuk memperoleh
beberapa prioritas utama dari sedemikian banyak pilihan.Biasanya dilakukan dalam
kelompok.terdiri dari 2 bagian: 1. Formalisasi sumbang saran, 2. Membuat pilihan.
Caranya adalah sebagai berikut: Dengan memperlihatkan kerangka konsep,
pemimpin diskusimemaparkan semua penyebab masalah yang diperkirakan, serta data
yang berhubungan dengankemungkinan penyebab masalah tersebut. Minta tiap anggota
tim mengemukakan ide-idenya tentangpenyebab masalah tersebut. Ketua timmenuliskan
penyebab-penyebab masalah yang dipaparkananggotanya. Langkah kedua dilaksanakan
dengan membuang penyebab-penyebab yang dirasakan tidakterlalu penting. Anggota
boleh membuang idenya, tetapi tidak boleh membuang ide orang lain. Selanjutnyakepada
masing-masing anggota dibagikan kartu.Banyaknya kartu sesuai dengan banyaknya ide
yangdituliskan.Bila ide kurang dari 20, cukup dibagikan 4 kartu.Tiap anggota menuliskan
ide yang dipilihnya serta peringkatnya.Jadi bila ada 4 kartu, seorang anggota akan
menulis, misalnya Ide A perngkat 1, Idenomer 4 peringkat 2. Ide nomer 6, peringkat 3.Ide
nomer 10, peringkat 4.Di akhir sesi, dilihat ide manayang mempunyai peringkat tertinggi.
Itu yang ditentukan sebagai penyebab masalah utama.25
Membuat alternatif pemecahan masalah.
Setelah kita mengetahui prioritas penyebab masalah, tindakan selanjutnya yang
perlu dilakukan adalahmembuat 2 sampai 3 alternatif pemecahan masalah yang
diperkirakan dapat mengatasi penyebabmasalah tersebut.Alternatif pemecahan masalah
ini dibuat dengan memperhatikan kemampuan sertasituasi dan kondisi fasilitas kesehatan.
Berarti diperlukan wawancara dengan petugas di fasilitas kesehatantersebut yang
diperkirakan akan melaksanakan program tersebut. Sumber rujukan lain yang
sangatpenting adalah referensi yang dapat diperoleh dari jurnal atau pengalaman orang
lain yang telahdidokumentasikan. Komunikasi personal dengan seorang yang
berpengalaman juga sangat dianjurkan.
Alternatif penyebab masalah hendaknya dibuat secara rinci, sehingga jelas sekali
tujuan umumnya, tujuankhusus, sasaran, metode, jadwal kegiatan, serta rincian
dananya.Dana sering tidak ditulis secara rinci.Padahal dana sangat penting dalam
menentukan apakah suatu alternatif pemecahan masalah nantinyaakan terpilih pada
waktu melakukan pemilihan prioritas masalah. Rincian dana ini harus dikembangkanoleh
penilai.
Membuat kesimpulan dan saran
Kesimpulan adalah penyampaian singkat semua hasil yang diperoleh sesuai
dengan tujuan-tujuan yangingin dicapai.Sebagai hasil akhir dari penilaian adalah
terpilihnya prioritas pemecahan masalah.
Saran merupakan kondisi atau prasyarat yang diharapkan dapat disediakan oleh fasilitas
kesehatan agar pemecahan masalah yang diprioritaskan tersebut dapat terlaksana dengan
baik.
II. PENYAJIAN DATA
A. Data Jumlah Sekolah Dasar Dengan Kantin
Dari hasil pengumpulan data, diperoleh data jumlah seluruh sekolah dasar dan
jumlah sekolah dasar yang memiliki kantin, yaitu sebagai berikut:
Desa
Suradita
Dangdang
Mekwarwangi
Total
Sasaran
Jumlah Sekolah Dasar
5
4
2
11
SD yang memiliki kantin sekolah
Jumlah
Presentase (%)
3
60%
2
50%
1
50%
6
63%
B. Analisa Variabel
Untuk menjadikan suatu data, kita perlu mengetahui variable yang
digunakan untuk setiap unsur system, serta indikator keberhasilan untuk setiap
variable tersebut. Adanya variable dan indikator dalam penyajian data, maka kita
dapat mengetahui ada tidaknya kesenjangan untuk setiap unsur dalam system.
No
1.
Variabel
TENAGA
Tolak Ukur
INPUT
Penyajian Data
Kesenjangan
Penjual
Sehat, tidak menderita penyakit
100% tidak
menular
menderita
Tidak ada
penyakit
2.
3.
DANA
SARANA
Bangunan
a. Lantai
b. Dinding
Melakukan pemeriksaan kesehatan
menular
Tidak ada yang
secara berkala 2x/tahun
memeriksakan
Menggunakan pakaian kerja lengkap
diri
Tidak ada yang
(celemek, pakaian bersih, tutup kepala,
menggunakan
alas kaki)
Mencuci tangan menggunakan sabun
pakaian lengkap
Tidak ada
sebelum menyentuh makanan
penjual yang
Tidak merokok saat menyajikan
mencuci tangan
100% tidak
Tidak ada
makanan dan minuman
Kuku tangan pendek dan bersih, dan
merokok
70% tidak
Ada
tidak menggunakan pewarna kuku
Tidak menggaruk badan, mengorek
memenuhi
100% tidak
Tidak ada
hidung, atau meludah
Tidak memiliki luka terbuka yang tidak
melakukan
100% tidak
Tidak ada
ditutup perban
Memiliki pengetahuan tentang gizi
memiliki luka
Tidak ada yang
Ada
seimbang
memiliki
Terdapatnya anggaran dana dari
pengetahuan
100% tidak
PEMDA untuk warung/kantin sekolah
mendapatkan
yang diberikan tepat waktu
anggaran
Rata, halus, mudah dibersihkan
100% memiliki
Tidak licin
Agak miring agar mudah dibersihkan
lantai (6/6)
100% licin (6/6) Ada
100% tidak
Ada
Rata, halus, mudah dibersihkan
miring (6/6)
83.3%
memenuhi
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
c. Langit-
Bahan kuat, tahan lama, tidak mudah
indikator (5/6)
83.3% memiliki
Ada
mengelupas
Warna terang
bahan kuat (5/6)
50% berwarna
Ada
Berplafon, mudah dibersihkan
terang (3/6)
0%
Ada
langit
menggunakan
Tidak bocor
plafon (0/6)
100% tidak
Ada
Tidak berlubang
bocor (6/6)
100% tidak
Ada
Tidak mengelupas
berlubang (6/6)
100% tidak
Ada
mengelupas
d. Pintu,
Dibuat dari bahan tahan lama
(6/6)
0% memiliki
Ada
Tidak mudah pecah
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Rata, halus, bersih
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Warna terang
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Dapat dibuka-tutup dengan baik
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Dilengkapi kasa yang dapat dilepas
jendela (0/6)
0% memiliki
Ada
Ada ruang pengolahan
jendela (0/6)
66.7% memiliki
Ada
jendela, dan
ventilasi
e. Ruang
pengolahan
ruang
pengolahan
Bersih
(4/6)
0% ruang
Ada
pengolahan
Total ventilasi minimum 20% terhadap
bersih (0/4)
100% memiliki
luas lantai
maksimum di
Tidak ada
ruang
pengolahan
Suplai air
Tempat
Tersedia suplai air bersih yang cukup
(4/4)
100% kantin
untuk kebutuhan
memiliki suplai
pengolahan/pencucian/pembersihan
Air bersih, tidak berwarna, dan tidak
air (6/6)
100% kantin
berbau
dengan air
Bersih
bersih (6/6)
0% tempat
pengelolahan
Tidak ada
Tidak ada
Ada
pengolahan
makanan
Luasan yang cukup (tidak berdesakan
makanan bersih
83.3% memiliki
dan leluasa bergerak)
luasan yang
Terpisah dari ruang penyajian dan
cukup (5/6)
100% terpisah
ruang makan
dari ruang
Tempat/meja yang permanen untuk
penyajian (6/6)
50% memiliki
persiapan dengan permukaan halus
meja persiapan
Lampu penerangan yang cukup terang
(3/6)
50% memiliki
dan tidak berada langsung di atas meja
penerangan baik
pengolahan pangan
Ventilasi yang cukup agar udara panas
(3/6)
100% memiliki
dan lembab di dalam ruangan dapat
ventilasi (6/6)
Penyajian
dibuang keluar
Mempunyai tempat penyajian makanan
33.3% memiliki
atau display
seperti lemari display, etalase, atau
etalase (2/6)
makanan
lemari kaca yang memungkinkan
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
konsumen dapat melihat makanan yang
disajikan dengan jelas
Makanan camilan harus mempunyai
100%
tempat penyajian yang terpisah dari
memisahkan
Tidak ada
Tempat
Makan
tempat penyajian makanan sepinggan
Makanan camilan yang dikemas dapat
penyajian (6/6)
100% camilan
digantung atau ditempatkan dalam
digantung/dileta
wadah dan disajikan pada tempat yang
kan dalam
terlindung dari sinar matahari langsung
wadah (6/6)
atau debu
Buah potong mempunyai tempat
50%
display tersendiri dan dijaga
menyediakan
kebersihannya, terhindar dari
buah potong
kontaminasi debu, serta dalam keadaan
tersendiri (3/6)
dingin/didinginkan
Meja dan kursi dalam jumlah yang
0% meja dan
Ada
cukup dan nyaman
Permukaan meja harus mudah
kursi (0/6)
0% meja dan
Ada
dibersihkan
Untuk kantin dalam ruang tertutup,
kursi (0/6)
0% meja dan
Ada
ruang makan harus mempunyai
kursi (0/6)
ventilasi yang cukup
Untuk kantin yang menggunakan
0% meja dan
koridor, taman, atau halaman sekolah
kursi (0/6)
Tidak ada
Ada
Ada
sebagai tempat makan, tempat tersebut
harus selalu dijaga kebersihannya,
Tempat
rindang
Jauh dari tempat sampah, WC, dan
100% jauh dari
pembuangan limbah
tempat sampah
Ada tempat penyimpanan bahan baku
dan WC (6/6)
83.3% memiliki
Penyimpanan
Tidak ada
Ada
tempat
penyimpanan
bahan baku
Ada tempat penyimpanan makanan jadi
(5/6)
50% memiliki
Ada
yang akan disajikan
Ada tempat penyimpanan bahan bukan
(3/6)
50% memiliki
Ada
pangan
Ada tempat penyimpanan peralatan
(3/6)
83.3% memiliki
Ada
yang bersih
Tempat penyimpanan bahan mentah
(5/6)
66.7% memiliki
Ada
termasuk bumbu dan bahan tambahan
(4/6)
pangan (BTP) terpisah dengan produk
atau makanan yang siap disajikan
Tempat penyimpanan khusus untuk
16.7% memiliki
menyimpan bahan-bahan bukan pangan
(1/6)
seperti bahan pencuci, minyak tanah
Mudah dibersihkan dan bebas dari
33.3% memiliki
hama seperti serangga, binatang
(2/6)
Ada
Ada
pengerat seperti tikus, burung atau
mikroba dan ada sirkulasi udara
Penyimpanan bahan baku dan produk
33.3% memiliki
pangan harus sesuai dengan suhu
(2/6)
Peralatan
penyimpanan yang dianjurkan
Peralatan harus mudah dibersihkan,
83.3% mudah
untuk
kuat, dan tidak mudah berkarat,
dibersihkan
pengolahan/
misalnya peralatan dari baja tahan karat
Permukaan peralatan yang kontak
(5/6)
66.7% perlatan
langsung dengan pangan harus halus,
makan halus
tidak bercelah, tidak mengelupas, dan
dan tidak
tidak menyerap air
menyerap air
Jika terdapat peralatan bermotor seperti
(4/6)
0% memiliki
pengaduk dan blender hendaknya dapat
alat bermotor
dibongkar agar bagian-bagiannya
(0/6)
mudah dibersihkan
Tersedia bak cuci piring dan peralatan
83.3% memiliki
Tidak ada
dengan air mengalir
Tersedia rak pengering
bak cuci (5/6)
66.7% memiliki
Ada
persiapan
makanan
Fasilitas
sanitasi
rak pengering
(4/6)
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tersedia watafel dengan sabun /
0% memiliki
detergen dan lap bersih atau tissue di
westafel (0/6)
tempat makan
Tersedia wastafel dengan sabun /
0% memiliki
detergen dan lap bersih atau tissue di
westafel (0/6)
Ada
Ada
tempat pengolahan / persiapan
makanan
Tersedia alat cuci /pembersih yang
16.7% memiliki
terawat baik seperti sapu lidi, sapu ijuk,
alat cuci yang
selang air, kain lap, sikat, kain pel, dan
terawatt (1/6)
Ada
bahan pembersih seperti sabun/detergen
Tempat
dan bahan sanitasi
Tempat penyimpanan uang berada jauh
0% memiliki
penyimpanan dari etalase display pangan siap saji
tempat
uang
penyimpanan
Ada
uang terpisah
Pembuangan
Tempat sampah atau limbah padat di
(0/6)
66.7% tersedia
limbah
kantin harus tersedia dan jumlahnya
limbah cukup
cukup serta selalu tertutup
Di dalam maupun di luar kantin bebas
(4/6)
83.3% bebas
Ada
dari sampah
Jarak kantin dengan tempat
sampah (5/6)
83.3% jauh dari
Ada
penampungan sampah sementara
pembuangan
minimal 20 meter
Selokan atau saluran pembuangan air
sampah (5/6)
66.7% selokan
dapat berfungsi degan baik serta mudah
berfungsi baik
dibersihkan bila terjadi penyumbatan
Terdapat lubang angin yang berfungsi
(4/6)
0% memiliki
untuk mengalirkan udara segar dan
lubang angina
membuang limbah gas hasil pemasakan
(0/6)
Ada
Ada
Ada
makanan.
Makanan
a. Gizi
Makanan yang dijual mengandung
16.7%
Ada
protein, karbohidrat, vitamin, mineral,
memenuhi gizi
dan air
seimbang (1/6)
Ada
33.3% memiliki
b. Ragam
makanan
Makanan
sepingan
makanan
Camilan
sepingan (2/6)
100% cemilan
Kemasan tidak bocor
Ada
Tidak ada
tidak bocor
Tanggal kadaluarsa belum terlewati
(6/6)
100% tanggal
Tidak ada
kadaluarsa tidak
Minuman
Memiliki ijin dari badan
terlewati (6/6)
100% memiliki
POM/DINKES
Air putih dari air bersih atau mendidih
ijin BPOM (6/6)
100% air bersih Tidak ada
Minuman ringan dalam kemasan utuh,
(6/6)
100% minuman
tidak bocor, tidak gembung, tidak
ringan kemasan
melewati kadaluarsa, memiliki ijin edar
utuh (6/6)
dari badan POM
Minuman campur dibuat dari air
83.3%
mendidih, es dengan air matang, tidak
menggunakan
menggunakan pewarna dan pemanis
air matang (5/6)
Tidak ada
Tidak ada
Ada
yang melebihi takaran, buah di cuci
dengan air bersih, gelas penyajian
Buah
bersih
Di cuci dengan air mengalir
100% mencuci
utuh/potong
dengan air
(hanya 3 yang
mengalir (3/3)
100%
menjual buah
potong)
Bagian buah yang busuk di buang
membuang
bagian yang
busuk (3/3)
Ada
Ada
Mengupas buah dengan pisau bersih
100% mengupas Ada
bukan bekas potong daging
dengna pisau
Didinginkan di kulkas atau di es yang
bersih (3/3)
66.7%
terbuat dari air matang
menyimpan
Ada
dengan baik
(2/3)
c. Keamanan
Pangan
Bahaya
Tidak terdapat pecahan gelas, kawat
100% bebas
fisik
stapler, potongan tulang, potongan
dari bahaya
Bahaya
kayu, kerikil, rambut, kuku, sisik, dll.
Pemeriksaan mikrobiologis sampel
fisik (6/6)
Tidak ada yang
biologis
makanan secara rutin minimal 2x/tahun
pernah dinilai
Tidak berformalin
(0/6)
100% tidak
Bahaya
kimia
Tidak ada
Ada
Tidak ada
menggunakan
Tidak mengandung pewarna
formalin (6/6)
83.3% tidak
(Rhodamin B dan Methanyl Yellow)
menggunakan
Tidak menggunakan kertas fotokopian
pewarna (5/6)
100% tidak
atau koran dalam penyajian
menggunakan
Ada
Tidak ada
bahan fotokopi
Tidak menggunakan styrofoam untuk
(6/6)
33.3%
mewadahi makanan panas
menggunakan
Tidak menggunakan kemasan dari
Styrofoam (2/6)
100% tidak
plastic bekas
menggunakan
Ada
Tidak ada
kemasan bekas
(6/6)
4.
METODE
Pembinaan
Terdapat pembinaan kantin sehat oleh
Memenuhi tolak Tidak ada
kantin sehat
Puskesmas
ukur (4x/tahun)
Puskesmas
Pembinaan
Terdapat pembinaan kantin sehat oleh
Memenuhi tolak Tidak ada
kantin sehat
sekolah
ukur (min.
oleh
oleh pihak
2x/bulan)
sekolah
1.
Perencanaan
PROSES
Adanya penyusunan program
Sekolah tidak
pelaksanaan kantin sekolah sehat
memiliki
Ada
program
pelaksanaan
2.
Adanya penentuan jumlah target per
kantin sehat
Memenuhi tolak Tidak ada
Pengorganisas
tahun
Adanya struktur organisasi yang
ukur
Tidak
ian
bertanggung jawab mengembangkan
memenuhi tolak
program kantin sehat, yaitu tim
ukur
pelaksana UKS
Adanya satu orang petugas pengelola
Memenuhi tolak Tidak ada
Ada
program UKS di puskesmas (pengawas ukur
eksternal)
Adanya pembina dan pengawas internal Tidak
3.
Pelaksanaan
Ada
kantin sekolah
memenuhi tolak
Adanya kerja sama seluruh insitutsi
ukur
Memenuhi tolak Tidak ada
sekolah dengan puskesmas dalam
ukur
pembentukan warung sekolah sehat
Penyuluhan mengenai keamanan
Memenuhi tolak Tidak ada
pangan kepada para penjaja di tiap
ukur
sekolah secara rutin setiap tahun oleh
sekolah
Penyuluhan mengenai keamanan
Memenuhi tolak Tidak ada
pangan kepada para penjaja di tiap
ukur
sekolah secara rutin setiap tahun oleh
4.
Pengawasan
puskesmas
Peran serta orang tua murid di seluruh
Tidak
sekolah untuk memantau kantin sehat
memenuhi tolak
Mengirim pembina dan pengawas
ukur
Tidak
kantin sekolah untuk mengikuti
memenuhi tolak
pelatihan kantin sehat oleh instansi
ukur
terkait
Melakukan perbaikan dan penyediaan
Tidak
sarana kantin sehat
memenuhi tolak
Kebijakan dan peraturan mengenai
ukur
Tidak
keamanan PJAS di lingkungan sekolah
memenuhi tolak
Mengedukasi anak-anak sekolah dalam
ukur
Memenuhi tolak Tidak ada
memilih jajanan sehat
Adanya pemantauan dan evaluasi
ukur
Memenuhi tolak Tidak ada
pelaksanaan warung atau kantin
ukur
Ada
Ada
Ada
Ada
sekolah sehat yang dilakukan oleh tim
pelaksana UKS (puskesmas dan
1.
sekolah)
Adanya supervisi dari dinas kesehatan
Memenuhi tolak Tidak ada
terhadap pencatatan dan pelaporan
ukur
program kantin sehat
Evaluasi pencapaian kantin sehat setiap
Memenuhi tolak Tidak ada
tahun
ukur
Presentase
OUTPUT
100% jumlah sekolah telah memenuhi
66% kantin
cakupan
standar kriteria warung atau kantin
sekolah kriteria
warung atau
sehat
buruk
kantin sehat
33% kantin
sekolah kriteria
cukup
Ada
100% penjual atau penjamah makanan
100% penjual
di sekolah telah mendapatkan
sudah
pembinaan atau penyuluhan mengenai
mendapatkan
kantin sehat
pembinaan atau
Tidak ada
penyuluhan
mengenai kantin
sehat
1.
2.
3.
Pendidikan
LINGKUNGAN
80% pendidikan akhir penjual adalah
30% penjual
penjual
lulus SMP
adalah lulusan
Pengetahuan
80% murid mengetahui tentang
SMP
70% murid
murid
pentingnya memilih jajanan sehat
mengetahui
mengenai
pentingnya
pentingnya
memilih jajanan
jajanan sahat
Pengetahuan
100% penjual mengetahui tentang
sehat
80% penjual
penjual
pentingnya menjual jajanan sehat
mengetahui
mengenai
pentingnya
pentingnya
menjual jajanan
jajanan sehat
1.
2.
Ada
Ada
Ada
sehat
Pembinaan
UMPAN BALIK
Terjadi peningkatan pembinaan penjual
Terjadi
penjual
jajanan di sekolah dibandingkan tahun
peningkatan
2013
hingga 100%
Tidak ada
Kantin sehat
III. PERUMUSAN MASALAH
Masalah dapat dirumuskan berdasarkan kesenjangan dari output. Sehingga,
berdasarkan analisis variabel, terdapat satu indikator output yang belum terpenuhi, yaitu:
Belum tercapainya presentase sekolah yang memenuhi standard kantin sekolah sehat.
Berdasarkan analisis variabel, dapat diidentifikasi penyebab masalah, yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan pihak sekolah mengenai kriteria standard kantin sehat
2. Tidak adanya pendanaan untuk mewujudkan kantin sehat
3. Kurangnya kepedulian penjual terhadap kesehatan anak sekolah
IV. PEMBAHASAN
Penetapan masalah dari evaluasi program ini diambil dari kesenjangan yang
ditemukan pada indikator output dan kesenjangan – kesenjangan lain diluar output
merupakan penyebab dari masalah yang sudah ditetapkan. Pada umumnya apabila
terdapat lebih dari satu kesenjangan pada indikator output, perlu dilakukan penetapan
prioritas masalah salah satunya dengan metode Bryant tetapi dalam evaluasi program ini
tidak diperlukan mengingat hanya satu indikator yang memiliki kesenjangan. Dari kedua
indikator output dalam analisis variabel, satu dari dua indikator tersebut tidak mencapai
target, yaitu tidak terpenuhinya standar kriteria kantin sehat. Dari pengumpulan data
sekunder periode 26 Oktober 2015 sampai 19 Desember 2015 ditemukan seluruh kantin
sekolah tidak memenuhi standar kriteria kantin sehat, sehingga target di puskesmas
suradita tidak tercapai hanya ….% dari target yang seharusnya …%.
Dari analisis variabel ditemukan beberapa kesenjangan di luar output. Hal ini bisa
dijadikan sebagai penyebab tidak tercapainya target kantin sehat puskesmas suradita
periode Oktober 2015 sampai Desember 2015. Kesenjangan yang ada terdapat pada
tenaga kerja, sarana dan prasarana untuk mewujudkan kantin sehat. Tenaga kerja yang
dimaksud adalah penjual makanan, pihak sekolah dan pihak puskesmas. Kesenjangan
pada penjual makanan yaitu kurangnya kebersihan, pengetahuan dan kepedulian terdapat
terwujudnya kantin sehat. Dimana pada kebersihan dapat dilihat bahwa penjual tidak
menggunakan pakaian lengkap yang sebenarnya berfungsi untuk menjaga pengamanan
pangan selama masa pengolahan dan penyajian. Selain itu, penjual juga tidak menjaga
kebersihan diri mereka sendiri yang dapat dilihat dari kurangnya kebersihan kuku dan
frekuensi mencuci tangan. Mengingat tangan merupakan bagian yang paling esensial
dalam penyediaan dan pengolahan pangan, menunjukkan bahwa penjual kurang peduli
terhadap keamanan pangan. Kurangnya pengetahuan penjual dapat dilihat dari sedikitnya
ragam makanan yang disediakan oleh penjual untuk memenuhi kebutuhan gizi harian
anak usia sekolah. Penjual cenderung menjual makanan dengan bahan termurah dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri tanpa mempedulikan kesehatan anak. Dari pihak
sekolah dapat dilihat dengan tidak adanya orang yang dipilih dari pihak sekolah untuk
mengawasi dan membina kantin sekolah. Selain itu, sekolah juga tidak benar-benar
memahami protap kantin sehat. Dari pihak puskesmas, pembinaan yang dilakukan kurang
mendalam sehingga kepedulian penjual akan pentingnya jajanan sehat masih minimal.
Kunci utama dari adanya kesenjangan sarana dan prasarana adalah tidak adanya
dana untuk membangun kantin yang ideal. Pada seluruh sekolah lantai tidak terbuat dari
kramik melainkan hanya terbuat dari tanah sehingga tidak memenuhi kriteria keamanan
dan kebersihan dari lantai untuke kantin sehat. Hal yang sama juga terjadi pada dinding
dan langit-langit kantin. Dinding terbuat dari tripleks, bamboo atau bahkan beberapa
kantin tidak memiliki dinding, sedangkan seluruh langit-langit terbuat dari seng.
Meskipun tidak bocor tetapi seluruh material ini bukanlah material yang ideal dalam
membangun kantin sehat. Sebagian besar kantin tidak memiliki ruang pengolahan yang
terpisah dari ruang penyajian. Kantin sekolah biasanya berukuran 2 x 2 meter dimana
bagian belakang digunakan untuk ruang pengolahan dan bagian depan digunakan untuk
penyajian makanan sehingga keadaan ini juga tidak sesuai dengan kriteria kantin sehat.
Seluruh sekolah tidak memilki wastafel dan tempat makan untuk murid-murid. Kedua hal
ini juga merupakan penyebab tidak terwujudnya kantin sehat. Dimana wastafel sangat
penting untuk menjaga kebersihan tangan para penjual dan murid untuk mencegah
penyakit. Hal lain yang menjadi fokus penting adalah tidak adanya satu orang khusus
yang ditunjuk sebagai kasir. Padahal uang adalah salah sumber bakteri yang paling
mudah menyebabkan penyait.
Berdasarkan faktor lingkungan, pendidikan penjual juga berpengaruh terhadap
terwujudnya kantin sehat. Jika >80% penjual adalah lulusan SMP, maka diharapkan
penjual tersebut lebih mengerti mengenai jajanan sehat dan menyokong terwujudnya
kantin sehat. Namun, hanya 30% dari penjual di kantin yang adalah lulusan SMP.
Sehingga hal ini mempengaruhi ragam makanan dan kandungan gizi yang dijual di kantin
sekolah.
Dibandingkan dengan hasil evaluasi program kantin sehat pada tahun 2013,
terdapat peningkatan dari pembinaan penjual jajanan sekolah yang dilakukan oleh
puskesmas. Dimana pada tahun 2013, hanya 30% penjual yang pernah mengikuti
pembinaan, tetapi pada tahun 2015, 100% penjual pernah mengikuti pembinaan. Namun,
peningkatan angka yang signifikan ini tidak diikuti dengan perubahan pola berjualan dari
para penjual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembinaan yang dilakukan belum
cukup efektif untuk merubah pola pikir penjual menuju ke arah perwujudan kantin sehat.
Maka, angka dari jumlah kantin sehat di wilayah Suradita tetap tidak tercapai, dan
mayoritas kantin cenderung buruk. Perbandingan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel
di bawah ini,
Variabel
Indikator
Juli 2013
November 2015
INPUT
TENAGA
Penjual
Sehat, tidak
100%
100%
20%
0%
20%
0%
100%
0%
70%
100%
90%
30%
menderita penyakit
menular
Melakukan
pemeriksaan
kesehatan secara
berkala 2x/tahun
Menggunakan
pakaian kerja lengkap
(celemek, pakaian
bersih, tutup kepala,
alas kaki)
Mencuci tangan
menggunakan sabun
sebelum menyentuh
makanan
Tidak merokok saat
menyajikan makanan
dan minuman
Kuku tangan pendek
dan bersih, dan tidak
menggunakan
DANA
pewarna kuku
Terdapatnya
0%
0%
anggaran dana dari
PEMDA untuk
warung/kantin
sekolah yang
diberikan tepat waktu
SARANA
Lantai
Kedap air, tidak licin,
50%
100%
Ventilasi
Tempat pengelolahan
mudah dibersihkan
Cukup
Bangunan dapur
30%
60%
0%
0%
makanan
Westafel
terjaga kebersihannya
Tersedia dengan
50%
0%
Pencucian alat
Tempat sampah
Alat pengelolahan
sabun
Tersedia
Tersedia
Terjaga
0%
100%
100%
83.3%
66.7%
83.3%
pangan
MAKANAN
Snack
Sanitasi air
Protap pelaksanaan
kebersihannya
Tidak kadaluarsa
100%
Air bersih
90%
METODE
Ada
Terdapat protap
dan pembinaan
pelaksanaan, tetapi
kantin
tidak dilakukan
PERENCANAAN
ORGANISASI
100%
100%
Ada, 4x/tahun
pembinaan
PROSES
Ada penyusunan
Tidak ada
Tidak ada
program pelaksaan
Penentuan jumlah
Tidak ada
Ada
target
Ada struktur
Tidak ada
Tidak ada
Ada (1 orang)
Ada (1 orang)
organisasi yang
bertanggung jawab
Adanya petugas
pengelola program
PELAKSANAAN
UKS di puskesmas
Kerjasama institusi
20%
100%
30% (1x/tahun)
100%
pangan ke penjaja
Pemantauan dan
Tidak ada
Ada
evaluasi pelaksanaan
Adanya supervise
Ada, tetapi tidak
Tidak ada
sekolah dan
puskesmas
Penyuluhan
mengenai keamanan
PENGAWASAN
Presentase cakupan
dinas kesehatan
rutin
OUTPUT
100% jumlah sekolah 60% dikategorikan
100% kantin
kantin sehat
memenuhi kriteria
buruk
sebagai kantin buruk
20% cukup baik
100% penjual
20% baik
30% mendapat
100% penjual
mendapat pembinaan
pembinaan
mendapat
pembinaan
V. PENYEBAB MASALAH DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
A. Penyebab masalah pertama
Kurangnya pengetahuan pihak sekolah mengenai kriteria standard kantin sehat.
Hal ini terlihat dari adanya kesenjangan pada beberapa variabel, yaitu:
INPUT
Tenaga
o Tidak ada penjual yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala selama
2x/tahun
o Tidak ada penjual yang menggunakan pakaian kerja lengkap
o Penjual tidak memiliki ilmu tentang gizi seimbang
Sarana
o Tidak adanya pemeriksaan keamanan pangan biologis seperti mengambil
sampel makanan secara rutin
o Kurangnya pengetahuan mengenai gizi seimbang dilihat dari tidak adanya
kantin yang menjual makanan yang mengandung protein, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan air
o Kurangnya penjualan makanan sepingan dan buah-buahan di kantin
PROSES
Perencanaan
o Sekolah tidak memiliki program pelaksanaan kantin sehat
Pengorganisasian
o Tidak adanya struktur organisasi yang bertanggung jawab dalam
mengembangkan program kantin sehat
o Tidak adanya pembina dan pengawas internal kantin sekolah
Pengawasan
o Sekolah tidak melibatkan peran orang tua murid dalam memantau kantin
sehat
o Tidak memiliki kebijakan dan peraturan mengenai keamanan PJAS di
lingkungan sekolah
Alternatif jalan keluar:
INPUT
Tenaga
o Sekolah meminta penjual memiliki surat sehat yang dikeluarkan oleh
tempat pelayanan kesehatan terdekat sebanayak 2x/tahun.
o Sekolah menyediakan dan mewajibkan penjual untuk menggunakan
pakaian kerja lengkap
o Sekolah dan puskesmas memberikan penyuluhan mengenai gizi seimbang
dan ragam pangan yang seharusnya dijual di kantin.
o Sekolah membuat kebijakan mengenai kantin sehat yang dimengerti dan
disetujui oleh kedua belah pihak yaitu sekolah dan penjual, meliputi:
Keamanan PJAS di lingkungan sekolah yang mengacu pada
Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah Dasar, yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2011.
Ragam makanan yang boleh dijual
Kebersihan penjual makanan
Menggunakan pakaian lengkap saat berjualan
Kebersihan tempat pengolahan, peralatan makan, dan penyajian
makanan
Melakukan pemeriksaan kesehatan 2x/tahun
Sarana
o Melakukan pemeriksaan makanan untuk menilai keamanan biologis secara
rutin, minimal 2x/tahun, dengan cara mengambil sanpel makanan dari
setiap penjual.
PROSES
Perencanaan
o Puskesmas memberikan pembinaan mengenai Kantin Sekolah Sehat
kepada pihak sekolah (termasuk kepala sekolah, guru, dan orang tua
murid)
o Sekolah harus memiliki program pelaksanaan kantin sehat yang mengacu
pada Menuju Kantin Sehat di Sekolah tahun 2011, oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Nasional.
o Sekolah harus membuat target yang akan dicapai dalam pelaksanaannya
setiap tahunnya.
Pengorganisasian
o Membentuk struktur organisasi pembentukan kantin sekolah, termasuk
pembina dan pengawas internal kantin sekolah untuk mengembangkan
program kantin sehat, dengan syarat:
Telah mengikuti pelatihan pembinaan pengawas kantin sekolah
Memiliki pengetahuan mengenai gizi seimbang dan beragam,
keamanan pangan, cara pengolahan pangan yang baik, sanitasi dan
hygiene, serta persyaratan sarana dan prasarana kantin sehat.
Membantu memberikan pengarahan dalam hal menentukan
makanan jajanan sekolah yang bernilai gizi dan aman dikonsumsi
selama berada di sekolah dan mengawasi para penjaja/penjual agar
menjual makanan yang memenuhi syarat kesehatan.
Pengawasan
o Melibatkan orang tua dalam memantau kantin sehat dengan cara:
Memberikan pembinaan kepada orang tua mengenai pentingnya
jajanan sehat untuk anak sekolah, keamanan pangan, dan gizi
seimbang.
o Melibatkan seluruh guru dalam mengawasi:
Jajanan yang dijual di sekolah dan menegur secara halus makanan
yang tidak sesuai dengan perjanjian antara sekolah dan penjual
Jajanan yang dipilih oleh anak sekolah dan menegur anak jika
membeli jajanan yang tidak sesuai dengan standard jajanan sehat.
o Melakukan sidak yang mengacu pada kebijakan kantin sehat yang sudah
disetujui oleh kedua belah pihak secara rutin 1x setiap bulan. Termasuk
melakukan:
Memberikan surat peringatan pada penjual yang menyimpang dari
persetujuan kebijakan yang sudah dibuat.
Surat peringatan diberikan sebanyak 3x
Pada peringatan ke 4, akan ditindaklanjuti dengan melarang
penjual menjual makanan di kantin sekolah.
B. Penyebab masalah kedua
Tidak adanya pendanaan untuk mewujudkan kantin sehat.
Hal ini terlihat dari adanya kesenjangan pada beberapa variabel, yaitu:
INPUT
Dana
o Tidak adanya anggaran dana dari PEMDA untuk kantin sekolah sehat
yang diberikan tepat waktu
Sarana
o Tidak terdapat lantai,dinding, langit-langit, pintu dan ventilasi yang ideal
o 2 dari 6 sekolah tidak memiliki ruang pengolahan. Sedangkan sekolah
memiliki ruang/tempat pengolahan yang cenderung tidak ideal.
o 4 dari 6 sekolah tidak memiliki tempat penyajian makanan seperti lemari
display, etalase, atau lemari kaca yang memungkinkan konsumen dapat
o
o
o
o
o
melihat makanan yang disajikan dengan jelas
Tidak ada sekolah yang memiliki tempat makan untuk muridnya
Seluruh sekolah memiliki tempat penyimpanan yang tidak ideal
Tidak ada sekolah yang memiliki westafel
Seluruh sekolah tidak memiliki tempat penyimpanan uang yang ideal
Semua sekolah tidak memiliki tempat sampah, selokan, atau lubang angin
yang ideal.
PROSES
Pelaksanaan
o Tidak melakukan perbaikan dan penyediaan sarana kantin sehat
Alternatif jalan keluar:
Menetapkan penjual sebagia pegawai tetap sekolah, agar sekolah dapat
menentukan harga makanan yang dijual, lalu membagi hasilnya sekian persen
untuk penjual, dan sekian persen untuk pembangunan kantin sekolah.
Kantin dikelola oleh organisasi orang tua murid (dewan koperasi sekolah), yang
bertugas untuk mengumpulkan dana dan semaksmimal mungkin membantu
pencapaian kantin sehat.
Sekolah membuat proposal tahunan yang ditujukan kepada Kementrian
Pendidikan untuk mendapatkan dana pembuatan kantin sehat.
C. Penyebab masalah ketiga
Kurangnya kepedulian penjual terhadap kesehatan murid-murid sekolah
Hal ini terlihat dari adanya 100% penjual yang sudah mengikuti pembinaan mengenai
jajanan sehat di sekolah, tetapi masih mengabaikan kepentingannya. Hal ini terlihat pada
beberapa variabel yaitu:
INPUT
o Tenaga
Penjual tidak mencuci tangan sebelum menyentuh makanan
Penjual tidak memperhatikan kebersihan diri (kuku tangan)
Penjual tidak memiliki ilmu tentang gizi seimbang
o Makanan
Hanya 1 dari 6 penjual yang menjual makanan bergizi
Hanya 2 dari 6 penjual yang menjual makanan sapingan
Masih adanya penjual yang menyediakan es terbuat dari air mentah
Masih adanya penjual yang menggunakan pewarna dalam
makanannya
Masih ada kantin yang menggunakan styrofoam dalam penyajian
Tidak semua kantin menjual buah
Penjual tidak menyimpan buah sesuai standard
Alternatif jalan keluar:
Mendorong orang tua murid untuk berjualan di kantin sekolah karena dianggap
lebih peduli tentang jajanan sehat anak sekolah.
Menetapkan penjual sebagai pegawai tetap sekolah agar sekolah dapat
mengontrol makanan yang dijual.
Mendorong para penjual kantin untuk menggunakan bahan alami dalam
pembuatan jajanan anak sekolah, dapat diawali dengan menanam sendiri
kebutuhan memasak di sekitar rumah.
Puskesmas melakukan pelatihan masak (1x/bulan) untuk para penjual kantin.
Dimana pada pelatihan ini, penjual kantin akan diajarkan membuat makanan
sepinggan dengan bahan yang murah, mudah didapatkan, tetapi tetap
menghasilkan makanan yang sehat dan bergizi untuk anak-anak sekolah.
Puskesmas dan sekolah memberikan pendidikan yang lebih dalam mengenai
jajanan sehat di sekolah secara rutin, sehingga anak-anak menjadi lebih bijaksana
dalam memilih jajanan di sekolah. Dengan harapan, semakin sedikit anak-anak
yang membeli makanan tidak sehat di kantin, dapat membuat para penjual kantin
berpikir untuk menjual makanan yang lebih sehat.
Puskesmas memberikan pembinaan yang lebih menyeluruh mengenai kantin sehat
yang meliputi beberapa topik di bawah ini. Semua topik tidak harus di bahas
dalam 1x pertemuan, dan bisa di bahas dalam beberapa kali pertemuan dan di
awali dengan penyegaran mengenai topik sebelumnya. Usahakan pembinaan
dilakukan dengan cara yang interaktif, menarik, dan mudah dicerna untuk
berbagai usia dan latar belakang pendidikan.
o Memberitahukan pentingnya peran penjual jajanan di sekolah bagi masa
depan murid-murid sekolah
o Meningkatkan rasa empati para penjual dengan cara mengajak mereka
berpikir bagaimana jika keluarga mereka sendiri yang mengkonsumsi
makanan yang mereka jual
o Komponen gizi seimbang
o Kebutuhan gizi anak sekolah dasar
o Keamanan pangan
Tenaga: pakaian penjual kantin yang ideal, mencuci tangan
menggunakan sabun, kebersihan kuku, kesehatan penjual
Makanan: keamanan biologis, fisik, dan kimia
Cara pengolahan, penyimpanan, dan penyajian makanan yang
aman
Kebersihan alat, bahan, dan tempat kerja
o Akibat yang dialami oleh anak-anak apabila penjual tidak mengikuti
petunjuk kantin sehat