Chapter I Keberadaan Fungi Selulolitik pada Tanah Bekas Kebakaran di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebakaran hutan akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia, khususnya di
wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kebanyakan kebakaran tersebut terjadi dalam
jangka waktu yang lama dan dalam wilayah yang relatif luas. Kebakaran hutan
merupakan gangguan bagi hutan dan lingkungan di sekitarnya. Kebakaran hutan
dan lahan dapat merusak sifat fisik tanah akibat hilangnya humus dan bahanbahan organik tanah, dan pada gilirannya tanah menjadi terbuka terhadap
pengaruh panas matahari dan aliran air permukaan. Kebakaran hutan yang sering
terjadi di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia dalam
rangka pembukaan lahan, baik untuk usaha pertanian, kehutanan maupun
perkebunan dan ditunjang oleh adanya fenomena alam (Purbowaseso, 2004).
Dampak dari kebakaran hutan pada tanah dapat berbentuk perubahan pada
sifat fisik tanah dan kimia tanah. Pengaruh yang merugikan pada sifat fisik tanah
akan jelas nampak, sedangkan pengaruh pada sifat kimia tanah biasanya tidak
merugikan tetapi menguntungkan. Sifat fisik dari tanah sangat ditentukan oleh
keadaan humus dan serasah pada permukaan tanah yang mempunyai hubungan
yang rapat dengan tata air di hutan. Ditambah dengan pengaruh sinar matahari dan
angin maka tanah akan sulit menyerap air, sehingga air hujan akan mengalir
dipermukaan tanah yang mengakibatkan terjadinya erosi (Suharjo, 2003) dalam
Lidiawati (2003).


Universitas Sumatera Utara

Sifat biologi tanah adalah sebuah sifat yang dimiliki oleh tanah yang
berhubungan erat dengan kondisi, jumlah dan jenis mikroorganisme tanah dan
proses-proses mikrobiologi yang terjadi dalam tanah tersebut. Perubahan suhu
tanah dan hilangnya lapisan serasah, juga bisa menyebabkan perubahan terhadap
karakteristik habitat dan iklim mikro. Kebakaran hutan menyebabkan bahan
makanan untuk organisme menjadi sedikit, kebanyakan organisme tanah akan
mudah mati oleh api dan hal itu dengan segera menyebabkan penurunan jumlah
mikroorganisme yang sangat besar dalam habitat. Efek negatif ini biasanya
bersifat sementara dan populasi organisme tanah akhirnya kembali menjadi
banyak lagi dalam beberapa tahun (Pyne et al., 1996).
Fungi berperan penting dalam proses dekomposisi bahan organik untuk
semua jenis tanah. Faktor yang paling penting untuk aktivitas fungi adalah
persediaan makanan. Fungi adalah mikroorganisme yang paling mudah
menyesuaikan diri dan paling tahan dibandingkan dengan mikroorganisme yang
lain, berdasarkan kemampuannya dalam mendekomposisi bahan organik.
Selulosa, hemiselulosa, lignin maupun protein dan gula merupakan sumber
makanan yang mudah didekomposisikan dan mudah tersedia untuk kehidupan dan

aktivitas fungi (Buckman dan Brady, 1982).
Di dalam ekosistem, fungi selulolitik memegang peranan penting dalam
merombak bahan organik. Sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsurunsur yang dikembalikan ke dalam tanah (N, P, K, Ca, Mg, dll) dan atmosfer
(CH4 maupun CO2) sebagai hara yang dapat digunakan kembali oleh
tanaman.(Sumardi dan Widyastuti, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Mengingat pentingnya peran mikroorganisme tanah, khususnya fungi
selulolitik dalam proses dekomposisi bahan organik pada tanah bekas kebakaran
dan masih relatif terbatasnya informasi mengenai keberadaan fungi selulolitik
pada tanah bekas kebakaran, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
keberadaan fungi selulolitik pada tanah bekas kebakaran.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keberadaan fungi selulolitik
pada tanah bekas kebakaran berdasarkan waktu terjadinya kebakaran di
Kabupaten Samosir.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini:
1. Memberi informasi tentang keberadaan fungi selulolitik pada tanah
bekas kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Samosir.
2. Memberikan informasi dan masukan kepada masyarakat dan pihak
terkait dalam rangka kegiatan rehabilitasi hutan pasca kebakaran.

Universitas Sumatera Utara