UPAYA SISTEM KEAMAANAN LINGKUNGAN (SISKAMLING) DALAM PENCEGAHANPENCURIAN SEPEDA MOTOR (Studi di Wilayah Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

  

UPAYA SISTEM KEAMAANAN LINGKUNGAN (SISKAMLING)

DALAM PENCEGAHANPENCURIAN SEPEDA MOTOR

(Studi di Wilayah Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

(Jurnal)

  

Oleh :

Rahmat Asnawi

1312011258

  

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

  ABSTRAK UPAYA SISTEM KEAMAANAN LINGKUNGAN (SISKAMLING) DALAM PENCEGAHAN PENCURIAN SEPEDA MOTOR (Studi di Wilayah Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah) Oleh Rahmat Asnawi, Tri Andrisman,.S.H.,M.H, Budi Riski Husin,S.H.,M.H

  (Email Upaya penanggulangan tindak pidana adalah kegiatan menghidupkan kembali hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah sebagai rangkaian penjabaran nilai untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian hidup. Dalam hal ini bentuk partisipasi masyarakat dalam pemeliharaa lingkungan diwujudkan didalam suatu bentuk Sistem Keamanan Lingkungan (siskamling). Sistem Keamanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat Siskamling adalah suatu kesatuan yang meliputi komponen-komponen yang saling bergantung dan berhubungan serta saling mempengaruhi, yang menghasilkan daya kemampuan untuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan kondisi keamanan dan ketertiban. Permasalahan yang diteliti oleh penulis adalah Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor oleh sistem keamanan lingkungan (siskamling) di wilayah kecamatan kalirejo dan Faktor- faktor apakah yang menghambat upaya penanggulangan yang dilakukan sistem keamanan lingkungan (siskamling) terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di wilayah kecamatan kalirejo. Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.Analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan ataupun aktivitas Siskamling, dilakukan dengan ronda.Adapun faktor-faktor penghambat dalam penyelenggaraan bentuk keamanan lingkungan tersebut ialah faktor Penegakan hukumnya dan faktor masyarakatnya sendiri. Penulis menyarankan dalam pelaksanaan bentuk penanggulangannya tidak hanya cukup dengan kegiatan ronda malam saja, bahwasanya mengupayakan keamanan lingkungan dengan di bentuknya lembaga-lembaga atau organisasi khusus yang menangani keamanan lingkungan tentunya mencakup sumber daya manusia yang baik dan fasilitas yang memadai sebagai pengoptimalan kegiatan tersebut. Untuk mengurangi faktor-faktor penghambat ini untuk terus diadakannya penyuluhan tentang sistem keamanan lingkungan oleh pihak polsek, pembinaan kepala kampung, dan membuat suatu wadah untuk menampung pemuda desa agar dibentuk menjadi anggota keamanan yang memiliki integritas. .

  Kata Kunci : Upaya Penanggulangan, Sistem Keamanan Lingkungan

  (Siskamling)

  

ABSTRACT

EFFORTS OF ENVIRONMENTAL SECURITY SYSTEM (SISKAMLING) IN

THE PREVENTION OF MOTORCYCLE THEFT

( Study In The District Of Kalirejo District Of Central Lampung)

  

The effort to overcome the crime is the activity of reviving the relationships of

values that are outlined in the rules of the rules as a series of value translation to

create, maintain and sustain life. In this case, the form of community participation

in the maintenance of the environment is manifested in a form of Environmental

Security System (SISKAMLING). SISKAMLING, hereinafter abbreviated

SISKAMLING is a unity that includes components that are interdependent and

related and mutual influence that generate the ability to be used as an effort to

influence the guidance of environmental security and order conditions. Public

security and order is a condition that must be created by the state with every color

of its country, with the participation of its citizens will arise good security and

order. The problems investigated by the authors are how the effort to overcome

the crime of vehicle theft by SISKAMLING in Kalirejo subdistrict and what

factors that hamper the effort of the prevention of SISKAMLING to the criminal

act of motor vehicle theft in the District of Kalirejo. The problem approach in this

study uses the juridical normative and empirical juridical approaches. Data

which were used in the form of primary and secondary data. Data collection

method which was used in this research was the library and field researches.

Data analysis that was used was qualitative data. Based on the result of the

research and discussion, it shows that in the implementation of SISKAMLING was

conducted by doing patrols to maintain security in the village. The patrol was

usually done by dividing people into several groups to patrol and to spread to

every residential line of citizens who were included in the village. And the

implementation of this form of coping activities was done quite well. The

inhibiting factors in the implementation of the form of environmental security

were the factor of law enforcement and the factor of its own society. The authors

suggest that in the implementation of the form of mitigation, implementing night

patrol activities is not enough. The establishment of special institutions or

organizations that handle environmental security must include good human

resources and adequate facilities as an optimization of these activities. To

mitigate these inhibiting factors for continued counseling on the environmental

security system by the police, the guidance of village heads and to create a forum

for accommodating village youth are suggested in order to become SISKAMLING

members who have integrity.

  Keywords : The effort to overcome , Environmental Security System (SISKAMLING

I. PENDAHULUAN

  Tindak pidana pencurian adalah gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak yang berwajib maupun warga masyarakat sendiri untuk memghapusnya,akan tetapi upaya tersebut tidak mungkin akan terwujud secara keseluruhannya, karena setiap kejahatan tidak akan dapat dihapuskan dengan mudah melainkan hanya dapat dikurangi tingkat intensitasnya maupun kualitasnya. Dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) kejahatan mengenai pencurian diatur dalam buku ke-2 Bab XXII khususnya mulai dari Pasal 363.

1 Tindak pidana

  pencurian ini diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), dimana bentuk dan jenis dari tindak pidana pencurian ini dibedakan dalam 5 (lima) bagian, yaitu : 1)

  Pencurian biasa (diatur dalam Pasal 362 KUHP) 2)

  Pencurian yang diberatkan (diatur dalam Pasal 363KUHP) 3)

  Pencurian ringan (diatur dalam

  Pasal 364 KUHP) 4)

  Pencurian dengan kekerasan, atau ancaman kekerasan (diatur dalam Pasal 365 KUHP)

  5) Pencurian dalam keluarga (diatur dalam Pasal 367 KUHP)

  Upaya penanggulangan tindak pidana adalah kegiatan menghidupkan kembali hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah sebagai rangkaian penjabaran nilai untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian hidup

  2

  .Salah satu bagian 1 Tri Andrisman. Delik Tertentu Dalam KUHP,

  Bandar Lampung, Universitas Lampung.. 2011 hlm. 157. 2 Soerjono Soekanto.Pengantar Penelitian

  terpenting dalam pemeliharan keamananlingkunganadalah peran serta masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini bentuk partisipasi masyarakat dalam pemeliharaa lingkungandiwujudkan didalam suatu bentuk SistemKeamanan Lingkungan (siskamling). Sistem Keamanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat Siskamling adalah suatu kesatuan yang meliputi komponen-komponen yang saling bergantung dan berhubungan serta saling mempengaruhi, yang menghasilkan daya kemampuan untuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan kondisi keamanan dan ketertiban di lingkungan. Dalam Pasal 2 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 mengatur tentang Sistem Keamanan Lingkungan (siskamling). Siskamling diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut: a. menciptakan situasi dan kondisi yang aman, tertib, dan tentram di lingkungan masing-masing; b. terwujudnya kesadaran warga masyarakat di lingkungannya dalam penanggulangan terhadap setiap kemungkinan timbulnya gangguan kamtibmas”

  Sistem Keamanan Lingkungan atau Siskamling merupakan salah satu usaha dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di kampung/desa tersebut. Dalam hal menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, seluruh warga wajib ikut serta dalam melaksanakannya. Siskamling merupakan upaya bersama dalam rangka meningkatkan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat. Sistem keamanan lingkungan merupakan bentuk-bentuk swadaya yang merupakan suatu kesatuan

  komponen yang saling bergantung dan berhubungan, saling memengaruhi untuk memenuhi rasa aman di masyarakat dan untuk mendukung terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanaan siskamling biasanya dilakukan dengan sistem ronda. Ronda merupakan kegiatan atau aktivitas berkeliling kampung untuk menjaga keamanan dan ketertiban kampung setempat. Pada UUD 1945 perubahan kedua Bab XII pasal 30: 1)

  Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara. 2)

  Untuk pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

  Sehubungan dengan hal tersebut berdasarkan Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam pertimbangan Huruf b ditegaskan “bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelanggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh kepolisian Negara Repulbik Indonesia selaku alat Negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjujung tinggi hak asasi manusia.Dari landasan tersebut diatas bahwa siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) dipandang perlu diadakannya siskamling tersebut karena kita smua sebagai warga Negara

  Indonesia yang baik; berhak mendapatkan perlindungan, keamanan dan ketentraman pada warga disetiap saat ketika warga kita sedang beristirahat terutama pada malam hari.Dan sebagai warga Negara Indonesia yang baik; berkewajiaban melindungi, memberi rasa aman dan rasa damai, tentram disetiap saat ketika warga kita sedang beristirahat terutama pada malam hari. Kegiatan siskamling adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar masyarakat mendapatkan perlindungan serta keamanan untuk masyarakat itu sendiri. Sistem keamanan lingkungan merupakan bentuk-bentuk swadaya, yang merupakan suatu kesatuan komponen yang saling bergantung dan berhubungan, saling mempengaruhi untuk mendapatkan hasil daya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan ketertiban masyarakat dalam upaya mendukung terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

  Giat dan malasnya mengikuti kegiatan siskamling akan menentukan hasil yang diperoleh dalam kegiatan siskamling tersebut. Adanya kegiatan siskamling akan memberikan perlindungan dan keamanan bagi masyarakat, kegiatan siskamling juga akan menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Dalam kegiatan siskamling tidak hanya masyarakat saja yang bergerak didalam siskamling tersebut, anggota polisi ikut andil dalam kegiatan siskamling tersebut. Anggota polisi yang ikut andil tersebut dinamakan Babinkamtibmas. Yang mana sesuai dengan Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat yang mana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh masalah tersebut menjadi skripsi dengan judul “Upaya Penanggulangan Sistem Keamanan Lingkungan (siskamling) Terhadap Pencurian Kendaraan Bermotor Di Wilayah Kecamatan Kalirejo”.

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dala skripsi ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor oleh sistem keamanan lingkungan (siskamling) di wilayah kecamatan kalirejo?

  2. Faktor-faktor yang menghambat upaya penanggulangan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor oleh sistem keamanan lingkungan (siskamling) di wilayah kecamatan kalirejo?

  Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.Analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan tiga orang narasumber yakni Babinkamtibmas resort kalirejo, tokoh msyarakat desa sukosari dan dosen fakultas hukum universitas lampung.

  II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Oleh Sistem Keamanan Lingkungan (siskamling) di Wilayah Kecamatan Kalirejo

  Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) merupakan upaya bersama dalam meningkatkan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat yang memberikan perlindungan dan pengamanan bagi masyarakat dengan mengutamakan upaya-upaya pencegahan dan menangkal bentuk- bentuk ancaman dan gangguan oleh Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat).

  Kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi bidang keamanan dan ketertiban, merupakan potensi pengamanan swakarsa yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan guna menumbuhn kembangkan sikap mental, kepekaan dan daya tanggap setiap warga masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban disetiap dilingkungannya masing- masing.Siskamling juga merupakan salah satu model Polmas (Polisi Masyarakat) dalam memberikan risribusi komunikasi serta informasi secara external (dari dan bagi masyarakat) dalam rangka menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat di setiap waktu dan merupakan potensi pengamanan swakarsa yang berazaskan gotong royong, kerjasama, budaya paguyuban yang menjiwai dalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan rasa aman. Siskamling juga merupakan bentuk- bentuk pam swakarsa, merupakan suatu kesatuan komponen yang saling bergantung dan berhubungan, saling mempengaruhi untuk mendapatkan hasil daya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan ketertiban masyarakat dalam upaya mendukung terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur dan beradap berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut Omri Situmorang selaku Bintara Pembinaan dan Keamanan Ketertiban Masyarakat atau yang sering disingkat dengan Babinkamtibmas desa Sukosari kecamatan Kalirejo mengatakan siskamling diciptakan sebagai bentuk menumbuh kembangkan sikap mental serta meningkatkan kepekaan masyarakat dan daya tanggap setiap warga masyarakat, dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban lingkungannya masing- masing. Tujuan utama menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat, serta rasa aman dilingkunganya masing-masing dan terwujudnya kesadaran warga masyarakat di lingkungannya dalam penanggulangan terhadap setiap kemungkinan timbulnya gangguan kamtibmas maupun bencana alam.

  secara rinci ketentuan dari kegiatan siskamling bgi warga masyarakat di desa sukosari , sebagai berikut : 1.

  Ikut berperan aktif dan konsistensi dalam menjaga keamanan dan ketentraman lingkungan.

  2. Memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya menciptakan keamanan dan ketentraman di lingkungan. 3 Wawancara dengan Omri Situmorang Selaku

  Babinkamtibmas Desa Sukosari Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah Tanggal 21

  3. Budayakan saling harga- menghargai, saling berbagi dan saling mengerti sesama anggota team ronda. Sehingga kami berharap dapat terciptanya keutuhan, persaudaraan, dan kebersamaan sehingga kegiatan siskamling benar-benar berjalan maksimal di perumahan tercinta ini.

  4. Fungsikan Pos Ronda dengan kegiatan-kegiatan yang positif, sehingga kenyamanan dan ketentraman dapat dirasakan oleh semua anggota ronda.

  5. Menjaga keindahan dan kebersihan Pos. sehingga pada saat ada pergantian jadwal ronda dihari berikutnya anggota ronda yang lain bisa merasakan kerjasama yang terjalin.

  6. Tidak membiasakan ronda di Pos, akan tetapi biasakan ronda keliling di lingkungan perumahan, dan biasakan control di setiap rumah warga minimal 2 kali putaran selama ronda.

  7. Pada saat jam ronda “ 23:00 s/d 04:00 WIB, kami harap bagi warga yang bukan jadwal rondanya, tidak menggunakan Pos Ronda untuk kegiatan-kegiatan lain. Agar anggota ronda dapat melaksanakan tugasnya dalam menjalankan siskamling.

3 Omri Situmorang juga menjelaskan

  8. Membiasakan saling berkoordinasi dengan sesama anggota ronda, sehingga tidak terjadi mis komuniakasi sesama angota ronda.

  9. Jika menemukan aktifitas-aktifitas lain yang mengganggu dan merusak kegiatan-kegiatan anggota ronda dan pos ronda, segerakan laporkan kepada pengurus RT beserta jajarannya.

  10. Dan jika menemukan hal-hal yang mengganggu keamanan dan ketentraman warga perumahan, anggota ronda harus segera melaporkan ke pengurus RT dan siskamling dengan penjadwalan / Jajarannya, agar segera dapat piket. ditindaklanjuti penyelesaiannya.

  4. Meningkatkan rasa kebersamaan Demikian kami paparkan dasar dari antar penghuni suatu kampung / landasan hukum, manfaat dan desa ataupun penduduk secara ketentuan program siskamling agar umum yang tinggal dan atau

  4 dapat berjalan dengan baik nantinya menetap di lingkungan setempat.

  sampai kapanpun.Sehingga warga perumahan sukamanah residence Tindak pencurian sepeda motor yang dapat merasakan keamanan dan sering terjadi di kecamatan Kalirejo ketentraman lingkungan dari hasil membuat warga masyarakat peka kegiatan siskamling tersebut. terhadap lingkungan sekitar. Adapun upaya penanggulangan yang dilakukan

  Penerapan sistem keamanan lingkungan oleh aparat desa mencakup kebijakan yang masih banyak dilakukan di desa yang bersifat preventif dan represif, ini tentu memiliki manfaat yang sangat dengan penekanan pada kebijakan yang baik bagi warga masyarakat. Selain bersifat preventif. Kebijakan yang menumbuhkan kepekaan masyarakat diambil secara preventif antara lain terhadap lingkungan sekitar tentu juga adalah penyuluhan yang dilakukan oleh akan menumbuhkan rasa sosialisasi Sat Binmas dan Sat Lantas, pengawasan antar warga untuk saling berinteraksi dan peningkatan kualitas personil guna terciptanya keadaan lingkungan kepolisian. Sementara kebijakan sekitar yang aman tentram dan terhindar penanggulangan secara represif dari kejahatan. dilakukan dengan melaksanakan Daroji selaku Lurah desa Sukosari juga kegiatan razia terhadap kendaraan memberikan pendapatnya tentang bermotor, menasihati para pelaku beberapa manfaat dari diadakannya curanmor yang telah tertangkap serta siskamling, berikut beberapa manfaat memaksimalkan usaha penanganan dan ronda dalam sistem keamanan penyelesaian perkara curanmor. lingkungan di antaranya :

  Omri Situmorang mengatakan bahwa 1. keamanan dari kegiatan Siskamling juga diadakan

  Menjaga pencurian, perampokan, maupun melalui persetujuan masyarakat dengan pelanggaran lain yang melanggar diketuai oleh Kepala desa (Lurah) norma-norma hukum, norma dengan disaksikan oleh aparatur negara. susila, maupun norma-norma Dimana kegiatan tersebut dimulai yang berlaku di masyarakat. dengan pembentukan posko atau pos-

  2. pos keamanan pada setiap masing-

  Sebagai upaya antisipasi dalam penanganan masalah yang masing lingkungan. Tindak lanjut dari ditimbulkan karena adanya pembentukan posko ini terdirid dari ganguan keamanan masyarakat, beberapa bentuk, yakni: musibah, dan bencana alam.

  3.

  1) Sebagai sarana mempererat tali Hansip ( Pertahanan Sipil ) silaturahmi antar masyarakat, Pada masing-masing lingkungan yang karena seluruh bagian dari kegiatannya menjaga keamanan dan masyarakat setempat akan 4 diikutsertakan dalam jadwal roda Wawancara dengan Daroji selaku Lurah Desa

  Sukosari Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah ketertiban masyarakat sekitar dengan maksud agar rakyat merasakan keamanan lahir dan ketenangan batin bebas dari kecemasan akan gangguan dari dalam. Didesa Sukosari sendiri terdapat 20 RT yang masing-masing terdapat 3-4 orang hansip.

  5

  2) Ronda Malam

  Atau jaga malam dimana masing- masing warga mendapat giliran untuk ronda atau jaga malam. Pembentukan seksi-seksi keamanan pada setiap lingkungan pada setiap posko yang ada tersebut dibentuk juga Satpam atau satuan pengamanan. Pada Kecamatan Kalirejo khususnya Desa Sukosari telah tersedia pos ronda serta telah dibuat daftar jadwal ronda malam dimana masing-masing warga mendapatkan giliran untuk ronda atau jaga malam. Pos ronda atau pos kamling (pos keamanan lingkungan) atau gardu ronda di wilayah rukun tetangga di kota adalah contoh untuk melihat dan mengurai arsitektur sebagai fenomena kontrol kekuasaan atas ruang hidup masyarakat. Kemunculan dan keberadaan pos ronda sebagai bagian dari sistem keamanan lingkungan (siskamling), jelas bersifat politis dan militeristik. Munculnya kebijakan siskamling dilatarbelakangi perpecahan dua kubu di tubuh Orde Baru yang militeristik pada awal tahun 1980-an. Kebijakan itu menjadi representasi penganjur/pendukung pedekatan jalur hukum, sedangkan pihak yang lain, yaitu pendukung pendekatan ekstrayuridis ( di luar jalur hukum ) direpresentasikan oleh operasi “penembakan misterius” terhadap para 5 Wawancara dengan Omri Situmorang Selaku

  Babinkamtibmas Desa Sukosari Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah Tanggal 21 September 2017

  gali dan preman. Sebuah pos ronda harus didirikan di tempat strategis, misalnya area gerbang masuk wilayah kampung, di persilangan antargang, atau di tempat yang lebih leluasa agar bisa memandang semua arah, dan bisa menguasai situasi, ketika gangguan keamanan lingkungan datang.

  6 Menurut

  ketentuan, seperti disebutkan dalam buku petunjuk siskamling, setiap wilayah rukun tetangga (RT) minimal harus memiliki gardu ronda, bahkan idealnya setiap wilayah RT mempunyai dua pos ronda.

  3) Penanganan Tindak Kejahatan

  Kriminalitas merupakan ancaman nyata bagi terciptanya masyarakat yang aman, tentram dan damai. Kembali meningkatkan indeks kriminalitas maka harus diwaspadai dan diantisipasi oleh aparat keamanan dalam meningkatkan kinerjanya agar dapat memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat. Begitu pula dengan warga masyarakat agar ikut serta dalam menjaga keamanan lingkungannya, dengan demikian keamanan dapat terwujud.

  Penanganan tindak kejahatan harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, penanganan tindak kejahatan tersebut diikuti oleh perangkat hukum setempat, tidak dengan jalan main hakim sendiri yang biasa dilakukan oleh warga. Apabila suatu kasus tindak kejahatan tersebut ( seperti perjudian ) dapat diselesaikan olehpihak aparatur keamanan setempat dan warga, maka penyelesaian tersebut cukup deselesaikan secara kekeluargaan saja. Jika suatu kasus tersebut sudah tergolong pada tindak kejahatan besar. 6 Wawancara dengan Omri Situmorang Selaku

  Babinkamtibmas Desa Sukosari Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah Tanggal 21 September 2017

  (sepertipembunuhan, pencurian, penganiayaan, narkotika) maka perlu kiranya diserahkan pada pihak Kepolisian setempat.

  Menurut Daroji mengatakan partisipasi atau kemauan yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi atau tidaknya dalam program keamanan lingkungan atau faktor yang menghambat terlaksananya dengan baik kegiatan siskamling, yaitu:

  1) Usia

  Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya. 2)

  Jenis kelamin Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik. 3)

  Pendidikan Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

  Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. 4)

B. Faktor Penghambat Dalam Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Oleh Sistem KeamananLingkungan (siskamling) di Wilayah Kecamatan Kalirejo

  Pekerjaan dan penghasilan Hal ini tidak dapat di pisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian. 5)

  Lamanya tinggal Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

  7 Omri Situmorang juga berpendapat

  bahwa faktor dasar yang menjadi penghambat masyarakat melakukan kegiatan siskamling atau dalam arti partisipasi sosial yang juga dapat mempengaruhi masyarakat adalah: 1.

  Kepercayaan diri masyarakat; 7 Wawancara dengan Bapak Daroji selaku Lurah

  Desa Sukosari Kecamatan Kalirejo Lampung

  2. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat;

  3. Tanggungjawab sosial dan komitmen masyarakat; 4. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaikikeadaan dan membangun atas kekuatan sendiri;

  5. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterimadan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat;

  6. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat.

  masyarakat dalam suatu kegiatan juga dapat berasal dari unsur luar atau lingkungan. Ada 4 poin yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu: 1.

  Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;

  2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupankeluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat danbangsa yang menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh danberkembangnya partisipasi masyarakat; 3. Kesempatan untuk berpartisipasi.

  Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yangmemungkinkan 8 Wawancara dengan Omri Situmorang Selaku

  Babinkamtibmas Desa Sukosari Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah Tanggal 21 September 2017

  dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;

  4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalamkeluarga masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yangmemungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnyaprakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.

  Menurut Soerjono Soekanto penegakan hukum bukan semata-mata hanya pelaksanaan perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu subtansi hukum, petugas, sarana dan prasarana, masyarakat, dan kebudayaan. Faktor- faktor penghambat upaya penanggulangan tindak pidana pencurian sepeda motor oleh sistem keamanan kalirejo adalah sebagai berikut:

8 Faktor yang mempengaruhi partisipasi

  1. Substansi Hukum (Undang-Undang) Dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasar hukum merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum.

  Pada hakikatnya, hukum itu mempunyai unsur-unsur antara lain hukum perundang-undangan, hukum traktat, hukum yuridis, hukum adat, dan hukum ilmuwan atau doktrin. Secara ideal unsur-unsur itu harus harmonis, artinya tidak saling bertentangan baik secara vertikal maupun secara horizontal antara perundang-undangan yang satu dengan yang lainnya, bahasa yang dipergunakan harus jelas, sederhana, dan tepat karena isinya merupakan pesan kepada warga masyarakat yang terkena perundang-undangan itu.

2. Faktor Aparat Penegak Hukum

  Berfungsinya hukum tak lepas dari mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum yang memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum Konteks di atas yang menyangkut kepribadian dan mentalitas penegak hukum memperlihatkan bahwa selama ini ada kecenderungan yang kuat di kalangan masyarakat untuk mengartikan hukum sebagai petugas atau penegak hukum, artinya hukum diidentikkan dengan tingkah laku nyata petugas atau penegak hukum. Sayangnya dalam melaksanakan wewenangnya sering timbul persoalan karena sikap atau perlakuan yang dipandang melampaui wewenang atau perbuatan lainnya yang dianggap melunturkan citra dan wibawa penegak hukum, hal ini disebabkan oleh kualitas yang rendah dari aparat penegak hukum tersebut.Hal ini dapat berakibat tidak memahami batas-batas kewenangan, karena kurang pemahaman terhadap hukum, sehingga terjadi penyalahgunaan wewenang dalam melakukan tugas penyidikan dan tugas kepolisian lainnya. Menurut Omri Situmorang diketahui bahwa faktor aparat penegakan hukum yang menghambat upaya penanggulangan tindak pidana pencurian sepeda motor adalah secara kuantitas yaitu masih kurangnya personil penyidik, sedangkan jumlah tindak pidana ini cenderung mengalami peningkatan. Maka diharapkan penegak hukum dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal dalam menanggulangi dan memberantas kasus pencurian sepeda motor tersebut. Dengan semakin meningkatnya kinerja aparat penegak hukum maka di harapkan angka tindak pidana pencurian sepeda motor ini akan mengalami penurunan.

  9 Faktor aparat penegak hukum lain yang

  dapat menghambat dalam menanggulangi pencurian sepeda motor oleh sistem keamanan lingkungan ini adalah Lemahnya koordinisi dan kerja sama antar petugas dan antar instansi terkait di lapangan memberikan peluang bagi pelaku. Dengan melihat lokasi daerah rawan penyelundupan yang dari waktu ke waktu tidak berubah, dapat diduga bahwa petugas penegak hukum yang ada dilokasi tersebut kurang “kemauan” maupun “kemampuan” untuk menanggulangi masalah penyelundupan tersebut.

  3. Sarana dan Prasarana Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan prasarana yang memadai maka penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin menjalankan perannya sebagaimana mestinya.

  Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dianalisis bahwa faktor sarana dan prasarana yang lengkap sangat diperlukan dalam proses penyidikan kasus, sehingga kurang memadainya sarana dan prasarana yang tersedia dapat menghambat proses penyidikan 9 Wawancara dengan Omri Situmorang Selaku

  Babinkamtibmas Desa Sukosari Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah Tanggal 21 dan menghambat penanggulangan tindak pidana pencurian sepeda motor. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menentukan keberhasilan penanggulangan tindak pidana pencurian sepeda motor, sebab sarana dan prasarana tersebut akan menunjang kinerja penyidikan oleh pihak Kepolisian Sektor Kalirejo.

  Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat.Setiap warga masyarakat atau kelompok sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau kurang.Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum, merupakan salahsatu indikator berfungsinya hukumyang bersangkutan.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Daroji,dalam usaha penanggulangan tindak pidana pencurian sepeda motor inisering dirasakan kurangnya partisipasi dari warga masyarakat, meskipun media-massa telah cukup gencar memuat berita-berita tentang pemberantasan tindak pidana pencurian sepeda motor, hal ini disebabkan karena warga masyarakat tidak peduli dengan keadaan libngkungan sekitar.

  Bardasarkan penjelasan tersebut maka dapat dianalisis bahwa masyarakat diharapkan memiliki kepedulian dan keberanian dalam melaporkan apabila mengetahui tindakan pencurian maka pelaku akan semakin sulit untuk melakukan tindakan seperti itu. Penjelasan diatas menunjukan peran serta masyarakat secara aktif akan sangat mendukung keberhasilan proses penegakan hukum, sebab dengan semakin aktifnya dukungan dari masyarakat maka akan semakin optimal pula upaya penanggulangan terhadap pencurian sepeda motor di kecamatan kalirejo.

  5. Budaya Dalam kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang masyarakat.

4. Masyarakat

  Penjelasan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa apabila masyarakat peduli dan tidak individualism maka akan terbentuk suatu mekanisme kontrol sosial yang kuat dari masyarakat dalam rangka mengantisipasi terjadinya potensi pelanggaran tindak pidana pencurian. Budaya masyarakat yang mendukung kinerja aparat penegak hukum adalah kebudayaan yang terlahir dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sebagai Negara yang menjunjung tinggi keamanan dan ketertiban dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Gunawan Jatmiko selaku akademisi bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Lampung,mengatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya upaya penangulangan tindak pidana pencurian sepeda motor ini adalah:

  1. Masyarakat Faktor ini merupakan faktor yang sangat umum terjadi di masyarakat luas.Kesadaran dalam diri seseorang untuk menyadari bahwa bersosialisasi dan ikut serta dalam menjaga keamanan lingkungan menjadi satu hal yang sangat sulit untuk dijangkau dengan berbagai alasan yang mendukung seperti rasa malas, lelah dan sebagainya.

  2. Pekerjaan Setiap masyarakat memiliki kesibukannya masing-masing, mulai dari bekerja, sekolah dan lain sebagainya.Untuk hal pada umumnya masyarakat yang biasa diminta untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga keamanan lingkungan adalah yang berusia dewasa atau bahkan sudah tua.

  Kendala pekerjaan setiap masyarakat yang berbeda satu dengan yang lainnya membuat masyarakat memiliki alasan tersendiri, seperti halnya seseorang yang bekerja kantoran, jika suatu haru ia dituntut untuk ada jam lembur maka kemungkinan besar ia akan pulang larutmalam dan membuat ia kelelahan untuk ikut ronda malam.

  3. Memudarnya nilai dan norma dalam masyarakat Untuk faktor yang satu ini memang masih menjadi masalah yang belum menemukan solusi ataupun pencegahan yang cukup signifikan. Memudarnya nilai dan norma masyarakat untuk menyadari arti pentingnya bersosialisasi dengan masyarakat sekitar merupakan hal yang terjadi di sekitar kita. Ketidakpedulian sosial masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, masyarakatdengan lingkungnnya menjadi pemandangan yang sering terlihat di sekitar.

  keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas dan kepribadian 10 Wawancara dengan Bapak Gunawan Jatmiko

  S.H.,M.H selaku Dosen Bagian Hukum Pidana Univesitas Lampung Tanggal 15 November

  aparat penegak hukum.Selain kualitas maka faktor dari kuantitas aparat penegak hukumnya pun juga dapat mempengaruhi dalam menanggulangi pencurian sepeda motor. Karena jumlah petugas yang minim akan memperlambat dalam proses pengawasan dan penyidikan yang dilakukan, hal ini akan mempengaruhi proses penanggulangannya.

  III. PENUTUP A. Simpulan

  Berdasarkan uraian sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1.

  Upaya penanggulangan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor oleh sistem keamanan lingkungan (siskamling) di wilayah Kecamatan Kalirejomerupakan upaya bersama dalam meningkatkan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat dengan memberikan perlindungan dan pengamanan bagi masyarakat dengan mengutamakan upaya-upaya pencegahan dan menangkal bentuk-bentuk ancaman dan gangguan Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat).Dalam pelaksanaan kegiatan ataupun aktivitas Siskamling, dilakukan dengan ronda. Ronda adalah kegiatan berjalan berkeliling (patroli) untuk menjaga keamanan di kampung / desa setempat baik dengan jalan kaki ataupun menggunakan kendaraan bermotor yang dilakukan oleh warga desa. Ronda biasanya terbagi menjadi beberapa kelompok untuk berpatroli menyebar di setiap lini perumahan warga yang termasuk dalam kampung / desa bersangkutan. Dan pelaksanaan kegiatan bentuk penanggulangan ini

10 Oleh karena itu, salah satu kunci

  sudah terlaksana dengan cukup baik di kecamatan kalirejo khususnya di desa sukosari kabupaten lampung tengah.

  2. Untuk mengurangi faktor-faktor penghambat ini penulis menyarankan untuk terus diadakannya penyuluhan tentang sistem keamanan lingkungan oleh pihak polsek, pembinaan kepala kampung, dan membuat suatu wadah untuk menampung pemuda desa agar dibentuk menjadi anggota keamanan yang memiliki integritas.

  Faktor Penegakan hukumnya yang belum dilaksanakan dengan baik.

  Dengan kata lain tidak ada tindakan tegas yang diberikan kepada warga masyarakat yang tidak mau ikut serta menjaga keamanan lingkungan sekitar dengan bentuk kegiatan ronda malam. Belum adanya fasilitas sarana dan prasarana yang cukup memadai yaitu mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup.

  b.

  Faktor masyarakatnya sendiri yang kurang akan kesadaran hukumnya sendiri.

  2. Adapun faktor-faktor penghambat dalam penyelenggaraan bentuk keamanan lingkungan tersebut ialah; a.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Dalam pelaksanaan bentuk penanggulangannya menurut penulis tidak hanya cukup dengan kegiatan ronda malam saja, sebagai wujud penyelenggaraan visi dan misi dari Bupati Lampung Tengah sendiri bahwasanya mengupayakan keamanan lingkungan dengan di bentuknya lembaga-lembaga atau organisasi khusus yang menangani keamanan lingkungan tentunya mencakup sumber daya manusia yang baik dan fasilitas yang memadai sebagai pengoptimalan kegiatan tersebut. Seperti halnya Desa Sri Way Langsep yang juga berada di Kecamatan Kalirejo, desa tersebut memiliki suatu lembaga atau organisasi yang dipimpin langsung oleh babinsa dan babinkamtibmas dengan merekrut pemuda desa membentuk suatu lembaga yang dinamakan GAMANSA (Gabungan Keamanan Desa).

  Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulismemberikan saran sebagai berikut:

  Penelitian Hukum . Jakarta,

  UIPress.1986. hlm 5 Tri Andrisman. Delik Tertentu Dalam

B. Saran

  KUHP, Bandar Lampung, Universitas Lampung. 2011 hlm.

  157

  Perundang-Undangan :

  Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Sistem Keamanan Lingkungan (siskamling) Undang-Undang Republik Indonesia No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

  Soerjono Soekanto. Pengantar