BAB III CISG DAN INTERNET A. CISG - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implikasi Penggunaan Internet dalam Convention on Contracts for The International Sale of Goods

BAB III CISG DAN INTERNET A. CISG Tujuan CISG secara khusus ialah untuk membantu penerapan unifikasi hukum dalam bidang perdagangan internasional.

  “The main purpose of the Convention is to provide a modern,

uniform and fair text of law for contracts for the international sale of

goods, reduce barriers in international trade and promote the use and

development of international trade. Thus, it contributes significantly

to introducing certainty in commercial exchanges, decrease

transaction costs, and facilitate the ease of trading across the

  1 borders.”

  Namun yang menjadi kendala ialah bahwa setiap Negara memiliki sistem hukum yang berbeda (common law and civil law) dan membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat membentuk suatu unifikasi hukum dalam menyatukan kepentingan Negara-negara. Sehingga, CISG merupakan salah satu penyempurnaan elemen hukum yang diangankan oleh banyak Negara dalam mengatasi serta menyelesaikan persoalan hukum yang mungkin terjadi dalam

  2

  pelaksanaan kontrak dagang dan transaksi bisnis internasional. Ribuan perkara telah diselesaikan melalui pengaturan hukum yang diatur dalam CISG. Sehingga dalam penyelesaiannya, perkara-perkara terkait CISG tersebut ditangani oleh pilihan hukum (choice of law) yang ditentukan oleh para pihak. Untuk memahami lebih dalam mengenai pengaturan-pengaturan yang diatur dalam CISG, maka penulis akan menjabarkannya dalam bab ini. CISG mengatur mengenai kontrak 1 The Report on The United Nations Convention on Contracts for The International Sale

  

of Goods, Parliamentary Paper No. 54 Of 2017, March 2017 Published and Printed by The

Department of Legislature, Parliament House, SUVA 2 Lihat web CISG

  jual beli barang internasional antar individu dalam hal bisnis, diluar jual beli untuk konsumsi dan jasa, selama barang yang dijual merupakan barang yang spesifik.

  1. Sistematika CISG Secara substantif, ketentuan yang terdapat dalam pasal-pasal CISG terbagi

  3

  menjadi lima bab, yang terdiri dari :

  • Bab I: mengenai ketentuan umum dan pembahasan mengenai fundamental

  breach

  • Bab II: mengenai kewajiban-kewajiban penjual
  • Bab III: mengenai kewajiban-kewajiban pembeli serta remedies atau upaya- upaya hukum
  • Bab IV: mengatur mengenai peralihan resiko
  • Bab V: mengenai ketentuan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak yang dirugikan apabila terjadi sengketa. CISG terdiri atas pasal-pasal (chapters) dimana di dalamnya mengatur secara terperinci mengenai ketentuan-ketentuan yang harus atau tidak dilakukan oleh para pihak di dalam kontrak. Dalam CISG bab I berisi ketentuan tentang Ruang Lingkup berlakunya CISG dan ketentuan umum (Sphere of Application

  

and General Provisions ). Bagaimana ketentuan konvensi ini dapat berlaku,

sebaliknya juga dalam hal-hal apa ketentuan konvensi tidak berlaku.

  Bab II berisi ketentuan-ketentuan umum seperti: penafsiran, berlakunya kebiasaan dalam perdagangan, domisil, pembuktian, bentuk kontrak. Bab ini mengatur tentang pembentukan kontrak (contract formation). Didalamnya 3 Huala Adolf, Op. Cit. h. 84. terdapat ketentuan tentang penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance). Ketentuan mengenai penawaran (offer) mencakup tentang syarat penawaran, penarikan kembali penawaran, pengakhiran penawaran. Ketentuan tentang perubahan atau counter offer juga diatur. Penerimaan (acceptance) atas suatu penawaran juga diatur, termasuk jangka waktu dan cara mengkomunikasikan penerimaan, serta penarikan atas penawaran. Saat terjadinya kontrak ditetapkan ketika penerimaan atas suatu penawaran menjadi efektif.

  Bab III mengatur tentang penjualan barang (sale of goods). Yang terdiri dari ketentuan umum; kewajiban penjual seperti penyerahan barang dan dokumen, kesesuaian barang dan terkait dengan tuntutan pihak ketiga, upaya pemulihan atas wanprestasi oleh penjual. Selain itu juga diatur kewajiban-kewajiban pembeli, meliputi: pembayaran atas harga yang disepakati, penambilan barang, serta upaya pemulihan dalam hal wanprestasi oleh pembeli. Ketentuan lain menyangkut pengalihan resiko (passing of risk); anticipatory breach and instalment of

  

contracts, kerugian, bunga, ketentuan pengecualian, efek penghindaran,

  4 pemeliharaan barang, dan lain-lain.

  2. Beberapa prinsip dan ketentuan penting dalam CISG CISG berlaku untuk kontrak perdagangan barang antara pihak-pihak yang tempat usahanya berada di Negara-Negara yang berbeda. Tempat usaha dalam

  Negara yang berbeda ini juga tunduk pada dua syarat lainnya yaitu: (1) apabila

  4 diakses pada 9 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB. Negara tersebut adalah Negara peserta konvensi dan (2) apabila kaidah-kaidah

  5 hukum perdata internasional menunjukkan pemakaian hukum negara peserta.

  CISG hanya mengatur pembuatan kontrak perdagangan serta hak dan

  6

  kewajiban dari penjual dan pembeli yang timbul dari kontrak tersebut. Bagi para pihak yang memiliki tempat usaha di Negara-negara Peserta yang berbeda, dimana kontrak mereka berada di dalam lingkup CISG, kontrak tersebut secara otomatis diatur oleh CISG, kecuali jika pihak-pihak tersebut mengindikasikan hal yang sebaliknya. Bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi jual-beli internasional yang tidak ingin diatur oleh CISG, prosedur yang disarankan adalah menyatakannya dalam kontrak mereka. Kesimpulan dan rekomendasi di atas juga dapat berlaku bila hanya salah satu pihak yang memiliki tempat usahanya di suatu Negara pihak pada Persetujuan jika undang-undang nasional yang berlaku menganggap hukum Negara pihak pada Persetujuan sebagai undang-undang yang mengatur. Hal ini tergantung pada Pasal 95 CISG. Dalam dua situasi ini pihak yang melakukan kontrak dari berbagai Negara pihak pada Persetujuan, dan kontrak antara pihak dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan suatu pihak dari Negara pihak lainnya - ketentuan CISG yang relevan adalah Pasal 1 (1) (a), 1

  7 (1) (b) dan 95.

  Ada juga kasus di mana prinsip-prinsip CISG dapat diterapkan pada transaksi antara pihak-pihak yang tidak memiliki tempat usahanya di suatu Negara pihak pada Persetujuan. CISG dapat mengajukan permohonan kontrak semacam itu hanya dengan pemilihan para pihak. Misalnya, dalam kasus transaksi antara 5 6 Mengacu pada Pasal 1 ayat 1 Konvensi CISG 1980 7 Article 4 CISG.

  CISG by State, Pace Law School Institute of International Commercial Law, August 3, 2006. pihak-pihak dari Taiwan dan Brasil (yang keduanya bukan merupakan Negara pihak pada Persetujuan), CISG dapat mengajukan kontrak mereka jika pihak- pihak tersebut memilih, sesuai dengan fakta bahwa ketika CISG berlaku menurut undang-undang itu bisa menggantikan hukum domestik yang berlaku sebaliknya; ketika CISG berlaku semata-mata berdasarkan kontrak, ia bertindak seperti seperangkat syarat dan ketentuan yang tergabung dalam kontrak - dengan kata lain, dalam situasi ini, hal itu tidak menggantikan ketentuan wajib undang-undang nasional yang berlaku di mana hukum tersebut tidak mengizinkannya. Selain itu, ada situasi di mana prinsip-prinsip CISG dapat dianggap berlaku walaupun pada kedua belah pihak tidak memiliki tempat usaha yang relevan di suatu Negara pihak pada Persetujuan dan para pihak tidak mengacu pada CISG dalam kontrak mereka. Ada kasus di mana tribunal diadakan (lihat, misalnya, Kasus Arbitrase

  ICC No. 5713 tahun 1989).

  

The delivery of the goods in a Contracting State even though neither party has a

place of business in that state; or one party having its place of business in a

Contracting State while the other does not, e.g., the seller in the United States and

the buyer in Canada. Where there is no physical contact, the "reasonable link"

requirement still could be satisfied. The selection of Convention rules in such

circumstances is not tantamount to choosing the law of some remote country. The

rules of the Convention have been devised specifically for international sales, and

they are in force in a great number of states. Even if a given national court balks

at the application of a non-national law, it will normally look for an applicable

domestic law designated by traditional conflicts principles; as long as Convention

rules do not run afoul of that law's mandatory principles, they should be given

  8 effect.

  CISG tidak dapat dikecualikan oleh para pihak karena pilihan hukum yang sah hanya dapat ditentukan oleh para pihak jika mereka sadar menginginkan bahwa kontrak mereka tunduk pada hukum yang spesifik. Selain itu, terdapat beberapa prinsip penting yang diatur dalam CISG, seperti prinsip itikad baik, prinsip 8 The Vienna Sales Convention and the Lex Mercatoria, Bernard Audit, page 173-194 diakses pada 9 oktober 2017. penawaran dan penerimaan yang diadopsi oleh CISG, dan prinsip-prinsip lain yang akan dijelaskan selanjutnya.

  a) Prinsip Itikad Baik Prinsip itikad baik secara universal dikenal dan diterapkan dalam beragam hukum nasional maupun internasional. Khusus dalam CISG tertuang dengan jelas d alam Article 7(1) yang berbunyi “dalam menafsirkan Konvensi ini, sifat

  

internasionalnya dan perlunya untuk meningkatkan keseragaman

pemberlakuannya serta pelaksanaannya dengan itikad baik dalam perdagangan

  9 Tugas konvensi berkenaan dengan itikad internasional perlu dipertimbangkan.”

  baik sangat penting dalam menentukan kesamaan bentuk dari kontrak

  10 internasional dan merupakan suatu alat yang diperlukan sebagai alat pengikat.

  Akan tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa menemukan prinsip itikad baik di dalam konvensi merupakan suatu hal yang tidak diakomodir oleh konvensi, melainkan didasarkan atas penafsiran semata. Itikad baik merupakan suatu terminology internasional dan wajib dibuat berdasarkan bagian dari kesepakatan yang tercantum di dalam kontrak.

  Tujuan utama prinsip ini adalah untuk tercapainya suatu keadaan yang adil dalam transaksi dagang internasional. Selain itu, prinsip itikad baik juga penting guna memberikan rasa aman bagi seluruh pihak yang mengikatkan diri pada konvemsi ini. Selain itu asas ini sangat berperan pada saat negosiasi bisnis dilakukan terutama pada saat perumusan kontrak ingin diwujudkan oleh para

  9 10 Article 7 (1) CISG.

  Victor Purba, Op. Cit., h. 76-77.

  11

  pihak. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ahli hukum dagang internasional Van Alstine: “good faith in contract, not only exist for contract performance but also for

  

contract formation. But the others third party who believed that the good faith

requirement axis only for the Convention for International Sale of goods

  12 interpretation, but not for contract performance

  .”

  b) Prinsip Kebebasan Berkontrak

  Dalam Article 6 CISG tercantum dengan jelas bagaimana prinsip kebebasan berkontrak juga dianut oleh konvensi ini. Terlebih lagi, prinsip ini menekankan bahwa penggunaan CISG tergantung pada pilihan dan kesepakatan para pihak “Para pihak dapat menolak pemberlakuan Konvensi ini atau, dengan tunduk kepada pasal 12, mengurangi atau mengubah pemberlakuan dari setiap ketentuan di dalamnya.” Sebagaimana yang juga berlaku dalam prinsip hukum internasional

  

13

  yaitu Prinsip Reservation (reservasi) , dimana suatu Negara yang telah meratifikasi atau meng asesi suatu Perjanjian Internasional (dalam hal ini Konvensi) dapat mengecualikan pasal tertentu dalam perjanjian tersebut dengan syarat (1) dimungkinkan oleh perjanjian itu sendiri dan (2) harus sejalan dengan tujuan dan maksud perjanjian.

  11 12 ibid. h. 137.

  Michael P. Van Alstine, “Dynamic Treaty Interpretation”, University of Pennsylvania Law Review, Vol.146(1998). h. 687. 13 Mochtar Kusumaatmadja, h. 7.

  c) Prinsip Force Majeure Setiap kontrak harus memuat klausul keadaan darurat karena besar kemungkinan terjadi sesuatu yang berada diluar dugaan, begitupun klausul yang diterapkan oleh CISG. Rumusan yang dibuat dalam CISG, force majeure sangat berhubungan erat dengan doktrin impracticability. Dalam pelaksanaannya, terdapat 10 hal yang harus dipertimbangkan mengenai force majeure clause, yaitu: (1) ruang lingkup yang harus dilindungi oleh forece majeure, (2) kriteria penggolongan force majeure, (3) dalam praktik, alangkah lebih baik digunakan check list yang menggambarkan urutan prioritas, (4) harus dibuat secara spesifik dan khusus, (5) harus dijelaskan patokannya dan didasarkan pada suatu kejadian, (6) harus tegas dalam mempertumakan pemikiran dan kepentingan para piihak, (7) harus berisi ketentuan standard yang menunjukkan bagaimana hal itu dapat diukur, (8) ukuran ketidakmampuan dalam mewujudkan kewajiban, (9) menentukan prosedur penilaian terhadap suatu kejadian yang dianggap sebagai force majeure, (10) para pihak harus menetapkan pengaruh force majeure terhadap

  14

  klaim tertentu B.

   Contract Formation menurut CISG

  Smengatakan , a contract is "an agreement

  

creating and defining the. Kesepakatan

  tersebut tidak serta merta terlepas dari beberapa batasan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat baik secara nasional maupun internasional.

  Sejak abad ke-19 prinsip-prinsip dalam berkontrak mengalami berbagai 14 Victor Purba, Op. Cit., h. 144. perkembangan dan pergeseran penting. Pergeseran yang demikian salah satunya disebabkan oleh tumbuhnya bentuk-bentuk kontrak standard yang digunakan oleh

15 Negara-negara . Bentuk kontrak standard yang demikian biasa disebut sebagai

  contract formation. Dalam setiap kontrak, terdapat aturan-aturan khusus yang berfungsi untuk mengatur keberlangsungan transaksi jual beli.

  Pengaturan mengenai contract formation dalam area komersil telah diberlakukan di U.S Amerika bersamaan dengan berlakunya Uniform Commercial

  

Code atau biasa dikenal sebagai UCC dan amandemennya. Bagaimanapun juga,

  semenjak UCC pertama kali ditulis, dunia bisnis dan perdagangan internsional Amerika mulai berkembang pesat. Namun pada akhirnya, terlalu banyak

  16 interpretasi hukum yang dianggap masih kurang dalam UCC.

  Sehingga, CISG membuat suatu perubahan signifikan dalam memperbaiki

  

contract formation dan dalam beberapa tahun, banyak Negara yang mulai

15 16 Ida Bagus, Op. Cit., h. 44 Contract Formation under the United Nations Convention on Contracts for the

International Sale of Goods and the Uniform Commercial Code: Pitfalls for the unwary, Burt A.

  Leete, h. 193-215.

  menerapkannya dalam draft contracts jual beli barang. The Convention governs

  

only (1) the formation of the contract of sale18 and (2) the rights and obligations

of the seller and the buyer arising from such a contract.19 In particular, the

Convention is not concerned with the validity of the contract or any of its

provisions or of any usage .

17 Selain itu, penulis juga akan memaparkan beberapa

  contract formation yang terdapat di dalam CISG sebagai berikut:

  • Offer and acceptance
  • Withdrawal of offer and Revocation of offer
  • Intention to be legally bound
  • Identifying Goods (quantity, price and specification)
  • Legal Defensees to Contract Formation

a. Offer, acceptance and Intention to be legally bound

  Pasal 14 CISG menuangkan beberapa substansi bagaimana kriteria sebuah

  offer yaitu:

  “it has to be addressed to one or more specific persons, it has to be

  

sufficiently definite (in the sense that it must indicate the goods and

somehow fix or make provision for determining the quantity and the

price) and it must indicate the intention of the offeror to be bound in

case of acceptance. As far as the element of specificity is concerned, it

appears to make no difference what form of communication one uses.

In respect of this substantive feature of the offer, there are, in other

words, no problems intrinsic to electronic forms of communication as

there are no problems intrinsic to other forms of communication.

  ” Berdasarkan CISG, offer and the acceptance (dalam beberapa kasus) mulai efektif pada saat diterima (receipt) secara lisan maupun tulisan. Pasal 18 Konvensi ini juga dengan tegas menyatakan bahwa pernyataan yang dibuat oleh penerima 17 CISG, supra note 6, art. 4(a). penawaran yang menunjukkan persetujuan atas sebuah penawaran adalah dianggap sebagai sebuah penerimaan (acceptance). Tidak adanya tanggapan atau diam tidak dianggap sebagai penerimaan. Penerimaan penawaran mulai berlaku pada saat tanggapan yang menunjukkan persetujuan diterima oleh pihak yang menawarkan. Penerimaan tidak berlaku apabila tanggapan yang menunjukkan persetujuan tidak diterima oleh pihak yang menawarkan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan atau, apabila tidak ditetapkan jangka waktunya, dalam jangka waktu yang wajar, dengan mempertimbangkan keadaan transaksi, termasuk kecepatan sarana komunikasi yang dipergunakan oleh pihak yang menawarkan. Penawaran secara lisan harus dengan segera diterima kecuali apabila keadaan menunjukkan lain.

  Meskipun demikian, apabila, berdasarkan penawaran tersebut atau sebagai akibat dari praktik-praktik yang telah ditetapkan bersama oleh para pihak, atau berdasarkan prosedur, penerima penawaran dapat menunjukkan persetujuan dengan melakukan tindakan, misalnya tindakan yang berhubungan dengan pengiriman barang atau pembayaran, tanpa memberitahukan kepada pihak yang menawarkan, maka penerimaan tersebut berlaku pada saat tindakan tersebut dilakukan, dengan ketentuan bahwa tindakan tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang diatur pada ayat sebelumnya.

  Bagaimanapun juga, hal ini menimbulkan sebuah masalah jika membandingkan pengiriman melalui pesan elektronik dan yang lebih tradisional seperti telegram, surat maupun telex sebab CISG memberikan ketentuan yang sangat berbeda berdasarkan bentuk kedua jenis komunikasi ini, didasarkan pada

pasal 20(1) “a period of time for acceptance fixed by the offeror in a telegram or a

  

letter begins to run from the moment the telegram is handed in for dispatch or

from the date shown on the letter or, if no such date is shown, from the date

shown on the envelope, a period of time for acceptance fixed by the offeror by

telephone, telex or other means of instantaneous communication, begins to run

from the moment that the offer reaches the offeree .”

  Hal ini menunjukan hal yang penting yaitu kapan keputusan dalam penerimaan mulai diterima, Beberapa mengatakan bahwa sekalipun harus dibandingkan, maka pesan elektronik dapat digolongkan sebagai instantaneous communication dan aturan kontrak yang disediakan tetap mengacu pada Article 14 hingga 24 CISG.

  Hal yang penting lainnya ialah bahwa terjadinya kontrak adalah pada saat waktu penerimaan dari suatu penawaran berlaku. Oleh sebab itu, prinsip penerimaan perlu diperhatikan dengan jelas oleh kedua belah pihak.

b. Withdrawal of offer and Revocation of offer

  Dalam pengaturan konvensi CISG setiap offer bersifat dapat ditarik kembali. Sebelum kontrak disepakati, penawaran dapat ditarik kembali apabila penarikan tersebut diterima oleh penerima penawaran sebelum surat penerimaan dikirimkankecuali jika telah diperjanjikan sebelumnya oleh para pihak bahwa tidak akan menarik kembali offer tersebut. Pengaturan pasal mengenai penarikan kembali (withdrawal) dituangkan dalam Pasal 15(2) CIS

  G “An acceptance may be

  

withdrawn if the withdrawal reaches the Offeror before or at the same time the

acceptance would have been effective. ” sedangkan mengenai pembatalan

  (revocation) diatur sesuai Pasal 16 CISG.

  “Offers that do not state that they are

  

irrevocable. Can be revoked anytime before the offeree dispatches an

acceptance

  .”

  c. Identifying Goods (quantity, price and specification) Sebelum melakukan penerimaan, selaku penerima tawaran (offere) wajib untuk mengetahui dengan jelas barang yang akan dibeli beserta seluruh spesifikasinya. Sebagaimana yang telah dibahas di awal bahwa dalam penawaran penjual juga wajib untuk memberikan penawaran secara detail guna menjamin kebutuhan dari kedua belah pihak agar terhindar dari sengketa hukum yang mungkin dapat terjadi. Pasal 19(3) CISG Ketentuan-ketentuan tambahan atau ketentuan-ketentuan yang berbeda berkaitan dengan, antara lain, harga, pembayaran, kualitas, dan kuantitas barang, tempat dan waktu pengiriman, tingkat kewajiban satu pihak terhadap pihak lainnya atau penyelesaian sengketa yang dianggap mengubah ketentuan-ketentuan penawaran secara materiil. Selain itu hal yang perlu diperhatikan bagi penjual adalah harus mengirimkan barang yang bebas dari setiap hak atau tuntutan pihak ketiga berdasarkan kekayaan industri atau kekayaan intelektual lainnya. Syarat ini juga mutlak perlu diperhatikan sebab jika tidak, maka dapat menimbulkan sengketa hukum yang akan berakhir merugikan kedua belah pihak.

C. Internet dan CISG

   Perananan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi telah

  menempatkan pada posisi yang amat strategis karena menghadirkan suatu dunia tanpa batas, jarak, ruang dan waktu yang berdampak pada peningkatan produktivitas dan efisiensi. Pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat dan berkembang dalam tatanan kehidupan baru dan mendorong terjadinya perubahan

  18

  social, ekonomi, budaya, dan penegakan hukum. Perkembangan penting sebagai akibat dari kemajuan teknologi informasi khususnya internet adalah semakin 18 Siswanto Sunarso, Hukum Infromasi dan Transaksi Elektronik, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, h. 39. meningkatnya transaksi dagang yang menggunakan fasilitas ini. Transaksi tidak lagi dilakukan secara tradisional, tidak lagi terbatas oleh wilayah, dan dapat terjadi

  19 pada saat bersamaan tanpa harus bertemu dan dapat dilakukan secara cepat.

  Oxford Dictionary memberikan definisi internet sebagai “a global computer

  

network providing a variety of information and communication facilities,

consisting of interconnected networks using standardized communication

protocols .” Sedangkan internet menurut UU ITE tahun 2008 memberikan definisi

internet merupakan sebuah jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi.

  Dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya internet merupakan suatu sistem informasi dan komunikasi yang dapat saling terhubung dan memiliki peran penting dalam hal kecepatan penyampaian sistem informasi.

  “The internet is globally accessiable and the mechanics and protocols are

  20

universal Penggunaan internet memiliki andil yang besar terhadap dunia

  ” perdagangan internasional. Mengapa? Karena seperti pendapat di atas, internet bersifat global dan universal sehingga siapapun dan dimanapun seseorang dapat mengakses internet dengan mudah dan cepat. Perkembangan komunikasi informasi berdampak pada penggunaan internet dalam transaksi jual-beli yang dilakukan, terutama mengenai kontrak dan sistem transasksinya. Perkembangan internet (terlebih spesifik e-mail) telah dimulai pada tahun 1987 di Negara China. China mulai menggunakan komunikasi e-mail pada September 1987. Jumlah pengguna internet meningkat dari waktu ke waktu dan mencapai antara 4-10 juta pengguna pada tahun 1999. Pada tahun yang sama Cina membentuk suatu Undang-undang Perjanjian Cina 1999 yang mengakui bahwa tulisan elektronis 19 20 Huala Adolf, Op. Cit., h. 17.

  Kenny Wiston, The Internet: Issues of Jurisdiction and controversies surrounding domain names , Citra Aditya Bakti, 2002, h. 1. setara dengan tulisan biasa. Pasal 11 menjelaskan bahwa istilah tertulis mengacu pada sebuah bentuk yang mampu secara nyata merepresentasikan isinya misalnya instrument tertulis surat dan dokumen yang dikirimkan secara elektris atau elektronis (termasuk telegram, teleks, faksimili, pertukaran data elektris dan e-

  21

mail ). Perkembangan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suatu peraturan

  perdagangan muncul akibat dari perkembangan dunia teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang dengan begitu cepatnya.

  Sedangkan dalam dunia internasional, salah satu lembaga yang telah dibentuk untuk mengakomodir perkembangan ini ialah United Nations

  

Commission on International Trade Law (UNCITRAL ) yaitu suatu badan

  kelengkapan khusus PBB yang diberi tugas mengembangkan hukum perdagangan

  22

  internasional. Pada Resolusi 51/162 tanggal 16 Desember 1996, UNCITRAL berhasil merumuskan suatu aturan hukum yang cukup penting yaitu Modal Law

  

on Electronic Commerce with Guide to Enactment . Tujuan dari Modal Law ini

  adalah untuk menyeragamkan aturan-aturan hukum dalam penggunaan jaringan komputer guna transaksi-transaksi komersil. Isi dari peraturan ini ialah spesifik mengenai Perdagangan melalui elektronik seperti kontrak elektronik, tanda tangan elektronik dan pengaturan mengenai dokumen-dokumen lain yang bersifat elektronik. Dalam pengantarnya, UNCITRAL sekaligus menyinggung mengenai definisi internet secara lebih spesifik “the use of modern means of communication

  

such as electronic mail and electronic data interchange (EDI) for the conduct of

international trade transactions has been increasing rapidly and is expected to

  21 Assafa Endeshaw, Hukum e-commerce dan Internet dengan focus di Asia Pasifik, Pustaka Pelajar, h. 191 22 Huala Adolf, Op.Cit., h. 40.

  

develop further as technical supports such as information highways and the

  INTERNET become more widely accessible .”

  Penulis sendiri menyimpulkan bahwa internet dewasa ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan dunia perdagangan, baik secara nasional maupun internasional. Internet sebagai sebuah jaringan yang terhubung di antar Negara melalui satelit-satelit semakin mempermudah jalur komunikasi antar manusia di tiap Negara. Kemajuan ini tentu saja berdampak besar bagi dunia perdagangan internasional yang dahulu memerlukan waktu serta proses yang memakan waktu lama, baik dari sisi menjalin komunikasi maupun dalam perihal pengiriman barang serta transasksi yang dilakukan. Dengan internet, batas-batas wilayah Negara dalam melakukan transaksi dagang menjadi tidak lagi signifikan. Transaksi melalui e-commerce memiliki beberapa ciri sebagai berikut: 1) Transaksi ini memungkinkan para pihak memasuki pasar global secara cepat tanpa dirintangi batas Negara 2) Transaksi ini memungkinkan para pihak berhubungan tanpa mengenal satu sama lainnya 3) Transaksi ini sangat bergantung pada sarana teknologi yang keandalannya kurang dijamin. Karena itu transaksi ini keamanannya belum dapat diandalkan

  4) Transaksi ini lebih efisien, produktif dan bersaing 5) Memperkecil masalah-masalah akibat dari perbedaan budaya, bahasa dan praktek perdagangan 6) Meningkatkan pendistribusian logistik

  Terkait dengan CISG sebagai salah satu konvensi yang telah ada sejak tahun 1980, dapatkah mengikuti perkembangan internet sebagai salah satu alat komunikasi yang digunakan sebagai sarana dalam offer and acceptance? Terutama mengenai aturan-aturan yang telah diatur oleh UNCITRAL?

  1. CISG dan UNCITRAL Sebelum memahami lebih dalam mengenai pengaturan internet, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu bagaimana keterkaitan antara CISG dengan

  UNCITRAL sebagai salah satu lembaga yang membentuk Modal Law on

  

Electronic Commerce with Guide to Enactment pada tahun 1996. Seperti yang

  telah dijelaskan di awal, sesungguhnya UNCITRAL merupakan suatu lembaga khusus yang dibentuk guna memberikan penyelesaian terhadap harmonisasi hukum perdagangan internasional terlebih mengenai pengaturan kontrak jual beli secara internasional. Dirintis hanya oleh beberapa Negara, namun lambat laun karena unifikasi kontrak yang dibuat cukup memuaskan maka lembaga ini semakin berusaha untuk memberikan aturan-aturan yang bersifat universal dan berfungsi untuk mengatur sistem transaksi perdagangan internasional secara spesifik, termasuk Modal Law mengenai e-commerce yang dibentuk pada tahun 1996 lalu. Modal law merupakan suatu model hukum yang mengatur mengenai e- commerce. Bukan hanya diartikan dalam kegiatan jual-beli namun mencakup seluruh aktivitas bisnis yang dapat dilakukan secara elektronik. Saat ini PBB melalui Komisi khususnya, UNCITRAL, telah mengeluarkan 2 guidelines yang terkait dengan transaksi elektronik, yaitu UNCITRAL Model Law on Electronic

  

Commerce with Guide to Enactment 1996 , United Nations Publication, New

  York, 1999, dan UNCITRAL Model Law on Electronic Signature with Guide to Enactment 2001, United Nations Publication, New York, 2002.

  Selain itu, UNCITRAL juga telah membentuk suatu konvensi khusus mengenai penggunaan alat komunikasi elektronik pada 2007 yang disebut sebagai

  

United Nations Convention on the Use of Electronic Communications in

International Contracts .

  Konvensi ini sebagai bentuk nyata akomodasi internasional dalam mewadahi penggunaan alat komunikasi elektronik yang tidak dapat dilepaskan dalam kegiatan transaksi jual beli secara internasional. Dalam pendahuluan konvensi ini juga menyebutkan dengan tegas bagaimana electronic

  

communications dapat meningkatkan efisiensi dalam kegiatan perniagaan di

  dunia, dan memberikan banyak kesempatan baru kepada para pihak serta pasar untuk ikut terlibat dalam memanfaatkannya demi sebuah pengembangan kegiatan ekonomi, baik nasional maupun internasional. Namun, mengenai permasalahan terkait penggunaan konvensi ini di dalam CISG sesungguhnya kembali lagi kepada keterikatan suatu Negara dan para pihak yang terlibat dalam konvensi ini. Selain itu, yang terpenting adalah prinsip-prinsip umum dalam kontrak elektronik sesungguhnya dapat menjadi pertimbangan setiap pihak yang mengikatkan diri pada Konvensi CISG tanpa harus melihat kepada aturan nasional suatu Negara. Dengan demikian, jelas bahwa CISG sebagai hukum yang tidak mengakomodir aturan mengenai electronic communication tetap dapat menggunakan aturan hukum lain sebagai bahan hukum pendamping jika sewaktu-waktu terjadi sengketa.

  2. Internet dan CISG

  

Art.11 (1) In the context of contract formation, unless otherwise

agreed by the parties, an offer and the acceptance of an offer may be

expressed by means of data messages. Where a data message is used

in the formation of a contract, that contract shall not be denied

validity or enforceability on the sole ground that a data message was

used for that purpose.

  Kontrak elektronik juga diakui keabsahannya dalam praktek perdagangan internasional sebagaimana dituangkan dalam pasal 11 UNCITRAL Model Law on

  

Electronic Commerce tahun 1996 yang menyatakan bahwa dalam pembentukan

  sebuah kontrak, kecuali para pihak menyepakati lain, proses penawaran dan penerimaan dapat dilakukan melalui pesan data. Kontrak yang dibuat melalui proses demikian tidak membuat kontrak tersebut tidak berlaku atau disangkal keberadaannya.

  Where the parties to a contract concluded electronically clearly indicate

where their relevant place of business is located that place of business is to be

taken into consideration in determining the internationality of the sales

transaction, not unlike in cases where the contract is concluded by more

  23 “traditional” means

  Meskipun CISG tidak secara resmi mengikatkan diri pada issue keabsahan transaksi elektronik, namun secara tidak langsung CISG terikat pada prinsip-prisip umum keabsahan tersebut. Art.11 CISG membangun pengertian bahwa “a

  

contract for the international sale of goods need not be concluded in or evidenced

by writing and is not subject to any other requirement as to form. It may be

23 Franco Ferrari, Brief Remarks on the Conclusion of Contracts on the Internet and the

United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods (CISG), The

European Legal Forum - Internet Porta, München, 2001, h. 301

  proved by any means, including witnesses

  .” Terlebih, Art.11 juga tidak menyebutkan persyaratan sebuah kontrak secara spesifik, artinya kontrak tersebut dapat berupa tulisan, lisan maupun dalam bentuk lainnya termasuk dalam bentuk pengiriman pesan melalui e-mail.

  “In the eighteen years since text of the United Nations Convention on Contracts

  

for the International Sale of Goods, Vienna 1980 was agreed to, the face of

business communications has changed radically by the introduction of newer

technologies and applications such as fax, electronic data interchange (EDI) and

the internet. It is clear from the wording of article 13 that these applications were

not available at the time as it only refers to telegram and telex. One of the

criticisms of the CISG was that as a statutory piece of legislation it largely

petrified the law and that it would be unable to change or be changed as needed

and would therefore soon become more of a hindrance than a help. The

challenges posed by these new communications applications in international

commercial relations offer an excellent opportunity to assay whether that

  24 prognosis was accurate or not

  .”

D. Penggunaan Internet dan CISG

  Gagasan ini muncul seiring dengan perkembangan sistem komunikasi dan informasi yang semakin berkembang pesat. Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi telah pula menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan

  25 berlangsung demikian cepat.

  Melihat fenomena ini, diperlukan pengaturan-pengaturan yang dapat memberikan pemahaman yang lebih utuh dalam keberlangsungan CISG, dalam hal ini sebagai salah satu konvensi yang memiliki andil besar dalam dunia transaksi bisnis internasional. Sebagai salah satu Konvensi yang cukup 24 Siegfried Eiselen, Electronic commerce and the UN Convention on Contracts for the

  

International Sale of Goods (CISG) 1980 , Reproduced with permission of 6 EDI Law Review,

1999, h. 21-46. 25 Ahmad M. Ramli, Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Telematika, h. 1.

  berpengaruh dari awal kemunculannya, CISG memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang dapat disempurnakan melalui penelitian-penelitian hukum. Oleh sebab itulah, penulis akan membahas lebih dalam mengenai pemahaman internet dan kaitannya dalam offer and acceptance sebagai bentuk contract formation dari CISG.

A. Penggunaan Internet terkait dengan article di dalam CISG

  Korelasi antara hukum dan ekonomi demikian erat dan saling mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam pergaulan hidupnya.

  26 Perkembangan ekonomi akan mempengaruhi peta hukum , demikian pula yang terjadi pada perkembangan hukum transaksi bisnis internasional.

  Pada awal terbentuknya hukum ini, belum dikenal istilah internet serta transaksi yang dilakukan antar Negara hanya dapat dilakukan melalui alat komunikasi yang dikenal pada zamannya yaitu telegram ataupun telefax. Alat ini memiliki perbedaan yang signifikan dengan jenis pesan elektronik lain yang dikenal saat ini. Telegraf adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan, kepada penerima, sedangakan isi pesan tersebut dikenal sebagai telegram.

  Biasanya telegram bisa digunakan untuk menyampaikan informasi dalam jarak yang cukup jauh. Telegram pertama kali dicetuskan oleh Samuel F.B. Morse, orang Amerika yang mempopulerkan kirim mengirim telegram sekitar tahun 1800-1900. Penyampaian pesannya juga cepat, tidak sampai satu hari, pesan yang dikirimkan akan tiba di tangan penerima. Telegram ini berisi kode-kode tertentu yang dikirimkan lewat telegraf. Selain itu, alat ini bisa menjangkau daerah-daerah 26 Johannes Ibrahim Lindawati Sewu, Hukum Bisnis (dalam persepsi manusia modern), 2007, Refika Aditama, h. 45. dalam maupun luar negeri sebab menggunakan kabel bawah laut. Kabel inilah yang menghubungkan satu lokasi ke lokasi lain yang dekat maupun sangat jauh

  27 jaraknya.

  Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi Information and

  

Communication Technology (ICT) yang begitu pesat dengan segala fasilitas

  penunjangnya dalam peradaban manusia modern saat ini, telah membawa kita memasuki era baru yang disebut sebagai era digital (digital age). Berbagai bidang kehidupan akhirnya dirambah oleh kemajuan ICT tersebut. Perkembangan teknologi komunikasi massa yang menekankan pada komunikasi antarindividu manusia secara langsung, seperti halnya pada penggunaan telepon, mengalami kemajuan yang sangat berarti dengan dikenal dan digunakannya telepon bergerak atau yang lebih dikenal dengan

  ’cellular phone’. Dalam perkembangan teknologi

  informasi kemudian dikenal internet sebagai salah satu media untuk berkomunikasi.

  Internet bukan merupakan objek yang kasat mata yang dapat disentuh dan dapat dirasakan. Internet merupakan lapisan kompleksitas teknologi dan jasa yang perlahan-lahan bergabung membentuk sesuatu yang dapat dinikmati oleh semua orang. Internet merupakan jaringan komputer terbesar di dunia yang menghubungkan jutaan manusia dan tumbuh secara eksponensial. Jaringan yang terhubung ini menjadi antarjaringan (internetwork) karena memiliki faktor penggabung sama yang memungkinkan berbagai jaringan untuk bekerja sama. Internet adalah milik seluruh penghuni dunia. Setiap orang atau lembaga dengan bebas dapat menyambungkan komputernya di internet. Setiap pengguna internet 27

   diakses pada 15 November 2017 pada pukul 12.30 WIB. semakin mendapat kemudahan dalam berkomunikasi, baik itu hanya sekedar berkirim pesan, berdiskusi bahkan melakukan transaksi.

  Internet secara cepat dan tidak disadari telah mempertemukan dan menyatukan warga dunia. Dengan demikian batas negara di internet menjadi semakin memudar. Samarnya batas-batas negara dalam dunia internet disebabkan oleh karena internet dapat diakses oleh setiap penggunanya di seluruh dunia, dan para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling berhubungan dalam hitungan

  28 waktu sangat tepat, pada saat mereka mengakses ke dalam jaringan (real time).

  Seperti yang telah dirasakan saat ini, internet juga telah digunakan dengan berbagai macam alat komunikasi yang lazimnya hanya digunakan sebagai alat komunikasi namun dapat kini bersifat multitasking, seperti cellular phone. Dahulu alat komunikasi ini sangat berperan penting sebab dapat menyampaikan pesan dalam bentuk suara kepada seseorang yang berada di belahan dunia manapun. Namun kini alat tersebut telah bertransformasi sedemikian rupa sehingga dapat disambungkan kepada koneksi internet dan dapat menyampaikan informasi berupa pesan elektronik melalui berbagai macam aplikasi yang telah tersedia, termasuk aplikasi e-mail.

  Sarana elektronik yang dikenal saat ini, belum muncul pada saat penyusunan CISG. Konvensi ini sendiri tidak memberikan definisi untuk menggambarkan persyaratan "reach

  ” (mencapai) yang diberikan kepada e-mail dan komunikasi elektronik lainnya. Pendapat CISG Article 1 dengan jelas menyatakan bahwa "tempat" sebuah e-mail harus dipahami secara fungsional dan bukan cara fisik. Akibatnya e-mail untuk "mencapai" penerima, cukup dengan 28 Ahmad M. Ramli, Op. Cit., h. 7. pemberitahuan bahawa e-mail sudah masuk ke server penerima. Sedangkan dalam sebuah kesepakatan perjanjian, penting untuk tau bahwa orang tersebut telah benar-benar membacanya. Kemungkinan lain yang muncul adalah penerima tidak dapat membaca pesan tersebut karena masalah teknis, karena berada di dalam "lingkungan" si penerima yang terpengaruh dan tidak menyediakan sarana yang

  29 memadai untuk memastikan internal-nya fungsi komunikasi memuaskan.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Arena Budaya dan Modal Budaya di Dalam Sumber Mata Air (‘‘SMA”) Senjoyo di Desa Tegalwaton, Kabupaten Semarang: Dari Perspektif Pierre Bourdieu

0 0 8

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Arena Budaya dan Modal Budaya di Dalam Sumber Mata Air (‘‘SMA”) Senjoyo di Desa Tegalwaton, Kabupaten Semarang: Dari Perspektif Pie

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Arena Budaya dan Modal Budaya di Dalam Sumber Mata Air (‘‘SMA”) Senjoyo di Desa Tegalwaton, Kabupaten Semarang: Dari Perspektif Pierre Bourdieu

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Arena Budaya dan Modal Budaya di Dalam Sumber Mata Air (‘‘SMA”) Senjoyo di Desa Tegalwaton, Kabupaten Semarang: Dari Perspektif Pierre Bourdieu

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Arena Budaya dan Modal Budaya di Dalam Sumber Mata Air (‘‘SMA”) Senjoyo di Desa Tegalwaton, Kabupaten Semarang: Dari Perspektif Pierre Bourdieu

0 0 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Hukum Pidana terhadap Pengurus Koperasi Yang dengan Sengaja Menimbulkan Kerugian pada Koperasi

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Hukum Pidana terhadap Pengurus Koperasi Yang dengan Sengaja Menimbulkan Kerugian pada Koperasi

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Hukum Pidana terhadap Pengurus Koperasi Yang dengan Sengaja Menimbulkan Kerugian pada Koperasi

0 2 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implikasi Penggunaan Internet dalam Convention on Contracts for The International Sale of Goods

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Jual-Beli Barang Secara Internasional - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implikasi Penggunaan Internet dalam Convention on Contracts for The International Sale of Goods

0 0 24