Analisis Finansial Pemanfaatan dan Pengolahan Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L) Menjadi Berbagai Produk Olahan

TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove

  Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

  woodland, vloedbosschen , dan hutan payau. Selain itu, oleh masyarakat Indonesia

  dan negara Asia Tenggara lainnya dengan rumpun bahasa Melayu, hutan mangrove sering disebut dengan hutan bakau. Namun demikian, penggunaan istilah hutan bakau untuk sebutan hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu, karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhizophora, sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak marga dan jenis tumbuhan lainnya. Dengan demikian, penggunaan istilah hutan mangrove hanya tepat manakala hutan tersebut hanya disusun oleh jenis-jenis dari marga Rhizophora, sedangkan apabila hutan tersebut juga disusun bersamaan dengan jenis dari marga yang lain, maka istilah tersebut tidak tepat lagi untuk digunakan (Onrizal, 2008).

  Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove. Mangrove merupakan ekosistem hutan yang unik karena merupakan perpaduan antara ekosistem darat dan ekosistem perairan. Hutan mangrove mempunyai peranan yang sangat penting terutama bagi kehidupan masyarakat sekitarnya dengan memanfaatkan produksi yang ada di dalamnya, baik sumberdaya kayunya, non kayu maupun biota air (udang, kepiting, ikan) yang biasanya hidup dan berkembang biak di hutan mangrove (Santono, et al., 2005).

  Pada Propinsi Sumatera Utara, tanaman jeruju dapat ditemukan ditemukan akhir tahun 2009 dalam penelitian Tambunan (2009) seluas 10.000 ha atau 11,97 persen dari keseluruahan mangrove di Sumatera Utara. Data jumlah potensi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  Tabel 1. Luas Hutan Mangrove di Sumatera Utara Persentasi No Lokasi Luas (Ha (%)

  1. Asahan 14.400 17,24

  2. Belawan 250 0,3

  3. Deli Serdang 12.400 14,84

  4. Serdang Bedagai 10.000 11,97

  5. Langkat 35.300 42,25

  6. Labuhan Batu 1.700 2,03

  7. Tapanuli Tengah 1.800 2,15

  8. Madina 200 0,24

  9. Nias 7.200 8,62 Total 83.550 100 Sumber : Tambunan (2009)

  Pada data tabel di atas dapat dilihat bahwa Kabupaten Serdang Bedagai menduduki peringkat ke empat dengan luas 10.000 ha. Jumlah tersebut merupakan suatu potensi bahan baku jeruju yang masih besar pada kabupaten tersebut.

  Mangrove biasanya tumbuh dalam zona-zona di mana spesies mangrove yang sama tumbuh berdekatan dalam hutan mangrove yang lebih luas. Zonasi terjadi karena masing-masing spesies menurut Brown (2006) membutuhkan kondisi yang khusus untuk tumbuh. Beberapa spesies mangrove membutuhkan lebih banyak air dibanding yang lainnya. Beberapa spesies lainnya lebih toleran terhadap salinitas dibanding yang lainnya, dan ada juga spesies yang tumbuh tergantung pada:

  a) seberapa sering tempat tersebut digenangi air pasang

  b) seberapa tinggi kadar garam tanahnya

  Jeruju (Acanthus ilicifolius)

  Jeruju (Acanthus ilicifolius) hidup di kawasan mangrove, dan sangat jarang di daratan.Memiliki kekhasan sebagai herba yang tumbuh rendah dan kuat, yang memiliki kemampuan untuk menyebar secara vegetatif karena perakarannya yang berasal dari batang horizontal, sehingga membentuk bagian yang besar dan kukuh. Bunga kemungkinan diserbuki oleh burung dan serangga. Biji tertiup angin, sampai sejauh 2 m. Jeruju (Acanthus ilicifolius) merupakan tanaman herba rendah, terjurai di permukaan tanah, kuat, agak terkayu, tinggi mencapai 2m. Cabang umumnya muncul dari bagian

  • – bagian yang lebih tua. Akar udara muncul dari permukaan bawah horizontal (Suryono,2013).

  Jeruju merupakan herba rendah, terjurai di permukaan tanah, kuat, agak berkayu, ketinggian hingga 2m. Cabang umumnya tegak tapi cenderung kurus sesuai dengan umurnya. Percabangan tidak banyak dan umumnya muncul dari bagian-bagian yang lebih tua. Akar udara muncul dari permukaan bawah batang horizontal (Noor et al., 2006).

  Daun jeruju memiliki dua sayap gagang daun yang berduri terletak pada tangkai. Permukaan daun halus, tepi daun bervariasi: zigzag/bergerigi besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual menyempit menuju pangkal. Unit

  : sederhana, berlawanan. Bentuk: lanset lebar. Ujung: meruncing dan

  & letak berduri tajam. Ukuran: 9-30 x 4-12 cm (Noor et al., 2006).

  Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih. Panjang tandan bunga 10-20 cm, sedangkan bunganya sendiri 5-4 cm.

  Bungamemiliki satu pinak daun penutup utama dan dua sekunder. Pinak daun

  Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo. Ukuran: buah panjang 2,5-3 cm, biji 10 mm (Noor et al., 2006).

  Taksonomi Jeruju

  Dalam taksonomi tumbuhan, jeruju diklasifikasikan sebagai berikut (Plantamor, 2014): Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Scrophulariales Famili Genus Spesies : Acanthus ilicifolius L.

  Tempat Tumbuh dan Penyebaran

  Biasanya pada atau dekat mangrove, sangat jarang di daratan. Memiliki kekhasan sebagai herba yang tumbuh rendah dan kuat, yang memiliki kemampuan untuk menyebar secara vegetatif karena perakarannya yang berasal dari batang horizontal, sehingga membentuk bagian yang besar dan kukuh.Bunga kemungkinan diserbuki oleh burung dan serangga. Biji tertiup angin, sampai sejauh 2 m. Di Bali berbuah sekitar Agustus (Noor et al., 2006).

  Acanthus ilicifolius dan A. ebracteatus merupakan spesies merambat yang

  bias tumbuh hingga setinggi 2 m. Banyak ditemukan pada tanah lunak yang berlumpur di sepanjang bantaran sungai. Seringkali di daerah mangrove yang dan A. ebracteatus, di Thailand dan Indonesia, daun spesies ini diolah menjadi teh herbal karena memiliki khasiat obat. Jenis yang tidak berduri biasanya dijadikan makanan ternak.Nilai nutrisinya belum banyak diketahui masyarakat pesisir (Priyono et al., 2010).

  Habitat tanaman jeruju berupa lahan basah, seperti di lahan rawa. Umumnya, tanaman jeruju yang tumbuh di habitatnya memiliki percabangan tunas aksilar yang banyak. Pucuk-pucuk yang tumbuh dari tunas aksilar tersebut yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat anti malaria (Hardarani et al.,2012).

  Pemanfaatan Jeruju

  Akar jeruju yang rasanya pahit, sifatnya dingin dan berkhasiat sebagai anti radang (antiflogistik) dan peluruh dahak (ekspektorans). Biji berkhasiat sebagai pembersih darah, kandungan kimia dari akar jeruju yaitu flavones dan asam amino. Akar jeruju digunakan untuk pengobatan radang hati (hepatitis) akut dan kronis, pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali), pembesaran kelenjar limfe (limfadenopali) termasuk pembesaran kelenjar limfe pada tuberculosis (TBC) kulit (skrofuloderma), gondokan (parotitis), sesak napas (asma bronkial), cacingan, nyeri lambung, sakit perut, dan kanker, terutama kanker hati (Dalimartha, 2006).

  Buah ditumbuk dan digunakan untuk “pembersih” darah serta mengatasi kulit terbakar. Daun mengobati reumatik. Perasan buah atau akar kadang-kadang digunakan untuk mengatasi racun gigitan ular atau terkena panah beracun. Biji konon bisa mengatasi serangan cacing dalam pencernaan. Pohon juga dapat

  Pengetahuan manfaat obat tumbuhan mangrove umumnya diperoleh masyarakat setempat dari masyarakat luaryang mencari tumbuhan tersebut, bukan sebagai pengetahuan tradisional warisan nenek moyangnya. Dalam pengobatan tradisional masyarakat Segara Anakan, yang merupakan keturunan prajurit Kerajaan Mataram, digunakan tumbuhan darat sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya. Meskipun demikian di Bogowonto dan Segara Anakan masyarakat mengetahui potensi obat beberapa tumbuhan mangrove, seperti buah (biji) Acanthus ilicifolius yang berpotensi untuk pengobatan hepatitis. Tumbuhan ini berperan sebagai afrodisiak, asma, pembersih darah (buah), diabetes, diuretik, dispepsia, hepatitis, lepra (buah, daun,akar), neuralgia, paralisis, cacingan, rematik, penyakit kulit, gigitan ular, dan sakit perut (kulit kayu, buah, daun) (Bandaranayake, 1998).

  Menurut Field (1995) beberapa tumbuhan mangrove lainnya juga berpotensi sebagai bahanbaku industri, misalnya pneumatofora B. gymnorrhiza dan B. sexangula dapat menghasilkan parfum dan rempah-rempah. Ekstrak

  Acanthus spp. dan Xylocarpus spp. Dapat menghasilkan penguat rambut, ekstrak S. caseolaris untuk losion kulit, ekstrak Excoecaria agallocha untuk afrodisiak,

  ekstrak Avicennia spp. untuk sabun, ekstrak kulit kayu B.gymnorrhiza, dan Ceriops tagal untuk lem

  B. sexangula, .

  Jenis-jenis Acanthus yang bermanfaat sebagai obat adalah Acanthus

  ilicifolius, A. embracteatus. Tumbuhan ini merupakan terna yang daunnya

  meruncing tajam bagaikan duri. Jeruju tumbuh mengelompok pada tempat-tempat becek dan terbuka, atau di tepi parit alam di hutan mangrove. Buah menghentikan perdarahan yang keluar dari luka dan juga untuk mengobati luka karena gigitan ular. Daunnya digunakan sebagai obat gosok untuk menghilangkan rasa nyeri dan menyembuhkan luka karena panah beracun. Daun yang direbus dengan kulit kayu manis (Cinnamomum burmani) dapat diminum untuk menyembuhkan perut kembung. Jenis-jenis Acanthus lainnya dapat pula digunakan sebagai obat, tetapi harus dicampur dengan Ceriops agar lebih berkhasiat. Obat batuk dapat dibuat dengan merebus biji A. embracteatus bersama dengan bunga belimbing, gula dan kayu manis. Bengkak pada tubuh dapat disembuhkan dengan bijinya yang ditumbuk kemudian digosokan, atau dengan meminum tumbuhan biji yang telah disangrai. Air perasan dari daun berkhasiat pula sebagai pengawet rambut (Sukarjo, 1984).

  Aspek Potensi Agroindustri Daun Jeruju

  Pengolahan jeruju sebagai salah satu komoditas kehutanan yang dapat digolongkan dalam agroindustri. Pengembangan agroindustri terbukti mampu meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, mampu menyerap tenaga kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa serta mampu mendorong munculnya industri lain. Menurut Soekartawi (2000) agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Agroindustri diartikan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.

  Ciri dari agroindustri yang berkelanjutan, yaitu pertama, produktivitas dan keuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan dalam waktu yang relatif lama, sehingga memenuhi kebutuhan manusia pada masa sekarang atau masa mendatang. Kedua, sumber daya alam khususnya sumber daya pertanian yang menghasilkan bahan baku agroindustri dapat dipelihara dengan baik dan bahkan terus ditingkatkan, karena keberlanjutan agroindustri tersebut sangat tergantung dari tersedianya bahan baku (Soekartawi, 2000).

  Menurut Hernanto (1989), biaya produksi dalam usaha tani dapat dibedakan menjadi empat yaitu:

  1. Biaya tetap, yaitu biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya: pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat, dan bunga pinjaman.

  2. Biaya variabel, merupakan biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan jumlah produksi yang dihasilkan, yang termasuk ke dalam biaya variabel diantaranya: pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja musiman.

  3. Biaya tunai, adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman.Sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga.

  4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan), yaitu biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri, (biaya tetap) dan tenaga kerja keluarga.

  Menurut Soekartawi (1990), industri skala rumah tangga dan indusri kecil yang mengolah hasil pertanian mempunyai peranan penting yaitu : a. Meningkatkan nilai tambah

  b. Meningkatkan kualitas hasil

  c. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

  d. Meningkatkan ketrampilan produsen

  e. Meningkatkan pendapatan produsen

  Analisis Kelayakan Usaha

  Banyak dana telah dikeluarkan di dalam memulai usaha baru. Banyak pula usaha baru yang mengalami kebangkrutan dalam satu atau dua tahun dan hanya sedikit sajayang berhasil dalam usahanya. Salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan usaha baru adalah kendali wiraswastawan.

  Menurut Moerdiyanto (2008), alasan utama kegagalan usaha baru adalah :

  1. Pengetahuan pasar yang tidak memadai. Kelemahan ini termasuk juga kurangnya informasi mengenai potensi permintaan untuk produk, ukuran pasa rsekarang dan masa yang akan datang, pangsa pasar yang bisa diharapkan secara realistis, dan metode distribusi yang memadai.

  2. Kinerja produk yang salah sering kali produk baru tidak berfungsi seperti yang disebutkan yang disebabkan terlalu cepatnya pengembangan produksi dan uji coba produk, atau kendali mutu yang tidak memadai.

  3. Usaha pemasaran dan penjualan yang tidak efektif. Hasil yang buruk sering menunjukkan usaha promosi yang salah arah dan tidak memadai dan kurangnya kemampuan memecahkan masalah yang ada dalam

  4. Tidak disadarinya tekanan persaingan. Usaha baru sering gagal karena wiraswatawan tidak memperhitungkan reaksi yang mungkin dilakukan pesaing, seperti potongan harga yang tinggi dan diskon khusus kepada pengecer.

  5. Keusangan produk yang terlalu cepat. Daur hidup dari produk baru cenderung menjadi semakin pendek pada banyak industri kemajuan teknologi demikian cepat sehingga produk baru cepat menjadi usang sesudah ia diluncurkan.

  6. Waktu memulai usaha baru yang tidak tepat. Pemilihan waktu yang salahuntuk meluncurkan usaha baru sering menyebabkan kegagalan komersial. Produk baru mungkin diperkenalkan sebelum adanya keinginan riil pasar dan teknologi baru atau produk tersebut mungkin terlambat diperkenalkan di pasar, ketika minat dari konsumen mulai menurun.

  7. Kapitalisasi yang tidak memadai, pengeluaran operasi yang tidak diprediksi,investasi yang berlebih-lebihan pada aset tetap dan kesulitan keuangan yang berkaitan. Masalah finansial tersbut merupakan salah satu penyebab kegagalan usaha baru.

  Analisis Finansial

  Analisis kelayakan finansial adalah landasan untuk menentukan sumber daya finansial yang diperlukan untuk tingkat kegiatan tertentu dan laba yang bisa diharapkan. Kebutuhan finansial dan pengembalian (return) bisa sangat berbeda, tergantung pada pemilihan alternatif yang ada bagi sebagian besar usaha baru.

  Contohnya, komponen produk baru mungkin perlu dibuat dalam ruangan yang

  Sebaliknya, pembuatan produk baru bisa di subkontrakkan kepada pensuplai di luar, disini perusahaan pada dasarnya menjadi gudang penyimpanan dan operasi pemasaran bias dilakukan dengan investasi kecil dalam aset tetap. Pada kasus ini mungkin margin laba dari perusahaan sangat kecil. Akan tetapi, pengembalian total dari modal yang diinvestasikan bisa lebih tinggi dibandingkan kasus operasi terintegrasi penuh di atas (Moerdiyanto, 2008).

  Analisis Aspek Pasar

  Tujuan akhir seorang pengusaha adalah membuat keuntungan. Oleh karena itu, maka ia harus mampu menjual barang yang dihasilkan dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan. Dalam hubungannya dengan masalah inilah, maka pasar menjadi relevan. Luas pasar ditentukan oleh tiga unsur yaitu: (1) jumlah penduduk, (2) pendapatan perkapita dan (3) distribusi pendapatan. Suatu daerah yang berpenduduk banyak, secara potensial merupakan pasar yang perlu diperhatikan pengusaha. Bila daerah ini disertai pendapatan per kapita yang tinggi, maka pasar tersebut akan menjadi efektif (Djojodipuro,1992).

  Unsur pasar yang dapat mempengaruhi lokasi adalah biaya distribusi. Lokasi yang kurang tepat dapat menambah biaya distribusi yang tercemin dalam biaya yang relatif cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi. Disamping itu biaya distribusi tidak hanya meliputi biaya angkutan, tetapi juga promosi; biaya ini mengkomunikasikan pengusaha dan barangnya dengan konsumen.

  Promosi sangat penting untuk merangsang konsumen untuk menerima dan mengkonsumsikan barang baru yang sebelumnya belum dikenal oleh konsumen (Djojodipuro,1992).

  Studi pasar dan pemasaran perlu dilakukan dengan harapan harga, kualitas, dan kuantitas produk yang akan dijual dapat diproyeksikan. Berdasarkan proyeksi pemasaran ini pula dapat diproyeksikan produk yang akan dihasilkan calon investor. Adanya rencana produksi dan pemasaran, maka akan diketahui kebutuhan dana investasi dan modal kerja, termasuk kebutuhan kredit yang sesuai dengan penambahan produksinya (Pattiasina, 2011).

  Para wiraswastawan selalu membutuhkan informasi dan pengetahuan tentang pasar mereka. Tujuan dari pemasaran adalah memenuhi permintaan pelanggan. Menurut Moerdiyanto (2008) riset pasaradalah pengumpulan, pencatatan dan analisis secara sistematis , atas informasi yangberkaitan dengan pemasaran dan jasa. Riset pasar dapat membuat keputusan pemasaran yang lebih baik. Riset pasar dapat membantu:

  1. menemukan pasar yang menguntungkan, 2. memilih produk yang dapat dijual, 3. menentukan perubahan dalam perilaku konsumen, 4. meningkatkan teknik-teknik pemasaran yang lebih baik, merencanakan sasaran yang realistik.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kreativitas - Pengaruh Kreativitas dan Keterampilan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Kerajinan Rotan di Medan

0 2 18

B. PETUNJUK PENGISIAN - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang Harga 2.1.1Pengertian Harga - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 1 9

Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lateks Alam 2.1.1 Tanaman Karet Alam - Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

0 0 16

Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

0 0 13

BAB II Kerangka Teori - Analisis Budaya Organisasi Pada Pegawai Samsat Medan

0 1 20

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kualitas Produk 2.1.1 Definisi Kualitas - Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsung Di Medan

0 1 26

Analisis Finansial Pemanfaatan dan Pengolahan Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L) Menjadi Berbagai Produk Olahan

0 1 14