Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

  Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta bermaknaanya bagi siswa dalam kehidupannya mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kehidupan keseharian sering disebut IPS. Lebih lanjut Somantri (2001:103) mengemukakan, bahwa :

  

Untuk tingkat pendidikan sekolah dasar dan menengah Pendidikan IPS

merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin

akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah

dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan

menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional

berdasarkan Pancasila. Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin

akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah

(psikologis) untuk mewujudkan tujuan pendidikan FPIPS dalam kerangka

pencapaian tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.

  Dari pendapat tersebut bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk mewujudkan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, dengan mengamalkan dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila di kehidupan sehari-hari.

  IPS dalam istilah asing lebih dikenal dengan istilah social studies, pada tahap awal kelahiran terdapat dalam the National Herbart Society papers of 1896- 1897, yang menegaskan bahwa Social Studies sebagai delimiting the social

  

sciences for pedagogical use (upaya mebatasi ilmu-ilmu sosial untuk penggunaan

secara pedagogik).

  Pendidikan IPS merupakan program pendidikan yang banyak mengandung muatan nilai sebagai salah satu karakteristiknya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana (2004 :189), bahwa:

  

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora merupakan dua bidang kajian

  

banyak membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan

harmonis dengan sesama, lingkungan dan Tuhan, membuat dua bidang

kajian ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral, etika, dan perilaku.

  Artinya, IPS memperhatikan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang demokratis, saling bertoleransi, moral yang baik, dan etika yang baik. IPS tentang manusia dan berbagai dimensi kehidupannya terintegrasi dengan berbagai nilai yang mewarnai kehidupannya, baik dalam keluarga, dalam masyarakat, dalam berbangsa dan bernegara, maupun dalam hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta dan lingkungan alam sekitarnya. Sedangkan dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Jadi dalam IPS mempelajari peristiwa dalam kehidupan sosial, kenyataan yang ada di lingkungan, konsep- kosep dalam ilmu sosial, dan pengetahuan secara umum yang berkaitan dengan isu sosial.

  Berbagai pengertian IPS yang disampaikan para pakar tersebut, disimpulkan IPS merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang peristiwa kehidupan manusia dengan memperhatikam nilai-nilai kemanusiaan yang demokratis, saling bertoleransi, moral yang baik dan etika yang baik, disiplin ilmu sosial dan sebagai pengetahuan secara umum yang berkaitan dengan isu sosial.

  Tujuan dan ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

  Tujuan merupakan ukuran untuk mengetahui tercapai tidaknya program yang telah diterapkan. IPS sebagai bagian dari program pendidikan memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan secara umum.

  Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia 6-12 tahun. IPS di SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin luas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat dijiwai oleh tujuan yang harus dicapai oleh pelaksana Proses Belajar Mengajar (PBM) . Tujuan pendidikan IPS di SD dalam (Gunawan Rudy 2011:40) 1.

  Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.

  2. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

  3. Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.

  4. Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

  5. Membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut maka pembelajaran IPS bertujuan untuk siswa yang akan berguna bagi kehidupannya kelak, membekali dalam pemecahan masalah sosial, membekali untuk berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat, membekali dalam pemanfaatan lingkungan hidup agar menggunakan, merawat, dan menjaga dengan bijak. Secara terperinci, Mutakin dalam Susanto Ahmad (2013:145-146) juga merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut: 1.

  Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

  2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

  3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang dimasyarakat.

  4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

  5. Mampu mengembangkang berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar hidupyang bertanggung jawab membangun masyarakat.

  Tujuan pembelajaran IPS agar siswa kelak memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya, dapat memecahkan masalah- masalah sosial, siswa dapat membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang dimasyarakat, mampu berpikir kritis dan dapat bertanggung jawab membangun masyarakat.

  Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa dapat dibawa langsung ke dalam lingkungan alam dan masyarakat. Dengan lingkungan sekitar, siswa akan akrab dengan kondisi setempat sehingga mengetahui makna serta manfaat mata

  pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara nyata. Ruang lingkup materi pelajaran IPS SD yang tercantum dalam kurikulum, Menurut Depdiknas (2006) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Manusia, tempat dan lingkungan.

  2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.

  3. Sistem sosial dan budaya.

  4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

  

Kelas 5, Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  2.Menghargai peranan tokoh

  2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa pejuang dan masyarakat dalam penjajahan Belanda dan Jepang mempersiapkan dan

  2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan mempertahankan kemerdekaan kemerdekaan Indonesia Indonesia

  2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan

  2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan sumber : Sapriya (2011:199) Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian yaitu SK.2 Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Siklus 1 menggunakan KD. 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan, dan akan dilanjutkan pada siklus 2 dengan KD. Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

  Pelaksanaan pembelajaran seorang guru perlu membuat desain pembelajaran. Desain pembelajaran itu sering disebut dengan rencana pelaksaan pembelajaran (RPP). RPP diatur dalam permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi kelulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning

  Pembelajaran di kelas, guru perlu menerapkan suatu pendekatan agar pelaksanaan pembelajaran menjadi terarah, berjalan lancar dan diperoleh hasil yang optimal. Salah satu pendekatan yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS yaitu pendekatan problem based learning (PBL).

  Menurut Wardani NS dan Susyanto (2012:21) bahwa, problem based

  

learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual

  sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran PBL, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Jadi PBL adalah pembelajaran yang menyajikan masalah yang sedang terjadi untuk merangsang peserta didik belajar dengan menggali

  Menurut Hamruni (2012:104) mengatakan bahwa problem based learning merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Jadi PBL adalah pembelajaran yang mempelajari masalah di dunia nyata agar siswa dapat berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah. Dalam (Jamil 2014:21) problem based

  

learning (PBL) adalah suatu pembelajaran yang mana siswa sejak awal

  dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered. Dapat dijabarkan bahwa pembelajaran PBL berpusat pada siswa, siswa diberi masalah dan memecahkan masalahnya sendiri dengan mencari informasi dari berbagai sumber.

  Pengertian dari para ahli tersebut diperkuat dengan adanya penyataan dari (Uden dan Beaumont, 2006:29) unlike conventional learning, PBL takes an

  

integrated approach to learning based on tehe requirements of the problem as

perceived by the learners.

  Makna yang terkandung dari pernyataan tersebut adalah, tidak seperti belajar secara konvensional, PBL menggunakan pendekatan terintegrasi dalam belajar yang mensyaratkan adanya masalah yang dapat dirasakan oleh pembelajar.

  Kesimpulan pendekatan PBL dari para ahli tersebut adalah pembelajaran yang menyajikan masalah secara konstekstual untuk belajar siswa berpikir kritis dan terampil, PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa dituntut aktif menemukan masalah dan memecahkan masalah terkait dengan dunia nyata dengan memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep dapat diterapkan. Dalam PBL siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

  Penerapan PBL, sebelum memulai proses belajar mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu, kemudian siswa diminta mencatat masalah

  • –masalah yang muncul. Tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. Siswa memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh pengalaman belajar. Rusman (2010: 232-233) mengemukakan sepuluh karakteristik model problem based learning, yaitu: (1) permasalahan menjadi awal dalam pembelajaran; (2) permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata; (3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda; (4)permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa; (5) belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; 6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam merupakan proses yang penting dalam problem based learning;(7) belajar melalui kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; (8) pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; (9) keterbukaan dalam proses problem based learning meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan (10) problem based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

  Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

  Pembelajaran problem based learning terdiri dari langkah utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswadengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Langkah-langkah pembelajaran PBL disajikan dalam tabel 2.2 menurut Wardani, NS (2012)

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

  Fase-fase Tingkah Laku Guru Fase -1

   Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan Orientasi peserta didik logistik yang dibutuhkan kepada masalah  Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan yang dipilih. Fase -2

   Membantu peserta didik mendefinisikan dan Mengorganisasikan mengorganisasikan tugas belajar yang peserta didik berhubungan dengan masalah tersebut Fase -3

   Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan Membimbing informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen penyelidikan individu dan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan kelompok masalah Fase -4

   Membantu peserta didik dalam merencanakan Mengembangkan dan dan menyiapkan karya sesuai seperti laporan, menyajikan hasil karya model dan berbagi tugas dengan teman Fase -5

   Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang Menganalisa dan telah dipelajari/ meminta kelompok presentasi mengevaluasi proses hasil karya pemecahan masalah Sumber : Wardani, NS (2012:22)

  Kelima fase PBL dapat diperjelas bahwa sebelum memulai prosese pembelajaran, siswa terlebih dahulu mengamati suatu fenomena, kemudian siswa diminta untuk mencatat masalah-masalah yang muncul. Guru bertugas merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada, siswa juga dibimbing dalam melakukan kerja kelompok memecahkan masalah yang telah didapat untuk dijadikan sebuah laporan, dengan mencari masalah sendiri dan memecahkan masalah sendiri siswa akan bebas bereksplorasi. Pemebelajaran berpusat pada siswa atau sering disebut student oriented, guru pembelajaran.Langkah-langkah PBL juga dikemukakan oleh Sudjana (dalam Sulaiman, 2003:18) yang meliputi: 1.

  Merumuskan masalah, 2. Membuat hipotesis, 3. Mengumpulkan data, 4. Menguji hipotesis, 5. Menarik kesimpulan dan bisa diakhiri dengan penerapan atau aplikasi.

  Langkah-langkah PBL yang dimaksud pertama merumuskan masalah dengan mencari masalah yang ada, membuat hipotesis atau membuat dugaan sementara yang akan diteliti, kemudian mengumpulkan data dengan mencari dari berbagai sumber, setelah pengumpulan data selanjutnya menguji hipotesis apakah dugaan sementara terbukti, dan yang terakhir menarik kesimpulan dari apa yang telah didapatkan. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL ada delapan tahapan (Pannen, 2001), yaitu:

1. Mengidentifikasi masalah, 2.

  Mengumpulkan data, 3. Menganalisis data, 4. Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, 5. Memilih cara untuk memecahkan masalah, 6. Merencanakan penerapan pemecahan masalah, 7. Melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan 8. Melakukan tindakan untuk memecahkan masalah.

  Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat berfikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bilapembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi (higher order

  

thinking skills ). Dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh tahapan

  terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula keterampilan seseorang harus mencapai seluruh tahapan tersebut. Berdasarkan para pakar yang telah mendefinisikan langkah-langkah pembelajaran PBL, maka dapat disimpulkan langkah-langkah yang akan diterapkan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang dijelaskan oleh guru tentang

  2. Siswa menemukan masalah tentang proklamasi kemerdekaan.

  3. Siswa mengidentifikasi masalah tentang proklamasi kemerdekaan.

  4. Siswa mengatur tugas belajar secara berkelompok tentang proklamasi kemerdekaan.

  5. Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai tentang proklamasi kemerdekaan.

  6. Siswa menganalisis informasi yang didapatkan tentang proklamasi kemerdekaan.

  7. Siswa membuat laporan tentang proklamasi kemerdekaan.

  8. Siswa mengkomunikasikan hasil karya tentang proklamasi kemerdekaan.

  9. Siswa melakukan refleksi hasil karya tentang proklamasi kemerdekaan.

  10. Siswa melakukan evaluasi tentang proklamasi kemerdekaan.

  Berdasarkan langkah-langkah yang telah disimpulkan tersebut yang pertama siswa menyimak tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru, dari menyimak siswa mampu mencari dan menemukan masalah, setelah menemukan masalah siswa mengidentifikasi masalah tersebut, selanjutnya mengatur tugasbelajar secara berkelompok membentuk kelompok kecil yang terdiri 4 siswa, kemudian semua anggota kelompok mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan mengeluarkan pendapatnya masing-masing, selanjutnya menganalisis informasi untuk menyelesaikan pemecahkan masalah dan dibuat dalam sebuah laporan hasil karya yang akan dikomunikasikan atau dipresentasikan di depan kelas. Pembelajaran diakhiri dengan melakukan refleksi dan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan.Peranan guru dalam kelas PBL berbeda dengan kelas tradisional menurut Ibrahim (2003: 1), Peran guru di dalam kelas PBL antara lain : 1.

  Mengajukan masalah atau mengorientasikan peserta didik kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari;

  2. Memfasilitasi/ membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/ percobaan;

  3. Memfasilitasi dialog siswa;

  Teknik pemecahan masalah secara efektif bagi kelompok dalam kelas yang menerapkan pendekatan PBL dalam Suprihatiningrum (2014:224-226), berikut teknik-teknik yang dilakukan : 1.

  Mendefinisikan Masalah

Dalam tahap ini, pernyataan yang timbul dijelaskan melalui fakta yang

ada.Selain itu, diperlukan penggunaan bahasa yang ringkas, jelas, dan juga

didukung dengan data yang diperlukan.

  2. Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Akar Penyebab

Teknik yang digunakan untuk mempertimbangkan penyebab masalah adalah

brainstorming, yaitu sebuah teknik yang memperbolehkan beberapa ide

digeneralisasikan. Tidak diperbolehkan untuk mengkritik ide yang muncul,

berusaha untuk menciptakan ide yang kreatif, dan membangun setiap ide

yang berbeda menjadi satu kesatuan.

  3. Membangkitkan Solusi Alternatif

Fokus dalam langkah ini adalah membangkitkan, bukan mengevaluasi.

  

Setelah kelompok menyelesaikan ide sebagai solusi alternatif maka

dikombinasikan aspek-aspek yang telah ada disolusi pertama. Beberapa

solusi dapat mengintegrasikan aspek terbaik dari berbagai ide dan juga dapat

mendorong untuk menemukan kesepakatan.

  4. Mengevaluasi Solusi Alternatif

Sebelum mengevaluasi solusi alternatif, kelompok harus menentukan kriteria

untuk menilai solusi alternatif yang telah disusun. Kriteria tersebut harus

mampu menggeneralisasi segala karakteristik yang harus dipenuhi oleh

solusi akhir. Setiap anggota kelompok harus fokus hanya pada kriteria-

kriteria yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.

  5. Menyepakati Solusi Terbaik

Menyepakati solusi terbaik membutuhan aturan dasar kelompok dalam

mengambil keputusan. Jika kelompok menemukan kesulitan dalam

mengambil kesepakatan, fasilitator membantu mengklarifikasi area spesifik

dari pernyataan tidak setuju dan kemudian mengidentifikasi jalan untuk

mengintegrasikan minat-minat yang hampir serupa ke dalam suatu solusi.

  6. Mengembangkan Rencana Aksi (Action Plan)

Rencana aksi dirancang untuk melibatkan anggota, membangun komitmen,

dan meningkatkan minat setiap anggota, serta menciptakan keykinan bahwa

solusi yang dihasilkan dapat diimplementasikan dengan efektif dan tepat

waktu.

  7. Implementasi dan Mengevaluasi Solusi

Solusi harus diimplementasikan sesuai dengan rencana aksi yang susdah ada.

  

Kelompok dapat mengadaptasi akibat yang muncul dari penerapan solusi

dengan memasukkannya ke adalam agenda pertemuan sehingga dapat

dikontrol bagaimana perkembangannya.

  8. Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah pemecahan masalah harus mgerah pada solusi yang

tepat sasaran, efisien menggunakan sumber daya yang ada, meningkatkan

kerja sama, dan membantu perkembangan kompetensi setiap orang yang

  Teknik pemecahan masalah tersebut berfokus pada pemikiran bersama, jadi setiap anggota kelompok mencari solusi bersama, mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya dengan menghargai setiap pendapat yang dikelurkan temannya dan semua anggota terlibat aktif dalam pemecahan masalah dari awal proses kerja kelompok sampai terselesainya sebuah laporan dan melakukan evaluasi. PBL lebih cenderung dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan intelektualnya. Uden dan Beaumont (2006 :7) menyatakan beberapa keuntungan yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan PBL, yaitu :

  1. Mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuannya 2.

  Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan komunikasi

  3. Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi.

  4. Menikmati belajar 5.

  Meningkatkan motivasi 6. Bagus dalam kerja kelompok 7. Mengembangkan belajar strategi belajar 8. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

  Keuntungan menggunakan pendekatan PBL sangat besar untuk meningkatkan minat belajar karena siswa yang aktif dalam pembelajaran menunjukkan adanya minat terbukti dari keuntungan yang telah dikemukakan oleh Uden dan Beaumont 2006 tersebut siswa mampu mengingat lebih dari, siswa bebas mencari, menyelesaikan dan mengkomunikasikan hasil laporannya. Ada keuntungan berarti ada kekurangan atau kelemahan, menurut Wasono dan Hariyanto (2013) mengemukakan kelemahan pendekatan problem based learning adalah :

  1. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan masalah

2. Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang 3.

  Aktivitas siswa dilaksanakan di luar sekolah sulit dipantau oleh guru.

  Karena masih banyaknya guru masa dulu, atau guru yang sudah tua sering mengajar menggunakan metode ceramah, guru banyak yang tidak mau berkembang dengan menggunakan pendekatan PBL, untuk melakukan sehinggan membutuhkan biaya yang mahal dan juga waktu yang panjang demi tercapainya pembelajaran menggunakan pendekatan PBL, dengan memanfaatkan lingkungan sekitar aktivitas siswa sulit dipantau oleh guru.

2.1.3 Minat Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

  Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari seluruh faktor yang berhubungan dengan guru dan siswa. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai timbal balik dari hasil sebuah pembelajaran. Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses pembelajaran mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran atau justru sebaliknya ia tidak tertarik dengan pelajaran yang sedang berlangsung. Ketertarikan siswa ini merupakan salah satu tanda minat. selanjutnya beberapa pengertian minat.

  Menurut Joko Sudarsono (2003:8) Minat adalah bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dalam suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut. Jadi jika seseorang mempunyai minat maka akan terlibat dalam suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan itu baginya.

  Menurut Slameto (2010:180) minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan lingkungan diluar diri. Dari pengertian tersebut maka minat belajar adalah kecenderungan perhatian dan kesenangan dalam aktivitas, melalui jiwa dan raga untuk menuju perkembangan manusia seutuhnya, yang mencakup cipta, rasa, karsa, kognitif, afektif, dan psikomotor lahir batin. Dalam hal ini, besar kecilnya minat sangat bergantung pada penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu, tentu akan lebih memperhatikan dengan perasaan senang tanpa ada tekanan.

  Menurut Sardiman (2007 :77), minat adalah suatu kondisi yang terjadi dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Dari pengertian tersebut, bahwa apa saja yang telah dilihat seseorang barang tertentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap suatu objek, biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu ada perasaan kepentingan terhadap sesuatu.

  Berdasarkan pendapat para ahli mengenai minat belajar, maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan yang mendorong seseorang untuk terlibat dalam aktivitas belajar. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa hal yang penting dalam minat adalah rasa suka, keterlibatan dalam aktivitas belajar. Maka didapat indikator dalam minat sebagai berikut:

  Indikator minat

  (1) Rasa suka

  Menurut Dwi Sunar P (2008: 52), minat ditandai dengan rasa suka dan terikat pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Jadi dalam minat harus ada kerelaan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukai. Adanya minat dalam diri seseorang juga dapat diungkapkan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang cenderung lebih menyukai suatu hal dari pada hal yang lainnya. Seseorang yang menyukai suatu hal, biasanya akan termotivasi dan mau melakukan aktivitas tersebut. Dengan rasa suka maka minat dapat dibagi menjadi 13 kegiatan yang didasari dengan adanya rasa suka dan terikat, dapat diidentifikasikan sebagai : 1.

  Suka pada mata pelajaran IPS.

  2. Suka menyimak penjelasan guru.

  3. Suka membaca buku IPS.

  4. Suka bertanya seputar materi IPS yang belum dipahami.

  5. Suka mencatat hal-hal yang penting dalam materi IPS.

  6. Suka mengerjakan tugas IPS yang belum dipahami.

  8. Suka dengan media pembelajaran IPS.

  9. Suka memecahkan masalah IPS.

  10. Suka merumuskan masalah.

  11. Suka menanggapi kelompok lain yang sedang presentasi.

  12. Suka mendengarkan kelompok lain saat presentasi.

  13. Suka bekerjasama dalam kelompok. (2)

  Keterlibatan Menurut Kusnandar (2008:15), Keterlibatan adalah keaktifan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Jadi keterlibatan ditandai adanya keaktifan siswa untuk belajar dalam bentuk sikap, pikiran dan perhatian dalam mengikuti proses pembelajaran akan dijabarkan keterlibatan siswa dalam 13 indikator:

  1. Mengikuti pelajaran IPS.

  2. Menjawab pertanyaan dari guru seputar IPS.

  3. Bertukar pendapat dengan teman kelompok.

  4. Menyampaikan pendapatnya tentang IPS.

  5. Ikut dalam pembelajaran IPS secara berkelompok.

  6. Aktif dalam berpartisipasi kerja kelompok.

  7. Merespon positif pertanyaan dari guru masalah IPS.

  8. Membuat laporan terkait materi IPS.

  9. Mendengarkan kelompok lain saat berdiskusi.

  10. Mengkomunikasikan hasil karya.

  11. Melakukan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan.

  12. Menyukai penjelasan guru.

  13. Melaksanakan tugas dari guru.

  Ciri-ciri Minat

  Menurut Slameto (2003 :58) siswa yang berminat dalam proses pembelajaran akan mempunyai ciri-ciri yang menandakan adanya minat belajar

  1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

  2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

  3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.

  Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

  4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

  5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

  Berdasarkan ciri-ciri minat tersebut, bahwa siswa yang mempunyai minat belajar mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus, mempunyai rasa suka pada sesuatu yang diminatinya, lebih menyukai suatu hal dari pada hal yang lainnya, dan diwujudkan dalam partisipasi pada aktivitas. Menurut Sardiman (2004:8) seseorang yang mempunyai minat tinggi memiliki ciri-ciri :

  1. Tekun dalam menghadapi tugas ( dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai),

  2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) 3.

  Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

  4. Lebih senang bekerja mandiri 5.

  Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif)

  6. Dapat mempertahankan pendapatnya, 7.

  Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

  Berdasarkan ciri-ciri yang mempunyai minat tinggi jika seseorang tekun dalam menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, tidak berputus asa menghadapi macam-macam masalah, senang bekerja secara mandiri, cepat bosan jika tugas yang sama berulang-ulang, dapat mempertahankan pendapatnya, berkomitmen pada hal yang diyakini dan senang mencari dan memecahkan masalah. Seorang guru perlu memahami unsur-unsur minat untuk membangkitkan minat belajar siswa, agar pelajaran yang diberikanmudah dimengerti.Kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasaketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan terhadap guru .

  Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar IPS Siswa Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa.

  Kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat belajar IPS siswa akan bersangkutan, minat belajar IPS yang rendah juga akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar IPS siswa.

  Menurut Djamarah (2011) Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar dan siswa yang memiliki minat terhadap mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Jadi siswa yang berminat terhadap terhadapa pelajaran cenderung memusatkan perhatiannya pada mata pelajaran tersebut.

  Instrumen minat

  Instrumen minat menurut Wardani NS, dkk (2012: 47), adalah alat ukur ranah afektif yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran. Jadi, dalam pengukuran untuk mengetahui minat siswa pada sebuah mata pelajaran menggunakan alat ukur ranah afektif dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mata pelajaran. Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2012:135).

  Macam-macam skala pengukuran (Sugiyono, 2012:136-142) : 1. Skala Likert.

  Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Variabel yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pertanyaan atan pernyataan. Jawaban setiap instrumen pada skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang berupa

kata-kata antara lain : Sangat setuju sampai sangat tidak setuju, selalu

sampai tidak pernah, dan sebagainya. Untuk keperluan analisis kuantitatif,

maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: 1)

  Setuju/selalu/sangat positif

  5 2) Setuju/sering/positif

  4 3) Ragu-ragu/kadang-kadang/netral

  3 4) Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif

  2 5) Sangat tidak setuju/tidak pernah

  1 Instrumen yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.

2. Skala Guttman

  Skala Guttman adalah pengukuran yang didapat jawaban yang tegas,

yaitu “ya-tidak”; “benar-salah” dan sebagainya. Data yang diperoleh dapat

berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Penelitian

menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban

  

dibuat dalam bentuk pilihan ganda dan checklist. Jawaban dapat dibuat skor

tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor

satu dan tidak setuju diberi skor nol. Analisa dilakukan seperti pada skala

Likert.

  Contoh : Bagaimana pendapat anda bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan ini? a.

  Setuju.

  b.

  Tidak setuju.

  

Peryataan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam skala

pengukuran interval dikotomi. Contoh : Apakah tempat kerja anda dekat dengan Jalan Protokol ? a. Ya b.

  Tidak 3. Rating Scale .

  Data yang diperoleh pada rating scale merupakan data berupa angka

kemudian ditafsirkan dalam penelitian kualitatif. Dalam skala model ini

responden tidak menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah

disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif (berupa angka)

yang telah disediakan.

  

Contoh : Seberapa baik data ruang kerja anda di perusahaan A ?

Berilah jawaban dengan angka 4 bila tata ruang itu sangat baik. 3 bila tata ruang itu cukup baik. 2 bila tata ruang itu kurang baik. 1 bila tata ruang itu sangat tidak baik.

4. Semantic Deferential .

  Skala ini dinyatakan dalam bentuk satu garis kontinum yang jawaban

paling positif terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang sangat

negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh

adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur

sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai seseorang.

  Contoh : Beri nilai gaya kepemimpinan Manager anda Bersahabat

  5

  4

  3

  2

  1 Bermusuhan Tepat janji

  5

  4

  3

  2

  1 Ingkar janji Demokratis

  5

  4

  3

  2

  1 Otoriter Memberi pujian

  5

  4

  3

  2

  1 Mencela Mempercayai

  5

  4

  3

  2

  1 Mendominasi Responden yang memberi jawaban angka 5, berarti persepsi

responden sangat positif, angka 3 berarti netral dan angka 1 berarti sangat

negatif.

  Dari uraian macam-macam skala yang digunakan dalam pengukuran minat belajar IPS menggunakan skala guttman yang merupakan jawaban yang tegas ya-tidak, karena subjek yang diteliti adalan siswa SD kelas 5 sehingga skala merupakan skala yang mudah dan jawaban yang tegas.

  Guttman

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan

  Beberapa hasil penelitian tentang pendekatan problem based learning yang diterapkan dalam usaha meningkatkan minat belajar siswa :

  1. Penelitian yang dilakukan Tri Kusrini ( 2013) dengan judul “ Peningkatan minat belajar dan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan melalui model problem based learning siswa kelas 5 B SD Negeri Tambakrejo tahun 2012/2013.” Dari penelitian ini memberika hasil bahwa pembelajaran matematika dengan model PBL meningkatkan minat belajar siswa dan kemmapuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas 5 B SD N Tambakrejo tahun 2012/2013. Dalam penelitian maka memberikan saran dalam proses pembelajaran matematika di SD N Tambakrejo khususnya pada materi soal pecahan menggunakan model PBL sebagai alternatif meningkatkan minat belajar siswa.

  Kelebihan dari penelitian ini adalah siswa lebih aktif dalam menyelesaikan soal cerita, siswa lebih mudah dalam memecahkan masalah soalcerita pada matematika dengan penerapan pendekatan problem based dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam

  learning pembelajaran matematika. Kekurangan kondisi kelas menjadi gaduh.

  2. Penelitian yang dilakukan Ratna Dwi Pratiwi (2013) dengan judul“Peningkatan Minat dan Hasil belajar siswa pada materi pecahan melalui model Problem Based Learning di kelas 5 SD Negeri Randu Gunting kota Tegal Tahun 2012/2013.” Hasil dari penelitian ini adalah Penerapan pendekatan problem based learning pada mata pelajaran Matematika materi pecahan sudah menunjukkan keberhasilan. Nilai performansi guru menggunakan APKG pada siklus I sebesar 79,48, meningkat pada siklus II menjadi 94,69. Nilai performansi guru menggunakanlembar pengamatan model pada siklus I sebesar 57,5, meningkat pada siklus II menjadi 90. Persentase minat belajar siswa pra tindakan yaitu 43,06%, meningkat pasca tindakan menjadi 62,89% pada siklus I, dan 83,47% pada siklus II. Persentase kemudian meningkat pada siklus II menjadi 82,01% dengan kriteria sangat tinggi. Nilai rata-rata kelas saat pelaksanaan pretest mencapai 47,44 dengan tuntas belajar klasikal (TBK) 16,67%. Nilai rata-rata kelas pada hasil evaluasi akhir pembelajaran siklus I mencapai 77,23, dengan TBK 86,11%, meningkat pada siklus II menjadi 81,78 dengan TBK 90,28%. Nilai rata-rata kelas hasil tes formatif I mencapai 73,14 dengan TBK 80,56%, kemudian hasil tes formatif II meningkat menjadi 78,31 dengan TBK 86,11%. Disimpulkan bahwa, penerapan pendekatan problem based learning dapat meningkatkan pembelajaran matematika materi pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Randugunting 4 Kota Tegal.

  Kelebihan siswa dengan mudah menyelesaikan soal pecahan matematika, Minat siswa pada mata pelajaran matematika khususnya dalam menyelesaikan soal matematika meningkat dan hasil belajar juga meningkat.

  Kekurangan dalam penelitian ini, adalah alokasi waktu, waktu yang telah ditentukan tidak tepat.

3. Penelitian yang dilakukan Sri Ariartiya (2014) dengan judul “ Peningkatan

  Minat baca Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Pamulang Permai kelas V”. Minat baca melalui pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Pamulang Permai kelas V mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil angket minat membaca yang dilakukan sebelumdan sesudah penerapan pembelajaran berbasis masalah. Dari data hasil penghitungan angket dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan minat bacapada siswa kelas V SDN Pamulang Permai. Sebanyak 85 persen siswa berpendapat bahwa membaca lebih menyenangkan daripada berlibur (meningkat 27,5 persen dari 57,5 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan (meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa suka menabung untuk membeli buku bacaan (meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku dari pada tidur (meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus).

  Kelebihan dengan penerapan PBL dapat meningkatkan minat baca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, pembelajaran tercipta sangat menarik minat siswa, siswa lebih senang membaca dari pada tidur. Kekurangan penelitian ini menggunakan media buku yang sangat banyak sehingga siswa yang tidak mampu membeli buku tidak dapat membaca.

  Dilihat dari beberapa kajian yang relevan tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan minat belajar siswa dalam memecahkan masalah dengan tindakan-tindakan yang telah dilakukan menggunakan pendekatan

  

problem based learning . Mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

  tersebut, akan dilakukan penelitian tindakan kelas, yaitu dengan menggunakan pendekatan problem based learning pada mata pelajaran IPS untuk kelas 5 SDN Plumbon 01 Suruh kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Teng

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 1 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 3 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Aplikasi Penyuluhan Pertanian Berbasis WebGIS Menggunakan Google Fusion dan Leaflet: Studi Kasus Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tingkat Kematangan Pengguna Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMBADA) Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM): Studi Kasus Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga, Kantor Bagian Bar

0 0 22

Analisis Sistem Informasi Perusahaan Butik Dukomsel Bandung Menggunakan Cobit 5 Domain Deliver, Service and Support Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Sistem Informasi Perusahaan Butik Dukomsel Bandung Men

0 0 20

Audit Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) Menggunakan COBIT 5 Domain Deliver, Service and Support (Studi Kasus : Badan keuangan Daerah Kota Salatiga) Artikel Ilmiah

0 6 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Sistem Informasi Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Salatiga Menggunakan Framework Ward and Peppard

0 0 19