PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA METRO

  

PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DAN KONTRIBUSINYA

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA METRO

(Jurnal Ilmiah)

Oleh

  

Shinta Rintis Saputri

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

  

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

  

ABSTRAK

PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DAN KONTRIBUSINYA

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA METRO

Oleh

Shinta Rintis Saputri, Prof. Yuswanto, S.H.,M.H, Nurmayani, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : shintarintissaputri14@gmail.com Pelaksanaan otonomi daerah harus terlihat dari kemampuan keuangan untuk mendukung penyelenggaraan tugas pokok pemerintahan yaitu pembangunan

  

(development ), pelayanan (service), dan pemberdayaan (empowerment)

  masyarakat. Kota Metro memiliki tingkat pendapatan yang tidak stabil dan cenderung berubah-ubah sehingga berdampak terhadap pembangunan Kota Metro. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Metro adalah Pajak Air Tanah yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Metro nomor 02 Tahun 2011.

  Permasalahannya, bagaimanakah pelaksanaan pemungutan pajak air tanah dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro dan apakah faktor- faktor penghambatnya. Penelitian ini menggunakan metode normatif empiris. Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Narasumber adalah kasubbid pembukuan dan pelapopran Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Metro. Penelitian ini dianalisis secara kuantitatif. Pemungutan Pajak Air Tanah di Kota Metro ditentukan oleh beberapa indikator diantaranya sistem dan prosedur pemungutan Pajak Air Tanah, badan pelaksana, komunikasi dan koordinasi kegiatan antara pihak wajib pajak dan badan pelaksana. Kontribusi Pajak Air Tanah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah relatif tidak seimbang dikarenakan, masih lemahnya sanksi yang diberikan kepada para wajib pajak yang menunggak pembayaran Pajak Air Tanah, sehingga pendapatan Pajak Air Tanah Kota Metro sangat rendah dari target yang ditetapkan, dan biaya yang dikeluarkan pihak pemungut pajak lebih besar dari realisasi yang di dapat. Hal ini menyebabkan dibatalkannya beberapa pasal dalam Perda No. 02 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah Kota Metro dan diberhentikannya pemungutan Pajak Air Tanah sampai dengan Provinsi menetapkan NPA.

  Kata Kunci: Pemungutan Pajak, Kontribusi, Pajak Air Tanah

  

ABSTRACT

GROUNDWATER TAX COLLECTION AND ITS CONTRIBUTION TO

THE LOCALLY GENERATED REVENUE OF METRO CITY

By

Shinta Rintis Saputri

  The implementation of regional autonomy should measure the financial ability in order to support the implementation of the main tasks of the local government, namely: development, service, and empowerment of the community. As a city, Metro has an unstable income level and it tends to fluctuate so that it impacts to the development of the city. One of the source of Locally Generated Revenue (LGR) of Metro city was Groundwater Tax which is regulated in the Regional Regulation of Metro City number 02 Year of 2011.

  The problems of the research are formulated as follows: how is the implementation of groundwater tax collection and its contribution to the locally generated revenue of Metro City? and what are its inhibiting factors? This research used empirical normative method. The data sources consisted of primary data and secondary data. The resource informants included the Head of Bookkeeping and Reporting of the City Tax and Retribution Management Agency of Metro City.

  This research was analyzed quantitatively. The collection of groundwater tax in Metro City was determined by several indicators such as the system and procedures for collecting Groundwater Tax, executing agency, communication and coordination between the taxpayers and the implementing agency. The contribution of the groundwater tax towards the increase of the locally generated revenue of Metro City was relatively unbalanced due to the weak sanctions given to the taxpayers who were in arrears with the payment of groundwater tax, so the revenue from the groundwater tax was under the target, and the cost incurred by the tax collectors was greater than its realization. This resulted in the cancellation of several articles in Regional Regulation no. 02 Year of 2011 on the Groundwater Tax of Metro City and the dismissal of the Groundwater collection until the provincial government set the NPA (the value of groundwater acquisition).

  Keywords: Tax Collection, Contribution, Groundwater Tax

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia didasarkan pada Undang- Undang Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun

  2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan dan Daerah. Sehingga dengan adanya undang-undang tersebut pemerintah telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proposional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional perimbangan keuangan pusat dan daerah dengan prinsip- prinsip demokrasi peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah daerah harus mulai mencari sumber lain yang ada di wilayahnya untuk diandalkan sebagai sumber Pendapatan Asli daerah (PAD). Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui PAD. Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah.

  PAD adalah salah satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah pada kenyataannya belum cukup memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan pemerintah daerah menggali dan meningkatkan pendapatan asli daerah.

  Dasar hukum PAD terdapat dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,Undang-Undang No.

  23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat di laksanakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku digunakan untuk membayari penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

  1 Pajak daerah terdiri atas Pajak

  Provinsi serta Pajak Kabupaten/ Kota. Pajak Provinsi terdiri atas: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok.

  Sementara itu, Pajak Kabupaten/ Kota terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak 1 Suandy Erly, 2011. Hukum Pajak. Salemba Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

  Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan (2) huruf h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air. Pemerintah Kota Metro memungut berdasarkan Perda Kota Metro Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah, dan Peraturan Wali Kota Metro Nomor 17 Tahun 2013 tentang Izin Pengelolaan Air Tanah, sebagai upaya untuk memenuhi pendapatan Daerah yang digunakan untuk menjalankan pembangunan Daerah dalam rangka mewujudkan daerah otonom. Kebutuhan air bersih untuk Kota Metro berasal dari air tanah yang diekstraksi dari sumur bor dan sumur galian. Berkaitan dengan penggunaan bersama ini, kebijakan Pemerintah Daerah Kota Metro adalah meningkatkan cakupan pelayanan dan mengurangi proporsi pemakaian air tanah. Peningkatan cakupan pelayanan akan menurunkan pemakaian air tanah. 2 Djoko muljono, 2010. Hukum pajak, andi,

  Situasi ini akan menyebabkan meningkatnya pengambilan dan pemanfaatan air tanah di wilayah Kota Metro. Selain itu terdapat sumur bor dan sumur galian yang sengaja dimanfaatkan untuk usaha inti maupun usaha penunjang. Usaha inti artinya kegiatan pengambilan air tanah untuk diperjualbelikan, sedangkan usaha penunjang berarti pengambilan air tanah untuk seperti keperluan operasional usaha. Air tanah jika dimanfaatkan atau diusahakan wajib memiliki izin baik usaha inti maupun usaha penunjang. Rendahnya pemanfaatan air tanah yang berizin disebabkan kurangnya pengawasan di tingkat Kabupaten/ Kota.

2 Pengaturan pemungutan PAT adalah

  Adapun jumlah Wajib Pajak di Kota Metro sampai dengan periode 2017 adalah 100 wajib pajak. Secara ideal apabila wajib pajak air tanah melaksanakan pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan maka perolehan PAD dari sektor pajak air tanah di Kota Metro akan mengalami peningkatan sehingga dapat meningkatkan PAD, namun dalam pelaksanaannya keselarasan antara Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan Peraturan Daerah tentang Pajak Air Tanah belum berjalan efektif.

  3 Cukup banyak potensi pendapatan yang hilang dari Pajak Air Tanah.

  Hal ini dikarenakan lemahnya administrasi pencatatan data Wajib Pajak (WP), kurangnya staf pengelola serta pelanggaran oleh WP yang dalam beberapa kasus bekerjasama dengan petugas. Seiring 3 Siahaan, Marihot. P, Pajak Daerah dan

  Retribusi Daerah , Rajawali Press, Bandung, dengan perkembangan jaman masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat di Kota Metro pada khususnya masih belum memahami benar yang dimaksud dengan pemungutan pajak air tanah dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bertolak dari paparan latar belakang masalah di atas penulis tertarik dan ada dengan mengambil judul sebagai berikut:

  “Pemungutan Pajak Air Tanah dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro”.

1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka yang akan diteliti adalah: 1.

  Pembayaran Pajak Air Tanah menggunakan with holding system. Pelaksanaan mekanisme with holding system melibatkan pihak ketiga yang ditunjuk sebagai

  3.1 Pelaksanaan Pemungutan Pajak dan Kontribusi Terhadap PAD Kota Metro

  Data yang telah diolah kemudian dianalisiskan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif yang artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat- kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan mengenai Pemungutan Pajak Air Tanah dan Kontribusinya terhadap PAD Kota Metro.

  2.4 Analisis Data

  (field research)

  Untuk memperolerh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh dengan studi kepustakaan (library research) dan studi lapangan

  2.3 Prosedur Pengumpulan Data

  penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

  2.2 Sumber Data

  Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah normati fempiris, dilakukan dengan cara menelaah peraturan perundang- langsung kelapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

  Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan pajak air tanah dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro ? 2. Apakah faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pemungutan pajak air tanah dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro ?

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Masalah

  ditunjuk diberikan kewajiban untuk melakukan pemotogan pajak yang terutang. Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaat Air tanah, dan yang menjadi Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Pajak air tanah yang terutang dipungut di Pembayaran pajak dilakukan di Kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan SSPD ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Pemungutan Pajak Air Tanah ini dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah, namun telah dibatalkan beberapa ketentuannya terhitung mulai tanggal Oktober 2016. Pajak Air Tanah selama ini ditarik berdasarkan Nilai Perolehan Air (NPA) yang ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah dalam hal ini Walikota Metro. Namun dengan dibatalkan beberapa Pasal dalam Perda No 2 Tahun 2011, NPA harus mengacu pada peraturan Gubernur Lampung. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 188.34-6307 Tahun 2016 mengamanatkan kepada Pemerintah Kota Metro untuk menghentikan pelaksanaan beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 02 Tahun 2011 dan segera melakukan revisi atas Perda dimaksud.

  Guna menindaklanjuti Keputusan Mendagri di atas, ada beberapa hal yang seharusnya segera dilakukan oleh Pemerintah Kota Metro, yaitu : 1.

  Menghentikan pemungutan pajak air tanah di wilayah Kota Metro. Mengingat pajak air tanah dipungut bulanan dan berbarengan untuk seluruh wajib pajak air tanah maka hal ini dapat segera dilakukan. Melakukan pembahasan guna merevisi isi Peraturan Daerah terkait pajak air tanah.

  Ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 02 Tahun 2011 yang harus direvisi adalah : a.

Pasal 6 ayat (3) :

  “Tata cara perhitungan dan Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah”.

  Diusulkan menjadi : “Tata cara perhitungan dan Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Lampung”.

  b.

  “Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur dalam Peraturan Kepala Daerah”. Diusulkan untuk dihapus.

  c.

  Mendesak Pemerintah Provinsi Lampung untuk segera Menerbitkan Peraturan Gubernur terkait Penetapan Nilai Perolehan Air yang akan menjadi dasar perhitungan pajak air di wilayah Provinsi Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana yang dimaksud diatas dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut :

  4 1.

  Jenis sumber air; 2. Lokasi sumber air; 3. Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;

  4. Volumeair yang diambil

  Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga

  Pajak Air Tanah sebagai berikut : 1.

  6 Tata cara pembayaran dan penagihan

  Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 2 Tahun 2011 Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

5. Kualitas air; dan 6.

  3) Petugas pendataan memverifikasi dokumen pendataan dari wajib pajak atau kuasanya.

  4) Dokumen-dokumen pendataan sebagaimana dimaksud ayat (3) disampaikan kepada kepala dinas. 4 Hasil wawancara dengan Kassubid

  2) Wajib pajak mengisi dokumen- dokumen pendataan sesuai dengan keputusan Walikota Metro Nomor. 122/kpts/06/2011 tentang Bentuk Formulir dan Blanko yang dipergunakan dalam administrasi Perpajakan Daerah.

  1) Petugas mendatangi wajib pajak dengan membawa dokumen- dokumen di bidang Perpajakan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

  5

  Tata cara pendataan :

  Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatan air

  2. SKPD, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

  3. Pembayaran pajak dilakukan di Kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

  4. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan SSPD ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

  5. Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

  6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan 6 Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 02

  Pembukuan dan Pelaporan Kota Metro Ibu Suprihana S.H pada Hari Rabu tanggal 23 Agustus 2016 Pukul 10.00 WIB 5 Peraturan Walikota Metro Nomor. 35 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Perda Kota Metro Nomor. 02 Tahun 2011 tentang Pajak pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Sistem Pemungutan pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas, Namun Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang pada kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Angsuran pembayaran dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar. Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Saat melakukan pemungutan pajak setiap wajib pajak akan diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. Kepala Daerah dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) jika pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar dan Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Pajak yang tidak atau kurang bayar dapat ditagih dengan menggunakan STPD dengan didahului Surat Teguran atau surat peringatan yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk. Surat Teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan

  (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. Jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, STPD, yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam surat maka jumlah pajak yang harus dibayar dapat ditagih dengan surat paksa. Cara penghitungan pajak air tanah :

  Pajak Air Tanah = Tarif Pajak x NPA NPA = V x HDA

  Keterangan: Tarif Pajak = 20% NPA = Nilai Perolehan Air V = Volume HDA = Harga Dasar Air Sampai dengan periode 2017 Jumlah titik objek Pajak Air Tanah di Kota Metro adalah 111 (seratus sebelas) titik dari 122 (seratus dua puluh dua) Wajib Pajak tetapi dari jumlah tersebut hanya 100 (seratus) Wajib Pajak yang masih aktif dan 22 wajib pajak sudah tutup.

  7 Apabila wajib

  pajak air tanah melaksanakan pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan maka perolehan PAD dari sektor pajak air tanah di Kota Metro akan mengalami peningkatan sehingga dapat meningkatkan PAD.

  Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat di analisis bahwa proses pelaksanaan pemungutan Pajak Air Tanah di Kota Metro sebenarnya 7 Dinas Pendapatan Kota Metro, Daftar

  Induk Wajib Pajak Air Tanah Bulan Maret sudah dijalankan oleh pegawai sesuai dengan regulasi yang sudah ditetapkan. Tetapi masih perlu mendapatkan evaluasi tentang hal ini. Dikarenakan sistem dan prosedur dalam melaksanakan pemungutan Pajak Air Tanah belum mampu dilaksanakan secara efektif ini terlihat dari target dan realisasi yang yang ditentukan belum dapat dicapai secara optimal. Belum tercapainya target tersebut tentunya ini sangat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan yang dijalankan oleh Badan Pengelolan Pajak Dan Retribusi Daerah Kota Metro dalam melakukan pemungutan Pajak Air Tanah, namun demikian faktor yang paling penting adalah komunikasi dan koordinasi kegiatan antara pihak wajib pajak dan badan pelaksana pada BAPENDA Kota Metro. Kebijakan-kebijakan dan sistem pengambilan keputusan masih bersifat sentralistis, semua tergantung pimpinan, seharusnya sebagai organisasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat harus dapat mendelegasikan sebagian urusan kepada staf pimpinan menengahnya sehingga komunikasi dan koordinasi dalam melaksanakan kegiatan pemungutan Pajak Air Tanah dapat berjalan lancar sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.

  Faktor Penghambat Pemungutan Pajak Air Tanah adalah : 1)

  Terlambatnya penyampaian laporan Nilai Pemakaian Air (NPA) dari Dinas Pertambangan dan Energi kepada Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah sehingga berakibat pemungutan Pajak Air Tanah kepada wajib pajak menjadi terlambat.

  Wajib pajak juga terlambat dalam menyampaikan laporan pemakaian air tanah kepada Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Metro sehingga NPA oleh BAPENDA memakan waktu lebih lama. 3)

  Keterbatasan jumlah personil di BAPENDA untuk mendata ulang wajib pajak adalah hal lain yang menghambat kelancaran pemungutan Pajak Air Tanah.

  4) Pencatatan meteran air masih menggunakan sistem manual.

  5) Perusahaan yang menggunakan air tanah dalam proses produksinya ternyata sudah tidak menggunakan air tanah lagi disebabkan debit air yang semakin berkurang bahkan tidak memiliki debit air lagi, tetapi perusahaan tidak melaporkan hal ini kepada BAPENDA Kota Metro sehingga perusahaan tersebut masih dimasukkan ke dalam data daftar wajib pajak air tanah.

  6) Beban tugas BAPENDA yang padat menyebabkan personil yang menangani pendataan dan penghitungan Nilai Pemakaian Air (NPA) kurang menjalin komunikasi dengan wajib pajak.

3.2 Faktor Penghambat Pemungutan Pajak Air Tanah dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro.

  7) Lokasi wajib pajak yang berjauhan

  8) Infrastruktur yang kurang lainnya dalam hal pemungutan Pajak Air Tanah. 9)

  Petugas BAPENDA harus menunggu laporan NPA terkumpul sesuai dengan jumlah wajib pajak di setiap kecamatan baru di distribusikan kepada para wajib pajak selain untuk menghemat waktu dan biaya dalam pemungutan pajak. 10)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

  Banyak wajib pajak yang Pajak Air Tanah. 11)

  Pegawai pemungut pajak kurang bekerja secara maksimal dan tidak sesuai dengan intruksi Pemerintah Daerah. 12)

  Lemahnya koordinasi dan komunikasi yang dilakukan oleh Pemda, BAPENDA dan institusi terkait dalam melaksanakan kebijakan pemungutan Pajak Air Tanah sehingga menyebabkan tidak stabil pendapatan dari Pajak Air Tanah setiap tahunnya.

  13) Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 Agustus 2017 dengan Kasubbid Pembukuan dan Pelaporan Kota Metro Ibu Suprihana, S.H beliau menyatakan : “Pihaknya mengalami kesulitan dalam hal menangani pendataan wajib pajak air tanah. Kepala seksi dan staf hanya berjumlah masing- masing 1 (satu) orang sementara beban tugas di bidang kami cukup padat, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menangani Pajak Air Tanah ini.

  14) Belum optimalnya Pemungutan

  Pajak Air Tanah yang mengakibatkan renanhnya kontribusi terhadap PAD. 15)

  Sejak Oktober 2016 Pajak Air karena tidak ada ketetapan dari Gubernur Lampung untuk memungut pajak dan tidak ada inisiatif petugas untuk meminta surat ketetapan untuk menarik pajak air tanah.

  4.1 Kesimpulan 1.

  Tata cara pelaksana pemungutan Pajak Air Tanah yang pertama, menunjuk Kepala Bagian Perekonomian untuk : menerima laporan Pemanfaatan Air Tanah yang disampaikan Wajib Pajak, melaksanakan penghitungan dan menetapkan NPA sesuai dengan kondisi obyek Pajak, untuk disampaikan kepada Dinas yang menangani Pajak Daerah, kemudian melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap Wajib Pajak atas laporan volume pengambilan dan/ pemanfaatan Air Tanah. Kedua, menunjuk Kepala Dinas untuk : melaksanakan penghitungan dan penetapan pajak berdasarkan NPA, mengaudit pembayaran wajib pajak yang telah disetor pada Kas Daerah, melaksanakan tagihan kepada wajib pajak yang menunggak, evaluasi dan pengawasan instansi terkait atas NPA dan pengelolaan pajak, menetapkan target, menetapkan dan menerbitkan SKPD PAT atas nama Walikota, melaksanakan pendataan, dan menetapkan wajib pajak.

  Tata cara pembayaran dan pendataan yang dilakukan petugas kemudian mendatangi wajib pajak dengan membawa Dokumen-Dokumen di bidang Perpajakan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku. Pembayaran pajak yang terutang harus disetorkan oleh wajib pajak ke kas daerah (Bank Lampung) dan/atau bendahara menggunakan formulir SPPD (selambat-lambatnya 15 hari sejak tanggal penetapan dalam SKPD). Penagihan pajak dilakukan dengan cara Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 hari (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak. SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

  PAT Kota Metro belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD, hal ini dapat dibuktikan dari realisasi PAT Kota Metro lebih rendah dari target yang ditetapkan. Sehingga, PAD mengalami penurunan dikarenakan PAT yang tidak memenuhi target dan tidak stabil realisasinya dalam setiap tahun.

  2. Faktor Penghambat Pemungutan Pajak Air Tanah dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro salah satunya Lemahnya koordinasi dan komunikasi yang dilakukan oleh Pemda, BAPENDA dan institusi terkait dalam melaksanakan kebijakan pemungutan Pajak Air Tanah sehingga menyebabkan tidak stabil pendapatan dari Pajak Air Tanah setiap tahunnya.

  4.2 Saran 1.

  Diharapkan para petugas dapat melakukan tugasnya dengan optimal sesuai Perda No. 02 Tahun 2011 tentang PAT Kota Metro sehingga realisasi pemungutan PAT sesuai dengan target yang ditentukan dan memberikan kontribusi yang lebih untuk PAD Kota Metro.

  2. Diharapkan pemerintah kota menyediakan fasilitas agar memudahkan para pekerja pencatat dan pemungutan Pajak Air Tanah.

  

DAFTAR PUSTAKA

Erly, Suandy .2011. Hukum Pajak.

  Salemba Empat Muljono, Djoko . 2010. Hukum

  Pajak , Andi, Yogyakarta

  Siahaan, Marihot. P, 2013. Pajak

  Daerah Dan Retribusi Daerah ,

  Bandung, Rajawali Press Peraturan Walikota Metro Nomor. 35

  Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Perda Kota Metro Nomor. 02 Tahun 2011 Tentang Pajak Air Tanah.

  Peraturan Daerah Kota Metro Nomor

  02 Tahun 2011 Tentang Pajak Air Tanah

  Dinas Pendapatan Kota Metro,

  Daftar Induk Wajib Pajak Air Tanah Bulan Maret 2017