PEMANFAATAN TEMPURUNG KELAPA DAN TEMPURUNG SAWIT UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR SEBAGAI PENGHILANG BAU PADA LATEKS DENGAN METODE PIROLISIS

  

PEMANFAATAN TEMPURUNG KELAPA DAN

TEMPURUNG SAWIT UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

SEBAGAI PENGHILANG BAU PADA LATEKS DENGAN

METODE PIROLISIS

Tamzil Aziz*, M. Furqon Indraman, Ucu Alawiyah

  Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  Email: tamzil54@gmail.com

  

Abstrak

  Asap cair merupakan suatu hasil lainnya. Pada penelitian ini digunakan metode pirolisis dan destilasi. Proses pirolisis ini dilakukan dengan tiga variasi untuk lama waktu pirolisa yaitu 10,20 dan 30 menit,

  o

  serta empat variasi perbedaan temperatur yaitu 150,200,250 dan 300

  C. Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan untuk mengetahui kadar asam asetat dan kadar fenol yang terkandung dalam asap cair yang dihasilkan. Tempurung kelapa menghasilkan asap cair yang berkualitas lebih baik dibandingkan asap cair yang dihasilkan dari cangkang sawit.

  Kata Kunci: Tempurung kelapa, tempurung sawit, asap cair, pirolisis, destilasi. Abstract

  Liquid smoke is the condensate of combustion products that is produced direct or indirect from material which contains lignin, cellulose, hemicellulose and other carbon compounds. In this study pyrolysis and distillation method are empoyed. Pyrolysis process was carried out with three variations of time of pyrolysis namely 10.20 and 30 minutes, and four variations of temperature difference are 150,200,250

  o

  and 300

  C. In this study, calculations of determine levels of acetic acid and phenol content in the liquid smoke produced. Liquid smoke from shells produced better quality than the liquid smoke produced from palm shell.

  Keyword: Shell of coconut oil, shell of palm oil, liquid smoke, pyrolysis, distillation.

1 . PENDAHULUAN penguraian senyawa-senyawa kimia dari

tempurung kelapa pada proses pirolisis.

  Dengan adanya ilmu pengetahuan dan Pada proses pirolisis juga dihasilkan teknologi maka beberapa hasil samping asap cair, tar dan gas-gas yang tak terembunkan. pertanian kelapa serta sawit seperti tempurung,

  Asap cair yang merupakan hasil sampingan dari sabut, serta cangkang sawit dapat diolah industri arang aktif tersebut mempunyai nilai menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi ekonomi yang tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggi, seperti arang tempurung kelapa dibuang ke yang sangat potensial untuk diolah menjadi atmosfir. Asap cair diperoleh dari pengembunan arang aktif. Dengan meningkatnya produksi asap hasil penguraian senyawa-senyawa organik arang aktif yang menggunakan bahan dasar yang terdapat dalam kayu sewaktu proses tempurung kelapa maka akan mengakibatkan pirolisis. terjadinya pencemaran udara karena adanya

  Berbagai jenis kayu dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan asap cair, seperti yang telah dilakukan oleh Tranggono dkk. (1996) dalam penelitiannya yang memanfaatkan berbagai jenis kayu di Indonesia sebagai bahan dasar pembuatan asap cair. Untuk mendapatkan asap yang baik sebaiknya menggunakan kayu keras seperti kayu bakau, kayu rasamala, serbuk dan gergajian kayu jati serta tempurung kelapa sehingga diperoleh produk asapan yang baik (Astuti, 2000). Penggunaan asap cair terutama dikaitkan dengan sifat-sifat fungsional asap cair, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antibakteri, antijamur, dan potensinya dalam pembentukan warna coklat pada produk. Asap cair dapat diaplikasikan pada bahan pangan karena dapat berperan dalam pengawetan bahan pangan.

  Dengan melihat potensi asap cair sebagai penghilang bau lateks yamg memberikan hasil lebih baik jika dibandingkan dengan asam formiat , ditambah lagi nilai ekonomis asap cair yang dapat dibuat dari limbah cangkang sawit dan tempurung kelapa maka penulis merasa perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap asap cair .

  Selulosa 26,6 % Hemiselulosa 27,7 % Lignin 29,4 % Abu 0,6 % Komponen Ekstraktif 4,2 % Uronat Anhidrat 3,5 % Nitrogen 0,1 % Air 8,0 % Pirolisis

  3. Residu (karbon) : Tempurung kelapa dan

  2. Destilat berupa asap cair dan tar : Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah metanol dan asam asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam format, asam butirat dan lain-lain.

  2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain.

  4 , H

  2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, CH

  1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa gas CO

  Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dan cangkang dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Widjaya, 1982). Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam penggolongan produk yaitu :

  Tabel 2. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa (Suhardiyono 1988) Komponen Presentase

  Cangkang Sawit Cangkang merupakan bagian paling keras pada komponen yang terdapat pada kelapa sawit. Saat ini pemanfaatan cangkang sawit di berbagai industri pengolahan minyak CPO belum begitu maksimal. Ditinjau dari karakteristik bahan baku, jika dibandingkan dengan tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit memiliki banyak kemiripan. Perbedaan yang mencolok yaitu pada kadar abu (ash content) yang biasanya mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit.

  keras dengan kadar air sekitar enam sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering), dan terutama tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa.

  Apabila tempurung kelapa dibakar pada temperatur tinggi dalam ruangan yang tidak berhubungan dengan udara maka akan terjadi rangkaian proses peruraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan akan menghasilkan arang selain destilat, tar dan gas (Anonim, 1983). Destilat ini merupakan komponen yang sering disebut sebagai asap cair. T empurung kelapa termasuk golongan kayu

  20,5 Tempurung Kelapa

  (volatile matter) 69,5 Karbon Aktif Murni (fixed carbon)

  7,8 Kadar Abu (ash content) 2,2 Kadar yang menguap

  Kadar Air (moisture in analysis)

  Tabel 1. Karakteristik Bahan Baku Cangkang Sawit Parameter Hasil (%)

  kayu mempunyai komponen-komponen

  3. Sampel cangkang sawit dan tempurung kelapa yang telah dikeringkan dan didinginkan didalam desikator.

  2. Timbang cangkang sawit dan tempurung kelapa sebanyak 100 gram

  Pengukuran pH Asap Cair

  7. Catat volume asap cair yang didapat dan timbang arang yang terbentuk

  6. Hasil kondensasi ditampung di erlemeyer dan lakukan proses kondensasi sesuai dengan lama pembakaran

  5. Nyalakan kompor, tunggu sampai suhu yang dikehendaki tercapai dan jaga suhu agar tetap konstan

  4. Hubungkan corong asap dengan kondensor menggunakan selang dan sambungkan termokopel ke reaktor

  3. Masukkan cangkang sawit dan tempurung kelapa ke dalam reaktor

  yang hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin.

  1. Siapkan 1 unit kondensor

  Pirolisis lignin Lignin merupakan komponen utama penyusun yang lazimnya terdapat di dalam setiap kayu yang bersrtruktur keras.

  Proses Pembuatan Asap Cair

  Pengambilan Contoh

  Sampel diambil di industri sawit dan kelapa yang dapat dijumpai di sekitar Palembang.

  Analisa kadar air dari cangkang sawit dan tempurung kelapa

  1. Timbang cawan kosong yang akan digunakan sebagai wadah cangkang sawit dan tempurung kelapa (berat

  C). Ambil cangkang sawit dan tempurung kelapa beberapa gram, kemudian timbang lagi beserta cawannya (berat A).

  2. Cangkang sawit dan tempurung kelapa dikeringkan di dalam oven pada temperature 100

  o C selama 1 jam.

  Bahan

  o C.

  4. Sampel cangkang sawit dan tempurung kelapa yang sudah didinginkan ditimbang (berat B).

  dan fenol

  Pirolisis selulosa Selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit glukosa (Fengel dan Wegener, 1995). Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280

  o

  C dan berakhir pada 300-350

  o C.

  Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap, yaitu :

  1. Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa.

  2. Tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan homolognya, bersama-sama air dan sejumlah kecil furan

  Pirolisis hemiselulosa Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti pentosan

  ). Pirolisis pentosan menghasilkan furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat. Pirolisis heksosan terutama menghasilkan asam asetat dan homolognya. Hemiselulosa akan terdekomposisi pada temperatur 200-250

  (C

  5 H

  8 O

  4

  ) dan heksosan (C

  6 H

  10 O

  5

2. METODOLOGI PENELITIAN Bahan yang digunakan

  • – Bahan yang digunakan yaitu limbah tempurung kelapa dan limbah cangkang sawit,NaOH, aquadest, dll.

  C Waktu Pirolisis : 10 menit, 20 menit, dan 30 menit

  Pengukuran pH asap cair dengan menggunakan pH meter, sebelum dilakukan pengukuran pH meter terlebih dahulu di kalibrasi dengan larutan buffer.

  5. Hitung kandungan asam asetat dalam asap cair

  4. Catat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi.

  3. Titrasi dengan NaOH 0,1 N

  2. Tambahkan 3 tetes indicator phenolptalin.

  1. Ambil beberapa 0,2 ml asap cair yang didapatkan lalu tambahkan aquadest sampai volumenya 100 ml.

  Analisa Kandungan Asam Asetat dengan Cara Titrasi

  Parameter yang digunakan

  O

  Massa bahan baku : 200 gram pH : Tempurung Kelapa 4,2 Cangkang Sawit 3,29 Temperatur : 150

  o

  C, 200

  O

  C, 250

  C, 300

  O

  Analisa Kandungan Fenol

  2.Tambahkan H PO sebanyak 1 ml dan CuSO

  3

  4

  4 1.

  sebanyak 1 ml. Ambil beberapa ml asap cair lalu ditambah dengan aquadest sampai volumenya 100 ml.

  3. Destilasi sampai didapat destilat sekitar 80

  80

  l) ml. m (

  60

  4. Tambah 30 ml air aquadest, lanjutkan

  ir a

  destilasi sampai jumlah destilat 100 ml. C

  p

  40 10 menit

  a

  5. Destilat ditambah dengan 2 ml NH Cl, dan

4 As

  20 menit e

  20 NH OH sebanyak 1 ml.

  4 m lu

  30 menit o

  V

  6.Tambahkan 0,5 ml larutan amino antipirin, 200 400 kocok. o

  Temperatur Pirolisis (

  C)

  7.Tambahkan 0,5 ml larutan kalium ferisianida kocok dan diamkan.

  8. Ekstrak dengan kloroform 5 ml

  Gambar 2. Pengaruh waktu dan temperature

  9. Saring ekstrak melalui kertas saring yang pirolisis cangkang sawit terhadap volume asap diberi zat 1 gr natrium sulfat anhidrat. cair

  10.Hasil saringan segera diukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang Dari data hasil percobaan dan grafik 480nm. pengaruh waktu dan temperatur pirolisis terhadap volume asap cair di atas, terlihat

  BLOK DIAGRAM PEMBUATAN ASAP

  bahwa volume produk asap cair terus meningkat

  CAIR DARI CANGKANG SAWIT DAN

  bersamaan dengan meningkatnya temperatur

TEMPURUNG KELAPA

  dan waktu pirolisis. Semakin tinggi waktu pirolisis maka cangkang sawit dan tempurung

CANGKANG SAWIT

  kelapa akan semakin banyak, hal ini dapat

DAN TEMPURUNG

  dilihat semakin banyaknya arang yang

  KELAPA

  terbentuk. Dengan demikian jumlah asap yang akan dikondensasikan menjadi asap cair pun

  DI MASUKKAN akan semakin banyak.

  KEDALAM DI TIMBANG REAKTOR

  Selama proses pirolisis berlangsung proses dekomposisi yang melibatkan proses

  PROSES PIROLISA pemutusan dan pembentukan ikatan yang baru.

  Temperatur pirolisis berpengaruh terhadap

  BERBAGAI

  pemutusan rantai hidrokarbon dari polimer pada

  VARIABEL,

  cangkang sawit dan tempurung kelapa sehingga

KONDENSASI ASAP SUHU DAN

  jumlah asap cair yang dihasilkan pun akan

  LAMA berbeda pada setiap kenaikan temperatur. PEMBAKARAN

  Meningkatnya temperatur pirolisis

  ASAP CAIR menyebabkan semakin besar pula unsur- unsur

  dalam cangkang sawit dan cangkang kelapa yang terurai dan terkondensasikan menjadi asap cair. Asap cair yang diperoleh dari cangkang sawit dan tempurung kelapa ini mengandung

  150

  l) m

  banyak senyawa kimia diantaranya asam asetat,

   (

  100

  ir fenol, formaldehid, alkohol dan ester. a 10 menit

   C

  50

  p a 20 menit

  Penelitian yang dilakukan sebelumnya

   As e

  oleh bakkara (2007) juga mendapatkan

  30 menit m

  200 400

  lu

  hubungan antara waktu dan temperatur pirolisis

  o

  V O Temperatur (

  C)

  terhadap produk asap cair sama dengan yang didapatkan pada penelitian ini. Pada proses pirolisis yang dilakukan bakkara terhadap

  Gambar 1. Pengaruh waktu dan temperatur

  serbuk gergaji dan kayu meranti, kondensasi pirolisis tempurung kelapa terhadap volume pada penelitian ini terjadi dengan baik. Proses asap cair kondensasi yang berjalan baik ini menyebabkan

   C) 10 menit 20 menit 30 menit

  pirolisis terhadap kandungan Asam Asetat (Cangkang Sawit)

  Ka n d u n g a n As a m As e ta t( m g /m l) Suhu Pirolisis ( o

  50 100 150 200 200 400

  C) 10 menit 20 menit 30 menit

  Ka n d u n g a n As a m As e ta t (m g /m l) Suhu Pirolisis ( o

  50 100 150 200 200 400

  C selama 10 menit yaitu sebesar 85,8 mg/gram untuk sampel tempurung kelapa dan 110,4 mg/gram untuk sampel cangkang sawit, dan

  o

  Dari table tersebut diatas dapat diketahui bahwa setiap gram cangkang sawit dan tempurung kelapa menghasilkan asam asetat yang bervariasi pada setiap temperatur dan waktu pirolisa. Asam asetat terendah didapat dari pirolisa cangkang sawit dan tempurung kelapa pada temperatur 150

  Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu dan tinggi temperatur pirolisis cangkang sawit dan tempurung kelapa maka kandungan asam asetat pada asap cair pun akan semakin tinggi. Tingginya temperatur pirolisis dan waktu pirolisis, menyebabkan semakin tinggi panas pada cangkang sawit dan tempurung kelapa untuk menguraikan hemiselulosa dan selulosa menjadi komponen-komponen senyawa kimia yang bersifat asam terutama asam asetat. Banyaknya asam asetat yang dihasilkan dari pirolisa cangkang sawit tempurung kelapa, dapat dilihat pada grafik 3 dan 4.

  Gambar 4. Pengaruh waktu dan temperatur

  semua asap yang terbentuk dengan baik dan terkonversi menjadi asap cair.

  pirolisis terhadap kandungan Asam Asetat (Tempurung Kelapa)

  Gambar 3. Pengaruh waktu dan temperatur

  Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa asap cair yang diperoleh dari cangkang sawit dan tempurung kelapa mengandung asam asetat. Kandungan asam asetat yang terdapat dalam asap cair berbeda pada setiap variable temperatur dan waktu pirolisa. Kandungan asam asetat pada asap cair pada berbagai kondisi operasi dapat dilihat pada grafik berikut ini :

  Kandungan Asam Asetat Pada Asap Cair

  Hasil pengukuran kadar keasaman asap cair yang dihasilkan menunjukkan level tertinggi untuk tempurung kelapa yaitu sekitar 4

  Derajat keasaman, yang disebut dengan pH merupakan salah satu parameter penting yang perlu diukur pada penelitian ini, mengingat salah satu penggunaan asap cair sebagai bahan aditif dalam makanan. Harga pH akan semakin menurun dengan semakin meningkatnya temperatur dan waktu pirolisis. Hal ini di karenakan semakin banyaknya unsur- unsur dalam cangkang sawit dan tempurung kelapa yang terurai dan membentuk senyawa - senyawa kimia yang bersifat asam. Berdasarkan bahan baku yang dipakai, pH cangkang sawit cenderung lebih asam dari pada pH tempurung kelapa karena kandungan asam asetat pada cangkang sawit lebih tinggi.

  Hasil Pengukuran pH Asap Cair

  C selama 30 menit. Hal ini dikarenakan cangkang sawit dan tempurung kelapa mendapatkan jumlah panas terbanyak dengan waktu paling lama sehinnga unsur-unsur dalam cangkang sawit dan tempurung kelapa akan semakin banyak yang terurai dan terkondensasi menjadi asap cair.

  o

  Pada penelitian ini didapat asap cair dengan volume tertinggi pada temperatur pirolisis masing-masing sampai 300

  • – 4,15 dan cangkang sawit sekitar 3 – 3,05 dengan hasil tersebut telah ditunjukkan bahwa cangkang sawit cenderung lebih bersifat asam. Dalam hasil pengukuran pH berdasarkan bahan baku tersebut, memiliki rata-rata tingkat keasaman yaitu untuk tempurung kelapa ± 4,2 dan untuk cangkang sawit ± 3,29. Harga pH akan semakin menurun dengan semakin meningkatnya temperatur. Harga pH terendah terdapat pada asap cair dari hasil pirolisis pada suhu 300 C sewaktu 30 menit yaitu sebesar 1,98 untuk tempurung kelapa dan 1,67 untuk cangkang sawit. Berarti pada kondisi operasi ini, banyak senyawa – senyawa kimia yang bersifat asam.
tertinggi pada temperatur 300

  o

  4

  Banyaknya fenol yang dihasilkan dari pirolisa cangkang sawit dan tempurung kelapa

  50 100 200 400

  Ju m la h As a m As e ta tm g /m l) Suhu Pirolisis ( o

   C) 10 menit 20 menit 30 menit

  50 100 200 400

  Ju m la h As a m As e ta t( m g /m l) Suhu Pirolisis ( o

  C) 10 menit 20 menit 30 menit

  2

  6

  o

  8

  10 200 400

  Ka n d u n g a n F e n o l (m g /m l) Suhu Pirolisis ( o

  C) 10 menit 20 menit 30 menit

  5

  10

  15 200 400

  Ka n d u n g a n F e n o l (m g /m l) Suhu Pirolisis ( o

  C dengan waktu pirolisis 30 menit,yaitu sebesar 0,5472 mg/ml dari bahan tempurung kelapa dan 0,6292 mg/ml dari bahan cangkang sawit. Kandungan fenol ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan kandungan asam asetat. Hal ini dapat dikarenakan degrasi lignin lebih sulit dari pada degrasi selulosa, walaupun kandungan lignin dan selulosa tidak jauh berbeda.

  Kandungan fenol terbesar terdapat pada asap cair hasil pirolisis pada temperatur 300

  C selama 30 menit yaitu sebesar 155,1 mg/gram untuk sampel tempurung kelapa dan 183,3 mg/gram untuk sampel cangkang sawit.

  Kandungan Fenol pada Asap Cair

  Gambar 5. Pengaruh temperatur dan waktu

  pirolisis terhadap jumlah Asam Asetat yang dihasilkan pergram tempurung kelapa

  Gambar 6. Pengaruh temperatur dan waktu

  pirolisis terhadap jumlah Asam Asetat yang dihasilkan pergram cangkang sawit Pada penelitian ini, didapat produk asap cair yang memiliki kandungan asam asetat tertinggi yaitu pada temperatur pirolisis 300

  o

  C dengan waktu pirolisis 30 menit. Hasil yang di dapat yaitu sebesar 57,774 mg/ml untuk sampel tempurung kelapa dan 84,318 mg/ml untuk sampel cangkang sawit, hal ini di karenakan pada kondisi operasi ini selulosa mengalami proses degradasi termal terbaik sesuai dengan sifat selulosa yang akan terurai sempurna pada suhu 300

  o

  C dan membentuk senyawa-senyawa kimia yang bersifat asam seperti asam asetat.

  Fenol merupakan senyawa anti oksidan yang terdapat pada asap cair. Kandungan fenol pada asap cair diukur dengan menggunakan spektofotometer. Kandungan fenol pada asap cair hasil pirolisis pada berbagai temperatur dan waktu pirolisis dapat dilihat pada grafik berikut ini

  C, hal ini dikarenakan lignin yang merupakan senyawa pembentuk fenol pada asap cair telah terurai lebih optimal.

  Gambar 7. Pengaruh waktu dan temperatur

  pembakaran terhadap kandungan fenol (Tempurung Kelapa)

  Gambar 8. Pengaruh waktu dan temperatur

  pembakaran terhadap kandungan fenol (Cangkang Sawit)

  Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi temperatur dan waktu pirolisis maka kandungan fenol pun akan semakin meningkat. Pada suhu 150

  o

  C kandungan fenol sangat kecil, hal ini dikarenakan lignin yang terdapat pada cangkang sawit dan tempurung kelapa belum terurai karena kurangnya panas yang dihasilkan dari pirolisis. Kandungan fenol meningkat tajam pada suhu 250 dan 300

  o

  C) 10 menit 20 menit 30 menit dapat dilihat pada grafik 9 dan 10. Dari grafik tersebut dapat kita ketahui bahwa setiap gram cangkang sawit dan tempurung kelapa menghasilkan fenol yang bervariasi pada setiap temperatur dan waktu pirolisa. Fenol terendah didapat dari pirolisa pada temperature 150

  o

  o

  Ju m la h F e n o l (m g ) Temperatur Pirolisa ( o

  0,1 0,2 0,3 0,4 200 400

  C) 10 menit 20 menit 30 menit

  Ju m la h f e n o l (m g ) Temperatur Pirolisis ( o

  0,2 0,25 200 400

  0,1 0,15

  4. Limbah hasil pembakaran dari tempurung kelapa bisa dimanfaatkan sebagai arang aktif 0,05

  3. Kandungan asam asetat dan kandungan fenol pada kedua jenis sample, menunjukkan peningkatan pada saat temperatur semakin tinggi dan waktu pirolisis yang semakin lama.

  2. Hasil analisa kandungan asam asetat dan kandungan fenol yang lebih besar terdapat pada cangkang kelapa sawit, karena cenderung memiliki kandungan lignin lebih banyak dari pada tempurung kelapa.

  C dan selama 30 menit pembakaran.

  1. Banyaknya volume asap cair yang didapatkan ialah pada temperatur yang paling tinggi dan waktu pirolisis yang paling lama yaitu pada suhu 300

  C selama 10 menit yaitu sebesar 0,0319 mg/gr untuk tempurung kelapa dan 0,0970 mg/gr untuk cangkang sawit, dan tertinggi pada temperature 300

  4. KESIMPULAN Kesimpulan

  Asap cair yang digunakan sebanyak 10 ml ternyata dapat digunakan untuk menghilangkan bau lateks sebanyak 25 gram. Lateks yang sudah padat disiram dengan asap cair dan bau busuknya pun bisa berkurang bahkan tidak tercium lagi. Bau busuk pada lateks berubah menjadi bau asap. Hilangnya bau busuk itu karena adanya kandungan fenol didalam asap cair. Senyawa fenol dapat membunuh bakteri pembusuk yang mendegradasi protein menjadi asam-asam amino, sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Hal ini dikarenakan fenol yang terdapat dalam asap cair memiliki sifat bakteris statis yang tinggi sehingga menyebabkan bakteri tidak berkembang biak, dan bersifat fungisidal sehingga jamur tidak dapat tumbuh. Dengan demikian karet yang dihasilkan lebih berkualitas serta udara di sekitar pun jauh lebih baik dengan penggunaan asap cair ini.

  Pada penelitian ini asap cair yang dihasilkan digunakan sebagai penghilang bau lateks. Dalam pengolahannya lateks biasanya diangin-anginkan untuk memperoleh karet alam yang bermutu baik, Hal ini menimbulkan masalah karena menghasilkan bau di daerah sekitar. Untuk itu asap cair dapat ditambahkan pada lateks untuk menghilangkan bau busuk yang ditimbulkan dari aktifitas yang ada di dalam lateks.

  Aplikasi Asap Cair sebagai Penghilang Bau Lateks

  pirolisa terhadap banyaknya Fenol yang dihasilkan pergram cangkang sawit Kandungan fenol pada asap cair menurut peneliti sebelumnya (kayu tembesu,1998) sebesar 0,2-2,9 %. Kandungan fenol yang didapat dari penelitian tersebut jauh lebih kecil dari yang didapat. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah kandungan lignin yang terkandung lebih sedikit. Faktor lainnya adalah kurang tingginya temperatur pirolisis cangkang sawit dan tempurung kelapa sehingga kandungan lignin pada cangkang sawit dan tempurung kelapa belum terurai sempurna.

  Gambar 10. Pengaruh temperatur dan lama

  pirolisa terhadap banyaknya Fenol yang dihasilkan pergram Tempurung Kelapa

  Gambar 9. Pengaruh temperature dan lama

  C selama 30 menit yaitu sebesar 0,2038 mg/gr untuk tempurung kelapa dan 0,2894 mg/gr untuk cangkang sawit.

  o

  C) 10 menit 20 menit 30 menit karena tidak terdapat zat berbahaya yang terkandung didalamnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.

  1. Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menuliskan laporan penelitian ini.

  2. Bapak Ir. Tamzil Aziz, MPl Selaku dosen pembimbing penelitian Universitas Sriwijaya.

  3. Bapak Ir. H. A. R. Fachry, M. Eng. Selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UniversitasSriwijaya Palembang.

  4. Ibu Tuti Indah Sari, ST, MT. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya Palembang.

  5. Orang tua, keluarga, dan teman-teman penulis yang telah membantu baik secara moril dan materil selama melaksanakan penelitian.

  Budidaya dan Pemanfaatannya, Penerbit Kansius, Yogyakarta, 153-156.

  Suhardiyono, L., 1988, Tanaman Kelapa,

  Production and Uses of Smoke Based Flavors Food Tech, 49 (1) : 70 – 74.

  Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta. Pszczola, D.E., 1995, Tour Highlight

DAFTAR PUSTAKA

  Arang Aktif dan Asap Cair Tempurung,

  Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian. Maga, J.A 1987, Smoke in Food Processing, CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida. Palungkun, R., 2003, Aneka Produk Olahan

  Kelapa, Cetakan ke Sembilan, Penebar Swadaya, Jakarta.

  Girrard, J.P., 1992. Technology of Meat and Meat Products , Ellis Horwood, New York.

  akses pada tanggal 10 April 2012 dari enyawa-penyusun- asap-cair/

  komponen senyawa-senyawa asap cair . Di

  Anonim. 2012. Kandungan asap cair dan

  Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang.

  Rista, Utami. 2004. Pembuatan Asap Cair Dari Limbah Serbuk Gergaji Kayu Meranti.

  Anonim, 1983, Prototype Alat Pembuatan