12.1 KONDISI KELEMBAGAAN 12.1.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 44a102895a BAB XBAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN KOTA

  10 ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT

12.1 KONDISI KELEMBAGAAN

12.1.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Halmahera Barat nomor 15 tahun 2008 Tentang organisasi dinas-dinas daerah Kabupaten Halmahera Barat. Dengan Peraturan Daerah ini, dibentuk Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Halmahera Barat, yang terdiri dari :

  1. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

  2. Dinas Kesehatan

  3. Dinas Pertanian

  4. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

  5. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

  6. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

  7. Dinas Kelautan dan Perikanan

  8. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan PPH

  9. Dinas Kesejahteraan Sosial

  10. Dinas Pendidikan

  11. Dinas Kehutanan

  12. Dinas Pertambangan dan Energi 13. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

  Bupati Sekretaris Staf Ahli DPRD Pemerintahan Hukum & Organisasi & Ekonomi Asisten Pemerintahan Bagian BAGIAN HUMAS Humas,Kesrah dan Umum Asisten Sekretriat Bagian Umum & Perlengkapan Bagian Ekonomi Bagian Umum & Bagian Bagian Hukum & Organisasi Perlengkapan Keuangan BAGIAN KESRAH & Perundangan Bagian Risalah Perumahan Pekerjaan Kesehata Umum & n Dinas Dinas Dinas Dinas Dinas Dinas Perkebun Informasi Pertanian Koperas Perhubungan Kelautan & & i & UKM Komunikasi & Perikanan Perindustria& Perdagangan Dinas Transmigras Tenaga Kesejahtera Dinas Dinas Dinas Kerja an sosial Pendidika Kehutana Dinas Dinas n n Pertambanga n & Energi Kependud ukan & Dinas Capil BAPPEDA BPMD Badan KESBANG BKKBD & Badan Lingkungan Kantor Perpus, POL & LINMAS Keluarga Arsip & Badan Badan Pendapatan Kantor Inspektor Badan Pelaksana Penyuluh Sejahtera Dokumentasi Hidup BKPMD Perempuan Olahraga, Kebudayaan & Kebersihan & & Perlindungan Anak Pemadam Kantor Pemberdayaan Kantor Pemuda Kantor Tata Kota Pariwisata Kebakaran Kepegawaian Pengelolaan SATPOL Pertanian, Perikanan & Daerah Keuangan & Aset PP Kehutanan Daerah KECAMATAN at Daerah Desa/Keluraha n

Gambar 10.1 : Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Barat

  X - 2 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

  Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

12.1.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

A. Susunan Organisasi Bidang Cipta Karya

   Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat yaitu :

  1. Kepala Dinas;

  2. Sekretariat, membawahi :

  a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan

  b. Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa Konstruksi

  c. Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

  3. Bidang Penatagunaan Sumber Daya Air

  a. Seksi Pengelolaan, Sumber Daya Alam dan Pemeliharaan Irigasi

  b. Seksi Pengembangan Rawa dan Pantai

  c. Seksi Pengembangan Sungai, Danau dan Waduk

  4. Bidang Bina Marga

  a. Seksi Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana Jalan dan Jembatan

  b. Seksi Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan

  c. Seksi Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan

  5. Bidang Cipta Karya

  a. Seksi Perumahan, Pembangunan Gedung dan Pemukiman

  b. Seksi Penataan Bangunan dan Lingkungan

  c. Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air Minum

  6. Bidang Penataan Ruang dan Bina Program

  a. Seksi Penataan Ruang Wilayah

  b. Seksi Pengembangan Kawasan

  c. Seksi Program dan Perencanaan

  7. Unit Pelaksana Teknis Dinas

  8. Kelompok Jabatan Fungsional  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

  1. Kepala Badan;

  2. Sekretariat, membawahi :

  a. Sub Bagian Penyusunan Rencana Kegiatan

  b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

  b. Sub Bagian Keuangan

  3. Bidang Ekonomi a. Sub Bidang Pertanian, Sumber Daya Alam dan Lingkungan

  b. Sub Bidang Pertambangan, Energi, Perindakop dan Investasi

  8. Kelompok Jabatan Fungsional

  8. DPPKAD Kabupaten Halmahera Barat  Kelembagaan Air Limbah Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati Kabupaten Halamhera Barat tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap lembaga, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat dan kondisi actual pengelolaan air limbah di Kabupaten Halmahera Barat, maka Institusi yang berwewenang dalam pengelolaan limbah domestic di Kabupaten Halamahera Barat antara lain : Dinas pekerjaan Umum Kabupaten Halmahera

  7. PDAM Kabupaten Halmahera Barat

  5. Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) Kabupaten Halmahera Barat 6. Kantor Tata Kota dan Kebesihan Kabupaten Halmahera Barat.

  4. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Halmahera Barat

  3. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Halmahera Barat

  2. Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Barat

  1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Halmahera Barat

  Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat yang masuk dalam Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) yang memiliki keterkaitan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang langsung terkait dengan pembangunan sanitasi di Kabupaten Halmahera Barat adalah sebagai berikut :

  7. Unit Pelaksana Teknis

  4. Bidang Sosial Budaya

  b. Sub Bidang Pengembangan, Penelitian dan Kerja sama Pembangunan

  a. Sub Bidang Pengendalian Program, Evaluasi dan Pelaporan

  6. Bidang Pengendalian Program

  b. Sub Bidang Perhubungan dan Pengembangan Kawasan

  a. Sub Bidang Perumahan, Pemukiman dan Prasarana Wilayah

  5. Bidang Fisik dan Pra Sarana

  b. Sub Bidang Nakertrans dan PPH

  a. Sub Bidang Budaya, Kesra dan BKKBD

B. Organisasi Terkait Keciptakaryaan

  Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Barat, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Halmahera Barat.

   Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Barat Nomor 1 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Barat Nomor 16 Tahun 2008 tentang Sususnan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Halmahera Barat dan kondisi actual pengelolaan persampahan di Kabupaten Halmahera Barat. maka Institusi yang berwewenang dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Halmahera Barat adalah Kantor Tata Kota/Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Halmahera Barat.

   Kelembagaan Pengelolaan Drainase Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati Kabupaten Halamhera Barat tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap lembaga, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat dan kondisi actual pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten Halmahera Barat, maka Institusi yang berwewenang dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Halamahera Barat yakni Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Halmahera Barat.

12.1.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya dilakukan dengan pengisian jabatan pada setiap unit kerja walaupun dengan jumlah personil yang masih terbatas, tetapi jabatan kepala unit kerja pada umumnya telah terisi dalam rangka kelancaran roda organisasi. Menyangkut sarana dan prasarana kantor berkaitan dengan standar ideal (minimal) untuk kantor-kantor, ternyata masih sangat belum memadai baik dari kuantitas mapun kualitas peralatan yang ada saat ini, namun demikian dengan segala keterbatasan yang ada, roda pemerintahan telah berjalan, khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

  

Tabel. 10.1 Komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang CK

Unit Jenis Latar Belakang Jabatan Golongan

  

Kerja Kelamin Pendidikan Fungsional

  1

  2

  3

  4

  5 Gol I/II : 21 Pria : 53 Jafung TBP : 5

  Dinas Orang Orang < SMA : Orang Orang

  PU Gol III : 38 Wanita : 8 Jafung TPL : 5 Orang Orang SMA : 25 Orang Orang Gol IV : 2 Orang D3 : 4 Orang dst.

  S1 : 29 Orang

  S2/S3 : 3 Orang

12.2 ANALISIS KELEMBAGAAN

12.2.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Pelaksanaan struktur organisasi kelembagaan bidang cipta karya di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Halmahera Barat telah terbentuk sesuai dengan tugas pokok dan fungsi terkait keciptakaryaan, Peraturan WaliKabupaten Halmahera Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Tupoksi Dinas Pekerjaan Umum dan bidangnya. namun dalam pelaksanaannya seringkali terjadi tumpang tindih tugas khususnya pada hubungan kerja dengan instansi terkait lainnya. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya lempar tanggungjawab baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan program.

  Pemerintah Daerah dalam hal ini perlu melakukan pembenahan dalam lingkup hubungan kerja baik kaitannya dengan program maupun penyelenggaraan pembangunan, sehingga memperbaiki kejelasan dan lebih tegas dan adil dalam bentuk kebijakan masing-masing dinas terkait.

  Kendala eksternal kelembagaan yang lain adalah masih lemahnya koordinasi antara pemerintah Kota dengan Propinsi dan/atau pusat, terutama pada pemeliharaan sarana dan prasarana daerah yang merupakan milik provinsi/pusat. Contoh seperti pemeliharaan jalan dan atau infrastruktur lainnya, pemerintah Kota merasa bahwa untuk memelihara dan/atau merehabnya bukanlah tanggung jawabnya, melainkan tanggung jawab provinsi. Akibatnya, rehabilitasi dan/atau pemeliharaan jalan terhambat dan secara langsung atau tak langsung mempengaruhi kinerja perekonomian wilayah di sekitarnya yang menggunakan jalan tersebut sebagai jalur transporasinya. Pengelolaan Bidang Keciptakaryaan sepenuhnya masih ditangani oleh lembaga pemerintah, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya serta beberapa instansi terkait lainnya menyangkut hubungan kerja. Hingga saat ini sebagian besar masyarakat belum diikut sertakan dalam berbagai kebijakan, peran swasta masih dalam lingkup penyediaan jasa, sedangkan peran akademisi hanya dalam bentuk penelitian, dan lembaga lainnya seperti LSM terbatas pada lingkup fungsi control dan belum dalam peran pengadaan atau pembangunan infrastruktur.

  12.2.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Tata Laksana Pengendalian dan penyelenggraan pembangunan infrastruktur adalah milik bidang Cipta Karya, namun dalam prakteknya hal ini tidak berlangsung optimal. Belum semua program/kegiatan terkait pembangunan infrastruktur yang dilakukan berbagai SKPD Kabupaten Halmahera Barat diketahui, diverifikasi dan diawasi oleh Dinas Pekerjaan Umum. Walaupun demikian, fungsi verifikasi lapangan oleh Bidang Cipta Karya dalam program/kegiatan pembangunan infratstruktur sudah dilaksanakan, meskipun belum optimal. Bentuk ketatalaksanaan lain yang masih mengalami kendala tersendiri saat ini adalah tata naskah dinas, yaitu prosedur/tata cara komunikasi tertulis dalam bagian di SKPD atau antar SKPD. Kesalahan dalam tata naskah dinas seringkali memunculkan kesalahpahaman dan akan berdampak pada kinerja bagian/sub dinas terkait. Bagaimana pun pembentukan standar atau struktur baru menuntut tata naskah dinas dan kearsipan yang baru. Hal ini membutuhkan upaya sosialisasi tersendiri. Saat ini saja masih banyak petugas/pegawai pemerintah yang belum memahami tata naskah dinas ini.

  12.2.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Keberhasilan SDM penyelenggaraan program/kegiatan pembangunan infrastruktur, khususnya di bidang keciptakaryaan terletak pada kuantitas dan kualitasnya. Dari sisi kuantitas, jumlah sumberdaya manusia (SDM) sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah program/kegiatan yang harus dilaksanakan. Satu atau sekelompok orang/pegawai harus mengerjakan lebih dari satu kegiatan/program. Akibatnya, meskipun kegiatan/program dapat ditangani, namun hasilnya tidak bisa optimal. Keterbatasan SDM ini pula dan ditambah dengan keterbatasan fasilitas pendukung, hingga saat ini belum dilakukan pendataan atau inventarisasi infrastruktur yang telah ada serta kondisinya. Padahal, data adalah kebutuhan utama dalam setiap bentuk perencanaan. Dari sisi kualitas, kemampuan teknis SDM yang ada masih sangat terbatas dan sebagian tingkat pendidikan masih diploma dan SMA, Dari Tabel 10.2 dapat dilihat bahwa golongan ataupun pendidikan pegawai, termasuk yang duduk di jabatan struktural masih perlu ditingkatkan. Walaupun demikian, di sisi lain terlihat keunggulan SDM yang ada dengan tingkat pendidikan S2/S3. Para personil yang menduduki jabatan struktural di Dinas Pekerjaan Umum Khususnya Bidang Cipta Karya sebagian besar adalah orang yang telah mempunyai pengalaman di bidangnya.

  Kendala terkait SDM yang lain adalah lebih pada faktor eksternal, yaitu berhubungan dengan karakter dan sikap, baik dari para partner maupun masyarakat sebagai sasaran program/kegiatan. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Halmahera Barat memiliki kesadaran serta pemahaman tentang lingkungan hidup yang masih rendah dan dikenal berwatak keras. Para pelaksana program/kegiatan membutuhkan pendekatan khusus untuk mempengaruhi/meningkatkan kesadaran/pemahaman mereka. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi para pelaksana. Kendala eksternal lain adalah kesadaran politik yang masih relatif rendah sebagian besar masyarakat Kabupaten Halmahera Barat. Saat ada konflik politik, besar kecenderungan disertai dengan anarkisme, termasuk merusak sarana-prasarana yang ada. Kesadaran untuk memelihara sarana-prasarana yang ada relatif rendah dan ditambah dengan praktek anarkisme membuat jumlah dan kualitas sarana prasarana yang ada menurun.

12.2.4 Analisis SWOT Kelembagaan

  Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan. Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung factor produksinya. Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam bentuk investasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di Kabupaten Halmahera Barat.

  Analisis kelembagaan dilakukan menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat) guna mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang diindikasikan muncul dalam aspek kelembagaan guna peningkatan dan penguatan kapasitas kelembagaan nantinya. Analisa SWOT mempunyai pengertian sebagai berikut :

  1. Strength

  Merupakan :

  • Kekuatan/potensi sumber daya yang dapat menunjang penguatan kapasitas kelembagaan.
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi penguatan kelembagaan.

  Strength → Kekuatan dari dalam (internal)

  2. Weakness

  Merupakan :

  • Situasi/kondisi internal yang dapat menjadi hambatan dalam kelayakan dan penguatan kelembagaan.
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kapasitas kelembagaan atau melemahkan kelembagaan. Weakness → Kelemahan dari dalam (internal)

  3. Opportunity

  Merupakan :

  • Situasi/kondisi dari luar yang bila dimanfaatkan dengan baik dapat menunjang kelayakan dan penguatan kapasitas kelembagaan.
  • Kesempatan atau peluang yang membuat kelembagaan menjadi lebih layak atau dapat memerkuat kapasitas kelembagaannya. Opportunity → Peluang/kesempatan dari luar (eksternal)

  4. Threats

  Merupakan :

  • Situasi/kondisi dari luar yang dapat menghambat dalam mempertahankan atau mencapai penguatan kapasitas kelembagaan.
  • Merupakan ancaman dari luar.

  Threats → Ancaman dari luar (eksternal)

  Analisis SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi institusi / kelembagaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, dengan suatu matriks SWOT. Matrik ini dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategis, yaitu : a. Strategi SO

  • – Strenght Opportunities Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran institusi/kelembagaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

  b. Strategi ST

  • – Strenght Threats
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki institusi/kelembagaan untuk mengatasi ancaman.

  c. Strategi WO

  • – Weakness Opportunities Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

  d. Strategi WT

  • – Weakness Threats Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Penilaian lingkup strategis internal dan eksternal yang berpengaruh pada kapasitas kelembagaan adalah suatu pencermatan dan identifikasi tentang kondisi internal dan eksternal yang merupakan alat manajeman dasar, utamanya dalam pengambilan kebijakan dan pemecahan masalah. Dimana kajian SWOT untuk kapasitas kelembagaan Dinas Pekerjaan Umum khususnya Bidang Cipta Karya Kabupaten Halmahera Barat dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Identifikasi faktor-faktor internal

  Dari hasil kajian yang dilakukan diperoleh kondisi internal dengan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan, yang dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum yang berperan dalam pembangunan infrastruktur wilayah adalah sebagai berikut :

  1. Kekuatan (Strengths), meliputi : a. Kebijakan otonomi daerah.

  b. Komitmen pemerintah daerah dalam pengelolaan dan pembangunan infrastruktur.

  c. Eksistensi Tupoksi dari Dinas Pekerjaan Umum sebagai penyelenggara pembangunan infrastruktur wilayah.

  d. Mekanisme pengawasan yang kuat dari legislatif, LSM, pers dan masyarakat terhadap penyelenggaraan pembangunan.

  e. Hasil-hasil pembangunan infrastruktur yang ada selama ini telah dilaksanakan.

  2. Kelemahan (Weaknesses), meliputi :

  a. Kelembagaan pengelolaan infrastruktur wilayah masih belum mantap dan kapasitas pelayanannya masih rendah.

  b. Penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah masih belum sinergi dan terpadu.

  c. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pelaksana Pembangunan dan Pengelolaan Pelayanan masih relatif terbatas, mengakibatkan rendahnya kualitas dan produktifitas pelayanan.

  d. Masih terbatasnya fasilitas pendukung kantor dan lapangan.

  e. Koordinasi antara instansi pemerintah daerah terkait pembangunan infrastruktur wilayah masih rendah atau lemah.

  f. Keterbatasan anggaran pembiayaan pembangunan.

  g. Terbatasnya teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung pembangunan daerah.

  B. Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal

  2. Ancaman (Threats), meliputi : a. Ego sektoral lintas instansional.

  Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Jika kedua faktor tersebut dikombinasikan maka akan menjadi pendukung bagi pengembangan kelembagaan dalam konteks desentralisasi dengan membuat perencanaan, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah lintas sektoral yang nantinya menjadi bentuk keterpaduan dalam proses pelaksanaan pembangunan dan

  Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal tersebut, dapat dikemukakan 4 (empat) strategi dalam upaya pengembangan kelembagaan pembangunan infrastruktur wilayah di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Barat khususnya Dinas Pekerjaan Umum. Dengan menggunakan analisis SWOT maka diperoleh beberapa strategi sebagai berikut :

  A. Analisis swot

  b. Masih terbatasnya sarana/prasarana pendukung pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah, khususnya sarana/prasarana transportasi intra dan antar pulau.

  e. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur yang telah ada.

  d. Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan yang baik dan pembangunan yang berkelanjutan.

  c. Globalisasi akan menjadi ancaman apabila daerah tidak mempersiapkan diri secara baik.

  b. Degradasi lingkungan fisik.

  h. Kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal.

  Dari hasil kajian diperoleh kondisi eksternal dengan faktor-faktor peluang dan ancaman, yang dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum yang berperan dalam pembangunan infrastruktur wilayah di Kabupaten Halmahera Barat adalah sebagai berikut :

  g. Sejumlah hasil pembangunan yang telah dicapai.

  f. Tingginya permintaan pelayanan infrastruktur sehingga ketergantungan terhadap keberadaan infrastruktur dinilai relatif tinggi.

  e. Masih sedikitnya jumlah investor bila dibandingankan dengan jumlah potensi sumber daya alam yang tersedia sehingga menyebabkan peluang investasi yang relatif tinggi.

  d. Iklim desentralisasi yang memberi kemungkinan bagi daerah untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya.

  c. Stabilitas keamanan daerah yang telah kondusif.

  b. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) tersedia.

  a. Paradigma pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah yang multi sektoral sehingga stakeholder yang terlibat relatif banyak.

  1. Peluang (Opportunities), meliputi :

1. Strategi SO

  pengelolaan infrastruktur wilayah di Kabupaten Halmahera Barat. Beberapa strategi yang diarahkan antara lain : a. Meningkatkan dan menjaga eksistensi tugas pokok dan fungsi dari Dinas

  Pekerjaan Umum sebagai penyelenggara pembangunan infrastruktur wilayah dalam lingkup otonomi daerah dengan didukung adanya komitmen dari pemerintah daerah.

  b. Meningkatkan dan menjalin koordinasi yang berkelanjutan bersama seluruh stakeholder dalam lingkup multi sektoral guna melaksanakan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur secara terpadu .

  c. Menjaga dan memelihara infrastruktur yang ada selama ini telah dilaksanakan.

  d. Penyusunan dan penyempurnaan rencana-rencana pembangunan infrastruktur wilayah.

  e. Menyediakan pemenuhan kebutuhan pelayanan infrastruktur yang merata guna mempercepat pembangunan daerah multi sektoral.

  2. Strategi ST Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

  Sebaiknya Dinas Pekerjaan Umum dalam kelembagaan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah dalam konteks desentralisasi, memanfaatkan faktor kekuatan yang dimiliki melalui kegiatan, sosialisasi dan sebagainya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat maupun instansional multi sektoral dalam lingkup pemerintah daerah terhadap pembangunan dan pengelolaan infrastruktur, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Klarifikasi dan kejelasan tugas pokok dan fungsi lembaga terkait sangat diperlukan dalam pengaturan kewenangan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah. Beberapa strategi yang diarahkan antara lain : a. Melakukan klarifikasi dan kejelasan tugas pokok dan fungsi lembaga terkait pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah guna menjalin kerjasama penanganan yang terpadu dan mengurangi ego sektoral lintas instansional.

  b. Mengupayakan kegiatan sosialisasi dan lainnya kepada masyarakat guna membuka pemahaman dalam pemanfaatan dan pemeliharan infrastruktur yang ada.

  c. Membuka dan meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana transportasi antar dan intra pulau guna membuka akses bagi pengembangan pelayanan infrastruktur secara merata.

  d. Menyiapkan dan meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah dalam rangka memasuki era globalisasi.

  e. Melakukan upaya mitigasi dampak lingkungan guna mengurangi degradasi lingkungan dan menjaga keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam yang ada.

  3. Strategi WO

  Strategi WO adalah strategi yang menggunakan peluang untuk meminimalkan kelemahan. Mengingat pembangunan infrastruktur wilayah dalam pengelolaannya akan melibatkan lembaga/instansi lintas sektoral, maka keserasian dan keterpaduan kelembagaan pengelolaan infrastruktur dirasakan sangat perlu termasuk didalamnya mekanisme kerja dan koordinasi antar lembaga. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi pengelolaan yakni pada instansi yang berwenang mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah seperti BAPPEDA yang bukan berperan sebagai pelaksana pengelolaan. Sedangkan untuk pelaksanaan operasional dan pemeliharaannya dilaksanakan oleh instansi teknis terkait pada tiap sektor pembangunan infrastruktur yang ada seperti Dinas Pekerjaan Umum, PDAM, dan dinas terkait lainnya. Beberapa strategi yang diarahkan antara lain : a. Memantapkan koordinasi lintas sektoral kelembagaan secara terpadu terkait pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah guna meningkatkan kapasitas pelayanan.

  b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM dan peralatan pendukung kelembagaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur wilayah.

4. Strategi WT

  Strategi WT adalah strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman yang ada. Berdasarkan kedua faktor tersebut maka yang harus dilakukan adalah peningkatan kapasitas kelembagaan baik dari sisi SDM maupun perangkat pendukung serta memperbaiki koordinasi lintas sektoral pengelolaan infrastruktur wilayah. Beberapa strategi yang diarahkan antara lain :

  a. Mengupayakan peningkatan pendapatan daerah guna meningkatkan anggaran pembiayaan pembangunan infrastruktur.

  b. Pengalokasian anggaran pembiayaan yang terukur, efektif, dan berdasarkan prioritas. Membuka dan mempercepat penyediaan teknologi informasi dan komunikasi guna mendukung pembangunan daerah.

Tabel 10.2. Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

  N

  INSTANSI YANG TUGAS DAN FUNGSI INSTANSI O NAMA SOP TERLIBAT DALAM SOP .

  1

  2

  3

  4 Pengembangan Permukiman

  Dinas Pekerjaan SOP Bidang Umum

  1 Pengembangan dan Kab.Halmahera Pelaksanaan Teknis Penyelengaraan . Permukiman Barat Pemb.Perumahan dan Permukiman

  2 . d s t. Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Dinas Pekerjaan SOP Bidang Umum

  1 Penataan Bangunan Kab.Halmahera Pelaksanaan Teknis Penyelengaraan . dan Lingkungan Barat Penataan Ruang dan Bangunan

  2

  N

  INSTANSI YANG TUGAS DAN FUNGSI INSTANSI O NAMA SOP TERLIBAT DALAM SOP .

  . d s t. Pengembangan Air Minum

  Dinas Pekerjaan SOP Bidang Umum

  1 Pengembangan Air Kab.Halmahera Pelaksanaan Teknis Penyelengaraan . Minum Barat Pemb.Air Bersih

  2 . d s t. Pengembangan PLP

  SOP Bidang Dinas Pekerjaan Pengembangan Umum Pelaksanaan Teknis Penyelengaraan

  1 Lingkunan Kab.Halmahera Pemb.Penyehatan Lingkungan . Permukiman Barat Lingkungan Permukiman

  2 . d s t. SOP Non Teknis

  Dinas Pekerjaan Umum Pelaksanaan Urusan

  1 SOP Bagian Umum Kab.Halmahera Administrasi,Surat Menyurat dan . dan Kepegawaian Barat Kearsipan

  2 .

12.3 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

12.3.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Rencana Pengembangan Keorganisasian yaitu : 1. Pengembangan Kualitas dan Kuantitas organisasi bidang Cipta Karya.

  2. Pengembangan kapasitas organisasi mengacu pada kebijakan nasional dan kebijakan otonomi daerah,

  3. Konsistensi pemerintah daerah dalam pembangunan infrastruktur baik sebagai tupoksi maupun penyelenggara,

  4. Pengembangan kapasitas bersifat multi-dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu yakni jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek,

  5. Pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stakeholders”,

  6. Pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven”, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri,

  7. Meningkatkan fasilitas pendukung kantor dan operasional lapangan.

  8. Restrukturisasi BUMD dalam pelayanan umum infrastruktur yang berkaitan dengan pelaksanaan Pekerjaan Umum guna meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah.

  12.3.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana

  Rencana Pengembangan Tata Laksana yaitu :

  1. Menempatkan peranan masyarakat, swasta, LSM, dan akademisi secara proposional sesuai dengan potensi, kompetensi, dan atraktif minatnya dan tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap.

  2. Meningkatkan peran serta, investasi swasta dan masyarakat dengan menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan transparan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur wilayah khususnya di bidang Cipta Karya,

  3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas operasional tata laksana penyelenggaraan infrasturktur,

  4. Mengedepankan kepentingan umum sesuai dengan standar pelayanan minimum

  12.3.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia yaitu :

  1. Meningkatkan profesionalisme dan kualitas SDM dalam meningkatkan kemampuan manajemen dan teknis serta pembinaannya ditiap bidang dan sub- bidang Pekerjaan Umum.

  2. Mendorong dan memfasilitasi pendidikan profesi untuk Sumber Daya Manusia (SDM) baik melalui seminar, maupun pelatihan ditiap sektor Pekerjaan Umum.

  3. Meningkatkan kuantitas SDM di Bidang Pekerjaan Umum yang berkualitas melalui penerimaan PNS.

  4. Menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan dalam rangka penyusunan standart kompetensi SDM.

  5. Pengembangan sistem informasi, kegiatan sosialisasi dan penyuluhan, evaluasi dan kajian peraturanperaturan bidang Pekerjaan Umum.

  Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 X - 20

Tabel 10.3 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

  Aspek Kelembagaan Startegi Rencana Aksi Organisasi

  Pengembangan Kualitas dan Kuantitas organisasi bidang Cipta Karya.

  Penerimaan pegawai yang kompotensi sesuai bidang dengan tingkat pendidikan minimal strata

  Pengembangan kapasitas organisasi mengacu pada kebijakan nasional dan kebijakan otonomi daerah,

  Melakukan sinkronisasi baik dalam kebijakan, peraturan, penataan ruang, maupun pembangunan infrastruktur dengan pemerintah pusat

  Konsistensi pemerintah daerah dalam pembangunan infrastruktur baik sebagai tupoksi maupun penyelenggara,

  Melaksanakan pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan sesuai dengan rencana dan program pembangunan 5 tahunan (janga panjang, menengah, pendek)

  Pengembangan kapasitas bersifat multi- dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu yakni jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek

  Pembangunan berkesinambungan dan konsisten baik dalam skala priorotas maupun skala kota atau pedesaan

  Pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stakeholders”, Pembangunan yang dilaksanakan melibatkan SKPD terkait, masyarakat, swasta, dan lembaga lain dalam proses perencanaan, pengawasan dan pembangunan

  Pengembangan kapasitas harus bersif at “demand driven”, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri,

  Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dilakukan bersumber dari bawah atau masyarakat sebagai pelaku

  Meningkatkan fasilitas pendukung kantor dan operasional lapangan.

  Penyediaan alat dan bahan kebutuhan perencanaan, pengawasan, dan Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 X - 21 Aspek Kelembagaan Startegi Rencana Aksi

  pembangunan infrastruktur Restrukturisasi BUMD dalam pelayanan umum infrastruktur yang berkaitan dengan pelaksanaan Pekerjaan Umum guna meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah.

  Subdisidi silang atau sharing pendanaan pembangunan kualitas dan kuantitas infrastruktur

  Tata Laksana

  Menempatkan peranan masyarakat, swasta, LSM, dan akademisi secara proposional sesuai dengan potensi, kompetensi, dan atraktif minatnya dan tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap.

  Perlibatan stakeholder dimulai sejak proses pengusulan program sampai pada tingkat pemanfaatan infrastruktur

  Meningkatkan peran serta, investasi swasta dan masyarakat dengan menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan transparan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur wilayah khususnya di bidang Cipta Karya,

  Masyarakat dapat ikut dalam perencanaan, pendanaan dan pembangunan secara swadaya,

  Meningkatkan kualitas dan kuantitas operasional tata laksana penyelenggaraan infrasturktur, Pembebanan tugas dan fungsi baik instansi maupun orang yang membidangi sesuai dengan kompetensi dan keahlian

  Mengedepankan kepentingan umum sesuai dengan standar pelayanan minimum Melakukan pelayanan dan pengembangan infrastruktur yang memiliki azas manfaat dan berkelanjutan

  Sumber Daya Manusia

  Meningkatkan profesionalisme dan kualitas SDM dalam meningkatkan kemampuan manajemen dan teknis serta pembinaannya ditiap bidang dan sub- bidang Pekerjaan Umum.

  Membuat Standar Operasinal Prosedur (SOP) sesuai bidang dan kompetensi professional serta tupoksinya.

  Mendorong dan memfasilitasi pendidikan profesi untuk Sumber Daya Manusia (SDM) baik melalui seminar, maupun pelatihan ditiap sektor Pekerjaan

  Melaksanakan sertifikasi profesi sumber daya Manusia (SDM) kepada semua komponen organisasi maupun instansi terkait lainnya. Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 X - 22 Aspek Kelembagaan Startegi Rencana Aksi Umum.

  Meningkatkan kuantitas SDM di Bidang Pekerjaan Umum yang berkualitas melalui penerimaan PNS.

  Penerimaan pegawai dengan kualifikasi dan persyaratan berupa sertifikat pelatihan yang nanti dibidangi. Menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan dalam rangka penyusunan standart kompetensi SDM.

  Melakukan studi-studi akademik terkait perencanaan dan pengendalian pembangunan infrastruktur

  Pengembangan sistem informasi, kegiatan sosialisasi dan penyuluhan, evaluasi dan kajian peraturan-peraturan bidang Cipta Karya.

  Pembuatan

  website

  tentang informasi infrastruktur yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan.