Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo di Kabupaten Samosir TKA – 490 Tugas Akhir - Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo

  • – 490 Tugas Akhir TKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indonesia merupakan negara berfalsafah “Bhineka Tunggal Ika” yang menggambarkan bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan budaya yang masing-masing memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, dan tersebar di penjuru Nusantara. Semua keragaman budaya tersebut merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Namun, perkembangan globalisasi yang semakin cepat pun membawa tantangan-tantangan baru bagi bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang sedang mengalami transisi dari masyarakat tradisional-agraris ke masyarakat industri modern.

  Hal tersebut dapat dilihat dari segi arsitektur tradisional sebagai salah satu wujud kebudayaan di suatu wilayah Indonesia yang bertumpu pada adat-istiadat dan kepercayaan yang diyakininya. Pada beberapa kawasan pedesaan, penduduknya masih menghuni rumah-rumah tradisional. Tetapi seiring perubahan yang sangat cepat tersebut, pengaruh modernisasi merasuki pola hidup penduduk desa, sehingga muncullah rumah-rumah bergaya modern yang menyebabkan lingkungan pedesaan tersebut kehilangan identitas tradisionalnya. Akibatnya, timbul kekhawatiran serius akan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya yang mengarah pada krisis identitas budaya bangsa.

Gambar 1.2 Rumah Modern di Pedesaan (tanpaGambar 1.1 Rumah Tradisional di memperhatikan arsitektur tradisional sekitarnya)

  Pedesaan Sumber : Hasil Survey Sumber : Hasil Survey

  Padahal, dengan mengenal arsitektur tradisional dan latar belakang budayanya, diharapkan nilai-nilai tradisi yang hakiki akan terus berkembang sebagai bagian

  • – 490 Tugas Akhir TKA

  atau wujud kebudayaan dari bangsa. Selain itu, pemahaman hakiki terhadap tradisi dan kebesaran budaya masa silam dapat membimbing kita untuk menemukan kembali jati diri yang sejati. Karena perencanaan bangunan apa pun yang menerapkan prinsip-prinsip dasar arsitektur tradisional akan memberi warna dan nuansa yang bercirikan kepribadian Indonesia.

  Selain itu, arus globalisasi juga memberikan dampak pada bidang pariwisata suatu kawasan maupun kota, karena setiap kawasan/kota memiliki karakter, ciri khas, maupun jati diri tersendiri yang terefleksi dari sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni yang dapat diangkat melalui bidang pariwisata. Karena dalam perkembangan dunia kepariwisataan, budaya merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik orang melakukan kegiatan wisata, di samping daya tarik yang lain seperti alam, bahkan wisata belanja dan kuliner.

  Dengan adanya sektor pariwisata, dapat membawa angin segar bagi kehidupan kebudayaan. Konsep dasar pariwisata budaya dimaksudkan untuk menyelamatkan segala bentuk kebudayaan lama materiil dan spiritual dari kepunahan dengan mengutamakan keseluruhan budaya. Dengan pelestarian kekayaan warisan budaya, dapat dimanfaatkan untuk menunjang dunia kepariwisataan. Jika dilihat dari aspek seni dan budaya, maka peran seni dan budaya tersebut juga sangat penting bagi kepariwisataan.

  Dunia kepariwisataan dapat mewujudkan upaya-upaya pengembangan kebudayaan. Hal ini disebabkan karena memang upaya-upaya pengembangan suatu kebudayaan ada yang terkait langsung dengan aspek ekonomi, yaitu pendapatan daerah dan devisa negara dari banyaknya jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara. Saat ini, pemerintah Indonesia mengadakan program “Visit Indonesia” untuk menarik minat wisatawan tersebut melalui berbagai event (termasuk wisata budaya) yang diadakan di berbagai pelosok Indonesia. Oleh sebab itu, upaya pelestarian kebudayaan dan kepariwisataan juga dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  Dalam hal ini, salah satu daerah yang memiliki warisan budaya yang dapat dijadikan objek tujuan wisata budaya di Indonesia, khususnya Sumatera Utara adalah Kabupaten Samosir yang merupakan asal mula Etnis Batak, khususnya

  • – 490 Tugas Akhir TKA

  Batak Toba. Warisan budaya di Kabupaten Samosir dapat dilihat mulai dari potensi alam lingkungan, adat istiadat, upacara ritual, sakral dan sekuler, peninggalan sejarah, sistem pengetahuan tradisional, senjata tradisional, tempat-tempat bersejarah, arsitektur tradisional, serta seni dan budaya Batak Toba, yang semuanya itu merupakan sumber daya dan modal yang besar bagi sektor pariwisata daerah tersebut.

  Namun, sumber daya dan modal dari segi budaya seperti koleksi artefak kuno yang tersisa di tanah Batak Sumatera Utara ini hanya 10% saja, 90% peninggalan tersebut berada di luar negeri, yaitu di Belanda, Jerman, dan Inggris yang dikuasai oleh kolektor ataupun peneliti. Hal ini dikarenakan artefak kuno tersebut dibawa oleh para penjajah ke negara asalnya ketika masa penjajahan dulu. Selain itu, kurangnya kepedulian masyarakat terhadap peninggalan bersejarah ini mengakibatkan budaya asli tanah air diklaim sebagai budaya negara lain. Karena itu, pelestarian budaya sangat diperlukan, sehingga kebanggaan masyarakat akan keagungan budaya masa lampau dapat dibangkitkan kembali dan dapat mendorong masyarakat untuk menghargai kembali jati dirinya, terutama bagi generasi muda.

  Sesuai dengan visinya, “Samosir menjadi daerah tujuan wisata lingkungan yang inovatif 2015”, akhir-akhir ini semakin diminati oleh para wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Hal ini diketahui dari adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahun ke daerah ini, hingga mencapai 132.629 orang pada tahun 2011, yaitu terdiri dari 109.897 wisatawan

  1

  domestik (82.86%) dan 22.732 wisatawan mancanegara (17.14%) , yang dapat dilihat pada tabel kunjungan wisatawan ke Kabupaten Samosir.

  Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Tahun Samosir Wisatawan Wisatawan Total Domestik Mancanegara

  2007 21873 4908 26781

  

2008 73.593 32.278 105.871

2009 87.257 22.207 109.464

2010 97.366 20.849 118.215

2011 109.897 22.732 132.629

Tabel 1.1 Perkembangan Jumah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Samosir

  (Sumber : Samosir Dalam Angka 2012)

  Dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya, objek wisata di Samosir ini harusnya dapat memadai dan mengakomodasi

  • – 490 Tugas Akhir TKA

  kebutuhan wisata tersebut. Sayangnya, belum semua objek wisata di Samosir ini dikembangkan dan masih ada yang belum memiliki infrastruktur, sarana dan prasarana yang baik. Selain itu, walau sudah memiliki banyak objek wisata alam dan budaya, objek wisata tersebut justru kurang diperhatikan dan mendapatkan perawatan. Bisa dikatakan objek wisata tersebut hanya dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi, tetapi kurang pelestarian dan perawatannya. Salah satunya adalah Museum Huta Bolon di Simanindo merupakan objek wisata budaya yang diminati di Kecamatan Simanindo, tetapi kurang mendapatkan perawatan.

  Museum Huta Bolon Simanindo dijadikan museum terbuka (open air museum) sejak 1969 dan diresmikan pada tahun 1971. Museum ini adalah warisan rumah adat Raja Sidahuruk (yang ditunjuk untuk mengepalai nagari oleh Belanda) yang sekarang dikelola oleh Yayasan Bolon Simanindo yang dipimpin RPH Sidahuruk (keturunan Raja Sidahuruk). Pada kawasan ini terdapat museum/galeri perkakas peninggalan budaya Batak, makam Raja Sidahuruk, solu bolon (perahu yang digunakan Raja Sidahuruk), area pertunjukan tarian Batak dan ritual

  Mangalahat Horbo (pemotongan kerbau), dan replika perkampungan Batak (rumah-

  rumah Raja Sidahuruk dan Sopo). Pertunjukan yang diadakan di museum ini berupa pertunjukan tari Tor-tor Sigale-gale yang diringi oleh gondang Batak dan ritual pemotongan kerbau. Pertunjukan tersebut diadakan dua kali sehari pada hari Senin s/d Sabtu pukul 10.30 - 11.45 WIB dan 11.45 - 12.10 WIB, sedangkan pada hari Minggu hanya ada satu kali pertunjukan pada ukul 11.45 - 12.30 WIB.

Gambar 1.3 Museum Gambar 1.4 Makam Raja Gambar 1.5 Solu Bolon Indoor/Galeri Perkakas Sidahuruk (Perahu Raja Sidahuruk)

  Peninggalan Budaya Batak

  • – 490 Tugas Akhir TKA

Gambar 1.6 Rumah Bolon (Warisan Gambar 1.7 Sopo (Tempat Rumah Adat Raja Sidahuruk) Penyimpanan Padi)

  

Sumber : Hasil Survey Sumber : Hasil Survey

  Walaupun disebut sebagai museum, namun koleksi pada museum hanya sedikit, dan rumah-rumah tradisional serta sopo (tempat penyimpanan padi) yang ada pada replika perkampungan Batak Toba tersebut sudah mulai rapuh dan tidak dirawat, bahkan salah satu sopo sudah rubuh. Padahal, museum ini merupakan tujuan wisata budaya yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Museum ini juga memiliki dermaga untuk kapal wisata sendiri dan dekat dengan dermaga Simanindo sebagai salah satu dermaga penyeberangan dari kota Parapat maupun Tiga Ras, Simalungun. Selain itu, terdapat beberapa penginapan dari kelas melati hingga hotel berbintang yang jaraknya ± 2 km. Keadaan museum yang kurang terawat ini sangat disayangkan, padahal sudah didukung dengan sarana dan prasarana yang baik.

Gambar 1.8 Rumah Rapuh Gambar 1.9 Sopo yang Rusak Karena Kurang Perawatan dan Kurang Perawatan

  Sumber : Hasil Survey Sumber : Hasil Survey

  Oleh karena itu, muncul sebuah pemikiran untuk merancang kembali sebuah kawasan kebudayaan dengan konsep wisata untuk mengakomodasi kebutuhan akan tempat wisata budaya di Kabupaten Samosir, khususnya di Kecamatan Simanindo, yaitu

  Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo ” sebagai

  tempat yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat informasi budaya dan bersifat rekreatif, tetapi juga mampu menciptakan generasi muda yang paham dan bangga

  • – 490 Tugas Akhir TKA

  akan kebudayaannya sendiri. Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo ini nantinya direncanakan akan dikelola oleh pihak Yayasan Bolon Simanindo sebagai pemilik dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Samosir sebagai salah satu penyandang dana, sehingga museum ini dapat berkembang tidak hanya dari segi fungsional tetapi juga dari segi ekonomis. Adapun beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi kasus ini, antara lain:

  1) Arus globalisasi yang sangat cepat merusak lingkungan kebudayaan 2) Membangkitkan kepedulian masyarakat dan generasi muda akan kebudayaan asli Indonesia, khususnya Batak Toba.

  3) Melestarikan kebudayaan Batak Toba dan mewadahi serta memfasilitasi kawasan wisata budaya di Kabupaten Samosir. 4) Meningkatkan kunjungan wisata sesuai dengan program pariwisata pemerintah Kabupaten Samosir dan program kunjungan wisata “Visit

  Indonesia” oleh pemerintah Indonesia.

1.2 Maksud dan Tujuan

  Maksud dari perencanaan dan perancangan wisata budaya “Pengembangan

  Museum Huta Bolon Simanindo” di Kabupaten Samosir, khususnya Kecamatan Simanindo adalah sebagai perwujudan kepedulian terhadap keagungan kebudayaan masa silam yang harusnya dirawat dan dilestarikan serta untuk menyadarkan masyarakat Indonesia yang terbuai akan arus globalisasi/modernisasi terutama bagi para generasi muda sebagai penerus bangsa yang harusnya terlebih dahulu mengetahui dan memiliki jati diri bangsa Indonesia. Tujuan dari “Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo” ini adalah :  Menumbuhkembangkan rasa kecintaan masyarakat terhadadap kebudayaan bangsa Indonesia pada umumnya, serta masyarakat dan generasi muda Batak Toba pada khususnya  Menyediakan suatu tempat yang bersifat cultural-rekreatif-edukatif  Merancang kembali dan menyediakan wadah sebagai tempat untuk mempelajari mengenai kebudayaan Batak Toba, sekaligus merasakan pengalaman akan budaya Batak Toba  Merencanakan dan merancang suatu lingkungan dan bangunan dengan fasilitas yang menarik yang dapat mendukung aktifitas wisata budaya di dalamnya.

   Menjadikan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Samosir.

  • – 490 Tugas Akhir

  TKA

  1.3 Masalah Perancangan

  Beberapa permasalahan yang timbul dalam perancangan “Pengembangan

  Museum Huta Bolon Simanindo”, antara lain:  Bagaimana merancang lingkungan dan bangunan yang sesuai dengan judul yang diangkat dan maksud tujuan yang ingin dicapai demi menunjang keberadaan fungsi bangunan sesuai dengan kasus proyek.

   Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang dipilih dan mewujudkannya pada lingkungan dan bangunan melalui proses perancangan.  Bagaimana memilih material dan struktur yang tepat dan mampu mendukung bangunan baik bentuk maupun kekuatannya.

  1.4 Pendekatan

  Beberapa pendekatan masalah yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah dalam proses perancangan “Pengembangan Museum Huta Bolon

  Simanindo” ini adalah :  Studi Literatur. Studi pustaka atau studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang dipilih untuk mendapatkan informasi dan bahan berupa literatur yang sesuai dengan materi laporan, yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah.

   Studi Banding. Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis dengan melakukan pendekatan perancangan dengan melihat keadaan yang sudah ada, sumber dapat berupa buku, majalah, internet dan sebagainya.

   Studi Lapangan. Studi lapangan mengenai kondisi sekitar site/lokasi perancangan dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus proyek untuk mendapatkan data-data yang akurat dari lokasi perancangan.

   Wawancara. Wawancara dengan instansi terkait atau orang-orang yang dianggap ahli dan mengetahui tentang kasus dan tema yang diangkat untuk pengenalan masalah dan dapat menghasilkan kriteria umum bagi perancangan dan perencanaan kasus proyek.

  • – 490 Tugas Akhir

  TKA

  1.5 Ruang Lingkup/Batasan

  Lingkup yang menjadi batasan dalam merancang “Pengembangan Museum

  Huta Bolon Simanindo” adalah sebagai berikut :  Seluruh aspek fisik yang berhubungan dengan pembahasan dan perancangan mengenai bangunan sarana wisata budaya yang menyangkut lingkungan tapak, massa bangunan, dan pembentukan ruang.

   Perencanaan fasilitas wisata budaya yang disertai fasilitas pendukungnya yang akan dirancang hanya menawarkan keberadaan budaya Batak Toba yang diberikan dalam bentuk edutainment (education-entertainment).

   Fasilitas yang ditawarkan dalam proyek ini hanya terbatas sarana peragaan, pertunjukan atau bahkan pengamatan secara langsung dengan prinsip visualisasi dan interaktif.

   Teknologi yang diterapkan pada bangunan yang efisien, tepat guna, yang sangat berhubungan dengan teknologi yang digunakan pada kebudayaan Batak Toba.

  1.6 Asumsi

  Karena kasus proyek bersifat fiktif, maka diperlukan beberapa asumsi sebagai dasar perencanaan dan perancangan yaitu :  Diasumsikan pihak swasta (pemilik) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pemerintah daerah Kabupaten Samosir saling bekerja sama, dengan penekanan lingkungan dan bangunan yang mewadahi kegiatan kebudayaan yang bersifat rekreatif.

   Diasumsikan bahwa keberadaan sosial budaya masyarakat sangat mendukung terhadap proyek ini.  Diasumsikan bahwa perekonomian di Indonesia khususnya Kabupaten Samosir,

  Sumatera Utara berada dalam kondisi normal sehingga dapat mendukung keberadaan proyek ini.

  • – 490 Tugas Akhir TKA

1.7 Kerangka Berfikir Latar Belakang

   Arus globalisasi yang sangat cepat merusak lingkungan kebudayaan  Membangkitkan kepedulian masyarakat dan generasi muda akan kebudayaan asli Indonesia, khususnya Batak Toba.  Melestarikan kebudayaan Batak Toba dan mewadahi serta memfasilitasi kawasan wisata budaya di Kabupaten Samosir.  Meningkatkan kunjungan wisata sesuai dengan program pariwisata pemerintah Kabupaten Samosir dan program kunjungan wisata “Visit Indonesia” oleh pemerintah Indonesia.

  Maksud & Tujuan  Sebagai perwujudan kepedulian terhadap keagungan kebudayaan masa silam serta untuk menyadarkan masyarakat

Indonesia yang terbuai akan arus globalisasi/modernisasi terutama bagi para generasi muda sebagai penerus bangsa yang

harusnya terlebih dahulu mengetahui dan memiliki jati diri bangsa Indonesia.

   Menumbuhkembangkan rasa kecintaan masyarakat terhadadap kebudayaan bangsa Indonesia pada umumnya, serta masyarakat dan generasi muda Batak Toba pada khususnya.  Menyediakan suatu tempat yang bersifat cultural-rekreatif-edukatif.  Merancang kembali dan menyediakan wadah sebagai tempat untuk mempelajari mengenai kebudayaan Batak Toba, sekaligus merasakan pengalaman akan budaya Batak Toba  Merencanakan dan merancang suatu lingkungan dan bangunan dengan fasilitas yang menarik yang dapat mendukung aktifitas wisata budaya di dalamnya, serta menjadikan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Samosir.

  

Judul Proyek

 Judul Perancangan : Pengembangan Museum Huta Bolon Simanindo  Tema Perancangan : Arsitektur Neo-Vernakular

  Permasalahan  Bagaimana merancang lingkungan dan bangunan yang sesuai dengan judul yang diangkat dan maksud tujuan yang ingin dicapai demi menunjang keberadaan fungsi bangunan sesuai dengan kasus proyek.

   Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang dipilih dan mewujudkannya pada lingkungan dan bangunan melalui proses perancangan.  Bagaimana memilih material dan struktur yang tepat dan mampu mendukung bangunan baik bentuk maupun kekuatannya.

STUDI LITERATUR/DATA SURVEY/DATA PRIMER SEKUNDER

   Peta lokasi Pengumpulan Data

   Data penduduk  Kondisi tapak

   Studi banding  Kumpulan gambar survey

   Literatur

Analisa

   AnalisaTapak (Analisa Fisik) View, sirkulasi, orientasi, dll.

  Feed Back Analisa Fungsional (Analisa Non Fisik) Pengguna, alur kegiatan, dll.

   Programming Program ruang dalam dan ruang luar.

  Konsep Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, tema, struktur, dan utilitas. Pra Perancangan  Pendekatan teori arsitektur Final Design  Pendekatan teori tema yang digunakan.

Gambar 1.10 Kerangka Berfikir

  • – 490 Tugas Akhir TKA

1.8 Sistematika Laporan

  Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah :

  BAB I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pemilihan kasus proyek,

  maksud dan tujuan dari kasus serta permasalahan yang dihadapi dalam perancangan.

  BAB II. DESKRIPSI PROYEK Pembahasan pada bab ini dititikberatkan pada pengenalan dan pendalaman

  tentang kasus proyek yang mengacu pada kebutuhan ruang berdasarkan studi kasus fungsi sejenis dan pengenalan lokasi proyek yang direncanakan.

  BAB III. ELABORASI TEMA Pada bab ini akan dijabarkan pengertian tentang tema, beberapa tinjauan teoritis

  yang mendukung penjabaran tema yang dipilih, dan interpretasi terhadap tema, serta studi kasus dengan tema sejenis.

  BAB IV. ANALISA PERANCANGAN Bab ini berisikan tentang analisa terhadap fungsi yang meliputi organisasi ruang,

  kebutuhan ruang, program ruang dan persyaratan teknis dari ruang yang direncanakan serta analisa dan penerapan tema terhadap lingkungan pada site terpilih.

  BAB V. KONSEP PERANCANGAN Pada bab ini diuraikan mengenai hasil analisis komprehensif yang digunakan

  sebagai alternatif pemecahan masalah dan konsep dasar perancangan tapak dan bangunan.

  BAB VI. HASIL RANCANGAN Pada bab ini akan dilampirkan peta situasi, gambar-gambar pra rancangan serta foto-foto gambar dan maket. DAFTAR PUSTAKA

  Universitas Sumatera Utara