Rancangan Aliran Proses Dalam Upaya Meminimumkan Proses Yang Tidak Memberi Nilai Tambah Melalui Value Stream Mapping Pada UD. Usaha Rezeki Prabot
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Aliran proses merupakan suatu hubungan langsung dengan transformasi
prosesnya sendiri yang dapat dipandang sebagai suatu rangkaian aliran yang menghubungkan masukan kepada keluaran, atau dengan kata lain aliran proses adalah peta aliran (flow chart), yang menggambarkan dan memperbaiki proses transformasi dalam sistem produksi, mulai dari bahan baku, rancangan kerja dan tahapan proses itu sendiri. Suatu proses adalah setiap bagian dari organisasi yang mengambil input dan mentransformasikannya menjadi output, yang diharapkan akan memiliki nilai tambah bagi organisasi dibandingkan dengan input awalnya (Aulia ishak,2010).
2.1.1 Peta Aliran Proses Peta aliran proses merupakan suatu diagram yang menggunakan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses kerja berlangsung, serta didalamnya memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan.
Peta aliran proses digunakan untuk mengetahui aliran bahan mulai masuk proses hingga aktivitas berakhir, sehingga dapat diketahui jumlah kegiatan yang dialami oleh bahan selama proses sedang berlangsung, dan sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja, dan memberi informasi waktu penyelesaian suatu proses (Sofyan, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Kegunaan lain dari peta aliran dapat menggambarkan dan memperbaiki proses transformasi dalam sistem produksi dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi. Ada lima elemen yang mungkin diubah dalam peta aliran proses pengendalian manajemen dan peralatan yang digunakan. Untuk menggambarkan peta aliran proses secara rinci dalam manufaktur dapat dilakukan dengan melaksanakan empat prinsip dokumen yaitu gambar perakitan, bagan perakiatan, routing sheet dan peta aliran proses.
2.1.2. Peta Proses Operasi Peta proses operasi merupaka suatu diagram yang menggambarkan langkah- langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan, jadi dalam suatu peta proses operasi yang dicatat hanyalah kegiatan- kegiatan dan pemeriksaan saja. Peta proses operasi dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penggunaannya, sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik dan sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang digunakan saat ini, serta untuk pelatihan kerja.
Ada dua hal utama yang membedakan antara peta proses operasi dengan peta aliran proses yaitu:(Sofyan, 2011).
a. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar, opersi, transportasi, menunggu dan menyimpan. Sedangkan pada peta proses operasi terbatas pada operasi dan pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara b. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih lengkap dibandingkan peta operasi dan memungkinkan untuk digunakan setiap proses.
Simbol-simbol peta kerja yang ada sekarang dikembangkan oleh Gilbreth, kemudian pada tahun 1947, American Society of Mechanical Engineers (ASME), membuat standar simbol-simbol peta sebanyak lima simbol. Simbol ini digunakan untuk tujuan analisis yang biasanya dibuat suatu peta aliran proses. Simbol-simbol yang digunakan dalam peta aliran proses sebagai berikut:(IshakAulia, 2010).
Operasi Kegiatan operasi terjadi apabila suatu objek (material) akan mengalami proses perubahan sifat (fisik dan kimia), dalam suatu proses transformasi. Pemeriksaan/ Inspeksi Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualiatas maupun kuantitas.
Transportasi Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan lainnya mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi.
Universitas Sumatera Utara
Menunggu (Delay) Proses menunggu terjadi apabila material, benda kerja, pekerja, atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu Menyimpan(Storage ) Proses menyimpan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama.
Aktivitas gabungan Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.
2.2. Pemborosan (Waste) Pemborosan (waste) dapat didefinisikan sebagai segala aktivitas kerja yang tidak memberi nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream. Terdapat tujuh pemborosan (waste) yang dikenal dalam dunia industri dan ikut mempengaruhi biaya produksi. Ketujuh jenis pemborosan tersebut yang dirumuskan oleh Ohno adalah (Dewi, S 2010).
1. Produksi yang berlebih (Overproduction)
Overproduction (produksi berlebih) adalah memproduksi melebihi dari yang
dibutuhkan, overproduction merupakan waste yang memberi dampak paling serius. Produksi yang berlebih mengakibatkan meningkatnya resiko menumpuknya barang lama, inventori yang berlebihan serta terganggunya
Universitas Sumatera Utara aliran informasi dan material. Memproduksi sesuatu lebih awal dan dalam jumlah yang lebih besar dari pada yang dibutuhkan merupakan
overproduction .
Waiting (menunggu) adalah semua hal yang membuat aktivitas terhenti, baik
pada mesin maupun pekerja sehingga menimbulkan pemborosan. Dapat berupa proses menunggu kedatangan material, informasi, peralatan dan perlengkapan sedangkan Pekerja hanya mengamati mesin yang sedang berjalan, atau material yang keluar dari satu proses dan tidak langsung dikerjakan di proses selanjutnya.
3. Transportasi yang berlebih (Transportation) Transportasi adalah perpindahan produk antar proses merupakan kegiatan yang tidak menambah nilai dapat berupa pemborosan waktu karena jarak gudang atau bahan baku dari mesin satu ke mesin lainya. Transportasi yang efisien adalah perpindahan yang dilakukan langsung menuju tempat dimana produk tersebut dapat langsung digunakan.
)
4. Proses yang berlebih (Overprocessing
Overprocessing (proses yang tidak tepat) adalah melakukan proses atau
aktivitas yang tidak perlu dan tidak memberi nilai tambah pada produk hanya menambah biaya dan waktu produksi. Pemborosan ini sering kali ditimbulkan karena desain yang tidak tepat, alat yang tidak lengkap dan tidak tepat, serta tidak melakukan prosedur yang ada dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Pemborosan ini menyebabkan timbulnya unnecessary motion dan memproduksi produk cacat, ketidaksesuaian proses atau metode operasi produksi yang diakibatkan oleh penggunaan tool yang tidak sesuai dengan
5. Persedian yang tidak perlu ( Unncessary inventory)
Inventory adalah simpanan cadangan yang berlebih. Inventory dapat berupa
bahan baku, work in process, dan produk jadi yang berlebih, adanya
inventory berlebih membutuhkan perlakuan ekstra yang seharusnya bisa
diminimalkan, seperti lokasi penyimpanan, administrasi, dan biaya. Dampak lain dari inventory adalah meningkatnya lead time.
6. Gerakan yang tidak perlu (Unnecessary motion)
Unnecessary Motion adalah dapat berupa gerakan-gerakan yang berlebih
atau tidak diperlukan. Operator dapat terlihat sibuk padahal ia hanya mondar-mandir mengembalikan peralatan dan tidak memberi nilai tambah pada produk atau operator dalam keadaan membungkuk.
7. Produk cacat (Defect)
Defect (produk cacat) adalah hasil produksi yang tidak sesuai dengan
harapan, adanya proses pengerjaan ulang (rework) dan klaim dari pelanggan.Ini merupakan pemborosan, karena perusahaan harus mengeluarkan biaya, material, tenaga dan waktu ekstra untuk memperbaiki atau membuat produk pengganti.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Value Added (VA) dan Non Value Added Activity (NVA)
Value stream mapping memetakan semua aktifitas yang terdapat dalam proses
manufaktur, baik yang memberi nilai tambah maupun yang tidak memberi nilai dipetakan pada Value Steam Mapping.
2.3.1 Value Added (VA) Activities
Value added (VA) activities merupakan aktivitas atau proses yang membawa
perubahan atau menambah fungsi pada produk, seperti merubah bahan baku menjadi produk jadi. Value added activities juga sering didefinisikan sebagai proses utama yang merubah bentuk produk atau jasa menjadi lebih bernilai, dimana konsumen bersedia membayar atas nilai tersebut. Misalnya proses assembly pada perusahaan koroseri, priting pada perusahaan percetakan, packing pada perusahaan farmasi, dan lain-lain.
2.3.2 Non Value Added (NVA) Activities
Non value added (NVA) activities merupakan aktivitas atau proses yang tidak
menambah fungsi atau nilai pada produk tersebut. Non value added activities sering disebut sebagai waste yang harus dieliminasi. Misalnya kegiatan menunggu material atau informasi, rework, penyampaian informasi yang tidak digunakan, transportasi yang tidak efisien, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Value Stream Mapping (VSM)
Value stream mapping s adalah sekumpulan dari seluruh kegiatan yang di
dalamnya terdapat kegiatan yang memberikan nilai tambah dan yang tidak grup produk dari sumber yang sama untuk melewati aliran-aliran utama, mulai dari
raw material hingga sampai ke tangan konsumen. Tujuan dari value stream mapping
adalah untuk mengetahui dengan jelas sumber-sumber pemborosan dan membantu membuat area target bagi proses perbaikan yang nyata (Hartini, 2009).
Value stream mapping merupakan suatu alat perbaikan (tool) dalam perusahaan
yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan proses produksi secara menyeluruh, yang merepresentasikan baik aliran material juga aliran informasi.
Tujuan pemetaan ini adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis pemborosan di sepanjang value stream dan untuk mengambil langkah dalam upaya mengeliminasi pemborosan tersebut (Ganpersz,V. 2011).
2.4.1 Pembuatan Current State Map Pembuatan current state map dilakukan untuk memetakan kondisi di lantai pabrik saat ini, sehingga dapat mengidentifikasi pemborosan apa saja yang terjadi dilantai pabrik atau aliran proses produksi dan Pembuatan future state map sebagai usulan rancangan perbaikan dari current state map yang ada.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Pembuatan Future State Map adalah: 1.
Penentuan Takt Time
Takt time menyatakan seberapa sering seharusnya perusahaan memproduksi
produk agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Takt time dirumuskan sebagai berikut:
Available work per day TaktTime  Custumer Demand per Day
Takt time digunakman untuk menyelaraskan langkah produksi dengan
langkah penjualan sebagai suatu proses utama. Takt time merupakan nilai petunjuk berapa jumlah produk dalam satu proses harus diproduksi.
2. Mengembangkan aliran yang kontinu (continuous flow) di tempat yang memungkinkan. Continuous flow menunjukkan proses untuk memproduksi suatu produk dalam satu waktu dimana setiap item dengan segera melewati melewati satu proses ke proses berikutnya tanpa adanya stagnasi (juga tidak terdapat berbagai pemborosan) di antara proses tersebut. Contoh stasiun kerja sebelum dan sesudah menerapkan continuous flow dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Pemetaan yang digunakan secara sederhana untuk menunjukkan continuous flow adalah process box. Dalam menggambarkanfuture-state , setiap process box sebaiknya mendeskripsikan suatu area
aliran. Jadi jika dalam suatu future-state terdapat lebih banyak continuous-
Universitas Sumatera Utara
flow , maka dua atau lebih process box yang terdapat dalam current-state
akan dikombinasikan menjadi satu box dalam future state map.Proses Sebelum Penerapan Proses Ssesudah
Continuous Flow (a)
Menerapkan Continuous
Flow (b)
Gambar 2.1. Contoh Proses Terisolasi Sebelum Penerapan3. Menggunakan sistem tarik untuk mengontrol produksi saat aliran kontinu (Continuous Flow) tidak sampai tahap upstream. Ada kalanya beberapa area dalam value stream dimana continuous flow tidak mungkin diimplementasikan sementara pengelompokan diperlukan. Ada beberapa alasan yang bisa menyebabkan hal ini terjadi diantaranya: a.
Beberapa proses yang memang dirancang untuk beroperasi dalam waktu siklus yang sangat cepat atau bahkan sangat lambat dan butuh
change over untuk melayani famili produk sekaligus.
Universitas Sumatera Utara b.
Beberapa proses, seperti proses yang terdapat pada supplier, memiliki letak yang jauh sehingga pengiriman satu produk dalam satu waktu menjadi tidak realistis. Beberapa proses memiliki terlalu banyak lead-time atau sangatlah tidak masuk akal untuk menggabungkan secara langsung antara proses yang satu dengan proses yang lain dalam satu continuous-flow.
4. Membangun level produksi yang konsisten.
Volume kerja yang berubah besar menyebabkan munculnya overtime (waktu lembur) yang tidak menentu menyebabkan tambahan beban pada mesin, orang dan pasar. Dengan demikian perlu dibuat satu level produksi perintis yang dapat menangani aliran produksi yang bisa diprediksi, yang dapat membantu mengatasi masalah dan maupu mengambil suatu tindakan perbaikan yang cepat.
2.4.3 Bagian- Bagian VSM
Value stream mapping dapat menyajikan suatu titik balik yang optimal bagi setiap perusahaan yang ingin menjadi lebih baik dalam pemetaan aliran produksi.
VSM sebagai alat pemetaan pada proses produksi terdiri atas tiga bagian yaitu: 1. Proses maupun aliran produksi pada value stream mapping.
Proses atau aliran produksi adalah bagian dari peta yang sering diasosiasikan dengan tradisional flowchart. Aliran proses digambarkan dari kiri ke kanan
Universitas Sumatera Utara
2. Aliran informasi.
Aliran informasi dan komunikasi adalah bagian dari peta dimana value
stream mapping berkembang tidak hanya sebagai aliran produk. Dengan komunikasi yang terjadi dalam proses baik secara formal maupun informal.
3. Time line and tranel distance Pada bagian ini terdapat waktu pengerjaan produk, waktu transportasi, waktu menunggu produk selama berada dalam value stream. Disamping waktu, juga perlu menambahkan jarak yang ditempuh antar proses dalam proses produksi.
2.4.4 Penerapan Konsep Value Stream Mapping
Value stream mapping memudahkan pihak manjemen perusahaan dalam
melakukan improvement pada proses manufaktur. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan penerapan konsep value stream mapping adalah sebagai berikut: (Gaspersz,V.2011).
1. Value stream Mapping memvisualisasikan lebih dari sekedar level proses tunggal (single level process) tetapi keseluruhan dalam proses manufaktur.
2. Value stream Mapping membantu mendeteksi adanya waste dan sumbernya pada proses manufaktur.
3. Value stream mapping menunjukkan hubungan antara aliran material dan informasi pada proses manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
4. Value stream mapping memudahkan bagi orang awam untuk memahami gambaran proses manufaktur.
2.5 Metode Yang Digunakan Dalam VSM
Perusahaan dapat memilih metode sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai serta kemungkinan penerapannya di perusahaan. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengurangi pemborosan (Liker,2006).
2.5.1 Standarisasi Kerja Pembentukan proses dan prosedur yang terstandar merupakan kunci dalam menciptakan kinerja yang konsisten. Standardisasi digerakkan oleh pekerja, bukan diterapkan pada pekerja. Pekerja yang memahami pekerjaannya dengan cukup detail dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap standardisasi.
Standarisasi pekerjaan dapat diartikan bahwa proses dan panduan dalam proses produksi didefinisikan dan dikomunikasikan secara jelas, dengan tingkat kerincian yang tinggi, untuk mengeliminasi variasi dan asumsi yang salah dalam melakukan pekerjaan. Terdapat tiga elemen dalam standardisasi kerja yaitu: a.
Standarisasi urutan pekerjaan, merupakan aturan bagi pekerja dalam melakukan tugasnya, termasuk gerakan dan urutan proses.
b.
Standarisasi timing, merupakan takt time. Takt time berarti waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu pekerjaan sesuai dengan tingkat kecepatan permintaan pelanggan. Takt time dapat digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara menetapkan kecepatan produksi dan memberi sinyal kepada para pekerja jika mereka terlalu cepat atau terlalu lamban.
c.
Standarisasi persediaan antar proses, merupakan jumlah minimum unit terstandarisasi tersebut. Hal ini diperlukan untuk menjaga supaya proses produksi dapat berjalan dengan lancar.
2.5.2 Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Costumer) Diagram SIPOC dapat digunakan untuk memberikan batasan atau ruang lingkup penelitian sepanjang value stream. Diagram SIPOC adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasikan elemen yang berkaitan untuk pengembangan proses sebelum proses pengembangan itu dimulai. Penggambaran ruang lingkup dilakukan sebelum penggambaran lebih rinci untuk setiap proses. Nama SIPOC merupakan akronim dari lima elemen utama dalam sistem kualitas yaitu: a.
Supplier adalah orang, departemen atau organisasi yang memberikan informasi kunci, material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses sebelumnya dapat dianggap sebagai petunjuk pemasok internal (internal supplier).
b.
Input adalah segala sesuatu yang diberikan oleh suppliers kepada proses.
c.
Process adalah sekumpulan langkah yang mentransformasi dan secara ideal menambah nilai kepada input (proses transformasi nilai tambah kepada
input ). Suatu proses biasanya terdiri dari beberapa sub-proses.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara d.
Output adalah produk (barang atau jasa) dari suatu proses. Dalam industri manufaktur ouput dapat berupa barang setengah jadi maupun barang jadi
(final product) . Termasuk kedalam output adalah informasi-informasi kunci e.
Customer adalah orang atau kelompok orang, atau sub proses yang menerima output. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses sesudahnya dapat dianggap sebagai pelanggan internal (internal customer ).
2.5.3 Pengendalian Visual (Visual Control) Sistem kendali visual adalah alat komunikasi tentang prosedur dan status produksi yang digunakan dalam lingkungan kerja, untuk menunjukkan bagaimana pekerjaan seharusnya dilakukan dan apakah terjadi penyimpangan terhadap standar, sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara efektif. Pengendalian visual lebih dari sekedar mengungkapkan penyimpangan dari target atau tujuan melalui bagan dan grafik dan menempatkannya agar dapat dilihat oleh orang banyak.
Beberapa alat yang termasuk ke dalam sistem kendali visual adalah: a.
Visual display, berupa grafik, tabel, prosedur dan dokumentasi proses sebagai referensi bagi pekerja produksi.
b.
Visual control, merupakan indikator yang berfungsi sebagai pengendali atau sinyal. Termasuk ke dalamnya dalah informasi status produksi dan informasi kualitas. c.
Visual process indicator, mengkomunikasikan proses produksi atau aliran bahan baku yang benar. Contohnya area lantai produksi yang dicat untuk menyimpan produk yang tidak cacat.
Salah satu metode yang dapat memperbaiki tempat kerja adalah single minute
exchange of dies (SMED) yang merupakan sebuah metodologi yang dikhususkan
dalam pengurangan waktu setup. Tujuan akhir dari SMED adalah zero setup. Manfaat dari SMED antara lain dapat mengurangi persediaan, memperbaiki fleksibilitas, meningkatkan kapasitas, dan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan.
2.6 Simbol-Simbol VSM
Simbol-simbol yang biasa digunakan dalam penggambaran aliran proses VSM pada tahap ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2.6.1. Simbol proses.
Tabel 2.1 Lambang-Lambang yang Digunakan pada Peta Kategori ProsesNo Nama Lambang Fungsi
1 Customer/ Merepresentasikan Supplier bila diletakkan di
Supplier kiri atas, yakni sebagai titik awal yang umum digunakan dalam penggambaran aliran material.
Sementara gambar akan merepresentasikan Customer bila ditempatkan di kanan atas, biasanya sebagai titik akhir aliran material.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 (Lanjutan)2 Dedicated Menyatakan proses, operasi, mesin atau
Process departemen yang melalui aliran material. Secara
khusus, untuk menghindari pemetaan setiap langkah proses yang tidak diinginkan, maka lambang ini biasanya merepresentasikan satu departemen dengan aliran internal yang kontinu.
Shared Menyatakan operasi proses, departemen atau
3 Process stasiun kerja dengan famili-famili yang saling berbagi dalam value-stream. Perkiraan jumlah operator yang dibutuhkan dalam Value Stream dipetakan, bukan sejumlah operator yang dibutuhkan untuk memproduksi seluruh produk.
4 Data Box Lambang ini memiliki lambang-lambang didalamnya yang menyatakan informasi / data yang dibutuhkan unuk menganalisis dan mengamati sistem.
5 Work Cell Mengindikasi banyak proses yang terintegrasi dalam sel-sel kerja manufaktur, seperti sel-sel yang biasa memproses famili terbatas dari produk yang sama atau produk tunggal. Produk berpindah dari satu langkah proses ke langkah proses lain dalam berbagai batch yang kecil atau bagian-bagian tunggal.
6 Inventory Menunjukkan keberadaan suatu inventory diantara dua proses. Ketika memetakan current , jumlah inventory dapat diperkirakan
state
dengan satu perhitungan cepat, dan jumlah tersebut dituliskan dibawah gambar segitiga. Jika terdapat lebih dari satu akumulasi inventory, gunakan satu lambang untuk masing-masing
. Lambang ini juga dapat digunakan
inventory
untuk merepresentasikan penyimpanan bagi raw material dan finished goods.
7 Operator Lambang ini merepresentasikan operator.
Lambang ini menunjukkan jumlah operator yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses.
Sumber: Rother, M & Shook, J, Learning to See, 2003, The Lean Enterprise Institute, Appendix A Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Peta Aliran Material dan Informasi Keseluruhan Pabrik
Value stream mapping juga mencakup aliran material yang harus ada dalam
peta. Selain aliran material, maka yang tak kalah pentingnya dalam value stream ikon push arrow. Penggambaran shipments dan lead-time bar dari bahan mentah hingga produk jadi (finished good) yang telah berada di shipping-end untuk dikirim ke konsumen. Dengan demikian current state map telah lengkap. Pada tahapan ini, maka gambar yang telah dibuat pada tahap sebelumnya, disempurnakan dengan lambang-lambang yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Lambang-Lambang yang Melengkapi Peta Aliran Keseluruhan.No Nama Lambang Fungsi
1 Shipments Merepresentasikan pergerakan raw material dari
supplier hingga menuju gudang penyimpanan
akhir di pabrik. Atau pergerakan dari produk akhir di gudang penyimpanan pabrik hingga sampai ke konsumen.
2 Push Merepresentasikan pergerakan material dari satu
Arrows proses menuju proses berikutnya. Push
(mendorong) memiliki arti bahwa proses dapat memproduksi sesuatu tanpa memandang kebutuhan cepat dari proses yang bersifat downstream process .
3 External Lambang ini berarti pengiriman yang dilakukan
Shipments dari supplier ke konsumen atau pabrik ke
konsumen dengan menggunakan pengangkutan eksternal (di luar pabrik).
4 Production Merepresentasikan penjadwalan produksi utama Control atau departemen pengontrolan, orang atau operasi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 (Lanjutan)5 Manual
Info
Gambar anak panah yang lurus dan tipis menunjukkan aliran informasi umum yang bisa diperoleh melalui catatan, laporan ataupun percakapan. Jumlah dan jenis catatan lain bisa jadi relevan
6 Electronic
Info
Merepresentasikan aliran elektronik seperti melalui: electronic data interchange (EDI), internet, intranet, LANs (local area network), WANS (wide area network). Melalui anak panah ini, maka dapat diindikasikan jumlah informasi atau data yang dipertukarkan, jenis media yang digunakan seperti fax, telepon, dll dan juga jenis data yang dipertukarkan itu sendiri.
7 Other Menyatakan informasi atau hal lain yang penting.
8 Timeline Menunjukkan waktu yang memberikan nilai tambah (cycle times) dan waktu yang tidak memberikan nilai tambah (waktu menunggu). Lambang ini digunakan untuk menghitung lead time dan total cycle time.
Sumber: Rother, M & Shook, J, Learning to See,2003, The Lean Enterprise Institute, Appendix A.
2.7 Identifikasi Akar Masalah
Dalam menjalankan usahanya, UD. Rezeki Prabot saat ini masalah yang di hadapi sampai saat ini adalah sering terjadinya keterlambatan waktu penyelesaian produk pintu yang mengakibatkan lead time semakin panjang dalam proses.
Identifikasi akar masalah bertujuan untuk mencari atau menganalisa penyebab terjadinya masalah ini, dapat dilakukan dengan cara identifikasi 5W, analisis fishbone dan process activity mapping.
2.7.1 “5W”
5 Why (5W) adalah metode pertanyaan yang digunakan untuk mengeksplorasi penyebab dari suatu masalah secara sistematis sehingga dapat dicari cara penanggulangan dari masalah yang terjadi. Berikut contoh penerapan 5W seperti terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Pertanyaan Investigasi “5 Why”Tingkat masalah Why Output/ jam dibawah rencana produksi. Kapasitas mesin tidak sesuai dengan rencana produksi.
Perencanaan produksi tidak sesuai Bagian perencanaan dan pengendalian dengan kondisi lapangan. produksi tidak melakukan perhitungan dengan tepat. Bagian perencanaan produksi tidak Manajer perencanaan produksi tidak kompeten. turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi lantai produksi. Tingkat keahlian manajer produksi Manajer produksi tidak kompeten dibawah ekspetasi perusahaan. dalam melakukan perencanaan produksi. Manajer produksi tidak kompeten. Kebijakan pemilihan manajer produksi yang tidak tepat.
2.7.2 Analisis Fish-bone/ Cause and Effect Diagram Diagram fishbone pertama kali dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943 atau dikenal juga dengan diagram ishikawa yaitu diagram yang menunjukkan sebab akibat yang berguna untuk mencari dan menganalisa sebab-sebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya. Analisa ini digunakan untuk melihat sebab akibat terjadinya pemborosan dalam proses produksi juga dapat
Universitas Sumatera Utara mengindentifikasi sebab terjadinya permasalahan yang mengakibatkan adanya pemborosan dalam proses produksi (Gaspersz,V. 2011).
Pada Gambar 2.3 adalah diagram sebab akibat yang digunakan dalam tambah pada proses produksi.
Lingkungan Bahan baku Mesin Meminimumkan pemborosan Metode kserja Manusia
Gambar 2.3. Diagram Sebab Akibat (Fish-Bone)2.7.3 Process Actifity Mapping merupakan peta yang digunakan untuk
Process activity mapping
menggambarkan segala aktivitas yang terjadi selama proses produksi, dari bahan baku hingga menjadi produk jadi. Process activity mapping juga akan memberikan gambaran aliran fisik dan informasi, waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas,
Universitas Sumatera Utara jarak yang ditempuh dan tingkat persedian produk dalam setiap tahap produksi. Tools ini mampu menditeksi dan mengevaluasi jenis pemborosan yaitu Waiting (D),
Operation (O), Transportation (T), Inspection (I), dan Storage (S) (Fanani Z, 2011).
berikut: 1.
Mencatat semua aktivitas yang dilakukan, mesin dan peralatan yang digunakan, jarak penpindahan yang ditempuh, waktu operasi yang dibutuhkan dan jumlah operator yang diperlukan untuk setiap proses dengan batch pengamatan tertentu.
2. Mengelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu operasi, inspeksi, tranportasi, penyimpanan dan delay.
3. Membuat catatan akan setiap kondisi yang dapat menjadi catatan penting dalam evalusi lebih lanjut pada kolom keterangan.
4. Menganalisa porporsi aktivitas-aktivitas yang tergolong value added dan non value added activity.
2.8 Studi Waktu
Studi waktu merupakan suatu penelitian motion and time study tentang pengamatan seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya serta pengukuran waktu yang dilaksanakan dalam setiap siklus kegiatan dengan tujuan untuk mendapatkan tata urutan kerja yang standar dan waktu standar penyelesaiannya. Pengukuran waktu kerja merupakan suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang
Universitas Sumatera Utara operator terlatih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu.
2.8.1 Metode pengukuran waktu Pengukuran waktu secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan di tempat dimana pekerjaan bersangkutan dijalankan. Terdiri atas dua jenis, yaitu: a.
Metode sampling pekerjaan, yaitu pengamatan dilakukan pada waktu- waktu tertentu yang telah ditentukan secara acak/random.
b.
Metode jam henti, yaitu dengan menggunakan instrumen stopwatch dimana metode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang.
2. Pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengukuran waktu yang dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan, tetapi dengan membaca grafik atau tabel yang tersedia. Cara pengukuran kerja dengan stop watch
time study : a.
Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada.
b.
Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti lay out, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara c.
Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetil-detilnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
d.
Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk e.
Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak, tes pula keseragaman data yang diperoleh.
f.
Tetapkan performansi rating operator. Performance rating ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk
performance operator. Untuk elemen kerja yang sepenuhnya dilakukan
oleh mesin maka performance dianggap normal (100%).g.
Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance kerja yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
h.
Tetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas.
Waktu longgar yang diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan yang bersifat personil, kelelahan, keterlambatan material, dan lain-lain. i.
Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu longgar.
Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku.
1. Perhitungan waktu siklus Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari digunakan di dalam perhitungan waktu siklus adalah:
 x i
= n
(2.1) ………..………………………...
Ws : Waktu siklus Xi : Data ke-
I, (1 = 1,2,3,……. Jumlah data yang diambil) n : Jumlah data yang telah diambil
2. Perhitungan waktu normal Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondisi wajar dannkemampuan rata-rata. Setelah diketahui besarnya waktu siklus untuk setiap elemen kerja maka dapat dilakukan perhitungan waktu normal. Rumus yang digunakan dalm perhitungan waktu normal adalah sebagai berikut:
Wn=Ws R f (2.2)
…………………………
Rf = Faktor penyusuaian jika P = 1 bekerja wajar, P<1 bekerja terlalu cepat. bekerja terlalu lambat dan P>1 Wn : Waktu normal Ws
: Waktu siklus
R f : Rating factor Universitas Sumatera Utara
3. Perhitungan waktu baku.
Waktu baku adalah merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam baku adalah sebagai berikut:
……. …………………(2.3) .
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan rancangan aliran proses menggunakan metode
value stream mapping . Tabel 2.4 berikut adalah menunjukkan beberapa penelitian
terdahulu yang dijadikan literatur dalam penelitian ini.Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mengurangi waste
time dari big fiture mapping kondisi awal.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan teknologi II, Universitas lampung.
2008 Implementasi
lean manufacturing
untuk peningkatan produktivitas peusahaan.
Zaenal fanani, Moses Laksono Singgih. 2011.
Bagaimana mengidentifikasi waste yang ada pada proses pembuatan kertas dengan mengunakan pendekatan lean
manufacturing untuk
Value Steam analysis Tools
value added dengan total lead time sebesar 42,683
(VALSAT).
process activity mapping dan supply chain response matrix
Berdasarkan pengolahan data didapatkan nilai rata- rata untuk waiting 29,17%, Defect 21,87% ,unnecessary
motion 20,83%, unnecessary inventory
16,67%. Sehingga diapatkan
Tools yang dominan adalah Process activity mapping
33,31% dan supply chain- Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
XIII, ITS Surabaya ,2011.
menit atau sebesar 52,57% yang dapat mereduksi lead
Dapat mengurangi non
Tabel 2.4 Journal Reviewvalue added activity sebesar
Judul pengarang Permasalahan Metodologi Hasil Publikasi Analisis pemborosan perusahaan mebel dengan pendekatan lean manufacturing.
SriHartini, Nurlaila Kadarina dan Indah Rizkya dkk. 2011.
Sering mengalami keterlambatan pengiriman produk ke distributor utama karena hasil produksi tidak mampu mencapai target kuantitas yang telah ditetapkan.
Value stream mapping.
Analisis kegagalan dengan failure
model effect and analysis
(FMEA).
Dari VSM berhasil merinci besar value added activity sebesar 50,30 % dan non
21.83%. Dari FMEA diketetahui nilai terbesar terjadi pada aktivitas yang berhubungan dengan jig.
(VALSAT) dengan membuat future state map .
Program Studi Teknik Industri ,Universitas Diponogoro Semarang.
2011. Rancangan sistem proses produksi dengan menggunakan
value stream analysis tool
(VALSAT).
Asep Ridwan dan Ratna Ekawati. 2008.
Banyaknya aktivitas yang tidak perlu pada sistem produksi (non
value added ) yang
merupakan suau pemborosan bagi perusahaan.
Value stream analysis Tools
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tabel 2.4 (Lanjutan) response matrix 25,64%.lead time sebesar 162 menit
,setelah usulan perbaikan
lead time dapat direduksi menjadi 72 menit.
Kajian waste Minto waluyo Adanya pemborosan Lean Hasil penelitian trjadi Universitas pada produksi (2008). (waste) yaitu banyaknya manufakturi pengurangan aktivitas Pembangunan benang dengan produk reject ng . produksi dari 8979 aktivitas Nasional pendekatan (cacat)sehingga perlu value stream menjadi 8233 aktivitas atau Veteran Jawa
value stream pengerjaan ulang mapping . berkurang sebesar(8,42%), Timur,(2008).
mappng. (rework). pengurangan waktu produksidari 5250,25 jam menjadi 4928,4 jam atau berkurang sebesar 321,85 jam (6,13%).
Peta-peta kerja Oke Sofyan dan Merancang peta kerja, Peta aliran Hasil penelitian yang Universitas (analisis Ita Novita Sari waktu yang dibutuhkan proses dan didapatkan yaitu jumlah Gunadarma, perancangan (2011). dalam proses pembuatan Peta proses komponen dalam proses Jakarta (2011). kerja dan kotak. operasi. pembuatan kotak dan waktu ergonomic. yang dibutuhkan adalah 7811 detik, dengan mengalami tiga proses utama yaitu pengukuran, pemotongan dan perakitan.
35 Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 (Lanjutan)value stream mapping) in minimisation of the non value added waste ( A case study of tractor industry )
Harpuneet Singh (2007)
gross margins through cost reduction.That means there is the opportunity to eliminate 70 to 95 % of waste in the value stream .
Value Stream mapping. at typical traktor industry which shows 50,5% reduction in total lead time in the future state value stream mapping .
Departement of Mechanical Engineering, Guru Nanak Dave Engineering Colllege, Ludhiana Punjab. India Improving the productivity using value stream mapping and kanban approach Ritesh R.
Bhat, Prof. S. Shivakum ar (2011).
Value Stream is all the actions (both value added and non value added) currently to reguired to bring the product through the main flows essential to every product: (1) the production flow from raw material into the arms of the custumer, (2) the design flow from concept to launch. This research looks at the production flow from directly related to lean manufacturing and precisely the area where many have struggled to implement lean method s.
VSM and kanban approach .
From the analysis and result it could be seen tahat the kanban integrated VSM can be of a great help to understand the current system, from the results the following things come in clear picture: for 206 Gears; 1. There is no change in the number of workers reguired. 2. The production lead time could be reduce from 67 days to 8.59 or approx 8.6 days i.e.a reduction of 87,16 %. 3. The processing time could be reduced to 935 days from 1,225 days i.e.a reduction of 23,67 %.
International Journal of Scientific & Engineering Research volume 2 Issue
8, Agusts
ISSN, IJSER 2011.
36 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 (Lanjutan)Implementasi of a lean model for carrying out value stream mapping in a manufacturing industry.
V. Ramesh, K.V. Sreenivasa dan T.R. Srinivas (2008).
Indentified some of the processes which can be carried out by the sub contractor and suggested measures to be taken up by the higher level management in reducing the non value added process.
Analisys for the future state value stream mapping (FVSM).
Value stream mapping helps an organization to identity the non value adding elements in a targeted procees and brings a product or a group of products that use the same resources through the main flows, frow raw amterial to the arms of customers .
Journal of Industrial and Systems engineering
Vol.2.(2008).
Departement of I & P Engg .,
SJCE, Mysore, India.