Evaluasi Lahan Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

  

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah

  Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim, dkk, 1986).

  Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005).

  Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas warna, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia, dan lain-lain (Hardjowigeno, 2003).

  Evaluasi Lahan

  Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Djaenuddin, dkk., 2003).

  Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan / atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Ritung, dkk.,2007).

  Evaluasi lahan ialah proses penilaian keragaan (performance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, vegetasi iklin dan dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai alternatif penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (Arsyad,1989).

  Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

  Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan (Ritung, dkk., 2007).

  Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut :

  1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei.

  2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.

  3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.

  4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuain lahan 5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.

  Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980), digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :

  1. Kelas S1 : Sangat Sesuai (highly suitable), lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakukan.

  2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya yang harus diterapkan.

  Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

  3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (marginally suitable), lahan mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

  4. Kelas N : Tidak Sesuai (not suitable), lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

  Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan

  Metode pembandingan (matching) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kemampuan lahan dengan cara mencocokkan serta memperbandingkan antara karakteristik lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan sehingga diperoleh potensi di setiap satuan lahan tertentu (Jamulyo dan Sunarto, 1991 ; Sitorus, 1995).

  Karakteristik Lahan

  Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi.

  Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batuan (FAO, 1983) 1.

  Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam C.

  3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.

  4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %.

  5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah.

  6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm.

  7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm.

  8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.

  9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.

  10.Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah.

  11. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.

  12. C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %.

  13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik, dinyatakan dalam dS/m.

  14. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.

  15. Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik, dinyatakan dalam cm.

  16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %.

  17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun.

  18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.

  19. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah.

  20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.

  Sifat Fisik Tanah Drainase tanah

  Drainase berarti keadaan dan cara air lebih (excess water) keluar dari tanah. Air lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air. Dalam keadaan air lebih, drainase menunjukkan frekuensi dan cara tanah bebas dari air lebih, dan mencerminkan kecepatan air lebih keluar dari tanah (Arsyad, 2009).

  Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut : 1.

Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman

  tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).

  2. Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

  3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai

  ≥ 100 cm.

  4. Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.

  5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

  6. Terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warn agley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan atau mangan seikit pada lapisan sampai permukaan.

  7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan (Djaenudin, dkk, 2003).

  Kedalaman Tanah

  Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu kedalaman sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa lapisan padas keras (hard pan), padas liat (clay pan), padas rapuh (fragi pan) atau lapisan phlintite (Arsyad, 2009).

  Kedalaman tanah dibedakan menjadi : Sangat dangkal : < 20 cm

  • Dangkal : 20 – 50 cm
  • Sedang : 50 – 75 cm
  • Dalam : > 75 cm
  • (Djaenudin, dkk, 2003).

  Tekstur tanah

  Istilah tekstur tanah berkaitan dengan kisaran ukuran partikel tanah, yaitu partikel penyusun tanah tertentu. Ukuran itu terdiri dari ukuran partikel besar, kecil, atau partikel sedang. Istilah tekstur menyiratkan hal yang kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur menyatakan “rasa” dari bahan tanah, apakah kasar atau terasa berpasir, atau halus dan lembut. Dalam arti yang lebih kuantitatif, istilah tekstur tanah menyatakan distribusi ukuran partikel terukur atau proporsi dari berbagai kisaran ukuran partikel yang terdapat pada suatu tanah.dalam pengertian ini tekstur tanah adalah atribut tanah yang bersifat permanen dan alami (Hillel, 1980).

  Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya (Arsyad, 2009).

  Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah : Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.

  • Agak halus (ah) : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat
  • berdebu.
  • lempung berpasir.

  Sedang (s) : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu

  Agak kasar (ak) : pasir berlempung.

  • Kasar (k) : pasir.
  • Sangat halus (sh) : liat (tipe mineral 2 : 1)
  • (Djaenudin, dkk, 2003).

  Bahaya banjir

  Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

  (Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut : f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak. f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir. f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir. f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.

  Bahan Kasar

Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap

lapisan tanah, dibedakan menjadi: sedikit : < 15 % sedang : 15 - 35 % banyak : 35 - 60 % sangat banyak : > 60 %

  (Djaenuddin, 2003)

  Sifat Kimia Tanah Kapasitas tukar kation (KTK)

  Kapasitas tukar kation (KTK) atau Cation Exchange Capacity (CEC) adalah kemampuan suatu koloid untuk mengadsorpsi kation dan mempertukarkannya. KTK dinyatakan dengan satuan me/100 g tanah atau

  • cmol(+) / kg tanah. Istilah 1 me/100 g tanah adalah setara dengan 1 mg H yang dapat diadsorpsi atau dipertukarkan dalam setiap 100 g tanah atau sejumlah ion
  • lain yang dapat menggantikan 1 mg H (Mukhlis, dkk., 2011).

  Kapasitas Tukar Kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara labih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam, Al, H (kejenuhan basa rendah) dapat mengurangi kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno, 2003).

  Kejenuhan basa (KB)

  Nilai kejenuhan basa (KB) tanah merupakan persentase dari total KTK yang diduduki oleh kation-kation basa yaitu Ca, Mg, Na, dan K. Juga dapat dikatakan bahwa perbandingan antara kation basa (Ca, Mg, Na, dan K) terhadap jumlah total kation yang diikat dan dapat dipertukarkan oleh koloid / liat tanah.

  Nilai KB ini sangat penting dalam penggunaannya untuk pertimbangan- pertimbangan pemupukan dan memprediksi kemudahan unsur hara tersedia bagi tanaman. Indikasi kesuburan tanah dapat dilihat dari besarnya persentase kejenuhan basa. Makin besar nilai KB suatu tanah maka unsur hara esensiil (K, Ca, Mg) lebih tersedia dan mudah dimanfaatkan tanaman. Makin tinggi KTK

  (demikian juga KB) makin tinggi kemampuan tanah dalam menyimpan dan melepaskan kation serta makin kuat daya sangganya (Winarso, 2005).

  pH Tanah pH didefenisikan sebagai kemasaman atau kebasaan relatif suatu bahan.

  • Kemasaman di dalam tanah dapat dihitung berdasarkan kedudukan ion H . Di
  • alam aktivitas ion H dalam tanah atau kemasaman (pH) tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu meliputi bahan induk tanah, pengendapan, vegetasi alami, pertumbuhan tanaman, kedalaman tanah, dan pupuk nitrogen (N) (Winarso, 2005).

  Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut : pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral) pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis)

  (Arsyad, 1989).

  Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion

  hidrogen (H ) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Untuk mengubah pH tanah pada tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah (Hardjowigeno, 2003).

  Pengapuran adalah suatu teknologi pemberian kapur ke dalam tanah, yang dimaksudkan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sebelum pengapuran dilakukan, terlebih dahulu harus diketahui mengenai tujuannya, cara penentuan kebutuhan, bahan dan mutu kapur yang akan digunakan serta cara-cara penggunaannya. Secara umum pengapuran bertujuan untuk memperbaiki sifat- sifat fisika, kimia dan biologi dari tanah (Damanik, dkk., 2010).

  C-Organik Tanah

  Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :

  Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah

  • Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya
  • Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas
  • tukar kation menjadi tinggi)

  Sumber energi bagi mikroorganisme

  • Menambah kemampuan tanah
  • (Hardjowigeno, 1995).

  Bahan organik tanah begitu penting dalam mendukung produktivitas tanah dan tanaman karena berperan dalam memperbaiki seluruh aspek produktivitas tanah atau seluruh sifat dan prilaku tanah. Terhadap sifat kimia tanah, bahan organik tanah dapat memperbaiki nilai kapasitas tukar kation tanah sehingga dapat menjerap hara lebih banyak, menyumbang hara ke dalam tanah, terutama hara N, P, S dan unsur hara mikro, menurunkan tingkat keracunan Al dan Fe dapat dipertukarkan (ion Al dan Fe)di dalam tanah dapat mmbentuk senyawa komplek dengan senyawa organik (chelation) (Rauf, 2011).

  Erosi

  Menurut Hardjomidjojo dan Sukartaatmadja (2008) Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu persamaan untuk memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembangkan oleh Smith dan Wichmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan dengan persamaan kehilangan tanah lainnya, USLE mempunyai kelebihan yatu variable-variabel yang berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara terperinci dan terpisah. Sampai saat ini USLE masih dianggap rumus yang paling mendekati kenyataan, sehingga labih banyak digunakan daripada rumus lainnya. Persamaan kehilangan tanah tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: A=R x K x Lx S x C x P dimana: A= Jumlah kehilangan tanah maksimum (ton/ha/tahun)

  R= Faktor Erosivitas hujan K= Faktor erodibilitas tanah L= Faktor panjang lereng S= Faktor kemiringan lereng C= Faktor pengelolaan tanaman P= Faktor praktik konservasi tanah

  Metode vegetatif

  Termasuk metode vegetatif adalah :

  1. penghutanan / penghijauan kembali 2. penanaman dengan rumput makanan ternak 3. penutup tanah permanen 4. strip cropping 5. pergiliran tanaman dengan pupuk hijau atau penutup tanah 6. penggunaan sisa-sisa tanaman 7. penanaman saluran-saluran pembuangan dengan rumput

  Cara mekanik

  Termasuk cara mekanik : Pengolahan tanah

  • Pengolahan tanah menurut kontur
  • Teras -

  Perbaikan drainase dan irigasi

  • Waduk, dam penghambat, rorak, tanggul, dan sebagainya
  • Metode Kimia

  Metode ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (soil conditioner) untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan antara lain bitumen dan krilium .

  (Hardjowigeno, 2007).

  Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Metode USLE

  Prediksi erosi pada sebidang tanah dapat dilakukan menggunakan model yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (Hallsworth, 1987; Arsyad, 2006) yang diberi nama Universal Soil Loss Equation (USLE) dengan persamaan sebagai berikut:

  

A = R x K x LS x C x P…………………………………………….. (1)

  dimana :

  A = banyaknya tanah yang tereosi (ton/ha/thn) R = faktor curah hujan dan aliran permukaan

K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R)

  untuk suatu tanah yang di dapat dari petak percobaan standar

  

LS= faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah

  dengan suatu panjang lereng ditentukan terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22,1 meter) dibawah keadaan yang identik. Faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% dibawah keadaan yang identik.

  

C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengolahan tanaman yaitu nisbah

  antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap erosi dari tanah yang identik tanpa tanah.

  

P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan

  penanaman menurut kontur,penanaman dalam strip, guludan, teras menurut kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah diberi perlakuan tindakan konservasi khusus tersebut terhadap erosi dari tanah yang di olah searah lereng, dalam kedaan yang identik.

  a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

  Erosivitas hujan diperoleh dari data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan lokasi penelitian, selama 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui faktor erosivitas hujan (R) dengan rumus:

  12 R =

  30 )i……………………………………………………………………..(2)

  ∑ (EI

   i=l

  Dimana : EI30 = -8,79 + (7,01 x R)

  1,36

  RM = 2,21 (Rain) m EI30 = erosivitas hujan RM = hujan rata-rata bulanan (cm) RM = hujan rata-rata bulanan (cm) Rain m = hujan bulanan (cm) (Herawati, 2010).

  b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

   Faktor erodibilitas tanah (K) atau faktor kepekaan erosi tanah dihitung

  dengan persamaan Wischmeier dan Smith (1978) :

  1,14 -4 (2,713M (10 )(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3))

  K=

   100

  Dimana : K = Faktor erodibilitas tanah M = Parameter ukuran partikel yaitu (% debu + % pasir sangat halus)

  (100 - % liat) jika data tekstur yang tersedia hanya data % debu, % pasir, dan %liat, maka %liat sangat halus dapat diperoleh dengan sepertiga dari persentase pasir (Hammer, 1978 dalam Hardoamidjojo dan Sukartaatmadja, 2008) a = bahan organik tanah (% C x 1,724) b = kelas struktur tanah (Tabel 1) c = kelas permeabilitas profil tanah (Tabel 2)

  Tabel 1. Kelas Struktur Tanah (Arsyad, 1989) Struktur Tanah (Ukuran diameter) Kelas Granular sangat halus

  1 Granular halus

  2 Granular sedang sampai kasar

  3 Gumpal, lempeng, pejal

  4 Tabel 2. Kelas Permeabilitas Tanah (Arsyad, 1989) Kecepatan Permeabilitas Tanah Kelas Sangat lambat (<0,5 cm/jam)

  6 Lambat (0,5-2,0 cm/jam)

  5 Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/jam)

  4 Sedang (6,3-12,7 cm/jam)

  3 Sedang sampai cepat (12,7-25,4 cm/jam)

  2 Cepat (>25,4 cm/jam)

  1

  Faktor ini merupakan gabungan antara pengaruh panjang dan kemiringan lereng. Faktor S adalah rasio kehilangan tanah per satuan luas di lapangan terhadap kehilangan tanah pada lereng eksperimental sepanjang 22,1 m (72,6 ft) dengan kemiringan lereng 9%. Persamaan yang diusulkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dapat digunakan untuk menghitung LS :

  1/2

  Dengan : S = Kemiringan lereng (%) L = Panjang lereng (m)

  Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang tererosi pada kondisi permukaan lahan yang sama, tetapi tanpa pengelolaan tanaman. Untuk jenis tanaman dengan rotasi tanaman tertentu atau dengan cara pengelolaan pertanian dapat menggunakan Tabel 3 dan 4 karena faktor pengelolaan tanah dan tanaman penutup tanah (C) serta faktor teknik konservasi tanah (P) diprediksi berdasarkan

  0,65 0,45 0,452 0,35 0,60 0,60 0,2 0,5 0,55 0,55 0,85 0,1 0,3 0,5 0,32 0,95 0,3

  8

  Pohon tanpa semak Lahan kritis, tanpa vegetasi Semak belukar

  15 Ubi kayu Kentang Kacang tanah Kacang Hijau Kopi rakyat Kopi perkebunan Kopi dengan penutup tanah Kelapa sawit Kelapa sawit rakyat Kelapa sawit perkebunan Karet Kebun campuran

  14

  13

  12

  11

  10

  9

  7

  hasil pengamatan lapangan dengan mengacu pustaka hasil penelitian tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik.

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  Jenis Tanaman/Penggunaan Lahan Nilai Faktor C

  No .

  Tabel 3. Nilai Faktor Penutup Vegetasi (C) Untuk Berbagai Tipe Pengelolaan Tanaman (Arsyad, 1989)

  • Kerapatan tingi
  • Kerapatan sedang
  • Kerapatan rendah
Tabel 4. Nilai Faktor P Untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah (Suripin, 2002)

  No. Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P 1.

  12.

  1,00 0,04 0,15 0,35 0,40 0,40 0,64 0,20

  Penggunaan sistem kontur Penggunaan sistem strip(2-4 m lebar) Penggunaan mulsa jerami 1 ton/ha 3 ton/ha 6 ton/ha Penggunaan pemantap tanah(60 gr/1/m2 (CURASOL) Padang rumput (sementara) Strip cropping dengan clotataria(lebar 1 m, jarak antar strip 4,5 m) Penggunaan sistem strip(lebar 2 m-4 m) Penggunaan mulsa jerami(4-6 ton/ha) Penggunaan mulsa kadang-kadang(4-6 ton/ha)

  Kemiringan 0-8 % Kemiringan 8-20 % Kemiringan > 20 %

  16. Tanpa tindakan pengendalian erosi Teras bangku Konstruksi baik Konstruksi sedang Konstruksi kurang baik Teras tradisional Strip tanaman Rumput bahia Clotararia Dengan kontur Teras tradisional Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur

  15.

  14.

  13.

  10.

  2.

  9.

  8.

  7.

  6.

  5.

  4.

  3.

  0.40 0,50 0,75 0,90 0,10-0,020 0,10-0,30 0,8 0,5 0,3 0,20-0,50 0,10-0,50 0,64 0,20 0,06-0,20 0,20-0,40 Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (Departemen Kehutanan, 1986) Kedalaman Solum Kelas Erosi Tanah (cm)

  I II

  III

  IV V Erosi ton/ha/th

  < 15 15-60 60-180 180-480 >480 Dalam >90 SR R S B SB

  I II

  III

  IV Sedang 60-90 R S B SB SB

  I II

  III

  IV IV Dangkal 30-60 S B SB SB SB

  II III

  IV IV

  IV Sangat Dangkal <30 B SB SB SB SB

  III

  IV IV

  IV IV SR : sangat rendah R : rendah S : sedang B : berat SB : sangat berat

  Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

  Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda- beda. Kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 500-1700 meter di atas permukaan laut. Bila kopi arabika ditanam di dataran rendah kurang dari 500 meter di atas permukaan laut biasanya akan berproduksi dan bermutu rendah.

  Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan kaya bahan organik. Kopi juga menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 5-6,5 untuk kopi arabika. Kurang dari angka tersebut kopi juga masih bisa tumbuh, tetapi kurang bisa menyerap beberapa unsur hara sehingga kadang- kadang perlu diberi kapur (Najiyati dan Danarti, 1999).

  Tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, terutama di musim kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga merusak tanaman di bawahnya. tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Kopi arabika dapat tumbuh di daerah pada garis lintang

  LU sampai 24 6‐9 LS dengan bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1‐3 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 1.500 s/d 2.500 mm/tahun. Kopi arabika ditanam di dataran tinggi 1.250 s/d 1.850 m dpl. dengan Suhu udara C. rata‐rata 17‐21