BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Investasi - Analisis Pengaruh BI Rate dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Investasi

2.1.1 Definisi Investasi

  Irham Fahmi, 2006, mendefinisikan investasi sebagai bentuk dari pengelolaan dana dengan cara menempatkan dana pada alokasi yang diperkirakan dapat memberikan tambahan keuntungan. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (dalam Irham Fahmi, 2006), pemahaman akan asal usul investasi tidak harus berasal dari bagian keuangan. Investasi juga dapat berasal dari bagian pemasaran yaitu dengan cara membuka jaringan distribusi baru, atau investasi pada bagian produksi dengan cara mengganti mesin lama menjadi mesin baru.

  Mankiw, 2006, mendefinisikan investasi sebagai komponen GDP yang melibatkan masa kini dan masa depan. Pengeluaran investasi berperan penting dalam pertumbuhan jangka panjang dan juga pada siklus jangka pendek karena investasi merupakan unsur GDP yang paling sering berubah.

  Ana, 2009, investasi atau penanaman modal terdiri atas dua bentuk yaitu : penanaman modal langsung (direct investment) dan penanaman modal tidak langsung (indirect investment).

  Penanaman modal langsung (direct investment) dilakukan berupa mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, dengan melakukan kerja sama tanpa membentuk perusahaan baru, memberikan bantuan teknis dan menajerial, memberikan lisensi. Penanaman modal tidak langsung (indirect investment) meliputi kegiatan transaksi di pasar modal dan pasar uang.

  Salim, 2007, menggolongkan investasi berdasarkan asset, pengaruh, merupakan penggolongan investasi dari aspek modal atau kekayaannya. Investasi berdasarkan aset terbagi menjadi dua jenis yaitu real asset dan financial asset.

  

Real asse t merupakan investasi yang berwujud seperti gedung, kendaraan dan

  sebagainya, sedangkan financial asset merupakan dokumen klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.

  Real asset bersifat kurang likuid daripada financial asset.

  Investasi menurut pengaruhnya didasarkan pada faktor yang mempengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Investasi ini dibagi menjadi dua yaitu investasi autonomus dan investasi induced. Investasi

  

autonomus adalah investasi yang tidak dipengaruhi tingkat pendapatan,bersifat

  spekulatif. Contohnya membeli surat berharga. Sedangkan investasi induced adalah investasi yang dipengaruhi kenaikan permintaan akan barang dan jasa serta tinkat pendapatan. Contohnya penghasilan transitori yang didapat selain dari bekerja, seperti bunga.

  Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya didasarkan pada asal-usul perolehan investasi. Investasi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu investasi yang bersumber dari modal asing (PMA) dan investasi yang bersumber dari dalam negeri (PMDN). Investasi berdasarkan bentuknya adalah investasi yang didasarkan pada cara penanaman investasi tersebut. Investasi ini dibagi menjadi dua golongan yaitu investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan menggunakan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi. Investasi langsung merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisi perusahaan.

  Menurut Willian F. Sharpe (dalam Irham Fahmi, 2006), dalam perekonomian primitif hampir semua investasi berbentuk investasi nyata sedangkan pada perekonomian modern lebih banyak dilakukan investasi keuangan. Jadi salah satu ukuran dalam melihat bahwa suatu negara disebut maju adalah keberadaan dan kualitas dari bursa efeknya yang diakui oleh para pebisnis.

2.1.2 Teori Investasi menurut Keynes (dalam Irham Fahmi, 2006)

  Teori investasi yang dikemukakan oleh Keynes adalah teori multiplier yang membahas tentang pengaruh anggaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Keynes dalam mempengaruhi jalannya perekonomian, pemerintah dapat memperbesar anggaran pengeluaran saat terjadi kelesuan ekonomi. Hal ini dapat meningkatkan lapangan pekerjaan dan akhirnya meningkatkan pendapatan riil masyarakat.

  Perubahan yang diakibatkan oleh pengeluaran pemerintah tersebut akan mempengaruhi pendapatan nasional yang kemudian menimbulkan perubahan pada golongan pengeluaran tertentu dan pada akhirnya pendapatan nasional akan bertambah dan proses ini disebut proses multiplier.

  Terjadinya multiplier effect akan memberi dampak pada perubahan ekonomi ke arah yang lebih dinamis yaitu terciptanya lapangan pekerjaan yang disebabkan tingginya pendapatan masyarakat. Hal tersebut berpengaruh pada peningkatan kebutuhan masyarakat dan dibutuhkan sumber-sumber produksi untuk memuaskan kebutuhan tersebut dan secara otomatis dibutuhkan pula sumber daya manusia untuk mengelolahnya.

  Investasi pada pasar modal adalah investasi yang bersifat jangka pendek. Hal ini dilihat dari pengembalian (return) yang diukur dengan capital gain. Pasar modal merupakan tempat yang menarik bagi para spekulator yang menyukai

  

capital gain . Mereka dapat membeli pada saat harga turun dan menjual kembali

pada saat harga naik.

2.2. Pasar Modal

2.2.1. Definisi Pasar Modal

  Pasar modal menurut Mohamad Samsul, 2006 adalah sarana bertemunya permintaan dan penawaran instrumen keuangan berjangka panjang, dikatakan berjangka panjang karena waktunya lebih dari satu tahun. Menurut Undang- Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 (dalam Mohamad Samsul, 2006) disebutkan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

  Menurut Fakhruddin, 2001, pasar modal merupakan pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri.

  Instrumen yang diperjualbelikan di pasa modal disebut efek, yaitu surat derivative.

2.2.1.1. Jenis-Jenis Pasar Modal

  Menurut Mohamad Samsul , 2006, pasar modal dapat dibedakan menjadi empat jenis pasar, yaitu:

  1. Pasar Pertama / Perdana Pasar pertama merupakan sarana bagi perusahaan untuk pertama kalinya menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat, karena sebelumnya perusahaan milik perorangan atau beberapa pihak saja, dan kini ditawarkan kepada masyarakat.

  Penawaran pertama ini disebut initial public offering (IPO), dan telah mengubah status perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka (Tbk). Bersifat terbuka karena perseroan dapat dimiliki masyarakat, dan berkewajiban membuka informasi kepada pemegang saham dan masyarakat, kecuali informasi yang bersifat rahasia untuk menjaga persaingan.

  Dalam pasar pertama jika terjadi kelebihan pesanan atau oversubscribed, dimana jumlah saham yang diminta lebih besar daripada jumlah saham yang ditawarkan maka akan dilakukan penjatahan pesanan secara proposional dengan jumlah pesanan atau dengan metode lain yang sesuai dalam buku Prospektus.

  Dan apabila jumlah saham yang diminta lebih kecil daripada jumlah saham yang ditawarkan ini berarti penawaran umum kekurangan pesanan atau

  undersubscribed, akibatnya seluruh pesanan dapat dipenuhi.

  Ciri-ciri pasar pasar pertama / perdana :

  a) Emiten menjual saham kepada masyarakat melalui penjamin emisi dengan harga yang telah disepakati oleh kedua pihak.

  b) Pembeli tidak dipungut biaya transaksi

  c) Terdapat ketidakpastiaan bagi pembeli untuk memperoleh jumlah saham yang diinginkan jika terjadi oversubscribed d)

  Investor dapat membeli saham dari penjamin emisis atau agen penjual

  e) Waktu pemesanan saham terbatas

  f) Penawaran melibatkan akuntan publik, notaris, konsultan hukum dan perusahaan penilai

g) Pasar perdana disebut juga pasar primer dan pasar kesatu.

  2. Pasar Kedua/ Sekunder Pasar kedua/sekunder merupakan sarana transaksi jual-beli antar investor dan harga yang dibentuk melalui perantara efek. Harga pasar dibentuk oleh tawaran jual dan tawaran beli dari para investor.

  Ciri-ciri pasar kedua/sekunder:

  a) Harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek (anggota bursa) yang berdaganga di Bursa Efek b)

  Terdapat biaya jual dan biaya beli dalam transaksi Jumlah pesanan dapat berjumlah tak terbatas

  d) Anggota bursa memasukkan tawaran jual/beli investor ke dalam computer perdagangan yang disediakan pihak bursa e)

  Anggota bursa beli menyelesaikan pembayaran dana kepada Sentral Kliring kemudian menerima saham dengan cara pemindahbukuan oleh Sentral Kustodian dengan menunjukkan bukti pembayaran dari Sentral Kliring

  f) Anggota bursa jual menyelesaikan penyerahan saham kepada Sentral

  Kustodian, kemudian menerima dana dengan cara pemindahbukuan oleh Sentral Kliring dengan menunjukkan bukti penyerahan efek dari Sentral Kustodian

  g) Pasar kedua disebut juga bursa efek

  3. Pasar Ketiga Pasar ketiga adalah sarana transaksi efek antara market maker dan investor dimana harga dibentuk oleh market maker. Para investor dapat memilih market

  

maker yang memberi harga terbaik, karena satu jenis saham dapat dipasarkan oleh

  beberapa market maker. Pasar ketiga bukan Bursa Efek berskala kecil, tetapi berskala sangat besar. Dengan menggunakan teknik perdagangan paling canggih.

  Ciri-ciri pasar ketiga: a. Harga dibentuk oleh market maker b. Para investor daoat munjual dan membeli saham dari dan ke market maker c. Jumlah market maker yang banyak dapat membantu investor dalam d.

  Market maker berdagang dari kantor masing-masing melalui jaringan komputer e.

  Mesin utama ada di OTC Market Pusat yang terhubung dengan mesin di kantor market maker lainnya f.

  Mesin OTC terintegrasi dengan mesin di Sentral Kliring atau Sentral Kustodian g. Market maker menyelesaikan pembayaran dengan Sentral Kliring dan menyelesaikan penyimpanan efek dengan Sentral Kustodian h.

  Pasar ketiga disebut juga Over The Counter (OTC) market.

  4. Pasar Keempat Pasar keempat yaitu sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Mekanisme perdagangan efek ini pernah terjadi pada abad ke-17. Mekanisme ini terjadi melalui electronic

  

communication network (ECN) apabila para pelaku memenuhi syarat yaitu

  memiliki efek dan dana di Sentral Kustodian dan Sentral Kliring. Pasar keempat ini hanya dilaksanakan oleh investor besar karena dapat menghemat biaya transaksi daripada dilakukan di pasar kedua/sekunder.

  Ciri-ciri pasar keempat : a. Para investor bertransaksi lewat ECN b. Harga terbentuk dari proses tawar menawar antara investor beli dan investor jual Investor menjadi anggota ECN, Sentral Kustodian dan Sentral Kliring d. ECN terdaftar sebagai Bursa Efek

2.2.1.2 Manfaat Pasar Modal

  Pasar modal memberikan manfaat baik bagi emiten, investor, lembaga penunjang maupun pemerintah. (Pandji Anoraga, 2001)

  1. Manfaat bagi emiten : a.

  Dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar b. Dana tersebut dapat diterima sekaligus saat pasar pertama selesai c. Tidak ada convenant manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana d.

  Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan e. Kecilnya ketergantungan emiten terhadap bank f. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan g.

  Profesionalisme dalam manajemen meningkat

  2. Manfaat bagi investor : a.

  Nilai investasi cenderung berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi b.

  Memperoleh dividen bagi pemegang saham dan bunga bagi pemegang obligasi c.

  Mempunyai hak suara dalam RUPS dan RUPO d. Mudah mengganti instrumen investasi untuk meningkatkan keuntungan ataupun menghindari resiko e.

  Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen

  3. Manfaat bagi lembaga penunjang a.

  Semakin professional dalam memberikan pelayanan b. Sebagai pembentuk harga dalam bursa parallel c. Likuiditas efek semakin tinggi d. Memberi variansi pada jenis lembaga penunjang

  4. Manfaat bagi pemerintah a.

  Mendorong laju pembangunan b. Mendorong investasi c. Menciptakan lapangan kerja d. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN

2.2.2. Saham

  Menurut Pandji, 2001, saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas. Faktor makro merupakan factor yang berada di luar perusahaan tetapi member pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan. Faktor makro ekonomi seperti tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan khusus pemerintah, kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi, faham ekonomi, peredaran uang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan (Mohamad Samsul, 2006).

  Saham memiliki beberapa karakteristik, (Fakhruddin, 2001) antara lain : dalam rapat umum pemegang saham, memiliki hak terakhir dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi, memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak mengalihkan kepemilikan sahamnya.

  Pemegang saham akan mendapatkan keuntungan yang bersifat finansial ataupun non-finansial. Dividen, capital gain dan saham bonus merupakan keuntungan yang bersifat finansial (Fakhruddin, 2001). Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen akan diberikan jika pemegang saham telah memegang saham tersebut dalam waktu yang relatif lama dan dividen inilah yang menjadi daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Dividen dapat diberikan secara tunai dalam jumlah rupiah ataupun berupa saham sehingga jumlah saham yang dimiliki pemegang saham akan bertambah.

  Selain itu adanya capital gain yaitu keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli. Capital gain terbentuk di pasar kedua/sekunder dan merupakan keuntungan yang berorientasi pada jangka pendek. Dan terakhir adalah saham bonus yang merupakan pembagian saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih harga jual dengan harga nominal. Keuntungan lainnya bersifat non-finansial (Pandji, 2001) berupa adanya rasa kebanggan dan kekuasaan karena pemegang saham memperoleh hak suara dalam perusahaan.

  Prinsip saham yang high risk – high return memiliki arti bahwa saham tinggi pula. Gagal mendapat dividen merupakan risiko yang diperoleh, kegagalan ini disebabkan jika perusahaan sedang mengalami kerugian. Risiko selanjutnya adalah capital loss, ini terjadi karena harga jualnya berada di bawah harga beli.

  Investor akan menjual sahamnya dengan harga rendah dengan tujuan untuk menghindari kerugian yang semakin besar jika harga saham terus menurun.

  Jika perusahaan yang bangkrut maka saham-saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau disebut delist. Dalam kondisi ini pemegang saham akan diberi bagian jika masih ada sisa dari penjualan aset perusahaan, yang mana pembagian akan diberikan terlebih dahulu kepada kreditur dan pemegang obligasi. Proses dikeluarkannya saham dari bursa bukan hanya karena perusahaan penerbit saham tersebut bangkrut tetapi disebabkan juga karena kinerjanya yang buruk misalnya saham tersebut tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian dan tidak dapat membagikan dividen selama beberapa tahun. Tentunya saham tersebut tidak bisa dijual di bursa tetapi di luar bursa hanya saja jika di luar bursa patokan harga menjadi tidak jelas dan harga jual akan jauh dari harga sebelumnya.

  Resiko lainnya adalah jika saham itu di suspend oleh Bursa efek. Suspend atau pemberhentian perdagangan saham tersebut dalam beberapa sesi perdagangan. Suspend dilakukan oleh otoritas Bursa Efek jika saham mengalami kenaikan harga yang luar biasa (Fakhruddin, 2001).

  Menurut Fakhruddin, 2001, saham dibedakan atas beberapa hal : 1. Berdasarkan cara peralihan hak, yaitu : a.

  Saham Atas Unjuk, yang berarti saham itu mudah dipindahtangankan ke investor lain karena pada saham itu tidak tertulis nama pemiliknya.

  b.

  Saham Atas Nama, merupakan saham yang nama pemiliknya ditulis dengan jelas

2. Berdasarkan hak tagihan atau klaim, yaitu : a.

  Saham Biasa, pemilik saham biasa akan ditempatkan paling terakhir dalam pembagian dividen jika perusahaan tersebut dilikuidasi.

  b.

  Saham Preferen, merupakan gabungan antara obligasi dan saham biasa.

  Karena merupakan penggabungan antara obligasi dan saham biasa, maka saham preferen mempunyai kesamaan dengan obligasi dan saham biasa.

  Persamaannya dengan saham biasa karena mewakili kepemilikan modal dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo dan membayar dividen.

  Persamaan dengan saham yaitu adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap, dan dapat ditebus atau ditukar dengan saham biasa.

  3. Berdasarkan kinerja saham, yaitu : a.

  Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa yang memiliki reputasi tinggi, menjadi pemimpin di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. Income Stocks, yaitu saham yang memiliki kemampuan membayar dividen di atas rata-rata.

  c.

  Growth Stocks, yaitu saham dari perusahaan yang tidak menjadi pemimpin di dalam industri sejenis tetapi memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi.

  d.

  Speculative Stocks, yaitu saham yang tidak konsisten dalam memperoleh pendapatan, tetapi mempunyai kemampuan memperoleh pengahasilan tinggi di masa mendatang walaupun masih dalam ketidakpastian.

  e.

  Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak dipengaruhi kondisi makro ataupun situasi bisnis. Dalam kondisi resesi sekalipun, harga saham tetap tinggi dan mampu memberikan dividen yang tinggi. Perusahaan yang memiliki saham ini biasanya bergerak dalam produk yang selalu dibutuhkan masyarakat, contohnya adalah rokok.

  Strategi yang dilakukan para investor dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat adalah dengan melakukan penilaian terharap saham yang akan dipilih. Terdapat tiga jenis penilaian terhadap saham antara lain : (1) nilai buku yang merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham, (2) nilai pasar yaitu harga saham di pasar, (3) nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya (Tandelilin, 2001). Investor yang cerdik akan membeli saham yang memiliki nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar

  

(undervalued) dan akan menjual saham saat nilai intrinsik lebih kecil dari harga

pasar (overvalued).

2.2.3. IHSG

  Indeks harga saham gabungan (composite stock price index) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek (Mohamad Samsul, 2006). IHSG mengalami perubahan setiap hari, hal ini dikarenakan adanya perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan karena bertambahnya saham.

  Jika terjadi kenaikan IHSG, tidak semua jenis saham mengalami kenaikan harga juga. Tetapi hanya sebagian saham saja yang mengalami kenaikan harga.

  Begitu juga jika terjadi penurunan IHSG, maka hanya sebagian saham saja yang mengalami penurunan.

  Rumus penghitungan IHSG : Dimana : = Total harga semua saham pada waktu yang belaku

  = Total harga semua saham pada waktu dasar Jika angka indeks berada di atas 100 berarti kondisi pasar sedang ramai dan sebaliknya jika angka indeks berada di bawah 100 berarti kondisi pasar sedang lesu. IHSG bernilai 100 berarti pasar dalam kondisi stabil.

  Selain IHSG, ada beberapa jenis indeks harga saham. Pertama Indeks harga dasarnya. Kedua indeks harga saham sektoral, dimana indeks ini menggunakan saham dari masing-masing sektor. Indeks ini terbagi atas sembilan sektor yang terdiri dari : a. Sektor-sektor Primer (ekstraktif) 1.

  Pertanian 2. Pertambangan

  b. Sektor-sektor Sekunder (industri manufaktur) 3.

  Industri Dasar dan Kimia 4. Aneka Industri 5. Industri Barang Konsumsi

  c. Sektor-sektor Tersier (jasa) 6.

  Properti dan Real Estate 7. Transportasi dan Infrastruktur 8. Keuangan 9. Perdagangan, Jasa dan Investasi

  Ketiga adalah indeks LQ 45, indeks ini terdiri dari 45 saham dengan tingkat likuiditas yang tinggi dan juga kapitalisasi pasar saham. Pemilihan saham dilakukan setiap enam bulan (awal Februari dan Agustus) sehingga saham yang tergabung dalam indeks LQ 45 dapat berubah-ubah (Fakhruddin, 2001).

2.3.1. Definisi Uang

  Menurut Iswardono, 1990, uang adalah sesuatu yang secara umum diterima di dalam pembayaran untuk pembelian barang dan jasa serta pembayaran utang. Sedangkan Putong, 2008, mendefinisikan jumlah uang beredar adalah total persediaan uang dalam suatu perekonomian pada suatu saat tertentu atau satu tahun anggaran. Nopirin, 1992, mendefinisikan uang secara berbeda sesuai dengan tingkat likuiditasnya,antara lain :

  1. adalah penjumlahan dari uang kertas, uang logam dan simpanan

1 M

  dalam bentuk rekening koran (demand deposit) 2.

  2 adalah penjumlahan dari M 1 , tabungan (saving deposit) dan deposito

  M berjangka (time deposit) pada bank umum

  3.

  3 adalah penjumlahan M 2 , tabungan (saving deposit) dan deposito

  M berjangka (time deposit) pada lembaga-lembaga non-bank.

  M

  1 merupakan uang yang paling likuid, sebab proses mengubah M

  1

  menjadi uang kas sangat cepat dan tanpa terjadi kerugian uang (artinya satu rupiah menjadi satu rupiah juga).

  Sedangkan M

  2 dan M 3 tingkat likuid nya lebih rendah daripada M 1 , hal

  ini dikarenakan bagian M

  2 dan M 3 mencakup deposito berjangka dan butuh waktu

  (3, 6, 12 bulan) untuk mengubahnya menjadi uang kas. Jika dilakukan sebelum waktu tersebut akan dikenakan denda sehingga terjadi kerugian nilai. motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Dalam motif transaksi dan berjaga- jaga, permintaan akan uang kas dipengaruhi oleh pendapatan sedangkan motif spekulasi dipengaruhi oleh tingkat bunga (Nopirin, 1992).

  Permintaan akan uang kas untuk motif spekulasi digunakan untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya spekulatif, misalnya membeli surat berharga baik obligasi atau saham. Permintaan uang kas untuk motif spekulasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga. Artinya semakin tinggi suku bunga semakin sedikit jumlah uang kas yang diminta untuk motif spekulasi, dan sebaliknya. Sehingga jumlah uang yang beredar akan berpengaruh secara positif terhadap kinerja saham

2.3.2. Kriteria Uang (Iswardono, 1990)

  Iswardono menjelaskan kriteria uang sebagai berikut : 1. Acceptability dan Cognizability

  Persyaratan utama dari sesuatu menjadi uang adalah diterimanya secara umum dan diketahuinya secara umum. Diterima secara umum serta penggunaannya sebagai alat tukar, penimbun kekayaan, standar cicilan utang tumbuh secara luas karena kegunaan dari uang untuk ditukarkannya dengan barang dan jasa.

  2. Stability of Value Manfaat dari sesuatu yang menjadi uang memberikan adanya nilai uang secara kecil karena jika tidak uang tidak akan diterima secara umum karena masyarakat mencoba menyimpan kekayaannya dalam bentuk barang-banrang yang nilainya stabil. Jika mata uang suatu Negara berrfluktuasi nilainya secara tajam, maka masyarakat Negara tersebut akan mengurangi fungsinya sebagai alat penukar dan satuan hitung.

  3. Elasticity of Supply Jumlah uang yang beredar harus mencukupi kebutuhan perekonomian.

  Ketidakmampuan penyediaan uang untuk mengimbangi kegiatan akan mengakibatkan perdaganga terhambat dan pertukaran dilakukan seperti pada perekonomian barter, dimana barang ditukar dengan barang yang lain secara lain secara langsung. Karena itu bank sentral sebagai pencipta uang tunggal harus mampu melihat perkembangan perekonomian yang selanjutnya harus mampu menyediakan uang yang cukup bagi perkembangan perekonomian tersebut. Dan sebaliknya bank sentral harus bertindak dengan cepat seandainya uang beredar dirasa terlalu banyak dibandingkan dengan kegiatan perekonomian, dalam hal ini bank sentral harus mengurangi jumlah uang yang beredar. Jadi kemampuan bank sentral dan lembaga-lembaga keuangan yang lain dalam hal penyediaan uang harus dijamin tetap baikatau elastis.

  4. Portability Uang harus mudah dibawa untuk urusan setiap hari, bahkan transaksi dalam jumlah besar dapat dlakukan dengan uang dalam jumlah (fisik) yang kecil jika nilai nominalnya besar.

  Durability Dalam pemindahan uang dari tangan yang satu ke tangan yang lain mengharuskan uang tersebut dijaga niali fisiknya. Jika tidak akan terjadi kerusakan sehingga menyebabkan penurunan nilainya dan mengurangi kegunaan moneter dari uang uang tersebut.

  6. Divisibility Uang digunakan untuk memantapkan transaksi dari berbagai jumlah.

  Sehingga uang dari berbagai nominal harus dicetak untuk mencukupi atau melancarkan transaksi jual beli. Untuk menjamin dapat ditukarkannya uang satu dengan yang lainnya, semua jenis uang harus dijaga agar tetap nilainya.

2.3.3. Fungsi Uang (Nopirin, 1992)

  Dalam perkembangannya uang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran tetapi mempunyai fungsi lain sebagai berikut :

1. Uang sebagai satuan pengukur nilai

  Dengan adanya fungsi uang sebagai satuan pengukur nilai maka nilai dari suatu barang dapat diukur dan juga dapat diperbandingkan. Di Indonesia dasar yang digunakan dalam pengukuran nilai dari barang dan jasa yang diperdagangkan di pasar adalah rupiah. Suatu barang dapat dinilai melalui rupiah dan dapat pula dibandingkan dengan barang lain melalui rupiah.

  2. Uang sebagai alat tukar-menukar Adanya fungsi uang sebagai alat tukar-menukar dapat menghilangkan

  Proses yang terjadi adalah barang ditukar dengan uang, dan uang yang didapat tersebut dapat digunakan untuk membeli barang lain. Fungsi uang sebagai alat tukar-menukar ini memisahkan antara keputusan membeli dengan keputusan menjual.

  3. Uang sebagai alat penyimpan kekayaan Seseorang dapat memiliki kekayaan dalam bentuk barang dan uang.

  Dalam bentuk barang seperti rumah, tanah sedangkan dalam bentuk uang seperti uang kas dan surat berharga.

2.3.4. Nilai dari Uang (Nopirin, 1992)

  Nilai uang diukur dari kemampuannya membeli barang dan jasa (internal

  

value) serta valuta asing (external value). Dengan kata lain besar kecilnya nilai

  uang ditentukkan oleh harga barang dan jasa. Jika harga barang dan jasa naik maka nilai uang akan turun, begitu pula sebaliknya.

  Terdapat tiga metode dalam mengukur nilai uang, metode tersebut antara lain : indeks biaya hidup, indeks harga barang-barang perdagangan besar dan juga GNP deflator. Indeks biaya hidup mencakup harga beberapa barang kebutuhan pokok. Di Indonesia dikenal indeks harga sembilan bahan pokok, indeks harga 62 jenis barang.

  Sedangkan indeks harga perdagangan besar merupakan harga barang- barang yang dipakai oleh perusahaan untuk menghasilkan barang lain. GNP hidup mauoun indeks harga perdagangan besar. Cara menghitungnya adalah dengan membagi GNP nominal dengan GNP rill pada harga konstan. Ketiga indeks ini cenderung bergerak bersamaan meskipun pada tingkat yang berbeda- beda.

2.3.5. Klasifikasi Uang

  Menurut Nopirin, 1992, uang dapat diklasifikasikan atas beberapa dasar yang berbeda-beda, misalnya:

  1. Dilihat dari sifat fisik dan bahan yang dipakai untuk membuat uang 2.

  Dilihat dari instansi yang mengeluarkannya seperti pemerintah, bank sentral atau bank komersial

  3. Dilihat dari hubungan antara nilai uang sebagai uang dengan nilai uang sebagai barang.

  a.

  Full Bodied Money

  Full bodied money merupakan uang yang nilainya sebagai barang sama

  dengan nilainya sebagai uang. Pada zaman dahulu uang itu berupa barang seperti beras, ternak, atau kain. Jenis uang seperti ini nilainya sebagai barang akan sama dengan nilainya sebagai uang. Dan sekarang di zaman modern ini, jenis uang full bodied money ini berupa emas dan perak.

  Dalam memahami jenis uang full bodied money sering terjadi kesalahpahaman, oleh karena ada dua hal penjelasan untuk menjawab

  1. Full bodied money dikatakan uang yang nilainya sebagai barang sama dengan nilainya sebagai uang tidak berarti bahwa nilai sebagai uang tersebut akan tetap/konstan. Misalnya harga dari satu unit emas dinyatakan tetap dalam mata uang, maka tenaga beli (purchasing power) akan berbanding terbalik dengan harga barang lain. Tenaga beli uang emas akan turun separuh apabila harga barang lain naik dua kali. Jadi meskipun harga sebagai emas tetap, tenaga belinya dapat berubah-ubah tergantung pada harga barang lain.

  2. Tidak selalu benar bahwa nilai uang (tenaga beli) ditentukan oleh jumlah barang (emas dan perak) yang dipergunakan untuk membuat uang tersebut serta permintaan untuk penggunaan barang tersebut sebagai non uang. Yang sebenarnya adalah nilai uang ditentukan oleh jumlah barang serta permintaan total (penggunaan barang sebagai uang dan non uang). Penggunaan barang sebagai uang merupakan bagian terbesar dari permintaan total tersebut.

  b.

  Representative Full Bodied Money Uang jenis ini terbuat dari kertas, dan ini berarti nilainya sebagai barang tidak ada. Uang jenis ini hanya mewakili dari sejumlah barang/logam yang mana nilai logam sebagai barang sama dengan nilainya sebagai uang. c.

  Credit Money

  Credit money adalah jenis uang yang nilainya sebagai uang lebih besar

  daripada nilainya sebagai barang. Contohnya adalah uang kertas yang ada pada kehidupan sehari-hari. Untuk memelihara agar nilai sebagai barang ini lebih rendah dari nilai sebagai uang (tenaga beli) adalah dengan membatasai pembentukan uang. Pemerintah telah menentukan sejumlah tertentu dalam melakukan pencetakan uang.

  d.

  Token Coins (dikeluarkan oleh pemerintah)

  

Token coins atau uang tanda adalah uang yang berbentuk logam dengan nilai

  nominal atau nilai sebagai uang lebih tinggi daripada nilai sebagai barang atau nilai instrinsik. Uang perak salah satu contoh token coin, harga perak yang relatif rendah sehingga sebagai token coin masih terjamin karena nilai nominalnya lebih ttinggi dari nilai intrinsik. Penggunaan perak yang semakin banyak mengakibatkan harga perak naik, akibatnya banyak uang perak dilebur menjadi batangan perak.

  e.

  Representative Token Money (dikeluarkan oleh pemerintah)

  

Representative token money adalah jenis uang yang dijamin dengan logam

  atau coin yang nilai sebagai barang atau nilai intrinsik lebih rendah dari nilai nominal. Contohnya adalah sertifikat perak yang dikeluarkan Amerika Serikat tahun 1978-1967. f.

  Uang Kertas yang Dikeluarkan oleh Pemerintah Jenis uang ini biasanya berbentuk uang kertas yang disebut fiat money.

  Kepercayaan masyarakat menjadi dasar penerimaan kertas sebagai uang. Pemerintah mencetak uang ini untuk membiayai deficit anggaran belanja terutama saat terjadi perang.

  g.

  Uang Kertas yang Dikeluarkan oleh Bank Sentral Uang kertas yang beredar di masyarakat, sebagian besar merupakan uang kertas yang dikeluarkan oleh bank sentral.

  h.

  Demand Deposit (Uang Giral) Semakin maju perekonomian negara biasanya jumlah uang giral juga makin banyak. Uang giral merupakan simpanan di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain. Kelebihan uang giral adalah : jika uang giral tersebut hilang dapat dilacak kembali sehingga yang menemukan tidak bias mencairkannya. Dapat dipindahtangankan tanpa ongkos, tidak diperlukan adanya uang kembali sebab uang giral dapat ditulis sesuai transaksi.

2.3.6 Teori Kuantitas Uang (Nopirin, 1992)

  Teori Irving Fisher berpedoman pada falsafah hukum Say bahwa ekonomi selalu berada pada keadaan full employment. Irving Fisher merumuskan teori nya dalam suatu persamaan :

  MV = PT Dimana : M = Jumlah uang beredar V = Perputaran uang dalam satu periode P = Harga barang T = Volume barang yang diperdagangkan

  Persamaan di atas merupakan persamaan identitas, karena persamaan itu selalu benar. Artinya jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan harga (P) selalu sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan perputaran (V).

  Marshall berpandangan sedikit berbeda dengan Irving Fisher. Dia tidak menggunakan perputaran uang dalam suatu periode melainkan menggunakan pendapatan yang diwujudkan dalam bentuk uang kas. Teori Marshall dirumuskan sebagai berikut :

  M = k PY dimana k = 1/V

  Dimana k adalah bagian dari GNP dalam bentuk uang kas yang besar nya sama dengan . Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai pengukur jumlah output tetapi menggunkan Y untuk menunjukkan GNP riil. Pada umumnya T lebih besar dari Y, karena T termasuk di dalamnya total transaksi barang akhir dan barang setengah jadi yang dihasilkan beberapa tahun yang lalu. Sedangkan GNP hanyalah barang akhir dan jasa yang dihasilkan pada tahun tertentu saja tidak termasuk barang setengah jadi.

  Menurut teori kuantitas uang, perubahan jumlah uang beredar akan mengakibatkan perubahan harga secara proposional. Yang artinya kalau jumlah uang naik dua kali maka harga akan naik dua kali juga. Pandangan tersebut didasarakan pada anggapan-anggapan sebagai berikut : a)

  Dalam persamaan MV = PT, T dianggap tetap karena selalu pada kondisi

  full employment

  Velocity juga dianggap tetap. Velocity berubah kalau terjadi perubahan pada kebiasaan masyarakat saat melakukan pembayaran, seperti menggunakan alat pembayaran baru. Membayar dengan kredit akan mendorong masyarakat lebih banyak melakukan transaksi sehingga

  velocity akan naik.

2.4. Tingkat Bunga (Nopirin, 1992)

2.4.1 Teori Klasik

  Menurut teori klasik tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga berbanding lurus dengan tabungan. Tingkat bunga yang lebih tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi yang bertujuan untuk menambah tabungan.

  Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga, tetapi mempunyai hubungan yang berbanding terbalik. Makin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi semakin rendah. Hal ini dikarenakan tingkat bunga yang tinggi akan menambah pengeluaran investor karena tingkat bunga merupakan biaya dari penggunaan dana.

  Tabungan dan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

  Tingkat Bunga Tabungan i ₁ i ₀

  Investasi ₁ Investasi ₀

  S ₀ Jumlah Rupiah yang ditabung & diinvestasikan

Gambar 2.1 Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

  Sumber : Nopirin, 1992, hal : 71 Keseimbangan tingkat bunga ada di titik Io, saat jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga naik menjadi I

  ₁, jumlah tabungan lebih besar daripada jumlah invesatsi. Para penabung akan saling bersaing dalam meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun kembali ke posisi i ₀.

  Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun di bawah I ₀ maka para investor akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil.

  Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke I ₀.

2.4.2 Teori Keynes

  Tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang (ditentukan dalam pasar uang).

  Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi keinginan untuk berinvestasi

  Tingkat Bunga Jumlah Uang eq r

  

L

iquidity preference Jumlah uang & permintaan uang

Gambar 2.2 Teori Keynes tentang Tingkat Bunga

  Sumber : Nopirin, 1992, hal : 92 Permintaan akan uang berhubungan negatif dengan tingkat bunga.

  Menurut Keynes, masyarakat berkeyakinan adanya tingkat bunga normal. Apabila tingkat bunga turun di bawah normal maka masyarakat akan yakin bahwa tingkat bunga akan naik kembali ke tingkat normal. Pada saat kenaikan bunga ini, masyarakat menghindari kerugian dengan cara mengurangi pemegangan surat berharga dan hal ini akan menambah uang kas yang dipegang.

  Tingkat bunga yang tinggi akan menyebabkan biaya memegang uang kas bertambah, dan ini akan menyebabkan permintaan uang kas menurun. Kedua hal ini menjelaskan bagaimana tinggat bunga berpengaruh negatif dengan permintaan uang kas. Tingkat bunga keseimbangan (req) apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya. Apabila tingkat bunga di bawah tingkat keseimbangan maka masyarakat menjual surat berharga. Dampak dari penjualan surat berharga ini adalah turunnya harga surat berharga sehingga tingkat bunga naik sampai ke titik keseimbangan dan begitu pula sebaliknya.

  2.4. 3. BI Rate (www.bi.go.id)

  BI Rate merupakan suku bunga instrumen yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur triwulan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama.

  BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara diskresi dengan mempertimbangkan: rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi, dan berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survei, informasi anekdotal, variabel informasi, expert opinion , asesmen fakto risiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter.

  BI Rate diumumkan ke publik setelah ditetapkan dalam RDG sebagai sinyal stance kebijakan moneter dalam merespon prospek pencapaian sasaran inflasi ke depan.

  BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar Rata-Rata Tertimbang Suku Bunga SBI 1 bulan hasil lelang OPT (suku bunga instrumen liquidity adjustment) berada di sekitar BI

  

Rate . Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga

PUAB dan suku bunga jangka yang lebih panjang.

  BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi terhadap targetnya (inflation gap ) dipandang telah bersifat permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya.

  Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (SBI tenor 1 bulan) secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis points (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.

  Dengan adanya BI Rate sebangai sinyal kebijakan moneter diharapkan dapat lebih mudah dan lebih pasti dapat ditangkap oleh pelaku pasar dan masyarakat, dan karenanya diharapkan pula dapat meningkat efektivitas kebijakan moneter.

  2.5. Kerangka Konseptual

  Dalam teori diketahui bahwa terdapat banyak variabel moneter yang dinyatakan mempengaruhi indeks harga saham gabungan. Namun, dalam penelitian ini penulis hanya fokus pada variabel BI Rate dan jumlah uang beredar. Sedangkan variabel – variabel yang lain dianggap konstan.

  

Tingkat Bunga

BI Rate

Variabel

  IHSG Moneter

Jumlah Uang

Beredar

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

  Keterangan : Pada gambar di atas, variabel dependen (IHSG) dipengaruhi oleh variabel – variabel moneter (tingkat bunga BI Rate dan Jumlah uang beredar).

  2.6.Hipotesis

  Berdasarkan pada uraian di atas dan perumusan masalah yang telah ditetapkan, hipotesis dalam penelitian ini adalah :

  1. Tingkat bunga BI Rate berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan,

  2. Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap indeks harga saham gabungan.

Dokumen yang terkait

“Analisis Pengaruh Tingkat BI Rate dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

1 36 202

Analisis Pengaruh BI Rate dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

1 56 91

Pengaruh Indeks Harga Saham Nikkei 225, Hangseng 43, Kospi 200, Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2005 - 2010

2 43 105

Analisis Kausalitas BI Rate dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia

8 101 69

Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Indeks Syariah yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

1 23 107

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga (SBI) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai Harga Saham Sektor Properti di BEI Periode 2006-2011

0 7 124

Hubungan Inflasi, Suku Bunga, Produk Domestik Bruto, Nilai Tukar, Jumlah Uang Beredar, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode 2005–2011

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Uang 2.1.1. Defenisi Uang - Analisis Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal - Analisis Kausalitas antara Indeks Harga Saham Asia Tenggara dengan Indeks Harga Saham Gabungan

0 0 13