ANALISIS FUNGSI DAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL pdf

ANALISIS FUNGSI DAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL PADA ORGANISASI AIESEC INDONESIA

Oleh: Maulina Elsa Judhistira maulina.elsa@gmail.com

Dosen Pembimbing: Roekhudin, SE., M.si, Ak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan efektivitas audit internal pada organisasi AIESEC Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Diterapkannya audit internal pada organisasi merupakan sebagai bentuk dalam upaya untuk peningkatan kinerja organisasi melalui pengevaluasian dan peningkatan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola organisasi. Audit internal dilakukan sebagai alat untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban yang efektif sesuai pada lingkup fungsi audit internal yang meliputi seluruh tahap dalam kegiatan organisasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan audit internal pada organisasi dapat berjalan dengan baik dalam upaya pencapaian tujuan organisasi melalui pengkajian atas fungsi dari audit internal serta pengkajian atas indikator efektivitas audit internal organisasi.

Kata Kunci : Audit Internal, Organisasi, Fungsi Audit Internal, Efektivitas Audit Internal.

PENDAHULUAN

Dewasa ini telah banyak bermunculan organisasi-organisasi nirlaba di lingkungan masyarakat. Sesuai dengan definisi dari organisasi nirlaba itu sendiri dimana organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Tipe- tipe organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Sedangkan tipe lain dari organisasi nirlaba menurut Council antara lain advocacy groups, membership organizations, recreational clubs, auxiliary organizations, dan employee benefit funds.

Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (IAI, 2004). Dengan demikian pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (IAI, 2004). Dengan demikian pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi

Beberapa sumber pendanaan organisasi nirlaba, antara lain: sumbangan masyarakat, APBD/APBN, lembaga donor lokal, lembaga donor internasional, lembaga pembangunan internasional, melalui kerja sama program/project dengan lembaga lain, atau melalui unit usaha organisasi itu sendiri ( fundraising ). Karena sifat pekerjaan dan sumber pendanaan yang unik inilah, setiap pekerja yang bekerja di sektor nirlaba bertanggung jawab untuk memastikan bahwa dana yang ada digunakan secara efektif. Ada beberapa isu yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan lembaga nirlaba, antara lain: bagaimana mengelola pendanaan untuk menjalankan program dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dan aturan yang disepakati dengan pihak donor; juga bagaimana lembaga nirlaba ini dapat menyisihkan sebagian dananya untuk membayar berbagai keperluan operasional seperti pembayaran gaji, tagihan, pajak, dan sebagainya.

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi nirlaba merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pengembangan sosial, yang bertujuan untuk membantu memecahkan masalah masyarakat atau sosial. Masalah-masalah tersebut dapat berupa banyak hal seperti masalah kemiskinan atau tingkat ekonomi mayarakat, pendidikan, kesehatan, maupun hal-hal yang bersifat moral. Organisasi nirlaba sendiri telah mengalami perkembangan pada berbagai golongan masyarakat, seperti masyarakat umum, kaum terpelajar seperti mahasiswa, bahkan staf ahli pada beberapa aspek sosial.

Dalam aktivitasnya, organisasi nirlaba melakukan beberapa hal positif yang tentunya memberikan dampak baik untuk masyarakat melalui kinerja operasional yang dijalaninya. Antara lain, kesempatan untuk melayani masyarakat, kinerja yang efisien, perlindungan hak, kerjasama, dan manajemen yang berpengalaman atau sumber daya manusia yang memadai. Namun bertolakbelakang dengan hal-hal tersebut, ada beberapa keterbatasan yang dialami oleh organisasi nirlaba yaitu kurangnya pengukuran kinerja, kurangnya sumber daya manusisa yang professional, dan terdapat kemungkinan terjadinya penyalahgunaan dana. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan upaya penyehatan dan penyempurnaan yang meliputi peningkatan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Menghadapi hal ini maka perlu diterapkannya kebijakan maupun strategi oleh manajemen perusahaan antara lain dengan meningkatkan pengawasan dalam organisasi nirlaba. Salah satu sistem pengawasan yang baik adalah melalui sistem pengendalian internal ( internal control) melalui pelaksanaan internal audit atau pemeriksaan intern yang merupakan pengawasan akan kepatuhan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Audit internal menjadi faktor penting yang dapat diterapkan untuk mendukung terwujudnya Good Corporate Governance (GCG) pada suatu organisasi. Beberapa penelitian juga mengatakan bahwa audit internal berpengaruh positif terhadap diterapkannya GCG.

Audit internal membantu organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuannya dengan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian dan proses tata kelola organisasi. Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan (Tugiman,2006). Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban yang efektif. Lingkup fungsi audit internal meliputi semua tahap dalam kegiatan organisasi (Boynton, Johnson, & Kell, 2003).

AIESEC merupakan organisasi sosial pemuda internasional yang berada di 110 negara yang bergerak di bidang leadership dan exchange . Salah satunya terdapat di Indonesia yang disebut AIESEC Indonesia. Organisasi tersebut adalah not-for-profit organizations yang AIESEC merupakan organisasi sosial pemuda internasional yang berada di 110 negara yang bergerak di bidang leadership dan exchange . Salah satunya terdapat di Indonesia yang disebut AIESEC Indonesia. Organisasi tersebut adalah not-for-profit organizations yang

TINJAUAN PUSTAKA Audit Internal

The Institute of Internal Auditors (2000) memberikan definisi bahwa : Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity

designed to add value and improve an organization's operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes .

Audit internal adalah akitivitas independen, keyakinan objektif, dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola. Adapun pelaksanaan audit internal dilaksanakan secara independen dan objektif yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun dan tidak dapat dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan audit internal secara independen dan objektif tersebut akan dapat diandalkan oleh para pengguna informasi. Definisi lain menyebutkan bahwa audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan (Tugiman, 2003). Audit internal berkewajiban untuk menyediakan informasi tentang kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas suatu pelaksanaan tanggung jawab yang ditugaskan. Pickett (2010) menyatakan bahwa audit internal adalah investigasi komprehensif yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang sehat dengan objektif untuk mencapai sebuah sudut pandang dalam organisasi dan juga lingkungan yang ada disekitarnya dengan tujuan untuk mencapai pengendalian atas operasi sebuah organisasi yang lebih baik.

Sedangkan menurut Sawyer (2003) definisi audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah:

1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan

2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi

3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bias diterima telah diikuti

4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi

5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis

6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

Semua hal ini dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Berdasarkan berbagai defenisi yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi guna menelusuri atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberi saran-saran perbaikan konstruktif kepada seluruh manajemen. Kegiatan penilaian yang bersifat independen bukanlah dalam arti absolut yaitu berarti bebas dari semua ketergantungan, namun maksudnya ialah bahwa auditor internal bebas dari pengaruh atau kekuasaan pihak yang diperiksanya sehingga diharapkan akan dapat memberikan penilaian yang obejektif dimana keandalannya tidak perlu diragukan lagi.

Audit internal menyediakan suatu opini atau pendapat yang bersifat independen dan objektif dalam hal manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola ( governance ) dengan cara mengukur dan mengevaluasi keefektifan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Temuan dan rekomendasi yang dihasilkan dari audit internal diharapkan memberikan manfaat yang besar untuk manajemen sebuah organisasi dalam hal audit. Audit internal juga menyediakan jasa konsultasi yang bersifat independen dan objektif untuk membantu manajemen suatu organisasi dalam meningkatkan manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola. Jasa konsultasi ini menerapkan kemampuan professional dari audit internal melalui evaluasi yang bersifat sistematis dan disiplin akan kebijakan, prosedur, dan opeasi yang dilakukan oleh manajemen organisasi untuk memastikan pencapaian tujuan organisasi tersebut dan juga melalui rekomendasi untuk peningkatannya.

Audit internal sangat identik dengan kata- kata “independen”. Independensi merupakan kata kunci paling penting untuk menilai peran audit internal (Kumaat, 2011). Independensi audit internal merupakan keberpihakan audit internal pada kebenaran faktual, yang ditinjau dari:

1. Adanya bukti serta data material yang otentik, relevan, dan cukup.

2. Adanya praktek bisnis yang menjunjung tinggi etika/moral serta memperhatikan risiko terukur.

3. Adanya kapasitas tanggung jawab dan wewenang seseorang yang terukur dalam organisasi bisnis.

4. Adanya administrasi dan pengendalian yang memadai serta konsisten. Dari definisi di atas, ditekankan bahwa peranan dan tujuan auditor internal tidak hanya bersifat internal, namun sudah lebih dimodifikasi yang mana saat ini auditor internal modern lebih menekankan pada adanya suatu value added atau nilai tambah pada semua hal yang berkaitan dengan risiko, tata kelola ( governance ) dan pengendalian (Kumaat, 2011). Nilai tambah disini maksudnya ialah laporan hasil pemeriksaan auditor internal tersebut tidak selesai begitu saja atau hanya bersifat mandatory , namun akan dikembangkan sehingga kemungkinan kesalahan yang terjadi tidak akan terulang.

Tujuan audit internal menurut Tugiman (2003) adalah untuk membantu anggota organisasi untuk melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk mencapai tujuan ini, staf audit internal diharapkan dapat memenuhinya dengan analisis, penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi tentang kegiatan yang dianalisis. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal harus melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Menganalisis dan menilai kebaikan, memadai tidaknya penerapan dari sistem pengendalian internal dan pengendalian operasional lainnya, serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal

b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan

d. Memastikan bahwa pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya

e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen

f. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Fungsi audit internal menurut Mulyadi (2002) adalah menyediakan jasa analisis dan

evaluasi serta memberikan keyakinan dan rekomendasi serta informasi lain kepada manajemen dan dewan komisaris serta pihak lain yang setara dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Sedangkan menurut Robert Tampubolon (2005) fungsi audit intern lebih berfungsi sebagai mata dan telingga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara menyimpang. Selain itu, uraian atas fungsi audit internal menurut Mulyadi (2002) antara lain:

a. Pemeriksaan (audit) dan penilaian terhadap efektivitas struktur pengendalian internal dan mendorong penggunaan struktur pengendalian internal yang efektif dengan biaya yang minimum.

b. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak dipatuhi.

c. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggung jawabkan dan dilindungi dari segala macam kerugian.

d. Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam perusahaan.

e. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan-kegiatan perusahaan. Ruang lingkup penugasan fungsi audit internal yang terdapat dalam Standar Profesi

Audit Internal yang dikeluarkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) yaitu fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatkan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan governance , dengan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh. Maksud yang terkandung dari pernyataan di atas adalah audit internal membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian internal. Hal-hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Evaluasi Pengelolaan risiko Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.

2. Evaluasi Pengendalian Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisien dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.

3. Evaluasi Proses governance Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan

Menurut Hiro Tugiman (2006) dalam perkembangannya, peran yang dijalankan auditor internal dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu sebagai watchdog , konsultan, dan katalis. Berikut merupakan penjelasan dari bagian tersebut:

a. Watchdog Watchdog adalah peran tertua dari auditor internal yang mencakup pekerjaan

menginspeksi, observasi, menghitung dan cek dan ricek. Adapun tujuannya adalah memastikan ketaatan terhadap hukum, peraturan dan kebijakan organisasi. Proses audit yang dilakukan adalah audit kepatuhan. Fokus pemeriksaannya adalah adanya variasi atau penyimpangan dalam sistem pengendalian internal. Audit kepatuhan mengidentifikasi penyimpangan sehingga dapat dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian internal. Oleh karena sifat pekerjaanya, peran watchdog biasanya akan menghasilkan rekomendasi yang mempunyai dampak jangka pendek.

b. Konsultan Melalui peran ini, manajemen akan melihat bahwa selain sebagai watchdog , auditor

internal dapat memberikan manfaat lain berupa saran dalam pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu tugas para manajer. Peran konsultan membawa auditor internal untuk selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun aspek bisnis, sehingga dapat membantu manajemen dalam memecahkan masalah.

c. Katalis Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut

bereaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam aktivitas operasional perusahaan. Pelaksanaan kegiatan audit internal merupakan tahapan-tahapan penting yang dilakukan

oleh seorang internal auditor dalam proses auditing untuk menentukan prioritas, arah dan pendekatan dalam proses audit intern. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audit internal, menurut Hiro Tugiman (2006) adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan Audit Tahap perencanaan audit merupakan langkah yang paling awal dalam pelaksanaan

kegiatan audit intenal, perencaan dibuat bertujuan untuk menentukan objek yang akan diaudit/prioritas audit, arah dan pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan waktu, dan merencanakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan proses auditing. Menurut Hiro Tugiman (2006) audit internal haruslah merencanakan setiap pemeriksaan. Perencanaan haruslah didokumentasikan dan harus meliputi :

a. Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan

b. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan-kegiatan yang akan diperiksa

c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan audit

d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu

e. Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko dan pengawasan-pengawasan

f. Penulisan program audit

g. Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit akan disampaikan

h. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit

2. Pengujian dan pengevaluasian informasi Pada tahap ini audit intern haruslah mengumpulkan, mennganalisa, menginterprestasi

dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit. Menurut Tugiman (2006), proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut : dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit. Menurut Tugiman (2006), proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut :

b. Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna untuk membuat suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan rekomendasi-rekomendasi

c. Adanya prosedur-prosedur audit, termasuk tehnik-tehnik pengujian

d. Dilakukan penngawasan terhadap proses pengumpulan, penganalisaan, penafsiran dan pembuktian kebenaran informasi.

e. Dibuat kertas kerja pemeriksaan

3. Penyampaian hasil pemeriksaan Laporan audit internal ditujukan untuk kepentingan manajemen yang dirancang untuk

memperkuat penngendalian audit internal, untuk menentukan ditaati tidaknya prosedur/kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Audit internal harus melaporkan kepada manajemen apabila terdapat penyelewengan /penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di dalam suatu fungsi perusahaan dan memberikan saran- saran/rekomendasi untuk perbaikannya.

Menurut Hiro Tugiman (2006) audit internal harus melaporkan hasil audit yang dilaksanakannya yaitu:

a. Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern pemeriksa intern harus terlebih dahuku mendiskusikan kesimpulan dan rekomendasi

b. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan tepat waktu

c. Laporan haruslah mengemukakan tentanng maksud, lingkup dan hasil dari pelaksanaan pemeriksaan

d. Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi.

e. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan pemeriksaan

f. Pimpinan audit intern mereview dan menyetujui laporan audit

4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan Audit intern terus menerus meninjau/melakukan tindak lanjut (follow up) untuk

memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. Audit intern harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan. Laporan hasil audit internal dibuat setelah audit dilakukan. Laporan merupakan hal yang

sangat penting karena dalam laporan ini auditor internal menuangkan seluruh hasil pekerjaannya dan merupakan realisasi dari tanggung jawab auditor internal untuk menginformasikan hasil pengukuran aktivitas perusahaan yang telah diauditnya. Laporan hasil audit yang objektif dan efektif akan sangat bermanfaat bagi manajemen. Laporan hasil audit yang efektif sangat tergantung pada kualitas pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Harus diperhatikan pula bahwa pekerjaan audit yang baik pun akan kurang berarti apabila penyajian laporan hasil audit kurang memadai. Menurut Tugiman (2006) hal yang harus diperhatikan dalam menyapaikanm laporan audit yang baik yaitu:

a. Laporan tertulis yang telah di tandatangani dikeluarkan setelah pengujian terhadap pemeriksaan selesai dilakukan, sedangkan laporan sementara dapat dibuat secara tertulis maupun lisan dan diserahkan secara formal atau informal.

b. Sebelum laporan itu diterbitkan, auditor harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen, sebelum mengeluarkan laporan akhir.

c. Laporan harus objektif, ringkas, jelas, konstruktif dan tepat waktu.

d. Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil pelaksanaan pemeriksaan, bila dipandang perlu laporan harus berisikan pernyataan tentang pendapat auditor.

e. Laporan dapat mencangkup rekomendasi yang membangun dan menyatakan hasil serta tindakan koreksi yang memuaskan.

f. Laporan harus mencangkup pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai

kesimpulan atau rekomendasi dan dapat pula dicantumkan dalam laporan audit.

g. Laporan harus disetujui oleh kepala bagian auditor internal sebelum diterbitkan serta harus menyatakan kepada siapa laporan ditunjukan.

Efektivitas Audit Internal

Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya.

Menurut Tugiman (1997) untuk mencapai fungsi audit internal yang efektif, terdapat lima faktor atau syarat yang harus dipertimbangkan, antara lain:

a. Akses, berkaitan dengan masalah ketersediaan informasi yang diperlukan oleh auditor internal untuk melaksanakan audit. Aksesnya dapat bersumber dari: - Fasilitas, meliputi seluruh realitas fisik yang mungkin dapat memberikan

informasi bagi auditor yang melakukan observasi langsung. - Catatan, yang mewakili realitas walaupun bukan realitas itu sendiri. - Orang, terutama bila fasilitas dan catatan kurang mendukung.

b. Objektivitas, merupakan keadaan jiwa yang memungkinkan seseorang untuk merasakan sesuatu realitas seperti apa adanya. Hal tersebut dapat dicapai melalui kesadaran, pengetahuan formal, pengetahuan berdasarkan pengalaman (ketekunan) dan tidak adanya kecondongan emosional.

c. Kebebasan berpendapat, merupakan suatu keadaan yang memungkinkan suatu auditor untuk menyatakan sesuatu yang diketahuinya tanpa rasa takut adanya konsekuensi yang buruk bagi status dan pemisahan organisasional sangat membantu kebebasan berpendapat.

d. Ketekunan, pada umumnya ketekunan merupakan kualitas yang berasal dari dalam diri auditor sehingga dapat dipengaruhi untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk. Ketekunan dapat diperkuat dengan pemberian isyarat menyangkut maksud atasan sesungguhnya serta status organisasional yang memadai.

e. Ketanggapan, menurut perhatian auditor terhadap berbagai temuan dan pembuatan keputusan. Adanya tindakan korektif bila dipandang perlu. Ketanggapan sangat dipengaruhi oleh status organisasional auditor internal.

Indikator Efektivitas Audit Internal

Menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang terdapat dalam Hiro Tugiman (1997) terdapat sembilan indikator efektivitas audit internal, antara lain dijelaskan sebagai berikut: Menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang terdapat dalam Hiro Tugiman (1997) terdapat sembilan indikator efektivitas audit internal, antara lain dijelaskan sebagai berikut:

b. Respon dari objek yang diperiksa (auditee’s response and feedback). Berkaitan dengan tolak ukur pertama tetapi berkenaan dengan umpan balik dan respon dari auditee. Apakah temuan atau rekomendasi tersebut dapat diterima dan dioperasionalisasikan oleh auditee . Temuan pemeriksaan dan rekomendasi dari auditor yang tidak dapat dioperasionalisasikan dan tidak mendapat respon dari auditee kemungkinan pula terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau sebab-sebab lainnya.

c. Profesionalisme auditor ( profesionalism of the internal audit department ). Kriteria dari profesionalisme adalah: - Independensi - Integritas seluruh personil pemeriksaan - Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa - Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa - Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan - Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan didapatnya tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak - Pendidikan dan keahlian para pemeriksa

d. Peringatan dini ( absence of surprise ). Auditor dapat memberikan laporan peringatan dini baik dalam bentuk formal maupun informal mengenai kelemahan atau permasalahan operasi perusahaan serat kelemahan pengendalian manajemen.

e. Kehematan biaya pemeriksaan ( cost effectiveness of the internal audit department ). Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur. Bila pemeriksaan yang dilakukan mampu meminimalisasi biaya tanpa mengurangi nilai tambah yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah efektif ditinjau dari tolak ukur ini.

f. Pengembangan personil ( development of people ). Jika pemngembangan personil dianggap menjadi peran yang penting, maka pimpinan auditor akan menggunakan waktunya dalam pembinaan untuk penempatan dan pengembangan stafnya.

g. Umpan balik dari manajemen lainnya (operating management’s feedback). Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif dan sangat dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri. Sampai sejauh mana dukungan yang diberikan oleh para manajemen lainnya terhadap para auditor dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan.

h. Meningkatnya jumlah pemeriksaan ( number of requests for audit work ). Semakin baik dan semakin meningkatnya kemampuan auditor maka manfaat dari audit ini akan semakin dirasakan, dengan semakin dirasakannya manfaat tersebut, maka jumlah pemeriksaan pun akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan.

i. Tercapainya program pemeriksaan. Meliputi tindakan evaluasi terhadap risiko objek yang diperiksa serta jaminan bahwa bidang-bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan sebagai prioritas utama dalam perencanaan pemeriksaan.

Organisasi

Berikut ini terdapat beberapa definisi mengenai organisasi, antara lain: 1. Gaus (Supardi, 2002) mendefinisikan organisasi sebagai tata hubungan antara orang-

orang untuk dapat memungkinkan tercapainya tujuan bersama dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab.

2. Siagian (Sofyandi, 2007) mendefenisikan organisasi sebagai bentuk persekutuan anatara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan mana terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan Menurut Ingram, Petersen, dan Martin (1991) entitas ekonomi yang didirikan

dibedakan oleh tujuan yang ingin dicapai:

1. for Profit Oriented ; merupakan entitas yang dibuat untuk mencetak laba.

2. Not for Profit Oriented ; merupakan entitas yang dibuat untuk melayani

masyarakat, sehingga laba bukan menjadi tujuan utama dari entitas ini. Perbedaan tujuan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan dalam Laporan Keuangan. Secara garis besar entitas ekonomi yang merupakan Not for Profit Oriented dibagi menjadi :

1. Governmental Unit ; merupakan organisasi yang dimiliki pemerintah

2. Non Government Non Business Organization (NNO); merupakan organisasi yang tidak dimiliki pemerintah dimana kepemilikan dari organisasi ini berbentuk foundation atau yayasan. NNO dibagi menjadi:

a. Colleges and Universities b. Hospital and Other Health Care Providers c. Voluntary Health and Welfare Organization (VHWO)

d. Other Non Government Non Business Organization Dalam ruang lingkup PSAK No. 45 (2011), dikatakan bahwa sebuah organisasi non- profit harus memenuhi karakteristik sebagai berikut :

a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan

b. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut

c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas. Menurut Anthony dan Young (2003), karakteristik umum sebuah organisasi non-

profit adalah sebagai berikut :

a. Tidak bermotif mencari keuntungan

b. Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak

c. Ada kecenderungan berorientasi semata-mata pada pelayanan

d. Banyak mengahadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi

e. Kurang banyak menggantungkan diri pada kliennya untuk mendapatkan bantuan keuangan

f. Dominasi profesional

g. Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting

Dari penjelasan diatas secara umum yang dikatakan organisasi non-profit yaitu organisasi yang tidak mempunyai motif untuk mencari keuntungan. Inilah yang membedakan organisasi bisnis lainnya. Selain perbedaan, terdapat persamaan karakteristik dengan organisasi bisnis lainnya yaitu salah satunya merupakan bagian yang integral dari sistem perekonomian yang sama dan memanfaatkan sumber daya serupa dalam rangka mencapai tujuan.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pada penelitian deskriptif, data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati. Pemilihan ini didasarkan pada pendapat Kasiram (2010) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu konsep keseluruhan untuk mengungkap rahasia tertentu, dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya, mempergunakan cara bekerja yang sistematik, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya atau serangkaian kegiatan atau proses menjaring data/informasi yang bersifat sewajarnya, mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada obyeknya.

Selain itu, Moleong (2012) juga menyatakan bawa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan beerbagai metode alamiah.

Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber sekunder merupakan sumber yang data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, namun diperoleh melalui media perantara (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan penelitian dan juga observasi yaitu ketika pelaksanaan audit internal sednag berlangsung. Sedangkan data sekunder yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, baik yang diperoleh langsung dari organisasi terkait maupun yang telah dipublikasikan di jaringan internet.

Dilihat dari segi cara mengumpulkan data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan. Dalam penelitian lapangan penulis melakukan peninjauan secara langsung ke objek penelitian untuk memperoleh data primer. Penjelasan dari pengumpulan datanya adala sebagai berikut:

1. Wawancara Teknik wawancara dapat dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan berbagai orang secara individu, ataupun sekelompok orang yang akan dijadikan narasumber. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung melalui guiding questions dengan pihak yang berwenang yaitu Internal Auditor dan Presiden AIESEC Indonesia.

2. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data, dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Penggunaan teknik observasi mengharuskan peneliti 2. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data, dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Penggunaan teknik observasi mengharuskan peneliti

3. Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan dokumen yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek penelitian, atau data dari individu sebagai objek penelitian.

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah organisasi non-profit yang berskala internasional dan memiliki cabang di Indonesia yaitu AIESEC Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di

Kantor Pusat AIESEC Indonesia yang berada di ITC Duta Mas B1/12 4 th Floor, Jl. R.S.Fatmawati 39, Jakarta Selatan. Penelitian ini dimulai pada Desember 2012.

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari lapangan dengan mengorganisasikannya ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih hal-hal yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami baik bagi diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011). Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dan berkaitan dengan obyek penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

2. Data-data yang diperoleh kemudian dipelajari dan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pembahasan dan pemecahan masalah.

3. Menganalisis semua data yang telah diperoleh dan membandingkan data dengan teori- teori tentang fungsi dan efektivitas audit internal khususnya pada organisasi.

4. Menelaah lebih lanjut bagaimana penerapan fungsi audit internal dan efektivitas audit internal dalam organisasi AIESEC Indonesia serta dampaknya dalam peningkatan kinerja organisasi tersebut dalam mencapai tujuan.

5. Dari data yang telah tersaji kemudian ditarik kesimpulan yang masih bersifat sementara. Jika terdapat data yang kurang valid maka dilakukan verifikasi ke lapangan hingga mendapatkan bukti yang valid sehingga kesimpulan bersifat kredibel.

6. Membuat kesimpulan dan saran.

ANALISIS HASIL PENELITIAN Fungsi Audit Internal AIESEC Indonesia

Audit internal pada AIESEC Indonesia yang memegang peranan penting pada organisasi bermaksud agar dapat melakukan fungsi audit dengan baik dalam mengevaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatkan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance , dengan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh..

Hasil dari metode wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada obyek penelitian menyatakan bahwa audit internal dalam organisasi memiliki fungsi pertama adalah untuk menjamin bahwa sebenarnya organisasi memiliki standar yang cukup dalam proses internal organisasi seperti layaknya organisasi profit. Standar yang digunakan antara lain National Compendium AIESEC Indonesia. Dengan adanya standar tersebut maka data, dokumen, maupun output yang dihasilkan dapat bersifat reliable. Organisasi non-profit memiliki sumber pendanaan dari berbagai pihak eksternal baik itu dalam bentuk donasi, sponsorship, dan lain-lain. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk kepentingan operasional organisasi.

Sehingga dalam praktiknya perlu diperiksa dan dipastikan apakah dalam melakukan pencatatan akan pendanaan tersebut telah benar atau mengalami kesalahan. Laporan keuangan yang belum diaudit juga belum tentu akurat dan benar sehingga dapat mengurangi nilai pertanggung jawaban atas pelaporan aktifitas pada organisasi.

Fungsi yang kedua adalah untuk merapihkan proses internal dalam organisasi mulai dari segi keprofesioanalitasan, invoicing control, dan aspek lainnya dengan tujuan memperkuat sistem tata kelola organisasi dan kualitas dari manajemen internal organisasi. Hal ini dikarenakan terkadang pada proses-proses yang terjadi dalam organisasi tersebut memiliki kecenderungan untuk percaya berlebih antar pengurus atau anggota satu sama lain sehingga dinilai kurang professional.

Fungsi ketiga dari audit internal AIESEC Indonesia juga untuk memberikan keyakinan kepada tim MC bahwa operasional di tiap-tiap LC telah mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh AIESEC Indonesia maupun AIESEC Internasional sehingga akan memudahkan organisasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pihak MC dan LC. Dalam hal ini fungsi audit internal sangat kuat untuk menguji ketaatan atau kepatuhan auditee terhadap kebijakan atas pengendalian internal yaitu National Compendium. Sedangkan untuk pengendalian internal yang dimiliki oleh tiap-tiap LC juga akan diuji oleh auditor namun tergantung pada kebutuhan yang dihasilkan dari penilaian risiko sebelumnya. Namun dalam hal ini, pengujian atas efektivitas penerapan pengendalian internal tergantung pada pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh auditor internal. Jika dapat dilakukan dengan baik maka kemungkinan risiko pada waktu selanjutnya adalah kecil dan dapat dikurangi.

Fungsi keempat audit internal adalah untuk membuat suatu keyakinan pada tim MC bahwa dilakukannya suatu pendeteksian akan kecurangan yang terjadi pada tingkat LC. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam melindungi dan mempertanggungjawabkan asset atau kekayaan yang dimiliki oleh AIESEC Indonesia agar terhindar dari kerugian. Kegiatan utama AIESEC yaitu exchange memiliki lingkup luas dan pendapatan yang tinggi sehingga pertanggungjawaban atas asset yang dimiliki juga sangat diperhatikan oleh pihak manajemen internal organisasi.

Fungsi kelima audit internal juga sebagai salah satu cara untuk memberikan rekomendasi atas temuan-temuan audit mengenai apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan untuk mengurangi risiko-risiko yang terdapat dalam manajemen internal pada tiap- tiap LC. Rekomendasi ini sangat diharapkan dapat berguna sebagai alat untuk perbaikan organisasi.

Fungsi keenam adalah untuk menghasilkan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh tim MC dan manajemen LC atas temuan-temuan audit yang kemudian diberikan solusi untuk meningkatkan proses tata kelola organisasi yang terdapat pada LC, memperbaiki sistem manajemen maupun pengendalian internal pada LC, dan juga laporan keuangan menjadi lebih reliable serta transparan dalam pertanggung jawabannya.

Fungsi audit internal yang terdapat pada AIESEC Indonesia sebagian besar telah mencakup fungsi audit internal berdasarkan teori yang telah diuraikan pada Bab Tinjauan Pustaka. Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, audit internal AIESEC Indonesia juga melakukan tiga jenis audit antara lain audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. AIESEC Indonesia sebagai organisasi non-profit yang bergerak di bidang human-development yaitu exchange dan leadership melaksanakan fungsi audit internalnya sama dengan fungsi audit internal pada organisasi profit. Hal ini dibuktikan dengan uraian akan fungsi audit internal yang mencakup keseluruhan teori atas fungsi audit internal.

Efektivitas Audit Internal AIESEC Indonesia

1. Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya ( reasonable and meaningful findings and recommendations ). Efektivitas audit internal AIESEC Indonesia diukur dengan penerapan rekomendasi yang disarankan oleh pihak auditor kepada pihak auditee, apakah rekomendasi tersebut dapat berperan dalam mengurangi risiko-risiko yang dimiliki oleh organisasi sehingga juga mengurangi jumlah temuan audit pada tiap periodenya. Jika temuan audit yang didasarkan pada penilaian risiko tersebut semakin banyak, maka peranan audit internal dikatakan kurang efektif untuk membantu organisasi dalam tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga temuan audit yang tersolusi dengan baik akan mempengaruhi efektivitas dari pelaksanaan audit internal pada organisasi. Temuan hasil audit beserta rekomendasinya sangat berguna untuk manajemen internal organisasi baik itu tim MC maupun LC pada AIESEC Indonesia. Sehingga mereka mampu memperbaiki kinerja dengan menerapkan rekomendasi yang dihasilkan pada laporan hasil audit.

2. Respon dari objek yang diperiksa (auditee’s response and feedback). Auditee yaitu LC pada AIESEC Indonesia mendapatkan kepuasan atas peran dari auditor internal untuk membantu peningkatan kinerja dalam organisasi. Begitu juga dengan konsultasi yang dilaksanakan pada saat audit internal berlangsung. Sehingga suatu hal mencakup saran, kekurangan, kelebihan, dukungan, dan perlakuan dari auditor internal dinilai penting bagi auditee untuk diterima dan dilaksanakan pada operasional mereka sebagai feedback atas pelaksanaan audit internal. Auditee juga secara aktif berkonsultasi dan bertanya tentang rekomendasi-rekomendasi atas permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kinerja organisasi terhadap auditor internal.

3. Profesionalisme auditor ( profesionalism of the internal audit department ). Kriteria dari profesionalisme adalah:

a. Independensi Kedudukan audit internal AIESEC Indonesia yang berada di bawah MCVP Finance sangat memungkinkan untuk berlaku independen dalam menganalisis seluruh bagian atas LC yang dibawahi oleh AIESEC Indonesia.

b. Integritas seluruh personil pemeriksaan Auditor internal AIESEC Indonesia memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan program audit dan berkontribusi secara langsung dalam membantu peninkatan kinerja organisasi. Auditor juga bertanggungjawab secara langsung terhadap MC maupun LC atas pelaksanaan audit internal.

c. Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa Chief of internal audit AIESEC Indonesia melakukan review atas operasional yang dilakukan oleh manajemen internal organisasi sehingga dapat dijadikan sebagai bekal untuk pelaksanaan audit internal.

d. Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa Auditor internal AIESEC Indonesia menjaga performa atau penampilan dan juga memiliki sikap serta perilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Hal ini juga bertujuan untuk menjaga profesionalisme di hadapan para auditee pada saat audit internal berlangsung atau tidak berlangsung.

e. Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan

Auditor internal AIESEC Indonesia dinilai cukup cakap dalam menanggapi hasil pemeriksaan dengan memberikan rekomendasi maupun menghadapi pertanyaan yang diajukan oleh para auditee.

f. Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan didapatnya tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak Auditor internal AIESEC Indonesia didapatkan melalui proses seleksi yang mencakup kecakapan komunikasi sehingga dalam pelaksanaan audit internal dirasa mampu dalam melakukan komunikasi yang pada akhirnya mendapat tanggapan yang baik dari auditee dan manajemen internal organisasi.

g. Pendidikan dan keahlian para pemeriksa Auditor internal AIESEC Indonesia didapatkan melalui proses seleksi yang menguji kemampuan serta keahlian atas ruang lingkup atau aspek-aspek yang terdapat dalam audit internal sehingga dapat dipertanggungjawabkan.