Referat ilmu penyakit dalam paru
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13
persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat
sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru.
Berdasarkan laporan profil kanker WHO, kanker paru merupakan penyumbang insidens
kanker pada lakilaki tertinggi di Indonesia, diikuti oleh kanker kolorektal, prostat, hati dan
nasofaring, dan merupakan penyumbang kasus ke-5 pada perempuan, setelah kanker
payudara, serviks-uteri, kolorektal, ovarium. Kanker paru merupakan penyebab pertama
kematian pada kanker pada laki-laki (21.8%), dan penyebab kematian kedua (9.1%) kanker
pada perempuan setelah kanker payudara (21.4%).[1]
Menurut WHO, di Indonesia sekitar 1.551.000 orang dari 247.000.000 orang
meninggal dunia karena kanker paru. Angka kematian kanker paru pada pria adalah 21.8%
dan pada wanita 9.1%. Jumlah kasus kanker paru pada pria sekitar 25.322 orang dan pada
wanita 9.374 orang.[2]
Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru merupakan
kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan tapi merupakan
penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan. Data hasil pemeriksaan di
laboratorium Patalogi Anatomik RSUP Persahabatan kanker paru merupakan lebih dari 50
persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa. Data registrasi kanker Rumah Sakit
Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan
keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%) dan
merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%). [1]
Berdasarkan data dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUIRSUP Persahabatan, angka kasus baru kanker paru meningkat lebih dari 5 kali lipat dalam
waktu 10 tahun terakhir, dan sebagian besar penderita datang pada stage lanjut (IIIB/IV).
KANKER PARU
1
Penderita kasus baru kanker paru yang berobat di RSUP Persahabatan mencapai lebih dari
1000 kasus per tahun.[1]
Menurut klasifikasi International Association for the Study of Lung Cancer (IASLC),
terdapat tiga subtipe histologi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK), yaitu
karsinoma sel skuamosa yang mempunyai prevalensi 25% dari kanker paru, diikuti dengan
adenokarsinoma sekitar 40%, dan karsinoma sel besar Universitas Sumatera Utara 2
mempunyai prevalensi sekitar 10% dari kanker paru. Sekitar 15 % dari karsinoma
bronkogenik terdiri daripada kanker paru karsinoma sel kecil.[3]
Menurut penelitian Jurnal Respirologi Indonesia, dari 57 sampel penelitian sitologi
jaringan, didapati Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) sebanyak 2 kasus yaitu sekitar
3,5% dan 55% daripada kasus tersebut yaitu sekitar 96,5% adalah Kanker Paru Karsinoma
Bukan Sel Kecil (KPKBSK). Sedangkan dari jenis KPKBSK didapat karsinoma sel skuamus
sebanyak 12 kasus yaitu sekitar 21%, karsinoma sel besar sebanyak 20 kasus yaitu sekitar
35% dan adenokarsinoma sebanyak 23 kasus yaitu sekitar 40,5%. Jenis KPKBSK yang
banyak didapatkan adalah jenis adenokarsinoma.[4]
KANKER PARU
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas
tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru
kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paruparu kiri
mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru
terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum. [5]
Paruu-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi pleura
viseralis dan pleura parietalis. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus
paru, sedangkan pleura parietalis yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara
kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura.[6]
Gambar 2.1 Anatomi paru (adam.com)
KANKER PARU
3
2.2 Definisi Kanker Paru
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah.[7]
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari epitel kelenjar mukosa
bronkus. Kanker paru cenderung menyebar luas, memperluas masa yang tidak teratur dari
invasi terbatas dalam parenkim paru. Penyebaran seperti itu menghasilkan atelektasis pada
perbatasan parenkim.[8]
2.3 Jenis Kanker Paru
1. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
a. Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge
intraseluler. Studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari displasia
skuamosa ke karsinoma in situ. Karsinoma sel skuamosa biasanya meningkat pada
segmen bronkus dan menyebar secara lokal yang menyebabkan obstruksi bronkial.
b. Adenokarsinoma berciri khas dengan bentuk formasi glandular dan kecendrungan ke
arah pembentukan konfigurasi papilar. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari
bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (Carcinoma
Embrionic Antigen) karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelloma. Adenokarsinoma
paru biasanya terletak pada paru bagian perifer dan menyebar ke otak, tulang, hati, dan
bagian paru lainnya.
c. Karsinoma sel besar, ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara
ekslusion. Karsinoma sel besar tidak mempunyai gambaran diferensiasi skuamosa atau
glandular. Sel bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai oleh infiltrasi sel
neutrofil. Kanker paru sel besar mulai keluar sebagai tumor perifer yang besar yang
menyebar secara lokal sebelum bermetastasis.
KANKER PARU
4
Gambar 2.2 tipe kanker paru
2. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir
semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali/tanpa nucleoli.
Disebut juga karsinoma sel oat karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum. Sel kecil
ini cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel
yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas
menyebabkan warna gelap di sekitar pembuluh darah. [8]
2.4 Faktor Risiko
Etiologi kanker paru dapat dibagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk jenis
kelamin, faktor genetika. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain, paparan terhadap
asap rokok, karsinogen di lingkungan pekerjaan, polusi udara, beberapa penyakit pada paru
juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker paru. [8]
KANKER PARU
5
2.5 Deteksi Dini
Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk darah, batuk kronik, berat
badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijurnpai pada jenis penyakit paru lain.
Penemuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan yang
ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker
paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada staging lanjut. Dengan rneningkatnya
kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, disertai dengan meningkatnya pengetahuan dokter
dan peralatan diagnostik maka pendeteksian dini seharusnya dapat dilakukan.
Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada subyek dengan risiko tinggi yaitu:
• Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok
• Paparan industri tertentu
dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak napas,nyeri dada dan berat
badan menurun. Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah perempuan perokok pasif
dengan salah satu gejala di atas dan seseorang yang dengan gejala klinik : batuk darah, batuk
kronik, sakit dada, penurunan berat badan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang anggota
keluarga dekat yang menderita kanker paru juga perlu jadi faktor pertimbangan. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk deteksi dini ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan
radio toraks dan pemeriksaan sitologi sputum. Jika ada kecurigaan kanker paru, penderita
sebaiknya segera dirujuk ke spesialis paru agar tindakan diagnostik lebih lanjut dapat
dilakukan lebih cepat dan terarah.[7]
KANKER PARU
6
Gambar 2.2 Alur Deteksi Dini Kanker Paru (PDPI,2011)
2.6 Prosedur Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat
keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor –faktor lain yang sering sangat
membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa:
• Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
• Batuk darah
• Sesak napas
• Suara serak
• Sakit dada
• Sulit atau sakit menelan
• Benjolan di pangkal leher
• Sembab muka dan leher dapat terjadi dan kadang -kadang disertai sembab lengan
dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar
paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau
patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
• Berat badan berkurang
• Nafsu makan hilang
• Demam hilang timbul
•Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic Pulmonary Osteoartheopathy",
trombosis vena perifer dan neuropatia.[7]
KANKER PARU
7
Gambar 2.3 Alur Tindakan Diagnosis Kanker Paru (PDPI, 2011)
2.7 Pemeriksaan Radiologis
a.
Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa
tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah
tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga
dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis
intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan
dengan foto toraks saja.
Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada seorang penderita
penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan penting diingatkan.
Seorang penderita yang tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis
penyakit paru, harus disertai difollowup yang teliti. Pemberian OAT yang tidak
menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan harus menyingkirkan
kemungkinan kanker paru, tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak
berhasil setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan dugaan
kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut Bila foto toraks menunjukkan gambaran
efusi pleura yang luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi
berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor primer
dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat produktif, dan/atau
cairan serohemoragik.
KANKER PARU
8
b.CT-Scan toraks : Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih
baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil
dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar
secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial,
atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan
dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB
yang sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB
(N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan
metastasis intrapulmoner.
c. CT scan kepala / MRI kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh
nyeri kepala hebat untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke otak.
d. USG abdomen dilakukan kecuali pada stadium IV
e. Bone Scan dilakukan untuk mendeteksi metastasis ke tulang-tulang. Bone survey
dilakukan jika fasilitas bone scan tidak ada.
f.
PET-Scan
dapat
dilakukan
untuk
evaluasi
hasil
pengobatan. [1]
Gambar 2.4 Gambaran CT-Thorax dan Rontgen Thorax (google.com)
KANKER PARU
9
2.8 Pemeriksaan Khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa
saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol,
hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya
di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan
bronkus.
b. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah
berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi
jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
f. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH)
g. Torakoskopi medik
h. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah.
Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan
tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan
bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan.
Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke
laboratorium Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa
KANKER PARU
10
cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan
alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi
dalamformalin 4%.[7]
2.9 Staging
Tumor Primer (T)
T0 = Tidak ada bukti tumor primer
Tis = Karsinoma In Situ
T1 = Tumor ≤ 3 cm pada penampakan, dikelilingi oleh pleura paru atau visera dan tanpa
STAGE
IA
T
T1a
N
N0
M
M0
IB
IIA
T1b
T2a
T1a
N0
N0
N1
M0
M0
M0
T1b
N1
M0
IIB
T2a
T2b
N1
N1
M0
M0
IIIA
T3 (>7cm)
T1a
N0
N2
M0
M0
T2a
N2
M0
T2b
N2
M0
T3
N1
M0
T4
N0
M0
IIIB
T4
T4
N1
N2
M0
M0
IV
Sembarang T
Sembarang T
N3
Sembarang N
M0
M1a
Sembarang T
Sembarang N
proksimal ke lobus bronkus pada bronkoskopi.
M1b
bukti
invasi
T2 = Tumor > 3 cm pada penampakannya, atau tumor dengan ukuran berapa saja yang
melibatkan bronkus utama, menginvasi pleura visceral, atau berhubungan dengan atelektasis
KANKER PARU
11
atau infeksi pneumonia obstruktif yang meluas ke region hilus. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan atelektasis atau obstruksi infeksi harus terlibat kurang dari seluruh paru.
T3 = Tumor dengan ukuran berapa saja yang mengadakan pelebaran langsung ke dinding
dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinal, atau perikardium
parietal; atau tumor pada bronkus utama < 2 cm jaraknya dengan karina tanpa melibatkan
karina; atau atelektasis atau obstruksi infeksi paru dari seluruh paru.
T4 = Tumor dengan ukuran berapa saja dengan invasi mediastinum, jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esophagus, vertebra, atau karina, atau dengan efusi pleura ganas atau pericardia;
atau dengan nodul tumor satelit dalam sisi yang sama dari lobus paru yang mengandung
tumor primer.
Nodus Limfe Regional (N)
N0 = Tidak ada penilaian adanya nodus limfe regional.
N1 = Metastasis ke limfonodi pada peribronkhial atau sisi yang sama region hilus, atau
keduanya termasuk penyebaran langsung.
N2 = Metastasis ke sisi yang sama nodus limfe regional dan/ atau nodus limfe subkarina.
N3 = Metastasis ke kontralateral nodus limfe mediastinal, nodus limfe hilus kontralateral,
ipsilateral (sisi yang sama) atau kontralateral skaleus atau nodus limfe supraklavikuler.
Metastasis Jauh (M)
M0 = Tidak ada metastasis.
M1a = Metastasis ke paru kontralateral, nodul di pleura, efusi pleura ganas, efusi perikardium
M1b = metastasis jauh ke organ lain (otak, tulang, hepar, ginjal atau KGB Leher, aksila,
suprarenal, dll)[7]
KANKER PARU
12
2.10 Skala Karnofsky dan Skala WHO
Nilai Skala
Nilai Skala
Keterangan
Karnofsky
90-100
70-80
WHO
0
1
Aktifitas normal
Ada keluhan tetapi masih aktif dan dapat mengurus diri
50-60
30-40
10-20
2
3
4
sendiri
Cukup aktif, namun kadang memerlukan batuan
Kurang aktif, perlu rawatan
Tidak dapat meninggalkan tempat tidur, perlu rawat di
0-10
5
Rumah Sakit
Tidak sadar
2.11 Diagnosa Banding
Beberapa diagnosis banding dari kanker paru, antara lain:
Tumor mediastinum
Metastasis tumor di paru
Tuberkuloma[1]
2.12 Penatalaksanaan
2.12.1Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II.
Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”, misalnya kemoterapi
neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang
memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superiror
berat.
KANKER PARU
13
Gambar 2.5 Jenis Pembedahan (google.com)
2.12.2 Radiotherapy
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi
kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium
IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif.
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan
penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding
dada dan metastasis tumor di tulang atau otak. Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK
ditentukan beberapa faktor
1. Staging penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :
- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
- Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 – 6000 cGy, dengan cara pemberian
200 cGy/x, 5 hari perminggu. Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
KANKER PARU
14
3. Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :
1. PS < 70.
2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan.
3. Fungsi paru buruk.
2.12.3 Kemotherapy
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus
ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dan 60
menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan
menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan
tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan.
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah:
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker s 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian terjadi
tumor progresif. [7]
KANKER PARU
15
BAB III
KESIMPULAN
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari epitel kelenjar mukosa
bronkus. Kanker paru cenderung menyebar luas, memperluas masa yang tidak teratur dari
invasi terbatas dalam parenkim paru. Penyebaran seperti itu menghasilkan atelektasis pada
perbatasan parenkim. Faktor risiko kanker paru yang tidak dapat dimodifikasi termasuk jenis
kelamin, faktor genetika. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain, paparan terhadap
asap rokok, karsinogen di lingkungan pekerjaan, polusi udara, beberapa penyakit pada paru
juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker paru.
Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk darah, batuk kronik, berat
badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijurnpai pada jenis penyakit paru lain.
Penernuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan yang
ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker
paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada staging lanjut. Keluhan utama dapat
berupa batuk-batuk dengan atau tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen), batuk darah,
sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit atau sakit menelan, benjolan di pangkal leher,
sembab muka dan leher dapat terjadi dan kadang -kadang disertai sembab lengan dengan rasa
nyeri yang hebat.
Pemeriksaan pada kasus kanker paru meliputi pemeriksaan radiologis (foto thoraks,
CT scan thoraks, CT scan kepala/ MRI kepala, USG abdomen dan bone scaning) dan
pemeriksaan khusus (bronkoskopi, biopsi aspirasi jarum, Transbronchial Needle Aspiration,
Transbronchial Lung Biopsy, Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB), Biopsi
Aspirasi Jarum Halus, torakoskopi medik, sitologi sputum. Kanker paru dapat bermetastasis
ke paru kontralateral, nodul di pleura, efusi pleura ganas, efusi perikardium serta dapat
bermetastasis jauh ke organ lain (otak, tulang, hepar, ginjal atau KGB Leher, aksila,
suprarenal, dll). Penatalaksanaan pada kasus kanker paru meliputi pembedahan, radioterapi
dan kemoterapi
KANKER PARU
16
KANKER PARU
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran KANKER PARU. Available:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKParu.pdf
2. World Health Organization 2014. Cancer Country Profiles. Available online at
http://www.who.int/cancer/country-profiles/idn_en.pdf?ua=1
3. National cancer Institute 2014. Cellular Classification of NSCLC. Available at online
at http://www.cancer.gov/types/lung/hp/non-small cell-lung-treatment-pdq
4. Priya Arlene Andrew. 2016. Karakteristik Penderita Kanker Paru Di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2014. USU, Medan.
5. Sheerwood, Laurelee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. EGC.
Jakarta
6. Guyton A.C and J. E Hall. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12 Elsavier.
EGC. Jakarta
7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Pedoman Nasional Untuk Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia “KANKER PARU”.
8. Situmeang, Berliana. 2010. Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap
Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007. USU, Medan.
9. Nallapen, Salimi. 2012. Karakteristik Penderita Kanker Paru yang Telah di Diagnosis
dengan Pemeriksaan Tomografi Komputer Thoraks di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2012. USU, Medan
KANKER PARU
18
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13
persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat
sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru.
Berdasarkan laporan profil kanker WHO, kanker paru merupakan penyumbang insidens
kanker pada lakilaki tertinggi di Indonesia, diikuti oleh kanker kolorektal, prostat, hati dan
nasofaring, dan merupakan penyumbang kasus ke-5 pada perempuan, setelah kanker
payudara, serviks-uteri, kolorektal, ovarium. Kanker paru merupakan penyebab pertama
kematian pada kanker pada laki-laki (21.8%), dan penyebab kematian kedua (9.1%) kanker
pada perempuan setelah kanker payudara (21.4%).[1]
Menurut WHO, di Indonesia sekitar 1.551.000 orang dari 247.000.000 orang
meninggal dunia karena kanker paru. Angka kematian kanker paru pada pria adalah 21.8%
dan pada wanita 9.1%. Jumlah kasus kanker paru pada pria sekitar 25.322 orang dan pada
wanita 9.374 orang.[2]
Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru merupakan
kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan tapi merupakan
penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan. Data hasil pemeriksaan di
laboratorium Patalogi Anatomik RSUP Persahabatan kanker paru merupakan lebih dari 50
persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa. Data registrasi kanker Rumah Sakit
Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan
keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%) dan
merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%). [1]
Berdasarkan data dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUIRSUP Persahabatan, angka kasus baru kanker paru meningkat lebih dari 5 kali lipat dalam
waktu 10 tahun terakhir, dan sebagian besar penderita datang pada stage lanjut (IIIB/IV).
KANKER PARU
1
Penderita kasus baru kanker paru yang berobat di RSUP Persahabatan mencapai lebih dari
1000 kasus per tahun.[1]
Menurut klasifikasi International Association for the Study of Lung Cancer (IASLC),
terdapat tiga subtipe histologi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK), yaitu
karsinoma sel skuamosa yang mempunyai prevalensi 25% dari kanker paru, diikuti dengan
adenokarsinoma sekitar 40%, dan karsinoma sel besar Universitas Sumatera Utara 2
mempunyai prevalensi sekitar 10% dari kanker paru. Sekitar 15 % dari karsinoma
bronkogenik terdiri daripada kanker paru karsinoma sel kecil.[3]
Menurut penelitian Jurnal Respirologi Indonesia, dari 57 sampel penelitian sitologi
jaringan, didapati Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) sebanyak 2 kasus yaitu sekitar
3,5% dan 55% daripada kasus tersebut yaitu sekitar 96,5% adalah Kanker Paru Karsinoma
Bukan Sel Kecil (KPKBSK). Sedangkan dari jenis KPKBSK didapat karsinoma sel skuamus
sebanyak 12 kasus yaitu sekitar 21%, karsinoma sel besar sebanyak 20 kasus yaitu sekitar
35% dan adenokarsinoma sebanyak 23 kasus yaitu sekitar 40,5%. Jenis KPKBSK yang
banyak didapatkan adalah jenis adenokarsinoma.[4]
KANKER PARU
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas
tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru
kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paruparu kiri
mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru
terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum. [5]
Paruu-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi pleura
viseralis dan pleura parietalis. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus
paru, sedangkan pleura parietalis yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara
kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura.[6]
Gambar 2.1 Anatomi paru (adam.com)
KANKER PARU
3
2.2 Definisi Kanker Paru
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah.[7]
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari epitel kelenjar mukosa
bronkus. Kanker paru cenderung menyebar luas, memperluas masa yang tidak teratur dari
invasi terbatas dalam parenkim paru. Penyebaran seperti itu menghasilkan atelektasis pada
perbatasan parenkim.[8]
2.3 Jenis Kanker Paru
1. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
a. Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge
intraseluler. Studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari displasia
skuamosa ke karsinoma in situ. Karsinoma sel skuamosa biasanya meningkat pada
segmen bronkus dan menyebar secara lokal yang menyebabkan obstruksi bronkial.
b. Adenokarsinoma berciri khas dengan bentuk formasi glandular dan kecendrungan ke
arah pembentukan konfigurasi papilar. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari
bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (Carcinoma
Embrionic Antigen) karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelloma. Adenokarsinoma
paru biasanya terletak pada paru bagian perifer dan menyebar ke otak, tulang, hati, dan
bagian paru lainnya.
c. Karsinoma sel besar, ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara
ekslusion. Karsinoma sel besar tidak mempunyai gambaran diferensiasi skuamosa atau
glandular. Sel bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai oleh infiltrasi sel
neutrofil. Kanker paru sel besar mulai keluar sebagai tumor perifer yang besar yang
menyebar secara lokal sebelum bermetastasis.
KANKER PARU
4
Gambar 2.2 tipe kanker paru
2. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir
semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali/tanpa nucleoli.
Disebut juga karsinoma sel oat karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum. Sel kecil
ini cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel
yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas
menyebabkan warna gelap di sekitar pembuluh darah. [8]
2.4 Faktor Risiko
Etiologi kanker paru dapat dibagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk jenis
kelamin, faktor genetika. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain, paparan terhadap
asap rokok, karsinogen di lingkungan pekerjaan, polusi udara, beberapa penyakit pada paru
juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker paru. [8]
KANKER PARU
5
2.5 Deteksi Dini
Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk darah, batuk kronik, berat
badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijurnpai pada jenis penyakit paru lain.
Penemuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan yang
ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker
paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada staging lanjut. Dengan rneningkatnya
kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, disertai dengan meningkatnya pengetahuan dokter
dan peralatan diagnostik maka pendeteksian dini seharusnya dapat dilakukan.
Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada subyek dengan risiko tinggi yaitu:
• Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok
• Paparan industri tertentu
dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak napas,nyeri dada dan berat
badan menurun. Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah perempuan perokok pasif
dengan salah satu gejala di atas dan seseorang yang dengan gejala klinik : batuk darah, batuk
kronik, sakit dada, penurunan berat badan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang anggota
keluarga dekat yang menderita kanker paru juga perlu jadi faktor pertimbangan. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk deteksi dini ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan
radio toraks dan pemeriksaan sitologi sputum. Jika ada kecurigaan kanker paru, penderita
sebaiknya segera dirujuk ke spesialis paru agar tindakan diagnostik lebih lanjut dapat
dilakukan lebih cepat dan terarah.[7]
KANKER PARU
6
Gambar 2.2 Alur Deteksi Dini Kanker Paru (PDPI,2011)
2.6 Prosedur Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat
keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor –faktor lain yang sering sangat
membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa:
• Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
• Batuk darah
• Sesak napas
• Suara serak
• Sakit dada
• Sulit atau sakit menelan
• Benjolan di pangkal leher
• Sembab muka dan leher dapat terjadi dan kadang -kadang disertai sembab lengan
dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar
paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau
patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
• Berat badan berkurang
• Nafsu makan hilang
• Demam hilang timbul
•Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic Pulmonary Osteoartheopathy",
trombosis vena perifer dan neuropatia.[7]
KANKER PARU
7
Gambar 2.3 Alur Tindakan Diagnosis Kanker Paru (PDPI, 2011)
2.7 Pemeriksaan Radiologis
a.
Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa
tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah
tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga
dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis
intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan
dengan foto toraks saja.
Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada seorang penderita
penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan penting diingatkan.
Seorang penderita yang tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis
penyakit paru, harus disertai difollowup yang teliti. Pemberian OAT yang tidak
menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan harus menyingkirkan
kemungkinan kanker paru, tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak
berhasil setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan dugaan
kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut Bila foto toraks menunjukkan gambaran
efusi pleura yang luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi
berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor primer
dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat produktif, dan/atau
cairan serohemoragik.
KANKER PARU
8
b.CT-Scan toraks : Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih
baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil
dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar
secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial,
atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan
dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB
yang sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB
(N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan
metastasis intrapulmoner.
c. CT scan kepala / MRI kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh
nyeri kepala hebat untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke otak.
d. USG abdomen dilakukan kecuali pada stadium IV
e. Bone Scan dilakukan untuk mendeteksi metastasis ke tulang-tulang. Bone survey
dilakukan jika fasilitas bone scan tidak ada.
f.
PET-Scan
dapat
dilakukan
untuk
evaluasi
hasil
pengobatan. [1]
Gambar 2.4 Gambaran CT-Thorax dan Rontgen Thorax (google.com)
KANKER PARU
9
2.8 Pemeriksaan Khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa
saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol,
hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya
di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan
bronkus.
b. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah
berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi
jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
f. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH)
g. Torakoskopi medik
h. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah.
Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan
tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan
bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan.
Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke
laboratorium Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa
KANKER PARU
10
cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan
alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi
dalamformalin 4%.[7]
2.9 Staging
Tumor Primer (T)
T0 = Tidak ada bukti tumor primer
Tis = Karsinoma In Situ
T1 = Tumor ≤ 3 cm pada penampakan, dikelilingi oleh pleura paru atau visera dan tanpa
STAGE
IA
T
T1a
N
N0
M
M0
IB
IIA
T1b
T2a
T1a
N0
N0
N1
M0
M0
M0
T1b
N1
M0
IIB
T2a
T2b
N1
N1
M0
M0
IIIA
T3 (>7cm)
T1a
N0
N2
M0
M0
T2a
N2
M0
T2b
N2
M0
T3
N1
M0
T4
N0
M0
IIIB
T4
T4
N1
N2
M0
M0
IV
Sembarang T
Sembarang T
N3
Sembarang N
M0
M1a
Sembarang T
Sembarang N
proksimal ke lobus bronkus pada bronkoskopi.
M1b
bukti
invasi
T2 = Tumor > 3 cm pada penampakannya, atau tumor dengan ukuran berapa saja yang
melibatkan bronkus utama, menginvasi pleura visceral, atau berhubungan dengan atelektasis
KANKER PARU
11
atau infeksi pneumonia obstruktif yang meluas ke region hilus. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan atelektasis atau obstruksi infeksi harus terlibat kurang dari seluruh paru.
T3 = Tumor dengan ukuran berapa saja yang mengadakan pelebaran langsung ke dinding
dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinal, atau perikardium
parietal; atau tumor pada bronkus utama < 2 cm jaraknya dengan karina tanpa melibatkan
karina; atau atelektasis atau obstruksi infeksi paru dari seluruh paru.
T4 = Tumor dengan ukuran berapa saja dengan invasi mediastinum, jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esophagus, vertebra, atau karina, atau dengan efusi pleura ganas atau pericardia;
atau dengan nodul tumor satelit dalam sisi yang sama dari lobus paru yang mengandung
tumor primer.
Nodus Limfe Regional (N)
N0 = Tidak ada penilaian adanya nodus limfe regional.
N1 = Metastasis ke limfonodi pada peribronkhial atau sisi yang sama region hilus, atau
keduanya termasuk penyebaran langsung.
N2 = Metastasis ke sisi yang sama nodus limfe regional dan/ atau nodus limfe subkarina.
N3 = Metastasis ke kontralateral nodus limfe mediastinal, nodus limfe hilus kontralateral,
ipsilateral (sisi yang sama) atau kontralateral skaleus atau nodus limfe supraklavikuler.
Metastasis Jauh (M)
M0 = Tidak ada metastasis.
M1a = Metastasis ke paru kontralateral, nodul di pleura, efusi pleura ganas, efusi perikardium
M1b = metastasis jauh ke organ lain (otak, tulang, hepar, ginjal atau KGB Leher, aksila,
suprarenal, dll)[7]
KANKER PARU
12
2.10 Skala Karnofsky dan Skala WHO
Nilai Skala
Nilai Skala
Keterangan
Karnofsky
90-100
70-80
WHO
0
1
Aktifitas normal
Ada keluhan tetapi masih aktif dan dapat mengurus diri
50-60
30-40
10-20
2
3
4
sendiri
Cukup aktif, namun kadang memerlukan batuan
Kurang aktif, perlu rawatan
Tidak dapat meninggalkan tempat tidur, perlu rawat di
0-10
5
Rumah Sakit
Tidak sadar
2.11 Diagnosa Banding
Beberapa diagnosis banding dari kanker paru, antara lain:
Tumor mediastinum
Metastasis tumor di paru
Tuberkuloma[1]
2.12 Penatalaksanaan
2.12.1Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II.
Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”, misalnya kemoterapi
neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang
memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superiror
berat.
KANKER PARU
13
Gambar 2.5 Jenis Pembedahan (google.com)
2.12.2 Radiotherapy
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi
kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium
IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif.
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan
penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding
dada dan metastasis tumor di tulang atau otak. Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK
ditentukan beberapa faktor
1. Staging penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :
- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
- Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 – 6000 cGy, dengan cara pemberian
200 cGy/x, 5 hari perminggu. Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
KANKER PARU
14
3. Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :
1. PS < 70.
2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan.
3. Fungsi paru buruk.
2.12.3 Kemotherapy
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus
ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dan 60
menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan
menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan
tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan.
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah:
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker s 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian terjadi
tumor progresif. [7]
KANKER PARU
15
BAB III
KESIMPULAN
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari epitel kelenjar mukosa
bronkus. Kanker paru cenderung menyebar luas, memperluas masa yang tidak teratur dari
invasi terbatas dalam parenkim paru. Penyebaran seperti itu menghasilkan atelektasis pada
perbatasan parenkim. Faktor risiko kanker paru yang tidak dapat dimodifikasi termasuk jenis
kelamin, faktor genetika. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain, paparan terhadap
asap rokok, karsinogen di lingkungan pekerjaan, polusi udara, beberapa penyakit pada paru
juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker paru.
Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk darah, batuk kronik, berat
badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijurnpai pada jenis penyakit paru lain.
Penernuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan yang
ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker
paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada staging lanjut. Keluhan utama dapat
berupa batuk-batuk dengan atau tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen), batuk darah,
sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit atau sakit menelan, benjolan di pangkal leher,
sembab muka dan leher dapat terjadi dan kadang -kadang disertai sembab lengan dengan rasa
nyeri yang hebat.
Pemeriksaan pada kasus kanker paru meliputi pemeriksaan radiologis (foto thoraks,
CT scan thoraks, CT scan kepala/ MRI kepala, USG abdomen dan bone scaning) dan
pemeriksaan khusus (bronkoskopi, biopsi aspirasi jarum, Transbronchial Needle Aspiration,
Transbronchial Lung Biopsy, Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB), Biopsi
Aspirasi Jarum Halus, torakoskopi medik, sitologi sputum. Kanker paru dapat bermetastasis
ke paru kontralateral, nodul di pleura, efusi pleura ganas, efusi perikardium serta dapat
bermetastasis jauh ke organ lain (otak, tulang, hepar, ginjal atau KGB Leher, aksila,
suprarenal, dll). Penatalaksanaan pada kasus kanker paru meliputi pembedahan, radioterapi
dan kemoterapi
KANKER PARU
16
KANKER PARU
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran KANKER PARU. Available:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKParu.pdf
2. World Health Organization 2014. Cancer Country Profiles. Available online at
http://www.who.int/cancer/country-profiles/idn_en.pdf?ua=1
3. National cancer Institute 2014. Cellular Classification of NSCLC. Available at online
at http://www.cancer.gov/types/lung/hp/non-small cell-lung-treatment-pdq
4. Priya Arlene Andrew. 2016. Karakteristik Penderita Kanker Paru Di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2014. USU, Medan.
5. Sheerwood, Laurelee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. EGC.
Jakarta
6. Guyton A.C and J. E Hall. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12 Elsavier.
EGC. Jakarta
7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Pedoman Nasional Untuk Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia “KANKER PARU”.
8. Situmeang, Berliana. 2010. Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap
Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007. USU, Medan.
9. Nallapen, Salimi. 2012. Karakteristik Penderita Kanker Paru yang Telah di Diagnosis
dengan Pemeriksaan Tomografi Komputer Thoraks di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2012. USU, Medan
KANKER PARU
18