HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN PERAN KADE

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN PERAN KADER DALAM DETEKSI DINI RISIKO
KEHAM ILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESM AS NANGGALO PADANG
Oleh:
Widya Lestari, Erda M utiara Halida*
1,2
Prodi D3 Kebidanan STIKes M ERCUBAKTIJAYA Padang
ABSTRAK
Tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi masih menjadi masalah kesehatan utama, maka
masyarakat diharapkan dapat berperan dalam upaya penurunan angka tersebut. Kader kesehatan
merupakan anggota masyarakat yang dipilih dan dilatih untuk membantu tenaga kesehatan dalam
upaya kesehatan termasuk dalam deteksi dini komplikasi. Puskesmas Nanggalo merupakan
Puskesmas yang memiliki ibu hamil paling banyak yang terdeteksi mengalami resiko tinggi dan
komplikasi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Tahun 2012, dari 503 orang ibu hamil, terdapat
101 orang ibu hamil yang mengalami risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan karakteristik kader dengan peran sertanya dalam deteksi dini risiko kehamilan di Wilayah
Kerja Puskemas Nanggalo Padang.
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional . Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu kader di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang dengan perkiraan jumlah kader
sebanyak 50 orang. Sampel yang dipergunakan sebanyak 32 orang dan diambil dengan
menggunakan teknik simple random sampling . Data dikumpulkan melalui kuesioner, dan teknik
pengolahan data dengan langkah editing, coding, entry dan cleaning . Analisis data yang dipergunakan

adalah analisis univariabel dan bivariabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden, 65,6% responden berusia usia
dewasa lanjut (> 41 tahun), 84,4% responden berpendidikan tinggi, 75% responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang deteksi dini risiko kehamilan, 78,1% responden memiliki pengalaman
dan 90,6% responden tidak mendapatkan penghargaan. Dari hasil bivariat diperoleh nilai p= 0,071
untuk hubungan usia dengan peran serta kader, p= 0,228 untuk hubungan pendidikan dengan peran
serta kader, p= 0,142 untuk hubungan pengetahuan tentang deteksi dini risiko kehamilan dengan
peran serta kader, p= 0,296 untuk hubungan pengalaman dengan peran serta kader, dan p= 0,476
untuk hubungan penghargaan dengan peran serta kader.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan karakteristik dengan
peran serta kader dalam deteksi dini risiko kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
Diharapkan pimpinan Puskesmas Nanggalo untuk dapat melakukan pelatihan dan pembinaan kader
dalam kegiatan deteksi dini risiko kehamilan, membuat kebijakan yang jelas tentang tugas pokok dan
jasa yang diberikan kepada kader dalam kegiatan kesehatan.
Kata kunci

: Deteksi dini risiko kehamilan, Karakteristik kader, Peran kader

Alamat Korespondensi
Widya Lestari, S.SiT.,M .Keb

Staf PengajarProdi DIII Kebidanan
STIKes M ERCUBAKTIJAYA Padang
Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang
Telp. 0751 - 442295
1

PENDAHULUAN
Salah satu upaya untuk menurunkan
angka kematian ibu (AKI) dan janin adalah
dengan cara peningkatan pemanfaatan fasilitas
kesehatan oleh masyarakat, yang dimulai dari
pelayanan antenatal dengan pengenalan
adanya risiko tinggi ibu hamil yang dilakukan
melalui skrining atau deteksi dini. Adanya
faktor risiko secara pro aktif pada semua ibu
hamil, hal ini dilakukan sedini mungkin pada
awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau
non kesehatan yang terlatih di masyarakat,
misalnya kader kesehatan, ibu-ibu PKK, Karang
Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga.

Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan
rumah
merupakan
langkah
awal
dari
pemeliharaan kesehatan ibu hamil. (Dian,
2007).
Kader kesehatan adalah seseorang baik
laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani
berbagai masalah kesehatan perseorangan
maupun kesehatan masyarakat, serta untuk
bekerja
sama
dengan
tempat-tempat
pemberian pelayanan kesehatan (Syafrudin,
2009).
Hal yang dianggap paling sulit oleh

kader adalah mendeteksi adanya faktor risiko
sedini mugkin pada awal kehamilan dan
memberikan penyuluhan
tentang
tanda
bahaya pada ibu hamil (Sugeng, 2008). Teori
harapan mengatakan bahwa kekuatan dari
kecederungan untuk bertindak dengan cara
tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu
harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti
dengan hasil tertentu dan penghargaan yang
diterima oleh
individu tersebut (Robbins,
2002).
Peran kader kesehatan dalam deteksi
dini faktor risiko pada ibu hamil meliputi yang
pertama
sebagai
motivator
(melakukan

kunjungan rumah bila mendapatkan ibu hamil
baru atau yang dua bulan berturut-turut tidak
datang untuk memeriksakan kehamilannya),
kedua
sebagai
fasilitator
(melakukan
pencatatan jumlah PUS, ibu hamil dan
imunisasi TT), dan ketiga sebagai edukator
(penyuluhan pada ibu hamil, memberikan
nasehat pada ibu hamil salah satunya adalah
tentang gizi, jadwal pemeriksaan ANC dan cara

menjaga kesehatan selama hamil (Dinkes
Jatim, 2006).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
peran serta kader kesehatan dalam deteksi dini
risiko kehamilan adalah yang pertama faktor

intern yang meliputi usia, pendidikan,
pengetahuan, pengalaman dan penghargaan,
dan yang kedua faktor ekstern yang meliputi
lingkungan, penyuluhan, media massa dan
sosial budaya. (Siswanto, 2002)
Nilawati (2008) dalam penelitiannya
tentang keaktifan kader di Aceh Selatan
menemukan
bahwa usia 40-50 tahun
merupakan usia kader yang paling aktif
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dan
pendidikan tamat SLTP sederajat, faktor lain
yang berkontribusi adalah pengetahuan dan
pengalaman kader dalam melakukan tugasnya.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota
Padang tahun 2012, dari total jumlah ibu hamil
yang ada di kota Padang ditemukan ibu hamil
yang mengalami risiko tinggi untuk menderita
komplikasi sebanyak 788 orang dari 18.726
total

ibu
hamil. Puskesmas Nanggalo
merupakan Puskesmas yang memiliki jumlah
ibu hamil paling banyak yang terdeteksi
mengalami resiko tinggi dan komplikasi pada
masa kehamilan, persalinan dan nifas. Dari 503
orang ibu hamil, terdapat 101 orang ibu hamil
yang mengalami risiko tinggi (Dinas Kesehatan
Kota Padang, 2012)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
pada 5 orang kader ibu hamil di Puskesmas
Nanggalo Padang, ditemukan bahwa hanya 1
orang dari 5 orang kader tersebut melakukan
skrining atau deteksi dini resiko tinggi pada
ibu hamil. Kader tersebut mengatakan bahwa
kegiatan deteksi dini yang dilakukannya
bersama dengan bidan pembina wilayah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
masalah
penelitiannya

adalah
masih
rendahnya peran serta kader dalam deteksi
dini risiko kehamilan, oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk mencari hubungan
karakteristik kader dengan peran serta kader
dalam deteksi dini risiko kehamilan di Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
M ETODE PENELITIAN
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui hubungan karakteristik kader
dengan peran serta kader dalam deteksi dini
2

risiko kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang. Jenis penelitian ini adalah
analitik dengan desain cross sectional . Populasi

dalam penelitian ini adalah ibu kader di
wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang
dengan perkiraan jumlah kader sebanyak 50
orang. Sampel yang dipergunakan sebanyak
32 orang dan diambil dengan menggunakan
teknik
simple random
sampling . Data
dikumpulkan melalui kuesioner, dan teknik
pengolahan data dengan langkah editing,
coding, entry dan cleaning . Analisis data yang
dipergunakan adalah analisis univariabel dan
bivariabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN
1. Karakteristik responden
Karakteristik
subjek
penelitian
selengkapnya


disajikan

dalam

tabel

berikut.

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan
karakteristik di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo Padang
Tahun 2014
No
1.

2.

3.


4.

5.

Karakteristik
responden
Usia
a. Dewasa lanjut
b. Dewasa dini
Pendidikan
a. Pendidikan
rendah
b. Pendidikan
tinggi
Pengetahuan
a. Kurang
b. Baik
Pengalaman
a. Tidak ada
b. Ada
Penghargaan
a. Tidak ada
b. ada

Jumla
h

%

21
11

65.6
34.4

5
27

15.6
84.4

8
24

25
75

7
25

21.9
78.1

29
3

90.6
9.4

Pada tabel diatas diperoleh hasil
bahwa dari 32 orang responden, lebih dari
separuh responden berusia usia dewasa lanjut
(> 41 tahun), sebagian besar responden

berpendidikan
tinggi,
sebagian
besar
responden memiliki pengetahuan yang baik
tentang deteksi dini risiko kehamilan, sebagian
besar responden memiliki pengalaman dan
hampir semua responden tidak mendapatkan
penghargaan.
Dari segi usia, sebagian besar
responden memiliki usia lebih dari 41 tahun.
Hal ini disebabkan karena hampir dari semua
responden berprofesi sebagai ibu rumah
tangga dan hanya 2 orang responden yang
bekerja. Selain dari hal tersebut, wanita yang
masih produktif (< 50 tahun) lebih banyak
memilih bekerja untuk membantu suaminya
mencari nafkah di luar rumah. Sebagian
responden juga mengatakan bahwa bekerja
sebagai kader dijalani sekedar untuk mengisi
waktu luangnya di rumah.
Dari hasil penelitian juga ditemukan
bahwa
sebagian
besar
responden
berpendidikan tinggi (84,4%). Menurut Istiana
(1998) dalam
Bintanah, Sufiati
(2010)
mengatakan bahwa pendidikan formal yang
lebih tinggi akan menunjukkan kualitas yang
baik pula, sehingga dengan pendidikan kader
yang tinggi cenderung berpengaruh pada
kualitas kerja kader dalam pelaksanaan
posyandu
sehingga
kader
mampu
menyampaikan programnya dengan baik.
Hasil penelitian juga memperlihatkan
bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang deteksi dini
risiko kehamilan (75%). Hal ini disebabkan
karena telah dilakukan pembinaan kader yang
baik oleh pihak puskesmas dalam menyiapkan
kader sebagai perpanjangan tangan tenaga
kesehatan di masyarakat. Hal ini di dukung lagi
dengan tingginya tingkat pendidikan yang
telah diselesaikan oleh kader.
Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain
yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Karena itu
dari pengalaman dan penelitian ternyata
berlaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih baik dari pada tindakan yang tidak
didasari pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).
Dari
hasil
penelitian
diperoleh
sebagian
besar
responden
memiliki
pengalaman (78,1%), artinya kader yang aktif
di Puskesmas Nanggalo ini merupakan kader
yang telah memiliki masa kerja yang cukup
lama (> 1 tahun). Hal ini disebabkan karena
3

mereka telah mendapat pembinaan dari
tenaga kesehatan mau pun dari Puskesmas
dan pengalaman-pengalaman yang nyata di
lapangan.
Pengalaman merupakan salah satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
pengetahuan yang berkaitan dengan umur
dan pendidikan individu. Hal ini mengandung
maksud bahwa semakin bertambahnya umur
dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman
seseorang akan lebih jauh lebih luas
(Notoatmojo, 2003).
Pada hasil juga ditemukan bahwa
hampir semua responden tidak mendapatkan
penghargaan (90,6%). Hal ini mungkin
disebabkan masih terbatasnya reward atau
perlombaan yang diadakan oleh pemerintah
terkait dengan lingkup kerja kader di
masyarakat. Meskipun demikian terdapat 3
orang kader di Puskesmas Nanggalo ini
memiliki sertifikat sebagai kader terbaik dan
penyuluh kesehatan.
Penghargaan sangat penting diberikan
kepada seseorang yag secara sukarela mau
memberikan waktu, tenaga dan fikirannya
untuk membantu meningkatkan kesehatan
masyarakat yang salah satunya kesehatan ibu
hamil, dengan adanya penghargaan sebagai
tanda jasa maka akan memotivasi orang
tersebut untuk berperan serta secara aktif
didalam melakukan deteksi dini risiko
kehamilan.

2. Peran Serta Kader dalam Deteksi Dini
Risiko Kehamilan
Peran serta kader dalam deteksi
dini risiko kehamilan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Distribusi peran serta kader dalam
deteksi dini risiko kehamilan di
wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang Tahun 2014
No

Variabel

Jumlah

%

1.

Tidak aktif

26

81,3

2.

Aktif

6

18,8

Jumlah

32

100

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 32
orang responden, sebagian besar responden
tidak aktif dalam deteksi dini risiko kehamilan
(81,3%).
Hal ini disebabkan karena mungkin
masih kurangnya sosialiasi tentang batasan
tugas kader oleh Puskesmas maupun tenaga
kesehatan dalam kegiatan deteksi dini risiko
kehamilan.
Sebagian
besar
kader
hanya
melakukan upaya edukator yakni dengan
memberikan penyuluhan dan nasehat terkait
dengan kehamilan
yaitu sebesar 87,5%.
Selebihnya hanya sebagian kecil (34%)
responden yang melakukan kunjungan ke
rumah ibu hamil baru (fasilitator), 28%
mengunjungi ibu hamil yang 2 bulan berturutturut bagi yang tidak datang ke tenaga
kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya
(motivator),
37,5%
responden
yang
mengidentifikasi ibu hamil yang mengalami
risiko kehamilan (fasilitator).
Sedikitnya peran dari kader dalam
deteksi risiko kehamilan dikarenakan sebagian
besar kegiatan deteksi dini risiko kehamilan
dilakukan oleh bidan di Puskesmas pada saat
pemeriksaan
kehamilan.
Pada
saat
pemeriksaan
kehamilan,
wanita
hamil
diberikan
beberapa
pertanyaan
untuk
menjaring atau mendeteksi risiko kehamilan
yang mungkin muncul, selain itu ibu hamil
juga diberikan buku KIA yang didalamnya
terdapat Stiker P4K yang berisi informasiinformasi mengenai ibu hamil (persiapan
tenaga, tempat, dana, donor darah dan
pengambil keputusan untuk menghadapi
persalinan maupun komplikasi yang akan
timbul)
Kader kesehatan harus peka terhadap
permasalahan yang ada di lingkungan,
sehingga apabila ada permasalahan yang
berkaitan dengan kesehatan sigap dalam
menanganinya. Dilapangan sebenarnya sangat
sulit untuk mencari kader kesehatan karena
biasanya ada larangan dari suami, ingin
mengurus anak dan keluarga. Oleh karena itu
pemerintah
lewat
kepala
desa
akan
mengeluarkan surat keputusan untuk kader
dalam hal pemenuhan kesejateraan, sehingga
mereka bisa mendapatkan honor dan seragam,
walaupun honornya kecil (Wijaya, 2006).

4

Imbalan atas pekerjaan yang telah
dilakukan kader turut mempengaruhi peran
sertanya. Berdasarkan ungkapan dari beberapa
orang kader, mereka mengatakan bahwa
imbalan atau jasa yang mereka terima sedikit
bahkan kadang tidak ada sehingga hal ini
membuat mereka untuk malas dan enggan
utnuk menjalankan perannya dalam deteksi
dini risiko kehamilan.

3. Hubungan karakteristik responden
dengan peran serta kader dalam deteksi
dini risiko kehamilan
Hubungan karakteristik responden
dengan peran serta kader dalam deteksi dini
risiko kehamilan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3. Hubungan karakteristik responden
dengan peran serta kader dalam
deteksi dini risiko kehamilan di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Nanggalo Padang Tahun 2014

Variabel

Usia
a.

Dewasa
lanjut
b. Dewasa
dini
Pendidikan
a. Pendidik
an
rendah
b. Pendidik
an
tinggi
Pengetahuan
a. Kurang
b. Baik
Pengalaman
a. Tidak
Ada
b. Ada
Penghargaan
a. Tidak
ada
b. Ada

Peran serta Kader
Tidak aktif
Aktif
Jumla
%
Jum
%
h
lah
15
11

71.4
100

6
0

28.6
0

3

60

2

40

23

85.2

4

14.8

5
21

62.5
87.5

3
3

37.5
12.5

7
19

100
76

0
6

0
24

24
2

82.8
66.7

5
1

17.2
33.3

Hasil analisis diatas menunjukkan
bahwa semua variabel karakteristik responden
(usia, pendidikan, pengetahuan, pengalaman
dan penghargaan) tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan peran serta kader
dalam deteksi dini risiko kehamilan (p> 0.05).
Dari hasil analisa data untuk hubungan
usia dengan peran serta kader dalam deteksi
dini risiko kehamilan diperoleh nilai p= 0,071,
hal ini berarti baik responden dalam kelompok
dewasa
lanjut
maupun
dini
tidak
mempengaruhi peran sertanya dalam deteksi
dini risiko kehamilan. Hal ini mungkin
disebabkan karena sebagian besar responden
adalah ibu rumah tangga dan pekerjaan
sampingan lainnya, sehingga mereka memiliki
keterbatasan waktu dalam membagi waktu
dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan
sebagai seorang kader.
Hal ini terlihat dari hasil penelitian
bahwa terdapat 11 orang (34,4%) berada pada
usia produktif (18 – 40 tahun) sehingga kader
masih disibukkan dengan kegitan rumah
tangga dan melakukan usaha sampingan
untuk menambah income keluarga.
Nilai
Kader yang terlalu muda / tua
p
kestabilan emosi belum terbentuk atau pada
usia lanjut adanya degenerasi berdampak pada
ingatan
maupun
pemahaman
sehingga
0.07
mempengaruhi keaktifannya untuk berperan
1 dalam deteksi dini faktor risiko pada ibu
serta
hamil. Berkaitan dengan peran serta kader
maka dengan umur yang semakin dewasa,
produktivitas dan peran serta kader dalam
deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil akan
0.22
cenderung
meningkat. Dengan asumsi bahwa
8
tingkat
kedewasaan teknis dan psikologis
seseorang dapat dilihat bahwa semakin
dewasa umur seseorang akan semakin
terampil dalam melaksanakan tugas, semakin
0.14
kecil
tingkat
kesalahannya
dalam
8
melaksanakan pekerjaannya (Effendi, 2009).
Dari hasil analisa data untuk hubungan
pendidikan dengan peran serta kader dalam
0.29
deteksi dini risiko kehamilan diperoleh nilai
6
p= 0,228, hal ini berarti kader yang telah
menyelesaikan pendidikan di tingkat rendah
dan tinggi tidak mempengaruhi peran sertanya
0.47
dalam deteksi dini risiko kehamilan.
6
Dari
27 orang
responden
yang
berpendidikan tinggi, terdapat 4 orang (14,8%)
5

yang berperan aktif dalam deteksi dini risiko
kehamilan. Hal ini disebabkan
karena
responden
memiliki
pemahaman
dan
kesadaran yang lebih baik dalam melakukan
upaya peningkatan kesehatan masyarakat
terutama ibu hamil.
Jenjang
pendidikan
tinggi
sangat
mendukung keaktifan seseorang dalam berperan
serta dimasyarakat salah satunya ikut berperan
serta dalam deteksi dini risiko kehamilan, karena
dengan
pendidikan
yang
tinggi
maka
pengetahuan orang tersebut semakin baik.
Untuk bisa menerima suatu informasi
dibutuhkan keterampilan pendidikan dasar
seperti membaca dan menulis. M asyarakat
dengan pendidikan yang tinggi akan mampu
menganalisa suatu keadaan disekitarnya
sehingga apa yang dilakukannya sesuai dan
tepat (Nursalam, 2003).
Dari
27 orang
responden
yang
berpendidikan tinggi, sebagian besar (85,2%)
tidak berperan dalam deteksi dini risiko
kehamilan. Hal ini mungkin disebabkan karena
ketidakjelasan tugas pokok yang akan mereka
emban. Sebagian responden juga menyatakan
bahwa deteksi dini risiko kehamilan selama ini
dilakukan oleh bidan sehingga mereka
beranggapan bahwa dalam deteksi dini bukan
tugas mereka.
Dari
hasil
analisa
data
untuk
hubungan pengetahuan tentang deteksi dini
risiko kehamilan dengan peran serta kader
dalam deteksi dini risiko kehamilan diperoleh
nilai p= 0,148, hal ini berarti kader yang
berpengetahuan kurang dan baik, tidak
mempengaruhi peran sertanya dalam deteksi
dini risiko kehamilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 6 responden yang berperan aktif dalam
deteksi dini risiko kehamilan, hanya 3 orang
(50%) responden yang memiliki pengetahuan
baik. Ketiga responden tersebut mengetahui
faktor-faktor
risiko
yang
terjadi
pada
kehamilan.
Dengan adanya pengetahuan tentang
deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil, maka
kader akan dapat mengingat kembali tentang
sesuatu yang dipelajari sebelumnya, sehingga
dapat memperbaiki tindakan yang akan
dilakukan. Kader dengan pengetahuan yang
tinggi merupakan dasar terwujudnya peran
serta yang diaplikasikan dalam tindakan yang

nyata dan salah satunya adalah ikut berperan
serta dalam deteksi dini faktor risiko apad ibu
hamil. Informasi yang cukup dan diterima oleh
sesorang dapat menyebabkan seseorang
mempunyai
pengetahuan
yang
tinggi
sehingga
dapat
mengaplikasikan
pengetahuannya
tersebut
sesuai
peran
sertanya di masyarakat (Anita, 2008).
Tetapi dari 6 responden yang berperan
aktif,
3
orang
(50%)
juga
memiliki
pengetahuan kurang tentang deteksi dini
risiko kehamilan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo tahun 2012 yang
menyatakan bahwa pengetahuan seseorang
tentang suatu objek akan menentukan sikap
dan perilaku seseorang, sehingga responden
yang kurang mengetahui deteksi dini risiko
juga
akan
bertindak
sesuai
dengan
ketidaktahuannya.
Kurangnya informasi yang didapat oleh
responden dapat disebabkan karena masih
kurangnya
pelatihan,
pemahaman
dan
kejelasan tugas yang diberikan kepada kader
baik dari Puskesmas sendiri maupun dari bidan
pembina wilayah. Berdasarkan ungkapan
beberapa responden, selama ini mereka lebih
banyak dilibatkan dalam kegiatan posyandu
bayi dan balita saja.
Dari
hasil
analisa
data
untuk
hubungan pengalaman dengan peran serta
kader dalam deteksi dini risiko kehamilan
diperoleh nilai p= 0,296, hal ini berarti kader
yang memiliki dan yang tidak memiliki
pengalaman sebagai seorang kader tidak
mempengaruhi peran sertanya dalam deteksi
dini risiko kehamilan.
Pengalaman merupakan salah satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
pengetahuan yang berkaitan dengan umur
dan pendidikan individu. Hal ini mengandung
maksud bahwa semakin bertambahnya umur
dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman
seseorang akan lebih jauh lebih luas
(Notoatmojo, 2003).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 25 responden yang berpengalaman
sebagai seorang kader, hanya 6 orang (24%)
yang berperan serta dalam deteksi dini risiko
kehamilan. Jika dilihat dari keenam orang
tersebut, semuanya telah menjadi kader lebih
dari 10 tahun, sehingga sedikit banyak mereka
telah mengetahui tentang kegiatan deteksi
6

dini risiko kehamilan yang telah dilakukan oleh
bidan selama ini.
Pengalaman berkaitan dengan peran
seseorang sesuai tugasnya di masyarakat salah
satunya adalah
berperan
serta dalam
melakukan pendeteksian adanya faktor risiko
pada awal kehamilan, artinya semakin lama
seseorang bekerja dalam organisasi semakin
tinggi pula peran sertanya dalam organisasi
tersebut. Hal itu terjadi karena ia semakin
berpengalaman
dan
meningkatkan
keterampilannya dalam melakukan deteksi dini
faktor risiko kehamilan (Effendi, 2009).
Seseorang yang memiliki pengalaman
lebih banyak tentang skrining antenatal maka
semakin baik dalam melakukan deteksi dini
risiko kehamilan, hal ini dapat dilihat dari
berapa lama orang tersebut berkarya didalam
pekerjaannya. Untuk meningkatkan pengalamn
kader dalam deteksi dini risiko kehamilan
adalah dengan cara selalu aktif dalam
melakukan deteksi dini risiko kehamilan.
Sedangkan dari 25 responden yang
berpengalaman, terdapat 19 orang (76%) yang
tidak berperan aktif dalam deteksi risiko
kehamilan. Hal ini mungkin disebabkan karena
kurangnya insentif atau imbalan yang mereka
dapatkan sehingga mereka tidak termotivasi
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kesehatan.
Strategi
yang
berkaitan
dengan
partisipasi kader dalam penemuan faktor risiko
kehamilan antara lain adalah pemberian
insentif akan cukup termotivasikan oleh gaji
atau upah yang memadai dan oleh rasa puas
atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik,
karena rata-rata pendapatan masyarakat
sangat rendah dan penting memberikan arti
kehidupan baginya. Selain ganjaran-ganjaran
finansial,
perlu
juga
mencari
bentuk
penghargaan lain atas usaha dan prestasi
untuk memperkuat sikap-sikap dan perilaku
yang diberdayakan seperti pemberian piagam
penghargaan, sertifikat, dan piala penghargaan
(Winardi, 2004).
Teori harapan mengatakan bahwa
kekuatan dari kecederungan untuk bertindak
dengan cara tertentu tergantung pada
kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan
tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu dan
penghargaan yang diterima oleh
individu
tersebut (Robbins, 2002).

Dari hasil analisa data untuk hubungan
penghargaan dengan peran serta kader dalam
deteksi dini risiko kehamilan diperoleh nilai
p= 0,476, hal ini berarti kader yang memiliki
dan yang tidak memiliki penghargaan tidak
mempengaruhi peran sertanya dalam deteksi
dini risiko kehamilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 3 responden yang pernah m bahwa setiap
orang ingin ikut berperan serta dalam kegiatan
di
masyarakat.
Pengakuan
terhadap
penghargaan merupakan alat motivasi yang
cukup ampuh, dalam kegiatan posyandu.
Sedangkan dari 29 responden yang
tidak pernah mendapatkan penghargaan,
terdapat 5 orang (17,2%) yang berperan aktif
dalam deteksi dini risiko kehamilan. Hal ini
disebabkan karena kelima orang tersebut
memiliki pengalaman yang lebih dari 10 tahun
sebagai seorang kader. Hal inilah yang
membuat mereka tetap menjalankan perannya
dalam deteksi dini risiko kehamilan.
Pengalaman berkaitan dengan peran
seseorang sesuai tugasnya di masyarakat salah
satunya adalah
berperan
serta dalam
melakukan pendeteksian adanya faktor risiko
pada awal kehamilan, artinya semakin lama
seseorang bekerja dalam organisasi semakin
tinggi pula peran sertanya dalam organisasi
tersebut. Hal itu terjadi karena ia semakin
berpengalaman
dan
meningkatkan
keterampilannya dalam melakukan deteksi dini
faktor risiko kehamilan (Effendi, 2009).

KESIM PULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan, dapat dibuat suatu simpulan
penelitian sebagai berikut:
1. Variabel karakteristik responden diperoleh
hasil lebih dari separuh responden berusia
usia dewasa lanjut (> 41 tahun), sebagian
besar responden berpendidikan tinggi,
sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang deteksi
dini risiko kehamilan, sebagian besar
responden
memiliki
pengalaman
sebbagai kader dan hampir semua
responden
tidak
mendapatkan
penghargaan (90,6%)

7

2.
3.

Sebagian besar responden tidak aktif
dalam deteksi dini risiko kehamilan.
Tidak ada hubungan karakteristik kader
dengan peran sertanya dalam deteksi dini
kehamilan

2.

Kepada pihak lain yang berpartisipasi
dalam proses penyusunan literatur ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA
B. Saran
1.

Puskesmas
a. Diharapkan
pimpinan
Puskesmas
melakukan pelatihan dan pembinaan
kepada kader dalam kegiatan deteksi
dini risiko kehamilan.
b. Diharapkan
pimpinan
Puskesmas
membuat tugas pokok dan fungsi
kader yang jelas dalam kegiatan
deteksi dini risiko kehamilan.
c. Diharapkan
pimpinan
Puskesmas
membuat kebijakan yang jelas
tentang jasa atau imbalan yang
diberikan kepada kader pada setiap
kegiatan kesehatan.
2. Bidan Pembina Wilayah
Diharapkan kepada bidan pembina wilayah
bekerjasama dan melibatkan bidan secara
langsung dalam kegiatan deteksi dini
risiko kehamilan.
3. Kader
a. Diharapkan kader dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahamannya
tentang deteksi dini risiko kehamilan.
b. Diharapkan kepada kader untuk dapat
mengikuti kegiatan pelatihan dan
pembinaan yang terkait dengan
kesehatan khususnya deteksi dini
risiko kehamilan.
4. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
untuk menganalisis faktor lain yang dapat
M empengaruhi kegiatan deteksi dini
risiko kehamilan maupun menganalisis
efektifitas kegiatan deteksi dini risiko
kehamilan yang telah dilakukan oleh
bidan.

UCAPAN TERIM A KASIH
Ditujukan kepada:
1.

Tim redaksi Jurnal M NM yang
membantu termuatnya literatur ini.

telah

Anita,

lulu.
2008.
Hubungan
Tingkat
Pengetahuan
Masyarakat
Tentang
Peran Dan Fungsinya Dalam Bidang
Kesehatan Terhadap Peran Serta
Masyarakat Dalam Kegiatan Posyandu.
(Online), (http:/ / one.indoskripsi.com.
Diakses pada tanggal 6 Desember
2011.

Depkes Jatim. 2006. Menuju Indonesia Sehat
2010http:/ / .d-infokomjatim.go.id.jatim. Diakses tanggal 25
Juli 2011.
Dian,

K.
2007.
Peran
Serta
Kader .
http:/ / www.skrining.com. Diakses pada
tanggal 25 Juli 2011.

Effendi,

Ferry
dan
M akhfudli.
2009.
Keperawatan Kesehatan Komunitas
Teori dan Praktik dalam Keperawatan.
Jakarta : Salemba M edika.
pengalaman.html . Diakses pada
tanggal 13 Agustus 2011.

Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku
Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta.
Sugeng.
2008.
Faktor- faktor
Yang
Mempengaruhi Keaktifan Kader Dalam
Deteksi risiko Kehamilan (Online),
(http:/ / one.indoskripsi.com.
Diakses
pada tanggal 6 Desember 20.
Robbin SP. 2002. Organizational Behaviour:
Concept, Controvercies, Aplications.
Edisi Ke-8. New York : Prentice Hall Inc
Siswanto.
2002.
Faktor- Faktor
Yang
Mempengaruhi Peran Serta Kader
Dalam Deteksi Dini Risiko Kehamilan .
http:/ / kader-peranserta-deteksi-ristibumil .co.id./ 2002/ 01/ html. Diakses
pada tanggal 7 Desember 2011.

8

Syafrudin & Hamidah. 2009.
Komunitas. Jakarta: EGC

Kebidanan

Winardi J. 2004. Motivasi & Pemotivasian
Dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali
Pers.

9