Agama dalam kacamata sosial dalam

MAKALAH AGAMA
Agama Dalam Kacamata Sosial

Di Susun Oleh:
Luluk C.N.

A.102.10.040

Lutfila Fifi

A.102.10.041

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA
2014/2015
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai
salahsatu tugas yang diberikan dosen guna memenuhi nilai. Makalah ini tidak dapat terwujud
tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini tentunya tidak
terlepas dari segala kekurangan maupun kelebihannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini.

Surakarta, September 2014
Hormat Kami

2

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Manusia memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah
membeda- bedakan golongan. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua
karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Agama islam sangat mentoleransi kepada agama-agam
lain.
Rumusan masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan manusia, maka
diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penyusun membuat rumusan masalah sebagai
berikut:

Bagaimanakah Pentingnya Peran, Fungsi dan Tujuan Agama
Islam Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat?
TUJUAN & MANFAAT
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas agama Islam sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan nilai.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penyusun dan pembaca tentang peran, fungsi dan tujuan agama dalam kehidupan sosial
masyarakat.

3

Bagaimanakah Pentingnya Peran, Fungsi dan Tujuan Agama
Islam Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat?

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan sosial
masyarakat, antara lain adalah :

 Karena agama merupakan sumber moral
 Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
 Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
 Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun
di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak
mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
4

“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia
menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang
mensyukurinya”.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam
godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan dari dalam
diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
 Godaan dan rayuan yang berusaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan,
yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak
Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah
atau kebaikan.
 Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang

menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan
yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia
kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.

Fungsi sosial agama secara umum
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang
bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang
bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative
factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai
faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
a. Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama
dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan
mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial
5

didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya

konsensus dalam masyarakat.
b. Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan,
mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga
dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu
kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.
Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab
yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah
sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan
ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu
dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama

Beberapa tujuan agama yaitu :
 Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
 Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga
dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.

 Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
 Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L
Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi
umumnya agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan
sampai pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan
6

kemanusiaan.Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para
politisi. Mereka yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyianyiakan sisi potensial dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai
komoditas yang sangat potensial untuk merebut kekuasaan.Yang lebih sial lagi, di antara elite
agama (terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis), banyak di antaranya yang berambisi
ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca, mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan
agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun tentunya sangat jeli dan tidak akan
menyia-nyiakan peran signifikan dari negara sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas.
Maka, kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk
kekuasaan dengan para elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.Namun, perlu
dicatat, dalam proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih lihai dibandingkan
elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah) menjadi
elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama) melalui jalur

politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi agama.Di tangan
penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang
benar disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa
mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau bahkan
dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai kafir, sesat, dan
tuduhan jahat lainnya,disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya
diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasi-organisasi Islam semacam
MUI. Ulama harus mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda yang
harus dimiliki, melainkan nilai yang melekat dalam hati.Mengapa kita sering takut
kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita internalisasi dalam hati. Agama tidak
berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni hati (kalbu). Itulah sebab,
mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala tingkah laku manusia
merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula kehidupan manusia. Hati yang
rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya agama yang diletakkan di
relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam kehidupan seharihari.Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di
kibaran bendera, bukan di relung hati.
Bagi umat Islam mengimani para nabi Allah adalah merupakan rukun iman yang asasi.
Keimanan terhadap para nabi Allah tidak dibeda-bedakan dalam inti kandungan ajaran
Islam.Dalam Alkitab dijelaskan bahwa topik pokok ajaran Yesus Kristus adalah total baru dan
revolusioner dan pada dasarnya ajarannya bukan hanya baru tapi juga unik. Selanjutnya

7

dijelaskan bahwa ajaran Nabi Isa bin Maryam bukanlah seperti filsafat, teologi, atau etika.
Disimpulkan, bahwa ajarannya berbeda sekali dari ajaran setiap orang sebelum dan sesudah
dia.Ensiklopedi Alkitab Masa Kini menyatakan bahwa ajaran Yesus dapat diklasifikasikan
dengan judul-judul sebagai berikut: etika, metafisika dan teologi, sosial, penyelamatan dan
eskatologi (ajaran teologi mengenai akhir zaman, seperti hari kiamat, kebangkitan segala
manusia dan sorga). Dan seluruh ajarannya menyatu pada dirinya sendiri. Inti ajarannya ialah
pengumuman mengenai dirinya sebagai juruselamat dunia,dan yang kelima adalah Rasul
Allah Muhammad saw. Ia adalah penerus ajaran para nabi Allah sebelumnya, nabi akhir dan
penutup para nabi dan para rasul Allah, membenarkan keberadaan para nabi terdahulu dengan
segala ajarannya, yang dideklarasikan sebagai pemegang kitab Allah, yang penganutnya
disebut sebagai ahlul kitab.
Ajarannya mempunyai ciri:
a. Ajaran Tauhid, tentang keesaan Allah, yang harus diyakini setiap pemeluknya.
b. Bersifat universal, yakni Islam untuk semua umat manusia tanpa batasan teritorial.
c. Menghapus sistem perbudakan.
d. Persamaan hak bagi umat manusia.
e. Ajaran moral, sebagai sesuatu yang sangat penting dalam pergaulan umat manusia di
dunia.

f. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dengan wujudnya berbagai syareat yang mampu
menciptakan tolong menolong antar sesama manusia.
g. Sikap adil dalam segala kehidupan, dan lain-lain kebaikan yang dapat menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia.
Agama merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk
mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa
digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari.
Namun, kalau dilihat dari secara kelompok atau masyarakat, bagaimana kita memahami
agama tersebut dalam kehidupan masyarakat?
Prof. Dr. H. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama membantu kita memahami
beberapa fungsi agama dalam masyarakat, antara lain:
1. Fungsi Edukatif (Pendidikan)

8

Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang
yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa
dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
2. Fungsi Penyelamat
Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan

yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball
dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap
agama monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama
tidak lagi berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak?
Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus
meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti terbuka bahwa
Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana itu
tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami secara sendirian.
Bisa jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan untuk menyelami
rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa dimulai
dengan terbuka dan jujur serta setara.
3. Fungsi Perdamaian
Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa
mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan
Alloh. Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.

4. Fungsi Kontrol Sosial
Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah sosial
seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan.
Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan

yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
5. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas

9

Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan
berdiri tegak menjadi pilar "Civil Society" (kehidupan masyarakat) yang memukau.
6. Fungsi Pembaharuan
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi
kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen
perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
7. Fungsi Kreatif
Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat
beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi
orang lain.
8. Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi)
Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi,
melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan
norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Alloh, itu
adalah ibadah.

KESIMPULAN
Peran dan fungsi agama bagi manusia sangatlah berpengaruh terhadap
kehidupannya,karena agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhiratnya
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab
yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah
sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan
10

ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu
dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama.

Sumber:
1.

http://iissadiyah1.blogspot.com/2012/10/makalah-agamaperan-dan-fungsi-agama.html di akses pada tanggal 12

2.

September 2014
Prof. Dr. H. Jalaluddin. 2007. PsikologiAgama. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

11