Biografi Abu Bakar As Sidiq. Strategi da (1)

Biografi Abu Bakar As-Sidiq.
Abu Bakar As-Sidiq adalah orang yang paling awal memeluk agama Islam
(assabiqunal awwalun), sahabat Rasullullah Saw., dan juga khalifah pertama yang
dibaiat (ditunjuk) oleh umat Islam. Beliau lahir bersamaan dengan tahun kelahiran
Nabi Muhammad Saw. pada 572 Masehi di Mekah, berasal dari keturunan Bani Taim,
suku Quraisy. Nama aslinya adalah Abdullah ibni Abi Quhaafah. Berdasarkan
beberapa sejarawan Islam, ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan
tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa
menafsirkan mimpi. Berdasarkan keadaan saat itu dimana kepercayaan yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW lebih banyak menarik minat anak-anak muda,
orang miskin, kaum marjinal dan para budak, sulit diterima bahwa Abu Bakar justru
termasuk dalam mereka yang memeluk Islam dalam periode awal dan juga berhasil
mengajak penduduk mekkah dan kaum Quraish lainnya mengikutinya (memeluk
Islam).
Abu Bakar berarti ‘ayah si gadis’, yaitu ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW.
Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah (artinya ‘hamba Ka’bah’), yang
kemudian diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah (artinya ‘hamba Allah’). Sumber
lain menyebutkan namanya adalah Abdullah bin Abu Quhafah (Abu Quhafah adalah
kunya atau nama panggilan ayahnya). Gelar As-Sidiq (yang dipercaya) diberikan
Nabi Muhammad SAW sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ashShiddiq. Sebagaimana orang-orang yang pertama masuk Islam, cobaan yang
diderita Abu Bakar As-Sidiq cukup banyak. Namun ia senantiasa tetap setia

menemani Nabi dan bersama beliau menjadi satu-satunya teman hijrah ke Madinah
pada 622 Masehi.
Menjelang wafatnya Rasullullah, Abu Bakar ditunjuk sebagai imam shalat
menggantikannya. Hal ini diindikasikan bahwa Abu Bakar kelak akan menggantikan
posisi Nabi memimpin umat. Setelah wafatnya Rasullullah,

Strategi dakwah abu bakr ash-shiddiq
1 Abu Bakar Menjadi Khalifah, Pemberantasan kaum Riddah, Nabi Palsu, Pembangkang
Zakat
A. Abu Bakar Menjadi Khalfah
Abu bakar memerintah selama dua setengah tahun, tepatnya dua tahun tiga bulan dua
puluh hari. Dipandang dari hitungan waktu memang masa pemerintahan beliau sangatlah
singkat, tetapi apa yang dicapai Abu bakar jauh melampaui masa yang tersedia. Semasa
Rasulullah hidup, Rasulullah sering kali menunjuk Abu bakar untuk mendampingi beliau disaatsaat penting atau jika berhalangan, Rasul mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani
tugas-tugas keagamaan atau mengurusi persoalan-persoalan aktual madinah. Dan setelah
Rasululah wafat Abu bakar di angkat sebagai khalifah untuk memimpin umat.
Pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah pengangkatannya, menegaskan totalitas
kepribadian dan komitmen Abu bakar terhadap nilai-nilai islam dan strategi meraih keberhasilan

tertinggi bagi umat sepeninggalan nabi. Inilah sebagian kutipan khutbah Abu bakar yang terkenal

itu.
“Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku
bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan
baik, bantulaj (ikutlah) aku. Tetapi jikalu aku berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu
anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan
orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya
kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan rasulnya,
namun bila mana aku tiada taat kepada allah dan rasulnya, kmu tidaklah perlu mentaatiku”[2].
Di saat amanah pemerintahan baru saja diembankan kepada Abu bakar, tiba- tiba madinah
di kejutkan oleh gerakan yang mengerogoti sistem islam yang meluas hampir keseluruh
semenanjung arabiah.
B. Murtad Dari Agama
Mereka adalah orng-orng yang lemah imannya dan masuk islam hanya formalitas.
mereka melepaskan kesetiaan dengan menolak memberi bai’at kepada khalifah yang baru dan
bahkan menentang agama islam, karna mereka menganggap bahwa perjanjian-perjanjian yang
dibuat bersama Muhammad dengan sendirinya batal disebabkan kematian Nabi islam itu.
Sesungguhnya tidaklah mengherankan dengan banyaknya suku arab yang melepaskan
diri dari ikatan agama islam. mereka adalah orang-orang yang baru masuk islam. belum cukup
waktu bagi nabi dan para sahabatnya untuk mengajari mereka prinsip-prinsip keimanan dan
ajaran islam. memang, suku-suku arabia dari padang pasir yang jauh itu telah datang kepada

nabi dan mendapat kesan dalam tentang islam, mereka hanyalah setitik air di samudra. Di dalam
waktu beberapa bulan tidaklah mungkin bagi nabi dapat mengatur pendidikan dan atau latihan
yang efektif untuk masyarakat yang terpencar di wilayah-wilayah yang amat luas dengan sarana
komunikasi yang sangat minim waktu itu.
Gerakan melepas kesetiaan tersebut dinamakan “Riddah”. Riddah berarti murtad, beralih
agama dari islam ke kepercayaan semula, secara politis merupakan pembangkangan (distortion)
terhadap lembaga khalifah[3]. Sikap mereka adalah perbuatan makar yang melawan agama dan
pemerintahan sekaligus.
Oleh karna itu, khalifah dengan tegas melancarkan operasi pembersihan terhadap mereka.
Ibn Hisyam pernah berkata, telah berkata kepadaku abu ubaidah dan para ulama lainnya, ketika
Rasul wafat kebanyakan dari penduduk mekkah ingin kembali murtad keluar dari islam, hingga
‘Itab bin husaid mengkhawatirkan keberadaan mereka dan bersembunyi. Berdirilah suhail bin
amru, dan memulai pidatonya dengan memuji Allah, kemudian ia menyebutkan perihal wafatnya
Rasulullah sembari berkata,”kematian Rasulullah SAW tidak menambah islam kecuali semakin
kuat, maka barang siapa kami curigai keluar dari agama ini akan aku penggal kepalanya[4]!”
B. Nabi Palsu
Sebagian fenomena ini sudah muncul pada masa nabi, tetapi wafatnya Nabi mereka
anggap sebagai kesempatan untuk tampil terang-terangan. Cukup banyak orang yang bergabung
dengan mereka. diantara isu yang mereka bawa adalah penolakan kekuasaan ditangan quraisy
dan isu fanatik kesukuan. Adapun orang yang mengaku sebagi nabi seperti, Musailamah

al_kazzab dari bani hanif, Al-aswad al-‘insi dari yaman, Thalhah bin khuwailid dari bani asad,
dan Sajjah dari bani tamim[5].
Sebagian besar orang-orang di Yamamah bergabung bersama musailamah al-kazzab, dan
bani asad maupun thayyi bergabung dengan thulaihah al-asadiah. Suasana semakin kacau balau,
sementara asshidik tetap memberangkatkan pasukan usamah yang mebuat bala tentara di

Madinah semakin berkurang. Akhirnya keadaan ini membuat bnyak dari suku arab bersiap-siap
untuk menghabisi dan merebut kota Madinah, namun abu bakar cepat tanggap dengan
mendirikan pos-pos keamanan disekitar kota dan menunjuk pera pemimpin pos-pos tersebut,
diantaranya Ali bin Abi thalib, Azzubair bin Al-awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi
waqqosh, Abdurrahan bin Auf, dan Abdullah bin Masud.
C. Pembangkang zakat
Adapun orang-orang yang enggan membayar zakat, di antaranya karena mereka mengira
bahwa zakat adalah serupa pajak yang dipaksakan dan penyerahannya ke perbendaharaan pusat
di Madinah sama artinya dengan penurunan kekuasaan’; suatubsikap yang tidak disukai oleh
suku-suku arab karena bertentangan dengan karakter mereka yang independen. Alasan lainnya
adalah karena kesalahan memahami ayat Al-quran yang menerangkan mekanisme pemungutan
zakat (surat at-taubat:301)[6].
Mereka berkata,”kami tidak akan bayar zakat kami kecuali kepada orang yang do’anya
dapat menentamkan hati kami, bahkan diantara mereka ada yang membuat sya’ir:

kami akan selalu patuh ketika Rasulullah ada di antara kami
alangkah aneh, kenapa kami harus patuh kepada abu bakar[7].
Abu bakar mempelajari fenomena itu dengan saksama dan sampai pada kesimpulan
bahwa tiga gerakan tersebut bermaksud untuk menghancurkan islam dari akarnya. Akhirnya Abu
bakar memutuskan untuk menghadapi semua gerakan itu dengan tindakan tegas.
Meskipin sikap tegas Abu bakar terutama dalam menghadapi pembangkang zakat tidak
disetujui oleh sebagian kalang yang berpendapat bahwa apa yang mereka lakukan adalah hasil
ta’wil mereka terhadap Al-quran. Para perawih hadits selain Ibnu majah meriwayatkan dalam
kitab-kitab mereka dari Abu hurairah bahwa Umar bin al-khattab berkata Abu bakar,”mengapa
anda akan menumpas mereka? sementara Rasuslullah SAW telah bersabada,” aku di perintahkan
memerang manusia hingga mereka mengucapkan asyhadi alla ilaha illallah wa anna
muhammad rasululluah, jika mereka menyatakannya maka harta dan darah mereka terjaga
dariku untuk ditumpahkan dan dirampas kecuali dengan haknya? maka Abu bakar menjawab,”
demi allah andi saja mereka enggan untuk menyerahkan anak unta yang sebelumnya mereka
serahkan kepada Rasulullah, pastilah akan ku perangi mereka semua karenanya. Sesungguhnya
zakat itu adalah hak harta. Dan demi Allah aku pasti akan memerangi orang yang membedakan
antara shalat dan zakat.
Akhirnya sahabat lain menerima sikap Abu bakar tersebut, dan membela kebijakan
beliau. Tindakan tegas ini mendatangkan kebaikan yang sangat besar buat kaum muslimin.
Abu bakar menyiapkan pasukan besar untuk memerangi para murtaddin, dan abu bakar

juga mengirim surat kepada pembangkang zakat mengajak mereka untuk kembali kepada islam
yang benar dan menjelaskan kepada mereka kesalah pahaman mereka. Barang siapa yang
menyadari kesalahannya, maka mereka akan dimaafkan, dan barang siapa yang ngotot dengan
pendapatnya, maka akan ada pasukan yang akan membersihkan mereka.
Di antara hasil dari operasi yang dilancarkan Abu bakar sebagai berikut:
a) Musailamah al-kazzab terbunuh di tangan Wasyi si pembunuh Hamzah, pengikutnya dan orangorang yang terpengaruh dengan ajarnya mereka melarikan diri.
b) Thalhah bin khuwailid melarikan diri ke Syam dan tidak mampu menghadapi pasukan Khalid
bin walid. Kemudian dia masuk islam kembali dan menjadi muslim yang baik.

c)

Sedangkan Sajjah at-tamimiyah, setelah bermaksud berangkat ke Yamamah untuk bergabung
dengan Musailamah, akhirnya mengurungkan niatnya dan pulang ke negrinya karna mendengar
pasukan Khalid sudah mulai dekat.
d) Sedangkan pasukan lainnya melakukan operasi di seluruh jazirah arabia, memberikan pengajaran
kepada pembangkang dan mengembalikan kepada islam orang yang murtad[8].

2 Perluasan Wilayah Pada Masa Abu Bakar
a. Bahrain Dan Qatar
Orang Arab mengenal Bahrain sebagai kawasan yang memanjang dari pantai teluk Arabia

di antara Basyrah dan Oman. Sekarang kawasan Bahrain meliputi negara Kuait, Ihsa, Qatardan
Bahrain. Islam masuk dikawasan ini pada zaman Nabi dengan cara damai, hasil dakwah nabi
SAW. Melalui suratnya kepada raja Mundzir bin saw’i, penguasa Bahrain saat itu,surat nabi
tersebut dibawa oleh al-‘ala’ bin hadhrami. isinya sebagai beriku:
Dari Muhammad rasulullah kepada Al-mundzir bin sawi’, salam atas orang yang
mengikuti hidayah. amma baa’d: Sesungguhnya aku mengajak kamu untuk masuk islam.mari
masuk islam niscaya kamu akan mendapatkan keselamatan, dan Allah akan memmberikan
buatmu pahala masuk islamnya orang-orang yang ada dibawah kekuasaanmu. Dan ketahuilah
bahwa agama yang aku bawa akan sampai ke sesmua orang.”
Mundzir bin sawi’ lansung masuk islam setelah menerima surat Rasullah SAW. Yang di
ikuti juga oleh sebagian rakyatnya. Bagi yang belum masuk islam, di minta kepada mereka untuk
membayar jizyah.
Rasulullah SAW,juga menulis surat kepada penduduk isha’, dan yamamah, mengajak
seluruh penduduk untuk masuk islam. Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa mayoritas
penduduk Arab disana masuk islam. Datang pula dua utusan ke kawasan ini menyatakan
kedudukannya kepada Rasulullah SAW, pertama utusan Al-a’sad di bawah pimpinan Amr bin
qois, dan yang kedua utusan Abdul qois di bawah pimpinan jarud al-a’bdi.
Pada masa Abu bakar pitnah riddah juga sampai ke negri Bahrain. Abu bakar mengirim
Al-ala’ bin hadhrami yang memiliki ikatan historis dengan negri ini untuk memadamkan fitnah
riddah (gerakan murtad massal) di bantu oleh pemimpin Abdul qois, Jarud al-a’bdi.

alhamdulillah negri ini kembali ke penguasaan islam.
b. Kuait
Abu bakar mengutus Kahlid bin walid untuk bergerak ke Iraq dan dimulai dari kawasan
Iraq yang paling atas, yaitu Ablah yang terletak di teluk persia. Beliau berpesan agar bebuat baik
dengan penduduk dan mengajak mereka untuk msuk islam.
Pasukan bergerak menuju kawasan utara ke arah selatan negri Persia dibawah pimpinan
Khalid bin walid dan Mudsanna bin haritsah yang telah berangkat sebelum Khalid. Abu bakar
mengirim surat kepadanya agar taat kepada Khalid. Panglima perang yang bergabung dalam
pasukan tersebut adalah Iyad bin ghanam, Madz’ur bin ‘adi al-‘ijli dan ‘Adi bin hatim
Penguasa wilayah selatan Iraq yang tunduk dibawah imperium Persia adalah Hurmus.
Khalid bin walid menulis surat kepadnya: amma ba’ad:” mari masuk islam niscaya kamu akan
selamat, atau jika tidak yakinlah bahwa kamu dan kaummu menjadi ahlu zimmah dan
berkewajiban membayar jizyah. jika kamu menolak ke duanya, maka jangan salahkan kecuali
dirimu. Aku telah membawa sebuah pasukan yang kecintaanya dengan mati sama dengan

semangatnya untuk hidup. Hurmus tidak mengindahkan surat Khalid bahkan bersiap-siap untuk
memerangi kaum muslimin.
pertempuran dzat as salasil terjadi di daerah yang sekarang yang dinamakan Kuait dan
berakhir dengan kemenangan dipihak kaum muslimin dan terbunuhnya Hurnus. Akhirnya islam
memasuki negeri Kuait dan darinya islam menyebar ke Iraq dan Iran.

c. Iraq
Selesai menahlukkan yamamah, Abu bakar ash-shiddiq memerintahkan Khalid bin Walid
berjalan menuju iraq dan memulai penaklukan selat hindia (Faraj al-Hindi) yaitu yang populer
dengan nama Al-ubullah, kemudian barulah menyisir irak dari bawah.
Abu bakar menginstruksikan kepada Khalid untuk menarik hati masyarakat dan
mendakwahi mereka kepada islam. Jika mereka tidak menerima maka ambillah dari mereka
jizyah. Dan jika mereka menolak jizyah maka perangilah mereka. Abu bakar berpesan kepada
Khalid agar tidak memaksa seorangpun untuk ikut bersamanya. Dan jangan sampai Khalid
meminta bantuan kepada kaum murtad.
Al-waqidi berkata, ahli sejarah berselisih pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Khalid
lansung berangkat dari Yamamah menuju Iraq. Dan ada yang berpendapat bahwa Khalid kembali
terlebih dahulu ke Madinah baru berangkat menuju Iraq melalui jalan Kufah hingga sampai di
Herat.[9]
d. Syam
Sebelum wafat, Rasulullah mempersiapkan sebuah pasukan yang dipimpin oleh Ussamah
bin zaid ke Mu’tah dan lokasi terbunuh bapaknya. Nabi berkata kepadanya:”Bergeraklah kamu
dimana bapakmu terbunuh, tancapkan kaki kuda ke daerah mereka, dan aku mengamanahkan
kepadamu untuk memimpin pasukan ini.”
Tetapi pasukan yang telah dipersiapkan nabi ini tidak jadi berangkat karena nabi sakit
yang mengantarkan beliau menghembuskan nafas terakhir. Ketika Abu bakar menjadi khalifah,

beliau meneruskan rencana Rasulullah tersebut. Pasukan bergerak ke arah syam dan pulang ke
Madinah setelah kurang lebuh sebulan melakukan manuver-manuver diwilayah Syam.
Barang kali yang membuat nabi betul-betul bersikeras untuk mengutus Ussamah adalah
isyarat dari beliau untuk mengarahkan kaum muslimin agar menyebarkan dakwah keluar jazirah
arabiah. Abu bakar mengerti betul dengan isyarat dari Rasulullah tersebut, sehingga beliau
bergerak cepat mengirim Amr bin ash, Yazid bin abi sufyan, Abu ubaidah bin jarrah dan
Syurahbil bin hasanah beseeta pasukan untuk menuju ke berbagai penjuru negri Syam, seperti
Palestina, Surya, Yordania, dan Libanon. Pada serangan pertama kaum muslimin tidak mampu
menghadapi pasukan romawi yang memilki perlengkapan dan pasukan yang amat besar. Abu
bakar yang selalu mengikuti perkembangan pertempuran memutuskan untuk memanggil Khalid
bin walid yang saat itu masih berada di wilayah Iraq untuk membantu pasukan yang sudah
berada di Syam.
2.3 Gerakan Pengumpulan Al-quran
Selama peperangan riddah, banyak qari (penghafal al-quran) yang tewas. karena orang-orang ini
merupakan penghafal bagian-bagian al-quran, Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian
itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-quran akn musnah. Karena itu menasehati Abu
bakar untuk membuat suatu kumpulan Al-quran. mulanya khalfah agak ragu untuk melakukan
tugas ini karena tidak menerima otoritas dari nabi, tetapi kemudian ia memberikan persetujuan
dan menugaskan Zaid bin sabit. Dan ini di riwayatkan juga oleh imam Bukhari dalam sahihnya.
[10]


MAKALAH SULHU DAN WAKALAH

KELOMPOK 6
ABDULLAH AL FARUQ
ELMA SYA’BANI
SUCI RAMADHANI

MADRASAH ALIYAH NEGRI 2 MODEL PALU
X MIA IV

Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., karena atas karunianya tugas
makalah mata kuliah Fiqih Siyasah dan Muamalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini berisi
tentang “ASH-SHULHU (PERDAMAIAN)”.
Di antara masalah-masalah yang banyak melibatkan anggota masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari adalah masalah muamalah (akad, transaksi) dalam berbagai bidang. Karena masalah
muamalah ini langsung melibatkan manusia dalam masyarakat, maka pedoman dan tatanannya
pun perlu dipelajari dan diketahui dengan baik, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan
pelanggaran yang merusak kehidupan ekonomi dan hubungan sesama manusia.
Kesadaran bermuamalah hendaknya tertanam lebih dahulu dalam diri masing-masing, sebelum
orang terjun ke dalam kegiatan muamalah itu. Pemahaman agama, pengendalian diri,
pengalaman, akhlaqul-karimah dan pengetahuan tentang seluk-beluk muamalah hendaknya
dikuasai sehingga menyatu dalam diri pelaku (pelaksana) muamalah
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami
berharap bapak guru dapat memberikan saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini.
Dengan ini juga kami berharap yang sebesar-besarnya agar makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amiin…

Selasa, 10 januari 2017

Daftar Isi
Kata Pengantar ……………………………………………………………………i
Daftar Isi ………………………………………………………………………… ii
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang ……………………………………………………………1
B. Tujuan …………………………………………………………………….2
BAB II. Pembahasan
A. WAKALAH
1. Pengertian wakalah………………………………………………3
2. Dasar hukum wakalah……………………………………………3
3. Syarat dan rukun wakalah ……………………………………….5
B. SHULHU
1. Pengertian dan hukum shulhu……………………………………6
2. Rukun dan syarat shulhu…………………………………………8
3. Macam-macam shulhu…………………………………………...10
4. Hikmah shulhu…………………………………………………...11
BAB III. Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………………13
B. Saran………………………………………………………………..…13
Daftar Pustaka……………………………………………………………14

BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Krisis global yang menghantam perekonomian nasional, ternyata tidak membuat lembaga
keuangan syariah menurun yang justru semakin diminati masyarakat. Data dari Bank Indonesia
menyebutkan, rata-rata pertumbuhan penyerapan pegawai bank syariah per tahun 22,8 persen.
Jumlah kantor bank syariah pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1430 dengan 16.516
pegawai. Kesempatan bagi sumber daya manusia (SDM) yang mengerti mengenai sistem
keuangan syariah sangat terbuka lebar. Begitu pesatnya permintaan masyarakat terhadap layanan
syariah sudah sepatutnya kita sebagai generasi sumber daya manusia harus siap menghadapi
persoalan-persoalan yang akan kita hadapi dalam problematika syariah di masyarakat, terutama
dalam bidang muamalah.
Di antara masalah-masalah yang banyak melibatkan anggota masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari adalah masalah muamalah. Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan
manusia dalam masyarakat, maka pedoman dan tatanannya pun perlu dipelajari dan diketahui
dengan baik, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan pelanggaran yang merusak kehidupan
ekonomi dan hubungan sesama manusia.
Latar belakang dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang ada dalam fiqih
muamalah, mengenai Ash-shulhu (perdamaian). Karena di dalam perdamaian ini banyak hal
yang dapat kita gali untuk menjadi tambahan ilmu serta wawasan, entah itu dari rukun, syarat,
macam-macam, dan hikmah Shulhu itu sendiri.
Selain itu, kita sebagai umat islam patut mengetahui bahwa di dalam islam, perdamaian
diperbolehkan, asalkan tidak merubah hukum (yang haram menjadi halal atau sebaliknya).
B. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang Ash-shulhu
(perdamaian) dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua serta untuk memenuhi nilai tugas Fiqih
Siyasah dan Muamalah

BAB II. PEMBAHASAN
A. WAKALAH
1. Pengertian wakalah
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Dalam bahasa
Arab, hal ini dapat dipahami sebagai at-tafwidh. Contoh kalimat “aku serahkan urusanku kepada
Allah” mewakili pengertian istilah tersebut. Namun dalam hal ini yang dimaksud al-wakalah
adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.
2. Dasar hukum wakalah
Islam mensyari’atkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya. Tidak setiap orang
mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusan sendiri. Pada suatu
kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk mewakili
dirinya.
a. Al-Qur’an
Salah satu dasar dibolehkannya al-wakalah adalah sebagaimana dalam firman Allah SWT
berikut:
‫قا ل اجعلنى على خزا ئن الء رض انى حفيظ عليم‬
“Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai
menjaga lagi berpengalaman.” (Yusuf: 55)
Dalam hal ini, nabi Yusuf siap untuk menjadi wakil dan pengemban amanah menjaga Federal
Reserve negeri Mesir.
Dalam surat al-Kahfi juga menjadi dasar al-wakalah yang artinya berikut:
“Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling bertanya di antara mereka sendiri.
Berkata salah seorang diantara mereka agar saling bertanya, ‘Sudah berapa lamakah kamu
berdiri di sini?’ Mereka menjawab, ‘Kita sudah berada di sini satu atau setengah hari.’ Berkata
yang lain, ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada di sini. Maka, suruhlah
salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah ia
lihat manakah makanan yang lebih baik dan hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan
hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada

seorang pun.” (al-Kahfi: 19).
Ayat di atas menggambarkan perginya salah seorang ash-habul kahfi yang bertindak untuk dan
atas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan.
b. Al-Hadits
‫ان رسول الله صلى الله عليه وسلم بعث اب رافع ورجل من ال نصار فزو جاه ميمو نة بنت الحارث‬
“Bahwasanya Rasulullah saw. mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshar untuk
mewakilinya mengawini Maimunah binti Harits.”
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai
urusan. Diantaranya membayar utang, mewakilkan penetapan had dan membayarnya,
mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lain-lain.
c. Ijma
Para ulama sepakat dengan ijma dibolehkannya wakalah, bahkan mereka cenderung
mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolongmenolong atas kebaikan dan taqwa.
Dalam perkembangan fiqih Islam, status wakalah sempat diperdebatkan: apakah wakalah masuk
dalam kategori niabah, yaitu sebatas mewakili atau kategori wilayah atau wali. Hingga kini, dua
pendapat itu masih terus berkembang. Pendapat pertama menyatakan bahwa wakalah adalah
niabah atau mewakili. Menurut pendapat ini wakil tidak dapat menggantikan seluruh fungsi
muwakkil.
Pendapat kedua menyatakan bahwa wakalah adalah wilayah karena khilafah (menggantikan)
dibolehkan untuk mengarah kepada yang lebih baik sebagaimana dalam jual bel, melakukan
pembayaran secara tunai lebih baik walaupun diperkenankan secara kredit.
Dalam kehidupan perbankan, aktivitas wakalah adalah nasabah ataupun investor (muwakil)
berhubungan timbal balik dengan bank (wakil) yang terikat dengan kontrak dan fee, sedangkan
muwakil dimanfaatkan untuk taukil (agency, administration, payment, co arranger, dan
sebaginya).
3. Syarat dan rukun wakalah
a. Rukunwakalah
Rukun wakalah terdiri atas ijab dari muwakil (pihak yang mewakilkan), dan qabul dari wakil.
Ijab harus di ucapkan secara jelas oleh muwakil, sedangkan qabul tidak harus di ungkapkan,
namun bisa di wujudkan dalam tindakan. Jika wakil mengetahui jenis pekerjaan yang
diwakilkan, kemudian ia secara langsung melakanakannya, maka hal ini dianggap sebuah qabul,
cukup mengetahui adanya wakalah dan diwujudkan dalam tindakan.
b. Syarat wakalah
• seorang muwakil, diisyaratkan harus memiliki otoritas penuh atas suatu pekerjaan yang akan
didelegasikan kepada orang lain. Dengan alasan orang yang tidak memiliki otoritas tersebut
kepada orang lain.
• Seorang wakil, disyaratkan haruslahorang yang berakal dan tamyiz.
• Obyek yang diwakilkan harus diketahui oleh wakil, wakil mengetahui secara jelas apa yang

harus dikerjakan dengan spesifikasi yang diinginkan. Obyek tetrsebut memang bisa diwakilkan
kepada orang lain.

B. SHULHU
4. Pengertian dan hukum shulhu
a. Pengertian Shulhu
Ash-Shulh berasal dari bahasa Arab yang berarti perdamaian, penghentian perselisihan,
penghentian peperangan. Dalam kazanah keilmuan, ash-shulhu dikategorikan sebagai salah satu
akad berupa perjanjian diantara dua orang yang berselisih atau berperkara untuk menyelesaikan
perselisihan diantara keduanya. Dalam terminologi ilmu fiqih ash-shulhu memiliki pengertian
perjanjian untuk menghilangkan polemik antar sesama lawan sebagai sarana mencapai
kesepakatan antara orang-orang yang berselisih.
Misalnya seseorang menuduh orang lain mengambil suatu hak yang diklaimnya sebagai
miliknya, lalu tertuduh mengakui karena ketidaktahuannya terhadap penuduh, kemudian tertuduh
mengajak penuduh berdamai dengan tujuan menjauhi atau menghindari suatu permusuhan dan
sumpah yang diwajibkan atas tertuduh yang menyangkal tuduhan.
Di dalam Ash-shulhu ini ada beberapa istilah yaitu: Masing-masing pihak yang mengadakan
perdamaian dalam syariat Islam distilahkan musalih, sedangkan persoalan yang diperselisihkan
di sebut musalih’anhu, dan perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap pihak yang
lain untuk mengaklhjiri pertingkaian/pertengkaran dinamakan dengan musalih’alaihi atau di
sebut juga badalush shulh
b. Hukum Shulhu
Perdamaian dalam syariat Islam sangat dianjurkan. Sebab, dengan perdamaian akan terhindarlah
kehancuran silaturahmi (hubungan kasih sayang) sekaligus permusuhan di antara pihak-pihak
yang bersengketa akan dapat diakhiri.
Adapun dasar hukum anjuran diadakan perdamaian dapat dilihat dalam al-qur’an, sunah rasul
dan ijma.
Al-qur’an menegaskan dalam surat al-hujarat ayat 9 yang artinya “jika dua golongan orang
beriman bertengkar damaikanlah mereka. Tapi jika salah satu dari kedua golongan berlaku
aniaya terhadap yang lain maka perangilah orang yang aniaya sampai kembali kepada perintah
Allah tapi jika ia telah kembali damaiakanlah keduanya dengan adil, dan bertindaklah benar.
Sungguh Allah cinta akan orang yang bertindak adil (QS. Al-Hujurat : 9)”.
Mengenai hukum shulhu diungkapkan juga dalam berbagai hadits nabi, salah satunya yang
diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Imam Tirmizi yang artinya “perdamaian dibolehkan
dikalangan kaum muslimin, kecuali perdamaian menghalalkan yang haram atau mengharamkan

yang haram. Dan orang-orang islam (yang mengadakan perdamaian itu) bergantung pada syaratsyarat mereka (yang telah disepakati), selain syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram (HR. Ibnu Hibban dan Turmuzi)”.
Pesan terpenting yang dapat dicermati dari hadits di atas bahwa perdamaian merupakan sesuatu
yang diizinkan selama tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang bertentangan dengan ajaran dasar
keislaman. Untuk pencapaian dan perwujudan perdamaian, sama sekali tidak dibenarkan
mengubah ketentuan hukum yang sudah tegas di dalam islam. Orang-orang islam yang terlibat di
dalam perdamaian mesti mencermati agar kesepakatan perdamaian tidak berisikan hal-hal yang
mengarah kepada pemutarbalikan hukum; yang halal menjadi haram atau sebaliknya.
Dasar hukum lain yang mengemukakan di adakannya perdamaian di antara para pihak-pihak
yang bersengketa di dasarkan pada ijma.
5. Rukun dan syarat shulhu
a. Rukun Shulhu
Adapun yang menjadi rukun perdamaian adalah:
1) Mushalih, yaitu masing-masing pihak yang melakukan akad perdamaian untuk
menghilangkan permusuhan atau sengketa.
2) Mushalih’anhu, yaitu persoalan-persoalan yang diperselisihkan atau disengketakan.
3) Mushalih ’alaih, ialah hal-hal yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap lawannya untuk
memutuskan perselisihan. Hal ini disebut juga dengan istilah badal al-shulh.
4) Shigat ijab dan Kabul di antara dua pihak yang melakukan akad perdamaian.
Ijab kabul dapat dilakukan dengan lafadz atau dengan apa saja yang menunjukan adanya ijab
Kabul yang menimbulkan perdamaian, seperti perkataan: “Aku berdamai denganmu, kubayar
utangku padamu yang lima puluh dengan seratus” dan pihak lain menjawab “ Telah aku terima”.
Dengan adanya perdamaian (al-shulh), penggugat berpegang kepada sesuatu yang disebut badal
al-shulh dan tergugat tidak berhak meminta kembali dan menggugurkan gugatan, suaranya tidak
didengar lagi.
Apabila rukun itu telah terpenuhi maka perdamaian di antara pihak-pihak yang bersengketa telah
berlangsung. Dengan sendirinya dari perjanjian perdamaian itu lahirlah suatu ikatan hukum,
yang masing-masing pihak untuk memenuhi / menunaikan pasal-pasal perjanjian perdamaian.
b. Syarat Shulhu
Adapun yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian perdamaian dapat diklasifikasikan kepada:
1) Menyangkut subyek, yaitu musalih (pihak-pihak yang mengadakan perjanjian perdamaian)
Tentang subyek atau orang yang melakukan perdamaian haruslah orang yang cakap bertindak
menurut hukum. Selain cakap bertindak menurut hukum, juga harus orang yang mempunyai
kekuasaan atau mempunyai wewenang untuk melepaskan haknya atas hal-hal yang dimaksudkan
dalam perdamaian tersebut.
Adapun orang yang cakap bertindak menurut hukum dan mempunyai kekuasaan atau wewenang
itu seperti :
a. Wali, atas harta benda orang yang berada di bawah perwaliannya.
b. Pengampu, atas harta benda orang yang berada di bawah pengampuannya
c. Nazir (pengawas) wakaf, atas hak milik wakaf yang berada di bawah pengawasannya.
2) Menyangkut obyek perdamaian
Tentang objek perdamaian haruslah memenuihi ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk harta (dapat berupa benda berwujud seperti tanah dan dapat juga benda tidak berwujud
seperti hak intelektual) yang dapat dinilai atau dihargai, dapat diserah terimakan, dan bermanfaat.
b. Dapat diketahui secara jelas sehingga tidak melahirkan kesamaran dan ketidak jelasan, yang

pada akhirnya dapat pula melahirkan pertikaian yang baru pada objek yang sama.
3) Persoalan yang boleh di damaikan
Adapun persoalan atau pertikaian yang boleh atau dapat di damaikan adalah hanyalah sebatas
menyangkut hal-hal berikut :
a. Pertikaian itu berbentuk harta yang dapat di nilai
b. Pertikaian menyangkut hal manusia yang dapat diganti
Dengan kata lain, perjanjian perdamaian hanya sebatas persoalan-persoalan muamalah (hukum
privat). Sedangkan persoalan-persoalan yang menyangkut hak ALLAH tidak dapat di lakukan
perdamaian.
3. Macam-macam Shulhu
Secara garis besar ash-shulhu terbagi atas empat macam, yaitu:
a) Perdamaian antara kaum muslimin dengan masyarakat nonmuslim, yaitu membuat perjanjian
untuk meletakkan senjata dalam masa tertentu (dewasa ini dikenal dengan istilah gencatan
senjata), secara bebas atau dengan jalan mengganti kerugian yang diatur dalam undang-undang
yang disepakati dua belah pihak.
b) Perdamaian antara penguasa (imam) dengan pemberontak, yakni membuat perjanjianperjanjian atau peraturan-peraturan mengenai keamanan dalam Negara yang harus ditaati,
lengkapnya dapat dilihat dalam pembahasan khusus tentang bughat.
c) Perdamaian antara suami dan istri dalam sebuah keluarga, yaitu membuat perjanjian dan
aturan-aturan pembagian nafkah, masalah durhaka, serta dalam masalah menyerahkan haknya
kepada suaminya manakala terjadi perselisihan.
d) Perdamaian antara para pihak yang melakukan transaksi (perdamaian dalam mu’amalat), yaitu
membentuk perdamaian dalam mesalah yang ada kaitannya dengan perselisihan-perselisihan
yang terjadi dalam masalah ma’amalat.
4. Hikmah Shulhu
Dalam menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi antara ummat manusia, Islam telah
memberikan beberapa konsep dasar untuk membantu menyelesaikan sengketa yang terjadi.
Penyelesaian masalah ini dapat melalui shulhu (perdamaian).
Imam Ash-Shan’ani menerangkan hadits di atas dengan berkata :
‫ نوال صحصل يحح بني ينن ال ص نزيونجي يةن نوال صحصل يحح بني ينن ال يةفئنةة ال ينباةغي نةة نوال ينعاةدل نةة نوال صحصل يحح بني ينن‬،‫كاةفةر‬
‫ حصل يحح ال يحميسلةةم نمنع ال ي ن‬،‫نقيد نق صنسنم ال يحعل ننماحء ال صحصل ينح أ نيقنسامما‬
‫ن‬
‫ححقوةق نونهنذا ال يةقيسحم حهنو‬
‫عنلى نمالل نوال صحصل يحح لةنقيطةع ال ي ح‬
‫ت ةفي ال يأيمنلاةك نوال ي ح‬
‫خحصونمةة إنذا نونقنع ي‬
‫ال يحمتننقاةضي ني يةن نوال صحصل يحح ةفي ال يةجنراةح نكال ينعيفةو ن‬
‫ب ال صحصل يةح‬
‫ال يحمنراحد حهننا نوحهنو ال ص نةذي ي نيذك ححرحه ال يحفنقنهاحء ةفي نبا ة‬
“Para ulama telah membagi ash-shulhu (perdamaian) menjadi beberapa macam; perdamaian
antara muslim dan kafir, perdamaian antara suami isteri, perdamaian antara kelompok yang
bughat dan kelompok yang adil, perdamaian antara dua orang yang bertahkim kepada qadhi
(hakim), perdamaian dalam masalah tindak pelukaan seperti pemberian maaf untuk sanksi harta
yang mestinya diberikan, dan perdamaian untuk memberikan sejumlah harta kepada lawan
sengketa jika terjadi pada harta milik bersama (amlaak) dan hak-hak. Pembagian inilah yang
dimaksud di sini, yakni pembagian yang disebut oleh para fuqoha pada bab ash-shulhu
(perdamaian).” (Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, 4/247).
Secara ringkas hikmah ash-shulhu dapat mengakibatkan penyelesaian suatu masalah dengan
jalan yang sama-sama adil bagi kedua belah pihak dan tetap berada dijalan allah serta syariat
islam. Serta melindungi seorang muslim dari penyakit hati terutama iri dan dengki juga
menghindari seseorang dari sikap curiga terhadap lawannya dalam suatu sengketa atau masalah.

BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Dalam bahasa
Arab, hal ini dapat dipahami sebagai at-tafwidh. Contoh kalimat “aku serahkan urusanku kepada
Allah” mewakili pengertian istilah tersebut. Namun dalam hal ini yang dimaksud al-wakalah
adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.
Ash-Shulh berasal dari bahasa Arab yang berarti perdamaian, penghentian perselisihan,
penghentian peperangan. Dalam kazanah keilmuan, ash-shulhu dikategorikan sebagai salah satu
akad berupa perjanjian diantara dua orang yang berselisih atau berperkara untuk menyelesaikan
perselisihan diantara keduanya. Dalam terminologi ilmu fiqih ash-shulhu memiliki pengertian
perjanjian untuk menghilangkan polemik antar sesama lawan sebagai sarana mencapai
kesepakatan antara orang-orang yang berselisih.
B. Saran
Makalah ini di susun dengan pembahasan yang mudah, di harapkan para pelajar atau pembaca
dapat memahaminya .
Kami tahu pembahasan di makalah ini kurang begitu lengkap. Sehingga kami menyarankan
pembaca untuk mencari buku, kitab atau bahan bacaan lain yang menjelaskan tentang masalah
wakalah dan shulhu yang lebih luas . dan semoga makalah ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman al Gharyani. Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer. Surabaya: Pustaka Progresif.
2004
Ilmi, makhalul. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Press.
2002
Syafi’I Antonio, Muhammad. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.
2001
Syaikh Jabir al-Jaza’iri, Abu Bakar. 2008. Minhajul Muslim. Jakarta : Darul Haq.
Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si. 2002. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.