Studi Pustaka Perdagangan Internasional (1)

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah proses perdagangan antarnegara yang
melibatkan pembeli dan penjual dari negara yang berbeda hukum, kebiasaan, dan
karakter berdagang. Perdagangan internasional membawa beberapa dampak positif,
diantaranya sebagai berikut.1
1.
2.

Sebagai jembatan membangun hubungan antarnegara.

Mendapatkan produk/komoditas yang belum tentu ada di negeri sendiri/memiliki
kualitas yang lebih unggul dibanding produk dalam negeri.
3.

Memeperluas jaringan pasar dan keuntungan dagang yang berlipat.

Perdagangan internasional sudah menjadi sebuah kebutuhan. Potensi alam dari
masing-masing negara yang berbeda mendorong keinginan negara lain untuk

mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapat di negaranya. Faktor ekonomi juga
menjadi faktor terjadinya perdagangan internasional, yakni ketika suatu pihak
berusaha mendapatkan keuntungan lebih dari usaha yang dikelolanya. Faktor lainnya
adalah kemajuan teknologi informasi karena belum semua negara mampu
memproduksi sebuah teknologi, tetapi mereka membutuhkannya. Hal ini secara
otomatis memaksa kebutuhan untuk memenuhinya dengan jalan melakukan
perdagangan antarnegara.

2.2 Ekspor
2.2.1 Pengertian Ekspor
Didalam kegiatan perdagangan internasional, ekspor merupakan ujung
tombak negara untuk meningkatkan pendapatan negara. Karena jika suatu negara
nilai impornya jauh lebih tinggi dari nilai ekspor maka negara tersebut akan
1 Susilo Andi. 2013. Panduan Pintar Ekspor Impor. Edisi Pertama. Jakarta. TransMedia. hal. 3

5

6

mengalami defisit perdagangan/kerugian. Dengan adanya kegiatan ekspor yang

tinggi pun dapat menjadi suatu penilaian bahwa kegiatan bisnis di negara
tersebut dinamis yang berdampak berkurangnya pengangguran dan
meningkatkan keuntungan di negara tersebut.2
Ekspor merupakan salah satu jenis kegiatan perdagangan yaitu kegiatan usaha
jual beli barang jasa yang dilaksanakan secara terus menerus dengan
memperoleh keuntungan dengan melintasi daerah pabean berdasarkan ketentuan
yang berlaku. Kegiatan ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari
satu daerah pabean ke daerah pabean negara lain. Pelaku ekspor disebut
eksportir.3
Melaui kegiatan ekspor ini satu negara akan memperoleh devisa yang sangat
penting untuk membiayai pembangunan bangsa. Kegiatan ekspor memegang
peranan yang penting dalam rangka pengendalian inflasi dan mendorong
produksi dalam negeri, khususnya komoditas yang akan diekspor.4
Ketentuan Ekspor:5
1.

Eksportir memiliki surat ijin usaha perdagangan baik perorangan maupun
badan hukum.

2.


Eksportir wajib mengetahui barang yang dilarang diekspor oleh Pemerintah
atau harus seijin Pemerintah.

3.

Eksportir harus mengetahui ekspor barang ke suatu negara dilarang oleh
pemerintah.

2 Ibid, hal 21
3 Ratni Heliati dan Kosasih A. Darsono, M.M. 2013. Sekilas Mengenal Ekspor dan Impor.
Bandung:CV Thursina. hal.7
4 M.S Amir. 2008 . Handbook of Export-Import Bussiness. Jakarta : Victory Jaya Abadi. hal 14
5 Ashjar, Djauhari. 2007. Pedoman Transaksi Ekspor dan Impor. Jakarta: Prestasi Pustakarya. hal.
153

7

2.2.2 Prosedur Ekspor
Berikut adalah gambar dan penjelasan mengenai prosedur ekspor:6


Gambar 2.1
Prosedur Ekspor

Sumber: Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional

6 Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional .2013. Buku Panduan Pemanfaatan Peluang
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jakarta: Kementrian Perdagangan. hal. 11

8

Keterangan :7
1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi, yang diakhiri
dengan pembuatan sales contract.
2. Importir mengaplikasikan pembuatan Letter of Credit (L/C) pada
Bank devisanya di luar negeri / opening bank.
3. Opening Bank mengirim L/C confirmation pada bank
korenspondesinya di Indonesia, untuk meminta bank korespondensi
memberitahukan kepada eksportir.
4. Korespondensi Bank / Advising Bank memberitahukan kepada

eksportir melalui L/C advice.
5. Eksportir mempersiapkan barang dengan cara memproduksi atau
membeli barang.
6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company.
7. Eksportir mengurus formalitas ekspor, dengan mengisi PEB dan
pembayaran pajak ekspor, kemudian PEB di fiatmuatkan.
8. Pemuatan barang di atas kapal, shipping company, memberikan Bill
of Lading (B/L) pada eksportir.
8a. Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan dokumen
SKA, maka eksportir harus mengururs SKA tersebut ke Instansi
Penerbit SKA.
9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada
L/C, eksportir menegosiasikan kepada Negotiation Bank untuk
mendapat pembayaran.
10. Pengiriman dokumen yang dipersyaratkan
Negotiation Bank ke Opening Bank.

7 Ibid.

pada


L/C

dari

9

11. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir.
12. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk
ditukarkan dengan delivery cargo.

2.2.3 Jenis- jenis dokumen ekspor
Adapun jenis-jenis dokumen yang lazim digunakan dalam transaksi perdagangan
luar negeri/transaksi ekspor/impor antara lain:8
1. Bill of exchange adalah suatu surat berharga yang mengandung perintah bayar
tanpa syarat yang diterbitkan oleh seorang penarik (Drawer) dan ditujukan
kepada tertarik (Drawee) untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada
pihak tertentu atau pada saat yang ditentukan dikemudian hari.
2. Bill of lading adalah suatu jenis dokumen yang dikeluarkan oleh maskapai
pelayaran atau agennya sebagai bukti bahwa barang telah diterima dan dimuat

di atas kapal (on board) untuk kemudian dibawa ke tempat tujuan.
3. Air Way Bill adalah suatu jenis dokumen yang dikeluarkan oleh Maskapai
Penerbangan yang berfungsi sebagai bukti penerimaan barang (receipt of
goods) dan sebagai kontrak pengangkutan barang melalui kapal udara dari
negara penjual ke negara pembeli ( Contract delivery). Air way bill berbeda
dengan Bill of Lading, yang mana Air way bill tidak memiliki fungsi sebagai
document of title sehingga tidak dapat diperjualbelikan/ dipindahtangankan/
non-negotiable.
4. Invoice adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan/dikeluarkan oleh
eksportir/supplier yang mengandung perincian barang-barang yang dikirim
yang menyangkut jumlah barang, jenis/nama barang, harga barang, cara
penyerahan, dan lain sebagainya.
5. Packing List adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh supplier/
eksportir yang menerangkan mengenai jenis dan cara pengepakan barang,
apakah dikemas dalam petikemas, peti kayu, karung, dan lain sebagainya.
8 S.T Kobi, Daud. Buku Pintar Transaksi Ekspor Impor. Yogyakarta : Penerbit Andi. hal.14

10

6. Weight List adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh Supplier/

Eksportir yang menjelaskan mengenai berat/ukuran daripada barang/
kemasan.
7. Certifcate of Origin ( Surat Keterangan Asal Barang) adalah suatu jenis
dokumen yang diterbitkan/ dibuat oleh Instansi/ pihak tertentu yang
berwenang, yang menjelaskan tentang negara asal barang.
8. Certificate of Analysis adalah suatu jenis dokumen yang dikeluarkan oleh
laboratorium atau lembaga tertentu yang menerangkan mengenai uraian
kimia daripada barang yang dibeli atau dijual. Misalnya: pupuk dan barang
barang kimia lainnya.
9. Certificate of Sanitary/ Certificate of Health adalah suatu dokumen yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang mengenai keadaan kesehatan/
kebersihan bahan makanan, alat-alat kedokteran, dan lain sebagainya yang
akan dibeli atau dijual.
10. Certificate of Fumigation adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh
lembaga tertentu mengenai telah diantihamakan ruang kapal tertentu atau
tumpukan barang yang akan dikirim.
11. Certificate of Inspection adalah suatu jenis dokumen dikeluarkan oleh pihak
yang ditunjuk dalam letter of credit atau suatu badan surveyor resmi yang
menjelaskan tetang pemeriksaan barang pada saat pemuatan di atas kapal dan
pada saat pembongkaran barang dari kapal.

12. Insurance Policy adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh
perusahaan asuransi yang menyatakan kesediaan untuk memberi penggantian
karena suatu kerugian atas barang-barang yang diangkut misalnya karena
kerusakan, kapal pengangkut tenggelam, dan sebagainya.

2.3 Free Trade Agreement
Free trade agreement adalah perjanjian antara dua atau lebih negara di bidang
ekonomi yang diantaranya mencakup penurunan atau penghapusan tarif dalam
perdagangan barang .
Saat ini Free Trade Agreement yang berlaku di Indonesia adalah :
1. AFTA (ASEAN Free Trade Area) Bea Masuk atas barang impor dari negara
anggota ASEAN menggunakan Form ā€œDā€ (Form D- ATIGA) sebagai dasarnya

11

2.

3.

4.


5.

adalah Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. PMK 247/PMK.011/2009
tanggal 31 Desember 2009.9
(Dasar hukum yang berlaku sekarang: Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
PMK 208/PMK.011/2012. Peraturan keseluruhan AFTA diatur dalam Agreement
of ATIGA.)
AK-FTA (ASEAN Korea - Free Trade Agreement) Bea Masuk atas barang impor
dari negara Korea menggunakan form AK, sebagai dasar hukumnya adalah
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. PMK 236/PMK.011/2008 tanggal 23
Desember 2008 dan perubahannya PMK 200/PMK.011/2009 tanggal 31
Desember 2009.
(Dasar hukum yang berlaku sekarang: Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
PMK 118/PMK.011/2012. Peraturan keseluruhan AK-FTA diatur dalam
Agreement of AK-FTA.)
AC-FTA (ASEAN China - Free Trade Agreement) bea masuk atas barang impor
dari negara China menggunakan Form E, sebagai dasar hukumnya adalah
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. PMK 235/PMK.011/2008 tanggal 23
Desember 2008.

(Dasar hukum yang berlaku sekarang: Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
PMK 117/PMK.011/2012. Peraturan keseluruhan AC-FTA diatur dalam
Agreement of AC-FTA.)
IJ-EPA (Indonesia -Japan Economic Partnership Agreement ) Bea Masuk atas
barang impor dari negara Jepang menggunakan Form IJEPA, sebagai dasar
hukumnya adalah Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. PMK
95/PMK.011/2008 dan PMK 96/PMK.011/2008 tanggal 30 Juni 2008.
(Dasar hukum yang berlaku sekarang: Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
PMK 209/PMK.011/2012. Peraturan keseluruhan IJ-EPA diatur dalam
Agreement of IJEPA.)
AI-FTA (ASEAN India - Free Trade Agreement ) Bea Masuk atas barang impor
dari negara India menggunakan dengan Form AI, sebagai dasar hukumnya
adalah Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. PMK 144/PMK0.11/2011.10

9 Berata, I Komang Oko. 2014. Panduan Praktis Ekspor Impor. Jakarta: Raih Asa Sukses. hal.95

10 Ibid, hal.96

12

6.

(Dasar hukum yang berlaku sekarang: Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
PMK 221/PMK.011/2012. Peraturan keseluruhan AI-FTA diatur dalam
Agreement of AIFTA.)
AANZ-FTA (ASEAN- New Zealand- Australia Free Trade Agreement ) Bea
Masuk atas barang impor dari negara New Zealand dan Australia menggunakan
Form AANZ, sebagai dasar hukumnya adalah Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) No. PMK 166/PMK.011/201111
(Dasar hukum yang berlaku sekarang: Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
PMK 208/PMK.011/2012. Peraturan keseluruhan AI-FTA diatur dalam
Agreement of AIFTA.)

2.4 Surat Keterangan Asal
2.4.1 Pengertian Surat Keterangan Asal
Surat Keterangan Asal (SKA), adalah sertifikasi asal basal barang, dimana
dinyatakan dalam sertifikat tersebut bahwa barang/ komoditas yang diekspor
adalah berasal dari daerah/ negara eksportir.12
SKA adalah surat keterangan kebangsaan suatu barang yang disertakan pada
saat barang tersebut memasuki wilayah negara tujuan ekspor tertentu, untuk
membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan atau diolah di suatu
negara (Indonesia).
Pada prinsipnya, dalam kerjasama pasar bebas/ Free Trade Area( FTA)
dipersyaratkan adanya SKA sehingga produk yang diekspor ke negara mitra
diberikan tarif preferensi atau yang sudah diturunkan/dihapus tarif bea masuk dari
negara pengimpor sesuai yang telah disepakati di dalam suatu perjanjian.13

2.4.2 Jenis Surat Keterangan Asal
1. SKA Preferensi
11 Ibid, hal.97
12 Peraturan Kementerian perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/3/2015. Tentang tata cara penerbitan
Surat Keterangan Asal untuk barang asal Indonesia.
13 Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional. Loc cit.

13

SKA yang berfungsi sebagai persyaratan dalam memeperoleh tarif bea
masuk preferensi, yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk
memperoleh fasilitas pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk yang
diberikan oleh suatu negara / kelompok negara tertentu.14
Yang termasuk dalam SKA preferensi adalah:15
a.

Form A, Generalized System of Preferences Certificate of Origin. Negara
tujuannya adalah Austria, Belarus, Belgia, Bulgaria, Kanada, Kroasia,
Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman,
Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Jepang, Latvia, Lithuania,
Luxembourg, Malta, Mayotte, Belanda, Selandia Baru, Norwegia,
Polandia, Portugis, Reunion, Rumania, Rusia, Slovakia, Slovenia,
Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Swiss Turki, Inggris, Amerika.

b.

Form AANZ, Agreement Establishing the ASEAN - Australia - New
Zealand Free Trade Area Certificate of Origin. Negara tujuannya adalah
Australia dan New Zealand.

c.

Form AI, ASEAN-India Free Trade Area Preferential Tariff Certificate of
Origin. Negara tujuannya adalah India.

d.

Form AK, ASEAN-Korea Free Trade Area Preferential Tariff Certificate
of Origin. Negara tujuannya adalah Korea.

e.

Form COA (Certificate of Authenticity Tobacco). Negara tujuannya
adalah Austria, Belgia, Bulgaria, Siprus, Republik Ceko, Denmark,
Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Hungaria, Irlandia, Italia ,Latvia,
Lithuania, Luxembourg, Malta, Belanda, Portugis, Polandia, Rumania,
Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Inggris.

f.

Form D, ASEAN Trade In Goods Agreement/ ASEAN Industrial
Cooperation Scheme Certificate Of Origin. Negara tujuannya adalah
Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina,
Singapura, Thailand, Vietnam.

g.

Form E, ASEAN-China Free Trade Area Prefential Tariff Certificate of
Origin. Negara tujuannya adalah China.

14 Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional. Op cit. hal. 12
15 E-SKA Kementrian Perdagangan( e-SKA) . e-ska.kemendag.go.id, diakses pada 4 Mei 2016

14

h.

Form GTSP, Global System of Trade Preference Certificate of Origin.
Negara tujuannya adalah Aljazair, Argentina, Bangladesh, Benin, Bolivia,
Brazil, Kamerun, Chili, Kolombia, Kuba, Ekuador, Mesir, Ghana, Guinea,
Guyana, India, Iran, Iraq, Korea, Libya, Malaysia, Meksiko, Moroko,
Mozambik, Myanmar, Nikaragua, Nigeria, Pakistan, Peru, Filipina,
Korea, Singapura, Srilanka, Sudan, Tanzania, Thailand, Trinidad, Tunisia,
Venezuela, Vietnam

i.

Form Handicraft Batik, Certificate in Regard to Traditional Handicraft
Batik Fabrics of Cotton (Handycraft). Negara tujuannya adalah Jepang.

j.

Form Handicraft Goods, Certificate of Handicraft Goods (Handycraft).
Negara tujuannya adalah Kanada.

k.

Form Handicraft Product, Certificate in Regard to Certain Handicraft
Products (Handycraft). Negara tujuannya adalah Austria, Belgia,
Bulgaria, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis,
Jerman, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Malta,
Belanda, Polandia, Portugis, Rumania, Slovakia, Slovenia, Spanyol,
Swedia, Inggris.

l.

Form ICC, Industrial Craft Certification (ICC). Negara tujuannya adalah
Australia.

m. Form IJEPA, Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement. Negara
tujuannya adalah Jepang.
n.

Form IP, Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement (IPPTA).
Negara tujuannya adalah Pakistan.

2. SKA Non Preferensi
SKA/CoO yang berfungsi sebagai dokumen pengawasan dan/atau dokumen
penyerta asal barang yang disertakan pada barang ekspor untuk dapat memasuki suatu
wilayah negara tertentu .16
Yang termasuk dalam SKA Non Preferensi, seperti:17
16 Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional. Op cit. Hal 14
17 E-SKA Kementrian Perdagangan( e-SKA) . e-ska.kemendag.go.id, diakses pada 4 Mei 2016

15

a. Form AJ, The Agreement on Comprehensive Economic Partnership Among
Member States of the Association of Southeast Asian Nation and Japan
Certificate of Origin. Negara tujuannya adalah Brunei Darussalam,
Kamboja, Jepang, Laos, Myanmar. Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand,
Vietnam
b. Form ANEXO III, Certificado De Pais De Origen (Anexo III). Negara
tujuannya adalah Meksiko.
c. Form B, Republic of Indonesia Department of Trade Certificate of Origin.
Negara tujuannya adalah semua negara apabila mewajibkan.
d. Form ICO, ICO Certificate of Origin. Negara tujuannya adalah semua
negara.
e. Form TP, Certificate of Origin (Textile Products). Negara tujuannya adalah
Austria, Belgia, Bulgaria, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia,
Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia,
Lithuania, Luxemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugis, Rumania,
Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swiss, Turki, Inggris.

2.4.3 Instansi Penerbit SKA/CoO
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Instansi Penerbit Surat Keterangan
Asal (Certificate of Origin) memutuskan:18
1.Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal yang selanjutnya disingkat IPSKA adalah
instansi/badan/lembaga yang ditetapkan oleh Menteri dan diberi kewenangan
untuk menerbitkan SKA.

18 Peraturan Menteri Nomor. 32/M-DAG/PER/5/2015 tentang Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal

16

2.Penanggungjawab IPSKA adalah kepala IPSKA atau pejabat yang ditunjuk oleh
kepala IPSKA.
3.Pejabat penadatanganan IPSKA adalah pegawai tetap pada IPSKA yang telah
ditetapkan Menteri dan diberikan kewenangan serta tanggungjawab untuk
menandatanganani SKA.

Instansi/Badan/Lembaga dapat ditetapkan sebagai IPSKA jika diwilayah kerjanya
terdapat:19
1.

Kegiatan Ekspor yang memadai.

2.

Pelabuhan ekspor berupa pelabuhan darat, pelabuhan laut, dan/atau pelabuhan
udara; dan/atau

3.

Kawasan industri yang berorientasi ekspor.

Instansi/ Dinas/ Lembaga yang berwenang untuk menerbitkan SKA/CoO adalah
Instansi/ Dinas/ Lembaga yang ditetapkan oleh Dirjen Perdagangan Luar Negeri atas
nama menteri Perdagangan. 20

2.4.4 Manfaat SKA
Adapun manfaat dari Surat Keterangan Asal (SKA) adalah :21
1.

Untuk mendapatkan preferensi.

2.

Sebagai dokumen masuk komoditi ekspor Indonesia ke negara tujuan
ekspor (mencegah Free Rider).

19 Ibid.
20 Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional. Op cit hal. 14
21 Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor Direktorat Jendral Perdangan Luar Negeri . Buku Panduan
Sistem e-SKA. Jakarta : Kementrian Perdagangan . 2012. hal 7

17

3.

Untuk menetapkan Negara Asal Barang (Country Of Origin) suatu barang
ekspor.

4.

Untuk memenuhi persyaratan pencairan L/C terhadap pembiayaan ekspor
yang menggunakan L/C.

5.

Pelaksanaan pengamanan perdagangan (trade remedies).

6.

Data Statistik.

7.

Repeat order.

2.4.5 Verifikasi SK A
Verifikasi SKA adalah proses penyelidikan mengenai keabsahan dokumen.
Kebenaran pengisian SKA, dan kebenaran asal barang yang dilakukan atas dasar
permintaan pemerintah di negara tujuan ekspor barang. Beberapa alasan verifikasi
SKA:22
1. Keabsahan Dokumen SKA
a.

Keaslian Dokumen SKA.

b.

Keraguan terhadap Cap SKA.

c.

Keraguan terhadap Tanda Tangan Pejabat Penandatanganan SKA.

2. Kebenaran Terhadap Tata Cara Pengisian Dokumen SKA. Kesalahan pengisian
Formulir SKA diantaranya:
a.

Tidak mencantumkan nilai FOB.

b.

Deskripsi barang tidak sesuai dengan no. HS.

3. Keraguan terhadap asal barang (Origin of Goods).

22 Ibid. Hal.8

18

a.

Tidak memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin) negara tujuan
ekspor.

b.

Barang tidak tercakup dalam perjanjian perdagangan (exlusion list).

Apabila terjadi verifikasi SKA maka penyelesaiannya dapat ditempuh dengan cara
sebagai berikut:
1.

Apabila terjadi verifikasi SKA, pihak pabean di negara tujuan ekspor akan
menyampaikan surat permintaan verifikasi, baik langsung kepada Instansi atau
Dinas Perdagangan pada pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota maupun melalui
Departemen Perdangangan yaitu Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Ditjen
Perdagangan Luar Negeri.

2.

Apabila permintaan verifikasi tersebut menyangkut SKA yang diterbitkan oleh
instansi atau Dinas Perdagangan pada pemerintah Provinsi atau Kabupaten Kota
maka Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor meneruskan ke Instansi Penerbit
SKA yang dimaksud.

3.

Permintaan verifikasi yang berkaitan dengan keabsahan formulir SKA atau
tandatangan pejabat atau pejabat pengganti yang menandatangani SKA atau
keabsahan stempel atau cap khusus penerbitan SKA, maka Instansi Penerbit SKA
yang bersangkutan wajib memberikan jawaban atas penyelesaian verifikasi
tersebut dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Fasilitasi Ekspor dan
Impor.

4.

Permintaan verifikasi yang berkaitan dengan kebenaran data dan informasi yng
dicantumkan dalam SKA, maka instansi penerbit SKA yang bersangkutan wajib
memberikan jawaban atau klarifikasi dan eksportir yang bersangkutan, dengan
tembusan dan Direktur Fasilitasi Ekspor dan Impor.

5.

Dalam hal data dan informasi yang diberikan oleh eksportir masih diragukan,
maka Instansi Penerbit SKA dapat melakukan penelitian mengenai bukti

19

dokumen pendukung pengadaan bahan baku, proses pengerjaan barang ke
perusahaan atau pabrik yang bersangkutan.
6.

Dalam menyiapkan jawaban verifikasi apabila dijumpai kendala, Instansi
Penerbit SKA dapat menghubungi atau kosnsultasi dengan Direktorat Fasilitasi
Ekspor dan Impor, Ditjen Perdagangan Luar Negeri serta Ditjen kerjasama
dengan Perdagangan Internasional.

7.

Jawaban verifikasi dan instansi atau Dinas Perdagangan Pemerintah Provinsi atau
Kabupaten atau Kota, dikirimkan langsung kepada pihak pabean negara tujuan
ekspor dengan tembusan kepala Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor.

8.

Apabila jawaban verifikasi dianggap belum memenuhi permintaan pihak pabean
di negara tujuan ekspor, maka dimungkinkan pihak pabean yang bersangkutan
mengadakan investigasi atau penyelidikan ke Instansi Penerbit SKA dan ekportir.

2.4.6 Masa Berlakunya SKA
Secara umum, form SKA berlaku sejak saat dterbitkan/disahkan oleh Instansi
Penerbit SKA sampai dengan barang dimaksud diterima oleh Importirnya.
Secara khusus ada beberapa jenis form SKA yang masa berlakunya berbeda,
yaitu:23
1. SKA form A untuk tujuan :
a.

Uni Eropa, Norwegia dan Swiss = 10 bulan

b.

Jepang = 1 tahun

c.

Kanada = 2 tahun

2. SKA form D = 4 bulan ( untuk pengiriman langsung/direct shipment). Apabila
pengirimannya melalui satu atau lebih pelabuhan di luar negara ASEAN, dapat
diperpanjang menjadi 6 bulan.
23 Ibid. hal. 178

20

a.
b.

Export Certificate = 120 hari sejak tanggal diterbitkan.
Certificate of origin for Imports Agricultural Products into EEC = 10
bulan.

2.4.7 Sistem Elektronik Surat Keterangan Asal (E-SKA)
Sistem e-SKA merupakan sistem penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) secara
elektronik yang dibangun oleh Kementrian Perdagangan untuk seluruh Instansi
Penerbit SKA (IPSKA).
Sistem e-SKA menggunakan sistem terpusat berbasiskan web (web based) untuk
menghubungkan seluruh IPSKA dengan eksportir dan Kementerian Perdagangan.
Sistem e-SKA juga akan mengirimkan data SKA untuk dipertukarkan secara
internasional, yang pada saat ini digunakan untuk Indonesia National Single
Window (INSW) dan ASEAN Single Window (ASW). Sistem e-SKA merupakan
penyempurnaan dari sistem penerbitan SKA secara elektronik yang sudah ada.24
Penggunaan sistem e-SKA memiliki beberapa manfaat antara lain:
1. Tersedianya media elektronik yang menghubungkan stakeholder penerbitan SKA
(Eksportir, IPSKA, Kementerian Perdagangan).
2. Membantu mempercepat proses penerbitan SKA.
3. Mempermudah proses perawatan sistem (maintenance).
4. Tersimpannya data penerbitan SKA milik perusahaan.
5. Tersimpannya data penerbitan SKA tiap IPSKA.
6.Tersedianya fasilitas pelaporan untuk pengawasan di masing-masing IPSKA.
Secara garis besar, tahapan proses pada sistem e-SKA yang dapat dilakukan oleh
24 Kementerian Perdagangan. Sistem e-SKA untuk Eksportir(User Manual). Jakarta: Kementrerian
Perdagangan. hal. 3

21

eksportir/ pengusaha sebagai berikut: 25
1. Registrasi
:Proses ini mencakup registrasi secara online oleh
eksportir/pengusaha, verifikasi dokumen registrasi, dan approval data registrasi.
2. Pengajuan Permohonan SKA :Proses ini mencakup tahapan-tahapan yang
dilakukan pada saat permohonan SKA .
Tipe pengguna sistem e-SKA terdiri dari: 26
1. Master User adalah pengguna yang didaftarkan saat perusahaan eksportir
pertama sekali melakukan registrasi ke sistem e-SKA akan secara otomatis
menjadi Master User di perusahaan eksportir tersebut. Pengguna ini dapat
melakukan proses pengajuan permohonan SKA, ubah password, update
profil, dan manajemen data user.
2.

User adalah pengguna ini hanya dapat melakukan pengajuan permohonan
SKA dan ubah password.

2.4.8 Ketentuan Asal Barang (Rules Of Origin)
Ketentuan asal barang Indonesia (Rules of Origin) merupakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan administratif yang bersifat umum dan
digunakan untuk menentukan asal barang Indonesia.27

2.5 Pengertian Bea Masuk
Bea Masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang kepabeanan yang
dikenakan terhadap barang yang diimpor sesuai dengan Undang-Undang No.10 tahun
1995 dan 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan yang dikenakan terhadap barang yang
diimpor.28
25 Ibid.
26 Ibid.
27 Peraturan Kementerian Perdagangan nomor 77/M-DAG/PER/10.2014 .Tentang Rules Of Origin
28 Berata, I Komang Oko. Op cit hal.98

22

2.6 Pengertian Kawasan Berikat
Dalam rangka meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global, pemerintah
telah mengeluarkan kebijaksanaan berupa suatu bangunan, tempat, atau kawasan
dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri
pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan, pernyotiran,
pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan barang dan bahan asal impor
atau barang dan bahan dari dalam Daeran Pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya
terutama untuk ekspor.
Dari pengertian tersebut, suatu tempat dan bangunan dengan batas batas kawasan
berikat jika memenuhi persyaratan sebagai berikut.29
1. Adanya suatu kawasan, tempat dan bangunan dengan batas batas tertentu.
2. Adanya kegiatan usaha industri pengolahan barang dan/ atau bahan, yang hasilnya
terutama untuk tujuan ekspor.
3. Adanya kemudahan kepabenan, cukai, dan perpajakan atas impor dan ekspor
barang dan/atau bahan yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi.

2.7 Prosedur
2.7.1 Pengertian Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan
kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan secara
efektif dan efisisen serta dapat dengan mudah menyelesaikan suatau masalah yang
terperinci menurut waktu yang telah ditetapkan. Untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas, para ahli mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian
prosedur, diantaranya sebagai berikut :

29 Susilo, Andi. 2008. Buku Pintar Ekspor Impor. Jakarta : Trans Media. hal.149

23

Menurut Azhar Susanto, prosedur adalah suatu rangkaian aktivitas atau kegiatan
yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama.30
Menurut Mulyadi, prosedur adalah suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin
penanggungan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulangulang.31
Prosedur adalah bagian dari struktur teknis dari sebuah organisasi yang berisi
cara untuk melaksanakan aktivitas atau suatu proses.32
2.7.2 Pengertian Standard Operating Procedure (SOP)
Ricky.W Griffin mengemukakan bahwa Standard Operational Procedure
adalah: ā€œ Sebuah rencana tetap yang menggaris bawahi langkah-langkah yang
harus diikuti dalam situasi tertentu.ā€33
Dalam era globalisasi ini peran prosedur dalam suatu perusahaan sangat
penting, prosedur tersebut diperlukan agar setiap kegiatan di suatu perusahaan
dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan.
Prosedur tersebut biasanya dibuat dalam suatu standar yang disebut sebagai
SOP (Standar Operasional Prosedur). SOP dapat diartikan sebagai berikut :34
a. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong
dan menggerakan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
b. SOP merupakan tatacara untuk tahap yang dilakukan dan yang harus
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
SOP (Standard Operating Procedure) atau yang diterjemahkan menjadi PSO
(Prosedur Standar Operasi) adalah sistem yang disusun untuk memudahkan,
merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan
pekerjaan dari awal sampai akhir.35

30 Azhar, Susanto. 2007. Sistem Idnformasi Manajemen. Bandung: Lingga Jaya. hal 263
31 Mulyadi. 2008 . Sistem Akuntansi.Jakarta: Salemba Empat. hal.5
32 Amsyah, Zulkifli. 2005 . Manajemen Sistem Informasi. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama . hal
25
33 Griffin, Ricky.W.2004. Manajemen .Jakarta: Erlangga.hal 209.
34 Juan, Kasma.2012. Standard Operational Procedur Perpajakan Perusahaan Jasa. Bandung :
Penerbit Alfabeta. hal 12
35 Ekotama Suryono. 2015. Pedoman Mudah Menyusun SOP. Yogyakarta: Media Pressindo. hal.41

24

Pada dasarnya SOP (Standard Operating Procedures) adalah suatu
perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja tertentu.
Prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah ubah,
prosedur tersebut dibakukan menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai
Standard Operating Procedure atau disingkat SOP. Dokumen tertulis ini
selanjutnya dijadikan standar bagi pelaksanaan prosedur kerja tertentu tersebut.36

2.7.3 Peran dan Manfaat Standar Operating Procedure (SOP)
Secara umum dapat dikatakan bahwa, sebagai sebuah pedoman, Standard
Operating Procedure berperan dalam memberikan acuan terkait dengan kegiatankegiatan yang dijalankan dalam organisasi untuk mencapai tujuannya, baik yang
bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Secara rinci, peran dan manfaat Standard
Operating Procedure sebagai pedoman di dalam suatu organisasi adalah:37
1.

Menjadi pedoman kebijakan yang merupakan dasar bagi seluruh kegiatan
organisasi, secara operasional maupun administratif ( Pedoman Kebijakan).

2.

Menjadi pedoman kegiatan-kegiatan organisasi, baik secara operasional maupun
administratif ( Pedoman Kegiatan).

3.

Menjadi pedoman terkait penggunaan formulir, dokumen dan laporan yang
digunakan dalam kegiatan-kegiatan organisasi (Pedoman Administrasi).

4.

Menjadi pedoman penilaian efektifitas kegiatan organisasi ( Pedoman Evaluasi
Kinerja)

5.

Menjadi pedoman mengintegrasikan kegiatan-kegiatan organisasi, untuk
membantu mencapai tujuan organisasi (Pedoman Integrasi)

Sebagai pedoman prosedur, Standard Operating Procedure disusun agar bisa
memenuhi kebutuhan penggunanya secara spesifik. Yang dimaksud dengan spesifik
adalah yang khusus dan khas memenuhi kebutuhan pengguna di dalam organisasi/
Sebab pada dasarnya, setiap organisasi memiliki kebutuhan-kebutuhan yang khas.
36 Ir. M. Budihardjo. 2014. Panduan Praktis Menyusun SOP. Jakarta: Raih Asa Sukses. hal. 7
37 Tambunan, Rudi M. 2013. Pedoman Penyusunan Standard Operating Procedure. Edisi Kedua.
Jakarta : Maiestas Publishing. hal 106

25

Karena itu secara teknis, Standard Operating Procedure sebagai pedoman prosedur
operasional standar di dalam organisasi harus disusun agar memenuhi tujuh kriteria
yang disebut The Seven Criteries of Manual. Tujuh kriteria ini yang menyebabkan
Standard Operating Procedure suatu organisasi berbeda dengan Standard Operating
Procedure dari organisasi lain. Tujuh kriteria manual atau The Seven Criteries of
Manual tersebut antara lain:38
1. Khas atau spesifik (Specific).
2. Lengkap Prosedur (Complete).
3. Jelas dan Mudah dipahami (Understandable).
4. Layak-terap (Applicable)
5. Layak-kontrol (Controllable)
6. Layak- audit ( Auditable)
7. Layak-ubah (Changeable)

38 Ibid, hal 124